Perilaku Mahasiswa Program Profesi Ners Tahap Akhir di Fakultas Keperawatan USU

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Konsep Perilaku
2.1.1. Definisi Perilaku
Perilaku dari aspek biologis diartikan sebagai suatu kegiatan atau aktivitas
organisme atau makhluk hidup yang bersangkutan. Aktivitas tersebut ada yang dapat
diamati secara langsung dan tidak langsung (Kholid, 2012;Notoadmodjo, 1993). Menurut
Ensiklopedia Amerika, perilaku diartikan sebagai suatu aksi atau reaksi organisme
teradap lingkungannya. Robert Kwick (1974) menyatakan bahwa perilaku adalah
tindakan atau perbuatan suatu organisme yang dapat diamati dan bahkan dapat dipelajari.
Notoadmojo (2005) dalam Ahmad Kholid, 2012, mendefnisikan perilaku sebagai
respons atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Dengan demikian,
perilaku manusia terjadi melalui proses respons, sehingga teori ini disebut dengan teori
Organisme Stimulus “SOR”. Teori skinner menjelaskan ada dua jenis respos yaitu:
a. Respondent respons atau refleksi, yakni respons yang ditimbulkan oleh
rangsangan-rangsangan (stimulus) tertentu.
b. Operant respons atau instrumental respons, yakni respons yang timbul dan
berkembang kemudian diikuti oleh stimulus atau rangsangan yang lain.
Berdasarkan dari beberapa definisi diatas, dapat diuraikan bahwa perilaku adalah
keseluruhan (totalitas) pemahaman dan aktivitas seseorang yang merupakan hasil antara

faktor internal dan eksternal (Kholid, 2012).
2.1.2. Pengelompokan Perilaku
Berdasarkan teori SOR perilaku manusia dikelompokkan menjadi:
a. Perilaku tertutup (Covert behavior): Terjadi bila respons terhadap stimulus masih
belum bisa diamati oleh orang lain secara jelas.
b. Perilaku terbuka (Overt behaviour): Terjadi bila respons terhadap stimulus sudah
berupa tindakan, atau praktik dapat diamati oleh orang lain secara jelas.
Perilaku diartikan suatu respons organisme atau rangsangan dari luar, respons ini
terbagi dua macam:

Universitas Sumatera Utara

a. Bentuk pasif, adalah respons internal, yaitu yang terjadi di dalam diri manusia
dan tidak secara langsung dapat terlihat oleh orang lain.
b. Bentuk aktif, yaitu perilaku itu jelas dapat diobservasi secara langsung.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pengetahuan dan sikap merupakan
respons seseorang terhadap rangsangan yang masih bersifat tertutup, sedangkan
tindakan nyata seseorang merupakan respons seseorang terhadap rangsangan
yang masih bersifat terbuka (Ahmad Kholid, 2012).
2.1.3. Domain Perilaku

Bloom dalam Sunaryo (2013) mengunggkapkan bahwa perilaku manusia dapat
dibagi ke dalam tiga domain, yang terdiri dari domain kognitif, afektif, dan psikomotor.
Domain kognitif dapat diukur dari pengetahuan sedangkan domain afektif dapat diukur
dari sikap, sementara domain psikomotor dapat diukur dari keterampilan.
1. Pengetahuan (Kognitif)
Pengetahuan adalah hasil tahu yang terjadi melalui proses sensoris, khususnya
mata dan telinga terhadap objek tertentu. Pengetahuan merupakan domain yang sangat
penting untuk terbentuknya perilaku terbuka (Overt behavior).
Tingkatan pengetahuan dalam domain kognitif mencakup enam kategori, yaitu:
a. Tahu, merupakan tingkat pengetahuan paling rendah. Tahu artinya dapat
mengingat atau mengingat kembali suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya. Dinyatakan tahu apabila dapat menyebutkan, menguraikan,
mendefinisikan, dan menyatakan.
b. Pemahaman, artinya kemampuan individu untuk menjelaskan dan
menginterpretasikan objek yang diketahui dengan benar. Dinyatakan
paham apabila paham tentang sesuatu, harus dapat menjelaskan,
menyebutkan contoh, dan menyimpulkan.
c. Penerapan, yaitu kemampuan untuk menggunakan materi yang telah
dipelajari pada situasi dan kondisi nyata atau dapat menggunakan hukum,
rumus, dan metode dalam situasi nyata.

d. Analisa, merupakan kemampuan untuk menguraikan objek ke dalam
bagian-bagian lebih kecil, namun masih di dalam suatu struktur objek

Universitas Sumatera Utara

tersebut dan masih ada kaitannya satu dengan yang lain. Ukuran
kemampuannya dapat menjelaskan, membuat bagan, membedakan,
memisahkan, dan mengelompokkan suatu teori.
e. Sintesa, merupakan kemampuan untuk menghubungkan bagian-bagian
dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru atau kemampuan untuk
menyusun formulasi baru dari formulasi yang sudah ada. Ukuran
kemampuannya dapat menyusun, dapat meringkaskan, merencanakan,
dan menyesuaikan suatu teori atau rumusan yang telah ada.
f. Evaluasi, yaitu kemampuan untuk melakukan penilaian atau justifikasi
terhadap suatu objek. Evaluasi dapat menggunakan kriteria yang telah
ada atau disusun sendiri.
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan angket yang menanyakan
tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden. kedalam
pengetahuan yang ingin diketahui atau diukur dapat disesuaikan dengan tingkatantingkatan di atas (Arikunto, 2009).
Penilaian pengetahuan dapat dilihat dari setiap item pertanyaan yang akan

diberikan peneliti kepada responden. Menurut Arikunto dalam Machfoedz (2009),
kategori pengetahuan dapat ditentukan dengan kriteria :
a. Pengetahuan baik

: jika jawaban benar 76-100%

b. Pengetahuan cukup

: jika jawaban benar 56-75%

c. Pengetahuan kurang : jika jawaban benar ≤ 55 %

2. Sikap (Afektif)
Sikap adalah respons tertutup seseorang terhadap suatu stimulus atau objek, baik
yang bersifat intern maupun ekstern sehingga tidak dapat lansung dilihat, tapi dapat
ditafsirkan dari perilaku yang tertutup tersebut. Sikap secara realitas menunjukkan adanya
kesesuaian respons terhadap stimulus tertentu.
Tingkatan sikap dalam domain afektif mencakup lima kategori, yaitu:
a. Penerimaan, yaitu kemampuan untuk menunjukkan atensi dan
penghargaan terhadap orang lain. Ukuran kemampuannya dapat


Universitas Sumatera Utara

menanyakan, mengikuti, memberi, menahan / mengendalikan diri,
mengidentifikasi, memperhatikan, dan menjawab.
b. Responsif, yaitu kemampuan berpartisipasi aktif dalam pembelajaran dan
selalu termotivasi untuk segera bereaksi dan mengambil tindakan atas
suatu kejadian. Ukuran kemampuannya dapat menjawab, membantu,
mentaati, memenuhi, menyetujui, mendiskusikan, melakukan, memilih,
menyajikan, mempresentasikan, melaporkan, menceritakan, menulis,
menginterpretasikan, menyelesaikan, dan mempraktekkan.
c. Nilai diri, yaitu kemampuan menunjukkan nilai yang dianut untuk
membedakan mana yang baik dan kurang baik terhadap suatu
kejadian/objek, dan nilai tersebut diekspresikan dalam perilaku. Ukuran
perilakunya

dapat

menunjukkan,


mendemontrasikan,

memilih,

membedakan, mengikuti, meminta, memenuhi, menjelaskan, membentuk,
berinisiatif, melaksanakan, memprakasai, menjustifikasi, mengusulkan,
melaporkan,

menginterpretasikan,

membenarkan,

menolak,

menyatakan/mempertahankan pendapat.
d. Organisasi, Kemampuan membentuk sistem nilai dan budaya organisasi
dengan mengharmonisasikan perbedaan nilai yakni mentaati, mematuhi,
merancang,

mengatur,


mengorganisir,

mengidentifikasikan,

merumuskan,

menyamakan,

mengkombinasikan,
mempertahankan,

menghubungkan,

mengintegrasikan,

menjelaskan,

mengaitkan,


menggabungkan,

memperbaiki,

menyepakati,

menyusun,

menyempurnakan, menyatukan pendapat, menyesuaikan, melengkapi,
membandingkan, memodifikasi.

Universitas Sumatera Utara

e. Karakterisasi, Kemampuan mengendalikan perilaku berdasarkan nilai
yang dianut dan memperbaiki hubungan intrapersonal, interpersonal dan
sosial. Ukuran kemampuannya yaitu; dapat melakukan, melaksanakan,
memperlihatkan,
mempengaruhi,

membedakan,

mendengarkan,

memisahkan,
memodifikasi,

menunjukkan,
mempraktekkan,

mengusulkan, merevisi, membatasi, mempertanyakan, mempersoalkan,
menyatakan, bertindak, membuktikan, mempertimbangkan.
Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung ataupun tidak langsung.
Secara langsung dapat dinyatakan bagaimana pendapat atau pernyataan responden
terhadap suatu objek. Secara tidak langsung dapat dilakukan dengan pertanyaanpertanyaan hipotesis,kemudian ditanyakan pendapat responden (Notoatmodjo, 2010).
Hasil penjumlahan dari skor yang didapat dari jawaban responden tersebut
diubah kedalam data berupa sangat baik, baik, cukup baik, kurang baik dengan kriteria
sebagai berikut (Arikunto, 2009):
a. Sangat baik

: jika jawaban benar 80-100%


b. Baik

: jika jawaban benar 70-79%

c. Cukup baik

: jika jawaban benar 56-69%

d. Kurang baik

: jika jawaban ≤ 55 %

3. Keterampilan (Psikomotor)
Suatu sikap pada diri individu belum tentu terwujud dalam suatu tindakan. Agar
sikap dapat terwujud dalam perilaku nyata, diperlukan faktor pendukung dan fasilitas.
Ranah psikomotor dikenal sebagia ranah keterampilan. Pendidikan kesehatan
pada ranah ini meliputi penguasaan terhadap kemampuan motorik halus dan kasar denga
tingkat kompleksitas koordinasi neuromuskular semakin meningkat untuk melakukan
gerakan fisik, seperti berjalan, menulis, memegang alat-alat, atau melakukan suatu
prosedur. Berbeda dengan ranah afektif, keterampilan lebih mudah diidentifikasi dan

diukur karena keterampilan itu pada dasarnya mencakup kegiatan yang berorientasi pada
gerakan yang relatif mudah diamati.(Nurhidayah, 2010)
Tingkatan keterampilan dalam domain psikomotor mencakup tujuh kategori,
yaitu:

Universitas Sumatera Utara

a. Persepsi,

Kemampuan

menginterpretasikannya

menggunakan
dalam

saraf

sensori

dalam

memperkirakan

sesuatu.

Ukuran

kemampuannya, yaitu: dapat mendeteksi, mempersiapkan diri, memilih,
menghubungkan,

menggambarkan,

mengidentifikasi,

mengisolasi,

membedakan, dan menyeleksi.
b. Kesiapan, Kemampuan untuk mempersiapkan diri, baik mental, fisik, dan
emosi, dalam menghadapi sesuatu. Ukuran kemampuannya, yaitu: dapat
memulai,

mengawali,

memprakarsai,

membantu,

memperlihatkan,

mempersiapkan diri, menunjukkan, dan mendemntrasikan.
c. Reaksi yang diarahkan, Kemampuan untuk memulai ketrampilan yang
kompleks dengan bantuan / bimbingan dengan meniru dan uji coba.
Ukuran kemampuannya, yaitu dapat meniru, mengikuti, mencoba,
mempraktekkan, mengerjakan, membuat, memperliatkan, memasang,
bereaksi, dan menanggapai.
d. Reaksi natural, Kemampuan untuk melakukan kegiatan pada tingkat
keterampilan

yang

lebih

sulit.

Ukuran

kemampuanna,

yaitu:

mengoperasikan, memasang, memperbaiki, melasanakan sesuai standar,
mengerjakan, menggunakan, dan menangani.
e. Reaksi yang kompleks, Kemampuan untuk melakukan kemahirannya
dalam melakukan sesuatu, dimana hal ini terlihat dari kecepatan,
ketepatan, efsiensi dan efektifitasnya. Semua tindakan dilakukan secara
spontan, lancar, cepat, tanpa ragu.
f. Adaptasi, kemampuan mengembangkan keahlian, dan memodifikasi pola
sesuai dengan yang dibutuhkan.

Universitas Sumatera Utara

g. Kreatifitas, kemampuan untuk menciptakan pola baru yang sesuai dengan
kondisi/situasi tertentu dan kemampuan mengatasi masalah dengan
mengekplorasi kreativitas diri (Sunaryo, 2013).
Pengukuran tindakan dapat dilakukan secara langsung, dilihat bagaimana
tindakan responden terhadap suatu objek.
Penilaian tindakan dapat dilihat dari setiap item pertanyan yang akan diberikan
peneliti kepada responden. Menurut Arikunto dalam Machfoedz(2009), kategori tindakan
dapat ditentukan dengan kriteria :
a. Tindakan baik

: jika jawaban benar 76-100%

b. Tindakan cukup

: jika jawaban benar 56-75%

c. Tindakan kurang

: jika jawaban benar ≤ 55%

2.2.Pendidikan Profesi Keperawatan
2.2.1. Definisi Keperawatan
Keperawatan adalah bentuk pelayanan profesional sebagai bagian integral
pelayan kesehatan yang berdasarkan ilmu dan kiat keperawatan melputi aspek biologis,
psikologis, sosial, dan spritual yang bersifat kompherensip, ditujukan kepada individu,
keluarga dan masyarakat yang sehat maupun yang sakit mencakup hidup manusia untuk
mencapai derajat kesehatan yang optimal.
Keperawatan merupakan ilmu dan kiat. Ilmu keperawatan merupakan ilmu
terapan yang mengintegrasikan keterampilan intelektual, keterampilan teknikal dan
keterampilan interpersonal. Ketiga keterampilan ini diaplikasikan dalam proses
keperawatan yang bertujuan untuk membantu klien mencapai tingkat kesehatan yang
optimal.
Keperawatan adalah suatu proses menempatkan pasien dalam kondisi paling baik
untuk beraktivitas. Penekanan pelayanannya pada sanitasi dan kebersihan lingkungan
(Nurhidayah, 2010; Sanitary and Hygiene, 1895).
Keperawatan adalah bentuk pelayanan kepada individu dan keluarga, serta
masyarakat dengan ilmu dan seni yang meliputi sikap, pengetahuan dan keterampilan
yang dimiliki seorang perawat untuk membantu manusia baik dalam sehat ataupun sakit
sesuai dengan tingkat perkembangan dan kebutuhan (Nurhidayah, 2010; Twenty One
Nursing Problems, 1960).

Universitas Sumatera Utara

Keperawatan adalah pengetahuan yang ditujukan untuk mengurangi kecemasan
sebab kecemasan dapat menjadi stressor terhadap berbagai kondisi kesehatan. Misalnya
pemeliharaan dan peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, perawatan dan
rehabilitasi bagi klien yang sakit ataupun penyandang cacat (Nurhidayah, 2010; Unitary
Human Beings, 1970).
Keperawatan adalah seperangkat tindakan-tindakan yang memiliki kekuatan
untuk melindungi kesatuan atau integritas perilaku klien berada pada level yang optimal
untuk kesehatannya. Fokus pelayanan keperawatan yang diberikan berdasarkan perilaku
klien (Nurhidayah, 2010; Behavioral System Theory, 1980).
2.2.2. Definisi profesi Keperawatan
Profesi adalah suatu pekerjaan yang membutuhkan badan ilmu sebagai dasar
untuk pengembangan teori yang sistematis guna menghadapi banyak tantangan baru,
memerlukan pendidikan dan pelatihan yang cukup lama, serta memiliki kode etik dengan
fokus utama pada pelayanan (Winsley, 1964).
Menurut Chinn Yacobs dalam Hidayat (2007). Profesi adalah suatu pekerjaan
yang memerlukan pengetahuan khusus dalam beberapa bidang ilmu, melaksanakan peran
yang bermutu di masyarakat. Melaksanakan cara-cara dan peraturan yang telah disepakati
olleh anggota profesi (Budiono, 2015).
Menurut Oemar Hamalik. Profesi adalah suatu pernyataan atau janji terbuka,
bahwa orang akan mengabdikan dirinya kepada suatu jabatan/pekerjaan karena orang
tersebut terpanggil untuk menjabat pekerjaan itu (Budiono, 2015).
Profesi keperawatan adalah profesi yang sudah mendapatkan pengakuan dari
profesi lain, dituntut untuk mengembangkan dirinya untuk berpartisipasi aktif dalam
sistem pelayanan kesehatan agar keberadaannya mendapat pengakuan dari masyarakat
(Budiono, 2015).

Universitas Sumatera Utara

2.3. Karakteristik Profesi Keperawatan dan Karakteristik Pengajar
Klinik
2.3.1. Karakteristik Profesi Keperawatan
Menurut Hunter dan Kruszewski (1993), Leddy dan Pepper (1993) serta
Berger dan Williams (1992), keperawatan sebagai suatu profesi memiliki
karakteristik sebagai berikut :
a. Kelompok

pengetahuan

yang

melandasi

keterampilan

untuk

menyelesaikan masalah dalam tatanan praktik keperawatan. Pada awalnya
praktik keperawatan dilandasi oleh keterampilan yang bersifat intuitif.
Sebagai suatu disiplin, sekarang keperawatan disebut sebagai suatu ilmu
dimana keperawatan banyak sekali menerapkan ilmu-ilmu dasar seperti
ilmu perilaku, sosial, fisika, biomedik dan lain-lain. Selain itu keperawatan
juga mempelajari pengetahuan inti yang menunjang praktik keperawatan
yaitu fungsi tubuh manusia yang berkaitan dengan sehat dan sakit serta
pokok bahasan pemberian asuhan keperawatan secara langsung kepada
klien.
b. Kemampuan memberikan pelayanan yang unik kepada masyarakat. Fungsi
unik perawat adalah memberikan bantuan kepada seseorang dalam
melakukan kegiatan untuk menunjang kesehatan dan penyembuhan serta
membantu kemandirian klien.
c. Pendidikan yang memenuhi standart dan diselenggarakan di perguruan
tinggi atau universitas. Beralihnya pendidikan keperawatan kepada
institusi pendidikan tinggi memberikan kesempatan kepada perawat untuk

Universitas Sumatera Utara

mendapatkan pengetahuan dan keterampilan intelektual, interpersonal dan
tehnikal yang memungkinkan mereka menjalankan peran dengan lebih
terpadu

dalam

berkesinambungan.

pelayan

kesehatan

Disamping

itu

yang

menyeluruh

perawat

dituntut

dan
untuk

mengembangkan IPTEK keperawatan.
d. Pengendalian terhadap standart praktik. Standart adalah pernyataan atau
kriteria tentang kualitas praktik. Standart praktik keperawatan menekankan
kepada tanggung jawab dan tanggung gugat perawat untuk memenuhi
standart yang telah ditetapkan yang bertujuan melindungi masyarakat
maupun perawat. Perawat bekerja tidak dibawah pengawasan dan
pengendalian profesi lain.
e. Bertanggung jawab dan bertanggung gugat terhadap tindakan yang
dilakukan. Tanggung gugat accountable berarti perawat bertanggung
jawab pelayanan yang diberikan kepada klien. Tanggung gugat
mengandung aspek legal terhadap kelompok sejawat, atasan dan
konsumen. Konsep tanggung gugat mempunyai dua implikasi yaitu
bertanggung jawab terhadap konsekuensi dari tindakan yang dilakukan
dan juga menerima tanggung jawab dengan tidak melakukan tindakan
pada situasi tertentu.
f. Karir seumur hidup. Dibedakan dengan tugas/job yang merupakan bagian
dari pekerjaan rutin. Perawat bekerja sebagai tenaga penuh yang dibekali
dengan pendidikan dan keterampilan yang menjadi pilihannya sendiri
sepanjang hayat.

Universitas Sumatera Utara

g. Fungsi mandiri. Perawat memiliki kewenangan penuh melakukan asuhan
keperawatan walaupun kegiatan kolaborasi denga profesi lain kadang kala
dilakukan dimana itu semua didasarkan kepada kebutuhan klien bukan
sebagai intervensi profesi lain
Menurut Abraham Flexner karakteristik profesi, yaitu:
a. Aktfitas yang bersifat intelektual,
b. Berdasarkan ilmu dan pengetahuan,
c. Digunakan untuk tujuan praktik pelayanan,
d. Dapat dipelajari,
e.

Terorganisir secara internal, dan

f. Altruistic(mementingkan orang lain) (Budiono, 2015).
Karakteristik profesi menurut Schein & Kommers, yaitu:
a. Pekerjaan dilakukan secara menetap seumur hidup.
b. Pekaerjaan yang dilakukan dengan motivasi kuat untuk melakukan
pekerjaan itu dan tidak mendapat kepuasan bila tdak melakukan
pekerjaan itu. Pekerjaan itu merupakan panggilan jiwa.
c. Memiliki keterampilan khusus yang menyangkut ilmu dan seni.
d. Keputusan berdasarkan prinsip/teori dalam kegiatan profesional
selalu membuat keputusan untuk menanggapi dan merencanakan
sesuatu.
e. Berorientasi pada pelayanan dan perilaku kegiatan profesional itu
harus selalu diarahkan untuk membantu memenuhi kebutuhan
kesehatan manusia dan melaksanakan fungsi kehidupan.

Universitas Sumatera Utara

f. Pelayanan berdasarkan kebutuhan objektif (fakta).
g. Mempunyai otonomi dalam menentukan tindakan dan mempunyai
wewenang/kebebasan dalam menentukan kegiatannya tidak perlu
dikontrol oleh profesi lain.
h. Memiliki standar etika dan standar praktik profesional dalam
perilaku kegiatan praktik profesional harus menerapkan nilai-nilai
baik dan benar serta menggunakan ketentuan perilaku yang di
sepakati oleh profesi.
i. Mempunyai

wadah

yang

berbentuk

organisasi

kegiatan

profesional (Budiono, 2015).
2.3.2. Karakteristik Pengajar Kinik
Menurut Watt (1990) pengajar klinik yang lebih dikenal sebagai perseptor
biasanya berasal dari lahan praktik, tetapi bisa juga berasal dari institusi apabila
pembimbing dari lahan praktik tidak dapat memenuhi kriteria yang disyaratkan. Perawat
harus membuat pembatasan kewenangan yang jelas dan spesifik tentang asuhan
keperawatan yang menjadi tanggung jawab mahasiswa dan tanggung jawabnya.
Agar pengajaran di klinik tetap efektif, seorang pengajar klinik sebaiknya
memiliki karakteristik :
1. Mengikutiperkembangan pengetahuan dan keterampilan klinik terbaru.
Menganalisa teori-teori mengumpulkan dari berbagai sumber dan
menekankan pemahaman konseptual diantara mahasiswa. Membantu
mahasiswa dalam menghubungkan teori yang melandasi praktik
keperawatan. Mampu menyampaikan atau mentransfer pengetahuan
kepada mahasiswa. Memperlihatkan kompetensi klinik, keahlian, dalam
keterampilan dan pertimbangan klinik serta nilai yang dikembangkan
oleh mahasiswa.

Universitas Sumatera Utara

2. Menguasai keterampilan dasar mengajar sebagaimana layaknya seorang
pengajar atau dosen. Menyampaikna informasi dalam susunan yang
teratur, memberi penekanan pada hal-hal yang penting, memberikan
penjelasan dan pengarahan dengan jelas dan singkat sehingga mudah
dipahami.
3. Mempertahankan hubungan harmonis dengan cara membentuk hubungan
interpersonal dengan mahasiswa,. Hubungan yang kurang harmonis
antara keduanya dapat menyebabkan situasi dan kondisi pengajaran yang
tidak kondusif.
4. Dinamis dan antusias.
Pembelajaran klinik bagi mahasiswa di Rumah Sakit (RS) dilakukan secara
kolaborasi antara perseptor yang berasal dari institusi pendiidikan dan perseptor yang
berasal dari lahan praktik yang diperbantukan untuk mengajar mahasiswa selama
pembelajaran klinik. Beberapa tanggung jawab perseptor klinik antara lain:
1. Mengintrogasikan mahasiswa yang praktik terkait dengan prosedurprosedur dan kebijakan di lahan praktik.
2. Berperan menjadi seorang praktisi klinik, guru sekaligus pementor.
3. Melaksanakan supervisi terhadap mahasiswa selama berada di lahan
praktik.
4. Memperbaiki kemampuan mahasiswa untuk mendukung perencanaan dan
tindakan keperawatan.
5. Memberi masukan dan membantu serta mendorong kemampuan
mahasiswa untuk tujuan klinik.
6. Berkordinasi dengan institusi pendidikan untuk membahas masalahmasalah yang muncul selama pengajaran klinik
7. Memberikan pendelegasian untuk menjaga hal-hal tidak diharapkan saat
perseptor tidak dapat mendampingi mahasiswa selama pengajaran klinik.

Universitas Sumatera Utara

8. Mendokumentasikan perkembangan mahasiswa selama pengajaran
sebagai bahan evaluasi.
9. Memberikan laporan tertulis pada institusi sebagai bahan evaluasi pada
akhir pembellajaran klinik.

2.4. Perkembangan Profesionalisme Keperawatan
Melihatcatatansejarahtentangawalmulakeberadaanperawat di Indonesia,
yang

diperkirakanbarubermulapadaawalabadke

19,

dimanadisebutkanadanyaperawatsaatituadalah

di

karenakanadanyaupayatenagamedisuntukmemberikanpelayanankesehatan
lebihbaiksehinggadiperlukantenaga

yang

yang

dapatmembantuatautenagapembantu.

Tenagatersebutdididikmenjadiseorangperawatmelaluipendidikanmagang

yang

berorientasipadapenyakitdancarapengobatannya.
Sampaidenganperkembangankeperawatan di Indonesia padatahun 1983 PPNI
melakukan

LokakaryaNasionalKeperawatan

di

Jakarta,

melaluilokakaryatersebutperawatbertekaddanbersepakat
menyatakandiribahwakeperawatanadalahsuatubidangkeprofesian.Perkembanganpr
ofesionalismekeperawatan

di

Indonesia

berjalanseiringdenganperkembanganpendidikankeperawatan
Indonesia.Pengakuanperawatprofesional

dan

yang

ada

pemulaadalahbagimereka

di
yang

berlatarbelakangpendidikan Diploma III keperawatan.
Perkembanganpendidikankeperawatandalamrangkamenujutingkatkeprofesi
onalitasantidakcukupsampai

di

tingkat

untukterusmengembangkanpendidikanmakaberdirilah
dankemudiandisusuldenganpendirian

program

diploma
PSIK

saja,

FK-UI

paskasarjana

FIK

(1985)
UI

Universitas Sumatera Utara

(1999).Peningkatankualitasorganisasiprofesikeperawatandapatdilakukanmelaluibe
rbagaicaradanpendekatanantaralain :
1.

Mengembangkan
criteria

system

seleksikepengurusanmelaluipenetapan

dariberbagaiaspekkemampuan,

pendidikan,

wawasan,

pandangantentangvisidanmisiorganisasi,
dedikasisertakeseterdiaanwaktu yang dimilikiuntukorganisasi.
2.

Memilikiserangkaian

program

yang

kongkritdanditerjemahkanmelaluikegiatanorganisasidaritingkatpusatsa
mpaiketingkatdaerah.Prioritasutamaadalah
programpendidikanberkelanjutanbagiparaanggotanya.
3.Mengaktifkanfungsi

collective

bargaining,

setiapanggotamemperolehpenghargaan

agar
yang

sesuaidenganpendidikandankompensasimasing-masing.
4.Mengembangkan

program

latihankepemimpinan,

sehinggatenagakeperawatandapatberbicarabanyakdanmemilikipotensi
untukmendudukiberbagaiposisidipemerintahanatau sector swasta.
5. Meningkatkankegiatanbersamadenganorganisasiprofesikeperawatan di
luarnegeri,
bukanhanyauntukpenguruspusatsajatetapijugamengikutsertakanpengur
usdaerah yang berpotensiuntukdikembangkan.
2.5. Tujuan Pendidkan Profesi Keperawatan
Tujuan pendidikan tinggi keperawatan pada institusi pendidikan tinggi
keperawatan diharapkan mampu melakukan hal-hal antara lain :

Universitas Sumatera Utara

1. Menumbuhkan/membina sikap dan tingkah laku professional yang
sesuai dengan tuntunan profesi keperawatan.
2. Membangun landasan ilmu pengetahuan yang kokoh.
3. Menumbuhkan/membina keterampilan professional.
4. Menumbuhkan/membina landasan etik keperawatan yang kokoh dan
mantap sebagai tuntutan utama dalam melaksanakan pelayanan/asuhan
keperawatan dan dalam kehidupan keprofesian.
2.6. Jenis Pendidikan Keperawatan di Indonesia
Pendidikan keperawatan di indonesia mengacu kepada UU No. 20 tahun
2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional. Jenis pendidikan keperawatan di

Indonesia mencakup:
Jenis Pendidikan Keperawatan Indonesia:
1. Pendidikan Vokasi; yaitu pendidikan yang diarahkan terutama pada
kesiapan penerapan dan penguasaan keahlian keperawatan tertentu
sebagai perawat.
2. Pendidikan Akademik; yaitu pendidikan yang diarahkan terutama pada
penguasaan dan pengembangan disiplin ilmu keperawatan yang
mengcakup program sarjana, magister, doktor.
3. Pendidikan Profesi; yaitu pendidikan yang diarahkan untuk mencapai
kompetensi profesi perawat.

Universitas Sumatera Utara