T1__BAB II Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peran Jejaring Aktor dalam Praktik Kawin Kontrak: Studi Kasus Kawin Kontrak di Cisarua Kabupaten Bogor T1 BAB II

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Teori merupakan generalisasi yang abstrak mengenai beberapa fenomena
(Budiardjo, 2008). Dalam menyusun generalisasi, teori selalu memakai konsepkonsep. Konesp lahir dalam pikiran manusia, karena bersifat abstrak, sekalipun
menggunakan fakta sebagai pijakan (Hadiwijoyo, 2011).

2.1

Perkawinan
Menurut Goodenough (dalam Keesing, 1981:6) perkawinan sebagai suatu

transaksi yang menghasilkan suatu kontrak dimana seseorang (pria atau wanita,
korporatif atau individual, secara pribadi atau melalui wakil) memiliki hak secara
terus menerus untuk menggauli seorang wanita secara seksual. Hal ini mempunyai
prioritas atas hak untuk menggauli secara seksual yang sedang dimiliki atau yang
kemudian diperoleh oleh orang-orang lain terhadap wanita tersebut (kecuali yang
melalui transaksi semacam), sampai kontrak transaksi itu berakhir dan wanita
yang bersangkutan dianggap memenuhi syarat untuk melahirkan anak.
Perkawinan (Kartono, 2006: 207) suatu peristiwa, dimana sepasang
mempelai atau sepasang calon suami atau isteri dipertemukan secara formal
dihadapan penghulu atau kepala agama tertentu, para saksi dan sejumlah hadlirin,

untuk kemudian disyahkan secara resmi sebagai suami-isteri, dengan upacara dan
ritus-ritus tertentu. Adanya ikatan lahir dan batin dalam perkawinan, berarti
bahwa sebuah perkawinan itu perlu adanya kedua ikatan tersebut. Ikatan lahir
adalah merupakan ikatan yang tampak, ikatan formal sesuai dengan peraturanperaturan yanga ada. Ikatan formal ini adalah nyata, baik yang mengikat dirinya,
yaitu suami dan istri, maupun bagi orang lain, yaitu masyarakat luas. Oleh karena
itu perkawinan pada umumnya diinformasikan kepada masyarakat luas agar
masyarakat dapat mengetahuinya. Cara memberikan informasi dapat bermacammacam sesuai dengan keadaan masyarakat dan kemauan dari yang bersangkutan,
misalnya dengan pesta perkawinan ataupun dengan memasang iklan melalui
media masa.
7

Perkawinan merupakan institusi yang sangat penting dalam masyarakat.
Eksistensi institusi ini bertujuan melegalkan hubungan hukum antara seorang lakilaki dengan seorang wanita Wantijk (dalam Soimin, 2002 : 6)
Berdasarkan penjelasan para ahli diatas, maka dapat disimpulkan bahwa
perkawinan adalah ikatan suci antara pria dan wanita yang bersifat kekal dan
abadi. Setiap insan yang telah melakukan perkawinan berkewajiban utuk saling
mencintai dan menjaga satu sama lain sehingga membentuk sebuah keluarga yang
sejahtera bahagia dan kekal untuk selama-lamanya.

2.2 Tujuan Perkawinan

Menurut ketentuan pasal 1 UU No. 1 Tahun 1974, tujuan perkawinan yaitu
membentuk keluarga atau rumah tangga yang bahagia dan kekal berdasarkan
Ketuhanan Yang Maha Esa.
Perkawinan yang bertujuan untuk membentuk keluarga yang bahagia
dan kekal, dapat diartikan bahwa perkawinan itu haruslah berlangsung seumur
hidup dan tidak boleh diputuskan begitu saja. Pemutusan karena sebab-sebab lain
dari pada kematian, diberikan suatu pembatasan yang ketat. Sehingga suatu
pemutusan yang berbentuk perceraian hidup akan merupakan jalan terakhir,
setelah jalan lain tidak dapat ditempuh lagi. Selanjutnya dinyatakan dengan tegas
bahwa pembentukan keluarga yang bahagia dan kekal itu, haruslah berdasarkan
Ketuhanan Yang Maha Esa, sebagai asas pertama dalam Pancasila (Wantjik, 1976
: 15). Menurut (Prodjodikoro 1984 : 7) tujuan perkawinan memperoleh keturunan
yang kemudian menjadi manusia-manusia baru yang akan mempertahankan
kehadiran manusia di dunia dan akan hidup dalam kelompok-kelompok
masyarakat.

8

2.3 Kawin Kontrak
Kawin kontrak yaitu menikah dengan niat hanya dalam jangka waktu

tertentu. Umpamanya menikah untuk waktu sebulan, setahun atau bahkan 10
tahun (Irfan, 2005 : 86).
Kawin kontrak disebut juga kawin sementara atau kawin terputus, oleh
karena laki-laki yang mengawini perempuannya itu untuk sementara hari,
seminggu atau sebulan. Dinamakan kawin mut‟ah karena laki-laki bermaksud
untuk bersenang-senang sementara waktu saja, tidak untuk selamanya (Ghazali,
2002:196 ).
Kawin kontrak merupakan wujud dari masyarakat modern yang
matrealistis. Dalam struktur sosial semacam ini, motif-motif ekonomis sangat
besar peranannya dalam menentukan proses perkawinan. Perkawinan ini sering di
komersilkan dijadikan satu usaha yang secara ekonomis bisa memberikan
keuntungan (Kartono 2006 : 211).

2.4. Actor Network Theory (ANT)
Kontribusi paling penting dari ANT adalah membuat ilmu sosial terbuka
untuk manusia (Callon, 1999 : 182) sedangkan (Gomart dan Hennion, 1999 : 223)
mendefinisikan bagaimanapun juga, nonmanusia dan hubungan manusia dengan
aspek nonmanusia tersebut adalah aspek signifikan dari apa yang oleh knorr
Cetina [2001] disebut postsocial relations.
Menurut Latour (1999:20) ANT adalah sekedar cara lain untuk percaya

kepada pandangan etnometodologi: aktor-aktor tahu apa yang harus mereka
lakukan dan harus belajar dari mereka bukan hanya tentang apa yang mereka
lakukan, tetapi mengapa mereka melakukan.
Ada 5 komponen penting yang terdapat dalam teori ANT. 5 komponen
tersebut adalah :
1. Aktor
Aktor-aktor adalah efek jaringan, mereka mengambil atribut dari entitasentitas dimana mereka ada didalamnya (Law, 1999:5). Pemahaman yang
lebih spesifik berasal dari argumen Latour (1999:19) pada dasarnya aktor

9

tidak dapat dipahami terlepas dari jaringan dimana mereka berada dan
menjadi bagian darinya. Sesungguhnya aktor dan jaringan adalah dua
wajah dari fenomena yang sama.
2. Jaringan
Jaringan bukanlah masyarakat atau bidang anonim dari kekuasaan (force),
tetapi “ringkasan dari interaksi melalui berbagai jenis alat, inskripsi,
bentuk dan formula, ke dalam praktik yang sangat lokal, lokus yang sangat
kecil” jadi, sebuah fokus kepada jaringan akan membawa seseorang
mendekati aspek lokal, bukan sebaliknya. ( Latour, 1999:17)

3. Aktan
Aktan menyiratkan ide bahwa bukan manusia saja yang melakukan
tindakan: entitas-entitas non material juga dapat bertindak, dapat menjadi
aktan. Seperti yang di katakan ( Latour, 1999:18) actanbility bukanlah apa
yang dilakukan aktor, tetapi apa yang menyediakan actans dengan
tindakan mereka, dengan subjektivitas mereka, dengan alat mereka,
dengan moralitas mereka. Saat anda berhubungan dengan entitas yang
berputar ini, maka secara parsial anda akan diberi kesadaran, subjektivitas
aktorialitas dan sebagainya. Menjadi aktor adalah pencapaian lokal.
Bahkan

sesuatu

yang

seperti

manusia

dan


individual

seperti

intensionbalitas didefinisikan dalam term jaringan sebagai “kapasitas yang

berputar sebagaian diperoleh atau hilang dengan menghubungkan dengan
sekumpulan praktik tertentu (Latour, 1999:23).
4. Translasi
Dalam ANT analisis ditunjukan untuk menggali dan mendeskripsikan
proses

pembentukan

pola-pola

secara

lokal,


temporal:

social

orchestration, ordering and resistance. ANT menggali proses (yang sering

disebut translasi) yang membangkitkan efek pranata seperti devices,
agents, institusion, organistations. Persoalan ini yang menjadi perhatian

ANT adalah (Latour, 1987 : Law, 1999):

bagaimana para aktor

memobilisasi, merangkaikan dan memegang bersama elemen-elemen
heterogen: bagaimana mereka dapat menyembunyikan proses translasi itu

10

sendiri dan mengubah jejaring dari sekumpulan heterogen masing-masing

dengan kecenderngan sendiri-sendiri ke dalam sesuatu yang tampil sebagai
aktor yang terpunktualisasikan.
5. Intermediary
Intermediary

merupakan

perantara.

Seseorang

bertindak

sebagai

penghubung antara pihak aktor atau sekumpulan aktor. ( Latour, 2005).

Berdasarkan pemaparan diatas penulis memilih menggunakan teori Actor
Network Theory (ANT) untuk menganalisis relasi yang dijalin oleh aktor-aktor
yang telibat dalam praktik kawin kontrak.

1. Aktor
Aktor-aktor yang terkait dalam mengatasi kawin kontrak adalah seluruh
stakeholder, seperti Polri, Ditjen Imigrasi, Perangkat Desa, dan Tokoh
Masyarakat dalam menerapkan upaya pencegahan kawin kontrak yang
terus marak terjadi di kawasan wisata Desa Tugu Selatan. Sedangkan
aktor yang menyuburkan praktik kawin kontrak adalah calo, pelaku
perempuan, pelaku laki-laki, calon pelaku laki-laki, penjaga villa, koki
villa, tukang ojek, calo lain, dan pelaku perempuan lainnya.
2. Jeringan
Jaringan berkaitan dengan faktor-faktor yang terhubung, sehingga dalam
melakukan aksi ada banyak dorongan yang menyebabkan kita dalam
bertindak, misalnya para aktor yang telah penulis paparkan diatas, bekerja
sama dalam meyuburkan praktik kawin kontrak yang bertujuan untuk
mendapatkan uang. Kemudian praktik ini didorong pula oleh rendahnya
pemahaman mengenai nilai-nilai agama.
3. Aktan
Aktor yang memiliki daya mengendalikan aktor lainnya didalam sistem
jaringan tersebut disebut aktan. Dalam mengatasi kawin kontrak aktan
non human yang berperan adalah polsek cisarua dan perangkat desa.


11

Sedangkan aktan manusia yang mengendalikan aktor lain dalam jaringan
yaitu calo, polisi, dan aktor-aktor yang berada di dalam perangkat desa.
4. Translasi
Translasi yang dimaksud dalam praktik kawin kontrak adalah seluruh
aktor yang terkait dengan kawin kontrak yang memobilisasi jaringan.
Dalam menyuburkan kawin kontrak calo berperan sebagai aktor yang
memobilisasi jaringan. Sedangkan dalam mengatasi kawin kontrak polisi,
perangkat desa merupakan aktor yang memobilisasi aktor lain seperti
ketua RW dan masyarakat untuk bersama-sama mengatasi kawin kontrak.
5. Intermediary
Intermediary atau perantara yang bertindak sebagai penghubung antara
pihak jeraring aktor dengan pelaku aktor adalah masyarakat setempat.
Masyarakat setempat memiliki peranan yang cukup penting dalam
memberikan informasi terkait praktik kawin kontrak yang berada di
kawasan Cisarua.

12


Penelitian yang dibuat oleh penulis harus ada pembanding dengan penelitianpenelitian sebelumnya agar tidak terjadinya plagiarism atau duplikat dari
penelitian sebelumnya, maka dari itu untuk menjaga keaslian penelitian penulis
mengumpulkan beberapa penelitian mengenai kawin kontrak di Puncak Bogor.
Diantaranya :
2.5 Penelitian Sebelumnya
Tabel 2.1
Penelitian Sebelumnya
No.
1.

Peneliti
Cahya
Safitri

Milia

Hasil
Tirta

Judul :
Latar Belakang Kawin
Kontrak
(Studi
Fenomenologis
pada
Wanita Pelaku Kawin
Kontrak di Kabupaten
Jepara)
Tahun : 2013
Universitas :
UNNES
(Universitas
Negri Semarang)

a. Secara umum hal-hal yang melatarbelakangi
wanita jepara melakukan kawin kontrak meliputi
latar belajang internal dan eksternal.
 Latar belakang internal : latar belakang
ekonomi, latar belakang biologis, latar
belakang psikologis (adanya kebutuhan rasa
aman, kebutuhan cinta dan keberadaan, dan
kebutuhan akan penghargaan), latar belakang
kurangnya pemahaman nilai-nilai agama dalam
diri narasumber utama, dan latar belakang
sosial budaya.
 Latar belakang eksternal : unexpected
modeling (kesalahan meniru perilaku kawin
kontrak dari saudara kandung) dan tersedianya
kemudahan akses melakukan kawin kontrak.

Konsentrasi :
Jurusan
Psikologi,
Fakultas
Ilmu
Pendidikan.

13

2.

a.

Suhanah & Fauziah
Judul:
Kawin
Kontrak
Kawasan Puncak
Kabupaten Bogor

di

b.
Tahun: 2011
Jurnal:
Multikultural
& Multireligius Vol. X
No. 4

c.

d.

3.

Maman Lesmana
Judul: Kawin Kontrak
Turis-Turis Arab Dari
Prespektif Media Massa
Arab
Tahun: 2006
Universitas:
Universitas Indonesia
Konsentrasi:
Studi
Departemen

Program
Arab,

a.

Kawin kontrak yang terjadi di kawasan Puncak
dikarenakan bergesernya tujuan wisatawan dari
Timur Tengah yang semula hanya untuk
menikmati keindahan alam, kemudian ingin
mendapatkan pelayanan biologis perempuan
lokal.
Faktor penyebab terjadinya nikah/kawin kontrak
di kawasan Puncak dikarenakan kurangnya
pemahaman terhadap agama
menurut para tokoh agama, pemerintah dan
masyarakat setempat kawin kontrak haram
hukumnya, karena dapat menelantarkan kaum
perempuan dan anak.
Kawin kontrak yang terjadi di kawasan Puncak
dilakukan secara terselubung sehingga sulit
dilacak. Oleh karena itu untuk dapat memberantas
habis perkawinan kontrak ini peran dari
Kementerian Agama tingkat Kabupaten beserta
aparat MUI Provinsi Jawa Barat harus dapat
memberikan pembinaan kepada masyarakat
terutama dari KUA-KUA yang ada, dalam bentuk
penyuluhan-penyuluhan tentang keagamaan, serta
adanya kerjasama antar semua aparat yang ada,
untuk duduk bersama dan membahas terjadinya
kawin kontrak di wilayah tersebut.
Pandangan media massa arab terhadap fenomena
kawin kontrak yang ada di Indonesia berbeda
dengan pandangan di Indonesia. Hal ini dapat
dilihat dari banyaknya istilah kawin kontrak yang
muncul dalam media massa Arab. Munculnya
perbedaan ini disebabkan oleh pandangan yang
berbeda diantara para penulis. Masing-masing
penulis mempunyai pandangan sendiri dalam
menyampaikan berita tentang kawin kontrak yang
terjadi di Indonesia. Ada yang penulis berita atau
media yang bersikap netral. Ada juga yang bersikap
sinis. Hal ini dapat dilihat dalam kosakata dalam
teks-teks medianya. Sikap sinis dari si penulis
berita terlihat dalam pemilihan kosakata yang
terlalu berlebih-lebihan dan tidak sesuai dengan

14

Kewilayahan. Fakultas
Ilmu
Pengetahuan
Budaya

4.

Cristy Ayuni
Judul :
Strategi
komunikasi
Calo dalam Kawin
Kontrak di Puncak
Bogor
Tahun : 2015
Universitas : UKSW
(Universitas
Kristen
Satya Wacana) Salatiga

fakta. Hal ini disebabkan oleh ketidaktahuan
sipenulis berita secara mendalam mengenai data
secara mendalam mengenai data dan fakta tentang
fenomena kawin kontak yang ada di Indonesia.
Sehingga
menyebabkan
mereka
seringkali
menggeneralisasikan sebuah kasus menjadi opini
yang umum. Secara keseluruhan dapat dikatakan
bahwa isi berita yang terdapat dalam media massa
Arab tidak banyak menginformasikan sesuatu yang
prinsipil tentang fenomena kawin kontrak yang ada
di Indonesia.
a. Menanamkan Pengetahuan. Calo menanamkan
pengetahuan dengan cara menggambarkan kawin
kontrak yang berada di Puncak Bogor dan
kelebihan kawin kontrak sebagai produknya kepada
calon kawin kontrak
b. Menanamkan Perasaan Suka. Calo menanamkan
perasaan suka dengan melakukan pendekatan
budaya dan sosial
c. Menanamkan Perasaan Yakin. Untuk menanamkan
perasaan yakin agar calon pelaku mau melakukan
kawin kontrak adalah dengan menekankan
kenyamanan yang akan didapatkan pelaku berupa
keamanan dan kerahasiaan praktek kawin kontrak.

Konsentrasi :
Broadcasting
(Penyiaran), Program
Studi
Komunikasi,
Fakultas Ilmu Sosial
dan Ilmu Komunikasi

15

5.

M.A. Menyikapi kegagalan difusi scanner ICR dalam
pengolahan data SP2000, muncul pandangan bahwa
ketaksiapan pengguna menjadi faktor penyebab yang
Judul:
utama (human/social factor), yang dikaitkan dengan
Governance Teknologi tingkat pendidikan pengguna. Di lain pihak, terdapat
di Masyarakat : Sebuah penilaian bahwa sumber persoalan terletak pada
Pendekatan
Jejaring- kapabilitas teknis dari mesin scanner ICR itu sendiri
Aktor
(technical factor). Analisis dengan menggunakan ANT
memperlihatkan sumber persoalan terletak pada:
Tahun: 2006
(i) bagaimana pelaku-pelaku, dokumen-dokumen dan
acuan-acuan yang terlibat dalam pelaksanaan sensus
Jurnal: Sosioteknologi terdahulu (yakni Sensus Penduduk tahun 1990)
Edisi 7 Tahun 5, April dihubungkan ke mesin scanner ICR, program aplikasi
2006
dan lembar angket khusus yang terkait, dan aktor-aktor
sosial yang baru, dan (ii) bagaimana intermediary
objects disirkulasikan untuk memberikan durability
dan spatial extention dari jejaring relasi-relasi
heterogen yang dibangun dalam poin (i).
S. Yuliar &
Anggorowati

16

2.6 Kerangka Pikir Penelitian

Gambar 1
Kerangka Pikir Penelitian
Terjadinya

praktik kawin kontrak disebabkan oleh tiga faktor yakni

ekonomi, biologis dan sosial budaya. Kemudian dampak dari kawin kontrak
adalah banyaknya perempuan yang menjual diri karena desakan ekonomi, dan
mereka menganggap bahwa kawin kontrak merupakan perkawinan yang sudah
wajar dilakukan karena perkawinan ini telah banyak dilakukan oleh teman atau
kerabat pelaku perempuan. Jika hasil dari perkawinan kontrak sang pelaku
perempuan memiliki anak, maka status anak tersebut akan tidak jelas secara
hukum. Lalu bagaimana peran jejaring aktor dalam mengahdapi kawin kontrak
di Desa Tugu Selatan. Para aktor diminta untuk berkomitmen bersama untuk
mengatasi praktik kawin kontrak di Desa Tugu Selatan yang di lakukan oleh
warga sekitaran cisarua yangs sengaja datang untuk kawin kontrak. Kemudian
para aktor harus berjejaring untuk mengawasi wisatawan Timur Tengah yang
sedang berlibur di kawasan Cisarua khususnya Desa Tugu Selatan.

17