Pengaruh Keberadaan Bandara Kualanamu Terhadap Perkembangan Permukiman Di Kawasan Kecamatan Batangkuis Chapter III VI
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1
Jenis Penelitian
Jenis penelitian pada studi ini merupakan penelitian lapangan (field research),
yang dilakukan secara langsung di lokasi penelitian untuk dapat memahami secara
mendalam lingkungan masyarakat atau obyek tertentu baik melalui wawancara
maupun pengamatan. Jenis penelitian field research termasuk dalam jenis penelitian
terapan yakni penelitian atau penyelidikan yang hati-hati dan sistematik terhadap
suatu masalah dengan tujuan untuk digunakan bagi keperluan tertentu (Nazir, 1998).
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan
metode pendekatan kuantitatif dan kualitatif yaitu dengan menganalisis variabelvariabel yang terdapat dalam ruang penelitian. Variabel ini mengarah pada sesuatu
hal yang dapat diukur atau diobservasi (Creswell John, 2003). Penelitian kualitatif
dilakukan untuk menggali pengetahuan sebab akibat dari suatu fenomena yang
diungkapkan para partisipan, dalam penelitian ini pengetahuan yang akan
diungkapkan adalah bagaimana pengaruh keberadaan Bandara Kuala Namu terhadap
perkembangan permukiman di Batang Kuis.
3.2
Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data dapat
didefinisikan sebagai
suatu
proses untuk
mendapatkan data empiris melalui responden dengan menggunakan metode tertentu.
27
Universitas Sumatera Utara
28
Bukti atau data untuk keperluan studi kasus bisa berasal dari enam sumber yaitu:
dokumen, rekaman arsip, wawancara, pengamat langsung, observasi partisipasi dan
perangkat‐perangkat fisik.
Metode pengumpulan data ditujukan untuk mendapatkan data yang
dibutuhkan sebagai bahan masukan untuk setiap tahap analisis berikutnya. Dalam
pengumpulan data pada penelitian ini terdapat 2 (dua) cara yaitu:
1. Pengumpulan Data Primer
Pengumpulan data primer pada penelitian ini dilakukan melalui survei
lapangan ke kawasan penelitian. Survei lapangan dilakukan untuk
memperoleh data secara langsung melalui hasil observasi lapangan dan
penyebaran kuesioner. Tahap pengumpulan data ini digunakan untuk
mencari segala sesuatu yang berhubungan dengan kondisi fisik dan non
fisik kawasan khususnya dalam mengkaji perkembangan permukiman
yang terjadi akibat pengaruh keberadaan Bandara Kuala Namu. Adapun
beberapa data yang akan diperoleh yaitu berupa kondisi fisik wilayah
studi yang terkait dengan variabel-variabel yang akan diteliti yaitu
perkembangan permukiman. Adapun teknik yang digunakan dalam survei
lapangan ini adalah sebagai berikut:
a. Kegiatan Observasi Langsung, kegiatan ini dilakukan dengan cara
pengamatan langsung terhadap segala objek penelitian. Selain itu
kegiatan observasi juga dapat dilakukan untuk melihat titik-titik lokasi
Universitas Sumatera Utara
29
yang mengalami perubahan dan hubungan tiap variabel yang menjadi
ukuran perubahan yang terjadi akibat pengaruh bandara tersebut.
Kegiatan obsevasi langsung dapat dilakukan dengan cara foto dan
pemetaan.
b. Kuesioner,merupakan salah satu teknik pengumpulan data melalui
formulir yang berisi pertanyaan-pertanyaan yang diajukan secara
tertulis pada seseorang atau sekumpulan orang untuk mendapatkan
jawaban atau tanggapan dan informasi yang diperlukan oleh peneliti
(Mardalis: 2008: 66). Penelitian ini menggunakan kuesioner dan daftar
pertanyaannya dibuat secara berstruktur dengan bentuk pertanyaan
pilihan berganda (multiple choice questions) yang menggunakan
kuesioner berupa pertanyaan tertutup dan pertanyaan terbuka.
2. Pengumpulan Data Sekunder
Pengumpulan data sekunder dilakukan peneliti dengan dengan cara tidak
langsung ke objek penelitian, tetapi melalui penelitian terhadap
dokumen‐dokumen yang berkaitan dengan objek penelitian (Singarimbun,
1995). Penelitian ini juga menggunakan metode dokumentasi. Menurut
(Arikunto, 2005), metode dokumentasi adalah mencari data mengenai
hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar,
majalah, prasasti, notulen rapat, legger, agenda dan sebagainya.
Universitas Sumatera Utara
30
3.3
Kebutuhan Data
Kebutuhan
data
merupakan
suatu
proses
kompilasi
data
untuk
menghubungkan sasaran dan analisis berdasarkan cara memperoleh data, bentuk data,
sumber data, waktu dan pembagian penangung jawab terhadap data tersebut. Data
yang didapat harus disesuaikan dengan sasaran agar mempermudah melakukan
analisis lebih lanjut penelitian yang akan dilakukan (Tabel 3.1).
Tabel 3.1 Kebutuhan Data
No
1
Kelompok Data
Kebijaksanaan
Pembangunan
2
Fisik Dasar dan Sumber
Daya Alam
3
Kependudukan
4
Permukiman
5
Peta Dasar dan Tematik
6
Literatur dan publikasi
7
Preferensi umum
3.4
Jenis Data
RTRW Deli Serdang
Sumber Data
Bappeda Deli Serdang
Iklim,
Topografi,
Geologi,
Hidrologi.
Kecamatan Dalam Angka
Laporan Bulanan
BPS,
Dinas Pertanian,
Dinas PU,
BPN.
BPS,
Kantor Desa,
Kantor Kecamatan
REI
APERSI
DPU
Bappeda
BPS
BPN
Pemda
BPN
DPU
Jumlah Bangunan
Sebaran Bangunan
Peta Administrasi
Peta Topografi,
Peta Jaringan utilitas
Peta Areal Terbangun
Peta Rawan Bencana
Kajian
Makalah
Mengapa memilih di tinggal di
Kecamatan Batang Kuis
Perpustakaan umum dan
Perguruan tinggi
Jenis Variabel
Variabel
adalah
konsep
yang
mempunyai
bermacam-macam
nilai
(Nazir,1998). Variabel penelitian pada dasarnya adalah segala sesuatu yang berbentuk
Universitas Sumatera Utara
31
apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi
tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2005).
Secara teoritis variabel dapat didefinisikan sebagai atribut seseorang, atau
obyek yang mempunyai “variasi” antara satu orang dengan yang lain atau satu obyek
dengan obyek yang lain (Hatch dan Forhady, 1982).
Berdasarkan uraian diatas maka variabel yang akan di gunakan pada
penelitian selanjutnya (Tabel 3.2) adalah:
1.
Keberadaan Bandara Kuala Namu sebagai variabel bebas/pengaruh
(independent variabel) dengan indikator penggunaan lahan permukiman,
ketersediaan fasilitas sosial dan ekonomi, aksesibilitas dan prasarana
lingkungan/utilitas.
2.
Perkembangan permukiman sebagai variabel terpengaruh (dependent
variabel) dengan indikator pengaruh keberadaan Bandara Kuala Namu.
Tabel 3.2 Variabel dan Indikator Penelitian
No
1
Variabel
Keberadaan
Bandara
Kuala Namu (independent
variable)
2
Perkembangan
Permukiman (dependent
variabel)
Indikator
1. Penggunaan
lahan
permukiman
2. Ketersediaan
fasilitas
sosial dan ekonomi
3. Aksesibilitas
4. Prasarana
lingkungan/utilitas
Pengaruh
keberadaan
Bandara Kuala Namu.
Bentuk Pertanyaan
Bagaimana kondisi penggunaan
lahan permukiman, ketersediaan
fasilitas sosial dan ekonomi,
aksesbilitas
dan
prasarana
lingkungan/utilitas
di
Kecamatan Batang Kuis sejak
adanya Bandara Kuala Namu.
Bagaimana
perkembangan
permukiman di Kecamatan
Batang Kuis sejak adanya
Bandara Kuala Namu
Universitas Sumatera Utara
32
3.5
Populasi dan Sampel
Populasi merupakan suatu objek penelitian yang memiliki kualitas dan
karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk memahami dalam penarikan
kesimpulan dalam penelitian. Mzaksudnya yaitu objek disini bukan hanya berupa
orang, melainkan dapat juga berupa benda-benda alam lainnya yang memiliki
sifat/karakteristik tertentu (Sugiyono, 2005). Objek penelitian dan populasi dari
penelitian ini adalah fisik kawasan dan masyarakat yang berada di Kecamatan Batang
Kuis Kabupaten Deli Serdang yaitu sebanyak 49.837 jiwa (Kecamatan Batang Kuis
Dalam Angka 2015, BPS). Dari objek penelitian tersebut akan dilakukan dengan
mengkaji perkembangan permukiman sebagai bentuk dari pengaruh akibat adanya
pembangunan Bandara Kuala Namu dengan memperhatikan aktivitas-aktivitas yang
tumbuh dan berkembang melalui variabel-variabel pembangunan permukiman.
Elemen-elemen anggota sampel merupakan anggota populasi yang akan
menjadi sampel dan mewakili populasi lainnya (Supranto, 1997).
Daftar yang bisa dipakai untuk menentukan jumlah sampel seperti disajikan
pada Tabel 3.3 (Sugiyono, 2005). Oleh sebab itu, dalam penelitian ini jumlah
populasi yang diambil yaitu dengan jumlah populasi (N) 50.000 jiwa (mendekati
jumlah penduduk kecamatan yaitu 49.387 jiwa), sehingga sampel yang digunakan
yaitu sebanyak 346 sampel dengan taraf kesalahan 5%.
Universitas Sumatera Utara
33
Tabel 3.3 Penentuan Jumlah Sampel dari Populasi Tertentu dengan Taraf
Kesalahan 1% dan 5%
(N)
Sampel (s)
(N)
Sampel (s)
(N)
Sampel (s)
1%
5%
1%
5%
1%
5%
10
15
20
25
30
10
15
19
24
29
10
14
19
23
28
280
290
300
320
340
197
202
207
216
225
155
158
161
167
172
2800
3000
3500
4000
4500
537
543
558
569
578
310
312
317
320
323
35
33
32
360
234
177
5000
586
326
40
38
36
380
242
182
6000
598
329
45
42
40
400
250
186
7000
606
332
50
47
44
420
257
191
8000
613
334
55
51
48
440
265
195
9000
618
335
60
55
51
460
272
198
10000
622
336
65
59
55
480
279
202
15000
635
340
70
63
58
500
285
205
20000
642
342
75
67
62
550
301
213
30000
649
344
80
71
65
600
315
221
40000
563
345
85
75
68
650
329
227
50000
655
346
90
79
72
700
341
233
75000
658
346
95
83
75
750
352
238
100000
659
347
100
87
78
800
363
243
150000
661
347
110
94
84
850
373
247
200000
661
347
120
102
89
900
382
251
250000
662
348
130
116
95
950
391
255
300000
662
348
140
122
100
1000
399
258
350000
662
348
150
129
105
1100
414
265
400000
662
348
160
135
110
1200
427
270
450000
663
348
170
142
114
1300
440
275
500000
663
348
180
148
119
1400
450
279
550000
663
348
190
154
123
1500
460
283
600000
663
348
200
160
127
1600
469
286
650000
663
348
210
165
131
1700
477
289
700000
663
348
Universitas Sumatera Utara
34
Tabel 3.3 (Lanjutan)
(N)
Sampel (s)
(N)
Sampel (s)
(N)
Sampel (s)
220
1%
165
5%
135
1800
1%
485
5%
292
750000
1%
663
5%
348
230
171
139
1900
492
294
800000
663
348
240
176
142
2000
498
297
850000
663
348
250
182
146
2200
510
301
900000
663
348
260
187
149
2400
520
304
950000
663
348
270
192
152
2600
529
307
1E+06
663
348
~
664
349
Teknik pengambilan sampel atau teknik sampling yang digunakan adalah
Purposive Sampling pada Kecamatan Batang Kuis (terdiri dari 11 desa) dan dipilah
sesuai dengan tujuan penelitian dengan responden-responden diambil secara
proposional per wilayah desa (data primer) melalui ground research dengan metode
Area Propotional sample yaitu teknik sampling dengan mengambil wakil setiap
wilayah yang terdapat dalam populasi. Adakalanya jumlah subyek yang ada pada
setiap strata atau setiap wilayah tidak sama. Oleh karena itu, agar mendapat data yang
representatif ditentukan seimbang/sebanding dengan banyaknya subyek dari setiap
wilayah (Arikunto, 2005).
Adapun untuk pengambilan area penyebaran kuesioner dan jumlah sampel
yang diambil di setiap daerah yang menjadi wakil antara lain Desa Sidoharjo
sebanyak 20 responden, Desa Sidodadi sebanyak 20 responden, Desa Masjid
sebanyak 20 responden, Desa Bakaran Batu sebanyak 30 responden, Desa Bintang
Meriah sebanyak 30 responden, Desa Batang Kuis Pekan sebanyak 40 responden,
Desa Tanjung Sari
sebanyak 46 responden, Desa Paya Gambar sebanyak 30
Universitas Sumatera Utara
35
responden, Desa Baru sebanyak 30 responden, Desa Sena sebanyak 40 responden dan
Desa Tumpatan Nibung sebanyak 40 responden.
3.6
Teknik Analisa Data
Analisis data adalah proses mengatur urutan data, mengorganisasikanya ke
dalam suatu pola, kategori, dan satuan uraian dasar (Moleong, 2002). Dalam hal ini
sangat mementingkan teknik pengorganisasian suatu data, sehingga dapat
memudahkan dalam proses analisis yang akan dilakukan. Proses analisis data ini
dilakukan dengan menelaah data-data yang telah diperoleh baik dari lapangan
(observasi dan kuesioner) maupun data-data yang diperoleh dari instansi. Pada
dasarnya metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini yaitu dengan
mendeskripsikan dan memetakan dari data-data yang sebagai input dalam melakukan
analisis. Pada penelitian diperlukan rincian analisis yang akan dilakukan secara
mendalam agar semua data yang diperoleh dapat dikompilasi dengan baik. Analisis
ini nantinya akan diketahui metode analisis yang tepat sehingga dapat diketahui
output dari analisis yang akan digunakan.
Adapun teknik analisis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
3.6.1
Pendekatan Kualitatif
Pada penelitian kualitatif, analisis data dilakukan mulai saat pengumpulan
sampai selesai saat pengumpulan data. Kegiatan dalam menganalisis data terkait
dengan data itu mungkin telah dimunculkan dalam beragam cara (observasi,
Universitas Sumatera Utara
36
wawancara, intisari dokumen, pita rekaman) dan yang biasanya diproses sebelum siap
digunakan (melalui pencatatan, pengetikan, penyuntingan, atau alih tulis), tetapi
analisis kualitatif tetap menggunakan kata-kata, yang biasanya disusun ke dalam teks
yang diperluas, analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan sejak sebelum
memasuki lapangan, selama di lapangan, dan setelah selesai di lapangan.
3.6.2
Pendekatan kuantitatif
Dalam pendekatan ini teknik yang dipakai berbentuk observasu terstruktur,
survey dengan menggunakan kuesioner, ekperimen dan ekperimen semu. Dalam
mencari data, menggunakan kuesioner tertulis ataupun dibacakan. Teknik ini
mengacu pada tujuan penelitian dan jenis data yang diperlukan baik primer atau
sekunder. Hasil dari kuesioner ini dirangkum dalam sebuah tabulasi frekuensi
(Sarwono, 2006).
3.7
Hipotesa
Ada banyak definisi hipotesa yang pada hakikatnya mengacu pada pengertian
yang sama. Diantaranya ialah hipotesa adalah jawaban sementara terhadap masalah
yang sedang diteliti (Sarwono, 2006).
Definisi hipotesa adalah pernyataan tentatif yang merupakan dugaan
mengenai apa saja yang sedang kita amati dalam usaha untuk memahaminya
(Nasution S, 2000).
Universitas Sumatera Utara
37
Dalam penelitian hipotesa awal yang diambil yaitu terdapat pengaruh Bandara
Kuala Namu terhadap perkembangan permukiman di Kecamatan Batang Kuis dilihat
dari penggunaan lahan permukiman, ketersediaan fasilitas sosial dan fasilitas
ekonomi, aksesbilitas serta prasarana lingkungan/utilitas.
3.8 Kerangka Penelitian
Kerangka penelitian disajikan pada Gambar 3.1.
INPUT DATA
Keberadaan
Bandara
Kuala
Namu
Permukiman di
Kecamatan Batang
Kuis
PROSES
Analisis keberadaan
Bandara Kuala Namu
Analisis
Perkembangan
Permukiman di
Kecamatan Batang
Kuis
Analisis hubungan
pengaruh keberadaan
bandara (kuantitatif
dan kualitatif)
OUTPUT
Pengaruh
keberadaan
Bandara
Kuala
Namu
Perkembangan
Permukiman di
Kecamatan
Batang Kuis
Pengaruh dari keberadaan
Bandara Kuala Namu
terhadap perkembangan
permukiman
Kesimpulan Dan
Rekomendasi
Gambar 3.1 Kerangka Analisis
Universitas Sumatera Utara
BAB IV
TINJAUAN KAWASAN
4.1
Karakteristik Kecamatan Batang Kuis
4.1.1
Kondisi geografis
Berdasarkan letak geografis Kecamatan Batang Kuis terletak pada 3o35’–
3o41’ Lintang Utara dan 41o–46o Bujur Timur dengan luas wilayah 4.034 Ha terbagi
menjadi 11 desa dengan batas administrasi yaitu Sebalah Utara berbatasan dengan
Kecamatan Pantai Labu, Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Beringin dan
Kecamatan Pantai Labu, Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Tanjung
Morawa, dan Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Percut Sei Tuan (Tabel
4.1, Gambar 4.1 dan 4.2)
Tabel 4.1 Luas Wilayah dirinci Menurut Desa di Kecamatan Batang Kuis
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
Desa
Sena
Tumpatan Nibung
Baru
Tanjung Sari
Bakaran Batu
Bintang Meriah
Batang Kuis Pekan
Paya Gambar
Sidodadi
Sugiharjo
Mesjid
Jumlah
Luas Wilayah (Km²)
6,40
3,70
4,32
7,34
0,45
0,65
0,75
3,03
9,50
1,53
2,67
40,34
Sumber: Kecamatan Batang Kuis Dalam Angka, BPS, 2016
Kecamatan ini terletak di 335 -341 LU dan 41-46BT dengan ketinggian 4
–30 meter diatas permukaan laut. Curah hujan di Kecamatan Batang kuis sebesar
38
Universitas Sumatera Utara
39
1.821 mm/tahun dan kecepatan angin 1,33 mm/tahun. Rata-rata iklim di kecamatan
ini maksimum 320C dan minimum 22,40C dengan tingkat penguapan 4,08 mm/tahun.
Pada umumnya keadaan tanah di Kecamatan Batang Kuis putih bercampur pasir dan
memiliki topografi yang relatif datar.
Gambar 4.1 Peta Orientasi Kecamatan Batang Kuis
(Bappeda Kabupaten Deli Serdang, 2016)
Universitas Sumatera Utara
40
‘’’
]
Gambar 4.2 Peta AdministrasiKecamatan Batang Kuis
(Bappeda Kabupaten Deli Serdang, 2016)
Universitas Sumatera Utara
41
4.1.2
Kependudukan
Jumlah penduduk di Kecamatan Batang Kuis yaitu 62.348 jiwa pada Tahun
2015. Adapun desa dengan penduduk terbesar yaitu Desa Tanjung Sari yaitu 11.394
jiwa dan desa dengan penduduk terendah yaitu Desa Mesjid yaitu 1.466 jiwa, seperti
dijelaskan pada Tabel 4.2.
Tabel 4.2 Jumlah dan Kepadatan Penduduk di Kecamatan Batang Kuis
Tahun 2015
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
Desa
Sena
Tumpatan Nibung
Baru
Tanjung Sari
Bakaran Batu
Bintang Meriah
Batang Kuis Pekan
Paya Gambar
Sidodadi
Sugiharjo
Mesjid
Jumlah
Jumlah Penduduk (jiwa)
Laki-laki
Perempuan
3.997
3.994
3.661
3.533
3.213
3.173
5.752
5.642
1.245
1.179
2.963
2.888
2.682
2.728
2.446
2.213
2.141
2.052
2.784
2.596
733
733
31.617
30.731
Jumlah (Jiwa)
7.991
7.194
6.386
11.394
2.424
5.851
5.410
4.659
4.193
5.380
1.466
62.348
Sumber: Kecamatan Batang Kuis Dalam Angka, BPS, 2016
4.1.3 Fasilitas umum dan sosial
Fasilitas pendidikan di Kecamatan Batang Kuis berbentuk Taman Kanak–
Kanak (TK) sebanyak 2 unit, Sekolah Dasar (SD) Negeri sebanyak 20 buah dan SD
Swasta sebanyak 3 unit. Sekolah Menengah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) Negeri
sebanyak 2 unit dan swasta sebanyak 5 unit, Sekolah Menengah Umum (SMU)
Negeri sebanyak 1 unit dan Swasta 4 unit, serta Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)
swasta sebanyak 3 unit (Tabel 4.3).
Universitas Sumatera Utara
42
Tabel 4.3 Fasilitas Pendidikan di Kecamatan Batang Kuis Tahun 2015
No
1.
2.
3.
4.
5.
Fasilitas Pendidikan
Swasta
Negeri
Jumlah
2
20
2
1
25
3
5
4
3
15
2
23
7
5
3
40
TK
Sekolah Dasar
SLTP
SLTA
SMK
Jumlah
Sumber: Kecamatan Batang Kuis Dalam Angka, BPS, 2016
Jumlah fasilitas peribadatan di Kecamatan Batang Kuis terdiri dari Mesjid 21
unit, Mushollah 22 unit, Gereja 13 unit, Vihara 3 unit dan Kuil 1 unit (Tabel 4.4).
Tabel 4.4 Fasilitas Peribadatan di Kecamatan Batang Kuis Tahun 2015
No.
1.
2.
3.
4.
5.
Fasilitas Peribadatan
Masjid
Langgar/Mushalla
Gereja
Vihara
Kuil
Jumlah
Jumlah
21
22
13
3
1
60
Sumber: Kecamatan Batang Kuis Dalam Angka, BPS, 2016
Untuk fasilitas kesehatan terdiri dari Di Kecamatan Batang Kuis pada tahun
2015 terdapat Puskesmas 1 (satu) unit, dan Puskesmas Pembantu 4 unit. Selain itu
juga terdapat Pos Kesehatan Desa sebanyak 7 unit. Untuk memaksimalkan layanan
kesehatan kepada masyarakat pemerintah daerah juga telah menyediakan fasilitas
layanan sistem mobile, yakni Patroli Kesehatan baik dengan menggunakan roda 4
(empat) dan roda 2 (dua) masing-masing jumlahnya 1 unit dan 12 unit. (Tabel 4.5).
Universitas Sumatera Utara
43
Tabel 4.5 Fasilitas Kesehatan di Kecamatan Batang Kuis Tahun 2015
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Fasilitas Kesehatan
Rumah Bersalin/Balai Pengobatan
Puskesmas
Puskesmas Pembantu
Poskesdes
Patroli Kesehatan Roda Empat
Patroli Kesehatan Roda Dua
Praktek Dokter/Bidan
Jumlah
Jumlah
1
1
4
7
1
12
23
49
Sumber: Kecamatan Batang Kuis Dalam Angka, BPS, 2016.
Gambar 4.3 Peta Penggunaan Lahan Eksisting Kecamatan Batang Kuis
(Bappeda Kabupaten Deli Serdang, 2016)
Universitas Sumatera Utara
44
4.2
Bandara Udara Internasional Kualanamu, Latar Belakang Dan
Sejarahnya
Bersinggungan dengan kecamatan/kawasan Batang Kuis salah satunya adalah
kawasan Bandar Udara Internasional Kualanamu adalah sebuah bandar udara baru
untuk kota Medan, Indonesia. Lokasinya merupakan bekas areal perkebunan PT.
Perkebunan Nusantara II Tanjung Morawa, terletak di Kuala Namu, Desa
Beringin, Kecamatan Beringin, Kabupaten Deli Serdang. Kuala Namu akan
menggantikan Bandara Polonia yang sudah berusia lebih dari 70 tahun. Saat selesai
dibangun, Kuala Namu yang diharapkan dapat menjadi bandara pangkalan transit
internasional untuk kawasan Sumatra dan sekitarnya, akan menjadi bandara terbesar
kedua di Indonesia setelah bandara Soekarno–Hatta.
Pemindahan bandara ke Kuala Namu telah direncanakan sejak tahun 1991.
Dalam kunjungan kerja ke Medan, Azwar Annas, Menteri Perhubungan saat itu,
berkata bahwa demi keselamatan penerbangan, bandara akan dipindah ke luar kota.
Persiapan pembangunan diawali pada tahun 1997, namun krisis moneter yang
dimulai pada tahun yang sama kemudian memaksa rencana pembangunan ditunda.
Sejak saat itu kabar mengenai bandara ini jarang terdengar lagi, hingga muncul
momentum baru saat terjadi kecelakaan pesawat Mandala Airlines September 2005
yang jatuh sesaat setelah lepas landas dari Polonia. Kecelakaan yang merenggut
nyawa Gubernur Sumatra Utara Tengku Rizal Nurdin tersebut juga menyebabkan
beberapa warga yang tinggal di sekitar wilayah bandara meninggal dunia akibat letak
bandara yang terlalu dekat dengan pemukiman. Hal ini menyebabkan munculnya
Universitas Sumatera Utara
45
kembali seruan agar bandara udara di Medan segera dipindahkan ke tempat yang
lebih sesuai. Selain itu, kapasitas Polonia yang telah lebih batasnya juga merupakan
faktor direncanakannya pemindahan bandara.
Rencana
pembangunan
selama
bertahun-tahun
terhambat
masalah
pembebasan lahan yang belum terselesaikan. Hingga Juni 2006, baru 1.650 hektar
lahan yang telah tidak bermasalah (telah diselesaikan sejak 1994), sementara lahan
yang dihuni 71 kepala keluarga lainnya masih sedang dinegosiasikan, namun pada
November 2006 dilaporkan bahwa Angkasa Pura II telah menyelesaikan seluruh
pembebasan lahan.
Pembangunan Tahap I disertai pula oleh pembangunan jalur kereta api dari
Stasiun Aras Kabu di Kecamatan Beringin ke bandara yang berjarak sekitar 450
meter. Stasiun Aras Kabu sendiri terhubung ke Stasiun Medan dengan jarak 22,96
km. Diperkirakan jarak tempuh dari Medan hingga Kuala Namu akan berkisar antara
16-30 menit.
Ada pula usulan pembangunan Jalan Tol Medan–KualaNamu sebagai usaha
pengembangan prasarana pengangkutan dari dan ke bandara. Namun pelaksanaan
pembangunan selama periode pembangunan jalan tol tahun 2005–2010 belum
dikabulkan oleh pemerintah pusat.
Tahap I bandara diperkirakan dapat menampung tujuh hingga 10 juta
penumpang dan 10.000 pergerakan pesawat pertahun, sementara setelah selesainya
Tahap II bandara ini rencananya akan menampung 25 juta penumpang pertahun.
Universitas Sumatera Utara
46
Luas terminal penumpang yang akan dibangun adalah sekitar 6,5 hektar
dengan fasilitas area komersial seluas 3,5 hektar dan fasilitas kargo seluas 1,3 hektar.
Bandara International Kuala Namu memiliki panjang landas pacu 4.450 meter, dan
sanggup didarati oleh pesawat berbadan lebar. Diperkirakan, pembangunan Bandar
Udara Internasional Kuala Namu akan selesai pada pertengahan tahun 2011 atau
paling lambat, awal tahun 2012. Dan akan dioperasikan akhir 2011 atau awal 2012.
Gambar 4.4 Bandara Kuala Namu
Universitas Sumatera Utara
47
4.3
Permukiman Di Kecamatan Batang Kuis
Perkembangan pembangunan permukiman yang terjadi saat sebelum
pembangunan Bandara Kualanamu berjalan adalah tidak terlalu berkembang
dikarenakan masyarakat sekitar Kecamatan Batangkuis masih menganggap bahwa
pembangunan Bandara Kualanamu sebatas wacana saja, sehingga masyarakat dan
sektor swasta masih ragu-ragu dalam mengembangkan dan membangun perumahan
dan permukiman di wilayah seputaran rencana Bandara Kualanamu tersebut.
Seiring waktu pembangunan Bandara Kualanamu hingga bandara telah
beroperasi, perumahan mulai berkembang dengan adanya pembangunan perumahan
oleh pihak pengembang maupun pribadi (Gambar 4.5).
Gambar 4.5
Perumahan yang ada di Kawasan Batang Kuis
Hal tersebut dilihat dari data perizinan bangunan yang diperoleh. Namun tidak
semua bangunan memiliki izin,
bangunan yang memiliki izin umumnya adalah
perumahan yang dibangun oleh pihak pengembang, tetapi rumah yang tidak dibangun
pihak pengembang umumnya tidak mengurus izin mendirikan bangunan.
Adapun type perumahan yang dibangun dan memiliki izin di Kecamatan
Batangkuis yang diperoleh dari Dinas PU Cipta Karya Kabupaten Deli Serdang
antara lain pada Tahun 2010 sebanyak 57 unit Rumah type 36, 34 unit rumah type 45
Universitas Sumatera Utara
48
dan 8 unit Ruko. Pada Tahun 2011 sebanyak 250 unit rumah type 36, 48 unit rumah
type 45, 20 unit ruko. Tahun 2012 sebanyak 191 unit rumah type 36, 50 unit rumah
type 45, 14 unit rumah type 52 dan 17 unit ruko. Tahun 2013 sebanyak 24 unit rumah
type 36, 42 unit rumah type 45, dan 15 unit ruko. Tahun 2014 sebanyak 16 unit rumah
type 36, 31 unit rumah type 45 dan 229 unit ruko. Sedangkan pada Tahun 2015
sebanyak 62 unit rumah type 36, 35 unit rumah type 45 dan 78 unit ruko (Tabel 4.6
dan Gambar 4.6). Berdasarkan Gambar 4.6 terlihat type rumah paling banyak di
Kecamatan Batang Kuis yaitu rumah type 36.
Tabel 4.6 Type Pembangunan Perumahan Dari Tahun 2010-Tahun 2015
No
1
2
3
4
Jenis
Bangunan
RTT Tipe 36
RTT Tipe 45
RTT Tipe 52
Ruko
Jumlah
2010
57
34
8
99
2011
250
48
20
318
Jumlah (Unit)
2012 2013 2014
191
24
16
50
42
31
14
17
15
182
272
81
229
Jumlah
2015
62
35
78
175
600
240
14
320
Sumber: Dinas PU Cipta Karya Kabupaten Deli Serdang, 2016
Gambar 4.6 Grafik Klasifikasi/type Rumah
Universitas Sumatera Utara
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
Bentuk
dari
implikasi
keberadaan
Bandara
yang
dijadikan
bahan
pertimbangan perubahan kawasan yakni berupa perubahan aktivitas penggunaan
lahan khusunya perkembangan permukiman akibat pembangunan Bandara Kuala
Namu khususnya di Kecamatan Batang Kuis.
5.1
Karakteristik Responden
Karakteristik responden dalam studi penelitian ini mencakup kondisi sosial
ekonomi masyarakat yaitu jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan, mata pencaharian,
tingkat penghasilan, dan lama bermukim di Kecamatan Batang Kuis.
5.1.1
Jenis kelamin
Karakteristik berdasarkan jenis kelamin dibagi menjadi dua yaitu laki-laki dan
perempuan (Tabel 5.1 dan Gambar 5.1).
Tabel 5.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
No
1
2
Jenis Kelamin
Laki-laki
Perempuan
Jumlah
Jumlah
Presentase (%)
187
159
346
54%
46%
100%
Gambar 5.1 Diagram Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
49
Universitas Sumatera Utara
50
Berdasarkan hasil kuesioner (Tabel 5.1 dan Gambar 5.1) di wilayah studi
penelitian dari 346 responden sebanyak 187 responden (54%) berjenis kelamin lakilaki dan 159 responden (46%) berjenis kelamin perempuan.
Dari diagram ini penulis berkesimpulan bahwa angka komposisi populasi lakilaki yang lebih tinggi dari perempuan menunjukkan bahwa jumlah populasi tersebut
menunjukkan besarnya jumlah pekerja potensial di kawasan Kecamatan Batangkuis
yang berdekatan dengan lokasi bandara Kuala Namu.
5.1.2
Usia
Karakteristik responden berdasarkan usia dibagi menjadi usia 20-29 tahun,
30-39 tahun, 40-49 tahun, 50-59 tahun, dan > 60 tahun (Tabel 5.2 dan Gambar 5.2).
Tabel 5.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia
No
1
2
3
4
5
Usia
20-29 tahun
30-39 tahun
40-49 tahun
50-59 tahun
> 60 tahun
Jumlah
Jumlah
65
71
46
87
77
346
Presentase (%)
19%
21%
13%
25%
22%
100%
Gambar 5.2 Diagram Karakteristik Responden Berdasarkan Usia
Berdasarkan survey lapangan (Tabel 5.2 dan Gambar 5.2) dari 346 responden
sebanyak 65 responden (19%) berusia 20-29 tahun, 71 responden (21%) berusia 30-
Universitas Sumatera Utara
51
39 tahun, 46 responden (13%) berusia 40-49 tahun, 87 responden (25%) berusia 5059 tahun dan 77 responden (22%) berusia diatas 60 tahun.
Dari diagram diatas penulis berkesimpulan bahwa masyarakat produktif yang
tersebar dalam berbagai aktifitas kegiatan perekonomian (mata pencaharian) di
Kecamatan Batang Kuis ini didominasi oleh golongan muda (usia antara 20 tahun s/d
49 tahun) sebagai pekerja usia produktif, dan penulis juga berkesimpulan bahwa
golongan pekerja ini juga sebahagian adalah pendatang dan pencari kerja dari luar
daerah Kecamatan Batang Kuis. Akibat dari datangnya para pekerja yang berasal dari
luar
Kecamatan
Batang
Kuis,
tentunya
akan
segera
membutuhkan
perumahan/permukiman yang layak untuk ditinggali oleh para pekerja tersebut.
5.1.3
Tingkat pendidikan
Karakteristik responden berdasarkan tingkat pendidikan dibagi menjadi
responden dengan tingkat pendidikan tamatan SD, SMP, SMA dan Diploma/Sarjana
(Tabel 5.3 dan Gambar 5.3).
Tabel 5.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan
No
1
2
3
4
Usia
SD
SMP
SMA
Diploma/Sarjana
Jumlah
Jumlah
98
87
101
60
346
Presentase (%)
28%
25%
29%
18%
100%
Universitas Sumatera Utara
52
Gambar 5.3 Diagram Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Dari survey lapangan dari 346 responden sebanyak 98 responden (28%)
dengan tingkat pendidikan Sekolah Dasar (SD), 87 responden (25%) dengan tingkat
pendidikan Sekolah Menengah Pertama (SMP), 101 responden (29%) dengan tingkat
pendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA), 60 responden (18%) dengan tingkat
pendidikan Diploma/Sarjana seperti terlihat pada Tabel 5.3 dan Gambar 5.3.
Dari diagram ini dapat dilihat bahwa kalangan produktif masih didominasi
oleh masyarakat berpendidikan dasar (SD/SMP) yaitu dengan total 53% kemudian
diikuti oleh pendidikan menengah sebesar 29% dan pendidikan tinggi sebesar 18%.
Angka ini menunjukkan bahwa kemampuan masyarakat untuk berpartisipasi dalam
memperoleh mata pencaharian hanya dapat bersaing di level buruh kasar dan
karyawan rendah (operator) selain juga petani dan wirausahawan. Tentunya hal ini
akan berpengaruh kepada tingkat
daya beli
masyarakat
dalam
memiliki
perumahan/permukiman yang layak.
5.1.4
Mata pencaharian
Karakteristik responden berdasarkan mata pencaharian dibagi menjadi
beberapa mata pencaharian yaitu petani, pegawai negeri, pensiunan, ibu rumah
Universitas Sumatera Utara
53
tangga, karyawan swasta, wiraswasta/pedagang, buruh, guru, mahasiswa (Tabel 5.4
dan Gambar 5.4).
Berdasarkan survey lapangan sebanyak 73 responden (21%) bermata
pencaharian sebagai petani, 23 responden (7%) sebagai pegawai negeri, 11 responden
(3%) sebagai pensiunan, 98 responden (28%) sebagai ibu rumah tangga, 32
responden (9%) sebagai karyawan swasta, 87 responden (26%) sebagai
wiraswasta/pedagang, 11 responden (3%) sebagai buruh, 8 responden (2%) sebagai
guru, dan 3 responden (1%) sebagai mahasiswa (Tabel 5.4 dan Gambar 5.4).
Tabel 5.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Mata Pencaharian
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Mata Pencaharian
Petani
Pegawai Negeri
Pensiunan
Ibu Rumah Tangga
Karyawan Swasta
Wiraswasta/Pedagang
Buruh
Guru
Mahasiswa
Jumlah
Jumlah
73
23
11
98
32
87
11
8
3
346
Presentase (%)
21%
7%
3%
28%
9%
26%
3%
2%
1%
100%
Gambar 5.4 Diagram Karakteristik Responden Berdasarkan Mata Pencaharian
Universitas Sumatera Utara
54
Dari diagram ini penulis berkesimpulan bahwa pola mata pencaharian di
Kecamatan Batang Kuis dan sekitar Bandara Kuala Namu sudah mulai mengalami
pergeseran dari pola berbasis pertanian menuju kepada sektor jasa dan perdagangan.
Secara langsung atau tidak langsung penulis beranggapan bahwa hal ini tidak terlepas
dari akibat telah beroperasinya bandara Kuala Namu
5.1.5
Tingkat penghasilan
Karakteristik responden berdasarkan tingkat penghasilan antara lain
responden dengan penghasilan 0-Rp. 500.000, Rp. 500.000-Rp. 1.500.000, Rp.
1.500.000-Rp. 2.500.000, Rp. 2.500.000-Rp. 3.500.000 dan diatas Rp. 3.500.000
(Tabel 5.5 dan Gambar 5.5).
Tabel 5.5 Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Penghasilan
No
1
2
3
4
5
Tingkat Penghasilan
0-Rp. 500.000
Rp. 500.000-Rp. 1.500.000
Rp. 1.500.000-Rp. 2.500.000
Rp. 2.500.000-Rp. 3.500.000
> Rp. 3.500.000
Jumlah
Jumlah
16
91
101
87
51
346
Presentase (%)
5%
26%
29%
25%
15%
100%
Gambar 5.5 Diagram Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Penghasilan
Universitas Sumatera Utara
55
Berdasarkan survey lapangan dari 346 responden sebanyak 16 responden
(5%) dengan penghasilan 0-Rp. 500.000, 91 responden (26%) dengan penghasilan
Rp. 500.000-Rp. 1.500.000, 101 responden (29%) dengan penghasilan Rp. 1.500.000Rp. 2.500.000, 87 responden (25%) dengan penghasilan Rp. 2.500.000-Rp.
3.500.000, dan 51 responden (15%) dengan penghasilan di atas Rp. 3.500.000 (Tabel
5.5 dan Gambar 5.5).
Dari diagram ini penulis berkesimpulan bahwa untuk saat ini kebutuhan atas
perumahan /permukiman yang sanggup diserap oleh masyarakat di sekitar Kecamatan
Batang Kuis adalah perumahan/permukiman bertype menengah kebawah.
5.1.6
Lama bermukim
Karakteristik berdasarkan lama bermukim dibagi menjadi responden dengan
lama bermukim 0-5 tahun, 5-10 tahun, 10-15 tahun, 15-20 tahun, dan lebih dari 20
tahun.
Tabel 5.6 Karakteristik Responden Berdasarkan Lama Bermukim
No
1
2
3
4
5
Lama Bermukim
0-5 tahun
5-10 tahun
10-15 tahun
15-20 tahun
> 20 tahun
Jumlah
Jumlah
91
76
46
46
87
346
Presentase (%)
27%
22%
13%
13%
25%
100%
Berdasarkan survey lapangan dari 346 responden sebanyak 91 responden
(27%) selama 0-5 tahun bermukim di Kecamatan Batang Kuis, 76 responden (22%)
selama 5-10 tahun, 46 responden (13%) selama 10-15 tahun, 46 responden (13%)
Universitas Sumatera Utara
56
selama 15-20 tahun, dan 87 responden (25%) selama lebih dari 20 tahun telah
bermukim di Kecamatan Batang Kuis (Tabel 5.6 dan Gambar 5.6).
Gambar 5.6 Diagram Karakteristik Responden Berdasarkan Lama Bermukim
Dari diagram ini terlihat bahwa telah terjadi peningkatan jumlah pendatang ke
sekitar Kecamatan Batang Kuis dalam kurun waktu 5 tahun belakangan ini (27%).
Dalam hal ini penulis beranggapan bahwa kondisi tersebut telah dipengaruhi oleh
wacana, rencana, pembangunan dan telah beroperasinya Bandara Kuala Namu
sebagai alasan pemilihan menetap dan bertempat tinggal di Kecamatan Batang Kuis
5.2
Keberadaan Bandara Kuala Namu
Berdasarkan survey kuesioner kepada 346 responden diketahui sebanyak 121
responden (35%) menyatakan bahwa keberadaan Bandara Kuala Namu sangat
berpengaruh terhadap perkembangan permukiman, 115 responden (33%) menyatakan
berpengaruh, 51 responden (15%) menyatakan cukup berpengaruh, 47 responden
(14%) menyatakan kurang berpengaruh, dan 12 responden (3%) menyatakan tidak
berpengaruh (Tabel 5.7 dan Gambar 5.7).
Universitas Sumatera Utara
57
Tabel 5.7 Tanggapan Responden Terhadap Keberadaan Bandara Kuala Namu
No
1
2
3
3
4
Keberadaan Bandara Kuala
Namu
Sangat berpengaruh
Berpengaruh
Cukup Berpengaruh
Kurang berpengaruh
Tidak berpengaruh
Jumlah
Jumlah
121
115
51
47
12
346
Presentase (%)
35%
33%
15%
14%
3%
100%
Gambar 5.7 Diagram Tanggapan Responden Terhadap Keberadaan Bandara Kuala
Namu
Berdasarkan Gambar 5.7 terlihat bahwa keberadaan Bandara Kuala Namu
berpengaruh terhadap perkembangan permukiman di Kecamatan Batang Kuis.
Seperti transportasi pada umumnya, transportasi udara mempunyai fungsi
ganda yaitu sebagai unsur penunjang dan unsur pendorong. Peran transportasi sebagai
penunjang dapat dilihat pada kemampuannya menyediakan jasa transportasi yang
efektif dan efisien untuk memenuhi kebutuhan sektor lainnya, sekaligus juga berperan
dalam menggerakkan dinamika pembangunan. Sedangkan sebagai unsur pendorong,
transportasi udara juga sudah terbukti mampu menjadi jasa transportasi yang efektif
untuk membuka daerah terisolasi dan juga melayani daerah-daerah terpencil.
Keberadaan infrastruktur memberikan dampak yang sangat besar bagi
kehidupan masyarakat, pola pertumbuhan dan prospek perkembangan ekonomi suatu
Universitas Sumatera Utara
58
kota (Catanase dan Snyder, 1979). Keberadaan suatu transportasi secara umum
memiliki pengaruh antara lain perubahan penggunaan lahan penyebaran dan
kepadatan penduduk, harga lahan, tingginya mobilitas penduduk, pembangunan
berbagai fasilitas fisik dan perubahan sosial budaya masyarakat.
Keberadaan Bandara Kuala Namu saat ini memberikan pengaruh terhadap
kawasan disekitarnya seperti Kecamatan Pantai Labu, Kecamatan Beringin dan
Kecamatan Batang Kuis. Pada Kecamataan Batang Kuis sendiri pengaruh keberadaan
Bandara Kuala Namu terlihat pada meningkatnya perubahan guna lahan dari
pertanian ke permukiman dan fasilitas ekonomi, serta pembangunan berbagai
infrastruktur seperti jalan, serta tingginya mobilitas penduduk.
5.3
Perkembangan Permukiman di Kecamatan Batang Kuis
Kenampakan fisik perkembangan permukiman dan permukiman sejak
keberadaan Bandara Kuala Namu dapat dilihat dari, penggunaan lahan untuk
permukiman, ketersediaan fasilitas sosial dan ekonomi, aksesibilitas, serta prasarana
lingkungan/utilitas.
5.3.1
Penggunaan lahan permukiman
Dari survey lapangan terhadap 346 responden, diketahui 86 responden (25%)
menyatakan penggunaan lahan untuk permukiman sangat meningkat, 138 responden
(40%) menyatakan meningkat, 47 responden (14%) menyatakan cukup meningkat, 43
Universitas Sumatera Utara
59
responden (12%) menyatakan kurang meningkat dan 32 responden (9%) dan tidak
meningkat (Tabel 5.8, Gambar 5.8 dan 5.9).
Tabel 5.8 Tanggapan Responden Terhadap Penggunaan Lahan Untuk Permukiman
Sejak Adanya Bandara Kuala Namu
No
1
2
3
3
4
Tanggapan Responden
Sangat meningkat
Meningkat
Cukup meningkat
kurang meningkat
tidak meningkat
Jumlah
Jumlah
86
138
47
43
32
346
Presentase
(%)
25%
40%
14%
12%
9%
100%
2010
2015
Jumlah unit
rumah
terbangun
yaitu
99
unit rumah
Jumlah unit
rumah
terbangun
yaitu 175 unit
rumah
Gambar 5.8 Diagram Tanggapan Responden Terhadap Penggunaan Lahan Untuk
Permukiman Sejak Adanya Bandara Kuala Namu
Berdasarkan Tabel 5.8 terlihat banyaknya permukiman yang ada di
Kecamatan Batang Kuis (dari Tahun 2010-2015) dapat dikategorikan menjadi
meningkat akibat adanya pembangunan Bandara Kuala Namu.
Bangunan adalah wujud fisik hasil pekerjaan konstruksi yang menyatu dengan
tempat kedudukan baik yang diatas, di bawah tanah dan/atau di air. Bangunan
mempunyai bermacam-macam fungsi sesuai peruntukannya. Setiap bangunan
memiliki fungsi yang berbeda-beda, meliputi fungsi hunian, keagamaan, usaha, sosial
budaya serta fungsi khusus.
Universitas Sumatera Utara
60
Dari penjabaran diatas dapat diketahui bahwa bangunan menampung kegiatan
fungsi-fungsi tertentu dan apabila suatu permukiman dan permukiman berkembang
yang diiringi perkembangan aktivitas yang terjadi, maka keberadaan bangunan akan
mengalami peningkatan jumlah demi memenuhi penyediaan ruang aktivitas.
Berkembangnya suatu permukiman dapat dilihat dari ciri-ciri fisik
perkembangan permukiman yang dapat diamati secara langsung (Branch, 1996).
Di Kecamatan Batang Kuis sendiri sejak keberadaan Bandara Kuala Namu
perkembangan Bandara Kuala Namu meningkat. Hal tersebut terlihat dari banyaknya
perkembangan permukiman yang dilihat dari ciri-ciri fisik dan dilihat langsung
seperti pembangunan permukiman-permukiman baik itu oleh pengembang maupun
masyarakat. Selain itu juga dapat dilihat dari perubahan penggunaan lahan yang
awalnya pertanian menjadi kawasan permukiman.
Dari Gambar 5.9 dan 5.10 terlihat perkembangan pembangunan permukiman
berdasarkan jumlah yang telah dibangun dari Tahun 2010 meningkat hingga Tahun
2015. Pada Tahun 2010 terdapat 99 unit rumah, Tahun 2011 sebanyak 318 unit,
Tahun 2012 sebanyak 272 unit, Tahun 2013 sebanyak 81 unit, Tahun 2014 sebanyak
219 unit dan Tahun 2015 sebanyak 175 unit.
Gambar 5.9 Grafik Perkembangan Permukiman
Universitas Sumatera Utara
61
TAHUN 2010
TAHUN 2016
Gambar 5.10 Peta Penggunaan Lahan Untuk Permukiman dari Tahun 2010-2015
(Bappeda Kabupaten Deli Serdang dan Survey Lapangan, 2016)
Universitas Sumatera Utara
62
Menurut hasil survey terhadap 346 responden, sebanyak 178 responden (51%)
menyatakan bahwa pembangunan permukiman di Kecamatan Batangkuis terencana
dengan baik, dan sebanyak 168 responden (49%) menyatakan tidak terencana dengan
baik dikarenakan masih adanya bangunan yang tidak sesuai penempatan lokasinya
dan tidak memiliki izin. Kemungkinan jangkauan pengawasan pembangunan kota
belum sampai ke seluruh penjuru kota sehingga banyak menimbulkan munculnya
bangunan yang tidak memiliki izin dan tidak sesuai dengan rencana kota.
Selain itu lemahnya penerapan/penegakan aturan ataupun regulasi yang terkait
dengan pelaksanaan banguna gedung terutama yang terkait kepada pelaksanaan
pembangunan perumahan dan permukiman termasuk juga pada sistem pengawasan
dan evaluasi di lapangan telah menyebabkan proses pembangunan bangunan gedung
di kecamatan Batang Kuis menjadi tidak berizin, liar dan tidak terkendali.
5.3.2
Ketersediaan fasilitas sosial dan ekonomi
Berdasarkan survey lapangan, sebanyak 87 responden (25%) menyatakan
bahwa ketersediaan fasilitas sosial dan ekonomi di Kecamatan Batang Kuis sangat
meningkat, 137 responden (40%) menyatakan meningkat, 68 responden (20%)
menyatakan cukup meningkat, 42 responden (12%) menyatakan kurang meningkat
dan 12 responden (3%) menyatakan tidak meningkat (Tabel 5.9, Gambar 5.11 dan
5.12).
Universitas Sumatera Utara
63
Tabel 5.9 Tanggapan Responden Terhadap Ketersediaan Fasilitas Sosial dan
Ekonomi
No
1
2
3
4
5
Tanggapan Responden
Sangat meningkat
Meningkat
Cukup meningkat
Kurang meningkat
Tidak meningkat
Jumlah
Jumlah
Presentase (%)
87
137
68
42
12
346
25%
40%
20%
12%
3%
100%
Gambar 5.11 Diagram Ketersediaan Fasilitas Sosial dan Ekonomi
Gambar 5.12 Peta Ketersediaan Fasilitas Sosial dan Ekonomi
Universitas Sumatera Utara
64
Dengan adanya Bandara Kuala Namu, ketersediaan fasilitas sosial dan
ekonomi di Kecamatan Batang Kuis meningkat. Hal tersebut terlihat di Kecamatan
Batang Kuis ini terdapat perkembangan fasilitas pusat pertokoan, fasilitas pendidikan,
fasilitas kesehatan, dan fasilitas peribadatan. Pembangunan dan kompleksitas
aktivitas dalam suatu lingkungan permukiman dan permukiman akan mempengaruhi
kondisi sarana prasarana (Budiharjo, 1992).
Dengan
begitu
permukiman
dan
aktivitas
yang
berkembang
akan
mempengaruhi kondisi sarana prasarana permukiman secara kualitas dan kuantitas.
Salah satu ciri perkembangan fisik permukiman dan permukiman adalah semakin
lengkapnya fasilitas pendukung ekonomi dan social (Branch, 1996).
5.3.3
Aksesibilitas
Berdasarkan survey lapangan, sebanyak 89 responden (26%) menyatakan
bahwa aksesibilitas di Kecamatan Batang Kuis sejak adanya Bandara Kuala Namu
sangat baik, 121 responden (35%) menyatakan baik, 100 responden (29%)
menyatakan cukup baik, 31 responden (9%) menyatakan kurang baik dan 5
responden (1%) menyatakan tidak baik (Tabel 5.10, Gambar 5.13 dan 5.14).
Tabel 5.10 Tanggapan Responden Terhadap Aksesibilitas
No
1
2
3
4
5
Tanggapan Responden
Sangat baik
Baik
Cukup baik
Kurang baik
Tidak baik
Jumlah
Jumlah
89
121
100
31
5
346
Presentase (%)
26%
35%
29%
9%
1%
100%
Universitas Sumatera Utara
65
Gambar 5.13 Diagram Aksesibilitas di Kecamatan Batang Kuis Sejak Adanya
Bandara Kuala Namu
Gambar 5.14 Aksesibilitas di Kecamatan Batang Kuis
Berdasarkan Tabel 5.10 dan Gambar 5.13 terlihat bahwa dengan adanya
Bandara Kuala Namu, aksesibilitas di Kecamatan Batang Kuis baik. Hal tersebut
terlihat dari kondisi jalan dan jenis transportasi menuju Bandara Kuala Namu yang
baik dan mudah dijangkau. Secara keseluruhan perkembangan pada kawasan
permukiman berjalan dan berkembang secara dinamis dan natural terhadap alam, dan
dipengaruhi oleh faktor fisik kota yaitu pusat kegiatan sebagai pusat-pusat
pertumbuhan kota dan jaringan transportasi sebagai aksesibilitas kemudahan
pencapaian.
Perkembangan permukiman kekotaan dipicu oleh dua peristiwa utama yang
mewarnai perkembangan peradaban manusia yaitu peristiwa revolusi pertanian dan
revolusi industry (Clark, 1982). Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi
Universitas Sumatera Utara
66
perkembangan adalah perkembangan sosial ekonomi, perkembangan industri dan
aksesibilitas.
5.3.4
Prasarana lingkungan/utilitas
Berdasarkan survey lapangan, sebanyak 43 responden (12%) menyatakan
bahwa prasarana lingkungan/utilitas di Kecamatan Batang Kuis sejak adanya Bandara
Kuala Namu sangat baik, 121 responden (35%) menyatakan baik, 155 responden
(45%) menyatakan cukup baik, 23 responden (7%) menyatakan kurang baik dan 4
responden (1%) menyatakan tidak baik (Tabel 5.11, Gambar 5.15 dan 5.16).
Tabel 5.11 Tanggapan Responden Terhadap Prasarana Lingkungan/Utilitas
No
1
2
3
4
5
Tanggapan Responden
Sangat baik
Baik
Cukup baik
Kurang baik
Tidak baik
Jumlah
Jumlah
43
121
155
23
4
346
Presentase (%)
12%
35%
45%
7%
1%
100%
Gambar 5.15 Diagram Prasarana Lingkungan/Utilitas di Kecamatan Batang Kuis
Gambar 5.16 Prasarana Lingkungan/Utilitas di Kecamatan Batang Kuis
Universitas Sumatera Utara
67
Berdasarkan Tabel 5.11 dan Gambar 5.15 terlihat bahwa dengan adanya
Bandara Kuala Namu, prasarana lingkungan/utilitas di Kecamatan Batang Kuis baik.
Pembangunan dan kompleksitas aktivitas dalam suatu lingkungan permukiman dan
permukiman akan mempengaruhi kondisi sarana prasarana (Budiharjo, 1992).
Dengan begitu permukiman dan aktivitas yang berkembang akan mempengaruhi
kondisi sarana prasarana permukiman secara kualitas dan kuantitas.
5.4
Analisa Pengaruh Keberadaan Bandara Kuala Namu Terhadap
Perkembangan Permukiman
Dalam analisa ini dilakukan untuk melihat pengaruh keberadaan Bandara
Kuala Namu terhadap perkembangan permukiman di Kecamatan Batangkuis.
Perkembangan permukiman dapat dilihat dari banyaknya penggunaan lahan untuk
permukiman, ketersediaan fasilitas sosial dan ekonomi, aksesibilitas dan prasarana
lingkungan/utilitas, Adapun analisis ini dilakukan dengan menggunakan analisa
kualitatif.
5.4.1
Pengaruh keberadaan Bandara Kuala Namu terhadap penggunaan lahan untuk
permukiman
Pengaruh keberadaan Bandara Kuala Namu terhadap penggunaan lahan
permukiman terlihat dari adanya alih fungsi lahan dari pertanian menjadi
permukiman, perdagangan dan jasa serta fasilitas sosial.
Pembangunan dan aktivitas yang terjadi pada suatu kawasan akan
menyebabkan perubahan penggunaan lahan di kawasan tersebut (Yunus, 2000). Hal
ini menunjukan faktor aktivitas manusia sangat mempengaruhi perubahan
Universitas Sumatera Utara
68
penggunaan lahan. Kebutuhan dan aktivitas manusia menyebabkan tuntutan
kebutuhan lahan semakin tinggi untuk memenuhi kebutuhan dan aktivitasnya
tersebut. Kebutuhan bermukim manusia yang semakin banyak menuntut penyediaan
lahan untuk permukiman semakin banyak pula, maka terjadi perubahan penggunaan
lahan untuk permukiman. Berkembangnya suatu permukiman dapat dilihat dari ciriciri fisik perkembangan permukiman yang dapat diamati secara langsung (Branch,
1996). Perkembangan fisik kawasan tersebut ditandai dengan penduduk bertambah
dan membuat kawasan tersebut semakin padat serta bangunan-bangunan semakin
banyak dan rapat.
Pada Gambar 5.17 dan 5.18 menunjukkan bahwa peningkatan penggunaan
lahan permukiman di Kecamatan Batang Kuis berada pada desa yang berada dekat
dengan Bandara Kuala Namu, yaitu Desa Batang Kuis Pekan, Tumpatan Nibung,
Paya Gambar, Tanjung Sari, Baru dan Desa Sena. Adapun peningkatan penggunaan
lahan permukiman Tahun 2016 antara lain di Desa Paya Gambar sebanyak 309 unit,
Desa Batang Kuis Pekan sebanyak 549 unit, Desa Tumpatan Nibung sebanyak 112
unit, Desa Tanjung Sari sebanyak 79 unit, Desa Baru sebanyak 40 unit dan Desa Sena
sebanyak 19 unit.
Gambar 5.17 Grafik Desa yang Mengalami Peningkatan Pembangunan Permukiman
Universitas Sumatera Utara
69
KEYPLAN
Gambar 5.18 Desa yang Mengalami Peningkatan Pembangunan Permukiman di
Kecamatan Batangkuis
Universitas Sumatera Utara
70
5.4.2 Pengaruh keberadaan bandara terhadap kelengkapan fasilitas sosial dan
ekonomi
Keberadaan Bandara Kuala Namu memberi pengaruh terhadap ketersediaan
fasilitas sosial dan ekonomi. Hal tersebut terlihat dari semakin banyaknya
pembangunan fasilitas sosial dan ekonomi terutama untuk fasilitas perekonomian
yaitu kawasan perdagangan dan jasa (Gambar 5.19).
Gambar 5.19 Peningkatan Fasilitas Sosial dan Ekonomi di Kecamatan Batang Kuis
Berkembangnya suatu permukiman dapat dilihat dari ciri-ciri fisik
perkembangan permukiman yang dapat diamati secara langsung (Branch, 1996).
Perkembangan fisik kawasan tersebut ditandai dengan penduduk bertambah dan
Universitas Sumatera Utara
71
membuat kawasan tersebut semakin padat; bangunan-bangunan semakin banyak dan
rapat; semakin lengkapnya fasilitas yang mendukung kegiatan sosial ekonomi
5.4.3 Pengaruh keberadaan Bandara terhadap aksesibilitas
Secara keseluruhan perkembangan dan perubahan pada kawasan permukiman
dan perkotaan berjalan dan berkembang di Kecamatan Batang Kuis secara dinamis
dan natural terhadap alam, dan dipengaruhi oleh faktor manusia (kebutuhan manusia
akan tempat tinggal, potensi manusia, finansial, sosial budaya serta teknologi), faktor
fisik kota (pusat kegiatan sebagai pusat-pusat pertumbuhan kota dan jaringan
transportasi sebagai aksesibilitas kemudahan pencapaian), dan faktor bentang alam
(kemiringan lereng dan ketinggian lahan).
Aksesibilitas adalah kemudahan mencapai kota tersebut dari kota atau wilayah
lain yang berdekatan (Tarigan Robinson, 2004). Aksesibilitas suatu tempat perlu
memperhatikan kemudahan dari transportasi yang baik ke tempat-tempat tertentu.
Aksesibilitas suatu tempat dapat memudahkan hubungan satu tempat dengan lainnya
yang didukung oleh transportasi.
Aksesibilitas di Kecamatan Batang Kuis akibat keberadaan Bandara Kuala
Namu terlihat dari jalan menuju Bandara Kuala Namu dalam kondisi baik dan telah
mengalami peningkatan. Selain akses menuju bandara yang mudah, akses menuju
permukiman telah mengalami perbaikan sejak adanya Bandara Kuala Namu (Gambar
5.20).
Universitas Sumatera Utara
72
Gambar 5.20 Akses Transportasi di Kecamatan Batang Kuis
5.4.4 Pengaruh keberadaan Bandara terhadap prasarana lingkungan/utilitas
Pengaruh keberadaan Bandara Kuala Namu terhadap prasarana lingkungan di
Kecamatan Batang Kuis terlihat dari adanya perbaikan prasarana lingkungan yaitu
drainase di sepanjang jalan menuju Bandara dan drainase di kawasan permukiman
dan permukiman (Gambar 5.21).
Gambar 5.21 Prasarana Lingkungan di Kecamatan Batang Kuis
Universitas Sumatera Utara
73
Hal-hal yang mempengaruhi dalam perkembangan permukiman adalah
pewilayahan (zoning); utilitas (utilities); faktor-faktor teknis (technical factors);
lokasi (locations); estetika (aesthetics); kom
METODOLOGI PENELITIAN
3.1
Jenis Penelitian
Jenis penelitian pada studi ini merupakan penelitian lapangan (field research),
yang dilakukan secara langsung di lokasi penelitian untuk dapat memahami secara
mendalam lingkungan masyarakat atau obyek tertentu baik melalui wawancara
maupun pengamatan. Jenis penelitian field research termasuk dalam jenis penelitian
terapan yakni penelitian atau penyelidikan yang hati-hati dan sistematik terhadap
suatu masalah dengan tujuan untuk digunakan bagi keperluan tertentu (Nazir, 1998).
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan
metode pendekatan kuantitatif dan kualitatif yaitu dengan menganalisis variabelvariabel yang terdapat dalam ruang penelitian. Variabel ini mengarah pada sesuatu
hal yang dapat diukur atau diobservasi (Creswell John, 2003). Penelitian kualitatif
dilakukan untuk menggali pengetahuan sebab akibat dari suatu fenomena yang
diungkapkan para partisipan, dalam penelitian ini pengetahuan yang akan
diungkapkan adalah bagaimana pengaruh keberadaan Bandara Kuala Namu terhadap
perkembangan permukiman di Batang Kuis.
3.2
Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data dapat
didefinisikan sebagai
suatu
proses untuk
mendapatkan data empiris melalui responden dengan menggunakan metode tertentu.
27
Universitas Sumatera Utara
28
Bukti atau data untuk keperluan studi kasus bisa berasal dari enam sumber yaitu:
dokumen, rekaman arsip, wawancara, pengamat langsung, observasi partisipasi dan
perangkat‐perangkat fisik.
Metode pengumpulan data ditujukan untuk mendapatkan data yang
dibutuhkan sebagai bahan masukan untuk setiap tahap analisis berikutnya. Dalam
pengumpulan data pada penelitian ini terdapat 2 (dua) cara yaitu:
1. Pengumpulan Data Primer
Pengumpulan data primer pada penelitian ini dilakukan melalui survei
lapangan ke kawasan penelitian. Survei lapangan dilakukan untuk
memperoleh data secara langsung melalui hasil observasi lapangan dan
penyebaran kuesioner. Tahap pengumpulan data ini digunakan untuk
mencari segala sesuatu yang berhubungan dengan kondisi fisik dan non
fisik kawasan khususnya dalam mengkaji perkembangan permukiman
yang terjadi akibat pengaruh keberadaan Bandara Kuala Namu. Adapun
beberapa data yang akan diperoleh yaitu berupa kondisi fisik wilayah
studi yang terkait dengan variabel-variabel yang akan diteliti yaitu
perkembangan permukiman. Adapun teknik yang digunakan dalam survei
lapangan ini adalah sebagai berikut:
a. Kegiatan Observasi Langsung, kegiatan ini dilakukan dengan cara
pengamatan langsung terhadap segala objek penelitian. Selain itu
kegiatan observasi juga dapat dilakukan untuk melihat titik-titik lokasi
Universitas Sumatera Utara
29
yang mengalami perubahan dan hubungan tiap variabel yang menjadi
ukuran perubahan yang terjadi akibat pengaruh bandara tersebut.
Kegiatan obsevasi langsung dapat dilakukan dengan cara foto dan
pemetaan.
b. Kuesioner,merupakan salah satu teknik pengumpulan data melalui
formulir yang berisi pertanyaan-pertanyaan yang diajukan secara
tertulis pada seseorang atau sekumpulan orang untuk mendapatkan
jawaban atau tanggapan dan informasi yang diperlukan oleh peneliti
(Mardalis: 2008: 66). Penelitian ini menggunakan kuesioner dan daftar
pertanyaannya dibuat secara berstruktur dengan bentuk pertanyaan
pilihan berganda (multiple choice questions) yang menggunakan
kuesioner berupa pertanyaan tertutup dan pertanyaan terbuka.
2. Pengumpulan Data Sekunder
Pengumpulan data sekunder dilakukan peneliti dengan dengan cara tidak
langsung ke objek penelitian, tetapi melalui penelitian terhadap
dokumen‐dokumen yang berkaitan dengan objek penelitian (Singarimbun,
1995). Penelitian ini juga menggunakan metode dokumentasi. Menurut
(Arikunto, 2005), metode dokumentasi adalah mencari data mengenai
hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar,
majalah, prasasti, notulen rapat, legger, agenda dan sebagainya.
Universitas Sumatera Utara
30
3.3
Kebutuhan Data
Kebutuhan
data
merupakan
suatu
proses
kompilasi
data
untuk
menghubungkan sasaran dan analisis berdasarkan cara memperoleh data, bentuk data,
sumber data, waktu dan pembagian penangung jawab terhadap data tersebut. Data
yang didapat harus disesuaikan dengan sasaran agar mempermudah melakukan
analisis lebih lanjut penelitian yang akan dilakukan (Tabel 3.1).
Tabel 3.1 Kebutuhan Data
No
1
Kelompok Data
Kebijaksanaan
Pembangunan
2
Fisik Dasar dan Sumber
Daya Alam
3
Kependudukan
4
Permukiman
5
Peta Dasar dan Tematik
6
Literatur dan publikasi
7
Preferensi umum
3.4
Jenis Data
RTRW Deli Serdang
Sumber Data
Bappeda Deli Serdang
Iklim,
Topografi,
Geologi,
Hidrologi.
Kecamatan Dalam Angka
Laporan Bulanan
BPS,
Dinas Pertanian,
Dinas PU,
BPN.
BPS,
Kantor Desa,
Kantor Kecamatan
REI
APERSI
DPU
Bappeda
BPS
BPN
Pemda
BPN
DPU
Jumlah Bangunan
Sebaran Bangunan
Peta Administrasi
Peta Topografi,
Peta Jaringan utilitas
Peta Areal Terbangun
Peta Rawan Bencana
Kajian
Makalah
Mengapa memilih di tinggal di
Kecamatan Batang Kuis
Perpustakaan umum dan
Perguruan tinggi
Jenis Variabel
Variabel
adalah
konsep
yang
mempunyai
bermacam-macam
nilai
(Nazir,1998). Variabel penelitian pada dasarnya adalah segala sesuatu yang berbentuk
Universitas Sumatera Utara
31
apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi
tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2005).
Secara teoritis variabel dapat didefinisikan sebagai atribut seseorang, atau
obyek yang mempunyai “variasi” antara satu orang dengan yang lain atau satu obyek
dengan obyek yang lain (Hatch dan Forhady, 1982).
Berdasarkan uraian diatas maka variabel yang akan di gunakan pada
penelitian selanjutnya (Tabel 3.2) adalah:
1.
Keberadaan Bandara Kuala Namu sebagai variabel bebas/pengaruh
(independent variabel) dengan indikator penggunaan lahan permukiman,
ketersediaan fasilitas sosial dan ekonomi, aksesibilitas dan prasarana
lingkungan/utilitas.
2.
Perkembangan permukiman sebagai variabel terpengaruh (dependent
variabel) dengan indikator pengaruh keberadaan Bandara Kuala Namu.
Tabel 3.2 Variabel dan Indikator Penelitian
No
1
Variabel
Keberadaan
Bandara
Kuala Namu (independent
variable)
2
Perkembangan
Permukiman (dependent
variabel)
Indikator
1. Penggunaan
lahan
permukiman
2. Ketersediaan
fasilitas
sosial dan ekonomi
3. Aksesibilitas
4. Prasarana
lingkungan/utilitas
Pengaruh
keberadaan
Bandara Kuala Namu.
Bentuk Pertanyaan
Bagaimana kondisi penggunaan
lahan permukiman, ketersediaan
fasilitas sosial dan ekonomi,
aksesbilitas
dan
prasarana
lingkungan/utilitas
di
Kecamatan Batang Kuis sejak
adanya Bandara Kuala Namu.
Bagaimana
perkembangan
permukiman di Kecamatan
Batang Kuis sejak adanya
Bandara Kuala Namu
Universitas Sumatera Utara
32
3.5
Populasi dan Sampel
Populasi merupakan suatu objek penelitian yang memiliki kualitas dan
karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk memahami dalam penarikan
kesimpulan dalam penelitian. Mzaksudnya yaitu objek disini bukan hanya berupa
orang, melainkan dapat juga berupa benda-benda alam lainnya yang memiliki
sifat/karakteristik tertentu (Sugiyono, 2005). Objek penelitian dan populasi dari
penelitian ini adalah fisik kawasan dan masyarakat yang berada di Kecamatan Batang
Kuis Kabupaten Deli Serdang yaitu sebanyak 49.837 jiwa (Kecamatan Batang Kuis
Dalam Angka 2015, BPS). Dari objek penelitian tersebut akan dilakukan dengan
mengkaji perkembangan permukiman sebagai bentuk dari pengaruh akibat adanya
pembangunan Bandara Kuala Namu dengan memperhatikan aktivitas-aktivitas yang
tumbuh dan berkembang melalui variabel-variabel pembangunan permukiman.
Elemen-elemen anggota sampel merupakan anggota populasi yang akan
menjadi sampel dan mewakili populasi lainnya (Supranto, 1997).
Daftar yang bisa dipakai untuk menentukan jumlah sampel seperti disajikan
pada Tabel 3.3 (Sugiyono, 2005). Oleh sebab itu, dalam penelitian ini jumlah
populasi yang diambil yaitu dengan jumlah populasi (N) 50.000 jiwa (mendekati
jumlah penduduk kecamatan yaitu 49.387 jiwa), sehingga sampel yang digunakan
yaitu sebanyak 346 sampel dengan taraf kesalahan 5%.
Universitas Sumatera Utara
33
Tabel 3.3 Penentuan Jumlah Sampel dari Populasi Tertentu dengan Taraf
Kesalahan 1% dan 5%
(N)
Sampel (s)
(N)
Sampel (s)
(N)
Sampel (s)
1%
5%
1%
5%
1%
5%
10
15
20
25
30
10
15
19
24
29
10
14
19
23
28
280
290
300
320
340
197
202
207
216
225
155
158
161
167
172
2800
3000
3500
4000
4500
537
543
558
569
578
310
312
317
320
323
35
33
32
360
234
177
5000
586
326
40
38
36
380
242
182
6000
598
329
45
42
40
400
250
186
7000
606
332
50
47
44
420
257
191
8000
613
334
55
51
48
440
265
195
9000
618
335
60
55
51
460
272
198
10000
622
336
65
59
55
480
279
202
15000
635
340
70
63
58
500
285
205
20000
642
342
75
67
62
550
301
213
30000
649
344
80
71
65
600
315
221
40000
563
345
85
75
68
650
329
227
50000
655
346
90
79
72
700
341
233
75000
658
346
95
83
75
750
352
238
100000
659
347
100
87
78
800
363
243
150000
661
347
110
94
84
850
373
247
200000
661
347
120
102
89
900
382
251
250000
662
348
130
116
95
950
391
255
300000
662
348
140
122
100
1000
399
258
350000
662
348
150
129
105
1100
414
265
400000
662
348
160
135
110
1200
427
270
450000
663
348
170
142
114
1300
440
275
500000
663
348
180
148
119
1400
450
279
550000
663
348
190
154
123
1500
460
283
600000
663
348
200
160
127
1600
469
286
650000
663
348
210
165
131
1700
477
289
700000
663
348
Universitas Sumatera Utara
34
Tabel 3.3 (Lanjutan)
(N)
Sampel (s)
(N)
Sampel (s)
(N)
Sampel (s)
220
1%
165
5%
135
1800
1%
485
5%
292
750000
1%
663
5%
348
230
171
139
1900
492
294
800000
663
348
240
176
142
2000
498
297
850000
663
348
250
182
146
2200
510
301
900000
663
348
260
187
149
2400
520
304
950000
663
348
270
192
152
2600
529
307
1E+06
663
348
~
664
349
Teknik pengambilan sampel atau teknik sampling yang digunakan adalah
Purposive Sampling pada Kecamatan Batang Kuis (terdiri dari 11 desa) dan dipilah
sesuai dengan tujuan penelitian dengan responden-responden diambil secara
proposional per wilayah desa (data primer) melalui ground research dengan metode
Area Propotional sample yaitu teknik sampling dengan mengambil wakil setiap
wilayah yang terdapat dalam populasi. Adakalanya jumlah subyek yang ada pada
setiap strata atau setiap wilayah tidak sama. Oleh karena itu, agar mendapat data yang
representatif ditentukan seimbang/sebanding dengan banyaknya subyek dari setiap
wilayah (Arikunto, 2005).
Adapun untuk pengambilan area penyebaran kuesioner dan jumlah sampel
yang diambil di setiap daerah yang menjadi wakil antara lain Desa Sidoharjo
sebanyak 20 responden, Desa Sidodadi sebanyak 20 responden, Desa Masjid
sebanyak 20 responden, Desa Bakaran Batu sebanyak 30 responden, Desa Bintang
Meriah sebanyak 30 responden, Desa Batang Kuis Pekan sebanyak 40 responden,
Desa Tanjung Sari
sebanyak 46 responden, Desa Paya Gambar sebanyak 30
Universitas Sumatera Utara
35
responden, Desa Baru sebanyak 30 responden, Desa Sena sebanyak 40 responden dan
Desa Tumpatan Nibung sebanyak 40 responden.
3.6
Teknik Analisa Data
Analisis data adalah proses mengatur urutan data, mengorganisasikanya ke
dalam suatu pola, kategori, dan satuan uraian dasar (Moleong, 2002). Dalam hal ini
sangat mementingkan teknik pengorganisasian suatu data, sehingga dapat
memudahkan dalam proses analisis yang akan dilakukan. Proses analisis data ini
dilakukan dengan menelaah data-data yang telah diperoleh baik dari lapangan
(observasi dan kuesioner) maupun data-data yang diperoleh dari instansi. Pada
dasarnya metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini yaitu dengan
mendeskripsikan dan memetakan dari data-data yang sebagai input dalam melakukan
analisis. Pada penelitian diperlukan rincian analisis yang akan dilakukan secara
mendalam agar semua data yang diperoleh dapat dikompilasi dengan baik. Analisis
ini nantinya akan diketahui metode analisis yang tepat sehingga dapat diketahui
output dari analisis yang akan digunakan.
Adapun teknik analisis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
3.6.1
Pendekatan Kualitatif
Pada penelitian kualitatif, analisis data dilakukan mulai saat pengumpulan
sampai selesai saat pengumpulan data. Kegiatan dalam menganalisis data terkait
dengan data itu mungkin telah dimunculkan dalam beragam cara (observasi,
Universitas Sumatera Utara
36
wawancara, intisari dokumen, pita rekaman) dan yang biasanya diproses sebelum siap
digunakan (melalui pencatatan, pengetikan, penyuntingan, atau alih tulis), tetapi
analisis kualitatif tetap menggunakan kata-kata, yang biasanya disusun ke dalam teks
yang diperluas, analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan sejak sebelum
memasuki lapangan, selama di lapangan, dan setelah selesai di lapangan.
3.6.2
Pendekatan kuantitatif
Dalam pendekatan ini teknik yang dipakai berbentuk observasu terstruktur,
survey dengan menggunakan kuesioner, ekperimen dan ekperimen semu. Dalam
mencari data, menggunakan kuesioner tertulis ataupun dibacakan. Teknik ini
mengacu pada tujuan penelitian dan jenis data yang diperlukan baik primer atau
sekunder. Hasil dari kuesioner ini dirangkum dalam sebuah tabulasi frekuensi
(Sarwono, 2006).
3.7
Hipotesa
Ada banyak definisi hipotesa yang pada hakikatnya mengacu pada pengertian
yang sama. Diantaranya ialah hipotesa adalah jawaban sementara terhadap masalah
yang sedang diteliti (Sarwono, 2006).
Definisi hipotesa adalah pernyataan tentatif yang merupakan dugaan
mengenai apa saja yang sedang kita amati dalam usaha untuk memahaminya
(Nasution S, 2000).
Universitas Sumatera Utara
37
Dalam penelitian hipotesa awal yang diambil yaitu terdapat pengaruh Bandara
Kuala Namu terhadap perkembangan permukiman di Kecamatan Batang Kuis dilihat
dari penggunaan lahan permukiman, ketersediaan fasilitas sosial dan fasilitas
ekonomi, aksesbilitas serta prasarana lingkungan/utilitas.
3.8 Kerangka Penelitian
Kerangka penelitian disajikan pada Gambar 3.1.
INPUT DATA
Keberadaan
Bandara
Kuala
Namu
Permukiman di
Kecamatan Batang
Kuis
PROSES
Analisis keberadaan
Bandara Kuala Namu
Analisis
Perkembangan
Permukiman di
Kecamatan Batang
Kuis
Analisis hubungan
pengaruh keberadaan
bandara (kuantitatif
dan kualitatif)
OUTPUT
Pengaruh
keberadaan
Bandara
Kuala
Namu
Perkembangan
Permukiman di
Kecamatan
Batang Kuis
Pengaruh dari keberadaan
Bandara Kuala Namu
terhadap perkembangan
permukiman
Kesimpulan Dan
Rekomendasi
Gambar 3.1 Kerangka Analisis
Universitas Sumatera Utara
BAB IV
TINJAUAN KAWASAN
4.1
Karakteristik Kecamatan Batang Kuis
4.1.1
Kondisi geografis
Berdasarkan letak geografis Kecamatan Batang Kuis terletak pada 3o35’–
3o41’ Lintang Utara dan 41o–46o Bujur Timur dengan luas wilayah 4.034 Ha terbagi
menjadi 11 desa dengan batas administrasi yaitu Sebalah Utara berbatasan dengan
Kecamatan Pantai Labu, Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Beringin dan
Kecamatan Pantai Labu, Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Tanjung
Morawa, dan Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Percut Sei Tuan (Tabel
4.1, Gambar 4.1 dan 4.2)
Tabel 4.1 Luas Wilayah dirinci Menurut Desa di Kecamatan Batang Kuis
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
Desa
Sena
Tumpatan Nibung
Baru
Tanjung Sari
Bakaran Batu
Bintang Meriah
Batang Kuis Pekan
Paya Gambar
Sidodadi
Sugiharjo
Mesjid
Jumlah
Luas Wilayah (Km²)
6,40
3,70
4,32
7,34
0,45
0,65
0,75
3,03
9,50
1,53
2,67
40,34
Sumber: Kecamatan Batang Kuis Dalam Angka, BPS, 2016
Kecamatan ini terletak di 335 -341 LU dan 41-46BT dengan ketinggian 4
–30 meter diatas permukaan laut. Curah hujan di Kecamatan Batang kuis sebesar
38
Universitas Sumatera Utara
39
1.821 mm/tahun dan kecepatan angin 1,33 mm/tahun. Rata-rata iklim di kecamatan
ini maksimum 320C dan minimum 22,40C dengan tingkat penguapan 4,08 mm/tahun.
Pada umumnya keadaan tanah di Kecamatan Batang Kuis putih bercampur pasir dan
memiliki topografi yang relatif datar.
Gambar 4.1 Peta Orientasi Kecamatan Batang Kuis
(Bappeda Kabupaten Deli Serdang, 2016)
Universitas Sumatera Utara
40
‘’’
]
Gambar 4.2 Peta AdministrasiKecamatan Batang Kuis
(Bappeda Kabupaten Deli Serdang, 2016)
Universitas Sumatera Utara
41
4.1.2
Kependudukan
Jumlah penduduk di Kecamatan Batang Kuis yaitu 62.348 jiwa pada Tahun
2015. Adapun desa dengan penduduk terbesar yaitu Desa Tanjung Sari yaitu 11.394
jiwa dan desa dengan penduduk terendah yaitu Desa Mesjid yaitu 1.466 jiwa, seperti
dijelaskan pada Tabel 4.2.
Tabel 4.2 Jumlah dan Kepadatan Penduduk di Kecamatan Batang Kuis
Tahun 2015
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
Desa
Sena
Tumpatan Nibung
Baru
Tanjung Sari
Bakaran Batu
Bintang Meriah
Batang Kuis Pekan
Paya Gambar
Sidodadi
Sugiharjo
Mesjid
Jumlah
Jumlah Penduduk (jiwa)
Laki-laki
Perempuan
3.997
3.994
3.661
3.533
3.213
3.173
5.752
5.642
1.245
1.179
2.963
2.888
2.682
2.728
2.446
2.213
2.141
2.052
2.784
2.596
733
733
31.617
30.731
Jumlah (Jiwa)
7.991
7.194
6.386
11.394
2.424
5.851
5.410
4.659
4.193
5.380
1.466
62.348
Sumber: Kecamatan Batang Kuis Dalam Angka, BPS, 2016
4.1.3 Fasilitas umum dan sosial
Fasilitas pendidikan di Kecamatan Batang Kuis berbentuk Taman Kanak–
Kanak (TK) sebanyak 2 unit, Sekolah Dasar (SD) Negeri sebanyak 20 buah dan SD
Swasta sebanyak 3 unit. Sekolah Menengah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) Negeri
sebanyak 2 unit dan swasta sebanyak 5 unit, Sekolah Menengah Umum (SMU)
Negeri sebanyak 1 unit dan Swasta 4 unit, serta Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)
swasta sebanyak 3 unit (Tabel 4.3).
Universitas Sumatera Utara
42
Tabel 4.3 Fasilitas Pendidikan di Kecamatan Batang Kuis Tahun 2015
No
1.
2.
3.
4.
5.
Fasilitas Pendidikan
Swasta
Negeri
Jumlah
2
20
2
1
25
3
5
4
3
15
2
23
7
5
3
40
TK
Sekolah Dasar
SLTP
SLTA
SMK
Jumlah
Sumber: Kecamatan Batang Kuis Dalam Angka, BPS, 2016
Jumlah fasilitas peribadatan di Kecamatan Batang Kuis terdiri dari Mesjid 21
unit, Mushollah 22 unit, Gereja 13 unit, Vihara 3 unit dan Kuil 1 unit (Tabel 4.4).
Tabel 4.4 Fasilitas Peribadatan di Kecamatan Batang Kuis Tahun 2015
No.
1.
2.
3.
4.
5.
Fasilitas Peribadatan
Masjid
Langgar/Mushalla
Gereja
Vihara
Kuil
Jumlah
Jumlah
21
22
13
3
1
60
Sumber: Kecamatan Batang Kuis Dalam Angka, BPS, 2016
Untuk fasilitas kesehatan terdiri dari Di Kecamatan Batang Kuis pada tahun
2015 terdapat Puskesmas 1 (satu) unit, dan Puskesmas Pembantu 4 unit. Selain itu
juga terdapat Pos Kesehatan Desa sebanyak 7 unit. Untuk memaksimalkan layanan
kesehatan kepada masyarakat pemerintah daerah juga telah menyediakan fasilitas
layanan sistem mobile, yakni Patroli Kesehatan baik dengan menggunakan roda 4
(empat) dan roda 2 (dua) masing-masing jumlahnya 1 unit dan 12 unit. (Tabel 4.5).
Universitas Sumatera Utara
43
Tabel 4.5 Fasilitas Kesehatan di Kecamatan Batang Kuis Tahun 2015
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Fasilitas Kesehatan
Rumah Bersalin/Balai Pengobatan
Puskesmas
Puskesmas Pembantu
Poskesdes
Patroli Kesehatan Roda Empat
Patroli Kesehatan Roda Dua
Praktek Dokter/Bidan
Jumlah
Jumlah
1
1
4
7
1
12
23
49
Sumber: Kecamatan Batang Kuis Dalam Angka, BPS, 2016.
Gambar 4.3 Peta Penggunaan Lahan Eksisting Kecamatan Batang Kuis
(Bappeda Kabupaten Deli Serdang, 2016)
Universitas Sumatera Utara
44
4.2
Bandara Udara Internasional Kualanamu, Latar Belakang Dan
Sejarahnya
Bersinggungan dengan kecamatan/kawasan Batang Kuis salah satunya adalah
kawasan Bandar Udara Internasional Kualanamu adalah sebuah bandar udara baru
untuk kota Medan, Indonesia. Lokasinya merupakan bekas areal perkebunan PT.
Perkebunan Nusantara II Tanjung Morawa, terletak di Kuala Namu, Desa
Beringin, Kecamatan Beringin, Kabupaten Deli Serdang. Kuala Namu akan
menggantikan Bandara Polonia yang sudah berusia lebih dari 70 tahun. Saat selesai
dibangun, Kuala Namu yang diharapkan dapat menjadi bandara pangkalan transit
internasional untuk kawasan Sumatra dan sekitarnya, akan menjadi bandara terbesar
kedua di Indonesia setelah bandara Soekarno–Hatta.
Pemindahan bandara ke Kuala Namu telah direncanakan sejak tahun 1991.
Dalam kunjungan kerja ke Medan, Azwar Annas, Menteri Perhubungan saat itu,
berkata bahwa demi keselamatan penerbangan, bandara akan dipindah ke luar kota.
Persiapan pembangunan diawali pada tahun 1997, namun krisis moneter yang
dimulai pada tahun yang sama kemudian memaksa rencana pembangunan ditunda.
Sejak saat itu kabar mengenai bandara ini jarang terdengar lagi, hingga muncul
momentum baru saat terjadi kecelakaan pesawat Mandala Airlines September 2005
yang jatuh sesaat setelah lepas landas dari Polonia. Kecelakaan yang merenggut
nyawa Gubernur Sumatra Utara Tengku Rizal Nurdin tersebut juga menyebabkan
beberapa warga yang tinggal di sekitar wilayah bandara meninggal dunia akibat letak
bandara yang terlalu dekat dengan pemukiman. Hal ini menyebabkan munculnya
Universitas Sumatera Utara
45
kembali seruan agar bandara udara di Medan segera dipindahkan ke tempat yang
lebih sesuai. Selain itu, kapasitas Polonia yang telah lebih batasnya juga merupakan
faktor direncanakannya pemindahan bandara.
Rencana
pembangunan
selama
bertahun-tahun
terhambat
masalah
pembebasan lahan yang belum terselesaikan. Hingga Juni 2006, baru 1.650 hektar
lahan yang telah tidak bermasalah (telah diselesaikan sejak 1994), sementara lahan
yang dihuni 71 kepala keluarga lainnya masih sedang dinegosiasikan, namun pada
November 2006 dilaporkan bahwa Angkasa Pura II telah menyelesaikan seluruh
pembebasan lahan.
Pembangunan Tahap I disertai pula oleh pembangunan jalur kereta api dari
Stasiun Aras Kabu di Kecamatan Beringin ke bandara yang berjarak sekitar 450
meter. Stasiun Aras Kabu sendiri terhubung ke Stasiun Medan dengan jarak 22,96
km. Diperkirakan jarak tempuh dari Medan hingga Kuala Namu akan berkisar antara
16-30 menit.
Ada pula usulan pembangunan Jalan Tol Medan–KualaNamu sebagai usaha
pengembangan prasarana pengangkutan dari dan ke bandara. Namun pelaksanaan
pembangunan selama periode pembangunan jalan tol tahun 2005–2010 belum
dikabulkan oleh pemerintah pusat.
Tahap I bandara diperkirakan dapat menampung tujuh hingga 10 juta
penumpang dan 10.000 pergerakan pesawat pertahun, sementara setelah selesainya
Tahap II bandara ini rencananya akan menampung 25 juta penumpang pertahun.
Universitas Sumatera Utara
46
Luas terminal penumpang yang akan dibangun adalah sekitar 6,5 hektar
dengan fasilitas area komersial seluas 3,5 hektar dan fasilitas kargo seluas 1,3 hektar.
Bandara International Kuala Namu memiliki panjang landas pacu 4.450 meter, dan
sanggup didarati oleh pesawat berbadan lebar. Diperkirakan, pembangunan Bandar
Udara Internasional Kuala Namu akan selesai pada pertengahan tahun 2011 atau
paling lambat, awal tahun 2012. Dan akan dioperasikan akhir 2011 atau awal 2012.
Gambar 4.4 Bandara Kuala Namu
Universitas Sumatera Utara
47
4.3
Permukiman Di Kecamatan Batang Kuis
Perkembangan pembangunan permukiman yang terjadi saat sebelum
pembangunan Bandara Kualanamu berjalan adalah tidak terlalu berkembang
dikarenakan masyarakat sekitar Kecamatan Batangkuis masih menganggap bahwa
pembangunan Bandara Kualanamu sebatas wacana saja, sehingga masyarakat dan
sektor swasta masih ragu-ragu dalam mengembangkan dan membangun perumahan
dan permukiman di wilayah seputaran rencana Bandara Kualanamu tersebut.
Seiring waktu pembangunan Bandara Kualanamu hingga bandara telah
beroperasi, perumahan mulai berkembang dengan adanya pembangunan perumahan
oleh pihak pengembang maupun pribadi (Gambar 4.5).
Gambar 4.5
Perumahan yang ada di Kawasan Batang Kuis
Hal tersebut dilihat dari data perizinan bangunan yang diperoleh. Namun tidak
semua bangunan memiliki izin,
bangunan yang memiliki izin umumnya adalah
perumahan yang dibangun oleh pihak pengembang, tetapi rumah yang tidak dibangun
pihak pengembang umumnya tidak mengurus izin mendirikan bangunan.
Adapun type perumahan yang dibangun dan memiliki izin di Kecamatan
Batangkuis yang diperoleh dari Dinas PU Cipta Karya Kabupaten Deli Serdang
antara lain pada Tahun 2010 sebanyak 57 unit Rumah type 36, 34 unit rumah type 45
Universitas Sumatera Utara
48
dan 8 unit Ruko. Pada Tahun 2011 sebanyak 250 unit rumah type 36, 48 unit rumah
type 45, 20 unit ruko. Tahun 2012 sebanyak 191 unit rumah type 36, 50 unit rumah
type 45, 14 unit rumah type 52 dan 17 unit ruko. Tahun 2013 sebanyak 24 unit rumah
type 36, 42 unit rumah type 45, dan 15 unit ruko. Tahun 2014 sebanyak 16 unit rumah
type 36, 31 unit rumah type 45 dan 229 unit ruko. Sedangkan pada Tahun 2015
sebanyak 62 unit rumah type 36, 35 unit rumah type 45 dan 78 unit ruko (Tabel 4.6
dan Gambar 4.6). Berdasarkan Gambar 4.6 terlihat type rumah paling banyak di
Kecamatan Batang Kuis yaitu rumah type 36.
Tabel 4.6 Type Pembangunan Perumahan Dari Tahun 2010-Tahun 2015
No
1
2
3
4
Jenis
Bangunan
RTT Tipe 36
RTT Tipe 45
RTT Tipe 52
Ruko
Jumlah
2010
57
34
8
99
2011
250
48
20
318
Jumlah (Unit)
2012 2013 2014
191
24
16
50
42
31
14
17
15
182
272
81
229
Jumlah
2015
62
35
78
175
600
240
14
320
Sumber: Dinas PU Cipta Karya Kabupaten Deli Serdang, 2016
Gambar 4.6 Grafik Klasifikasi/type Rumah
Universitas Sumatera Utara
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
Bentuk
dari
implikasi
keberadaan
Bandara
yang
dijadikan
bahan
pertimbangan perubahan kawasan yakni berupa perubahan aktivitas penggunaan
lahan khusunya perkembangan permukiman akibat pembangunan Bandara Kuala
Namu khususnya di Kecamatan Batang Kuis.
5.1
Karakteristik Responden
Karakteristik responden dalam studi penelitian ini mencakup kondisi sosial
ekonomi masyarakat yaitu jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan, mata pencaharian,
tingkat penghasilan, dan lama bermukim di Kecamatan Batang Kuis.
5.1.1
Jenis kelamin
Karakteristik berdasarkan jenis kelamin dibagi menjadi dua yaitu laki-laki dan
perempuan (Tabel 5.1 dan Gambar 5.1).
Tabel 5.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
No
1
2
Jenis Kelamin
Laki-laki
Perempuan
Jumlah
Jumlah
Presentase (%)
187
159
346
54%
46%
100%
Gambar 5.1 Diagram Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
49
Universitas Sumatera Utara
50
Berdasarkan hasil kuesioner (Tabel 5.1 dan Gambar 5.1) di wilayah studi
penelitian dari 346 responden sebanyak 187 responden (54%) berjenis kelamin lakilaki dan 159 responden (46%) berjenis kelamin perempuan.
Dari diagram ini penulis berkesimpulan bahwa angka komposisi populasi lakilaki yang lebih tinggi dari perempuan menunjukkan bahwa jumlah populasi tersebut
menunjukkan besarnya jumlah pekerja potensial di kawasan Kecamatan Batangkuis
yang berdekatan dengan lokasi bandara Kuala Namu.
5.1.2
Usia
Karakteristik responden berdasarkan usia dibagi menjadi usia 20-29 tahun,
30-39 tahun, 40-49 tahun, 50-59 tahun, dan > 60 tahun (Tabel 5.2 dan Gambar 5.2).
Tabel 5.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia
No
1
2
3
4
5
Usia
20-29 tahun
30-39 tahun
40-49 tahun
50-59 tahun
> 60 tahun
Jumlah
Jumlah
65
71
46
87
77
346
Presentase (%)
19%
21%
13%
25%
22%
100%
Gambar 5.2 Diagram Karakteristik Responden Berdasarkan Usia
Berdasarkan survey lapangan (Tabel 5.2 dan Gambar 5.2) dari 346 responden
sebanyak 65 responden (19%) berusia 20-29 tahun, 71 responden (21%) berusia 30-
Universitas Sumatera Utara
51
39 tahun, 46 responden (13%) berusia 40-49 tahun, 87 responden (25%) berusia 5059 tahun dan 77 responden (22%) berusia diatas 60 tahun.
Dari diagram diatas penulis berkesimpulan bahwa masyarakat produktif yang
tersebar dalam berbagai aktifitas kegiatan perekonomian (mata pencaharian) di
Kecamatan Batang Kuis ini didominasi oleh golongan muda (usia antara 20 tahun s/d
49 tahun) sebagai pekerja usia produktif, dan penulis juga berkesimpulan bahwa
golongan pekerja ini juga sebahagian adalah pendatang dan pencari kerja dari luar
daerah Kecamatan Batang Kuis. Akibat dari datangnya para pekerja yang berasal dari
luar
Kecamatan
Batang
Kuis,
tentunya
akan
segera
membutuhkan
perumahan/permukiman yang layak untuk ditinggali oleh para pekerja tersebut.
5.1.3
Tingkat pendidikan
Karakteristik responden berdasarkan tingkat pendidikan dibagi menjadi
responden dengan tingkat pendidikan tamatan SD, SMP, SMA dan Diploma/Sarjana
(Tabel 5.3 dan Gambar 5.3).
Tabel 5.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan
No
1
2
3
4
Usia
SD
SMP
SMA
Diploma/Sarjana
Jumlah
Jumlah
98
87
101
60
346
Presentase (%)
28%
25%
29%
18%
100%
Universitas Sumatera Utara
52
Gambar 5.3 Diagram Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Dari survey lapangan dari 346 responden sebanyak 98 responden (28%)
dengan tingkat pendidikan Sekolah Dasar (SD), 87 responden (25%) dengan tingkat
pendidikan Sekolah Menengah Pertama (SMP), 101 responden (29%) dengan tingkat
pendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA), 60 responden (18%) dengan tingkat
pendidikan Diploma/Sarjana seperti terlihat pada Tabel 5.3 dan Gambar 5.3.
Dari diagram ini dapat dilihat bahwa kalangan produktif masih didominasi
oleh masyarakat berpendidikan dasar (SD/SMP) yaitu dengan total 53% kemudian
diikuti oleh pendidikan menengah sebesar 29% dan pendidikan tinggi sebesar 18%.
Angka ini menunjukkan bahwa kemampuan masyarakat untuk berpartisipasi dalam
memperoleh mata pencaharian hanya dapat bersaing di level buruh kasar dan
karyawan rendah (operator) selain juga petani dan wirausahawan. Tentunya hal ini
akan berpengaruh kepada tingkat
daya beli
masyarakat
dalam
memiliki
perumahan/permukiman yang layak.
5.1.4
Mata pencaharian
Karakteristik responden berdasarkan mata pencaharian dibagi menjadi
beberapa mata pencaharian yaitu petani, pegawai negeri, pensiunan, ibu rumah
Universitas Sumatera Utara
53
tangga, karyawan swasta, wiraswasta/pedagang, buruh, guru, mahasiswa (Tabel 5.4
dan Gambar 5.4).
Berdasarkan survey lapangan sebanyak 73 responden (21%) bermata
pencaharian sebagai petani, 23 responden (7%) sebagai pegawai negeri, 11 responden
(3%) sebagai pensiunan, 98 responden (28%) sebagai ibu rumah tangga, 32
responden (9%) sebagai karyawan swasta, 87 responden (26%) sebagai
wiraswasta/pedagang, 11 responden (3%) sebagai buruh, 8 responden (2%) sebagai
guru, dan 3 responden (1%) sebagai mahasiswa (Tabel 5.4 dan Gambar 5.4).
Tabel 5.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Mata Pencaharian
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Mata Pencaharian
Petani
Pegawai Negeri
Pensiunan
Ibu Rumah Tangga
Karyawan Swasta
Wiraswasta/Pedagang
Buruh
Guru
Mahasiswa
Jumlah
Jumlah
73
23
11
98
32
87
11
8
3
346
Presentase (%)
21%
7%
3%
28%
9%
26%
3%
2%
1%
100%
Gambar 5.4 Diagram Karakteristik Responden Berdasarkan Mata Pencaharian
Universitas Sumatera Utara
54
Dari diagram ini penulis berkesimpulan bahwa pola mata pencaharian di
Kecamatan Batang Kuis dan sekitar Bandara Kuala Namu sudah mulai mengalami
pergeseran dari pola berbasis pertanian menuju kepada sektor jasa dan perdagangan.
Secara langsung atau tidak langsung penulis beranggapan bahwa hal ini tidak terlepas
dari akibat telah beroperasinya bandara Kuala Namu
5.1.5
Tingkat penghasilan
Karakteristik responden berdasarkan tingkat penghasilan antara lain
responden dengan penghasilan 0-Rp. 500.000, Rp. 500.000-Rp. 1.500.000, Rp.
1.500.000-Rp. 2.500.000, Rp. 2.500.000-Rp. 3.500.000 dan diatas Rp. 3.500.000
(Tabel 5.5 dan Gambar 5.5).
Tabel 5.5 Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Penghasilan
No
1
2
3
4
5
Tingkat Penghasilan
0-Rp. 500.000
Rp. 500.000-Rp. 1.500.000
Rp. 1.500.000-Rp. 2.500.000
Rp. 2.500.000-Rp. 3.500.000
> Rp. 3.500.000
Jumlah
Jumlah
16
91
101
87
51
346
Presentase (%)
5%
26%
29%
25%
15%
100%
Gambar 5.5 Diagram Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Penghasilan
Universitas Sumatera Utara
55
Berdasarkan survey lapangan dari 346 responden sebanyak 16 responden
(5%) dengan penghasilan 0-Rp. 500.000, 91 responden (26%) dengan penghasilan
Rp. 500.000-Rp. 1.500.000, 101 responden (29%) dengan penghasilan Rp. 1.500.000Rp. 2.500.000, 87 responden (25%) dengan penghasilan Rp. 2.500.000-Rp.
3.500.000, dan 51 responden (15%) dengan penghasilan di atas Rp. 3.500.000 (Tabel
5.5 dan Gambar 5.5).
Dari diagram ini penulis berkesimpulan bahwa untuk saat ini kebutuhan atas
perumahan /permukiman yang sanggup diserap oleh masyarakat di sekitar Kecamatan
Batang Kuis adalah perumahan/permukiman bertype menengah kebawah.
5.1.6
Lama bermukim
Karakteristik berdasarkan lama bermukim dibagi menjadi responden dengan
lama bermukim 0-5 tahun, 5-10 tahun, 10-15 tahun, 15-20 tahun, dan lebih dari 20
tahun.
Tabel 5.6 Karakteristik Responden Berdasarkan Lama Bermukim
No
1
2
3
4
5
Lama Bermukim
0-5 tahun
5-10 tahun
10-15 tahun
15-20 tahun
> 20 tahun
Jumlah
Jumlah
91
76
46
46
87
346
Presentase (%)
27%
22%
13%
13%
25%
100%
Berdasarkan survey lapangan dari 346 responden sebanyak 91 responden
(27%) selama 0-5 tahun bermukim di Kecamatan Batang Kuis, 76 responden (22%)
selama 5-10 tahun, 46 responden (13%) selama 10-15 tahun, 46 responden (13%)
Universitas Sumatera Utara
56
selama 15-20 tahun, dan 87 responden (25%) selama lebih dari 20 tahun telah
bermukim di Kecamatan Batang Kuis (Tabel 5.6 dan Gambar 5.6).
Gambar 5.6 Diagram Karakteristik Responden Berdasarkan Lama Bermukim
Dari diagram ini terlihat bahwa telah terjadi peningkatan jumlah pendatang ke
sekitar Kecamatan Batang Kuis dalam kurun waktu 5 tahun belakangan ini (27%).
Dalam hal ini penulis beranggapan bahwa kondisi tersebut telah dipengaruhi oleh
wacana, rencana, pembangunan dan telah beroperasinya Bandara Kuala Namu
sebagai alasan pemilihan menetap dan bertempat tinggal di Kecamatan Batang Kuis
5.2
Keberadaan Bandara Kuala Namu
Berdasarkan survey kuesioner kepada 346 responden diketahui sebanyak 121
responden (35%) menyatakan bahwa keberadaan Bandara Kuala Namu sangat
berpengaruh terhadap perkembangan permukiman, 115 responden (33%) menyatakan
berpengaruh, 51 responden (15%) menyatakan cukup berpengaruh, 47 responden
(14%) menyatakan kurang berpengaruh, dan 12 responden (3%) menyatakan tidak
berpengaruh (Tabel 5.7 dan Gambar 5.7).
Universitas Sumatera Utara
57
Tabel 5.7 Tanggapan Responden Terhadap Keberadaan Bandara Kuala Namu
No
1
2
3
3
4
Keberadaan Bandara Kuala
Namu
Sangat berpengaruh
Berpengaruh
Cukup Berpengaruh
Kurang berpengaruh
Tidak berpengaruh
Jumlah
Jumlah
121
115
51
47
12
346
Presentase (%)
35%
33%
15%
14%
3%
100%
Gambar 5.7 Diagram Tanggapan Responden Terhadap Keberadaan Bandara Kuala
Namu
Berdasarkan Gambar 5.7 terlihat bahwa keberadaan Bandara Kuala Namu
berpengaruh terhadap perkembangan permukiman di Kecamatan Batang Kuis.
Seperti transportasi pada umumnya, transportasi udara mempunyai fungsi
ganda yaitu sebagai unsur penunjang dan unsur pendorong. Peran transportasi sebagai
penunjang dapat dilihat pada kemampuannya menyediakan jasa transportasi yang
efektif dan efisien untuk memenuhi kebutuhan sektor lainnya, sekaligus juga berperan
dalam menggerakkan dinamika pembangunan. Sedangkan sebagai unsur pendorong,
transportasi udara juga sudah terbukti mampu menjadi jasa transportasi yang efektif
untuk membuka daerah terisolasi dan juga melayani daerah-daerah terpencil.
Keberadaan infrastruktur memberikan dampak yang sangat besar bagi
kehidupan masyarakat, pola pertumbuhan dan prospek perkembangan ekonomi suatu
Universitas Sumatera Utara
58
kota (Catanase dan Snyder, 1979). Keberadaan suatu transportasi secara umum
memiliki pengaruh antara lain perubahan penggunaan lahan penyebaran dan
kepadatan penduduk, harga lahan, tingginya mobilitas penduduk, pembangunan
berbagai fasilitas fisik dan perubahan sosial budaya masyarakat.
Keberadaan Bandara Kuala Namu saat ini memberikan pengaruh terhadap
kawasan disekitarnya seperti Kecamatan Pantai Labu, Kecamatan Beringin dan
Kecamatan Batang Kuis. Pada Kecamataan Batang Kuis sendiri pengaruh keberadaan
Bandara Kuala Namu terlihat pada meningkatnya perubahan guna lahan dari
pertanian ke permukiman dan fasilitas ekonomi, serta pembangunan berbagai
infrastruktur seperti jalan, serta tingginya mobilitas penduduk.
5.3
Perkembangan Permukiman di Kecamatan Batang Kuis
Kenampakan fisik perkembangan permukiman dan permukiman sejak
keberadaan Bandara Kuala Namu dapat dilihat dari, penggunaan lahan untuk
permukiman, ketersediaan fasilitas sosial dan ekonomi, aksesibilitas, serta prasarana
lingkungan/utilitas.
5.3.1
Penggunaan lahan permukiman
Dari survey lapangan terhadap 346 responden, diketahui 86 responden (25%)
menyatakan penggunaan lahan untuk permukiman sangat meningkat, 138 responden
(40%) menyatakan meningkat, 47 responden (14%) menyatakan cukup meningkat, 43
Universitas Sumatera Utara
59
responden (12%) menyatakan kurang meningkat dan 32 responden (9%) dan tidak
meningkat (Tabel 5.8, Gambar 5.8 dan 5.9).
Tabel 5.8 Tanggapan Responden Terhadap Penggunaan Lahan Untuk Permukiman
Sejak Adanya Bandara Kuala Namu
No
1
2
3
3
4
Tanggapan Responden
Sangat meningkat
Meningkat
Cukup meningkat
kurang meningkat
tidak meningkat
Jumlah
Jumlah
86
138
47
43
32
346
Presentase
(%)
25%
40%
14%
12%
9%
100%
2010
2015
Jumlah unit
rumah
terbangun
yaitu
99
unit rumah
Jumlah unit
rumah
terbangun
yaitu 175 unit
rumah
Gambar 5.8 Diagram Tanggapan Responden Terhadap Penggunaan Lahan Untuk
Permukiman Sejak Adanya Bandara Kuala Namu
Berdasarkan Tabel 5.8 terlihat banyaknya permukiman yang ada di
Kecamatan Batang Kuis (dari Tahun 2010-2015) dapat dikategorikan menjadi
meningkat akibat adanya pembangunan Bandara Kuala Namu.
Bangunan adalah wujud fisik hasil pekerjaan konstruksi yang menyatu dengan
tempat kedudukan baik yang diatas, di bawah tanah dan/atau di air. Bangunan
mempunyai bermacam-macam fungsi sesuai peruntukannya. Setiap bangunan
memiliki fungsi yang berbeda-beda, meliputi fungsi hunian, keagamaan, usaha, sosial
budaya serta fungsi khusus.
Universitas Sumatera Utara
60
Dari penjabaran diatas dapat diketahui bahwa bangunan menampung kegiatan
fungsi-fungsi tertentu dan apabila suatu permukiman dan permukiman berkembang
yang diiringi perkembangan aktivitas yang terjadi, maka keberadaan bangunan akan
mengalami peningkatan jumlah demi memenuhi penyediaan ruang aktivitas.
Berkembangnya suatu permukiman dapat dilihat dari ciri-ciri fisik
perkembangan permukiman yang dapat diamati secara langsung (Branch, 1996).
Di Kecamatan Batang Kuis sendiri sejak keberadaan Bandara Kuala Namu
perkembangan Bandara Kuala Namu meningkat. Hal tersebut terlihat dari banyaknya
perkembangan permukiman yang dilihat dari ciri-ciri fisik dan dilihat langsung
seperti pembangunan permukiman-permukiman baik itu oleh pengembang maupun
masyarakat. Selain itu juga dapat dilihat dari perubahan penggunaan lahan yang
awalnya pertanian menjadi kawasan permukiman.
Dari Gambar 5.9 dan 5.10 terlihat perkembangan pembangunan permukiman
berdasarkan jumlah yang telah dibangun dari Tahun 2010 meningkat hingga Tahun
2015. Pada Tahun 2010 terdapat 99 unit rumah, Tahun 2011 sebanyak 318 unit,
Tahun 2012 sebanyak 272 unit, Tahun 2013 sebanyak 81 unit, Tahun 2014 sebanyak
219 unit dan Tahun 2015 sebanyak 175 unit.
Gambar 5.9 Grafik Perkembangan Permukiman
Universitas Sumatera Utara
61
TAHUN 2010
TAHUN 2016
Gambar 5.10 Peta Penggunaan Lahan Untuk Permukiman dari Tahun 2010-2015
(Bappeda Kabupaten Deli Serdang dan Survey Lapangan, 2016)
Universitas Sumatera Utara
62
Menurut hasil survey terhadap 346 responden, sebanyak 178 responden (51%)
menyatakan bahwa pembangunan permukiman di Kecamatan Batangkuis terencana
dengan baik, dan sebanyak 168 responden (49%) menyatakan tidak terencana dengan
baik dikarenakan masih adanya bangunan yang tidak sesuai penempatan lokasinya
dan tidak memiliki izin. Kemungkinan jangkauan pengawasan pembangunan kota
belum sampai ke seluruh penjuru kota sehingga banyak menimbulkan munculnya
bangunan yang tidak memiliki izin dan tidak sesuai dengan rencana kota.
Selain itu lemahnya penerapan/penegakan aturan ataupun regulasi yang terkait
dengan pelaksanaan banguna gedung terutama yang terkait kepada pelaksanaan
pembangunan perumahan dan permukiman termasuk juga pada sistem pengawasan
dan evaluasi di lapangan telah menyebabkan proses pembangunan bangunan gedung
di kecamatan Batang Kuis menjadi tidak berizin, liar dan tidak terkendali.
5.3.2
Ketersediaan fasilitas sosial dan ekonomi
Berdasarkan survey lapangan, sebanyak 87 responden (25%) menyatakan
bahwa ketersediaan fasilitas sosial dan ekonomi di Kecamatan Batang Kuis sangat
meningkat, 137 responden (40%) menyatakan meningkat, 68 responden (20%)
menyatakan cukup meningkat, 42 responden (12%) menyatakan kurang meningkat
dan 12 responden (3%) menyatakan tidak meningkat (Tabel 5.9, Gambar 5.11 dan
5.12).
Universitas Sumatera Utara
63
Tabel 5.9 Tanggapan Responden Terhadap Ketersediaan Fasilitas Sosial dan
Ekonomi
No
1
2
3
4
5
Tanggapan Responden
Sangat meningkat
Meningkat
Cukup meningkat
Kurang meningkat
Tidak meningkat
Jumlah
Jumlah
Presentase (%)
87
137
68
42
12
346
25%
40%
20%
12%
3%
100%
Gambar 5.11 Diagram Ketersediaan Fasilitas Sosial dan Ekonomi
Gambar 5.12 Peta Ketersediaan Fasilitas Sosial dan Ekonomi
Universitas Sumatera Utara
64
Dengan adanya Bandara Kuala Namu, ketersediaan fasilitas sosial dan
ekonomi di Kecamatan Batang Kuis meningkat. Hal tersebut terlihat di Kecamatan
Batang Kuis ini terdapat perkembangan fasilitas pusat pertokoan, fasilitas pendidikan,
fasilitas kesehatan, dan fasilitas peribadatan. Pembangunan dan kompleksitas
aktivitas dalam suatu lingkungan permukiman dan permukiman akan mempengaruhi
kondisi sarana prasarana (Budiharjo, 1992).
Dengan
begitu
permukiman
dan
aktivitas
yang
berkembang
akan
mempengaruhi kondisi sarana prasarana permukiman secara kualitas dan kuantitas.
Salah satu ciri perkembangan fisik permukiman dan permukiman adalah semakin
lengkapnya fasilitas pendukung ekonomi dan social (Branch, 1996).
5.3.3
Aksesibilitas
Berdasarkan survey lapangan, sebanyak 89 responden (26%) menyatakan
bahwa aksesibilitas di Kecamatan Batang Kuis sejak adanya Bandara Kuala Namu
sangat baik, 121 responden (35%) menyatakan baik, 100 responden (29%)
menyatakan cukup baik, 31 responden (9%) menyatakan kurang baik dan 5
responden (1%) menyatakan tidak baik (Tabel 5.10, Gambar 5.13 dan 5.14).
Tabel 5.10 Tanggapan Responden Terhadap Aksesibilitas
No
1
2
3
4
5
Tanggapan Responden
Sangat baik
Baik
Cukup baik
Kurang baik
Tidak baik
Jumlah
Jumlah
89
121
100
31
5
346
Presentase (%)
26%
35%
29%
9%
1%
100%
Universitas Sumatera Utara
65
Gambar 5.13 Diagram Aksesibilitas di Kecamatan Batang Kuis Sejak Adanya
Bandara Kuala Namu
Gambar 5.14 Aksesibilitas di Kecamatan Batang Kuis
Berdasarkan Tabel 5.10 dan Gambar 5.13 terlihat bahwa dengan adanya
Bandara Kuala Namu, aksesibilitas di Kecamatan Batang Kuis baik. Hal tersebut
terlihat dari kondisi jalan dan jenis transportasi menuju Bandara Kuala Namu yang
baik dan mudah dijangkau. Secara keseluruhan perkembangan pada kawasan
permukiman berjalan dan berkembang secara dinamis dan natural terhadap alam, dan
dipengaruhi oleh faktor fisik kota yaitu pusat kegiatan sebagai pusat-pusat
pertumbuhan kota dan jaringan transportasi sebagai aksesibilitas kemudahan
pencapaian.
Perkembangan permukiman kekotaan dipicu oleh dua peristiwa utama yang
mewarnai perkembangan peradaban manusia yaitu peristiwa revolusi pertanian dan
revolusi industry (Clark, 1982). Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi
Universitas Sumatera Utara
66
perkembangan adalah perkembangan sosial ekonomi, perkembangan industri dan
aksesibilitas.
5.3.4
Prasarana lingkungan/utilitas
Berdasarkan survey lapangan, sebanyak 43 responden (12%) menyatakan
bahwa prasarana lingkungan/utilitas di Kecamatan Batang Kuis sejak adanya Bandara
Kuala Namu sangat baik, 121 responden (35%) menyatakan baik, 155 responden
(45%) menyatakan cukup baik, 23 responden (7%) menyatakan kurang baik dan 4
responden (1%) menyatakan tidak baik (Tabel 5.11, Gambar 5.15 dan 5.16).
Tabel 5.11 Tanggapan Responden Terhadap Prasarana Lingkungan/Utilitas
No
1
2
3
4
5
Tanggapan Responden
Sangat baik
Baik
Cukup baik
Kurang baik
Tidak baik
Jumlah
Jumlah
43
121
155
23
4
346
Presentase (%)
12%
35%
45%
7%
1%
100%
Gambar 5.15 Diagram Prasarana Lingkungan/Utilitas di Kecamatan Batang Kuis
Gambar 5.16 Prasarana Lingkungan/Utilitas di Kecamatan Batang Kuis
Universitas Sumatera Utara
67
Berdasarkan Tabel 5.11 dan Gambar 5.15 terlihat bahwa dengan adanya
Bandara Kuala Namu, prasarana lingkungan/utilitas di Kecamatan Batang Kuis baik.
Pembangunan dan kompleksitas aktivitas dalam suatu lingkungan permukiman dan
permukiman akan mempengaruhi kondisi sarana prasarana (Budiharjo, 1992).
Dengan begitu permukiman dan aktivitas yang berkembang akan mempengaruhi
kondisi sarana prasarana permukiman secara kualitas dan kuantitas.
5.4
Analisa Pengaruh Keberadaan Bandara Kuala Namu Terhadap
Perkembangan Permukiman
Dalam analisa ini dilakukan untuk melihat pengaruh keberadaan Bandara
Kuala Namu terhadap perkembangan permukiman di Kecamatan Batangkuis.
Perkembangan permukiman dapat dilihat dari banyaknya penggunaan lahan untuk
permukiman, ketersediaan fasilitas sosial dan ekonomi, aksesibilitas dan prasarana
lingkungan/utilitas, Adapun analisis ini dilakukan dengan menggunakan analisa
kualitatif.
5.4.1
Pengaruh keberadaan Bandara Kuala Namu terhadap penggunaan lahan untuk
permukiman
Pengaruh keberadaan Bandara Kuala Namu terhadap penggunaan lahan
permukiman terlihat dari adanya alih fungsi lahan dari pertanian menjadi
permukiman, perdagangan dan jasa serta fasilitas sosial.
Pembangunan dan aktivitas yang terjadi pada suatu kawasan akan
menyebabkan perubahan penggunaan lahan di kawasan tersebut (Yunus, 2000). Hal
ini menunjukan faktor aktivitas manusia sangat mempengaruhi perubahan
Universitas Sumatera Utara
68
penggunaan lahan. Kebutuhan dan aktivitas manusia menyebabkan tuntutan
kebutuhan lahan semakin tinggi untuk memenuhi kebutuhan dan aktivitasnya
tersebut. Kebutuhan bermukim manusia yang semakin banyak menuntut penyediaan
lahan untuk permukiman semakin banyak pula, maka terjadi perubahan penggunaan
lahan untuk permukiman. Berkembangnya suatu permukiman dapat dilihat dari ciriciri fisik perkembangan permukiman yang dapat diamati secara langsung (Branch,
1996). Perkembangan fisik kawasan tersebut ditandai dengan penduduk bertambah
dan membuat kawasan tersebut semakin padat serta bangunan-bangunan semakin
banyak dan rapat.
Pada Gambar 5.17 dan 5.18 menunjukkan bahwa peningkatan penggunaan
lahan permukiman di Kecamatan Batang Kuis berada pada desa yang berada dekat
dengan Bandara Kuala Namu, yaitu Desa Batang Kuis Pekan, Tumpatan Nibung,
Paya Gambar, Tanjung Sari, Baru dan Desa Sena. Adapun peningkatan penggunaan
lahan permukiman Tahun 2016 antara lain di Desa Paya Gambar sebanyak 309 unit,
Desa Batang Kuis Pekan sebanyak 549 unit, Desa Tumpatan Nibung sebanyak 112
unit, Desa Tanjung Sari sebanyak 79 unit, Desa Baru sebanyak 40 unit dan Desa Sena
sebanyak 19 unit.
Gambar 5.17 Grafik Desa yang Mengalami Peningkatan Pembangunan Permukiman
Universitas Sumatera Utara
69
KEYPLAN
Gambar 5.18 Desa yang Mengalami Peningkatan Pembangunan Permukiman di
Kecamatan Batangkuis
Universitas Sumatera Utara
70
5.4.2 Pengaruh keberadaan bandara terhadap kelengkapan fasilitas sosial dan
ekonomi
Keberadaan Bandara Kuala Namu memberi pengaruh terhadap ketersediaan
fasilitas sosial dan ekonomi. Hal tersebut terlihat dari semakin banyaknya
pembangunan fasilitas sosial dan ekonomi terutama untuk fasilitas perekonomian
yaitu kawasan perdagangan dan jasa (Gambar 5.19).
Gambar 5.19 Peningkatan Fasilitas Sosial dan Ekonomi di Kecamatan Batang Kuis
Berkembangnya suatu permukiman dapat dilihat dari ciri-ciri fisik
perkembangan permukiman yang dapat diamati secara langsung (Branch, 1996).
Perkembangan fisik kawasan tersebut ditandai dengan penduduk bertambah dan
Universitas Sumatera Utara
71
membuat kawasan tersebut semakin padat; bangunan-bangunan semakin banyak dan
rapat; semakin lengkapnya fasilitas yang mendukung kegiatan sosial ekonomi
5.4.3 Pengaruh keberadaan Bandara terhadap aksesibilitas
Secara keseluruhan perkembangan dan perubahan pada kawasan permukiman
dan perkotaan berjalan dan berkembang di Kecamatan Batang Kuis secara dinamis
dan natural terhadap alam, dan dipengaruhi oleh faktor manusia (kebutuhan manusia
akan tempat tinggal, potensi manusia, finansial, sosial budaya serta teknologi), faktor
fisik kota (pusat kegiatan sebagai pusat-pusat pertumbuhan kota dan jaringan
transportasi sebagai aksesibilitas kemudahan pencapaian), dan faktor bentang alam
(kemiringan lereng dan ketinggian lahan).
Aksesibilitas adalah kemudahan mencapai kota tersebut dari kota atau wilayah
lain yang berdekatan (Tarigan Robinson, 2004). Aksesibilitas suatu tempat perlu
memperhatikan kemudahan dari transportasi yang baik ke tempat-tempat tertentu.
Aksesibilitas suatu tempat dapat memudahkan hubungan satu tempat dengan lainnya
yang didukung oleh transportasi.
Aksesibilitas di Kecamatan Batang Kuis akibat keberadaan Bandara Kuala
Namu terlihat dari jalan menuju Bandara Kuala Namu dalam kondisi baik dan telah
mengalami peningkatan. Selain akses menuju bandara yang mudah, akses menuju
permukiman telah mengalami perbaikan sejak adanya Bandara Kuala Namu (Gambar
5.20).
Universitas Sumatera Utara
72
Gambar 5.20 Akses Transportasi di Kecamatan Batang Kuis
5.4.4 Pengaruh keberadaan Bandara terhadap prasarana lingkungan/utilitas
Pengaruh keberadaan Bandara Kuala Namu terhadap prasarana lingkungan di
Kecamatan Batang Kuis terlihat dari adanya perbaikan prasarana lingkungan yaitu
drainase di sepanjang jalan menuju Bandara dan drainase di kawasan permukiman
dan permukiman (Gambar 5.21).
Gambar 5.21 Prasarana Lingkungan di Kecamatan Batang Kuis
Universitas Sumatera Utara
73
Hal-hal yang mempengaruhi dalam perkembangan permukiman adalah
pewilayahan (zoning); utilitas (utilities); faktor-faktor teknis (technical factors);
lokasi (locations); estetika (aesthetics); kom