Hakwaris Janda Dalam Perkawinan Yang Tidak Memiliki Keturunan (Studi Putusan Mahkamah Agung Nomor Perkara 73k Ag 2015)

ABSTRAK
Dalam Hukum Islam, janda adalah ahli waris dari alamarhum suaminya dan
akan mendapat bagian yang tertentu karena janda adalah termasuk dalam kelompok
ahli waris Dzulfara-idh (ahli waris yang bagiannya telah tertentu). Dalam
kenyataannya sering terjadi janda yang ditinggal mati oleh suaminya tanpa memiliki
keturunan, hal ini pula yang terjadi dalam perkara nomor 73K/AG/2015 yang
diangkat sebagai acuan dalam menganalisis. Adapun permasalahan yang diangkat
adalah : Bagaimanakah kedudukan janda tanpa keturunan terhadap harta warisan
suami menurut Hukum Islam, Berapakah bagian untuk janda tanpa keturunan
menurut hukum Islam, Bagaimanakah pertimbangan hukum hakim dalam putusan
Mahkamah Agung Nomor Perkara73K/AG/2015 dalam pandangan Hukum Islam.
Jenis penelitian yang digunakan dalam dalam penelitian ini adalah yuridis
normatif, penelitian ini bersifat deskriptif analitis maksudnya dari penelitian ini
diharapkan diperoleh gambaran secara rinci dan sistematis tentang permasalahan
yang akan diteliti. Pengumpulan data dilakukan dengan Library Research
(penelitiankepustakaan) melalui penelitian kepustakaan.
Di dalam sistem Hukum Waris Islam, Janda merupakan ahli waris keutamaan
sehingga tidak terhalang (terhijab) oleh ahli waris yang lain. Namun demikian,
walaupun tidak ada anak, Janda tidak mewaris seluruh harta warisan, namun Janda
mewaris bersama orang tua dan saudara-saudara pewaris. Seorang janda tanpa
keturunan akan menerima porsi bagian waris 1/4 dari harta suami yang meninggal,

dalam KHI 1/4 tersebut di ambil setelah dipotong dari harta bersama oleh istri
(janda) bila ada harta bersama. Pertimbangan Hukum Hakim dalam putusan
Mahkamah Agung-RI Nomor 73K /AG/2015 tentang pembagian harta warisan suami
yang tidak memiliki keturunan, Hakim Mahkamah Agung sependapat dengan putusan
Pengadilan Tinggi Agama Medan yang didahului dengan Pengadilan Agama
Padangsidempuan dengan ketentuan bahwa perkara ini ditolak karena ibu almarhum
pewaris tidak diikut sertakan sebagai para pihak dalam perkara serta masih dalam
proses kasasi dimana dalam perkara 182/Pdt.G/PA.Psp, ibu almarhum pewaris
diletakkan sebagai tergugat bersama dengan istri almarhum pewaris dengan putusan
Majelis Hakim menolak gugatan penggugat dengan alasan salah menempatkan ibu
alamarhum pewaris sebagai tergugat sementara ibu almarhum pewaris tidak
menguasai harta peninggalan pewaris.

Kata kunci : HakWaris, Janda, Tanpa Keturunan

i

Universitas Sumatera Utara

ABSTRACT

According to the Islamic Law, a widow is an heir to her husband and receives
a particular part of the inheritance because she is included into the group of people
who has the right to inherit called Dzul fara-idh (the heirs whose part is specifically
determined). Practically, the widow is often left alone without any descendant after
her husband passes away; this was what happened in the case number 73K/AG/2015
that was taken for analysis. The research problem was how a widow without any
descendant was positioned in her husband’s inheritance distribution according to the
Islamic Law, how much her part was in accordance with the Islamic Law, and how
the judge’s legal consideration was in handing out the Ruling of the Supreme Court
on the Case Number 73K/AG/2015 in the Islamic Law.
This was a judicial normative research that applied descriptive analytical
method. The research was expected to obtain a detailed and systematical description
about the problems that were analyzed. The data were gained by means of Library
Research through library study.
In the system of the Islamic Inheritance Law, a widow is the main heir so that
she cannot be counteracted by the other heirs. However, although there is no
descendant, she does not inherit all of the inheritance; she inherits it together with
the husband’s parents and siblings. A widow without any descendant receives a
quarter of her deceased husband’s inheritance; according to KHI (Compilation of the
Islamic Laws), this part is taken after the inheritance has been previously separated

from their joint property if there is one. The Judge’s legal consideration in the Ruling
of the Supreme Court of the Republic of Indonesia on the Case No. 73K/AG/2015
regarding the inheritance distribution of a man who does not have any descendant.
The Judge concurred with the Medan Religious Court that was preceded by the
Padangsidempuan Religious Court which case was objected because the deceased
husband’s mother was not included into the group of the heirs. This case was still in
cassation with the Case No. 182/Pdt.G/PA.Psp; the mother who was regarded as a
defendant together with the wife in the Ruling of the Panel of Judges objected the
plaintiff’s complaint with an argument that she has been misplaced as the defendant
whereas she did not possess all of the inheritance.

Keywords: Inheritance Right, Widow, Without Descendant

ii

Universitas Sumatera Utara