Pengaruh Keberadaan Bandara Kualanamu Terhadap Perkembangan Permukiman Di Kawasan Kecamatan Batangkuis

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1.

Bandar Udara
Transportasi adalah kegiatan untuk memindahkan, menggerakkan, atau

mengalihkan objek, baik itu barang maupun manusia, dari tempat asal ke tempat
tujuan (Miro, 2002).
Prasarana transportasi mempunyai dua peran utama, yaitu: (1) sebagai alat
bantu untuk mengarahkan pembangunan di daerah perkotaan; dan (2) sebagai
prasarana bagi pergerakan manusia dan/atau barang yang timbul akibat adanya
kegiatan di daerah perkotaan tersebut (Tamin, 2000).
Sifat jasa, operasi dan biaya membedakan alat transportasi menjadi angkutan
kereta api, angkutan motor dan jalan raya, angkutan laut, angkutan udara, dan
angkutan pipa. Setiap jenis angkutan tersebut memiliki keunggulan dan karakteristik
masing-masing (Nasution Nur, 1996).
Transportasi udara merupakan kegiatan dengan menggunakan pesawat udara
yang memiliki keistimewaan dapat membuat interaksi atau memindahkan dari suatu
tempat ke tempat lain dengan relatif waktu lebih cepat pencapaiannya dan juga

mampu melintasi rintangan alam yang tidak teratasi oleh transportasi lainnya. Seperti
transportasi pada umumnya, transportasi udara mempunyai fungsi ganda yaitu
sebagai unsur penunjang dan unsur pendorong. Peran transportasi sebagai penunjang
dapat dilihat pada kemampuannya menyediakan jasa transportasi yang efektif dan

11
Universitas Sumatera Utara

12

efisien untuk memenuhi kebutuhan sektor lainnya, sekaligus juga berperan dalam
menggerakkan dinamika pembangunan. Sedangkan sebagai unsur pendorong,
transportasi udara juga sudah terbukti mampu menjadi jasa transportasi yang efektif
untuk membuka daerah terisolasi dan juga melayani daerah-daerah terpencil.
Keberadaan infrastruktur memberikan dampak yang sangat besar bagi
kehidupan masyarakat, pola pertumbuhan dan prospek perkembangan ekonomi suatu
kota. Keberadaan suatu transportasi secara umum memiliki pengaruh antara lain
perubahan penggunaan lahan penyebaran dan kepadatan penduduk, harga lahan,
tingginya mobilitas penduduk, pembangunan berbagai fasilitas fisik dan perubahan
sosial budaya masyarakat (Catanese dan Snyder, 1979).

2.1.1

Peran bandar udara
Direktorat Jenderal Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan Republik

Indonesia mengatakan bandar udara memiliki peran antara lain sebagai berikut:
1. Simpul dalam jaringan transportasi udara yang digambarkan sebagai titik
lokasi bandar udara yang menjadi pertemuan beberapa jaringan dan rute
penerbangan sesuai hirarki bandar udara;
2. Pintu

gerbang

kegiatan

perekonomian

dalam

upaya


pemerataan

pembangunan, pertumbuhan dan stabilitas ekonomi serta keselarasan
pembangunan nasional dan pembangunan daerah yang digambarkan
sebagai lokasi dan wilayah di sekitar bandar udara yang menjadi pintu
masuk dan keluar kegiatan perekonomian;

Universitas Sumatera Utara

13

3. Tempat kegiatan alih moda transportasi dalam bentuk inter koneksi antar
moda pada simpul transportasi guna memenuhi tuntutan peningkatan
kualitas pelayanan terpadu dan berkesinambungan yang digambarkan
sebagai tempat perpindahan moda transportasi udara ke moda transportasi
lain atau sebaliknya;
4. Pendorong dan penunjang kegiatan industri, perdagangan dan/atau
pariwisata dalam menggerakan dinamika pembangunan nasional serta
keterpaduan dengan sektor pembangunan lainnya, digambarkan sebagai

lokasi bandar udara yang memudahkan transportasi udara pada wilayah di
sekitarnya;
5. Pembuka isolasi daerah, digambarkan dengan lokasi bandar udara yang
dapat membuka daerah terisolir karena kondisi geografis dan/atau karena
sulitnya moda transportasi lain;
6. Pengembangan daerah perbatasan, digambarkan dengan lokasi bandar
udara yang memperhatikan tingkat prioritas pengembangan daerah
perbatasan Negara Kesatuan Republik Indonesia di Kepulauan dan/atau di
daratan;
7. Penanganan bencana, digambarkan dengan lokasi bandar udara yang
memperhatikan kemudahan transportasi udara untuk penanganan bencana
alam pada wilayah sekitarnya;
8. Prasarana memperkokoh Wawasan Nusantara dan kedaulatan negara,
digambarkan dengan titik-titik lokasi bandar udara yang dihubungkan

Universitas Sumatera Utara

14

dengan jaringan dan rute penerbangan yang mempersatukan wilayah dan

kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
2.1.2

Pengaruh pembangunan bandar udara
Pembangunan bandar udara tentunya akan memiliki keterkaitan tentang

perkiraan terhadap perubahan yang terjadi di kawasan sekitar bandara. Pembangunan
bandara akan memicu terjadi tumbuhnya aktivitas baru lainnya disekitar kawasan
bandara karena juga dipengaruhi oleh adanya pola permintaan yang akan terjadi di
masa yang akan datang. Pembangunan Bandara adalah upaya penyediaan dan
peningkatan sarana dan prasarana transportasi udara yang efektif dan efisien yakni
guna meningkatkan kelancaran arus manusia, barang dan jasa, serta membantu
terbentuknya pola distribusi jasa transportasi udara yang merata ke seluruh wilayah
tanah air (Adiasasmita, 2012). Adapun pengaruh dari adanya pembangunan bandara
antara lain sebagai berikut:
1. Pengaruh Ekonomi
Pembangunan bandara akan memberikan pengaruh terhadap perubahan
dalam aspek ekonomi. Perubahan yang terjadi akan memberikan
perkembangan terhadap sektor-sektor lainnya seperti perdagangan dan
jasa, industri, dan kegiatan ekonomi lainnya. Kegiatan ini akan membawa

pengaruh positif, misalnya terjadi peningkatan negosiasi dan perjanjian
perdagangan, pengiriman barang-barang perdagangan, dan akan diikuti
oleh peningkatan kegiatan produktif dalam sektor-sektor primer

Universitas Sumatera Utara

15

(pertanian), sekunder (industri), dan tersier atau jasa (perdagangan,
perbankan dan lainnya). Peningkatan kegiatan produktif akan mendorong
peningkatan perekonomian, baik nasional maupun regional dan lokal
(Adiasasmita, 2012).
2. Pengaruh Sosial
Pembangunan bandara juga akan memberikan pengaruh sosial terhadap
kehidupan masyarakat sekitarnya, yakni ditandai dengan bertambahnya
mobilitas penduduk suatu wilayah. Meningkatnya mobilitas penduduk
akan mendorong masyarakat untuk berwawasan lebih luas dan memiliki
pola pikir maju. Selain itu, juga terjadi peningkatan terhadap jaringan
sosial masyarakat, dengan meningkatnya pelayanan transportasi udara
yang semakin luas dan lancar, akan menciptakan terjalinnya jaringan

sosial antar penduduk dan antar lembaga diantara berbagai daerah makin
kuat dan intensif. Jaringan sosial yang semakin luas, berarti interaksi
sosial semakin luas pula (Adiasasmita, 2012).
3. Pengaruh Kewilayahan
Pengaruh yang ditimbulkan dengan adanya pembangunan bandara di
suatu wilayah akan memberikan pengaruh yang dinamis terhadap
perkembangan wilayah tersebut. Salah satunya yaitu dapat terciptanya
interaksi pembangunan antar wilayah yang saling membutuhkan dan
menunjang kemajuan satu sama lain. Peningkatan perekonomian wilayah
ini akan berdampak positif juga terhadap kesejahteraan masyarakat yang

Universitas Sumatera Utara

16

didukung dengan terciptanya lapangan pekerjaan baru bagi masyarakat,
meningkatnya pendapatan masyarakat, serta dapat mewujudkan stabilitas
harga yang sehat. Hal tersebut pun akan membantu terciptanya pola
distribusi


nasional

yang

baik

dan

dinamis,

seta

mendukung

pengembangan wilayah dalam kehidupan masyarakat dimasa yang akan
datang (Adiasasmita, 2012).

2.2.

Perumahan dan Permukiman

Hierarki kebutuhan manusia terhadap pemenuhan hunian yang terdiri dari:

survival needs, safety and security needs, affliation needs, estem needs, cognitive and
aesthetic needs (Sastra dan Marlina, 2006). Teori ini menjelaskan terdapat tahapan
dalam memenuhi kebutuhan manusia. Setelah kebutuhan jasmani manusia terpenuhi,
maka tempat berlindung atau rumah menjadi kebutuhan yang dipenuhi manusia
sebagai motivasi pengembangan diri ke arah kehidupan yang lebih baik. Rumah
tidak hanya berfungsi sebagai tempat berlindung dari panas dan hujan, namun rumah
telah memberikan ketenangan, kesenangan dan kenangan atas segala peristiwa dalam
kehidupan. Hal tersebut seide dengan adanya perbedaan antara rumah sebagai fisik
bangunan dan rumah sebagai ruang hidup.
Pasal 1 mendefinisikan perumahan adalah kumpulan rumah Undang–Undang
Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2011 Tentang Perumahan Dan Kawasan
Permukiman sebagai bagian dari permukiman, baik perkotaan maupun perdesaan,
yang dilengkapi dengan prasarana, sarana dan utilitas umum sebagai hasil upaya

Universitas Sumatera Utara

17


pemenuhan rumah yang layak huni. Sedangkan permukiman adalah bagian dari
lingkungan hunian yang terdiri atas lebih dari satu satuan perumahan yang
mempunyai prasarana, sarana, utilitas umum, serta mempunyai penunjang kegiatan
fungsi lain dikawasan perkotaan atau kawasan perdesaan.
Permukiman adalah penataan kawasan yang dibuat oleh manusia yang
tujuannya untuk mempertahankan hidup secara lebih mudah dan lebih aman, dan
mengandung kesempatan untuk pembangunan manusia seutuhnya. Pengertian
permukiman juga dapat dirumuskan sebagai suatu kawasan perumahan yang ditata
secara fungsional sebagai satuan sosial, ekonomi, dan fisik tata ruang, dilengkapi
dengan prasarana lingkungan, sarana umum, dan fasilitas sosial. Permukiman atau
perumahan akan berjalan dengan baik jika terkait dengan beberapa unsur, yaitu
nature (alam), man (manusia), society (kehidupan sosial), shell (ruang), dan networks
(hubungan) (Doxiadis, 1974).
Perumahan merupakan tempat tiap individu yang ada saling berinteraksi dan
mempengaruhi satu sama lain serta memiliki sense of belonging atas lingkungan
tempat tinggalnya. Perumahan juga dapat diartikan sebagai suatu cerminan dan
pengejawantahan dari diri pribadi manusia, baik secara perorangan maupun dalam
suatu kesatuan dan kebersamaan dengan lingkungan alamnya dan dapat juga
mencerminkan taraf hidup, kesejahteraan, kepribadian, dan peradaban manusia
penghuninya, masyarakat ataupun suatu bangsa.

Permukiman adalah bagian dari lingkungan hidup di luar kawasan lindung,
dapat merupakan kawasan perkotaan dan perdesaan, berfungsi sebagai lingkungan

Universitas Sumatera Utara

18

tempat tinggal/hunian dan tempat kegiatan yang mendukung perikehidupan dan
penghidupan (Kuswartojo dan Rosnarti, 2005).
Permukiman sebagai bagian permukaan bumi yang dihuni manusia meliputi
pula segala sarana dan prasarana yang menunjang kehidupan penduduk yang menjadi
satu kesatuan dengan tempat tinggal yang bersangkutan (Sumaatmadja, 1981).

2.3

Perkembangan Perumahan
Dalam kaitannya dengan persebaran penduduk dengan tumbuhnya perumahan

dan permukiman baik di perkotaan maupun di perdesaan yang relatif datar akan
membentuk pola-pola tersendiri yang secara keseluruhan dipengaruhi oleh posisinya
secara geografis dan karakteristik tempatnya (Branch, 1996). Hal ini mencerminkan
bahwa kondisi topografi yang relatif datar di wilayah penelitian merupakan modal
dasar dari pertumbuhan perumahan dan permukiman.
Hal-hal yang mempengaruhi dalam perkembangan perumahan adalah
pewilayahan (zoning); utilitas (utilities); faktor-faktor teknis (technical factors);
lokasi (locations); estetika (aesthetics); komunitas (community); pelayanan kota (city
services); dan biaya (costs), (Catanese dan Snyder, 1979).
Perkembangan perumahan kekotaan dipicu oleh dua peristiwa utama yang
mewarnai perkembangan peradaban manusia yaitu peristiwa revolusi pertanian dan
revolusi industri. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan adalah
perkembangan

sosial

ekonomi,

perkembangan

industri

dan

perkembangan

transportasi (Clark, 1982).

Universitas Sumatera Utara

19

Dalam perkembangan perumahan ada 3 (tiga) faktor yang berpengaruh.
Faktor-faktor tersebut antara lain: (1) Kependudukan; (2) Pertanahan; (3) Pembiayaan
dan Dana (Peraturan Perundang-undangan Departemen Pekerjaan Umum, 1994).
Selama kebijaksanaan tentang lokasi perumahan belum ditegakkan secara mapan,
maka perkembangan lokasi perumahan, termasuk sarana dan prasarananya akan
cenderung berjalan masing-masing tanpa keterpaduan yang harmonis dengan elemen
lainnya. Dengan bermunculannya pengembang yang semakin banyak, telah
mendorong perkembangan lokasi-lokasi perumahan baru tumbuh secara acak.
Penghuni pemukiman dalam melakukan berbagai kegiatan dipengaruhi oleh
kondisi sosial, ekonomi dan budayanya. Sehingga dari kedua unsur tersebut yang
akan mempengaruhi menjadi faktor-faktor yang menjadi landasan perkembangan
perumahan dan permukiman (Sumaatmadja Nursid, 1981) antara lain:
1.

Faktor fisik alamiah
Faktor fisik akan mempengaruhi perkembangan perumahan dan
permukiman karena keberadan rumah dan pemukiman tidak akan lepas
dari kondisi lahan yang ditempatinya, meliputi keadaan tanah, keadaan
hidrografi, iklim, morfologi, sumber daya alam. Faktor-faktor ini
membentuk pola perluasan pemukiman dan bentuk pemukimannya.

2.

Faktor sosial
Karakter dan kondisi sosial penduduk dipengaruhi oleh lingkungan di
sekitarnya. Penduduk perkampungan memiliki rasa kebersamaan cukup
tinggi.

Universitas Sumatera Utara

20

3.

Faktor budaya
Pola hidup yang menjadi kebiasaan di kampung-kampung yang masih
terbawa dalam lingkungan kehidupan kota diantaranya dalam menjaga
kesehatan lingkungan dan kebersihan.

4.

Faktor ekonomi
Kemampuan penduduk untuk memiliki tempat tinggal dipengaruhi oleh
harga lahan, kemampuan daya beli, lapangan penghidupan dan
transportasi.

5.

Faktor politis
Kondisi politik suatu negara mempengaruhi pertumbuhan pemukiman
karena keadaan pemerintahan dan kenegaraan yang stabil dilengkapi
dengan peraturan serta kebijaksanaan pemerintahnya akan menciptakan
suasana yang aman dan situasi menguntungkan untuk membangun.

Berkembangnya

suatu

perumahan

dapat

dilihat

dari

ciri-ciri

fisik

perkembangan perumahan yang dapat diamati secara langsung (Branch, 1996).
Perkembangan fisik kawasan tersebut ditandai dengan penduduk bertambah
dan membuat kawasan tersebut semakin padat, bangunan-bangunan semakin banyak
dan rapat, luasan lahan peruntukan perumahan yang semakin luas, serta semakin
lengkapnya fasilitas yang mendukung kegiatan sosial ekonomi

Universitas Sumatera Utara

21

2.3.1 Penggunaan lahan untuk perumahan dan permukiman
Pembangunan dan aktivitas yang terjadi pada suatu kawasan akan
menyebabkan perubahan penggunaan lahan di kawasan tersebut (Yunus, 2000). Hal
ini menunjukan faktor aktivitas manusia sangat mempengaruhi perubahan
penggunaan lahan. Kebutuhan dan aktivitas manusia menyebabkan tuntutan
kebutuhan lahan semakin tinggi untuk memenuhi kebutuhan dan aktivitasnya
tersebut. Kebutuhan bermukim manusia yang semakin banyak menuntut penyediaan
lahan untuk perumahan semakin banyak pula, maka terjadi perubahan penggunaan
lahan untuk perumahan.
Perubahan guna lahan adalah alih fungsi atau mutasi lahan secara umum
menyangkut tranformasi dalam pengalokasian sumber daya lahan dari satu
penggunaan ke penggunaan lain (Tjahjati, 1997).
Secara keseluruhan perkembangan dan perubahan pola tata guna lahan pada
kawasan permukiman dan perkotaan berjalan dan berkembang secara dinamis dan
natural terhadap alam, dan dipengaruhi oleh faktor manusia (kebutuhan manusia akan
tempat tinggal, potensi manusia, finansial, sosial budaya serta teknologi), Faktor fisik
kota (pusat kegiatan sebagai pusat-pusat pertumbuhan kota dan jaringan transportasi
sebagai aksesibilitas kemudahan pencapaian), dan Faktor bentang alam (kemiringan
lereng dan ketinggian lahan).

Universitas Sumatera Utara

22

2.3.2

Ketersediaan sarana dan prasarana
Perumahan juga harus disediakan sarana–sarana seperti sarana pendidikan,

kesehatan, peribadatan, perbelanjaan, rekreasi, dan lainnya yang tidak dapat
dipisahkan dari kehidupan penduduk.
Hal-hal yang sering terabaikan padahal sangat penting artinya bagi kelayakan
hidup manusia penghuni lingkungan perumahan adalah sarana dan prasarana
(Budiharjo, 1992), yang meliputi:
1.

Pelayanan sosial (social services), seperti sekolah, klinik, puskesmas,
rumah sakit yang pada umumnya disediakan oleh pemerintah.

2.

Fasilitas

sosial

persemayaman,

(social

facilities),

seperti

tempat

gedung

pertemuan,

lapangan

peribadatan,

olahraga,

tempat

bermain/ruang terbuka, pertokoan, pasar, warung, kaki lima dan
sebagainya.
3.

Prasarana lingkungan meliputi jalan dan jembatan, air bersih, jaringan
listrik, jaringan telepon, jaringan air kotor dan persampahan.

Dalam sebuah lingkungan perumahan harus disediakan prasarana untuk
memberikan kemudahan (Sastra dan Marlina, 2006).
Pembangunan dan kompleksitas aktivitas dalam suatu lingkungan perumahan
dan permukiman akan mempengaruhi kondisi sarana prasarana (Budiharjo, 1992).
Dengan begitu perumahan dan aktivitas yang berkembang akan mempengaruhi
kondisi sarana prasarana perumahan secara kualitas dan kuantitas. Salah satu ciri

Universitas Sumatera Utara

23

perkembangan fisik perumahan dan permukiman adalah semakin lengkapnya fasilitas
pendukung ekonomi dan sosial.
2.3.3

Aksesibilitas
Aksesibilitas merupakan suatu ukuran kenyamanan atau kemudahan

pencapaian lokasi dan hubungannya satu sama lain, mudah atau sulitnya lokasi
tersebut dicapai melalui transportasi (Black, 1981).
Aksesibilitas adalah ukuran kemudahan yang meliputi waktu, biaya, dan
usaha dalam melakukan perpindahan antara tempat-tempat atau kawasan dari sebuah
sistem (Magribi, 1999).
Aksesibilitas adalah konsep yang luas dan fleksibel. mengatakan aksesibilitas
adalah masalah waktu dan juga tergantung pada daya tarik dan identitas rute
perjalanan (Lynch, 1960)
Aksesibilitas adalah kemudahan mencapai kota tersebut dari kota atau wilayah
lain yang berdekatan (Tarigan Robinson, 2004). Aksesibilitas suatu tempat perlu
memperhatikan kemudahan dari transportasi yang baik ke tempat-tempat tertentu.
Aksesibilitas suatu tempat dapat memudahkan hubungan satu tempat dengan lainnya
yang didukung oleh transportasi. Penghuni perumahan lebih tertarik dengan
aksesibilitas yang mudah menuju tempat kerja, sekolah, toko, pelayanan kesehatan
dan tempat rekreasi.
Indikator aksesibilitas secara sederhana dapat dinyatakan dengan jarak. Jika
suatu tempat berdekatan dengan tempat lainnya, dikatakan aksesibilitas antara kedua

Universitas Sumatera Utara

24

tempat tersebut tinggi. Sebaliknya jika berjauhan aksesibilitas antara keduanya
rendah. Selain jarak dan waktu, biaya juga merupakan beberapa indikator
aksesibilitas. Apabila antar kedua tempat memiliki waktu tempuh yang pendek maka
dapat dikatakan kedua tempat itu memiliki aksesibilitas yang tinggi. Biaya juga dapat
menunjukkan tingkat aksesibilitas. Biaya disini dapat merupakan biaya gabungan
yang menggabungkan waktu dan biaya sebagai ukuran untuk hubungan transportasi
(Tamin, 2000).

2.4

Rangkuman Literatur
Adapun rangkuman literatur dapat dengan jelas dilihat pada Tabel 2.1.
Tabel 2.1 Rangkuman Literatur

No
Sumber
Variabel
Hasil
Indikator
1 Catanese dan Keberadaan
Keberadaan
infrastruktur Keberadaan
Snyder, 1979 Bandara Kuala memberikan dampak yang Bandara Kuala
Namu
sangat besar bagi kehidupan Namu
masyarakat,
pola
pertumbuhan dan prospek
perkembangan
ekonomi
suatu kota. Keberadaan suatu
transportasi
memiliki
pengaruh
antara
lain
perubahan penggunaan lahan
penyebaran dan kepadatan
penduduk,
harga
lahan,
tingginya
mobilitas
penduduk,
pembangunan
berbagai fasilitas fisik dan
perubahan sosial budaya
masyarakat.
2

Adisasmita,
2012

Pembangunan
Bandara
memberikan pengaruh antara
lain
pengaruh
ekonomi,
pengaruh sosial dan pengaruh
kewilayahan

Universitas Sumatera Utara

25

Tabel 2.1 (Lanjutan)
No
Sumber
Variabel
3 Catanese dan Perkembangan
Snyder, 1979 Perumahan

4

Clark (1982),

5

Branch, 1996

6

Sastra
dan
Marlina, 2006

Hasil
Hal-hal yang mempengaruhi
dalam
perkembangan
perumahan
adalah
pewilayahan (zoning); utilitas
(utilities); faktor-faktor teknis
(technical factors); lokasi
(locations);
estetika
(aesthetics);
komunitas
(community); pelayanan kota
(city services); dan biaya
(costs)
faktor-faktor
yang
mempengaruhi
perkembangan
adalah
perkembangan
sosial
ekonomi,
perkembangan
industri dan perkembangan
transportasi.

Indikator
1. Penggunaan
Lahan
permukiman
2. Ketersediaan
fasilitas
sosial
dan
ekonomi
3. Aksesibilitas
4. Prasarana
lingkungan/
utilitas

Berkembangnya
suatu
perumahan dapat dilihat dari
ciri-ciri fisik perkembangan
perumahan
yang
dapat
diamati secara langsung
Perkembangan fisik kawasan
tersebut ditandai dengan
Penduduk bertambah dan
membuat kawasan tersebut
semakin padat, Bangunanbangunan semakin banyak
dan rapat, Luasan lahan
peruntukan perumahan yang
semakin
luas,
Semakin
lengkapnya fasilitas yang
mendukung kegiatan sosial
ekonomi
Sebuah
lingkungan
perumahan harus disediakan
prasarana untuk memberikan
kemudahan.

Universitas Sumatera Utara

26

Tabel 2.1 (Lanjutan)
No
Sumber
7 Budiharjo,
1992.

8

Black, 1981

9

Magribi, 1999

Variabel
Perkembangan
Perumahan

Hasil
Indikator
Pembangunan
dan 1. Penggunaan
kompleksitas aktivitas dalam
Lahan
suatu lingkungan perumahan
permukiman
dan
permukiman
akan 2. Ketersediaan
mempengaruhi
kondisi
fasilitas
sarana prasarana
sosial
dan
ekonomi
Aksesibilitas
merupakan
suatu ukuran kenyamanan 3. Aksesibilitas
atau kemudahan pencapaian 4. Prasarana
lingkungan/
lokasi dan hubungannya satu
utilitas
sama lain, mudah atau
sulitnya
lokasi
tersebut
dicapai melalui transportasi
Aksesibilitas adalah ukuran
kemudahan yang meliputi
waktu, biaya, dan usaha
dalam
melakukan
perpindahan antara tempattempat atau kawasan dari
sebuah sistem

Universitas Sumatera Utara