PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI FAKULTA
IMPLEMENTASI HUMANISTIK DALAM PEMBELAJARAN
EKONOMI
TEKNOLOGI INFORMASI PEMBELAJARAN EKONOMI
Dosen Pengampu: Dr. Kardoyo, M.Pd
Disusun oleh:
Nama
: Siti Nor Chalimah
NIM
: 0701516013
Prodi
: Pendidikan Ekonomi
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI
FAKULTAS PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Keberhasilan dalam proses belajar dapat dilihat dari hasil belajar yang dicapai. Hasil
belajar menurut Rifa’i dan Catharina (2012:69) merupakan perubahan perilaku yang
diperoleh peserta didik setelah mengalami kegiatan belajar. Perubahan perilaku tersebut dapat
dilihat dengan adanya perubahan keterampilan, sikap dan kemampuan menuju arah yang
posiif. Sehingga seseorang dapat dikatakan berhasil dalam proses belajar, ketika memperoleh
hasil belajar yang baik dan ditunjukkan oleh pengetahuan dan penguasaan yang semakin
bertambah setelah melalui proses belajar.
Hasil belajar digunakan untuk mengukur kemampuan siswa dalam mencapai tujuannya
melalui pengamatan kinerja sebelum dan setelah proses pembelajaran berlangsung serta
mengamati perubahan kinerja yang telah terjadi. Menurut Muhibbin (2007:196) menyatakan
bahwa hasil belajar siswa dicerminkan dalam bentuk nilai tes baik tes ulangan harian,
ulangan tengah semester dan ulangan akhir semester. Jenis tes ini untuk mengukur
kemampuan atau keberhasilan belajar siswa terhadap suatu mata pelajaran, termasuk dalam
pembelajaran ekonomi.
Ekonomi merupakan salah satu ilmu sosial yang mempelajari aktivitas manusia yang
berhubungan dengan produksi, distribusi dan konsumsi terhadap barang dan jasa. Istilah
“ekonomi” sendiri berasal dari bahasa Yunani, yaitu oikos yang berarti “keluarga, rumah
tangga” dan nomos yang berarti “peraturan, aturan dan hukum”. Secara garis besar, ekonomi
diartikan sebagai “aturan rumah tangga” atau “manajemen rumah tangga”. Tujuan pelajaran
ekonomi adalah agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut:
1) Memenuhi sejumlah konsep ekonomi yang berkaitan peristiwa dan masalah ekonomi
dengan kehidupan sehari-hari. Terutama yang terjadi di lingkungan individu, rumah
tangga, masyarakat dan negara.
2) Menampilkan sikap ingin tahu terhadap sejumlah konsep ekonomi yang diperlakukan
untuk mendalami ilmu ekonomi.
3) Membentuk sikap bijak, rasional dan bertanggungjawab dengan memiliki pengetahuan
dan keterampilan ilmu ekonomi, manajemen, dan akuntansi yang bermanfaat bagi diri
sendiri, rumah tangga, masyarakat dan negara.
4) Membuat keputusan yang bertanggungjawab mengenai nilai-nilai sosial ekonomi dalam
masyarakat yang majemuk, baik dalam skala nasional maupun internasional.
Menurut Muhibbin Syah, seorang peserta didik yang menempuh proses belajar idealnya
ditandai oleh munculnya pengalaman – pengalaman psikologis baru yang positif, yaitu
pengalaman – pengalaman bersifat kejiwaan yang diharapkan dapat mengembangkan aneka
ragam sifat, sikap, dan kecakapan yang konstruktif, bukan kecakapan yang destruktif
(merusak). Namun, banyak ditemukan proses pembelajaran terjadi tanpa memperhatikan
kondisi psikologis siswa. Sejauh ini masih banyak teori belajar lebih menekankan peranan
lingkungan dan faktor – faktor kognitif dalam proses belajar mengajar. Hal demikian tampak
ketika peserta didik belajar sangat dipengaruhi oleh bagaimana dia berpikir. Guru hanya
mengidentifikasi apa yang penting, sulit, atau sesuatu yang belum dikenal dan
membangkitkan informasi yang telah dipelajari. Hal ini juga terlihat dari metode yang
digunakan guru masih bersifat konvensional, yaitu ceramah dan hafalan, sehingga interaksi
cenderung berpusat pada guru.
Guru terkadang hanya memahami bahwa proses pembelajaran hanya sekedar transfer
pengetahuan dan hal ini sering tidak disadari oleh guru. Bahkan menurut Reber (1989)
sebagaimana yang dikutip oleh Muhibbin Syah, menyatakan bahwa belajar adalah proses
memperoleh pengetahuan. Sedangkan menurut Morgan dan kawan – kawan (1986)
sebagaimana yang dikutip oleh Baharuddin dan Esa Nur Wahyuni, bahwa belajar adalah
perubahan tingkah laku yang relatif tetap dan terjadi sebagai hasil latihan atau pengalaman
dan adanya proses internal yang terjadi didalam diri seseorang. Perubahan tersebut terjadi
dalam pemahaman, perilaku, persepsi, motivasi, atau gabungan dari semuanya. Dengan
demikian belajar tidak hanya transfer pengetahuan , tetapi juga transfer nilai, sehingga siswa
mengalami perubahan dan mampu memecahkan permasalahan hidup serta dapat
menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Untuk dapat mengembangkan hal tersebut,
seharusnya dalam suatu sistem pendidikan siswa tidak harus menyesuaikan dengan
kurikulum, tetapi sebaliknya yaitu kurikulum untuk siswa. Artinya orientasi belajar bukan
menyelesaikan materi, akan tetapi lebih menekankan pada proses penerimaan materi.
Sebagaimana diungkapkan dalam aliran humanistik, orientasi belajar dalam proses
pembelajaran harus berhulu dan bermuara pada manusia itu sendiri. Aliran humanistik
memandang bahwa belajar bukan sekedar pengembangan kualitas kognitif saja, melainkan
juga sebuah proses yang terjadi dalam diri individu yang melibatkan seluruh domain yang
ada. Sehingga peserta didik mampu memecahkan permasalahan hidup dan dapat
menyesuaikan diri dengan lingkungannya disertai dengan adanya perubahan.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan , maka rumusan masalah
yang ditetapkan adalah:
1. Apa yang dimaksud dengan belajar?
2. Apa yang dimaksud dengan teori belajar humanistik ?
3. Siapakah tokoh – tokoh dalam teori belajar humanistik?
4. Apa saja prinsip – prinsip teori belajar humanistik?
5. Apa saja model pembelajaran humanistik?
6. Bagaimana implementasi teori belajar humanistik dalam pembelajaran?
7. Bagaimana implementasi teori belajar humanistik dalam pembelajaran ekonomi?
8. Apa saja kelebihan dan kekurangan teori belajar humanistik?
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Tinjauan Belajar
2.1.1 Pengertian Belajar
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, secara etimologis belajar adalah sebuah kegiatan
untuk mencapai kepandaian atau ilmu. Definisi etimologi diatas mungkin sangat singkat dan
sederhana, sehingga masih diperlukan penjelasan terminologi mengenai definisi belajar yang
lebih mendalam. Menurut Slameto (2010:2) belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan
seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan
sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Sedangkan
menurut Rifa’i dan Chatarina (2012:66) belajar adalah proses penting bagi perubahan
perilaku setiap orang dan belajar itu mencakup segala sesuatu yang dipikirkan dan dikerjakan
oleh seseorang. Oleh karena itu dengan menguasai konsep dasar tentang belajar, seseorang
mampu memahami bahwa aktivitas belajar itu memegang peranan penting dalam proses
psikologis.
Selain pandangan tentang belajar yang telah dikemukakan diatas, terdapat pula teori dari
beberapa ahli (Anni dan Rifa’i, 2009:105-137) antara lain:
1. Teori Belajar Behavioristik
Aspek penting yang dikemukakan oleh aliran behavioristik dalam belajar adalah bahawa
hasil belajar (perubahan perilaku) itu tidak disebabkan oleh kemampuan internal manusia
(insting), tetapi karena faktor stimulus yang menimbulkan respon. Skinner menyatakan
bahwa belajar merupakan proses perubahan perilaku. Pada saat seseorang belajar, maka
responnya menjadi lebih baik. Sebaliknya jika ia tidak belajar maka responnya menurun.
Belajar mempunyai konsekuensi yang bersifat menguatkan respon. Sebagai ilustrasi,
perilaku si pembelajar yang baik diberi hadiah, sebaliknya perilaku respon yang tidak baik
diberi teguran atau hukuman. Setiap respon yang diikuti oleh penguatan (reward)
cenderung akan diulang kembalu dan penguatan (reward) tersebut akan meningkatkan
kecepatan terjadinya respon.
2. Teori Belajar Konstruktivisme
Teori belajar konstruktivisme menyatakan peserta didik harus menemukan dan
mentransformasikan informasi kompleks ke dalam dirinya sendiri. Teori ini memandang
peserta didik sebagai individu yang selalu memeriksa informasi baru yang berlawanan
dengan prinsip – prinsip tersebut apabila sudah dianggap tidak dapat digunakan lagi. Hal
ini memberikan implikasi bahwa peserta didik harus terlihat aktif dalam kegiatan
pembelajaran.
3. Teori Belajar Kognitif
Teori belajar kognitif memandang bahwa kegiatan belajar bukanlah sekedar stimulus dan
respon yang bersifat mekanistik, tetapi lebih dari itu, kegiatan belajar juga melibatkan
kegiatan mental yang ada didalam diri individu yang sedang belajar. Karena itu, menurut
teori kognitif, belajar adalah proses mental yang aktif untuk mencapai, mengingat dan
menggunakan pengetahuan. Sehingga perilaku yang tampak pada manusia tidak dapat
diukur dan diamati tanpa melibatkan proses mental motivasi, kesenjangan, keyakinan dan
lain sebagainya.
4. Teori Belajar Humanistik
Belajar menurut teori belajar humanistik menyatakan bahwa kemampuan peserta didik
mengambil tanggungjawab dalam menentukan apa yang dipelajari dan menjadi individu
yang mampu mengarahkan diri sendiri dan mandiri. Disamping itu, pendekatan
humanistik memandang pentingnya penekanan pendidikan di bidang kreativitas, minat
terhadap seni dan hasrat ingin tahu. Oleh karena itu, pendekatan humanistik kurang
menekankan pada kurikulum standar, perencanaan pembelajaran, ujian, sertifikat pendidik,
dan kewajiban hadir di sekolah. Dalam praktik pembelajaran pendekatan humanistik
mengkombinasikan metode pembelajaran individu dan kelompok kecil.
2.2 Teori Belajar Humanistik
Teori belajar humanistik merupakan konsep belajar yang lebih melihat pada sisi
perkembangan kepribadian manusia dan berfokus pada potensi manusia untuk mencari serta
menemukan kemampuan yang mereka punya dan mengembangkan kemampuan tersebut.
Teori belajar
humanistik banyak mengadopsi prinsip-prinsip progresif dan mendapat
stimulan dari eksistensialisme, yang mencakup keberpusatan pada anak, peran guru yang
tidak otoritatif, pemfokusan pada subjek peserta didik yang terlibat aktif, dan sisi-sisi
pendidikan yang kooperatif dan demokratis. Selain itu, teori belajar humanistik sifatnya
sangat mementingkan isi yang dipelajari daripada proses pembelajaran itu sendiri. Teori
belajar ini lebih banyak berbicara tentang konsep-konsep pendidikan untuk membentuk
manusia yang dicita-citakan. Dalam artian memanusiakan manusia adalah perilaku tiap orang
yang ditentukan oleh orang itu sendiri dan memahami manusia terhadap lingkungan dan diri
sendiri.
Teori belajar humanistik berusaha dalam memahami perilaku belajar dari sudut pandang
pelakunya, bukan dari sudut pandang pengamatnya. Oleh karena itu, proses belajar dapat
dianggap berhasil apabila si pembelajar telah memahami lingkungannya dan dirinya sendiri.
Artinya peserta didik mengalami perubahan dan mampu memecahkan permasalahan hidup
serta dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Tujuan utama para pendidik adalah
membantu siswa untuk mengembangkan dirinya, yaitu membantu masing-masing individu
untuk mengenal diri mereka sendiri sebagai manusia yang unik dan membantu dalam
mewujudkan potensi-potensi yang ada dalam diri mereka (Dalyono, 2012:43)
Menurut teori belajar humanistik, tujuan belajar adalah untuk memanusiakan manusia.
Proses belajar dianggap berhasil jika si pelajar memahami lingkungannya dan dirinya sendiri.
Siswa dalam proses belajarnya harus berusaha agar lambat laun ia mampu mencapai
aktualisasi diri dengan sebaik-baiknya. Selain itu, dalam teori belajar humanistik proses
belajar harus berhulu dan bermuara pada manusia itu sendiri. Meskipun teori ini sangat
menekankan pentingnya isi dari proses belajar, dalam kenyataan teori ini lebih banyak
berbicara tentang pendidikan dan proses belajar dalam bentuknya yang paling ideal. Dengan
kata lain teori ini lebih tertarik pada ide belajar dalam bentuknya yang paling ideal dari pada
belajar seperti apa adanya, seperti apa yang dapat kita amati dalam dunia keseharian. Teori
apapun dapat dimanfaatkan asal tujuannya untuk “memanusiakan manusia” dapat tercapai.
Selanjutnya Gagne dan Briggs mengatakan bahwa pendekatan humanistik adalah
pengembangan nilai-nilai dan sikap pribadi yang dikendaki secara sosial dan pemerolehan
pengetahuan yang luas tentang sejarah, sastra, dan pengolahan strategi berpikir produktif.
Pendekatan sistem ini dapat dilakukan sehingga peserta didik dapat memilih suatu rencana
pealjaran agar mereka dapat mencurahkan waktu mereka bagi bermacam-macam tujuan
belajar atau sejumlah pelajaran yang akan dipelajari dan aktifitas-aktifitas kreatif yang
mungkin dilakukan. Pembatasan praktis dalam pemilihan hal-hal itu mungkin ditentukan oleh
keterbatasan bahan-bahan pelajaran dan keadaan, tetapi dalam pendekatan sistem itu sendiri
tidak ada yang membatasi keanekaragaman pendidikan ini.
.3. Tokoh – Tokoh Teori Belajar Humanistik
Tokoh-tokoh yang sangat berperan beserta teori-teorinya sebagai konstribusi atas lahirnya
teori belajar humanistik antar lain:
1. Abraham Maslow
Teori Maslow didasarkan pada asumsi bahwa terdapat dua hal didalam diri individu
yaitu:
a. Suatu usaha yang positif untuk berkembang
b. Kekuatan untuk melawan atau menolak perkembangan itu
Maslow mengemukakan bahwa individu berperilaku dalam upaya untuk memenuhi
kebutuhan yang bersifat hierarkis. Pada diri setiap orang terdapat perasaan takut seperti
rasa takut untuk berusaha atau berkembang, takut untuk mengambil kesempatan, takut
dengan apa yang sudah ia miliki dan sebagainya. Tetapi disisi lain, seseorang juga
memiliki dorongan untuk lebih maju kearah keutuhan, keunikan diri, kearah
berfungsinya semua kemampuan, kearah kepercayaan diri menghadapi dunia luar, dan
pada saat itu juga ia dapat menerima diri sendiri.
Adapun teori yang paling dikenal adalah teori tentang Hierarchy og Needs (hierarki
kebutuhan) menurut Maslow adalah sebagai berikut:
a. Kebutuhan fisiologis/dasar
b. Kebutuhan akan rasa aman dan tenteram
c. Kebutuhan untuk dicintai dan disayangi
d. Kebutuhan untuk dihargai
e. Kebutuhan untuk aktualisasi diri
Implikasi teori ini terhadap pembelajaran sangat penting, guru harus memperhatikan
teori ini. Apabila guru menemukan kesulitan untuk memahami mengapa anak tidak
tenang dalam kelas, mengapa anak-anak tertentu tidak mengerjakan tugas, atau bahkan
tidak memiliki motivasi dalam belajar. Menururt Maslow guru tidak dapat menyalahkan
kesalahan ini secara langsung pada si anak, bisa jadi beberapa kebutuhan anak belum
terpenuhi secara baik dan maksimal.
2. Athur W. Combs
Athur W. Coms adalah seorang humanis. Dia berpendapat bahwa perilaku batiniah
seperti perasaan, persepsi, keyakinan dan maksud
menyebabkan seseorang berbeda
dengan orang lain. Untuk memahami orang lain kita harus melihat dunia orang lain
seperti ia merasa dan berpikir tentang dirinya. Sangatlah keliru jika pendidik
beranggapan bahwa peserta didik akan mudah belajar kalau bahan ajarnya disiapkan rapi
dan disampaikan dengan baik. Masalah dalam mengajar bukanlah bagaimana bahan ajar
itu disampaikan, akan tetapi bagimana membantu peserta didik memahami arti dan
makna yang terkandng didalam bahan ajar tersebut.
Guru tidak dapat memaksakan materi yang tidak disukai atau tidak relevan dengan
kehidupan mereka. Anak tidak bisa bahasa inggris atau IPA bukan karena bodoh, akan
tetapi karena mereka enggan dan terpaksa, dimana tidak ada alasan penting bagi mereka
untuk mempelajarinya. Perilaku yang buruk seperti itu yang membuat seseorang tidak
mampu untuk melakukan sesuatu yang tidak akan memberikan kepuasan atau timbal
balik yang diharapkan baginya.
Guru harus dapat memahami perilaku siswa dengan mencoba memahami dunia
persepsi siswa tersebut. Sehingga, pada saat ingin mengubah perilaku siswa tersebut guru
harus mengubah pandangan atau keyakinan siswa yang ada. Perilaku internal
membedakan seseorang dari yang lain. Coms berpendapat bahwa banyak guru membuat
kesalahan dengan berasumsi bahwa siswa mau belajar apabila materi pelajarannya
disusun dan disajikan sebagimana mestinya. Padalah makna yang diharapkan siswa
tidaklah menyatu pada materi pelajaran tersebut. Dalam hal ini yang terpenting adalah
bagaimana membawa persepsi siswa untuk memperoleh makna belajar bagi pribadinya
dari materi pelajaran tersebut yang menghubungkan materi pelajaran dengan kehidupan
sehari-hari.
3. Carl Ransom Rogerss
Rogerss adalah seorang psikolog humanis yang menekankan perlunya sikap saling
menghargai dan tanpa prasangka (antara klien dan terapisit) dalam membantu individu
mengatasi masalah-masalah kehidupannya. Rogerss meyakini bahwa klien sebenarnya
memiliki jawaban atas permasalahan yang dihadapinya dan tugas terapis hanya
membimbing klien menemukan jawaban yang benar. Menurut Rogerss, teknik-teknik
assesment dan pendapat para terapis bukanlah hal yang penting dalam melakukan
treatment kepada klien.
Bagaimana proses belajar dapat terjadi menurut teori belajar humanistik? Orang
belajar karena ingin mengetahui dunianya. Individu memilih sesuatu untuk dipelajari,
mengusahakan proses belajar dengan caranya sendiri dan menilainya sendiri tentang
apakah proses belajarnya berhasil. Rogerss kurang menaruh perhatian kepada mekanisme
proses belajar. Belajar dipandang sebagai fungsi keseluruhan pribadi. Mereka
berpendapat bahwa belajar yang sebenarnya tidak dapat berlangsung jika tidak ada
keterlibatan intelektual maupun emosional peserta didik. Oleh karena itu, menurut teori
belajar humanistik bahwa motivasi belajar harus bersumber pada diri peserta didik.
Rogerss membedakan dua tipe belajar, yaitu kognitif (kebermaknaan) dan experiental
(pengalaman atau signifikan). Guru menghubungkan pengetahuan akademik ke dalam
pengetahuan terpakai, seperti mempelajari mesin dengan tujuan untuk memperbaiki
mobil. Experiental learning menunjuk pada pemenuhan kebutuhan dan keinginan siswa.
Kualitas belajar experiental learning mencakup keterlibatan siswa secara personal,
berinisiatif, evaluasi oleh siswa sendiri, dan adanya efek yang membekas pada siswa.
Menurut Rogerss yang terpenting dalam proses pembelajaran adalah pentingnya guru
memperhatikan prinsip pendidikan dan pembelajaran.
Menurut Rogerss, peranan guru dalam kegiatan belajar dibidang pendidikan
dibutuhkan 3 (tiga) sikap sebagai fasilitator belajar sebagai berikut:
a. Realitas didalam fasilitator belajar
Merupakan sikap dasar yang penting. Seorang fasilitator menjadi dirinya sendiri dan
tidak menyangkal diri sendiri. Sehingga ia dapat masuk ke dalam hubungan dengan
pelajar tanpa ada sesuatu yang ditutup-tutupi.
b. Penghargaan, penerimaan dan kepercayaan
Menghargai pendapat, perasaan dan sebagainya membuat timbulnya penerimaan
akan satu dengan lainnya. Dengan adanya penerimaan tersebut, makan akan muncul
kepercayaan satu dengan yang lainnya.
c. Pengertian yang empati
Untuk mempertahankan iklim belajar atas dasar inisiatif diri, maka guru harus
memiliki pengertian empati akan reaksi murid dari dalam. Guru harus memiliki
kesadaran bagi jalannya proses pendidikan dengan tidak menilai atau mengevaluasi.
Pengertian akan materi dipandang dari sudut murid bukan guru (Herpratiwi,
2009:53).
2.4 Prinsip – Prinsip Teori Belajar Humanistik
Pendekatan humanistik menganggap peserta didik sebagai a whole person atau orang
sebagai suatu kesatuan. Dengan kata lain, pembelajaran tidak hanya mengajarkan materi atau
bahan ajar yang menjadi sasaran, akan tetapi juga membantu peserta didik dalam
mengembangkan diri mereka sebagai manusia. Keyakinan tersebut telah mengarahkan
munculnya sejumlah teknik dan metodologi pembelajaran yang menekankan aspek
humanistik pembelajaran.
Beberapa prinsip-prinsip dari teori belajar humanistik yaitu sebagai berikut:
1.
Belajar signifikan terjadi apabila materi pelajaran dirasakan murid mempunyai relevansi
dengan maksud tertentu
2.
Belajar yang menyangkut perubahan didalam persepsi mengenai dirinya
3.
Belajar yang bermakna diperoleh jika peserta didik melakukannya
4.
Belajar lancar jika peserta didik dilibatkan dalam proses belajar
5.
Belajar yang melibatkan peserta didik seutuhnya dapat memberi hasil mendalam
6.
Belajar sosial adalah belaja mengenai proses belajar
7.
Tugas belajar yang mengancam diri ialah lebih mudah dirasakan jika ancaman itu kecil
8.
Jika ancaman itu rendah terdapat pengalaman peserta didik dalam memperoleh cara
9.
Kepercayaan pada diri peserta didik ditumbuhkan dengan membiasakan untuk mawas
diri
10. Manusia mempunyai belajar alami
Rogerss sebagai ahli dari teori belajar humanistik mengemukakan beberapa prinsip belajar
yang penting yaitu:
1.
Manusia itu memiliki keinginan alamiah untuk belajar, memiliki rasa ingin tahu terhadap
dunianya dan keinginan yang mendalam untuk mengeksplorasi dan asimilasi pengalaman
baru
2.
Belajar akan cepat dan bermakna bila bahan yang dipelajari relevan dengan kebutuhan
peserta didik
3.
Belajar dapat ditingkatkan dengan mengurangi ancaman dari luar
4.
Belajar secara partisipasif jauh lebih efektif dari pada belajar secara pasif dan orang
belajar lebih banyak bila belajar atas pengarahan diri sendiri
5.
Belajar atas prakarsa sendiri yang melibatkan keseluruhan pribadi, pikiran maupun
perasaan akan lebih baik dan tahan lama
6.
Kebebasan, kreatifitas dan kepercayaan diri dalam belajar dapat ditingkatkan dengan
evaluasi diri orang lain tidak begitu penting. (Dakir, 1993:64)
.5
Model Pembelajaran Humanistik
Beberapa model pembelajaran humanistik sebagai berikut:
1. Active Learning dicetuskan oleh Melvin L. Siberman
Asumsi dasar yang dibangun dari model pembelajaran ini adalah bahwa belajar bukan
merupakan konsekuensi otomatis dari penyampaian informasi kepada siswa. Belajar
membutuhkan keterlibatan mental dan tindakan sekaligus. Pada saat kegiatan belajar itu
aktif, siswa melakukan sebagian besar pekerjaan belajar. Mereka mempelajari gagasangagasan, memecahkan berbagai masalah dan menerapkan apa yang mereka pelajari.
Dalam Active Learning, cara belajar dengan mendengarkan saja akan sedikit ingat dengan
cara mendengarkan, melihat, berdiskusi dan melakukan akan memperoleh pengetahuan
danketerampilan dan cara untuk mengatasi pelajaran yang terbaik ialah dengan
membelajarkan.
2. Quantum Learning
Quantum Learning merupakan cara pengubahan macam-macam interaksi. Dalam
prakteknya, Quantum Learning menggabungkan sugetologi teknik pemercepatan belajar
dan neurolenguistik dengan teori keyakinan dan metode terbaru. Quantum Learning
mengasumsikan bahwa jiwa siswa mampu menggunakan potensi nalar dan emosinya
secara jitu akan mampu membuat loncatan prestasi yang tidak bisa diduga sebelumnya.
Dengan metode belajar yang tepat siswa dapat meraih prestasi belajar secara berlipat
ganda. Salah satu konsep dasar dari teori ini ialah bahwa belajar itu harus mengasikkan
dan berlangsung dalam suasana gembira, sehingga pintu masuk untuk informasi baru akan
lebih besar dan terekam dengan baik.
3. The Accelerated Learning
The Accelerated Learning merupakan pembelajaran yang dipercepat. Konsep dasar dari
pembelajaran ini berlansung sangat cepat, menyenangkan dan memuaskan. Pemilik
konsep ini yaitu Drave Meiver menyarankan kepada guru agar dalam mengelola kelas
menggunakan pendekatan somantic, auditory, visual dan intellectual (SAVI). Somantic
dimaksudkan sebagai learning by moving and doing (belajar dengan bergerak dan
mendengarkan). Auditory adalah learning by talking and hearing (belajar dengan
berbicara dan mendengarkan). Visual diartikan learning by observing and picturing
(belajar dengan mengamati dan menggambarkan). Intellectual maksudnya ialah learning
by problem solving and reflecting (belajar dengan pemecahan masalah dan melakukan
refleksi).
4. Humaning Of The Classroom
Humaning Of The Classroom ini dilatarbelakangi oleh kondisi sekolah yang otoriter, tidak
manusiawi, sehingga menyebabkan peserta didik putus asa yang akhirnya mengakhiri
hidupnya. Humaning Of The Classroom ini dicetuskan oleh Jhon P. Miller yang terfokus
pada pengembangan model pendidikan afektif. Pendidikan model ini tertumpu pada tiga
hal, yaitu: menyadari diri sebagai suatu proses pertumbuhan yang sedang dan akan terus
berubah, mengenali konsep dan identitas diri, dan menyatupadukan kesadaran hati dan
pikiran. Perubahan yang dilakukan terbatas pada substansi materi saja, tetapi yang lebih
penting pada aspek metodologis yang dipandang sangat manusiawi.
2.6 Implementasi Teori Belajar Humanistik Dalam Pembelajaran
Penerapan teori humanistik lebih menunjuk pada ruh atau spirit selama proses
pembelajaran yang mewarnai metode-metode yang diterapkan. Peran guru dalam
pembelajaran humanistik adalah menjadi fasilitator bagi para peserta didik, sedangkan guru
memberikan motivasi, kesadaran mengenai makna belajar dalam kehidupan peserta didik.
Guru memfasilitasi pengalaman belajar kepada peserta didik dan mendampingi peserta didik
untuk memperoleh tujuan pembelajaran. Hal yang menjadi ilmu pengetahuan merupakan
pengalaman. Pengalaman yang dimaksud dalam hal ini adalah serangkaian proses
pembelajaran yang didalamnya terdapat inlai-nilai humanisme dan telah dilalui oleh peserta
didik. Adapun peran guru dalam pembelajaran humanistik adalah menjadi fasilitator bagi para
peserta didik saat guru memberikan motivasi, kesadaran mengenai makna belajar dalam
kehidupan peserta didik. Guru memfasilitasi pengalaman belajar kepada peserta didik dan
mendampingi peserta didik untuk memperoleh tujuan pembelajaran. Pembelajaran
berdasarkan teori humanistik ini cocok untuk diterapkan pada materi-materi pembelajaran
yang bersifat pembentukan kepribadian, hati nurani, perubahan sikap dan analisis terhadap
fenomena sosial.
Aplikasi dari teori belajar humanistik adalah menekankan pentingnya isi dari proses
belajar bersifat eklektik, tujuannya adalah memanusiakan manusia atau mencapai aktualisasi
diri. Aplikasi teori humanistik dalam pembelajaran guru lebih mengarahkan siswa untuk
berpikir induktif, memntingkan pengalaman, serta membutuhkan keterlibatan siswa secara
aktif dalam proses belajar. Hal ini dapat diterapkan melalui kegiatan diskusi, membahas
materi secara berkelompok sehingga siswa dapat mengemukakan pendapatnya masingmasing di depan kelas. Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya apabila
kurang mengerti terhadap materi yang diajarkan. Pembelajaran berdasarkan teori humanistik
ini cocok untuk diterapkan pada materi-materi pembelajaran yang bersifat pembentukan
kepribadian, hati nurani, perubahan sikap, dan analisis terhadap fenomena sosial. Indikator
dari keberhasilan aplikasi ini adalah siswa merasa senang bergairah, berinisiatif dalam belajar
dan terjadi perubahan pola pikir, perilaku dan sikap atas kemauan sendiri (Hepratiwi,
2009:39). Siswa diharapkan menjadi manusia yang bebas, berani, tidak terikat oleh pendapat
orang lain atau melanggar aturan, norma, disiplin, atau etika yang berlaku.
Peserta didik berperan sebagai pelaku utama (student center) yang memaknai proses
pengalaman belajarnya sendiri. Diharapkan peserta didik memahami potensi diri,
mengembangkan potensi dirinya secara positif dan meminimalkan potensi diri yang bersifat
negatif. Psikologi humanistik memberi perhatian atas guru sebagai fasilitator. Berikut ini
adalah berbagai cara untuk memberi kemudahan belajar dan berbagai kualitas fasilitator,
yaitu:
1. Fasilitator sebaiknya memberi perhatian kepada penciptaan suasana awal, situasi
kelompok atau pengalaman kelas
2. Fasilitator membantu untuk memperoleh dan memperjelas tujuan-tujuan perorangan
didalam kelas dan juga tujuan-tujuan kelompok yang bersifat umum
3. Dia mempercayai adanya keinginan dari masing-masing peserta didik untuk
melaksanakan tujuan-tujuan yang bermakna bagi dirinya sebagai kekuatan pendorong
yang tersembunyi didalam belajar yang bermakna tadi
4. Dia mencoba mengatur dan menyediakan sumber-sumber untuk belajar yang apling luas
dan mudah dimanfaatkan para peserta didik untuk membantu mencapai tujuan mereka
5. Dia menempatkan dirinya sendiri sebagai suatu sumber yang fleksibel untuk
dimanfaatkan oleh kelompok
6. Didalam menanggapi ungkapan-ungkapan didalam kelompok kelas dan menerima baik
isi yang bersifat intelektual dan sikap-sikap perasaan dan mencoba untuk menanggapi
dengan cara yang sesuai, baik bagi individual ataupun bagu kelompok
7. Bilamana cuaca penerima kelas telah mantap, fasilitator berangsur-angsur dapat berperan
sebagai seorang peserta didik yang turut berpartisipasi, seorang anggota kelompok, dan
turut menyatakan pandangannya sebagai seorang individu seperti peserta didik yang lain
8. Dia mengambil prakarsa untuk ikut serta dalam kelompok, perasaanya dan juga
pikirannya dengan tidak menuntut dan juga tidak memaksakan, tetapi sebagai suatu andil
secara pribadi yang boleh saja digunakan atau ditolak oleh peserta didik
9. Dia harus tetap waspada terhadap ungkapan-ungkapan yang menandakan adanya
perasaan yang dalam dan kuat selama belajar
10. Didalam berperan sebagai seorang fasilitator, pimpinan harus mencoba untuk mengenali
dan menerima keterbatasan-keterbatasannya sendiri. (Dakir, 1993:65)
Dalam praktik teori belajar humanistik cenderung mengarahkan siswa untuk dapat berpikir
induktif, memtingkan pengalaman, dan membutuhkan keterlibatan siswa secara aktif didalam
proses pembelajarn. Berikut adalah langkah-langkah dalam pembelajaran dengan pendekatan
humanistik:
1. Menentukan tujuan-tujuan pembelajaran
2. Menentukan materi-materi pembelajaran
3. Mengidentifikasi topik-topik pelajaran yang memungkinkan akan melibatkan siswa
untuk dapat belajar secara aktif
4. Merancang fasilitas belajar, seperti lingkungan dan media-media pembelajaran
5. Membimbing siswa dalam mengaplikasikan konsep-konsep baru ke situasi yang nyata
6. Membimbing siswa untuk dapat memahami hakikat dan makna dari pengalaman belajar
7. Mengevalusi proses dan hasil belajar
Ciri-ciri guru yang baik menurut humanistik ialah guru yang memiliki rasa humor, adil,
menarik, lebih demokratis, mampu berhubungan dengan siswa dengan mudah dan wajar.
Ruang kelas lebih terbuka dan mampu menyesuiakan pada perubahan. Sedangkan guru yang
tidak efektif ialah guru yang memiliki rasa humor rendah, mudah menjadi tidak sabar, suka
melukai perasaan siswa dengan komentar yang menyakitkan, bertindak agak otoriter dan
kurang peka terhadap perubahan yang ada.
2.7 Implementasi Teori Belajar Humanistik Dalam Pembelajaran Ekonomi
Salah satu bentuk pendidikan humanisme adalah pendidikan terbuka (open education)
adalah proses pendidikan yang memeberikan kesempatan kepada murid untuk bergerak
secara bebas dan memilih aktivitas belajar mereka sendiri. Guru hanya berperan sebagai
fasilitator dan pembimbing. Peserta didik tidak hanya sekedar duduk manis mendengarkan
materi yang disampaikan oleh gurunya, tetapi peserta didik juga diharapkan mampu bekerja
secara individu dengan cara berkelompok, agar peserta didik mampu mengeksplorasi bidangbidang pelajaran, mengusulkan topik-topik pelajaran, sehingga dapat membantu mewujudkan
bakat dan minat-minat tertentu.
Adapun kriteria bentuk pendidikan humanisme adalah sebagai berikut:
1. Tersedia fasilitas atau sarana dan prasarana yang memudahkan proses belajar mengajar,
artinya harus tersedia berbagai macam bahan pelajaran yang diperlukan
2. Peserta didik diberi kebebasan untuk bergerak di ruang kelas, bebas menyampaikan
pendapat mereka, tidak dilarang berbicara yang berkaitan dengan materi pelajaran dan
tidak ada kelompokan atas dasar tingkat kecerdasan
3. Terciptanya suasana kelas yang penuh kasih sanyang, hangat, hormat dan terbuka, artinya
guru bersedia mendengarkan keluhan peserta didik dengan aman dan mampu menjaga
rahasia peserta didik
4. Guru mengamati setiap proses belajar yang dilalui murid dengan membuat catatan dan
penilaian secara individual dan meminimalisir tes formal
5. Adanya kesempatan untuk menumbuhkan keprofesionalan guru, dalam arti guru boleh
menggunakan bantuan lain termasuk rekan kerjanya
Hal tersebut dapat di implementasikan ke dalam berbagai mata pelajaran termasuk salah
satunya pada mata pelajaran ekonomi. Contoh guru menetapkan tujuan yang menuntut para
siswa mempelajari materi ekonomi tentang “kebutuhan menurut Abraham Maslow”.
Penerapan materi tersebut menggunakan model pembelajaran jigsaw. Dalam teknik ini siswa
dimasukkan kedalam tim-tim kecil yang bersifat heterogen, dimana tidak ada
pengklasifikasian antara yang cerdas dan tidak cerdas. Bahan pelajaran “kebutuhan”
dibagikan kepada anggota-anggota tim, kemudian siswa-siwa tersebut mempelajari bagian
mereka masing-masing bersama-sama dengan anggota-anggota dari tim lain yang memiliki
bahan yang sama. Setelah itu mereka kembali ke kelompoknya masing-masing dan
mengajarkan bagaian-bagian yang telah dipelajari bersama-sama dengan anggota tim lain itu
kepada anggota-anggota timnya sendiri. Tujuannya adalah agar setiap tim mempelajari
seluruh bahan pelajaran “kebutuhan”.
Dengan mengetahui konsep kebutuhan dasar menurut Maslow, maka siswa akan dapat
memahami dan berpikir secara mandiri bahwa:
1.
Jika kebutuhan dasar pada tiap tingkatan tidak terpenuhi, pada akhirnya akan muncul
sesuatu kondisi patologis
2.
Setiap orang memenuhi kebutuhan dasarnya menurut prioritas
3.
Setiap orang mempunyai kebutuhan dasar yang sama dan setiap kebutuhan tersebut
dimodifikasi sesuai dengan budaya masing-masing
4.
Kebutuhan dasar sifatnya saling berkaitan, beberapa kebutuhan yang tidak terpenuhi
akan mempengaruhi kebutuhan lainnya
5.
Kebutuhan pada tingkat yang lebih tinggi tidak akan terpenuhi dengan baik sampai
kebutuhan dibawahnya terpenuhi
6.
Manusia senantiasa berkembang, sehingga dapat mencapai potensi diri yang maskimal
7.
Walaupun kebutuhan pada umumnya harus dipenuhi, tetapi beberapa kebutuhan sifatnya
dapat ditunda
8.
Seseorang dapat merasakan adanya kebutuhan sehingga dapat berespon melalui berbagai
cara
9.
Kebutuhan dapat menyebabkan seseorang berpikir dan bergerak memenuhinya. Ini
disebabkan oleh rangsangan yang berasal dari faktor eksternal dan internal
10. Kegagalan dalam memenuhi kebutuhan menyebabkan ketidakseimbangan homestasis.
Lebih lanjut kondisi ini dapat menimbulkan penyakit
Hierarki kebutuhan dasar menurut Maslow meliputi lima kategori yaitu kebutuhan fisiologis,
kebutuhan rasa cinta, memiliki dan dimiliki, kebutuhan keselamatan dan rasa aman,
kebutuhan harga diri dan kebutuhan aktualisasi diri. Untuk beralih ke tingkat kebutuhan yang
lebih tinggi, kebutuhan dasar dibawahnya harus terpenuhi dulu, artinya terdapat sesuatu
jenjang kebutuhan yang “lebih penting” yang ahrus dipenuhi sebelum kebutuhan yang lain
dipenuhi. Sebagai contoh, jika kebutuhan fisiologis seseorang seperti makan, istirahat, cairan
dan lain sebagainya belum terpenuhi, tidak mungkin baginya untuk memenuhi harga diri atau
aktualisasi diri dengan mengabaikan kebutuhan pertama.
2.8 Kelebihan dan Kelemahan Teori Belajar Humanistik
Beberapa kelebihan dan kelemahan dari teori belajar humanistik adalah sebagai berikut:
1.
Kelebihan teori belajar humanistik
a. Pembelajaran dengan teori inis angat cocok diterapkan untuk materi-materi
pembelajaran yang bersifat pembentukan kepribadian, hati nurani, perubahan sikap
dan analisis terhadap fenomena sosial
b. Indikator dari keberhasilan aplikasi ini ialah siswa merasa senang bergairah,
berinisiatif dalam belajar dan terjadi perubahan pola pikir, perilaku dan sikap atas
kemauan sendiri
c. Siswa diharapkan menjadi manusia yang bebas, berani, tidak terikat oleh pendapat
orang lain dan mengatur pribadinya sendiri secara tanggungjawab tanpa mengurangi
hak-hak orang lain atau melanggar aturan, norma, disiplin, atau etika yang berlaku
2.
Kelemahan teori belajar humanistik
Karena dalam teori ini guru ialah sebagai fasilitator, maka kurang cocok menerapkan
yang pola pikirnya kurang aktif atau pasif. Karena bagi siswa yang kurang aktif, dia akan
takut atau malu untuk bertanya pad gurunya sehingga dia akan tertinggal oleh temantemannya yang aktif dalam kegiatan pembelajaran, padahal dalam teori ini guru akan
memberikan respon bila murid yang diajar aktif dalam menanggapi respon yang
diberikan oleh guru. Karena siswa berperan sebagai pelaku utama (student center) maka
keberhasilan proses belajar lebih banyak ditentukan oleh siswa itu sendiri, peran guru
dalam proses pembentukan dan pendewasaan kepribadian siswa menjadi berkurang
(Hepratiwi, 2009:56).
BAB III
PENUTUP
Teori belajar humanistik merupakan konsep belajar yang lebih melihat pada sisi
perkembangan kepribadian manusia. Berfokus pada potensi manusia untuk mencari dan
menemukan kemampuan yang mereka punya dan mengembangkan kemampuan tersebut.
Pembelajaran humanistik memandang manusia sebagai subjek yang bebas merdekan untuk
menetukan arah hidupnya. Manusia bertanggungjawab penuh atas hidupnya sendiri dan juga
atas hidup orang lain. Menurut teori belajar humanistik, tujuan belajar untuk memanusiakan
manusia. Aplikasi dalam teori ini, peserta didik diharapkan menjadi manusia yang bebas,
berani, tidak terikat oleh pendapat orang lain dan mengatur pribadinya sendiri secara
bertanggungjawab tanpa mengurangi hak-hak orang lain atau melanggar aturan, norma,
disiplin atau etika yang berlaku serta guru hanya ebagai fasilitator. Proses belajar dianggap
berhasil jika di pelajar dapat memahami lingkungan dan dirinya sendiri. Teori belajar
humanistik ini cocok untuk diterapkan pada materi-materi pembelajaran yang bersifat
pembentukan kepribadian, hati nurani, perubahan sikap, dan analisis terhadap fenomena
sosial. Psikologi humanisme memberi perhatian atas guru sebagai fasilitator.
DAFTAR PUSTAKA
Arbayah. 2013. Model Pembelajaran Humanistik. Dinamika Ilmu. Vol. 113. No.2
Dakir. 1993. Dasar – Dasar Psikologi. Jakarta: Pustakan Pelajar
Dalyono, M. 2013. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta
Herpratiwi. 2009. Teori Belajar dan Pembelajaran. Bandar Lampung: Universitas Lampung
http://id.wikipedia.org/wiki/Ekonomi
Permen 22 Tahun 2006-Standar Isi/Standar Kompetensi Dasar SM
Rifa’i, Achmad dan Catharina Tri Anni. 2012. Psikologi Pendidikan. Semarang: UPT
UNNES Press
Slameto. 2010. Belajar dan Faktor – Faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta: PT Rineka
Cipta
Syah, Muhibbin. 2007. Psikologi Belajar. Jakarta: Grafindo Persada
EKONOMI
TEKNOLOGI INFORMASI PEMBELAJARAN EKONOMI
Dosen Pengampu: Dr. Kardoyo, M.Pd
Disusun oleh:
Nama
: Siti Nor Chalimah
NIM
: 0701516013
Prodi
: Pendidikan Ekonomi
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI
FAKULTAS PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Keberhasilan dalam proses belajar dapat dilihat dari hasil belajar yang dicapai. Hasil
belajar menurut Rifa’i dan Catharina (2012:69) merupakan perubahan perilaku yang
diperoleh peserta didik setelah mengalami kegiatan belajar. Perubahan perilaku tersebut dapat
dilihat dengan adanya perubahan keterampilan, sikap dan kemampuan menuju arah yang
posiif. Sehingga seseorang dapat dikatakan berhasil dalam proses belajar, ketika memperoleh
hasil belajar yang baik dan ditunjukkan oleh pengetahuan dan penguasaan yang semakin
bertambah setelah melalui proses belajar.
Hasil belajar digunakan untuk mengukur kemampuan siswa dalam mencapai tujuannya
melalui pengamatan kinerja sebelum dan setelah proses pembelajaran berlangsung serta
mengamati perubahan kinerja yang telah terjadi. Menurut Muhibbin (2007:196) menyatakan
bahwa hasil belajar siswa dicerminkan dalam bentuk nilai tes baik tes ulangan harian,
ulangan tengah semester dan ulangan akhir semester. Jenis tes ini untuk mengukur
kemampuan atau keberhasilan belajar siswa terhadap suatu mata pelajaran, termasuk dalam
pembelajaran ekonomi.
Ekonomi merupakan salah satu ilmu sosial yang mempelajari aktivitas manusia yang
berhubungan dengan produksi, distribusi dan konsumsi terhadap barang dan jasa. Istilah
“ekonomi” sendiri berasal dari bahasa Yunani, yaitu oikos yang berarti “keluarga, rumah
tangga” dan nomos yang berarti “peraturan, aturan dan hukum”. Secara garis besar, ekonomi
diartikan sebagai “aturan rumah tangga” atau “manajemen rumah tangga”. Tujuan pelajaran
ekonomi adalah agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut:
1) Memenuhi sejumlah konsep ekonomi yang berkaitan peristiwa dan masalah ekonomi
dengan kehidupan sehari-hari. Terutama yang terjadi di lingkungan individu, rumah
tangga, masyarakat dan negara.
2) Menampilkan sikap ingin tahu terhadap sejumlah konsep ekonomi yang diperlakukan
untuk mendalami ilmu ekonomi.
3) Membentuk sikap bijak, rasional dan bertanggungjawab dengan memiliki pengetahuan
dan keterampilan ilmu ekonomi, manajemen, dan akuntansi yang bermanfaat bagi diri
sendiri, rumah tangga, masyarakat dan negara.
4) Membuat keputusan yang bertanggungjawab mengenai nilai-nilai sosial ekonomi dalam
masyarakat yang majemuk, baik dalam skala nasional maupun internasional.
Menurut Muhibbin Syah, seorang peserta didik yang menempuh proses belajar idealnya
ditandai oleh munculnya pengalaman – pengalaman psikologis baru yang positif, yaitu
pengalaman – pengalaman bersifat kejiwaan yang diharapkan dapat mengembangkan aneka
ragam sifat, sikap, dan kecakapan yang konstruktif, bukan kecakapan yang destruktif
(merusak). Namun, banyak ditemukan proses pembelajaran terjadi tanpa memperhatikan
kondisi psikologis siswa. Sejauh ini masih banyak teori belajar lebih menekankan peranan
lingkungan dan faktor – faktor kognitif dalam proses belajar mengajar. Hal demikian tampak
ketika peserta didik belajar sangat dipengaruhi oleh bagaimana dia berpikir. Guru hanya
mengidentifikasi apa yang penting, sulit, atau sesuatu yang belum dikenal dan
membangkitkan informasi yang telah dipelajari. Hal ini juga terlihat dari metode yang
digunakan guru masih bersifat konvensional, yaitu ceramah dan hafalan, sehingga interaksi
cenderung berpusat pada guru.
Guru terkadang hanya memahami bahwa proses pembelajaran hanya sekedar transfer
pengetahuan dan hal ini sering tidak disadari oleh guru. Bahkan menurut Reber (1989)
sebagaimana yang dikutip oleh Muhibbin Syah, menyatakan bahwa belajar adalah proses
memperoleh pengetahuan. Sedangkan menurut Morgan dan kawan – kawan (1986)
sebagaimana yang dikutip oleh Baharuddin dan Esa Nur Wahyuni, bahwa belajar adalah
perubahan tingkah laku yang relatif tetap dan terjadi sebagai hasil latihan atau pengalaman
dan adanya proses internal yang terjadi didalam diri seseorang. Perubahan tersebut terjadi
dalam pemahaman, perilaku, persepsi, motivasi, atau gabungan dari semuanya. Dengan
demikian belajar tidak hanya transfer pengetahuan , tetapi juga transfer nilai, sehingga siswa
mengalami perubahan dan mampu memecahkan permasalahan hidup serta dapat
menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Untuk dapat mengembangkan hal tersebut,
seharusnya dalam suatu sistem pendidikan siswa tidak harus menyesuaikan dengan
kurikulum, tetapi sebaliknya yaitu kurikulum untuk siswa. Artinya orientasi belajar bukan
menyelesaikan materi, akan tetapi lebih menekankan pada proses penerimaan materi.
Sebagaimana diungkapkan dalam aliran humanistik, orientasi belajar dalam proses
pembelajaran harus berhulu dan bermuara pada manusia itu sendiri. Aliran humanistik
memandang bahwa belajar bukan sekedar pengembangan kualitas kognitif saja, melainkan
juga sebuah proses yang terjadi dalam diri individu yang melibatkan seluruh domain yang
ada. Sehingga peserta didik mampu memecahkan permasalahan hidup dan dapat
menyesuaikan diri dengan lingkungannya disertai dengan adanya perubahan.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan , maka rumusan masalah
yang ditetapkan adalah:
1. Apa yang dimaksud dengan belajar?
2. Apa yang dimaksud dengan teori belajar humanistik ?
3. Siapakah tokoh – tokoh dalam teori belajar humanistik?
4. Apa saja prinsip – prinsip teori belajar humanistik?
5. Apa saja model pembelajaran humanistik?
6. Bagaimana implementasi teori belajar humanistik dalam pembelajaran?
7. Bagaimana implementasi teori belajar humanistik dalam pembelajaran ekonomi?
8. Apa saja kelebihan dan kekurangan teori belajar humanistik?
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Tinjauan Belajar
2.1.1 Pengertian Belajar
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, secara etimologis belajar adalah sebuah kegiatan
untuk mencapai kepandaian atau ilmu. Definisi etimologi diatas mungkin sangat singkat dan
sederhana, sehingga masih diperlukan penjelasan terminologi mengenai definisi belajar yang
lebih mendalam. Menurut Slameto (2010:2) belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan
seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan
sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Sedangkan
menurut Rifa’i dan Chatarina (2012:66) belajar adalah proses penting bagi perubahan
perilaku setiap orang dan belajar itu mencakup segala sesuatu yang dipikirkan dan dikerjakan
oleh seseorang. Oleh karena itu dengan menguasai konsep dasar tentang belajar, seseorang
mampu memahami bahwa aktivitas belajar itu memegang peranan penting dalam proses
psikologis.
Selain pandangan tentang belajar yang telah dikemukakan diatas, terdapat pula teori dari
beberapa ahli (Anni dan Rifa’i, 2009:105-137) antara lain:
1. Teori Belajar Behavioristik
Aspek penting yang dikemukakan oleh aliran behavioristik dalam belajar adalah bahawa
hasil belajar (perubahan perilaku) itu tidak disebabkan oleh kemampuan internal manusia
(insting), tetapi karena faktor stimulus yang menimbulkan respon. Skinner menyatakan
bahwa belajar merupakan proses perubahan perilaku. Pada saat seseorang belajar, maka
responnya menjadi lebih baik. Sebaliknya jika ia tidak belajar maka responnya menurun.
Belajar mempunyai konsekuensi yang bersifat menguatkan respon. Sebagai ilustrasi,
perilaku si pembelajar yang baik diberi hadiah, sebaliknya perilaku respon yang tidak baik
diberi teguran atau hukuman. Setiap respon yang diikuti oleh penguatan (reward)
cenderung akan diulang kembalu dan penguatan (reward) tersebut akan meningkatkan
kecepatan terjadinya respon.
2. Teori Belajar Konstruktivisme
Teori belajar konstruktivisme menyatakan peserta didik harus menemukan dan
mentransformasikan informasi kompleks ke dalam dirinya sendiri. Teori ini memandang
peserta didik sebagai individu yang selalu memeriksa informasi baru yang berlawanan
dengan prinsip – prinsip tersebut apabila sudah dianggap tidak dapat digunakan lagi. Hal
ini memberikan implikasi bahwa peserta didik harus terlihat aktif dalam kegiatan
pembelajaran.
3. Teori Belajar Kognitif
Teori belajar kognitif memandang bahwa kegiatan belajar bukanlah sekedar stimulus dan
respon yang bersifat mekanistik, tetapi lebih dari itu, kegiatan belajar juga melibatkan
kegiatan mental yang ada didalam diri individu yang sedang belajar. Karena itu, menurut
teori kognitif, belajar adalah proses mental yang aktif untuk mencapai, mengingat dan
menggunakan pengetahuan. Sehingga perilaku yang tampak pada manusia tidak dapat
diukur dan diamati tanpa melibatkan proses mental motivasi, kesenjangan, keyakinan dan
lain sebagainya.
4. Teori Belajar Humanistik
Belajar menurut teori belajar humanistik menyatakan bahwa kemampuan peserta didik
mengambil tanggungjawab dalam menentukan apa yang dipelajari dan menjadi individu
yang mampu mengarahkan diri sendiri dan mandiri. Disamping itu, pendekatan
humanistik memandang pentingnya penekanan pendidikan di bidang kreativitas, minat
terhadap seni dan hasrat ingin tahu. Oleh karena itu, pendekatan humanistik kurang
menekankan pada kurikulum standar, perencanaan pembelajaran, ujian, sertifikat pendidik,
dan kewajiban hadir di sekolah. Dalam praktik pembelajaran pendekatan humanistik
mengkombinasikan metode pembelajaran individu dan kelompok kecil.
2.2 Teori Belajar Humanistik
Teori belajar humanistik merupakan konsep belajar yang lebih melihat pada sisi
perkembangan kepribadian manusia dan berfokus pada potensi manusia untuk mencari serta
menemukan kemampuan yang mereka punya dan mengembangkan kemampuan tersebut.
Teori belajar
humanistik banyak mengadopsi prinsip-prinsip progresif dan mendapat
stimulan dari eksistensialisme, yang mencakup keberpusatan pada anak, peran guru yang
tidak otoritatif, pemfokusan pada subjek peserta didik yang terlibat aktif, dan sisi-sisi
pendidikan yang kooperatif dan demokratis. Selain itu, teori belajar humanistik sifatnya
sangat mementingkan isi yang dipelajari daripada proses pembelajaran itu sendiri. Teori
belajar ini lebih banyak berbicara tentang konsep-konsep pendidikan untuk membentuk
manusia yang dicita-citakan. Dalam artian memanusiakan manusia adalah perilaku tiap orang
yang ditentukan oleh orang itu sendiri dan memahami manusia terhadap lingkungan dan diri
sendiri.
Teori belajar humanistik berusaha dalam memahami perilaku belajar dari sudut pandang
pelakunya, bukan dari sudut pandang pengamatnya. Oleh karena itu, proses belajar dapat
dianggap berhasil apabila si pembelajar telah memahami lingkungannya dan dirinya sendiri.
Artinya peserta didik mengalami perubahan dan mampu memecahkan permasalahan hidup
serta dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Tujuan utama para pendidik adalah
membantu siswa untuk mengembangkan dirinya, yaitu membantu masing-masing individu
untuk mengenal diri mereka sendiri sebagai manusia yang unik dan membantu dalam
mewujudkan potensi-potensi yang ada dalam diri mereka (Dalyono, 2012:43)
Menurut teori belajar humanistik, tujuan belajar adalah untuk memanusiakan manusia.
Proses belajar dianggap berhasil jika si pelajar memahami lingkungannya dan dirinya sendiri.
Siswa dalam proses belajarnya harus berusaha agar lambat laun ia mampu mencapai
aktualisasi diri dengan sebaik-baiknya. Selain itu, dalam teori belajar humanistik proses
belajar harus berhulu dan bermuara pada manusia itu sendiri. Meskipun teori ini sangat
menekankan pentingnya isi dari proses belajar, dalam kenyataan teori ini lebih banyak
berbicara tentang pendidikan dan proses belajar dalam bentuknya yang paling ideal. Dengan
kata lain teori ini lebih tertarik pada ide belajar dalam bentuknya yang paling ideal dari pada
belajar seperti apa adanya, seperti apa yang dapat kita amati dalam dunia keseharian. Teori
apapun dapat dimanfaatkan asal tujuannya untuk “memanusiakan manusia” dapat tercapai.
Selanjutnya Gagne dan Briggs mengatakan bahwa pendekatan humanistik adalah
pengembangan nilai-nilai dan sikap pribadi yang dikendaki secara sosial dan pemerolehan
pengetahuan yang luas tentang sejarah, sastra, dan pengolahan strategi berpikir produktif.
Pendekatan sistem ini dapat dilakukan sehingga peserta didik dapat memilih suatu rencana
pealjaran agar mereka dapat mencurahkan waktu mereka bagi bermacam-macam tujuan
belajar atau sejumlah pelajaran yang akan dipelajari dan aktifitas-aktifitas kreatif yang
mungkin dilakukan. Pembatasan praktis dalam pemilihan hal-hal itu mungkin ditentukan oleh
keterbatasan bahan-bahan pelajaran dan keadaan, tetapi dalam pendekatan sistem itu sendiri
tidak ada yang membatasi keanekaragaman pendidikan ini.
.3. Tokoh – Tokoh Teori Belajar Humanistik
Tokoh-tokoh yang sangat berperan beserta teori-teorinya sebagai konstribusi atas lahirnya
teori belajar humanistik antar lain:
1. Abraham Maslow
Teori Maslow didasarkan pada asumsi bahwa terdapat dua hal didalam diri individu
yaitu:
a. Suatu usaha yang positif untuk berkembang
b. Kekuatan untuk melawan atau menolak perkembangan itu
Maslow mengemukakan bahwa individu berperilaku dalam upaya untuk memenuhi
kebutuhan yang bersifat hierarkis. Pada diri setiap orang terdapat perasaan takut seperti
rasa takut untuk berusaha atau berkembang, takut untuk mengambil kesempatan, takut
dengan apa yang sudah ia miliki dan sebagainya. Tetapi disisi lain, seseorang juga
memiliki dorongan untuk lebih maju kearah keutuhan, keunikan diri, kearah
berfungsinya semua kemampuan, kearah kepercayaan diri menghadapi dunia luar, dan
pada saat itu juga ia dapat menerima diri sendiri.
Adapun teori yang paling dikenal adalah teori tentang Hierarchy og Needs (hierarki
kebutuhan) menurut Maslow adalah sebagai berikut:
a. Kebutuhan fisiologis/dasar
b. Kebutuhan akan rasa aman dan tenteram
c. Kebutuhan untuk dicintai dan disayangi
d. Kebutuhan untuk dihargai
e. Kebutuhan untuk aktualisasi diri
Implikasi teori ini terhadap pembelajaran sangat penting, guru harus memperhatikan
teori ini. Apabila guru menemukan kesulitan untuk memahami mengapa anak tidak
tenang dalam kelas, mengapa anak-anak tertentu tidak mengerjakan tugas, atau bahkan
tidak memiliki motivasi dalam belajar. Menururt Maslow guru tidak dapat menyalahkan
kesalahan ini secara langsung pada si anak, bisa jadi beberapa kebutuhan anak belum
terpenuhi secara baik dan maksimal.
2. Athur W. Combs
Athur W. Coms adalah seorang humanis. Dia berpendapat bahwa perilaku batiniah
seperti perasaan, persepsi, keyakinan dan maksud
menyebabkan seseorang berbeda
dengan orang lain. Untuk memahami orang lain kita harus melihat dunia orang lain
seperti ia merasa dan berpikir tentang dirinya. Sangatlah keliru jika pendidik
beranggapan bahwa peserta didik akan mudah belajar kalau bahan ajarnya disiapkan rapi
dan disampaikan dengan baik. Masalah dalam mengajar bukanlah bagaimana bahan ajar
itu disampaikan, akan tetapi bagimana membantu peserta didik memahami arti dan
makna yang terkandng didalam bahan ajar tersebut.
Guru tidak dapat memaksakan materi yang tidak disukai atau tidak relevan dengan
kehidupan mereka. Anak tidak bisa bahasa inggris atau IPA bukan karena bodoh, akan
tetapi karena mereka enggan dan terpaksa, dimana tidak ada alasan penting bagi mereka
untuk mempelajarinya. Perilaku yang buruk seperti itu yang membuat seseorang tidak
mampu untuk melakukan sesuatu yang tidak akan memberikan kepuasan atau timbal
balik yang diharapkan baginya.
Guru harus dapat memahami perilaku siswa dengan mencoba memahami dunia
persepsi siswa tersebut. Sehingga, pada saat ingin mengubah perilaku siswa tersebut guru
harus mengubah pandangan atau keyakinan siswa yang ada. Perilaku internal
membedakan seseorang dari yang lain. Coms berpendapat bahwa banyak guru membuat
kesalahan dengan berasumsi bahwa siswa mau belajar apabila materi pelajarannya
disusun dan disajikan sebagimana mestinya. Padalah makna yang diharapkan siswa
tidaklah menyatu pada materi pelajaran tersebut. Dalam hal ini yang terpenting adalah
bagaimana membawa persepsi siswa untuk memperoleh makna belajar bagi pribadinya
dari materi pelajaran tersebut yang menghubungkan materi pelajaran dengan kehidupan
sehari-hari.
3. Carl Ransom Rogerss
Rogerss adalah seorang psikolog humanis yang menekankan perlunya sikap saling
menghargai dan tanpa prasangka (antara klien dan terapisit) dalam membantu individu
mengatasi masalah-masalah kehidupannya. Rogerss meyakini bahwa klien sebenarnya
memiliki jawaban atas permasalahan yang dihadapinya dan tugas terapis hanya
membimbing klien menemukan jawaban yang benar. Menurut Rogerss, teknik-teknik
assesment dan pendapat para terapis bukanlah hal yang penting dalam melakukan
treatment kepada klien.
Bagaimana proses belajar dapat terjadi menurut teori belajar humanistik? Orang
belajar karena ingin mengetahui dunianya. Individu memilih sesuatu untuk dipelajari,
mengusahakan proses belajar dengan caranya sendiri dan menilainya sendiri tentang
apakah proses belajarnya berhasil. Rogerss kurang menaruh perhatian kepada mekanisme
proses belajar. Belajar dipandang sebagai fungsi keseluruhan pribadi. Mereka
berpendapat bahwa belajar yang sebenarnya tidak dapat berlangsung jika tidak ada
keterlibatan intelektual maupun emosional peserta didik. Oleh karena itu, menurut teori
belajar humanistik bahwa motivasi belajar harus bersumber pada diri peserta didik.
Rogerss membedakan dua tipe belajar, yaitu kognitif (kebermaknaan) dan experiental
(pengalaman atau signifikan). Guru menghubungkan pengetahuan akademik ke dalam
pengetahuan terpakai, seperti mempelajari mesin dengan tujuan untuk memperbaiki
mobil. Experiental learning menunjuk pada pemenuhan kebutuhan dan keinginan siswa.
Kualitas belajar experiental learning mencakup keterlibatan siswa secara personal,
berinisiatif, evaluasi oleh siswa sendiri, dan adanya efek yang membekas pada siswa.
Menurut Rogerss yang terpenting dalam proses pembelajaran adalah pentingnya guru
memperhatikan prinsip pendidikan dan pembelajaran.
Menurut Rogerss, peranan guru dalam kegiatan belajar dibidang pendidikan
dibutuhkan 3 (tiga) sikap sebagai fasilitator belajar sebagai berikut:
a. Realitas didalam fasilitator belajar
Merupakan sikap dasar yang penting. Seorang fasilitator menjadi dirinya sendiri dan
tidak menyangkal diri sendiri. Sehingga ia dapat masuk ke dalam hubungan dengan
pelajar tanpa ada sesuatu yang ditutup-tutupi.
b. Penghargaan, penerimaan dan kepercayaan
Menghargai pendapat, perasaan dan sebagainya membuat timbulnya penerimaan
akan satu dengan lainnya. Dengan adanya penerimaan tersebut, makan akan muncul
kepercayaan satu dengan yang lainnya.
c. Pengertian yang empati
Untuk mempertahankan iklim belajar atas dasar inisiatif diri, maka guru harus
memiliki pengertian empati akan reaksi murid dari dalam. Guru harus memiliki
kesadaran bagi jalannya proses pendidikan dengan tidak menilai atau mengevaluasi.
Pengertian akan materi dipandang dari sudut murid bukan guru (Herpratiwi,
2009:53).
2.4 Prinsip – Prinsip Teori Belajar Humanistik
Pendekatan humanistik menganggap peserta didik sebagai a whole person atau orang
sebagai suatu kesatuan. Dengan kata lain, pembelajaran tidak hanya mengajarkan materi atau
bahan ajar yang menjadi sasaran, akan tetapi juga membantu peserta didik dalam
mengembangkan diri mereka sebagai manusia. Keyakinan tersebut telah mengarahkan
munculnya sejumlah teknik dan metodologi pembelajaran yang menekankan aspek
humanistik pembelajaran.
Beberapa prinsip-prinsip dari teori belajar humanistik yaitu sebagai berikut:
1.
Belajar signifikan terjadi apabila materi pelajaran dirasakan murid mempunyai relevansi
dengan maksud tertentu
2.
Belajar yang menyangkut perubahan didalam persepsi mengenai dirinya
3.
Belajar yang bermakna diperoleh jika peserta didik melakukannya
4.
Belajar lancar jika peserta didik dilibatkan dalam proses belajar
5.
Belajar yang melibatkan peserta didik seutuhnya dapat memberi hasil mendalam
6.
Belajar sosial adalah belaja mengenai proses belajar
7.
Tugas belajar yang mengancam diri ialah lebih mudah dirasakan jika ancaman itu kecil
8.
Jika ancaman itu rendah terdapat pengalaman peserta didik dalam memperoleh cara
9.
Kepercayaan pada diri peserta didik ditumbuhkan dengan membiasakan untuk mawas
diri
10. Manusia mempunyai belajar alami
Rogerss sebagai ahli dari teori belajar humanistik mengemukakan beberapa prinsip belajar
yang penting yaitu:
1.
Manusia itu memiliki keinginan alamiah untuk belajar, memiliki rasa ingin tahu terhadap
dunianya dan keinginan yang mendalam untuk mengeksplorasi dan asimilasi pengalaman
baru
2.
Belajar akan cepat dan bermakna bila bahan yang dipelajari relevan dengan kebutuhan
peserta didik
3.
Belajar dapat ditingkatkan dengan mengurangi ancaman dari luar
4.
Belajar secara partisipasif jauh lebih efektif dari pada belajar secara pasif dan orang
belajar lebih banyak bila belajar atas pengarahan diri sendiri
5.
Belajar atas prakarsa sendiri yang melibatkan keseluruhan pribadi, pikiran maupun
perasaan akan lebih baik dan tahan lama
6.
Kebebasan, kreatifitas dan kepercayaan diri dalam belajar dapat ditingkatkan dengan
evaluasi diri orang lain tidak begitu penting. (Dakir, 1993:64)
.5
Model Pembelajaran Humanistik
Beberapa model pembelajaran humanistik sebagai berikut:
1. Active Learning dicetuskan oleh Melvin L. Siberman
Asumsi dasar yang dibangun dari model pembelajaran ini adalah bahwa belajar bukan
merupakan konsekuensi otomatis dari penyampaian informasi kepada siswa. Belajar
membutuhkan keterlibatan mental dan tindakan sekaligus. Pada saat kegiatan belajar itu
aktif, siswa melakukan sebagian besar pekerjaan belajar. Mereka mempelajari gagasangagasan, memecahkan berbagai masalah dan menerapkan apa yang mereka pelajari.
Dalam Active Learning, cara belajar dengan mendengarkan saja akan sedikit ingat dengan
cara mendengarkan, melihat, berdiskusi dan melakukan akan memperoleh pengetahuan
danketerampilan dan cara untuk mengatasi pelajaran yang terbaik ialah dengan
membelajarkan.
2. Quantum Learning
Quantum Learning merupakan cara pengubahan macam-macam interaksi. Dalam
prakteknya, Quantum Learning menggabungkan sugetologi teknik pemercepatan belajar
dan neurolenguistik dengan teori keyakinan dan metode terbaru. Quantum Learning
mengasumsikan bahwa jiwa siswa mampu menggunakan potensi nalar dan emosinya
secara jitu akan mampu membuat loncatan prestasi yang tidak bisa diduga sebelumnya.
Dengan metode belajar yang tepat siswa dapat meraih prestasi belajar secara berlipat
ganda. Salah satu konsep dasar dari teori ini ialah bahwa belajar itu harus mengasikkan
dan berlangsung dalam suasana gembira, sehingga pintu masuk untuk informasi baru akan
lebih besar dan terekam dengan baik.
3. The Accelerated Learning
The Accelerated Learning merupakan pembelajaran yang dipercepat. Konsep dasar dari
pembelajaran ini berlansung sangat cepat, menyenangkan dan memuaskan. Pemilik
konsep ini yaitu Drave Meiver menyarankan kepada guru agar dalam mengelola kelas
menggunakan pendekatan somantic, auditory, visual dan intellectual (SAVI). Somantic
dimaksudkan sebagai learning by moving and doing (belajar dengan bergerak dan
mendengarkan). Auditory adalah learning by talking and hearing (belajar dengan
berbicara dan mendengarkan). Visual diartikan learning by observing and picturing
(belajar dengan mengamati dan menggambarkan). Intellectual maksudnya ialah learning
by problem solving and reflecting (belajar dengan pemecahan masalah dan melakukan
refleksi).
4. Humaning Of The Classroom
Humaning Of The Classroom ini dilatarbelakangi oleh kondisi sekolah yang otoriter, tidak
manusiawi, sehingga menyebabkan peserta didik putus asa yang akhirnya mengakhiri
hidupnya. Humaning Of The Classroom ini dicetuskan oleh Jhon P. Miller yang terfokus
pada pengembangan model pendidikan afektif. Pendidikan model ini tertumpu pada tiga
hal, yaitu: menyadari diri sebagai suatu proses pertumbuhan yang sedang dan akan terus
berubah, mengenali konsep dan identitas diri, dan menyatupadukan kesadaran hati dan
pikiran. Perubahan yang dilakukan terbatas pada substansi materi saja, tetapi yang lebih
penting pada aspek metodologis yang dipandang sangat manusiawi.
2.6 Implementasi Teori Belajar Humanistik Dalam Pembelajaran
Penerapan teori humanistik lebih menunjuk pada ruh atau spirit selama proses
pembelajaran yang mewarnai metode-metode yang diterapkan. Peran guru dalam
pembelajaran humanistik adalah menjadi fasilitator bagi para peserta didik, sedangkan guru
memberikan motivasi, kesadaran mengenai makna belajar dalam kehidupan peserta didik.
Guru memfasilitasi pengalaman belajar kepada peserta didik dan mendampingi peserta didik
untuk memperoleh tujuan pembelajaran. Hal yang menjadi ilmu pengetahuan merupakan
pengalaman. Pengalaman yang dimaksud dalam hal ini adalah serangkaian proses
pembelajaran yang didalamnya terdapat inlai-nilai humanisme dan telah dilalui oleh peserta
didik. Adapun peran guru dalam pembelajaran humanistik adalah menjadi fasilitator bagi para
peserta didik saat guru memberikan motivasi, kesadaran mengenai makna belajar dalam
kehidupan peserta didik. Guru memfasilitasi pengalaman belajar kepada peserta didik dan
mendampingi peserta didik untuk memperoleh tujuan pembelajaran. Pembelajaran
berdasarkan teori humanistik ini cocok untuk diterapkan pada materi-materi pembelajaran
yang bersifat pembentukan kepribadian, hati nurani, perubahan sikap dan analisis terhadap
fenomena sosial.
Aplikasi dari teori belajar humanistik adalah menekankan pentingnya isi dari proses
belajar bersifat eklektik, tujuannya adalah memanusiakan manusia atau mencapai aktualisasi
diri. Aplikasi teori humanistik dalam pembelajaran guru lebih mengarahkan siswa untuk
berpikir induktif, memntingkan pengalaman, serta membutuhkan keterlibatan siswa secara
aktif dalam proses belajar. Hal ini dapat diterapkan melalui kegiatan diskusi, membahas
materi secara berkelompok sehingga siswa dapat mengemukakan pendapatnya masingmasing di depan kelas. Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya apabila
kurang mengerti terhadap materi yang diajarkan. Pembelajaran berdasarkan teori humanistik
ini cocok untuk diterapkan pada materi-materi pembelajaran yang bersifat pembentukan
kepribadian, hati nurani, perubahan sikap, dan analisis terhadap fenomena sosial. Indikator
dari keberhasilan aplikasi ini adalah siswa merasa senang bergairah, berinisiatif dalam belajar
dan terjadi perubahan pola pikir, perilaku dan sikap atas kemauan sendiri (Hepratiwi,
2009:39). Siswa diharapkan menjadi manusia yang bebas, berani, tidak terikat oleh pendapat
orang lain atau melanggar aturan, norma, disiplin, atau etika yang berlaku.
Peserta didik berperan sebagai pelaku utama (student center) yang memaknai proses
pengalaman belajarnya sendiri. Diharapkan peserta didik memahami potensi diri,
mengembangkan potensi dirinya secara positif dan meminimalkan potensi diri yang bersifat
negatif. Psikologi humanistik memberi perhatian atas guru sebagai fasilitator. Berikut ini
adalah berbagai cara untuk memberi kemudahan belajar dan berbagai kualitas fasilitator,
yaitu:
1. Fasilitator sebaiknya memberi perhatian kepada penciptaan suasana awal, situasi
kelompok atau pengalaman kelas
2. Fasilitator membantu untuk memperoleh dan memperjelas tujuan-tujuan perorangan
didalam kelas dan juga tujuan-tujuan kelompok yang bersifat umum
3. Dia mempercayai adanya keinginan dari masing-masing peserta didik untuk
melaksanakan tujuan-tujuan yang bermakna bagi dirinya sebagai kekuatan pendorong
yang tersembunyi didalam belajar yang bermakna tadi
4. Dia mencoba mengatur dan menyediakan sumber-sumber untuk belajar yang apling luas
dan mudah dimanfaatkan para peserta didik untuk membantu mencapai tujuan mereka
5. Dia menempatkan dirinya sendiri sebagai suatu sumber yang fleksibel untuk
dimanfaatkan oleh kelompok
6. Didalam menanggapi ungkapan-ungkapan didalam kelompok kelas dan menerima baik
isi yang bersifat intelektual dan sikap-sikap perasaan dan mencoba untuk menanggapi
dengan cara yang sesuai, baik bagi individual ataupun bagu kelompok
7. Bilamana cuaca penerima kelas telah mantap, fasilitator berangsur-angsur dapat berperan
sebagai seorang peserta didik yang turut berpartisipasi, seorang anggota kelompok, dan
turut menyatakan pandangannya sebagai seorang individu seperti peserta didik yang lain
8. Dia mengambil prakarsa untuk ikut serta dalam kelompok, perasaanya dan juga
pikirannya dengan tidak menuntut dan juga tidak memaksakan, tetapi sebagai suatu andil
secara pribadi yang boleh saja digunakan atau ditolak oleh peserta didik
9. Dia harus tetap waspada terhadap ungkapan-ungkapan yang menandakan adanya
perasaan yang dalam dan kuat selama belajar
10. Didalam berperan sebagai seorang fasilitator, pimpinan harus mencoba untuk mengenali
dan menerima keterbatasan-keterbatasannya sendiri. (Dakir, 1993:65)
Dalam praktik teori belajar humanistik cenderung mengarahkan siswa untuk dapat berpikir
induktif, memtingkan pengalaman, dan membutuhkan keterlibatan siswa secara aktif didalam
proses pembelajarn. Berikut adalah langkah-langkah dalam pembelajaran dengan pendekatan
humanistik:
1. Menentukan tujuan-tujuan pembelajaran
2. Menentukan materi-materi pembelajaran
3. Mengidentifikasi topik-topik pelajaran yang memungkinkan akan melibatkan siswa
untuk dapat belajar secara aktif
4. Merancang fasilitas belajar, seperti lingkungan dan media-media pembelajaran
5. Membimbing siswa dalam mengaplikasikan konsep-konsep baru ke situasi yang nyata
6. Membimbing siswa untuk dapat memahami hakikat dan makna dari pengalaman belajar
7. Mengevalusi proses dan hasil belajar
Ciri-ciri guru yang baik menurut humanistik ialah guru yang memiliki rasa humor, adil,
menarik, lebih demokratis, mampu berhubungan dengan siswa dengan mudah dan wajar.
Ruang kelas lebih terbuka dan mampu menyesuiakan pada perubahan. Sedangkan guru yang
tidak efektif ialah guru yang memiliki rasa humor rendah, mudah menjadi tidak sabar, suka
melukai perasaan siswa dengan komentar yang menyakitkan, bertindak agak otoriter dan
kurang peka terhadap perubahan yang ada.
2.7 Implementasi Teori Belajar Humanistik Dalam Pembelajaran Ekonomi
Salah satu bentuk pendidikan humanisme adalah pendidikan terbuka (open education)
adalah proses pendidikan yang memeberikan kesempatan kepada murid untuk bergerak
secara bebas dan memilih aktivitas belajar mereka sendiri. Guru hanya berperan sebagai
fasilitator dan pembimbing. Peserta didik tidak hanya sekedar duduk manis mendengarkan
materi yang disampaikan oleh gurunya, tetapi peserta didik juga diharapkan mampu bekerja
secara individu dengan cara berkelompok, agar peserta didik mampu mengeksplorasi bidangbidang pelajaran, mengusulkan topik-topik pelajaran, sehingga dapat membantu mewujudkan
bakat dan minat-minat tertentu.
Adapun kriteria bentuk pendidikan humanisme adalah sebagai berikut:
1. Tersedia fasilitas atau sarana dan prasarana yang memudahkan proses belajar mengajar,
artinya harus tersedia berbagai macam bahan pelajaran yang diperlukan
2. Peserta didik diberi kebebasan untuk bergerak di ruang kelas, bebas menyampaikan
pendapat mereka, tidak dilarang berbicara yang berkaitan dengan materi pelajaran dan
tidak ada kelompokan atas dasar tingkat kecerdasan
3. Terciptanya suasana kelas yang penuh kasih sanyang, hangat, hormat dan terbuka, artinya
guru bersedia mendengarkan keluhan peserta didik dengan aman dan mampu menjaga
rahasia peserta didik
4. Guru mengamati setiap proses belajar yang dilalui murid dengan membuat catatan dan
penilaian secara individual dan meminimalisir tes formal
5. Adanya kesempatan untuk menumbuhkan keprofesionalan guru, dalam arti guru boleh
menggunakan bantuan lain termasuk rekan kerjanya
Hal tersebut dapat di implementasikan ke dalam berbagai mata pelajaran termasuk salah
satunya pada mata pelajaran ekonomi. Contoh guru menetapkan tujuan yang menuntut para
siswa mempelajari materi ekonomi tentang “kebutuhan menurut Abraham Maslow”.
Penerapan materi tersebut menggunakan model pembelajaran jigsaw. Dalam teknik ini siswa
dimasukkan kedalam tim-tim kecil yang bersifat heterogen, dimana tidak ada
pengklasifikasian antara yang cerdas dan tidak cerdas. Bahan pelajaran “kebutuhan”
dibagikan kepada anggota-anggota tim, kemudian siswa-siwa tersebut mempelajari bagian
mereka masing-masing bersama-sama dengan anggota-anggota dari tim lain yang memiliki
bahan yang sama. Setelah itu mereka kembali ke kelompoknya masing-masing dan
mengajarkan bagaian-bagian yang telah dipelajari bersama-sama dengan anggota tim lain itu
kepada anggota-anggota timnya sendiri. Tujuannya adalah agar setiap tim mempelajari
seluruh bahan pelajaran “kebutuhan”.
Dengan mengetahui konsep kebutuhan dasar menurut Maslow, maka siswa akan dapat
memahami dan berpikir secara mandiri bahwa:
1.
Jika kebutuhan dasar pada tiap tingkatan tidak terpenuhi, pada akhirnya akan muncul
sesuatu kondisi patologis
2.
Setiap orang memenuhi kebutuhan dasarnya menurut prioritas
3.
Setiap orang mempunyai kebutuhan dasar yang sama dan setiap kebutuhan tersebut
dimodifikasi sesuai dengan budaya masing-masing
4.
Kebutuhan dasar sifatnya saling berkaitan, beberapa kebutuhan yang tidak terpenuhi
akan mempengaruhi kebutuhan lainnya
5.
Kebutuhan pada tingkat yang lebih tinggi tidak akan terpenuhi dengan baik sampai
kebutuhan dibawahnya terpenuhi
6.
Manusia senantiasa berkembang, sehingga dapat mencapai potensi diri yang maskimal
7.
Walaupun kebutuhan pada umumnya harus dipenuhi, tetapi beberapa kebutuhan sifatnya
dapat ditunda
8.
Seseorang dapat merasakan adanya kebutuhan sehingga dapat berespon melalui berbagai
cara
9.
Kebutuhan dapat menyebabkan seseorang berpikir dan bergerak memenuhinya. Ini
disebabkan oleh rangsangan yang berasal dari faktor eksternal dan internal
10. Kegagalan dalam memenuhi kebutuhan menyebabkan ketidakseimbangan homestasis.
Lebih lanjut kondisi ini dapat menimbulkan penyakit
Hierarki kebutuhan dasar menurut Maslow meliputi lima kategori yaitu kebutuhan fisiologis,
kebutuhan rasa cinta, memiliki dan dimiliki, kebutuhan keselamatan dan rasa aman,
kebutuhan harga diri dan kebutuhan aktualisasi diri. Untuk beralih ke tingkat kebutuhan yang
lebih tinggi, kebutuhan dasar dibawahnya harus terpenuhi dulu, artinya terdapat sesuatu
jenjang kebutuhan yang “lebih penting” yang ahrus dipenuhi sebelum kebutuhan yang lain
dipenuhi. Sebagai contoh, jika kebutuhan fisiologis seseorang seperti makan, istirahat, cairan
dan lain sebagainya belum terpenuhi, tidak mungkin baginya untuk memenuhi harga diri atau
aktualisasi diri dengan mengabaikan kebutuhan pertama.
2.8 Kelebihan dan Kelemahan Teori Belajar Humanistik
Beberapa kelebihan dan kelemahan dari teori belajar humanistik adalah sebagai berikut:
1.
Kelebihan teori belajar humanistik
a. Pembelajaran dengan teori inis angat cocok diterapkan untuk materi-materi
pembelajaran yang bersifat pembentukan kepribadian, hati nurani, perubahan sikap
dan analisis terhadap fenomena sosial
b. Indikator dari keberhasilan aplikasi ini ialah siswa merasa senang bergairah,
berinisiatif dalam belajar dan terjadi perubahan pola pikir, perilaku dan sikap atas
kemauan sendiri
c. Siswa diharapkan menjadi manusia yang bebas, berani, tidak terikat oleh pendapat
orang lain dan mengatur pribadinya sendiri secara tanggungjawab tanpa mengurangi
hak-hak orang lain atau melanggar aturan, norma, disiplin, atau etika yang berlaku
2.
Kelemahan teori belajar humanistik
Karena dalam teori ini guru ialah sebagai fasilitator, maka kurang cocok menerapkan
yang pola pikirnya kurang aktif atau pasif. Karena bagi siswa yang kurang aktif, dia akan
takut atau malu untuk bertanya pad gurunya sehingga dia akan tertinggal oleh temantemannya yang aktif dalam kegiatan pembelajaran, padahal dalam teori ini guru akan
memberikan respon bila murid yang diajar aktif dalam menanggapi respon yang
diberikan oleh guru. Karena siswa berperan sebagai pelaku utama (student center) maka
keberhasilan proses belajar lebih banyak ditentukan oleh siswa itu sendiri, peran guru
dalam proses pembentukan dan pendewasaan kepribadian siswa menjadi berkurang
(Hepratiwi, 2009:56).
BAB III
PENUTUP
Teori belajar humanistik merupakan konsep belajar yang lebih melihat pada sisi
perkembangan kepribadian manusia. Berfokus pada potensi manusia untuk mencari dan
menemukan kemampuan yang mereka punya dan mengembangkan kemampuan tersebut.
Pembelajaran humanistik memandang manusia sebagai subjek yang bebas merdekan untuk
menetukan arah hidupnya. Manusia bertanggungjawab penuh atas hidupnya sendiri dan juga
atas hidup orang lain. Menurut teori belajar humanistik, tujuan belajar untuk memanusiakan
manusia. Aplikasi dalam teori ini, peserta didik diharapkan menjadi manusia yang bebas,
berani, tidak terikat oleh pendapat orang lain dan mengatur pribadinya sendiri secara
bertanggungjawab tanpa mengurangi hak-hak orang lain atau melanggar aturan, norma,
disiplin atau etika yang berlaku serta guru hanya ebagai fasilitator. Proses belajar dianggap
berhasil jika di pelajar dapat memahami lingkungan dan dirinya sendiri. Teori belajar
humanistik ini cocok untuk diterapkan pada materi-materi pembelajaran yang bersifat
pembentukan kepribadian, hati nurani, perubahan sikap, dan analisis terhadap fenomena
sosial. Psikologi humanisme memberi perhatian atas guru sebagai fasilitator.
DAFTAR PUSTAKA
Arbayah. 2013. Model Pembelajaran Humanistik. Dinamika Ilmu. Vol. 113. No.2
Dakir. 1993. Dasar – Dasar Psikologi. Jakarta: Pustakan Pelajar
Dalyono, M. 2013. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta
Herpratiwi. 2009. Teori Belajar dan Pembelajaran. Bandar Lampung: Universitas Lampung
http://id.wikipedia.org/wiki/Ekonomi
Permen 22 Tahun 2006-Standar Isi/Standar Kompetensi Dasar SM
Rifa’i, Achmad dan Catharina Tri Anni. 2012. Psikologi Pendidikan. Semarang: UPT
UNNES Press
Slameto. 2010. Belajar dan Faktor – Faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta: PT Rineka
Cipta
Syah, Muhibbin. 2007. Psikologi Belajar. Jakarta: Grafindo Persada