Analisis Putusan Mahkamah Agung Nomor 101/K.Pdt.Sus/Bpsk/2013 Tentang Penolakan Klaim Asuransi Kendaraan Bermotor

(1)

1 S K R I P S I

Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum Pada Fakultas Hukum

Universitas Sumatera Utara

Oleh

TENGKU MITA CHAIRUNA 110200371

DEPARTEMEN HUKUM EKONOMI

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

LEMBAR PENGESAHAN

ANALISIS PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR 101/K.PDT.SUS/BPSK/2013 TENTANG PENOLAKAN

KLAIM ASURANSI KENDARAAN BERMOTOR

Oleh

TENGKU MITA CHAIRUNA 110200371

Disetujui Oleh

DEPARTEMEN HUKUM EKONOMI

Windha, SH. M.Hum NIP. 19750112 200501 2 002

Pembimbing I Pembimbing II

(Ramli Siregar, SH, M.Hum) (Windha, SH. M.Hum) NIP. 195303121983031002 NIP. 19750112 200501 2 002

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(3)

i

* Tengku Mita Chairuna ** Ramli Siregar

*** Windha

Asuransi kendaraan bermotor adalah pertanggungan kerugian atau kerusakan bermotor. Jenis asuransi ini sebetulnya sama dengan asuransi kebakaran, yang objeknya adalah kerugian atau kerusakan atas harta benda, hanya di sini harta bendanya berupa kendaraan bermotor.

Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah pengaturan klaim asuransi. Tanggung jawab pihak asuransi terhadap klaim asuransi kendaraan bermotor.Analisis Putusan Mahkamah Agung Nomor 101/K.Pdt.Sus/BPSK/2013 Tentang Penolakan Klaim Asuransi Kendaraan Bermotor.Metode penelitian yang digunakan oleh peneliti dalam tulisan ini adalah metode pendekatan Yuridis Normatif, yaitu suatu metode hukum yang dilakukan dengan meneliti bahan pustaka dan data sekunder.

Pengaturan klaim asuransi yaitu Kitab Undang-undang Hukum Perdata (KUH Perdata) Perjanjian Asuransi tidak termasuk perjanjian yang secara khusus diatur dalam KUHPerdata, tetapi pengaturannya dalam KUHD.Walaupun demikian berdasarkan Pasal 1 KUHD ketentuan umum perjanjian dalam KUHPerdata dapat berlaku pula bagi perjanjian Asuransi untuk kepentingan pemegang polis yang terdapat beberapa ketentuan dalam KUHPerdata yang perlu diperhatikan.

Tanggung jawab pihak asuransi terhadap klaim asuransi kendaraan bermotor antara lain Tanggung gugat tertanggung terhadap suatu kerugian yang didera pihak ketiga yang secara langsung disebabkan oleh kendaraan bermotor yang dipertanggungkan, baik yang diselesaikan melalui musyawarah maupun melalui pengadilan, yang kedua-duanya harus mendapatkan persetujuan terlebih dahulu daripenanggung,setinggi-tingginya sejumlah yang tercantum dalam ikhtisar pertanggungan, yang meliputi: Kerusakan atas harta dan Cedera badan atau kematian. Analisis Putusan Mahkamah Agung Nomor 101/K.Pdt.Sus/BPSK/2013 Tentang Penolakan Klaim Asuransi Kendaraan Bermotor pertimbangan tersebut di atas, ternyata bahwa putusan Mahkamah Agung RI No. 9 K/Pdt.Sus/2012 tanggal 2 Mei 2012 dalam perkara ini tidak bertentangan dengan hukum dan/atau undang-undang, oleh karena itu permohonan peninjauan kembali yang diajukan oleh Pemohon Peninjauan Kembali: PT. ASURANSI BINA DANA ARTA, Tbk. tersebut harus ditolak; Kata Kunci : Penolakan, Klaim, Asuransi, Kendaraan Bermotor

*Mahasiswa

**Dosen Pembimbing I, Dosen Fakultas Hukum USU *** Dosen Pembimbing II, Dosen Fakultas Hukum USU


(4)

ii

Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan Skripsi ini dengan judul Analisis Putusan Mahkamah Agung Nomor 101/K.Pdt.SUS/BPSK/2013 Tentang Penolakan Klaim Asuransi Kendaraan Bermotor. Sebagai salah satu persyaratan dalam menyelesaikan pendidikan di Program Studi S-I Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, Medan

Penulis menyadari bahwa yang disajikan dalam penulisan skripsi ini masih terdapat kekurangan yang harus diperbaiki, untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang sifatnya membangun sehingga dapat menjadi perbaikan di masa akan datang.

Dalam penulisan Skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan berbagai pihak baik secara moril dan materil, untuk itu penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Runtung, SH., M.Hum, selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Prof. Dr. Budiman Ginting, SH., M.Hum, selaku Pembantu Dekan I, Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Syafruddin Hasibuan, SH., M.Hum, selaku Pembantu Dekan II, Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Dr. OK. Saidin, SH., M.Hum selaku pembantu Dekan III Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara


(5)

iii

memberikan bimbingan, petunjuk, nasehat dan saran mulai dari awal sampai akhir sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

7. Ibu Windha, SH.,M.Hum, selaku Pembimbing II yang telah memberikan bimbingan, petunjuk, nasehat dan saran mulai dari awal sampai akhir sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

8. Seluruh staf pengajar Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

9. Kepada kedua orang tua ayahanda dan ibunda, yang telah banyak memberikan dukungan doa dan kasih sayang yang tak pernah putus sampai sekarang.

10.Kepada rekan-rekan mahasiswa/i, Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara yang tidak bisa disebutkan satu persatu.

11.Rekan-rekan diluar kampus yang tidak bisa disebutkan satu persatu

Penulis berharap semoga proposal ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada umumnya. Akhirnya penulis mengucapkan banyak terima kasih.

Medan, Maret 2015 Penulis

Tengku Mita Chairuna 110200371


(6)

iv

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Perumusan Masalah ... 6

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 6

D. Keaslian Penelitian ... 7

E. Tinjauan Pustaka ... 7

F. Metode Penelitian……….. 19

G. Sistematika Penulisan ... 22

BAB II PENGATURAN KLAIM ASURANSI KENDARAAN BERMOTOR ... 24

A.Keberadaan Asuransi dalam Pemberian Kredit Kendaraan Bermotor ... 24

B.Asuransi sebagai Bentuk Pengalihan Risiko ... 35

C.Hak dan Kewajiban Para Pihak dalam Asuransi Bermotor ... 46

D.Pengaturan Klaim Asuransi Kendaraan Bermotor ... 57

BAB III TANGGUNG JAWAB PIHAK ASURANSI TERHADAP KLAIM ASURANSI KENDARAAN BERMOTOR ... 65


(7)

v

BAB IV ANALISIS PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR 101/K.PDT.SUS/BPSK/2013 TENTANG PENOLAKAN KLAIM ASURANSI KENDARAAN BERMOTOR

A. Posisi Kasus ……… 70

B. Alasan Hakim Mahkamah Agung Melakukan Penolakan Klaim Asuransi Kendaraan Bermotor ……… 70

C. Tanggung Jawab Pihak Asuransi Dalam Penolakan Klaim Asuransi Kendaraan Bermotor ……….….. 88

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 97

A.Kesimpulan ... 97

B.Saran ... 98

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(8)

i

* Tengku Mita Chairuna ** Ramli Siregar

*** Windha

Asuransi kendaraan bermotor adalah pertanggungan kerugian atau kerusakan bermotor. Jenis asuransi ini sebetulnya sama dengan asuransi kebakaran, yang objeknya adalah kerugian atau kerusakan atas harta benda, hanya di sini harta bendanya berupa kendaraan bermotor.

Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah pengaturan klaim asuransi. Tanggung jawab pihak asuransi terhadap klaim asuransi kendaraan bermotor.Analisis Putusan Mahkamah Agung Nomor 101/K.Pdt.Sus/BPSK/2013 Tentang Penolakan Klaim Asuransi Kendaraan Bermotor.Metode penelitian yang digunakan oleh peneliti dalam tulisan ini adalah metode pendekatan Yuridis Normatif, yaitu suatu metode hukum yang dilakukan dengan meneliti bahan pustaka dan data sekunder.

Pengaturan klaim asuransi yaitu Kitab Undang-undang Hukum Perdata (KUH Perdata) Perjanjian Asuransi tidak termasuk perjanjian yang secara khusus diatur dalam KUHPerdata, tetapi pengaturannya dalam KUHD.Walaupun demikian berdasarkan Pasal 1 KUHD ketentuan umum perjanjian dalam KUHPerdata dapat berlaku pula bagi perjanjian Asuransi untuk kepentingan pemegang polis yang terdapat beberapa ketentuan dalam KUHPerdata yang perlu diperhatikan.

Tanggung jawab pihak asuransi terhadap klaim asuransi kendaraan bermotor antara lain Tanggung gugat tertanggung terhadap suatu kerugian yang didera pihak ketiga yang secara langsung disebabkan oleh kendaraan bermotor yang dipertanggungkan, baik yang diselesaikan melalui musyawarah maupun melalui pengadilan, yang kedua-duanya harus mendapatkan persetujuan terlebih dahulu daripenanggung,setinggi-tingginya sejumlah yang tercantum dalam ikhtisar pertanggungan, yang meliputi: Kerusakan atas harta dan Cedera badan atau kematian. Analisis Putusan Mahkamah Agung Nomor 101/K.Pdt.Sus/BPSK/2013 Tentang Penolakan Klaim Asuransi Kendaraan Bermotor pertimbangan tersebut di atas, ternyata bahwa putusan Mahkamah Agung RI No. 9 K/Pdt.Sus/2012 tanggal 2 Mei 2012 dalam perkara ini tidak bertentangan dengan hukum dan/atau undang-undang, oleh karena itu permohonan peninjauan kembali yang diajukan oleh Pemohon Peninjauan Kembali: PT. ASURANSI BINA DANA ARTA, Tbk. tersebut harus ditolak; Kata Kunci : Penolakan, Klaim, Asuransi, Kendaraan Bermotor

*Mahasiswa

**Dosen Pembimbing I, Dosen Fakultas Hukum USU *** Dosen Pembimbing II, Dosen Fakultas Hukum USU


(9)

1 A. Latar Belakang

Dewasa ini teknologi di bidang industri pengangkutan baik darat, laut maupun udara berkembang dengan pesat.Di Indonesia pun penggunaan hasil-hasil produksi teknologi yang tinggi dibidang alat angkut pesat sekali, meskipun yang menikmati hasil produksi tersebut baru sebagian golongan masyarakat saja. Produksi kendaraan bermotor saat ini tidak terbilang jumlahnya disebabkan persaingan harga dan kualitas kendaraan pribadi dan alat angkut penumpang umum, baik yang melalui darat, laut maupun udara, dari tahun ke tahun semakin meningkat jumlahnya yang merupakan dampak lain yang harus dipeerhitungkan dari segi ekonomi.

Pertumbuhan ekonomi Indonesia semakin meningkat dengan dikutinya kemajuan pemikiran masyarakat dalam usaha perniagaan yang membuat maraknya usaha asuransi akhir-akhir ini.Hal ini dapat dipahami mengingat meningkatnya laju pembangunan di Indonesia pada berbagai sektor kehidupan, mengundang pula semakin meningkatnya risiko yang dihadapi.Risiko ini dapat timbul dalam berbagai bentuk, seperti kerusakan alat-alat, terganggunya transportasi, rusaknya proyek hasil pembangunan, kehilangan barang-barang berharga dan lain-lain. Lembaga asuransi atau pertanggungan dalam kondisi tersebut mempunyai fungsi sebagai lembaga yang akan mengambil alih setiap risiko yang mungkin timbul atau dihadapi.


(10)

Hubungan antara risiko dan asuransi merupakan hubungan yang erat satu dengan yang lain. Dari sisi manajemen risiko, asuransi sebagai salah satu cara yang terbaik untuk menangani suatu risiko. Secara sederhana dapat dijabarkan bahwa seseorang yang ingin mengalihkan risiko yang akan timbul diharuskan membayar premi kepada perusahaan asuransi, kemudian apabila risiko itu terjadi maka suatu kewajiban bagi pihak asuransi untuk membayar klaim tersebut. Namun dalam prakteknya tidak sesederhana itu.1

Perjanjian asuransijika dilihat dari sifatnya adalah merupakan perjanjian konsesual yaitu suatu perjanjian yang sudah terbentuk sejak adanya kata sepakat. Sifat konsesual dari perjanjian asuransi ini terdapat pada Pasal257 Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (selanjutnya disebut KUHD) yang menentukan bahwa:“Perjanjian pertanggungan diterbitkan seketika setelah ia ditutup; hak-hak dan kewajiban-kewajiban bertimbal-balik dari si penanggung dan si tertanggung mulai berlaku semenjak saat itu, bahkan sebelum polisnya ditandatangani.”Jadi sejak ditutupnya perjanjian tersebut, maka perjanjian asuransi itu sudah terbentuk, bahkan sebelum polis tersebut ditandatangani oleh kedua belah pihak.Pada Pasal 257 KUHD tersebut merupakan sebuah penerobosan terhadap Pasal 255 KUHD yang mensyaratkan bahwa perjanjian asuransi harus dibuat dalam suatu akta yang dinamakan polis.Akan tetapi dengan adanya polis yang dijadikan sebagai syarat mutlak dalam perjanjian asuransi tidak berarti asuransi merupakan perjanjian formal.Hal ini dikarenakan berdasarkan Pasal 257 KUHD yang menyatakan bahwa perjanjian asuransi.

(diakses tanggal 1 Maret 2015)


(11)

itu sudah terbentuk sejak adanya kata sepakat. Terlebih lagi apabila disimpulkan dari ketentuan Pasal 258 KUHDagang bahwa alat bukti lain diperkenan-kan juga asal ada permulaan pembuktian dengan surat. Adapun alat bukti yang dimaksud adalah alat bukti sebagaimana disebutkan dalam Pasal 1866 KUHPerdata yang terdiri dari tulisan, saksi, persangkaan, pengakuan, dan sumpah.2

Usaha asuransi merupakan suatu mekanisme yang memberikan perlindungan pada tertanggung apabila terjadi risiko di masa mendatang. Apabila risiko tersebut benar-benar terjadi, pihak tertanggung akan mendapatkan ganti rugi sebesar nilai yang diperjanjikan antara penanggung dan tertanggung. Mekanisme perlindungan ini sangat dibutuhkan dalam dunia bisnis yang penuh dengan risiko. Secara rasional, para pelaku bisnis akan mempertimbangkan untuk mengurangi risiko yang dihadapi. Pada tingkat kehidupan keluarga atau rumah tangga, asuransi juga dibutuhkan untuk mengurangi permasalahan ekonomi yang akan dihadapi apabila ada salah satu anggota keluarga yang menghadapi risiko cacat atau meninggal dunia. Perkembangan asuransi di Indonesia saat ini telah mengalami kemajuan yang sangat pesat.Berbagai perusahaan asuransi berlomba-lomba menawarkan program asuransi baik bagi masyarakat maupun perusahaan.

Melihat kenyataan tersebut, banyak persoalan yang melingkupi lembaga asuransi atau pertanggungan dan banyak pula syarat yang harus dipenuhi. Dalam hal ini sebagai suatu perbandingan adalah Pembelian kendaraan mobil secara mengangsur asuransi kendaraan bermotor dan hubungannya dengan Asuransi Kendaraan mobil.

2

H.M.N Purwosutjipto, Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia, Jilid 6 (Jakarta : Djambatan, 2003), hlm.10.


(12)

Asuransi kendaraan bermotor adalah pertanggungan kerugian atau kerusakan bermotor. Jenis asuransi ini sebetulnya sama dengan asuransi kebakaran, yang objeknya adalah kerugian atau kerusakan atas harta benda, hanya di sini harta bendanya berupa kendaraan bermotor. Aturan yang berlaku pada asuransi kebakaran umumnya juga berlaku untuk kendaraan bermotor.Bermacam-macam perusahaan telah muncul, khususnya perusahan yang berhubungan dengan kegiatan memberikan jaminan atau tangungan kepada seseorang atau kepada suatu aset tertentu, karena standar suatu saat dapat ditimpa oleh suatu kerugian atau peristiwa. Perusahaan ini disebut dengan perusahaan asuransi dengan objek tanggungan ialah kendaraan bermotor maka disebut dengan Asuransi kendaraan bermotor.

Asuransi kendaraan bermotor adalah pertanggungan kerugian atau kerusakan bermotor. Jenis asuransi ini sebetulnya sama dengan asuransi kebakaran, yang objeknya adalah kerugian atau kerusakan atas harta benda, hanya di sini harta bendanya berupa kendaraan bermotor. Aturan yang berlaku pada asuransi kebakaran umumnya juga berlaku untuk kendaraan bermotor.3

Masalah klaim asuransi saat ini, banyak kasus yang terjadi bahwa manfaat yang seharusnya diterima oleh pemengang polis(selanjutnya disebut tertanggung) Tetapi karena kendaraan bermotor mempunyai banyak karakteristik berbeda dibanding jenis benda lainnya, maka asuransi kendaraan bermotor diatur tersendiri, meskipun di dalamnya terdapat juga aturan-aturan seperti yang berlaku didalam asuransi kebakaran.

tanggal 25 Mei 2015).


(13)

bisa diperoleh karena ada beberapa prosedur dan persyaratan yang tidak dipenuhi, sehingga menjadi kendala dalam proses pencairan klaim. Oleh karena itu, tertanggung harus membaca polis dengan seksama, bukan hanya membaca saja, tetapi tertanggung perlu memahami isi polis tersebut. Misalnya kondisi apa saja yang termasuk dalam pertanggungan asuransi, berapa besar uang pertanggungan, bagaimana bila tertanggung tidak sanggup membayar premi asuransi berikutnya dan sebagainya yang terkait dengan klaim. Disini agen sangat berperan penting untuk menjelaskan semua isi polis asuransi tertanggung, bila agen keberatan menjelaskan, peserta harus lebih teliti dengan melakukan pengecekan terhadap polis.

Melihat permasalahan diatas tertanggung membutuhkan lembaga yang mampu menampung agar pengaduan klaim asuransi yang ditolak, prosedur klaim dipersulit, dan masalah nilai tunai dapat diperjuangkan.Melihat penyebab diatas maka diperlukan adanya penyelesaian bagi kedua belah pihak.Perjanjian kontrak yang dibuat sesuai kesepakatan kedua belah pihak juga tidak mampu menampung harapan dari pihak asuransi dan konsumen atau nasabah asuransi.

Hal penting untuk diketahui bahwa apabila tertanggung melakukan prosedur klaim yang benar, hal tersebut dapat sangat membantu menyelesaikan klaim secara lancar dan cepat.Apabila prosedur klaim tersebut tidak dilakukan, dapat menyebabkan penundaan penyelesaian klaim dan dalam keadaan tertentu, dapat menyebabkan pihak asuransi menolak klaim.


(14)

Berdasarkan uraian di atas merasa tertarik mengangkat judul Analisis Putusan Mahkamah Agung Nomor 101/K.Pdt.Sus/BPSK/2013 Tentang Penolakan klaim Asuransi Kendaraan Bermotor

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah yang digunakan peneliti dalam penelitian ini, sebagai berikut :

1. Bagaimanakah pengaturan klaim asuransikendaraan bermotor ?

2. Bagaimanakah tanggung jawab pihak asuransi terhadap klaim asuransi kendaraan bermotor?

3. Analisis Putusan Mahkamah Agung Nomor 101/K.Pdt.Sus/BPSK/2013 Tentang Penolakan Klaim Asuransi Kendaraan Bermotor?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Adapun tujuan penelitian dalam penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui pengaturan klaim asuransi kendaraan bermotor.

2. Untuk mengetahui tanggung jawab pihak asuransi terhadap klaim asuransi kendaraan bermotor.

3. Untuk mengetahui Putusan Mahkamah Agung Nomor

101/K.Pdt.Sus/BPSK/2013 Tentang Penolakan Klaim Asuransi Kendaraan Bermotor.


(15)

D. Keaslian Penelitian

Penulisan skripsi ini didasarkan atas ide atau gagasan penulis dan telah dilakukan penelusuran di Perpustakaan Fakultas Hukum USU oleh Petugas Pustaka bahwa judul skripsi Analisis Putusan Mahkamah Agung Nomor 101/K.Pdt.Sus/BPSK/2013 Tentang Penolakan Klaim Asuransi Kendaraan Bermotor ini tidak ditemukan dan tidak ada yang mirip. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa tulisan ini adalah asli.

Skripsi ini asli ditulis dan diproses melalui pemikiran penulis, referensi dari peraturan-peraturan, buku-buku, kamus hukum, internet, bantuan dari pihak-pihak yang berkompeten dalam bidangnya yang berkaitan dengan skripsi ini. Dengan demikian keaslian skripsi ini dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.

E. Tinjauan Pustaka 1. Pengertian asuransi

Asuransi dalam Bahasa Belanda disebut”Verzekering”atau juga berarti pertanggungan. Secara yuridis, pengertian asuransi atau pertanggungan menurut Pasal 246 KUHD adalah: ”Asuransi atau pertanggungan adalah suatu perjanjian dengan mana seorang penanggung mengikatkan diri kepada seorang tertanggung, dengan menerima suatu premi, untuk memberikan penggantian kepadanya karena suatu kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan, yang mungkin akan diderita karena suatu peristiwa yang tak tertentu” Pengertian Asuransi sebagaimana tercantum di dalam Buku Kesatu Bab IX Pasal 246 KUHD adalah sebagai berikut : Asuransi atau pertanggungan adalah suatu perjanjian,


(16)

dengan mana seorang penanggung mengikatkan diri kepada seorang tertanggung, dengan menerima suatu premi, untuk menberikan penggantian kepadanya karena suatu kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan, yang mungkin akan dideritanya karena suatu peristiwa yang tidak tentu.

H.M.N Purwosutjipto, memberikan definisi atau pengertian asuransi sejumlah uang sebagai berikut : ”Pertanggungan jiwa adalah perjanjian timbal balik antara penutup (pengambil) asuransi dengan penanggung, dimana penutup asuransi mengikatkan diri untuk membayar sejumlah premi, sedangkan penanggung mengikatkan diri untuk membayar uang yang jumlahnya telah ditetapkan pada saat ditutupnya pertanggungan kepada penikmat dan didasarkan atas hidup dan matinya seseorang yang ditunjuk.4

4

H.M.N Purwosutjipto, Op.cit hlm.10.

Pengertian asuransi menurut Pasal 246 KUHD semata-mata mendefinisikan mengenai asuransi kerugian, karena secara historis ketentuan-ketentuan dalam KUHD kebanyakan diambil dari asuransi laut, yang merupakan asuransi kerugian, di mana pada saat itu (tahun 1847) merupakan asuransi yang paling lengkap peraturannya.

Pada tanggal 11 Februari 2014 pemerintah mengatur asuransi secara spesifik dengan mengundangkan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2014 tentang Perasuransian (selanjutnya disebut UU Peransuransian), istilah asuransi menurut Pasal 1 angka (1) adalah : Asuransi adalah perjanjian antara dua pihak, yaitu perusahaan asuransi dan pemegang polis, yangmenjadi dasar bagi penerimaan premi oleh perusahaan asuransi sebagai imbalan untuk:


(17)

a. Memberikan penggantian kepada tertanggung atau pemegang polis karena kerugian, kerusakan,biaya yang timbul, kehilangan keuntungan, atau tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yangmungkin diderita tertanggung atau pemegang polis karena terjadinya suatu peristiwa yang tidakpasti; atau

b. Memberikan pembayaran yang didasarkan pada meninggalnya tertanggung atau pembayaran yangdidasarkan pada hidupnya tertanggung dengan manfaat yang besarnya telah ditetapkan ataudidasarkan pada hasil pengelolaan dana.

Berdasarkan definisi asuransi tersebut dapat diketahui adanya beberapa unsur dalam asuransi, yaitu :5

a. Merupakan suatu perjanjian b. Adanya premi

c. Adanya kewajiban penanggung untuk memberikan penggantian kepada tertanggung

d. Adanya suatu peristiwa yang belum terjadi (anzekes voorval)

Asuransi atau pertanggungan merupakan suatu perjanjian, maka didalamnya paling sedikit terdapat dua pihak yang mengadakan kesepakatan. Pihak yang satu adalah pihak yang mengalihkan risiko kepada pihak lain, yang disebut dengan tertanggung. Sedangkan pihak yang lain adalah pihak yang menerima risiko dari pihak tertanggung, yang disebut dengan penanggung, yaitu

5

Suparman Sastrawidjaja, Aspek-Aspek Hukum Asuransi dan Surat Berharga (Bandung : Alumni, 1997), hlm.16.


(18)

perusahaan asuransi. Perjanjian dalam asuransi merupakan perjanjian dengan ciri dan sifat khusus, jika dibandingkan dengan perjanjian lainnya.

Premi, adalah prestasi yang harus diberikan tertanggung kepada penanggung.Premi ini biasanya ditentukan dalam suatu persentase (rate) dari jumlah yang dipertanggungkan.Biasanya premi dibayarkan pada awal perjanjian asuransi.Misalnya dalam polis standar kebakaran Indonesia, ditentukan jangka waktu pembayaran premi adalah 30 (tiga puluh) hari dari jangka waktu mulainya pertanggungan.Apabila tertanggung tidak memenuhi prestasinya dalam jangka waktu yang telah ditentukan makaperjanjian asuransi batal dengan sendirinya dan penanggung terbebas dari segala kerugian yang timbul.

Penanggung wajib memberikan ganti kerugian kepadatertanggung apabila risiko yang dialihkan benar-benar terjadi danmenimbulkan kerugian secara ekonomis. Perlu diperhatikan, bahwapenanggung hanya wajib memberikan ganti rugi sesuai dengankondisi pertanggungan, mengenai apa yang terjamin dan tidakmenjamin kerugian yang dikecualikan dalam polis.

Asuransi kendaraan bermotor, salah satu jenis asuransi kerugian yang diminati konsumen karena asuransi ini memberikan pertanggungan atas kerugian/ berkurangnya nilai secara finansial atas obyek pertanggungan kendaraan bermotor yang disebabkan karena menabrak, ditabrak, dicuri, terbakar, dan tergelincir. Secara spesifik juga dijelaskan dalam Peraturan Menteri Keuangan (PMK) No. 74/PMK.010/2007 tentang Penyelenggaraan Pertanggungan Asuransi (selanjutnya disebut PMK No. 74/PMK.010/2007) khususnya Pasal 1 ayat (2) : Asuransi Kendaraan Bermotor adalah produk asuransi kerugian yang melindungi


(19)

tertanggung dari risiko kerugian yang mungkin timbul sehubungan dengan kepemilikan dan pemakaian kendaraan bermotor.6

a. Usaha Reasuransi adalah usaha jasa pertanggungan ulang terhadap risiko yang dihadapi oleh perusahaan asuransi, perusahaan penjaminan, atau perusahaan reasuransi lainnya.

Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2014 tentang Perasuransian menyebutkan bahwa usaha asuransi umum adalah usaha jasa pertanggungan risiko yang memberikan penggantian kepada tertanggung karena kerugian, kerusakan, biaya yang timbul, kehilangan keuntungan, atau tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin diderita tertanggung karena terjadinya suatu peristiwa yang tidak pasti Badan hukum penyelenggara perasuransian dalam UUPerasuransian, disebut perusahaan perasuransian. Perusahaan perasuransian tersebut adalah:

b. Usaha Asuransi Umum Syariah adalah usaha pengelolaan risiko berdasarkan Prinsip Syariah guna saling menolong dan melindungi dengan memberikan penggantian kepada tertanggung karena kerugian, kerusakan, biaya yang timbul, kehilangan keuntungan, atau tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin diderita tertanggung karena terjadinya suatu peristiwa yang tidak pasti.

c. Usaha Asuransi Jiwa Syariah adalah usaha pengelolaan risiko berdasarkan Prinsip Syariah guna saling menolong dan melindungi dengan memberikan pembayaran yang didasarkan pada meninggal atau hidupnya

6

Ronny Hanitijo Sumitra, Asuransi Kendaraan bermotor (Ghalia Indonesia, Jakarta, 1998), hlm. 10.


(20)

peserta, atau pembayaran lain kepada tertanggung atau pihak lain yang berhak pada waktu tertentu yang diatur dalam perjanjian, yang besarnya telah ditetapkan atau didasarkan pada hasil pengelolaan dana.

d. Usaha Reasuransi Syariah adalah usaha pengelolaan risiko berdasarkan Prinsip Syariah atas risiko yang dihadapi oleh perusahaan asuransi syariah, perusahaan penjaminan syariah, atau perusahaan reasuransi syariah lainnya.

e. Usaha Pialang Asuransi adalah usaha jasa konsultasi dan/atau keperantaraan dalam penutupan asuransi atau asuransi syariah serta penanganan penyelesaian klaimnya dengan bertindak untuk dan atas nama tertanggung.

f. Usaha Pialang Reasuransi adalah usaha jasa konsultasi dan/atau keperantaraan dalam penempatan reasuransi atau penempatan reasuransi syariah serta penanganan penyelesaian klaimnya dengan bertindak untuk dan atas nama perusahaan asuransi, perusahaan asuransi syariah, perusahaan penjaminan, perusahaan penjaminan syariah, perusahaan reasuransi, atau perusahaan reasuransi syariah yang melakukan penempatan reasuransi atau reasuransi syariah.

g. Usaha Penilai Kerugian Asuransi adalah usaha jasa penilaian klaim dan/atau jasa konsultasi atas objek asuransi.

h. Perusahaan Perasuransian adalah perusahaan asuransi, perusahaan asuransi syariah, perusahaan reasuransi, perusahaan reasuransi syariah, perusahaan


(21)

pialang asuransi, perusahaan pialang reasuransi, dan perusahaan penilai kerugian asuransi.

i. Perusahaan Asuransi adalah perusahaan asuransi umum dan perusahaan asuransi jiwa.

j. Perusahaan Asuransi Syariah adalah perusahaan asuransi umum syariah dan perusahaan asuransi jiwa syariah.

2. Subyek dan obyek asuransi

Subyek dalam perjanjian asuransi adalah pihak-pihak yang bertindak aktif yang mengamalkan perjanjian itu, yaitu pihak tertanggung, pihak penanggung dan pihak-pihak yang berperan sebagai penunjang perusahaan asuransi.

a. Penanggung

Pengertian penanggung secara umum, adalah pihak yang menerima pengalihan risiko dimana dengan mendapat premi, berjanji akan mengganti kerugian atau membayar sejumlah uang yang telah disetujui, jika terjadi peristiwa yang tidak dapat diduga sebelumnya, yang mengakibatkan kerugian bagitertanggung. Dari pengertian penanggung tersebut di atas, terdapat hakdan kewajiban yang mengikat penanggung. Hak-hak dari penanggung adalah :

1) Menerima premi

2) Mendapatkan keterangan dari tertanggung berdasar prinsipitikad terbaik Pasal 251 KUHD.


(22)

3) Hak-hak lain sebagai imbalan dari kewajiban tertanggungHak penanggung antara lain7

a) Menuntut pembayaran premi kepada tertanggung sesuai dengan perjanjian.

b) Meminta keterangan yang benar dan lengkap kepada tertanggung yang berkaitan dengan obyek yang diasuransikan kepadanya. c) Memiliki premi dan bahkan menuntutnya dalam hal peristiwa yang

diperjanjikan terjadi tetapi disebabkan oleh kesalahan tertanggung sendiri (Pasal 276 KUHD).

d) Memiliki premi yang sudah diterima dalam hal asuransi batal atau gugur yang disebabkan oleh perbuatan curang dari tertanggung (Pasal 282 KUHD.

e) Melakukan asuransi kembali kepada penanggung yang lain, dengan maksud untuk membagi risiko yang dihadapinya (Pasal 271 KUHD).

Sedangkan kewajiban dari penanggung adalah : 1) Memberikan polis kepada tertanggung.

2) Membayar ganti rugi atas kerugian yang diderita tertanggung dalam hal asuransi kerugian dan membayar santunan pada asuransi jiwa sesuai dengan kondisi polis.

3) Memberikan ganti kerugian atau memberikan sejumlah uang kepada tertanggung apabila peristiwa yang diperjanjian terjadi, kecuali jika

7

M. Suparman Sastrawidjaja, Aspek-Aspek Hukum Asuransi dan Surat Berharga, (Bandung: Alumni, 2003), hlm. 9.


(23)

terdapat hal yang dapat menjadi alasan untuk membebaskan dari kewajiban tersebut.

4) Menandatangani dan menyerahkan polis kepada tertanggung Pasal 259, 260 KUHD.

5) Mengembalikan premi kepada tertanggung jika asuransi batal atau gugur, dengan syarat tertanggung belum menanggung risiko sebagian atau seluruhnya premi restorno, Pasal 281 KUHD.

6) Dalam asuransi kebakaran, penanggung harus mengganti biaya yang diperlukan untuk membangun kembali apabila dalam asuransi tersebut diperjanjikan demikian Pasal 289 KUHD.

b. Tertanggung

Pengertian tertanggung secara umum adalah pihak yang mengalihkan risiko kepada pihak lain dengan membayarkan sejumlah premi. Berdasar Pasal 250 KUHD yang dapat bertindak sebagai tertanggung adalah sebagai berikut :“Bilamana seseorang yang mempertanggungkan untuk diri sendiri, atau seseorang, untuk tanggungan siapa diadakan pertanggungan oleh seorang yang lain, pada waktu pertanggungan tidak mempunyai kepentingan atas benda tidak berkewajiban mengganti kerugian

Berdasarkan Pasal 250 KUHD tersebut yang berhakbertindak sebagai tertanggung adalah pihak yang mempunyaiinterest (kepentingan) terhadap obyek yang dipertanggungkan.Apabila kepentingan tersebut tidak ada, maka pihakpenanggung tidak berkewajiban memberikan ganti kerugianyang diderita pihak tertanggung.Pasal 264 KUHD menentukan, selain mengadakanperjanjian


(24)

asuransi untuk kepentingan diri sendiri, jugadiperbolehkan mengadakan perjanjian asuransi untukkepentingan pihak ketiga, baik berdasarkan pemberian kuasadari pihak ketiga itu sendiri ataupun di luar pengetahuan pihakketiga yang berkepentingan.

c. Objek asuransi kendaraan bermotor

Secara umum, obyek asuransi dapat berupa benda dan jasa, jiwa dan raga, kesehatan manusia, tanggung jawab hukum, serta semua kepentingan yang dapat hilang, rusak, rugi dan atau berkurang nilainya.Benda asuransi adalah harta kekayaan. Karena kepentingan itu melekat pada benda asuransi, maka kepentingan juga harta kekayaan .Sebagai harta kekayaan kekayaan memiliki unsur-unsur bersifat ekonomi.8

1) ada pada setiap asuransi (Pasal 250 KUHD)

Ketentuan Pasal 268 KUHD, asuransi dapat mengenai segala macam kepentingan yang dinilai dengan uang, diancam oleh bahaya dan tidak dikecualikan oleh undang-undang. Berdasarkan pasal ini dapat diketahui kriteria kepentingan yaitu kepentingan harus:

2) dapat dinilai dengan uang 3) dapat diancam oleh bahaya

4) tidak dikecualikan oleh undang-undang

Kendaraan bermotor roda empat atau lebih (sedan, minibus, jeep, truck) termasuk akesoris atau perlengkapan tambahan yang menempel pada kendaraan

8

Aanmuhsinin.wordpress.com/2013/06/28/asuransi-rangkap-pada-asuransi-kendaraan-bermotor/ (diakses tanggal 1 April 2015).


(25)

tersebut. Khusus untuk motor roda dua dapat ditutup dengan pertimbangan akomodasi bisnis.

3. Polis asuransi kendaraan bermotor

Berdasarkan polis standar asuransi kendaraan bermotor Indonesia bahwa tertanggung telah mengajukan suatu permohonan tertulis yang menjadi dasar dan merupakan bagian tidak terpisahkan dari polis ini, penanggung akan memberikan ganti rugi kepada tertanggung terhadap kerugian atas dan atau kerusakan pada kendaraan bermotor dan atau kepentingan yang dipertanggungkan, berdasarkan pada syarat dan kondisi yang dicetak, dicantumkan, dilekatkan dan atau dibuatkan endorsemen pada polis ini.

Ketentuan Pasal 255 KUHD perjanjian pertanggungan harus dibuat secara tertulis dalam suatu akta yang disebut polis.Polis ini sebagai alat bukti tertulis bahwa telah terjadi pertanggungan diantara penanggung dan pertanggung.Dalam polis disebutkan semua ketentuan dan persyaratan tentang pertanggungan yang telah dibuat. Yang dimaksud dengan polis standart kendaraan bermotor adalah polis yang digunakan di Indonesia oleh para penanggung yang berada di bawah naungan Dewan Asur ansi Indonesia (selanjutnya disebut DAI). Polis merupakan alat bukti yang sempurna dan lengkap tentang apa yang mereka perjanjikan dalam perjanjian asuransi. Jadi bagi tertanggung, polis itu menentukan nilai yang sangat menentukan bagi pembuktian haknya. Tanpa polis maka pembuktian akan menjadi sulit dan terbatas. Hal itu tercermin dalam Pasal 257 KUHD ayat (2) yaitu: “Ditutupnya perjanjian menerbitkan kewajiban bagi si penanggung untuk menkita tangani polis tersebut dalam waktu yang ditentukan dan menyerahkan


(26)

kepada si penanggung.” Mengenai polis standar yang dikeluarkan oleh DAI tersebut di atas hanya terbatas pada perusahaan-perusahaan asuransi yang terdaftar dan berada di bawah naungan DAI, tetapi bagiperusahaan asuransi yang tidak atau belum menjadi anggota DAI tidak tertutup kemungkinan untuk menggunakan ketentuan-ketentuan sebagai standart yang telah ditetapkan oleh DAI. Maka di sini nampaklah pula bahwa DAI mempunyai peranan yang penting terutama terhadap anggota-anggota persekutuannya yaitu dalam hal pengelolaan pelayanan terhadap masyarakat.

Disamping itu yang menjadi tugas pokokDAI adalah untuk melakukan penyeragaman polis asuransi untuk anggota-anggota persekutuannya agar tidakada perbedaan yang menyolok antara polis asuransi yang satu dengan polis asuransi yang lain.9

a. Hari ditutupnya pertanggungan.

Syarat-syarat formal polis diatur lebih lanjut pada Pasal 256 KUHD yang mengatur mengenai syarat-syarat umum yang harus dipenuhi agar suatu akta dapat disebut sebagai suatu polis dalam setiap polis, kecuali mengenai pertanggugan jiwa, harus memuat hal–hal sebagai berikut:

b. Nama orang yang menutup pertanggungan atas tanggungan sendiri atau atas tanggungan orang ketiga.

c. Suatu uraian yang cukup jelas mengenai barang yang dipertanggungkan d. Jumlah uang untuk berapa diadakan pertanggungan.

e. Bahaya-bahaya yang ditanggung oleh si penanggung.

9

Arsel Idjard dan Nico Ngani, Profil Hukum Perasuransian di Indonesia (Jakarta: Liberty, 2008) hlm.12.


(27)

f. Saat mana bahaya mulai berlakuuntuk tanggungan sipenanggung dan saat berakhirnya itu.

g. Premi pertanggungan tersebut, dan

h. Pada umumnya semua keadaan yangkiranya penting; bagi si penanggung untuk diketahuinya; dan segala syarat yang diperjanjikan antara para pihak, polis tersebut harus ditkita tangani oleh tiap-tiap penanggung. Syarat-syarat yang terdapat pada Pasal 256 KUHD tersebut pada dasarnya berfungsi sebagai ketentuan umum, oleh karena itu masih diperlukan lagi syarat-syarat tambahan lain yang khusus berlaku bagi para pihak pada suatu persetujuan tertentu. Syarat-syarat tambahan yang sifatnya khusus tadi biasanya ditulis atau diketik pada bagian kertas polis yang khusus disediakan untuk keperluan itu.Tetapi lambat laun syarat itu dilekatkan dalam polis. Tentu saja syarat-syarat tambahan yang dilekatkan dalam polis hanya akan syah apabila dilkitasi oleh klausula-klausula yang menyebutkan bahwa terhadap yang bersangkutan, disamping syarat-syarat lain yang belum diatur dalam polis, tetapi oleh para pihak/satu pihak dianggap penting baginya. Jadi klausula yang mengatur berlakunya syarat tambahan pada setiap polis adalah sangat penting artinya.

F. Metode Penelitian 1. Spesifikasi penelitian

Spesifikasi penelitian ini adalah penelitian deskriptif analitis.Penelitian ini melakukan analisis hanya sampai pada taraf deskripsi, yaitu menganalisis dan menyajikan fakta secara sistematis sehingga dapat lebih mudah untuk dipahami


(28)

dan disimpulkan. Deskriptif dalam arti bahwa dalam penelitian ini, bermaksud untuk menggambarkan dan melaporkan secara rinci, sistematis dan menyeluruh, mengenai segala sesuatu yang berkaitan dengan penolakan klaim asuransi kendaraan bermotor

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah yuridis normatif.Penelitian yuridis normatif adalah metode penelitian yang mengacu pada norma-norma hukum yang terdapat dalam peraturan perundang-undangan.10

2. Data penelitian

Pendekatan penelitian yang digunakan adalah bersifat kualitatif, dengan cara menganalisis bahan hukum secara komprehensif baik bahan hukum primer maupun bahan hukum sekunder yang diperoleh selama melakukan penelitian. Selain itu juga dilakukan secara deskriptif yaitu penulis berkeinginan untuk memberikan gambaran atau pemaparan atas subjek dan objek penelitian dikaitkan dengan peraturan perundang-undangan dan teori-teori yang berkaitan dengan penolakan klaim asuransi kendaraan bermotor.

Jenis sumber data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah berupa data sekunder.Menurut Ronny Hanitijo Soemitro data sekunder adalah data yang diperoleh melalui bahan kepustakaan.11

10

Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif: Suatu Tinjauan Singkat (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2009), hlm. 1.

11

Ronny Hanitijo Sumitro, Metode Penelitian Hukum dan Jurimetri (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1998), hlm. 76.

Penelitian ini yang dijadikan data sekunder adalah data yang bersumber dari:


(29)

a. Bahan hukum primer yaitu bahan hukum yang bersifat mengikat yang terdiri dari:

1) Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPerdata). 2) Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (KUHDagang) 3) Undang-undang No 40 Tahun 2014 tentang Perasuransian

b. Bahan hukum sekunder yaitu bahan hukum yang memberikan penjelasan mengenai bahan hukum primer yang terdiri dari putusan Mahkamah Agung Nomor 101/K.Pdt.Sus/BPSK/2013.

3. Teknik pengumpulan data

Untuk memperoleh suatu kebenaran ilmiah dalam penulisan skripsi, maka digunakan metode pengumpulan data dengan cara:12

4. Analisis data

studi kepustakaan, yaitu mempelajari dan menganalisis secara digunakan sistematis buku-buku, surat kabar, makalah ilmiah, majalah, internet, peraturan perundang-undangan dan bahan-bahan lain yang berhubungan dengan materi yang dibahas dalam skripsi ini.

Analisis data pada penelitian ini dilakukan secara kualitatif, yaitu dari data yang diperoleh kemudian disusun secara sistematis kemudian dianalisis secara normatif kualitatif untuk mencapai kejelasan masalah yang dibahas.Pengertian analisis di sini dimaksudkan sebagai suatu penjelasan dan penginterpretasian secara logis, sistematis. Logis sistematis menunjukkan cara berfikir

12


(30)

induktif dan mengikuti tata tertib dalam penulisan laporan-laporan penelitian ilmiah.

Setelah analisis data selesai maka hasilnya akan disajikan secara deskriptif, yaitu dengan menuturkan dan menggambarkan apa adanya sesuai dengan permasalahan yang diteliti.13

G. Sistematika Penulisan

Dari hasil tersebut kemudian ditarik suatu kesimpulan yang merupakan jawaban atas permasalahan ini.

Untuk memudahkan penulisan skripsi ini agar permasalahan yang diangkat dengan pembahasan skripsi sesuai, maka diperlukan adanya sistematika penulisan yang teratur yang saling berkaitan satu sama lain. Tiap bab terdiri dari setiap sub bab dengan maksud untuk mempermudah dalam hal-hal yang dibahas dalam skripsi ini. Adapun sistematika penulisan skripsi ini adalah :

BAB I PENDAHULUAN

Pendahuluan merupakan pengantar. Didalamnya termuat mengenai gambaran umum tentang penulisan skripsi yang terdiri dari latar belakang penulisan skripsi, permasalahan, tujuan penulisan, manfaat penulisan, keaslian penulisan, metode penelitian dan sistematika penulisan

BAB II PENGATURAN KLAIM ASURANSIKENDARAAN BERMOTOR Bab ini berisikan mengenai keberadaan asuransi dalam pemberian kredit kendaraan bermotor, asuransi sebagai bentuk pengalihan risiko,

13

H.B. Sutopo, Metode Penelitian Kualitatif Bagian II (Surakarta: UNS Press, 1988), hlm. 37.


(31)

hak dan kewajiban para pihak dalam asuransi bermotor dan pengaturan klaim asuransi kendaraan bermotor.

BAB III TANGGUNG JAWAB PERUSAHAAN ASURANSI TERHADAP KLAIM ASURANSI KENDARAAN BERMOTOR

Bab ini berisikan mengenai hubungan hukum perusahaan asuransi dengan klaim asuransi, penyebab penolakan klaim asuransi kendaraan bermotor, akibat hukum penolakan klaim asuransi dan upaya hukum tertanggung jika penanggung menolak objek klaim.

BAB IV ANALISIS PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR

101/K.PDT.SUS/BPSK/2013 TENTANG PENOLAKAN KLAIM ASURANSI KENDARAAN BERMOTOR

Bab ini berisikan mengenai posisi kasus, alasan hakim mahkamah agung melakukan penolakan klaim asuransi kendaraan bermotor dan pertimbangan hakum dalam Putusan Mahkamah Agung Nomor 101/K.Pdt.SUS/BPSK/2013 tentang penolakan klaim asuransi kendaraan bermotor dan tanggungjawab pihak asuransi dalam penolakan asuransi kendaraan bermotor.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini merupakan bagian terakhir dari penulisan skripsi ini.Bab ini berisi kesimpulan dari permasalahan pokok dari keseluruhan isi.Kesimpulan bukan merupakan rangkuman ataupun ikhtisar.


(32)

24

A. Keberadaan Asuransi dalam Pemberian Kredit Kendaraan Bermotor Asuransi merupakan suatu kemauan untuk menetapkan kerugian-kerugian kecil (sedikit) yang sudah pasti sebagai pengganti atau subtitusi kerugian-kerugian yang besar yang belum pasti.14

Asuransi secara umum merupakan perjanjian antara penanggung dengan tertanggung, dengan menerima premi dari tertanggung, penanggung berjanji akan membayar sejumlah pertanggungan ketika tertanggung mengalami kerugian, kerusakan dan kehilangan akan barang dan lainnya, dengan tertanggung membayar premi sebanyak yang ditentukan penanggung setiap bulannya. Keberadaan asuransi di tengah-tengah masyarakat sangatlah dibutuhkan, melihat perkembangan hidup pada masyarakat yang sangat kompleks, khususnya dalam perekonomian yang sangat urgen dalam mengarungi kehidupan dalam rangka mensejahterakan umat.

Asuransi secara umum merupakan perjanjian antara penanggung dengan tertanggung, dengan menerima premi dari tertanggung, penanggung berjanji akan membayar sejumlah pertanggungan ketika tertanggung mengalami kerugian, kerusakan dan kehilangan akan barang dan lainnya, dengan tertanggung.

15

14

Freddy Harris, Nasabah dalam Asuransi (Jakarta : Raja Grafindo Persada, Edisi Revisi, Cetakan ke enam, Jakarta, 2000), hlm 21

15


(33)

Asuransi kendaraan bermotor, salah satu jenis asuransi kerugian yang diminati konsumen karena asuransi ini memberikan pertanggungan atas kerugian/ berkurangnya nilai secara finansial atas obyek pertanggungan kendaraan bermotor yang disebabkan karena menabrak, ditabrak, dicuri, terbakar, dan tergelincir. Secara spesifik juga dijelaskan dalam PMK No. 74/PMK.010/2007 khususnya Pasal 1 ayat (2) : Asuransi Kendaraan Bermotor adalah produk asuransi kerugian yang melindungi tertanggung dari risiko kerugian yang mungkin timbul sehubungan dengan kepemilikan dan pemakaian kendaraan bermotor.16

1. Comprehensive/All Risk (Kerugian Gabungan) memberikan jaminan terhadap:

Adapun jenis-jenis asuransi kendaraan bermotor :

a. Kerugian/kerusakan atas kendaraan bermotor yang diasuransikan karenatabrakan, benturan, terbalik, tergelincir dari jalan.

b. Kerugian keuangan/kerusakan kendaraan bermotor karena perbuatan jahatorang-orang terkecuali oleh keluarga sendiri/orang yang bekerja dengantertanggung atau membawa kendaraan tersebut seizin tertanggung. c. Kebakaran yang diakibatkan oleh api yang muncul dari dalam maupun

dari luarkendaraan.

d. Pencurian, termasuk pencurian yang dilakukan dengan kekerasan.e. Sambaran petir.

2. Total Loss Only (TLO) menjamin kerugian kendaraan yang diasuransikan

baikkarena kecelakaan, kebakaran, maupun pencurian, dimana kerugian tersebutmemenuhi salah satu syarat berikut :

16

Ronny Hanitijo Sumitra, Asuransi Kendaraan bermotor (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1998), hlm. 18.


(34)

a. Akibat kecelakaan/kebakaran, dimana biaya kerugian/kerusakan mencapai 75%atau lebih dari harga kendaraan.

b. Akibat pencurian, bila dalam batas waktu 60 hari kendaraan tersebut belumdiketemukan.

c. Risiko sendiri untuk risiko kecelakaan (butir 1) dan pencurian (butir 2) berlakujumlah yang tercantum dalam polis

Berdasarkan Pasal 2 UU Peransuransi terbagi, yaitu : 1. Perusahaan asuransi umum hanya dapat menyelenggarakan:

a. Usaha Asuransi Umum, termasuk lini usaha asuransi kesehatan dan lini usaha asuransi kecelakaandiri; dan

b. Usaha Reasuransi untuk risiko Perusahaan Asuransi Umum lain.

2. Perusahaan asuransi jiwa hanya dapat menyelenggarakan Usaha Asuransi Jiwa termasuk lini usahaanuitas, lini usaha asuransi kesehatan, dan lini usaha asuransi kecelakaan diri.

3. Perusahaan reasuransi hanya dapat menyelenggarakan Usaha Reasuransi. Asuransi kendaraan bermotor merupakan bagian dari perusahaan asuransi umum yangmenjamin kerugian atau kerusakan pada kendaraan bermotor yang dipertanggungkanterhadap risiko tabrakan, perbuatan jahat orang lain, pencurian, kebakaran dansambaran petir, sesuai dengan kondisi yang tercantum dalam Polis Kendaraan BermotorIndonesia. Secara garis besar, jenis pertanggungan Asuransi Kendaraan Bermotorterbagi menjadi 2 (dua) yaitu Comprehenship/All Risk dan TLO (Total Loss Only).


(35)

Asuransi kendaraan bermotor didalam pemberian kredit memberikan salah satu syarat yang menjadi kesatuan dalam sebuah kredit.Salah satu syarat tersebut bahwa tertanggung wajib mengikuti syarat yang diberikan oleh penanggung.Syarat yang diberikan penanggung kepada tertanggung jika dalam pembelian kendaraan bermotor pihak tertanggung membayar premi asuransi kepada pihak penanggung.Pihak tertanggung tidak bisa menolak syarat yang diajukan oleh pihak penanggung karena syarat ini merupakan satu kesatuan dalam pembelian kendaraan bermotor secara kredit.

Keberadaan asuransi dalam pemberian kredit kendaraan bermotor sangatlah mempunyai manfaat kepada pihak yang memberikan kredit kendaraan bermotor tersebut, sebab jika tertanggung wanprestasi pihak penanggung dapat mengalihkan risiko tersebut sehingga pihak pemberi kredit tidak mengalami kerugian.Suatu prosedur diperlukan agar suatu pekerjaan dapat dilaksanakan dengan lancar dan sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai, prosedur menguraikan dan menjelaskan tahap-tahap yang harus dilaksanakan oleh unit-unit kerja dalam suatu perusahaan.Prosedur merupakan urutan pekerjaan atau kegiatan yang terencana dengan tujuan untuk menangani transaksi usaha yang berulang.

Tahap awal pelaksanaan perkreditan adalah pengajuan permohonan kredit oleh calon debitur kepada pihak penanggung. Adapun hal yang harus diperhatikan oleh calon debitur pada waktu pengajuan kredit adalah sebagai berikut:

Ketentuan umum kredit kendaraan bermotor yang diberikan tertanggung adalah sebagai berikut:


(36)

1. Syarat umum

Syarat umum yang harus dicantumkan dalam pengajuan pemilikan kendaraan bermotor tertanggung diantaranya adalah sebagai berikut:

a. Fotocofy Kartu Tanda Penduduk

Jika sudah menikah, fotocofy KTP suami / istri.Jika belum menikah, fotocofy KTP pribadi

b. Fotocofy Kartu Keluarga

c. Fotocofy surat pajak bumi dan bangunan (PBB) d. Slip gaji atau surat keterangan usaha.

e. Surat persetujuan:

1) Jika konsumen pribadi, maka surat persetujuan suami/istri.

2) Konsumen perusahaan, surat persetujuan dari komisaris perusahaan 2. Mengisi formulir permintaan pembiayaan Formulir permintaan pembiayaan

kendaraan bermotor yang harus diisi oleh calon debitur diantaranya berisi tentang:

a. Data pribadi

Data pribadi merupakan biodata yang telah diisi secara lengkap oleh calon debitur berdasarkan keterangan Kartu Tanda Penduduk dan keterangan-keterangan lain.

b. Data Pekerjaan

Data pekerjaan merupakan keterangan mengenai pekerjaan calon debitur saat ini dan pekerjaan sebelumnya. Yang meliputi jenis pekerjaan, jabatan,


(37)

departement, lama bekerja, serta memuat nama tentang perusahaan, bidang usaha, dan alamat perusahaan.

c. Data pasangan

Data pasangan merupakan keterangan mengenai biodata pasangan (Suami/Istri) calon debitur berdasarkan surat keterangan tanda penduduk. d. Data pekerja Suami atau Istri

Data pekerja Suami atau Istri merupakan keterangan pekerjaan dari pasangan calon debitur baik suami atau istri.

e. Data Badan Usaha

Data badan usaha yaitu keterangan mengenai biodata badan usaha (Jika pemohon Badan usaha) yang meliputi nama, bentuk, bidang, alamat, pemegang saham, susunan pengurus dan keterangan lain mengenai badan usaha tersebut.

f. Data kendaraan

Data kendaraan menerangkan tentang gambaran umum yang akan dibeli oleh konsumen. Data kendaraan meliputi keterangan tentang jenis kendaraan (bekas atau baru), merk beserta type, warna kendaraan, tahun pembuatan,Namadealer/showroom. Jika kendaraan bekas data yang harus diisi meliputitanggal berlaku Surat Tanda Nomor Kendaraan, no.polisi, no.rangka, no.mesin, no.Buku Pemilik Kendaraan Bermotor, dan atas nama.


(38)

g. Data penjamin

Data penjamin merupakan data tambahan dari pihak ketiga yang berisi tentang jenis penjamin, nama penjamin, alamat, hubungan dengan pemohon, dan keterangan-keterangan lain berdasarkan kartu tanda penduduk atau surat keterangan yang berlaku dan sah.

h. Data penghasilan

Data penghasilan menerangkan tentang penghasilan perbulan dari calon debitur.

i. Data asset yang dimiliki

Data asset yang dimiliki berisi tentang jenis dan jumlah asset diluar pengahsilan pokok yang dimiliki oleh calon debitur.

j. Perhitungan kredit

Perhitungan kredit berisi tentang perhitungan harga kendaraan yang akan dikredit, meliputi besarnya bunga per bulan dan besarnya uang muka yang telah ditentukan oleh calon debitur serta perhitungan jumlah dan besaran angsuran

Prosedur kredit adalah tahapan yang harus dilalui sebelum kredit diberikan untuk menilai kelayakan calon debitur.Penanggung didalam prosedur pemberian kredit kendaraan bermotor menetapkan langkah-langkah yang harus ditempuh oleh calon debiturmulai dari pengajuan permohonan untuk pemberian kredit sampai dengan tahap pencairan kredit.


(39)

Berikut ini adalah prosedur dari pemberian kredit kendaraan bermotor pada tertanggung :17

1. Tahap permohonan kredit dari dealer ke penanggung.Calon debitur pertama-tama datang ke dealer atau showroom tertanggung untuk membeli kendaraan bermotor dengan cara pembayaran secara kredit, dengan menentukan penanggung sebagai pihak yang mendanai fasilitas pembiayaan tersebut.Dalam tahap ini setelah pihak dealermenerima pesanan kendaraan bermotor dari debitur, pihak dealer akan mengajukan surat permohonan kredit kepada tertanggung, dimana penanggung merupakan lembaga pembiayaan yang bertugas untuk memperhitungkan besarnya kredit dan banyaknya angsuran yang dibebankan kepada pihak debitur.

2. Tahap permohonan pembiayaanKemudian calon debitur akan mengisi form aplikasi dan memenuhi persyaratan yang telah ditentukan untuk kemudian diajukan kepada penanggung

3. Tahap pengecekan atau surveyBerdasarkan aplikasi dari permohonan, maka section operationalakan melakukan pengecekan atas kebenaran dari pengisian ormulir aplikasi tersebut dengan melakukan analisis dan evaluasi terhadap data dan informasi yang telah diterima, dengan melakukan pekerjaan sebagai berikut:

a. Kunjungan ketempat calon peminjam.

b. Pengecekan ke tempat lain, misalnya tempat usaha.

17

Pawer Darasa Panjaitan, Prosedur Pemberian Kredit Kendaraan Bermotor Pada PT.Federal Internasional Finance (FIF) Lubuk Pakam, Jurnal Ilmiah Accounting Changes, Oktober2014,Volume 2, No. 2,13-2.


(40)

c. Observasi secara umum atau khususLaporan hasil surveyini kemudian diserahkan oleh section operasionalkepada credit headuntuk dianalisis. Apabila hasil surveymenunjukan bahwa keadaan calon debitur tidak sesuai dengan data-data yang tercantum dalam form aplikasi permohonan pembiayaan, maka section operasionaldapat langsung menolak permohonan pembiayaan tanpa melalui persetujuan koordinator credit head.

4. Tahap analisis kreditBagian credit headakan menganalisis dan memberikan kesimpulan mengenai laporan hasil surveyberdasarkan hasil pemeriksaan lapangan yang dilakukan oleh section operational. Dalam pemberian kredit tertanggung sangat terpaku pada prinsip 5C yaitu:

a. Character

Penilaian ini berdasarkan reputasi konsumen dan latar belakang atas pengalaman calon konsumen dalam memenuhi kewajibannya terhadap perusahaan, selain itu pemohon tidak termasuk dalam daftar hitam maksudnya pemohon tidak pernah terdaftar kredit macet pada bank lain. b. Capacity

Penilaian ini diutamakan pada kemampuan calon debitur untuk dapat membayar angsuran yang telah ditetapkan perusahaan sesuai dengan jangka waktu yang telah ditentukan.

c. Capital

Penilaian atas modal yang disetor dapat berupa uang muka yangdiberikan oleh konsumen atau pemohon kepada pihak tertanggung


(41)

d. Collateral

Pada umunya setiap aktivitas pemberian kredit diperlukan suatu agunan yang digunakan sebagai suatu sumber pembayaran kembali kredit jika konsumen mengalami kesulitan dalam memenuhi kewajibannya dikemudian hari.

e. Condition

Penilaian ini dititikberatkan pada kondisi atau keadaan politik, social, ekonomi dan budaya yang akan mempengaruhi pada suatu saat maupun untuk kurun waktu tertentu yangkemungkinan dapat mempengaruhi kelancaran pengembalian kredit yang telah diberikan.Setelah selesai dianalisis, data-data laporan hasil surveydiberikan kepada coordinator credit headuntuk direkomendasikan kepada kepala cabang apakah pemohonan tersebut disetujui atau ditolak.

5. Tahap pengikatan kontrak perjanjian pembiayaan konsumenSetelah permohonan pembiayaan disetujui oleh kepala cabang, maka tahap berikutnya adalah tahap pengikatan kontrak perjanjian yang harus diisi oleh calon debitur adalah sebagai berikut:

a. Surat perjanjian pembiayaan konsumen dengan penyerahan hak milik secara fisudia menerangkan fasilitas dana pembiayaan kepada debitur. b. Daftar keabsahan surat-suratkendaraan dan pernyataan dimana keabsahan

surat-surat tersebut berisi tentang gambaran kondisi kendaraan serta kelengkapannya.


(42)

c. Surat pernyataan debitur dimana surat ini terdiri dari tiga jenis surat pernyataan telah diperolehnya fasilitas pembiayaan dari tertanggung, surat pernyataan telah bersedianya calon debitur membaliknamakan STNK dan BPKB, surat pernyataan yang memberikan persetujuannya untuk mengadakan pemblokiran atas hak sampai seluruh hutang-hutangnya dibayar lunas.

d. Surat pernyataan bersama merupakan perjanjian antara tertanggung dengan dealer

6. Tahap pembayaran kepada dealerSetelah barang diserahkan oleh dealerkepada debitur, selanjutnya dealerakan melakukan penagihan kepada tertanggung dengan melampirkan hal-hal sebagai berikut:

a. Kuitansi penuh

b. Kuitansi uang muka dan atau bukti pelunasan uang muka. c. Bukti pengiriman dan surat tanda penerimaan barang d. Surat pernyataan BPKB

7. Tahap penagihan atau monitoring pembayaranSetelah seluruh proses pembayaran kepada dealerdilakukan, proses selanjutnya adalah pembayaran angsuran dari debitur sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan. Collection departmentakan mengawasi pembayaran angsuran berdasarkan jatuh tempo pembayaran yang telah ditentukan dan berdasarkan system pembayaran yang diterapkan tertanggung.Apabila seluruh kewajiban debitur telah dilunasi, maka kreditur akan mengembalikan semua surat-surat dan bukti-bukti pemilikan kendaraan termasuk BPKB.


(43)

B. Asuransi sebagai Bentuk Pengalihan Risiko

Risiko diartikan beragam oleh para ilmuwan.Hal ini merupakan akibat luasnya ruang lingkup serta banyaknya segi-segi yang mempengaruhinya, sehingga tergantung dari sudut pandang dan titik berat dari mana seseorang itu melihat dan mengamati.18

Menurut Radiks Purba, risiko adalah Kemungkinan kerugian yang akan dialami, yang diakibatkan oleh bahaya yang mungkin terjadi tapi tidak diketahui lebih dahulu apakah akan terjadi dan kapan akan terjadi.

Pengertian risiko oleh H.M.N. Purwosutjipto, diartikan sebagai kewajiban memikul kerugian yang diakibatkan karena suatu sebab atau kejadian diluar kesalahan sendiri.

19

Sri Rejeki Hartono, mengartikan risiko sebagai ketidakpastian tentang terjadinya atau tidak terjadinya suatu peristiwa yang menciptakan kerugian.20Risiko menurut C.S.T Kansil adalah suatu ketidaktentuan yang berarti kemungkinan terjadinya suatu kerugian dimasa yang akan datang, jadi asuransi menjadikan suatu ketidakpastian menjadi suatu kepastian yaitu dalam hal terjadi kerugian, maka akan memperoleh ganti rugi.21

Mempelajari tentang asuransi, khususnya asuransi kerugian, risiko cukup dilihat sebagai ketidakpastian akan terjadinya kerugian atau peristiwa yang tidak diharapkan terjadi. Dengan demikian setiap terjadi kejadian hanya perlu memfokuskan pada dua hal pokok, yakni ”ketidakpastian” (uncertainty) dan

18

Sri Rejeki Hartono, Hukum Asuransi dan Perusahan Asuransi (Jakarta: Sinar Grafika, 2008), hlm. 58.

19

Radiks Purba, Memahami Asuransi di Indonesia Seri Umum No.10 (Jakarta:Pustaka Binaman Pressindo, 1992), hlml. 29.

20

Sri Rejeki Hartono, Op.Cit., Hlm.15

21

C.S.T. Kansil, Pokok-Pokok Pengetahuan Hukum Dagang Indonesia (Jakarta: Sinar Grafika, 2002) hlm.178.


(44)

”kerugian” (loss). Segala sesuatu yang dapat dipastikan akan terjadi, tidak dapat disebut sebagai risiko.

Berdasarkan sifatnya risiko dibagi menjadi dua, yaitu : risiko murni (pure risk) dan risiko spekulatif (speculative risk). Dalam risiko murni kemungkinan yang akan timbul hanyalah dua hal yaitu adanya kerugian (loss) atau tidak adanya kerugian (no loss).Risiko merupakan hal tidak terduga dan mengakibatkan kerugian sehingga manusia mempunyai beberapa usaha untuk mengatasi suatu risiko, yaitu:

1. Menghindari risiko (avoidance) 2. Mencegah risiko (prevention) 3. Memperalihkan risiko (transfer)

4. Menerima risiko (assumption or retention)

Usaha untuk mengatasi risiko yang berhubungan dengan asuransi adalah memperalihkan risiko.Tidak mungkin bagi para penanggung untuk menanggung segala risiko.Risiko-risiko yang dapat dialihkan kepada penanggung adalah risiko-risiko yang dapat diasuransikan (insurable risk). Karakteristik risiko-risiko-risiko-risiko yang dapat diasurasikan dalam asuransi kerugian, adalah sebagai berikut :

a. Risiko tersebut dapat menimbulkan kerugian yang dapat diukur dengan uang. Misalnya, kerusakan harta benda dimana tingkat ganti rugi dapat diukur dari biaya perbaikannya.

b. Harus ada sejumlah besar risiko yang sama dengan risiko yang diasuransikan (homogeanus exposure), sehinggapenanggung dapat menggunakan statistik kerugian yang telah tersedia.


(45)

c. Risiko tersebut haruslah risiko murni, sehingga usaha untuk mencari keuntungan dari adanya kerugian dapat dicegah.

d. Kerugian yang ditimbulkan oleh risiko itu harus terjadi secara tiba-tiba, tidak terduga sebelumnya bagi pihak tertanggung.

Sedangkan karakteristik risiko-risiko yang dapat diasuransikan dalam asuransi sejumlah uang (jiwa) adalah :

a. Risiko kematian, adalah suatu peristiwa yang pasti terjadi, tetapi tidak diketahui kapan akan terjadi. Kematian mengakibatkan penghasilan lenyap dan mengakibatkan kesulitan ekonomi bagi keluarga / tanggungan yang ditinggalkan.

b. Risiko hari tua, adalah suatu peristiwa yang pasti terjadi dan dapat diperkirakan kapan akan terjadi, tetapi tidak diketahui berapa lama terjadi. Hari tua menyebabkan kekurangmampuan untuk memperoleh penghasilan dan mengakibatkan kesulitan ekonomi bagi diri sendiri dan keluarga / tanggungan.

c. Risiko kecelakaan, suatu peristiwa yang tidak pasti terjadi, tetapi tidak mustahil terjadi. Kecelakaan dapat mengakibatkan kematian atau ketidakmampuan. Merosotnya kondisi kesehatan apalagi menjadi cacat seumur hidup menyebabkan kesukaran ekonomi bagi diri sendiri dan keluarga / tanggungan.22

Ketika membicarakan tentang risiko kehidupan maka secara langsung dihubungkan dengan asuransi. Karena dalam presentasinya seorang agen asuransi

22


(46)

selalu bicara tentang risiko kehidupan yang dilimpahkan kepada penanggung. Jadi seorang tertanggung membayar sejumlah premi yang ditetapkan oleh penanggung dengan mendapatkan sejumlah uang pertanggungan.Jadi dengan adanya polis, maka merupakan perjanjian antara tertanggung dengan penanggung.23

1. Perjanjian kontrak

Demikian dari sudut pihak yang mengasuransikan asuransi adalah suatu pengalihan risiko, sedangkan dari pihak penanggung, asuransi suatu alat retensi dan kombinasi risiko. Berdasarkan definisi tersebut di atas, maka asuransi terdiari dari empat elemen dasar yaitu :

2. Pembayaran premi oleh pihak yang mengasuransikan,

3. Suatu pembayaran sejumlah uangan jika sesuatu terjadi pada interst yang diasuransikan, sebesar nilai kontak yang disepakati,

4. Presence sejumlah sumberdaya oleh pihak penerima asuransi untuk

pembayaran klaim.

Pengumpulan sumberdaya menjadi inti dasar asuransi kerena tanpa hal ini arti ekonomis dari transakasi tidak ada lagi. Disini pembayaran premi dikumpulkan dari pembayaran premi para nasabah. Pendapat yang menyatakan bahwa kumpuan risiko diperlukan untuk terjadinya transaksi asuransi adalah didasarkan pada interprestasi yang salah akan law of large number. Konsep pengumpulan risiko seperti diatas gagal menjelaskan mengapa kumpulan dapat lebih menjamin pembayaran klaim. Dengan semakin banyaknya anggota,

23

Headquartersfinancial.com/index.php/artikel/seputar-financial/170-asuransi adalah pengalihan-resiko (diakses tanggal 10 Maret 2015).


(47)

pembayaran premi melibihi nilai kerugian yang diperkirakan maka peningkatan jumlah peserta asuransi yang dikumpulkan (berpartisipasi dalam pembayaran premi) akan meningkatkan probalitas kemampuan kumpulan ini untuk pembayaran klaim.

Kuatnya jaminan pembayaran klaim tergantung pada kumpulan sumberdaya bukan pada kumpulan risiko. Seperti dinyatakan oleh Smith dan Mehr bahwa kekuatan garansi adalah pada kumpulan kontribusi bukan kumpulan risiko. Jika tiap klien member kontribusi pembayaran premi yang lebih besar dari nilai taksiran kerugian obyek asuransinya.24

Konsep dasar semua risiko mengandung ketidak-pastian. Sebagian dari risiko tersebut dapat dialihkan kepada asuransi, namun tidak semua risiko dapat diasuransikan.Ketidakpastian yang terdapat dalam setiap risiko mencakup dua hal, yaitu ketidak-pastian mengenai :25

1. Terjadi atau tidak terjadinya peristiwa yang menimbulkan kerugian.

2. Besar kecilnya kemungkinan kerugian jika terjadi peristiwa yang menimbulkan kerugian tersebut.

Sehingga dengan demikian, dapatlah dikatakan bahwa manajemen risiko adalah; "suatu kegiatan atau langkah-langkah pengelolaan risiko yang mencakup identifikasi, evaluasi dan pengendalian risiko yang dapat mengancam kelangsungan usaha atau aktivitas perusahaan".

24

Hidanfirdaus.blogspot.com/2010/06/asuransi-sebagai-alat-pendanaan-risiko.html (diakses tanggal 10 Maret 2015).

25

Mufidnilmada.staff.gunadarma.ac.id/.../Memahami+As (diakses tanggal 10 Maret 2015).


(48)

Asuransi adalah merupakan teknik penanganan risiko yang paling dikenal dengan program menajemen risiko. Asuransi dapat dibedakan dari dua sudut yaitu asuransi sebagi proteksi untuk mengantisipasi financial yang dibayarkan oleh perusahaan asuransi, dan asuransi sebagai suatu alat dimana risiko individu maupun risiko perusahaan-perusahaan menggabungkan kontribusi nayanya ataupun yang dijanjikan untuk mendanai pembayaran klaim.

Mengenai manajemen risiko ada tahapanyang harus dilalui, tahap-tahap manajemen risiko tersebut adalah :

1. Mengidentifikasi terlebih dahulu risiko-risiko yang mungkin akan dialami oleh perusahaan.

2. Mengevaluasi atas masing-masing risiko ditinjau dari severity (nilai risiko) dan frekuensinya.

3. Mengendalikan risiko, secara fisik (risiko dihilangkan, risiko diminimalisir) dan ataupun secara finansial (risiko ditahan, risiko ditransfer).

4. Menghilangkan risiko berarti menghapuskan semua kemungkinan terjadinya kerugian, misalnya dalam mengendarai mobil di musim hujan, kecepatan kendaraan dibatasi maksimum 60 km/jam.

5. Meminimalisasi risiko dilakukan dengan upaya-upaya untuk meminimumkan kerugian, misalnya dalam produksi, peluang terjadinya produk gagal dapat dikurangi dengan pengawasan mutu (quality control).

6. Menahan sendiri risiko berarti menanggung keseluruhan atau sebagian dari risiko, misalnya dengan cara membentuk cadangan dalam perusahaan untuk menghadapi kerugian yang bakal terjadi (retensi sendiri).


(49)

7. Pengalihan/transfer risiko dapat dilakukan dengan memindahkan kerugian atau risiko yang mungkin terjadi kepada pihak lain, misalnya perusahaan asuransi.

Risiko yang dialihkan meliputi kemungkinan kerugian material yang dapatdinilai dengan uang yang dialami nasabah, sebagai akibat terjadinya suatu peristiwayang mungkin/belum pasti akan terjadi. Risiko akan selalu dihadapi manusia, siapasaja, dimana saja dan kapan saja, manusia yang menghadapi risiko dapat mengalihkanrisiko-risiko yang memenuhi syarat kepada perusahaan asuransi dengan membeliproteksi asuransi. Tidak semua risiko yang dihadapi manusia dapat diasuransikan.Adasyarat atau elemen yang harus ada di dalam suatu risiko agar dapat diasuransikan ataudialihkan kepada perusahaan asuransi melalui proses Perjanjian Asuransi. Ataspengalihan risiko tersebut harus dapat ditetapkan jumlah premi asuransi yang wajar.

Asuransi kendaraan bermotor adalah salah satu upaya menanggung risiko yang terjadi. Risiko yang dijamin asuransi kendaraan bermotor adalah :

1. Kerugian atau kerusakan kendaraan bermotor

Asuransi kendaraan bermotor ini risiko yang dipertanggungkan disebabkan:26

a. Tabrakan, benturan, terbalik, tergelincir dari jalan, termasuk juga akibat dari kesalahan material, konstruksi, cacat sendiri atau sebab-sebab lainnya dari kendaraan yang bersangkutan

b. Perbuatan jahat orang lain

26

Sapitri-sapitri.blogspot.com/2013/10/makalah-asuransi-kendaraan-bermotor.html (diakses tanggal 1 April 2015).


(50)

c. Pencurian d. Kebakaran e. Sambaran petir

f. Kerugian atau kerusakan yang disebabkan oleh peristiwa-peristiwa di atas dan sebab-sebab lainnya selama penyebarangan dengan feri atau alat penyeberangan resmi lain yang berada di bawah pengawasan Direktorat Jenderal Perhubungan darat.

g. Kerusakan roda bila kerusakan tersebut mengakibatkan pula kerusakan kendaraan bermotor itu yang disebabkan oleh kecelakaan.

h. Biaya yang wajar yang dikeluarkan tertanggung untuk penjagaan atau pengangkutan ke bengkel atau tempat lain guna menghindari atau mengurangi kerugian maksimum sebesar 0.5% dari jumlah Pertanggungan.

2. Tanggung gugat

Tanggung gugat yaitu tanggung jawab hukum tertanggung terhadap pihak ketiga berkaitan dengan penggunaan kendaraan bermotor yang dipertanggungkan. Dalam hal ini penanggung akan menberikan penggantian kepada tertanggung atas suatu kerugian yang diderita pihak ketiga yang secara langsung disebabkan oleh kendaraan bermotor yang dipertanggungkan, baik yang diselesaikan melalui musyawarah maupun melalui pengadilan, yang kedua-duanya harus mendapatkan persetujuan terlebih dahulu dari penanggung, setinggi-tingginya sejumlah yang tercantum dalam ikhtisar pertanggungan, yang meliputi:


(51)

a. Kerusakan atas harta benda milik atau dalam pengawasan tertanggung, diangkut, dimuat atau dibongkar dari kendaraan yang dipertanggungkan b. Kerusakan jalan, jembatan dan lain-lain akibat getaran, berat kendaraan

atau muatannya

c. Cedera badan atau kematian terhadap:

1) Penumpang di dalam kendaraan bermotor yang dipertanggungkan 2) Tertanggung, suami atau istri dan anak bila tertanggung adalah

perorangan

3) Pemegang saham atau pengurus bila tertanggung adalah CV atau Firma

4) Orang yang bekerja pada tertanggung dengan imbalan jasa 5) Orang yang tinggal bersama tertanggung

6) Hewan milik atau dalam pengawasan tertanggung

Asuransi kendaraan bermotor merupakan satu upaya untuk menjamin suatu risiko yang terjadi, tetapi ada beberapa risiko yang tidak dapat dijamin oleh asuransi kendaraan bermotor, antara lain:

1. Kehilangan keuntungan/upah atau kerugian keuangan akibat tidak dapat dipergunakannya kendaraan tersebut.

2. Kerusakan atau kehilangan peralatan non-standar yang tidak disebutkan dalam polis.

3. Kerusakan atau kehilangan kendaraan bermotor akibat penggelapan.

4. Kerugian atau kerusakan kendaraan bermotor akibat perbuatan jahat tertanggung (sumi/istri, anak, karyawan atau seizin tertanggung).


(52)

Ada beberapa kerugian atau kerusakan yang tidak dapat ditanggung oleh pihak perusahaan asuransi kendaraan bermotor, yaitu :

1. Menarik kendaraan lain, racing, pawai, untuk kejahatan atau maksud lain dari yang ditetapkan dalam polis.

2. Kelebihan muatan atau dijalankan secara paksa. 3. Dijalankan dalam keadaan rusak.

4. Pengemudi tidak memiliki SIM atau mabuk.

5. Memasuki jalan yang dilarang masuk/jalan tertutup.

6. Barang-barang yang sedang dimuat, dibongkar di kendaraan tersebut. 7. Reaksi atau radiasi nuklir.

Syarat yang diatur dalam KUHD adalah kewajiban pemberitahuan dalam Pasal 251, antara lain :

1. Kesepakatan (Consensus)

Tertanggung dan penanggung sepakat mengadakan perjanjian asuransi. Kesepakatan tersebut pada pokoknya meliputi :

a. Benda yang menjadi objek asuransi; b. Pengalihan risiko dan pembayaran premi; c. Evenemen dan ganti kerugian

d. Syarat-syarat khusus asuransi e. Dibuat secara tertulis disebut polis 2. Kewenangan (authority)

Kedua pihak penanggung dan tertanggung wenang melakukan perbuatan hukum yang diakui undang-undang.Kewenangan berbuat tersebut ada yang


(53)

bersifat objektif dan subjektif.Apabila asuransi diadakan untuk kepentingan pihak ketiga, maka tertanggung yang mengadakan itu mendapat kuasa atau pembenaran dari pihak ketiga dari yang bersangkutan. Kewenangan pihak tertanggung dan penanggung tersebut tidak hanya dalam rangka mengadakan perjanjian asuransi, tetapi juga dalam hubungan internal dilingkungan perusahaan asuransi bagi penanggung dan hubungan dengan pihak ketiga bagi tertanggung.

3. Objek tertentu (Fixed Object)

Objek tertentu dalam perjanjian asuransi adalah objek yang diasuransikan, dapat berupa kekayaan dan kepentingan yang melakat pada harta kekayaan, dapat pula jiwa atau raga manusia.

4. Kausa yang halal (Legal Cause)

Kuasa yang halal maksudnya adalah isi perjanjian itu tidak dilarang undang-undang, tidak bertentangan dengan kepentingan dan tidak bertentangan dengan kesusilaan.

5. Pemberitahuan (Notification)

Salah satu teori ilmu hukum yang dikenal dalam hukum asuransi adalah teori objektivitas.Keunggulan teori ini adalah penanggung dilindungi dari perbuatan tertanggung yang tidak jujur.Sebaliknya, tertanggung selalu dimotivasi dan selalu berhati-hati melakukan pemberitahuan sifat objek asuransi kepada


(54)

penanggung.Tertanggung wajib memberitahukan kepada penanggung keadaan objek asuransi.Kewajiban ini dilakukan pada saat mengadakan asuransi.27

C. Hak dan Kewajiban Para Pihak dalam Asuransi Kendaraan Bermotor Tertanggung merupakan pihak yang kedudukannya sangat penting disamping penanggung. Sebab penanggung dapat menentukan secara bebas, apakah akan melanjutkan perjanjian pertanggungan ataukah akan menghentikannya. Asuransi kendaraan bermotor merupakan perjanjian, maka ketentuan perjanjian diatur KUHPerdata, yaitu :

1. Pasal 1313 KUHPerdata disebutkan bahwa: “ suatu perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu, orang lain atau lebih.”

2. Pasal 1320 KUHPerdata yang mengatur mengenai syarat sahnya perjanjian yaitu:

a. Sepakat mereka yang mengikat diri. b. Kecakapan untuk membuat suatu perikata. c. Suatu hal tertentu.

d. Suatu sebab yang halal.

3. Pasal 1318 KUHPerdata yang mengenai ahli waris dari pemegang polis/tertanggung dalam perjanjian asuransi yang mempunyai hak untuk dilaksanakan prestasi dari perjanjian tersebut.

27

Abdul Kadir Muhammad, Hukum Asuransi Indonesia (Bandung: Citra Aditya Bakti, 2011), hlm, 49.


(55)

4. Untuk mencegah penanggung menambah syarat-syarat lainnya dalammemberikan ganti rugi atau sejumlah uang, maka sebaiknya pemegang polis memperhatikan ketentuan Pasal 1253 sampai dengan Pasal 1262 KUHPerdata.

5. Pasal 1338 KUHPerdata ayat (1) yang menyatakan bahwa :“Semua perjanjianyang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yangmembuatnya.” Oleh karena itu pemegang polis dan penanggung terikat untuk memenuhi perjanjian yang telah dibuatnya. Selanjutnya Pasal 1338 ayat (2) KUHPerdata berbunyi: “perjanjian-perjanjian itu tidak dapat ditarik kembaliselain dengan sepakat kedua belah pihak atau karena alasan-alasan yang oleh Undang-undang dinyatakan cukup untuk itu.”Dengan demikian apabila misalnya pemegang polis terlambat membayar premi, maka penanggung tidak secara sepihak menyatakan perjanjian Asuransi batal. Dilain pihak pemegang polis pun demikian pula.

6. Pasal 1338 KUHPerdata ayat (3) yang menegaskan bahwa perjanjian harus dilaksanakan dengan itikad baik.

7. Pasal 1339 KUHPerdata yang melahirkan asas kepatuhan berkaitan dengan ketentuan mengenai isi perjanjian. Pasal 1339 KUHPerdata yang menyatakan sebagai berikut: “suatu perjanjian tidak hanya mengikat untuk hal-hal yang dengan tegas dinyatakan didalamnya, tetapi juga untuk segala sesuatu yang menurut sifat perjanjian, diharuskan oleh kepatutan, kebiasaan, atau undang-undang.


(56)

8. Pasal 1342 sampai dengan Pasal 1351 KUHPerdata yang mengenai penafsiran perjanjian harus diperhatikan pula oleh para pihak yang mengadakan perjanjian asuransi.

9. Pasal 1365 KUHPerdata tentang perbuatan melanggar hukum dapat juga dipergunakan oleh pemegang polis apabila dapat membuktikan penanggung telah melakukan perbuatan yang merugikannya.

Sesuai dengan KUHPerdata terkait dengan hak dan kewajiban yang tertera di polis adapun kewajiban dari pihak tertanggung didalam polis Pasal 11 bahwa kewajiban tertanggung dalam hal terjadi kerugian dan atau kerusakan

1. Tertanggung, setelah mengetahui atau seharusnya mengetahuiadanya kerugian dan atau kerusakan atas Kendaraan Bermotordan atau kepentingan yang dipertanggungkan, wajib :

1.1. Memberitahu Penanggung secara tertulis atau secara lisanyang diikuti dengan tertulis kepada Penanggung selambat-lambatnya 5 (lima) hari kalender sejak terjadinya kerugiandan atau kerusakan;

1.2. Melaporkan kepada dan mendapat surat keterangan dariserendah-rendahnya Kepolisian Sektor (Polsek) di tempatkejadian, jika terjadi kerugian dan atau kerusakan sebagianyang disebabkan oleh pencurian atau melibatkan pihakketiga, yang dapat dijadikan dasar untuk menuntut ganti rugikepada atau dari pihak ketiga;

1.3. Melaporkan kepada dan mendapat surat keterangan dariKepolisian Daerah (Polda) di tempat kejadian dalam halkerugian total akibat pencurian.


(57)

2. Jika Tertanggung dituntut oleh pihak ketiga sehubungan dengankerugian dan atau kerusakan yang disebabkan oleh kendaraanbermotor, maka tertanggung wajib:

2.1. Memberitahu penanggung tentang adanya tuntutantersebutselambat-lambatnya 5 (lima) hari kalender sejak tuntutantersebut diterima;

2.2. Menyerahkan dokumen tuntutan pihak ketiga danmenyerahkan surat laporan Kepolisian Sektor (Polsek) ditempat kejadian;

2.3. Memberikan surat kuasa kepada Penanggung untukmengurus tuntutan ganti rugi dari pihak ketiga, jikapenanggung menghendaki;

2.4. Tidak memberikan janji, keterangan atau melakukantindakan yang menimbulkan kesan bahwa tertanggungmengakui suatu tanggung jawab. 3. Pada waktu terjadi kerugian dan atau kerusakan, tertanggungwajib:

3.1. Melakukan segala usaha yang patut guna menjaga,memelihara, menyelamatkan kendaraan bermotor dan ataukepentingan yang dipertanggungkan serta mengizinkanpihak lain untuk menyelamatkan kendaraan bermotor danatau kepentingan tersebut;

3.2. Memberikan bantuan dan kesempatan sepenuhnya kepadapenanggung atau kuasa penanggung atau pihak lain yangditunjuk oleh penanggung untuk melakukan penelitianataskerugian dan atau kerusakan yang terjadi atas kendaraan bermotor sebelum dilakukan perbaikan atau penggantian; 3.3. Mengamankan kendaraan bermotor dan atau kepentinganyang


(58)

menjadi hilangjika Tertanggung tidak memenuhiketentuan dalam Pasal ini

Tertanggung juga mempunyai hak-hak dari asuransi kendaraan, hak-hak tersebut antara lain:28

1. Hak untuk menunjuk orang yang akan menerima uang pertanggungan.

2. Hak untuk merubah siapa-siapa yang menjadi penanggung dalam batas-batas tertentu.

3. Hak untuk menebus kembali polis.

4. Hak untuk mengubah polis menjadi bebas premi.

5. Hak untuk mengadakan pengawasan terhadap penanggung 6. Hak untuk menggadaikan polis

Penanggung merupakan pihak yang menerima risiko dari perjanjian pertanggungan yang menanggung pembayaran uang pertanggungan yang mengikat diri untuk membayar jumlah premi tersebut.Sebagai pihak dalam suatu perjanjian maka kedudukan tertanggung dan penanggung haruslah memiliki posisi yang setara. Hak-hak dari penanggung tersebut antara lain:

1. Hak untuk menerima pembayaran yang sesuai dengan kesepakatan mengenai kondisi kendaraan bermotor tersebut.

2. Hak untuk mendapatkan perlindungan dari konsumen yang beritikad tidak baik. 3. Hak untuk melakukan pembelaan sepatut dalam penyelesaian sengketa

konsumen.

4. Hak untuk mendapat informasi yang benar dari tertanggung.29

28

H. Abdul Muis, Hukum Asuransi dan Bentuk-Bentuk Perasuransian (Medan: Fakultas Hukum USU, 2005) hlm. 66.


(59)

Penanggung mempunyai kewajiban dalam perjanjian asuransi kendaraan bermotor. Kewajiban-kewajiban dari penanggung adalah :

1. Kewajiban memberitahukan kepada penanggung mengenai meninggalnya tertanggung.

2. Kewajiban membuktikan dapat ditagihnya uang pertanggungan dari penanggung.

3. Kewajiban membuktikan wewenangnya untuk menerima uang pertanggungan. 4. Kewajiban untuk menyerahkan polis (untuk dapat memperoleh uang

pertanggungan).

5. Kewajiban untuk menyerahkan atau memperlihatkan kwitansi terakhir dari pembayaran premi.

Sesuai Pasal 2 Polis Standar Asuransi Kendaraan Bermotor Indonesia, penanggung mempunyai kewajiban dalam perjanjian asuransi kendaraan bermotor penanggung memberikan ganti rugi atas :

1. Tanggung jawab hukum tertanggung terhadap kerugian yang diderita pihak ketiga, yang secara langsung disebabkan oleh kendaraan bermotor sebagai akibat risiko yang dijamin Pasal 1 ayat (1) butir 1.1. dan 1.4, baik penyelesaiannya melalui proses musyawarah, mediasi, arbitrase atau pengadilan, dengan syarat telah mendapat persetujuan tertulis terlebih dahulu dari penanggung, yaitu:

1.1.kerusakan atas harta benda;

29


(60)

1.2.biaya pengobatan, cidera badan dan atau kematian; maksimum sebesar harga pertanggungan untuk jaminan Tanggung Jawab Hukum terhadap Pihak Ketiga sebagaimana yang dicantumkan dalam Polis.

2. Biaya perkara atau biaya bantuan para ahli yang berkaitan dengan tanggung jawab hukum tertanggung dengan syarat mendapat persetujuan tertulis terlebih dahulu dari penanggung. Tanggung jawab penanggung atas biaya tersebut, setinggi-tingginya 10% (sepuluh persen) dari limit pertanggungan tanggung jawab hukum terhadap pihak ketiga sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ini. Ganti rugi ini merupakan tambahan dari ganti rugi yang diatur pada ayat (1) ini.

Berikut ini dasar hukum mengenai asuransi kendaraan bermotor : 1. Polis standar asuransi kendaraan Indonesia

2. Kitab Undang-undang Hukum Perdata (KUH Perdata) perjanjian asuransi tidak termasuk perjanjian yang secara khusus diatur dalam KUHPerdata, tetapi pengaturannya dalam KUHD. Walaupun demikian berdasarkan Pasal 1 KUHD ketentuan umum perjanjian dalam KUHPerdata dapat berlaku pula bagi perjanjian asuransi untuk kepentingan tertanggung yang terdapat beberapa ketentuan dalam KUHPerdata yang perlu diperhatikan.

Dalam peraturan asuransi ada ketentuan yang bersifat memaksa dan peraturan yang bersifat menambah. Contoh ketentuan yang bersifat memaksa adalah seperti yang diatur dalam Pasal 250 KUHD yang artinya sebagai berikut :“Bahwa untuk dapat ditutupnya perjanjian asuransi disyaratkan tertanggung harus


(61)

mempunyai kepentingan. Apabila syarat ini tidak dipenuhi maka penanggung tidak diwajibkan memberikan ganti kerugian. Dalam hubungan dengan perlindungan kepentingan tertanggung, dalam KUHD terdapat beberapa peraturan lainnya yaitu :

1. Pasal 254 KUHD yang melarang para pihak dalam perjanjian, baik pada waktu diadakan perjanjian maupun selama berlangsungnya perjanjian Asuransi menyatakan melepaskan hak-hak yang oleh ketentuan Undang-Undang diharuskan sebagai pokok suatu perjanjian asuransi ataupun hal-hal yang dengan tegas telah dilarang. Apabila hal demikian dilakukan mengakibatkan perjanjian asuransi batal. Ketentuan ini diberlakukan terutama untuk mencegah supaya perjanjian asuransi tidak menjadi perjudian dan pertaruhan. Untuk kepentingan polis hal itu dapat terjadi seperti contoh sebagai berikut: “telah ditutupnya perjanjian asuransi antara tertanggung dengan penanggung.” Setelah asuransi berjalan beberapa lama kemudian pihak penanggung menyatakan hal-hal seperti yang dilarang dalam Pasal 254 KUHD tersebut.

2. Pasal 257 KUHD

Pasal 257 KUHD merupakan penerobosan dari ketentuan Pasal 255 KUHD.Pasal 255 KUHD menyatakan bahwa asuransi harus dibuat secara tertulis dalam suatu akta yang dinamakan polis.Memperhatikan Pasal 255 KUHD tersebut seolah-olah polis merupakan syarat mutlak untuk terbentuknya perjanjian asuransi.Hal itu ternyata tidak benar apabila diperhatikan Pasal 257 KUHD. Dalam Pasal 257 KUHD disebutkan :“Bahwa


(1)

106

jawab atas risiko yang di terima oleh pihak pemegang polis.Salah satu contoh risiko yang ditolak klaim asuransinya oleh pihak asuransi seperti hilangnya sebuah mobil yang tidak terpenuhinya syarat-syarat yang dilakukan oleh pemegang polis. Mobil tersebut ternyata hilang masih dalam keadaan kredit yang belum lunas, mobil tersebut masih atas nama showroom dan bukan atas nama dari pemegang polis. Kemudian pemegang polis tidak memenuhi salah satu syarat dari polis seperti melaporkan kejadian atau mengajukan klaim asuransi kepada pihak perusahaan asuransi selambat-lambatnya 5 hari, dan ternyata pihak pemegang polis tidak memenuhi syarat tersebut.

Pihak penanggung yang disebut juga sebagai perusahaan asuransi dapat menolak klaim yang diajukan oleh pihak pemegang polis dikarenakan tidak terpenuhinya salah satu syarat-syarat yang telah disepakati oleh pemegang polis.Perusahaan asuransi juga dapat dikatakan tidak memiliki tanggung jawab atas risiko yang dialami oleh pemegang polis yang tidak memenuhi syarat tersebut. Dengan kata lain pihak asuransi dapat dikatakan lepas tangan terhadap tanggung jawabnya untuk menerima klaim dari pemegang polis yang dikarenakan tidak terpenuhinya syarat-syarat yang disepakati tersebut.


(2)

107 A. Kesimpulan

Dari hasil pembahasan di atas maka penelitian ini merumuskan kesimpulan sebagai berikut

1. Pengaturan klaim asuransi yaitu PMK No. 74/PMK.010/2007 khususnya Pasal 1 ayat (2) : Asuransi Kendaraan Bermotor adalah produk asuransi kerugian yang melindungi tertanggung dari risiko kerugian yang mungkin timbul sehubungan dengan kepemilikan dan pemakaian kendaraan bermotor

2. Hubungan hukum antara perusahaan asuransi dengan klaim asuransi adalah berupa tanggung jawab antara penerima risiko dengan apa yang dialihkan berupa permohonan. Risiko yang dialihkan tersebut adalah klaim.

3. Putusan Mahkamah Agung Nomor 101/K.Pdt.Sus/BPSK/2013 Tentang Penolakan Klaim Asuransi Kendaraan Bermotor pertimbangan tersebut di atas, ternyata bahwa putusan Mahkamah Agung RI No. 9 K/Pdt.Sus/2012 tanggal 2 Mei 2012 dalam perkara ini tidak bertentangan dengan hukum dan/atau undang-undang, oleh karena itu permohonan peninjauan kembali yang diajukan oleh Pemohon Peninjauan Kembali perusahaan asuransi tersebut harus ditolak.


(3)

108

B. Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka sebagai bagian akhir dari tulisan ini penulis memberikan saran:

1. Pembagian dan pengaturan tanggung jawab oleh para pihak dalam perjanjian harus dilakukan berdasarkan atas itikad baik dan keadilan, seperti yang diatur dalam ketentuan buku KUHD, semua ketentuan mengenai perjanjian dan perikatan yang berlaku dalam hukum perjanjian juga harus dijadikan pedoman dalam pembagian dan pengaturan tersebut. 2. Pembagian dan pengaturan tanggung jawab oleh para pihak dalam

perjanjian asuransi harus dilakukan berdasarkan atas itikad baik dan keadilan, seperti yang diatur dalam ketentuan buku KUHD, semua ketentuan mengenai perjanjian dan perikatan yang berlaku dalam hukum perjanjian juga harus


(4)

110 Jakarta : Djambatan, 2003.

M. Suparman Sastrawidjadja dan Endang, Hukum Asuransi, Perlindungan

Tertanggung Asuransi DepositoBandung : Alumni, 1993.

Suparman Sastrawidjaja, Aspek-Aspek Hukum Asuransi dan Surat

BerhargaBandung : Alumni, 1997

Sri Rejeki Hartono, Hukum Asuransi dan Perusahan AsuransiJakarta : Sinar Grafika, 2008.

M. Suparman Sastrawidjaja, Aspek-Aspek Hukum Asuransi dan Surat Berharga, Bandung: Alumni, 2003

Arsel Idjard dan Nico Ngani, Profil Hukum Perasuransian di Indonesia Jakarta: Liberty,2008

K. Bertens, Etika (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama,1994

Suharnoko, Endah Hartati, Doktrin subrogasi, Novasi, dan Cessie, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 1995

Djoko Prakoso, I Ketut Murtika, Hukum Asuransi Indonesia, Jakarta: Asdi Maha Satya, 2000.

Ronny Hanitijo Sumitra, Asuransi Kendaraan bermotor Ghalia Indonesia, Jakarta, 1998

Rahman, Hasanuddin, Aspek-aspek Hukum Pemberian Asuransi di Indonesia Bandung: Citra Aditya Bakti, 1998

Tunggal, Amin, Wijaya dan Arif Djohan Tunggal, Aspek Yuridis Dalam Asuransi, Jakarta:Rineka Cipta, 2001

Andasasmita, Komar, Problem Asuransi kendaraan bermotor dan Praktek Bandung: Ikatan Notaris, 1993


(5)

111

A Abbas Salim, Dasar- dasar Asuransi Jakarta: Raja Grafindo, 1993.

Ronny Hanitijo Sumitro, Metode Penelitian Hukum dan Jurimetri Jakarta: Ghalia Indonesia, 1998.

Soejano Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta: UI Press, 1986.

H.B. Sutopo, Metode Penelitian Kualitatif Bagian II Surakarta: UNS Press, 1988 Freddy Harris, Nasabah dalam AsuransiJakarta : Raja Grafindo Persada, Edisi

Revisi, Cetakan ke enam, Jakarta, 2000.

Adrian Hasymi, Pengantar Asuransi Jakarta:Rajawali,1993.

B. Peraturan Perundang-undangan Kitab Undang-Undang Hukum Perdata Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2014

C. Website

Praisyliagabriela.blogspot.com/2014/01/asuransi-kredit_9529.html (diakses tanggal 29 Maret 2015)

Headquartersfinancial.com/index.php/artikel/seputar-financial/170-asuransi adalah pengalihan-resiko (diakses tanggal 10 Maret 2015)

Hidanfirdaus.blogspot.com/2010/06/asuransi-sebagai-alat-pendanaan-risiko.html (diakses tanggal 10 Maret 2015)

Mufidnilmada.staff.gunadarma.ac.id/.../Memahami+As (diakses tanggal 10 Maret 2015) Sharralisa.blogspot.com/2012/04/kasus-penolakan-klaim-asuransi-mobil.html (diakses tanggal 10 Maret 2015)

2015)


(6)

(diakses tanggal 10 Maret 2015)

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/1521/1/perdata-sabarudin2.pdf, diakses pada tanggal 15 Maret 2015

(diakses tanggal 25 Mei 2015).

(diakses tanggal 1 Maret 2015)


Dokumen yang terkait

Analisis Putusan Mahkamah Agung Nomor 101/K.Pdt.Sus/Bpsk/2013 Tentang Penolakan Klaim Asuransi Kendaraan Bermotor

22 248 119

Analisis Putusan Mahkamah Agung Mengenai Putusan yang Dijatuhkan Diluar Pasal yang Didakwakan dalam Perkaran Tindak Pidana Narkotika Kajian Terhadap Putusan Mahkamah Agung Nomor 238 K/Pid.Sus/2012 dan Putusan Mahkamah Agung Nomor 2497 K/Pid.Sus/2011)

18 146 155

Analisis Yuridis Penolakan Paten Terkait Dengan Penyempurnaan Invensi (Studi Kasus Pada Putusan Mahkamah Agung Nomor 802 K/PDT.SUS/2011)

11 119 100

Analisis Yuridis Putusan Mahkamah Agung Dalam Tindak Pidana Pemerkosaan (Putusan Mahkamah Agung Nomor 840 K/Pid.Sus/2009)

0 6 12

Pengujian Peraturan Kebijakan (Beleidsregel) Di Mahkamah Agung (Studi Putusan Mahkamah Agung Nomor 23 P/Hum/2009)

6 109 108

Kajian Hukum Pidana Islam Terhadap Putusan Hakim Tentang Pemalsuan Akta Otentik Oleh Notaris (Analisis Putusan Mahkamah Agung Nomor 1568 K/Pid/2008)

0 22 0

Analisis sistem Informasi Asuransi Kendaraan Bermotor PT. Asuransi Jasa Indonesia (Persero)

0 8 1

Analisis Putusan Mahkamah Agung Nomor 101/K.Pdt.Sus/Bpsk/2013 Tentang Penolakan Klaim Asuransi Kendaraan Bermotor

0 0 40

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Analisis Putusan Mahkamah Agung Nomor 101/K.Pdt.Sus/Bpsk/2013 Tentang Penolakan Klaim Asuransi Kendaraan Bermotor

0 0 23

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Analisis Putusan Mahkamah Agung Mengenai Putusan yang Dijatuhkan Diluar Pasal yang Didakwakan dalam Perkaran Tindak Pidana Narkotika Kajian Terhadap Putusan Mahkamah Agung Nomor 238 K/Pid.Sus/2012 dan Putusan Mahkamah

1 1 40