ANALISIS STRUKTUR PASAR PRODUK PERTANIAN

Ekonomi Pertanian

Analisis Struktur Pasar Produk Pertanian
Kelapa Sawit di Indonesia

ANALISIS STRUKTUR PASAR PRODUK PERTANIAN
KELAPA SAWIT DI INDONESIA
(Tugas Mata Kuliah Ekonomi Pertanian)

OLEH
TRIA ENJARWATI

041211131130

ASRI ASMA ULFA

041211131133

ILHAM AKBAR

041211133100


PROGRAM STUDI S1 EKONOMI PEMBANGUNAN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2015

1

Ekonomi Pertanian

Analisis Struktur Pasar Produk Pertanian
Kelapa Sawit di Indonesia

PENDAHULUAN
Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang menjadi pusat perhatian
dalam pembangunan nasional. Sektor pertanian mempunyai peranan penting bagi
perekonomian Indonesia. Peranan sektor pertanian antara lain: a) Berdasarkan data
BPS tahun 2012, sektor pertanian telah menyumbang sekitar 14,44 persen dari PDB,
b) Sektor pertanian mempu menyerap tenaga kerja sekitar 37 persen (Sakernas,

2012), c) Sektor pertanian mampu menyediakan bahan pangan oleh karena itu sektor
pertanian sangat berpengaruh terhadap konsumsi dan gizi masyarakat. Dari segi
kontribusi terhadap PDB ternyata tidak sebesar yang diharapkan yang lebih kecil dari
sektor industri pengolahn sebesar 23,94 persen (BPS, 2012). Hal ini disebabkan oleh
tidak berpihaknya kebijakan pemerintah terhadap sektor pertanian. Saat ini, struktur
pasar pertanian pangan ditandai dengan lemahnya posisi tawar petani.
Salah satu sub sektor pertanian adalah perkebunan. Kelapa sawit telah
menjadi salah satu sub sektor pertanian yang paling dinamis di Indonesia. Kelapa
sawit merupakan salah satu komoditas perkebunan unggulan Indonesia. Saat ini
Indonesia telah menjadi produsen dan pengekspor minyak kelapa sawit mentah atau
Crude Palm Oil (CPO) terbesar di dunia menggeser Malaysia. Produksi minyak sawit
indonesia di tahun 2013 mencapai 17.80 juta ton (BPS, 2013). Produksi minyak sawit
Indonesia dari tahun ke tahun mengalami peningkatan yang besar. Hal ini akan
mendorong ekspor terhadap minyak sawit juga mengalami peningkatan.

2

Ekonomi Pertanian

Analisis Struktur Pasar Produk Pertanian

Kelapa Sawit di Indonesia

Karena hanya ada beberapa produsen CPO atau sedikit perusahaan saja yang
menjual dan jumlah konsumen yang banyak maka struktur pasar industri kelapa sawit
di Indonesia mengarah pada pasar oligopoli. Penentuan harga CPO mengacu pada
harga internasional. Meskipun Indonesia telah menjadi produsen CPO terbesar di
dunia, Indonesia bukan sebagai price maker tetapi Indonesia memposisikan sebagai
price taker. Tidak menutup kemungkinan akan menimbulkan kartel.
Berdasarkan hal tersebut, penelitian ini dilakukan sebagai bentuk peninjauan
ulang mengenai kondisi pasar industri kelapa sawit yang ada di Indonesia, terkait
adanya kemungkinan terjadinya kartel yang tentu saja dapat memberikan pengaruh
baik dalam kuantitas produksi yang dipasarkan dan harga produk secara lebih jelas
dan rinci.

3

Ekonomi Pertanian

Analisis Struktur Pasar Produk Pertanian
Kelapa Sawit di Indonesia


LANDASAN TEORI
Pasar adalah keseluruhan permintaan dan penawaran barang dan jasa atau
fakor produksi tertentu. Biasanya pasar dibedakan pengertianya dalam arti sempit dan
dalam arti luas. Pasar merupakan tempat barang dan jasa diperjual-belikan, dalam arti
sempit dan pasar merupakan tempt bertemunya penjual dan pembeli yang saling
berintreaksi, dalam arti luas.
Pertanian dibagi menjadi dua bagian yaitu manajemen pertanian dan
pemasaran pertanian. Manajemen pertanian merupakan proses dari benih ditanam
hingga masa panen. Sedangkan pemasaran pertanian terjadi setelah masa panen dan
disebut sebagai distribusi hasil pertanian kepada konsumen. Sehingga, dapat
dikatakan produksi pertanian yang terdiri dari proses, penyimpanan, dan transportasi
terjadi setelah masa panen (Sjo 1976).
Pasar produk pertanian dapat dibedakan menjadi pasar persaingan sempurna
(competitive market) dan pasar persaingan tidak sempurna (non-competitive market).
Dasar penentuan dari bentuk pasar ini adalah harga ekuilibrium yang berlaku
(Haryanto, dkk: 2009). Dalam struktur pasar persaingan sempurna (competitive
market) penjual bersaing untuk mendapatlan barang yang homogen, sedangkan
pembeli bersaing untuk mendapatkan pembeli. Pada kondisi ini, baik penjual maupun
pembeli hanya beperan sebagai price taker. Selain faktor penjual dan pembeli, pasar

persaingan sempurna identik dengan kebebasan bersaing (free entry) dan kebebasan
keluar dari pasar (free exit), serta kemampuan penjual dan pembeli untuk
mendapatkan informasi yang sempurna terkait dengan pasar (Cramer, dkk: 2001).
Pasar persaingan tidak sempurna identik dengan pasar monopoli dimana
penjual dapat mengkontrol harga (price maker) karena penjual merupakan single
player dalam pasar. Pembeli tidak dapat menemukan barang subtitusi dari produk
pasar monopoli. Terdapat halangan untuk masuk dan keluar dalam pasar. Monopoli
terjadi karena pelaku usaha memiliki spesialisasi dari pemerintah dan menguasai
4

Ekonomi Pertanian

Analisis Struktur Pasar Produk Pertanian
Kelapa Sawit di Indonesia

teknologi produksi. Apabila teknologi ini dijalankan oleh firm lain, maka produksi
akan menjadi tidak efisien (Cramer, dkk: 2001).
Kurva permintaan pasar monopolis adalah kurva Average Revenue (AR) dari
firm. Sehingga, bentuk kurva monopolis adalah downward slopping. Sehingga dapat
dilihat dari grafik 2 bahwa letak kurva MR berda dibawah AR atau kurva demand

(Penson dkk: 2002).

Grafik 1: Kurva AR dan MR pada persaingan monopoli

Pasar persaingan monopolistik merupakan salah satu jenis pasar persaingan
tidak sempurna yang paling umum terdapat dalam pasar. Pasar ini identik dengan
produknya homogen namun terdiferensiasi. Produk yang homogen mengindikasikan
monopolistik sebagai pasar yang mendekati persaingan sempurna namun dengan
keuntungan yang kecil. Sedangkan diferensiasi produk mengindikasikan pasar
monopoli yang membuat monopolistik sebagai price maker. Cara mendiferensiasi
produk persaingan monopolistik antara lain: Brand Name, komposisi, fitur produk,
5

Ekonomi Pertanian

Analisis Struktur Pasar Produk Pertanian
Kelapa Sawit di Indonesia

packaging, dan segmentasi pasar (Drummond dan Goodwin: 2004). Apabila
monopolistik


berhasil

mendiferensiasi

produknya,

maka

perusahaan

akan

mendapatkan izin untuk menjalankan quasi monopoli karena produk yang
terdiferensiasi. Monopolistik yang mendapatkan quasi monopoli, akan menghasilkan
keuntungan monopoli.
Struktur pasar oligopoli terdiri dari beberapa penjual yang ukuran pasarnya
didasarkan pada jumlah pesaing. Apabila terdapat pesaing baru dalam pasar, maka
akan membuat market share firm lain turun. Hal tersebut menimbulkan persaingan
untuk menentukan harga, output, promosi, dan strategi penjualan lainnya. Produk

pada oligopoli adalah homogen, namun terbatas pada produk yang membutuhkan
teknik produksi yang tinggi disebabkan oleh perbedaan faktor lokasi, iklan, dan
layanan lainnya (Penson dkk: 2002). Penetapan harga dan output yang oleh oligopoli,
akan mempengaruhi keputusan oleh firm yang lain pada industri tersebut. Sehingga,
apabila satu firm dalam struktur pasar oligopoli menaikkan harga, maka firm lain
pada industri tersebut akan membuat suatu keputusan supaya konsumen beralih
kepada mereka.
Pada umumnya, penjual produk-produk pertanian lebih banyak dibanding
dengan pembelinya. Sebagai contoh, perdagangan kelapa sawit di Indonesia masuk
ke dalam pasar oligopsoni dan monopoli. Ini di sebabkan karena masih kuatnya
pengaruh sekelompok pengusaha yang memegang monopoli industri hulu sawit yang
tidak kondusif terhadap pembangunan industri hilir minyak sawit. Akibatnya minyak
kelapa sawit Indonesia sebagian besar di ekspor dalam bentuk CPO bukan olahan
(Syahza, 2002).
Perkembangan perkebunan kelapa sawit yang begitu cepat dan tidak diikuti
oleh perkembangan kapasitas pabrik kelapa sawit (PKS) untuk menampung tandan
buah segar (TBS) dan industri olahan dari CPO akan menjadi masalah. (Irman, 1999)
menganallisis bahwa dengan perhitungan petani kelapa sawit hanya akan menerima

6


Ekonomi Pertanian

Analisis Struktur Pasar Produk Pertanian
Kelapa Sawit di Indonesia

harga hasil penjualan sebesar lebih kurang 70 persen karenanya cicilan kredit, biaya
angkut, biaya olah TBS menjadi minyak sawit kasar dan juga biaya pemasaran.
Selain harga TBS yang diterima petani masih rendah dan berbeda-beda antar
perusahaan perkebunan, petani kelapa sawit juga dihadapkan pada dilema dimana
mereka diberi kewajiban untuk menjual seluruh hasil panennya kepada perusahaan
dan membayar cicilan kredit yang telah diberikan oleh perusahaan inti kepadanya.
Selain itu, TBS merupakan produk yang cepat rusak, sehingga petani tidak dapat
menyimpan hasilnya produksinya dan menjualnya pada saat situai harga sedang baik.
Kondisi struktur hubungan petani dengan satu perusahaan inti dengan kekuatan
penentuan harga dan transaksi berada di tangan perusahaan inti menunjukkan struktur
pasar monopsoni; dan memang diduga cenderung terjadi ekploitasi monopsonistik
oleh perusahaan inti terhadap petani plasma.

Gambar 1: Mekanisme Pasar Bilateral Monopoli

7

Ekonomi Pertanian

Analisis Struktur Pasar Produk Pertanian
Kelapa Sawit di Indonesia

8

Ekonomi Pertanian

Analisis Struktur Pasar Produk Pertanian
Kelapa Sawit di Indonesia

PEMBAHASAN
Berdasarkan arus barang, rantai tata niaga untuk komoditas kelapa sawit di
Indonesia, peredaran kelapa sawit bagi kelompok petani kecil ini masih dalam bentuk
tandan buah segar ( TBS) dan belum dalam bentuk crude palm oil (CPO). Berikut
rantai arus peredaran komoditi kelapa sawit dalam negeri :


Gambar 2: Rantai Pasok Minyaak Sawit (Rusono, 2014)

Produsen utama kelapa sawit Indonesia sebagian besar berada di pulau
Sumatera diantaranya yang dominan adalah Sumatera Utara, Jambi, Sumatera
Selatan, Riau dan provinsi-provinsi lainnya. Sementara untuk pulau Kalimantan
produksi kelapa sawit dominan berada di Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah dan
Kalimantan Selatan. Dilihat dari produksi rata-rata tahun 2008-2012 (Gambar 4.35),
tiga produsen utama berada di wilayah Sumatera, dimana provinsi Riau memiliki
pangsa terbesar (28%) kemudian Sumatera Utara (16%), Sumatera Selatan (10%)
(Rusono, 2014).

9

Ekonomi Pertanian

Analisis Struktur Pasar Produk Pertanian
Kelapa Sawit di Indonesia

Gambar 3: Kontribusi Rata-rata Produksi Minyak Kelapa Sawit (Rusono, 2014)

Di tingkat dunia, 10 negara produsen utama minyak sawit disajikan pada
Tabel 1, dimana Indoneia merupakan Negara produsen utama minyak sawit dunia
disusul oleh Malaysia dan Thailand. Produsen lainnya adalah Colombia, Nigeria,
Papua New Guinea, pantai Gading, Cameroon, Honduras dan Ekuador (Rusono,
2014).
Tabel 1. Produksi Minyak Sawit /CPO (Crude Palm Oil) 10 Negara Produsen Utama,
Tahun 2011
Peringkat
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

Negara
Indonesia
Malaysia
Thailand
Colombia
Nigeria
Papua New Guinea
Cote d'Ivoire
Cameroon
Honduras
Ecuador

Produksi (000MT)
21.449
18.912
1.530
941
930
560
371
354
320
290

Sumber: FAOSTAT

10

Ekonomi Pertanian

Analisis Struktur Pasar Produk Pertanian
Kelapa Sawit di Indonesia

Pengukuran konsentrasi industri minyak sawit Indonesia dilakukan untuki
melihat truktur pasar pada komoditas minyak sawit melalui nilai Indeks HerfindahlHirschman.
Industri minyak sawit di sini dimaksudkan sebagai rantai industri yang
menghasilkan minyak sawit mentah (CPO, crude palm oil). Atau dengan kata lain
merupakan sektor hulu dari rantai industri minyak sawit secara keseluruhan.
Kendala dalam penentuan konsentrasi industri minyak sawit ini tentu saja
adalah ketersediaan data produksi CPO yang dipasok oleh setiap perusahaan. Untuk
mengatasi kendala ini, maka penulis mempergunakan data kapasitas produksi CPO
yang dimiliki oleh perusahaan-perusahaan pengolah buah kelapa sawit menjadi CPO
sebagai acuan, sebagai berikut ini :
PTPN
Sinar Mas
Wilmar
Lonsum (+ Salim)

= 15.1%
= 8.4%
= 4.3%
= 4.2%

Data kapasitas olah CPO ini kemudian dijumlahkan untuk keseluruhan
kelompok usaha (grup) berdasarkan pertimbangan kepemilikan usaha. Berdasarkan
kerangka ini, maka didapatkan “pangsa pasar” dalam industri minyak sawit Indonesia
sebagai berikut:
CR4
HHI

= 32%
= 459

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa industri minyak sawit Indonesia
untuk sektor hulu adalah tidak terkonsentrasi (unconcentrated) dalam bentuk effective
competition atau monopolistic competition.

11

Ekonomi Pertanian

Analisis Struktur Pasar Produk Pertanian
Kelapa Sawit di Indonesia

PENUTUP
Kesimpulan
Sebagaimana dijelaskan sebelumnya, konsentrasi hanyalah merupakan
salah satu faktor obyektif yang dipergunakan dalam pengklasifikasian struktur
pasar. yaitu dengan mengamati struktur penjual (produsen) yang terdapat dalam
industri. Tentunya, masih terdapat berbagai faktor, baik obyektif maupun
subyektif, yang dapat dipertimbangkan dalam penentuan struktur pasar yang
dapat menggambarkan struktur industri dari sudut pandang yang lain.
Hasil perhitungan konsentrasi industri untuk sektor hulu industri
minyak sawit Indonesia menunjukkan tingkat konsentrasi yang rendah.
Perhitungan

tersebut

bahkan

setelah

mempertimbangkan

penggabungan

beberapa kelompok perusahaan, seperti PTPN digabungkan dalam satu
kelompok, dan Lonsum serta Salim dalam satu kelompok kepemilikan.
Jika pengelompokan kepemilikan tersebut dipecah ke dalam kelompok
kepemilikan yang lebih kecil (misalnya untuk PTPN tidak digabungkan menjadi
satu) tentunya akan menjadikan tingkat konsentrasi yang akan semakin rendah.
Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, dapat diketahui bahwa pasar produk
kelapa sawit ini memiliki bentuk persaingan monopolistic, sehingga ada baiknya
untuk menghindari adanya diferensiasi produk. Karena apabila monopolistik
berhasil mendiferensiasi produknya, maka perusahaan akan mendapatkan izin
untuk menjalankan quasi monopoli karena produk yang terdiferensiasi.

12

Ekonomi Pertanian

Analisis Struktur Pasar Produk Pertanian
Kelapa Sawit di Indonesia

DAFTAR PUSTAKA

Cramer, Gail., L, et al. (2001). Agricultural Economics and Agribusiness. 8th Edition.
New York:

John Wiley & Sons. Inc.

Drummond, H., Evan dan Goodwin, John.,W. (2004). Agricultural Economics 2nd
Edition. New Jersey: Prentice Hall
Haryanto, Tri. dkk. (2009). Ekonomi Pertanian. Surabaya: Airlangga University Press
Hidayat, S., dan Yani, M. (2012). Model Identifikasi Risiko dan Strategi Peningkatan
Nilai Tambah

pada

Rantai

Pasok

Kelapa

Sawit. Jurnal

Teknik

Industri, 14(2), 89-96.
Penson, et al. (2002). Introduction to Agricultural Economics 3rd Edition. New
Jersey: Prentice

Hall

Rusono, Nono. dkk. 2014. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN)
Bidang Pangan dan Pertanian 2015-2019. Jakarta Pusat: Bappenas

R. SUSILA, W.A.Y. A. N. (2006). Peluang pengembangan kelapa sawit di Indonesia:
perspektif jangka panjang 2025. SOCA (Socio-Economic Of Agriculturre And
Agribusiness), 6(3).
Syahza, A. (2002). Potensi pembangunan industri hilir kelapa sawit di daerah
Riau. Jurnal Usahawan Indonesia, 4.
Sjo, John. (1976). Economics for Agriculturalists: A Beginning Text In Agricultural
Economics. United States: Kansas State University
www.bps.go.id

13