Tiga Lagu Populer Batak Toba Dengan Melodi Yang Diadopsi Dari Musik Barat: Kajian Komparatif Melodi,Makna Teks,Dan Respon Pendengar

(1)

TIGA LAGU POPULER BATAK TOBA DENGAN

MELODI YANG DIADOPSI DARI MUSIK BARAT:

KAJIAN KOMPARATIF MELODI,MAKNA TEKS,

DAN RESPON PENDENGAR

Tesis

Program Studi Magister (S.2)

Penciptaan dan Pengkajian Seni Pertunjukan

Oleh

DISPERANTONI RICARDO SAMOSIR NIM 127037002

Kepada

PROGRAM STUDI MAGISTER (S2) PENCIPTAAN DAN PENGKAJIAN SENI

FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2015


(2)

ii

PESETUJUAN

Judul Tesis : TIGA LAGU POPULER BATAK TOBA DENGAN MELODI YANG DIADOPSI DARI MUSIK BARAT: KAJIAN

KOMPARATIF MELODI, MAKNA TEKS, DAN RESPON PENDENGAR

Nama : DISPERANTONI RICARDO SAMOSIR Nomor Pokok :127037002

Program Studi : Magister (S.2) Penciptaan dan Pengkajian Seni Fakultas Ilmu Budaya

Universitas Sumatera Utara

Menyetujui Komisi Pembimbing,

Ketua, Anggota,

Drs. Irwansyah, M.A. Drs Setia Dermawan Purba, M.Si. NIP 196212211997031001 NIP 19560828 198601 2 001

Program Studi:

Magister (S.2) Penciptaan dan

Pengkajian Seni Fakultas Ilmu Budaya

Ketua, Dekan,

Drs. Irwansyah, M.A. Dr. Syahron Lubis, M.A. NIP.196211221 1997031001 NIP.19511013 1976031001 Tanggal lulus:


(3)

iii Telah diuji pada

Tanggal

PANITIA PENGUJI UJIAN TESIS

Ketua : Drs. Irwansyah, M.A. (...)

Sekretaris : Drs. Torang Naiborhu, M.Hum. (...)

Anggota I: Drs Setia Dermawan Purba, M.Si (...)

Anggota II: Prof. Dr. Ikhwanuddin Nst., M.Si (...)


(4)

iv ABSTRACT

This arts master thesis entitled as: “Three Toba Batak Popular Songs which Adopted from Western Music: Cmparative Analysis in Melody, the Meaning of Text, and Response of Listeners.” The aims of this research in the context to write this thesis, focused in three problems, to analyzed of: (a) melody comparative, (b) the text meaning, and (c) listener’s response about three popular songs of Toba Bataks music which it’s melody adopted from Western pop culture. I use ethnomusicology discipline in the context of multidiscipline in this thesis.

I use two method in this research. In one side, to analyze melodic comparative and the meaning of text I uses qualitative method. In another hand, to analayze about audience (listener’s) responses, I use quantitative method, which spread the questioners to 50s respondens in Sidikalang Town, which choosing sampling method to respondent who always listening these songs. To analyze of melodic comparative, writer uses weighted scale theory. Then, to analyze song texts, I use semiotic theory. Finally, to analyze about responses of respondent I use behaviourism theory which always use in psichology and sociology disciplines. The results of this study show the following. (a) By doing a comparative study of the three songs are: melodic popular Batak Toba music adopted from Western music, then there is a change in the form of rhythm in melody, as the main factor is due to the use of Toba Batak language texts of the first English. However, the shape (form) in general is the same melody. In addition it was found that the difference in the Western pop music tendency to repeat certain parts into the main characteristics, while in three pop songs Batak less use repetition of forms, or tends to reduce repetition. For scales, tone region, tone center, intervals, contour, melodic formulas, pattern of cadence, the same can be said of Western pop melodies with three melodic pop derivative Batak Toba. In addition to performances, especially by means of audiovisual looked to the influence of musical culture of Batak in the third showing the song, be it lyrics, fashion, instrumentation, and cultural concepts contained . From the point of the text's meaning, then the third Batak pop song has a new theme song theme in the West compared. Text that is the main differentiator between the three Batak pop songs whose melodies adopted from Western music. Audience response is like pop songs whose melodies Batak taken from Western music, especially because the text element in Toba Batak language. In a proportion of respondents know the origin of this Batak pop music of Western music, but others not know the origin of these. When asked how their opinion about the copyright, then they need to be made largely of the opinion juridical policy regarding copyrighted works of pop music.


(5)

v ABSTRAK

Tesis magister seni ini bertajuk “Tiga Lagu Populer Batak Toba dengan Melodi yang Diadopsi dari Musik Barat: Kajian Komparatif Melodi, Makna Teks, dan Respons Pendengar.” Tujuan penelitian dalam rangka menulis tesis ini, difokuskan kepada tiga masalah utama, yaitu untuk mengkaji: (a) komparatif melodi, (b) makna teks, dan (c) respon pendengar kepada tiga lagu pop Batak Toba yang melodinya diadopsi dari musik Barat. Ilmu yang penulis gunakan terutama adalah etnomusikologi dalam konteks multidisiplin ilmu seni.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dua jenis. Untuk mengkaji komparatif melodi dan makna teks nyanyian penulis menggunakan metode kualitatif. Sementara untuk mengkaji respons pendengar lagu-lagu tersebut, digunakan metode kuantitatif, dengan penyebaran kuesioner kepada 50 responden di Kota Sidikalang, dengan teknik pemilihan smpling kepada individu yang selalu mendengarkan lagu-lagu tersebut. Untuk mengkaji komparatif melodi digunakan teori bobot tangga nada (weighted scale). Selanjutnya untuk mengkaji teks nyanyian digunakan teorui semiotik. Untuk mengkaji respons pendengar digunakan teori behaviorisme yang lazim digunakan dalam disiplin psikologi dan sosiologi. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini menunjukkan sebagai berikut. (a) Dengan melakukan kajian perbandingan terhadap tiga lagu pop Batak Toba yang melodinya diadopsi dari musik Barat, maka terjadi perubahan dalam bentuk ritme di dalam melodi, yang faktor utamanya adalah karena digunakannya teks yang berbahasa Batak Toba dari yang awalnya berbahasa Inggris. Namun demikian bentuk (form) melodi secara umum adalah sama. Selain itu perbedaan dijumpai bahwa di dalam musik pop Barat kecenderungan mengulang bagian-bagian tertentu menjadi cirri utamanya, sementara dalam tiga lagu pop Batak kurang menggunakan pengulangan bentuk, atau cenderung mengurangi pengulangan. Untuk tangga nada, wilayah nada, nada dasar, interval, kontur, formula melodi, pola-pola kadensa, dapat dikatakan sama antara melodi lagu pop Barat dengan tiga melodi turunan pop Batak Toba. Selain itu dalam pertunjukannya, terutama melalui sarana audiovisual tampak adanya pengaruh budaya musikal Batak di dalam mempertunjukkan ketiga lagu tersebut, baik itu lirik, tata busana, instrumentasi, dan konsep-konsep budaya yang terkandung di dalmnya. Dari sudut makna teks, maka ketiga lagu pop Batak memiliki tema yang baru dibandingkan tema dalam lagu Barat. Teks inilah yang menjadi pembeda utama antara tiga lagu pop Batak yang melodinya diadopsi dari musik Barat. Respons pendengar adalah menyukai lagu-lagu pop Batak yang melodinya diambil dari musik Barat, terutama karena unsur teks dalam bahasa Batak Toba. Sebahagian responden mengetahui asal-usul musik pop Batak ini dari musik Barat, namun sebahagian yang lainnya tidak mengetahui asal-usul tersebut. Ketika ditanya bagaimana menurut pendapat mereka tentang hak cipta, maka mereka sebahagian besar berpendapat perlu dibuat kebijakan yuridis mengenai karya cipta musik pop ini.


(6)

vi

PRAKATA

Puji dan syukur peulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat dan hidayah-Nya tesis ini dapat terselesaikan dengan baik. Tesisi ini berjudul Tiga lagu Populer batak Toba dengan melodi yang diadopsi dari musik Barat: Kajiankomparatif melodi, makna dan teks, dan respon pendengar. Tesis ini merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan jenjang S-2 dan memperoleh gelar Magister Seni (M.Sn) pada Program Magister (S2) Penciptaan dan Pengkajian Seni Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara. Tesis ini berisikan hasil penelitian mengenai tinjauan umum respon masyarakat kota Sidikalang terhadap music popular batak Toba yang diadopsi dari musik Barat. Selama proses penyusunan tesis, penulis mendapatkan bimbingan dan arahan dari para pembimbing yakni Bapak Drs. Irwansyah, M.A sebagai pembimbing Idan Drs Setia Dermawan Purba, M.Si. sebagai pembimbing II dan para penguji yakni Bapak Drs. M. Takari, Bapak Drs Torang Naiborhu, M.Hum., dan Bapak Prof Ikhwanuddin, lanjut kesemua dosen yang telah mengajar, Tim pembimbing dan penguji ini sungguh banyak membantu penulis terutama kesabaran dan ketelatenan dalam penulisan Tesis ini. Tak lupa dekan Bapak Syahron Lubis, M.A Mereka juga memberikan banyak pelajaran kepada penulis terutama kesabaran dan ketelatenan dalam penulisan Tesis ini. Arahan-arahan mereka tersebut membuat penulis semakin termotivasi dan semangat untuk menyelesaikan Tesis ini.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Rektor Universitas Sumatera Utara,Dekan Fakultas Ilmu Budaya, Ketua dan SekertarisProgram Magister (S2) Penciptaan dan Pengkajian Seni, dan para Dosen di Lingkungan Program Studi Penciptaan dan Pengkajian Seni. Penulis juga mengucapkan banyak


(7)

vii

terima kasih kepada Bapak Drs Ponisan selaku pegawai di lingkungan Program studi Magister (S2) Penciptaan dan Pengkajian Seni, yang telah memberikan banyak bantuan dan kemudahan kepada penulis sejak awal duduk di bangku perkuliahan hingga menyelesaikan tesis ini.

Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada kedua orang tua, Ayahanda tercinta Pariama Samosir yang menginginkan anaknya menamatkan kuliah Magister, walau bapak kondisi sakit, semoga dengan penulis memperoleh gelar M.Sn bapak tambah semangat dan pulih dari sakitnya. Mamaku Rosdiana br Silitonga yang telah membesarkan dan menjaga serta membimbing anak-anaknya. Terima kasih kepada kakanda : kakanda Rina, kakanda Juni dan kakanda Erniyang telah mendukung sepenuhnya perkuliahan penulis dan doanya, juga terimakasih kepada abang-abang ipar: Herizon Manurung, Gossen Simamora, Roy Sitorus serta keponakanku: Angraini, Nia dan Hanna atas dukungan semangat untuk penulis dalam menyelesaikan tesis ini,kepada Bapak Sekda Pemkab Dairi yang telah member izin belajar, kepada Bapak Adler Stindaon yang dahulunya Kepala Sekolah penulis di SMA Negeri 2 Sidikalang namun beliau sekarang menjabat Kabid Sarpras di Dinas Pendidikan Kabupaten Dairi, kepada Ibu Anna Lowisa Sianturi Kepala SMAN 2 Sidikalang, Kepada Teman-teman kerja di SMAN 2 Sidikalang. Terima kasih kepada rekan-rekan kuliah stambuk penulis:kakanda Chatrina Sumiaty, kakanda Kartini Manalu, kakanda Agustina Samosir, kakanda Sapna Sitopu, abangda Achy Arwana, abangda Erizon, abangda Yusuf, Tommy Ketaren, Angga Alkarina, abangdaJamuddin Pasaribu, Debby, dan abangda Anton Sitepu selaku Ketua stambuk. Untuk kakak kelas abangda Moses Simanjuntak,dan terima


(8)

viii

kasih juga kepada keluarga besar penulis serta teman-teman yang tidak dapat disebutkan satu persatu, makasih untuk kebaikannya.

Penulis mengucapkan beribu-ribu maaf bila ada kata yang kurang berkenan, mohon jangan disimpan di dalam hati. Akhir kata, penulis berterima kasih kepada seluruh pihak yang sudah membantu penyusunan tesis ini. Semoga hasil penelitian dari tesis ini dapat berguna bagi dunia penelitian seni pada umumnya dan bagi kebudayaan musikal masyarakat kota Sidikalang pada khususnya. Terima kasih.

Medan, Januari 2015 Penulis,

DISPERANTONI RICARDO SAMOSIR NIM. 127037002


(9)

ix

RIWAYAT HIDUP IDENTITAS DIRI

1 . Nama : DISPERANTONI RICARDO SAMOSIR

2. Tempat / Tanggal Lahir : Medan / 25 Mei 1983 3. Jenis Kelamin : Laki-laki

4. Agama : Kristen Protestan 5. Kewarganegaraan : Indonesia

6. Nomor Telephon : 085261313011 7. Alamat : JL. Kiwi Raya no.165 Kel.Kenangan

Kec.Percut Sei Tuan Kab.Deli Serdang 8. Pekerjaan : Pegawai Negeri Sipil

PENDIDIKAN

1.Sekolah Dasar (SD Negeri 066667 Medan) Lulus Tahun 1995

2. Sekolah Menengah Pertama ( SMP Negeri 29 Medan ) Lulus Tahun 1998 3. Sekolah Menengah Atas( SMA Negri 18 Medan ) Lulus Tahun 2001 4. Sarjana dari Jurusan Sendratasik (Seni Musik)UNIMEDLulus Tahun 2007 5. Magister (S2) Jurusan Penciptaan dan Pengkajian Seni di Fakultas Ilmu Budaya

Universitas Sumatera Utara Lulus Tahun 2015

PENGALAMAN KERJA ฀ Tahun 2007 s/d 2009

• Bekerja di PT.OTO Multi Artha ฀ Tahun 2009 s/d 2011

• Mengajar di SMP Negeri 1 Pegagan Hilir. ฀ Tahun 2012 s/d sekarang


(10)

x

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar magister di suatu Perguruan Tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Medan, Januari 2015

DISPERANTONI RICARDO SAMOSIR NIM.127037002


(11)

xi DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ii

HALAMAN PENGESAHAN iii ABSTRACT iv

INTISARI v

PRAKATA vi

RIWAYAT HIDUP ix

PERNYATAAN x DAFTAR ISI xi

LAMPIRAN BAB. I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 1.2 Rumusan Masalah 9 1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian ...10

1.4 Tinjauan Pustaka ...11

1.5 Kerangka Konsep ………17

1.5.1 Lagu ………... 17

1.5.2 Melodi ………19

1.5.3 Undang-Undang hak Cipta ……… 20

1.5.4 Respon ………... 21

1.6 Landasan Teori 22

1.6.1 Teori Weight Scale ………. 22

1.6.2 Teori Semiotik ... 23

1.6.3 Teori Belajar Behavioristik ... 27

1.6.4 Teori Kebenaran ... 31

1.7 Metode Transkripsi dan Analisis ... 32

1.8 Metode Penelitian ... 33

1.9 Sistematika Penulisan ………. 33

BAB. II GAMBARAN UMUM KEBUDAYAAN MUSIK BATAK TOBA 2.1 Adat ... 35

2.2 Religi: Dari Tradisi ke Agama Kristen ... 39

2.3 Gambaran Umum Kesenian Batak Toba ... 44

2.4 Musik Vokal ……….. 47

2.5 Musik Alat Musiktal ……….. 50

2.6 Gondang Hasapi ………. 51


(12)

xii

2.8 Alat-alat Musik Yang Disajikan Tunggal ………. 54 2.9 Musik Populer Batak Toba sebagai Ekspresi Modrenisasi 57 2.9.1 Konsep Musik Populer ………...57 2.9.2 Musik Populer Barat dan Pengaruruhnya ……….. 68 2.9.3 Periodesasi Lagu Populer Batak Toba …………... 78 2.10 Fungsi Sosiobudaya ………... 81

2.11 Apresiasi ……… 86 BAB. III ANALISIS KOMPARATIF STRUKTUR MELODI TIGA LAGU POP BATAK DAN BARAT 88

3.1 Notasi dan Trranskripsi ……….. 89

BAB.IV MAKNA TEKS TIGA LAGU POP BATAK TOBA DAN TIGA

LAGU POP BARAT YANG MELODINYA SAMA …………..128 4.1 Seputar Studi Teks Nyanyian ………145

4.2 Struktur dan Makna Lagu Ditakko Ho Rohakki ………...130 4.3 Struktur dan Makna Lagu That’s Why ……….134 4.4 Perbandingan Teks lagu Ditakko ho Rohakki dan Lagu That’s why ……….138

4.5 Struktur dan Makna Lagu Lady ………139 4.6 Struktur dan Makna Lagu She’s Gone ………..142

4.7 Perbandingan Teks Lagu Ditakko Ho Rohakki dan Lagu She’s Gone ……… ...145 4.8 Struktur dan Makna Lagu Maria ………...146 4.9 Struktur dan Makna Lagu Marian ……….149 4.10 Perbandingan Makna Lagu Maria dan Lagu Maria ……...151

BAB.V RESPON PENDENGAR BUDAYA BATAK TOBA STUDI KASUS di SIDIKALANG ………...155

5.1 Respon Terhadap Lagu Ditakko Ho Rohakki dan Lagu Thats Why ………156

5.2 Respon Terhadap Lagu Lady dan Lagu She’s Gone …...170

5.3 Respon Terhadap Lagu Maria dan Lagu Marian ………...183 BAB. VI KESIMPULAN ...198 DAFTAR PUSTAKA ………206


(13)

(14)

(15)

iv ABSTRACT

This arts master thesis entitled as: “Three Toba Batak Popular Songs which Adopted from Western Music: Cmparative Analysis in Melody, the Meaning of Text, and Response of Listeners.” The aims of this research in the context to write this thesis, focused in three problems, to analyzed of: (a) melody comparative, (b) the text meaning, and (c) listener’s response about three popular songs of Toba Bataks music which it’s melody adopted from Western pop culture. I use ethnomusicology discipline in the context of multidiscipline in this thesis.

I use two method in this research. In one side, to analyze melodic comparative and the meaning of text I uses qualitative method. In another hand, to analayze about audience (listener’s) responses, I use quantitative method, which spread the questioners to 50s respondens in Sidikalang Town, which choosing sampling method to respondent who always listening these songs. To analyze of melodic comparative, writer uses weighted scale theory. Then, to analyze song texts, I use semiotic theory. Finally, to analyze about responses of respondent I use behaviourism theory which always use in psichology and sociology disciplines. The results of this study show the following. (a) By doing a comparative study of the three songs are: melodic popular Batak Toba music adopted from Western music, then there is a change in the form of rhythm in melody, as the main factor is due to the use of Toba Batak language texts of the first English. However, the shape (form) in general is the same melody. In addition it was found that the difference in the Western pop music tendency to repeat certain parts into the main characteristics, while in three pop songs Batak less use repetition of forms, or tends to reduce repetition. For scales, tone region, tone center, intervals, contour, melodic formulas, pattern of cadence, the same can be said of Western pop melodies with three melodic pop derivative Batak Toba. In addition to performances, especially by means of audiovisual looked to the influence of musical culture of Batak in the third showing the song, be it lyrics, fashion, instrumentation, and cultural concepts contained . From the point of the text's meaning, then the third Batak pop song has a new theme song theme in the West compared. Text that is the main differentiator between the three Batak pop songs whose melodies adopted from Western music. Audience response is like pop songs whose melodies Batak taken from Western music, especially because the text element in Toba Batak language. In a proportion of respondents know the origin of this Batak pop music of Western music, but others not know the origin of these. When asked how their opinion about the copyright, then they need to be made largely of the opinion juridical policy regarding copyrighted works of pop music.


(16)

v ABSTRAK

Tesis magister seni ini bertajuk “Tiga Lagu Populer Batak Toba dengan Melodi yang Diadopsi dari Musik Barat: Kajian Komparatif Melodi, Makna Teks, dan Respons Pendengar.” Tujuan penelitian dalam rangka menulis tesis ini, difokuskan kepada tiga masalah utama, yaitu untuk mengkaji: (a) komparatif melodi, (b) makna teks, dan (c) respon pendengar kepada tiga lagu pop Batak Toba yang melodinya diadopsi dari musik Barat. Ilmu yang penulis gunakan terutama adalah etnomusikologi dalam konteks multidisiplin ilmu seni.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dua jenis. Untuk mengkaji komparatif melodi dan makna teks nyanyian penulis menggunakan metode kualitatif. Sementara untuk mengkaji respons pendengar lagu-lagu tersebut, digunakan metode kuantitatif, dengan penyebaran kuesioner kepada 50 responden di Kota Sidikalang, dengan teknik pemilihan smpling kepada individu yang selalu mendengarkan lagu-lagu tersebut. Untuk mengkaji komparatif melodi digunakan teori bobot tangga nada (weighted scale). Selanjutnya untuk mengkaji teks nyanyian digunakan teorui semiotik. Untuk mengkaji respons pendengar digunakan teori behaviorisme yang lazim digunakan dalam disiplin psikologi dan sosiologi. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini menunjukkan sebagai berikut. (a) Dengan melakukan kajian perbandingan terhadap tiga lagu pop Batak Toba yang melodinya diadopsi dari musik Barat, maka terjadi perubahan dalam bentuk ritme di dalam melodi, yang faktor utamanya adalah karena digunakannya teks yang berbahasa Batak Toba dari yang awalnya berbahasa Inggris. Namun demikian bentuk (form) melodi secara umum adalah sama. Selain itu perbedaan dijumpai bahwa di dalam musik pop Barat kecenderungan mengulang bagian-bagian tertentu menjadi cirri utamanya, sementara dalam tiga lagu pop Batak kurang menggunakan pengulangan bentuk, atau cenderung mengurangi pengulangan. Untuk tangga nada, wilayah nada, nada dasar, interval, kontur, formula melodi, pola-pola kadensa, dapat dikatakan sama antara melodi lagu pop Barat dengan tiga melodi turunan pop Batak Toba. Selain itu dalam pertunjukannya, terutama melalui sarana audiovisual tampak adanya pengaruh budaya musikal Batak di dalam mempertunjukkan ketiga lagu tersebut, baik itu lirik, tata busana, instrumentasi, dan konsep-konsep budaya yang terkandung di dalmnya. Dari sudut makna teks, maka ketiga lagu pop Batak memiliki tema yang baru dibandingkan tema dalam lagu Barat. Teks inilah yang menjadi pembeda utama antara tiga lagu pop Batak yang melodinya diadopsi dari musik Barat. Respons pendengar adalah menyukai lagu-lagu pop Batak yang melodinya diambil dari musik Barat, terutama karena unsur teks dalam bahasa Batak Toba. Sebahagian responden mengetahui asal-usul musik pop Batak ini dari musik Barat, namun sebahagian yang lainnya tidak mengetahui asal-usul tersebut. Ketika ditanya bagaimana menurut pendapat mereka tentang hak cipta, maka mereka sebahagian besar berpendapat perlu dibuat kebijakan yuridis mengenai karya cipta musik pop ini.


(17)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kebudayaan dapat didefinisikan sebagai keseluruhan pengetahuan dan kegiatan manusia sebagai makhluk sosial, yang digunakannya untuk memahami dan menginterprestasikan lingkungan dan pengalamanya, serta menjadi landasan bagi tingkah-lakunya. Dengan demikian, kebudayaan merupakan serangkaian aturan-aturan, petunjuk-petunjuk, rencana-rencana, dan strategi-strategi yang terdiri atas serangkaian model-model kognitif yang dipunyai oleh manusia, dan digunakannya secara selektif dalam menghadapi lingkungannya sebagaimana terwujud dalam tingkah-laku dan tindakan-tindakannya. Sebagai pengetahuan, kebudayaan berisikan konsep-konsep, metode-metode, resep-resep, dan petunjuk-petunjuk untuk memilah (mengkategorisasi) konsep-konsep dan merangkai hasil pilahan untuk dapat digunakan sebagai pedoman dalam menginterpretasi dan memahami lingkungan yang dihadapi dan dalam mewujudkan tindakan-tindakan dalam menghadapi dan memanfaatkan lingkungan dan sumber-sumber dayanya dalam pemenuhan kebutuhan-kebutuhan untuk kelangsungan hidup. Dengan demikian, pengertian kebudayaan sebagai pedoman bagi kehidupan adalah sebagai pedoman dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan hidupnya.

Suatu bangsa dalam rangka mempertahankan budayaanya tergantung pada kebudayaan asing mana yang lebih kuat maka kebudayaan asli dapat bertahan lebih kuat. Sebaliknya apabila kebudayaan asli lebih lemah daripada kebudayaan asing maka lenyaplah kebudayaan natif dan terjadi budaya jajahan yang sifatnya tiruan.


(18)

Pembangunan suatu bangsa dari segi budaya adalah bertujuan untuk mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur, material dan spiritual berdasarkan Pancasila dalam suatu wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Salah satu budaya dalam masyarakat yang modern sekarang ini adalah sarana hiburan, termasuk di dalamnya musik atau lagu.

Kebudayaan masyarakat seperti sekarang ini, dalam bentuk lagu atau musik bukan lagi sekedar sarana hiburan yang hanya habis setelah dinikmati tanpa memberikan dampak apapun bagi pencipta maupun penikmatnya. Lebih dari itu, musik atau lagu sekarang ini telah mampu menampakkan diri sebagai potensi ekonomi yang memiliki dampak sosial bahkan politik bagi suatu negara. Dari segi ekonomi, hak cipta lagu atau musik pada perwujudannya telah kian membuktikan kemampuannya untuk memberikan berbagai kemungkinan finansial yang tidak terbatas sifatnya, karena tidak bisa ditentukan berapa banyak yang menggunakan lagu untuk kepentingan komersil yang bukan merupakan ciptaannya sendiri.

Dalam perkembangannya, bidang lagu atau musik telah menjadi lahan yang kian subur dan juga menarik minat untuk industri perekaman ataupun untuk show business. Bagi setiap orang yang berkecimpung dalam dunia ini terutama pihak yang berkaitan langsung dalam dunia permusikan seperti pencipta lagu maupun pemakai lagu (user), akan mendapat manfaat yang besar sekali, karena bisa mendatangkan keuntungan secara finansial serta kepopuleran.

Hal yang menarik penulis dalam membahas kebudayaan dan lagu yakni tentang makna lirik lagu (bahasa Batak Toba dan bahasa Inggris) dalam dua versi yang berbeda, dimana penulis dalam melakukan pekerjaan baik itu dalam perjalanan menuju lokasi kerja bahkan di wilayah lokasi kerja penulis sering mendengar lagu dalam bahasa Batak Toba yang tenar dan di minati masyarakat


(19)

dilokasi kerja penulis tersebut. Lokasi kerja penulis merupakan daerah yang masih kental dengan budayanya yakni daerah Kabupaten Dairi tepatnya lokasi di kota Sidikalang yang bahasa masyarakatnya merupakan bahasa daerahmayoritas bahasa Batak Pakpak, Batak Toba, Batak Karo, Batak Simalungun, dan daerah Sidikalang juga memiliki komposisi penduduk yang multietnik.

Lagu dalam bahasa Batak Toba tersebut menjadi tenar dan dianggap lagu masa kini pada masyarakat sekitar lokasi kerja penulis, padahal jauh sebelumnya melodi lagu tersebut sudah sangat lama sekali didengar penulis namun liriknyadalam bahasa Inggris, dan kebanyakan dari masyarakat tidak mengetahui asal-usul keberadaan lagu-lagu yang tenar dalam bahasa Batak Toba tersebut, mereka menganggap lagu pop Batak Toba tersebut diciptakan oleh penyanyinya ataupun orang Batak Toba walaupun terciptanya lagupopular Batak Toba tersebut awal mulanya sebenarnya berasal dari lagu dalam bahasa Inggris. Namun lirik lagu tersebut selain berbeda bahasa berbeda juga makna nya dikarenakan penyanyi atau pencipta lagu populer Batak Toba tersebut mengubah keseluruhan lirik yang asal-usul lagu tersebut berasal dari lagu dalam bahasa Inggris.

Toleransi musikal yang tercipta antara pendengar maupun penikmat lagu dengan penyanyi serta pencipta lagu pop Batak Toba tersebut dimana penyajian lagu pop Batak kemungkinan disajian menarik dengan menyesuaikan gaya hidup suku Batak Toba sehingga orang Batak Toba yang dalam hal ini sebagai pendengar gampang menerima lagu tersebut dan mungkin tidak mempersalahkan asal usul lagu tersebut meskipun awal nya lagu itu berasal dari lagu barat dan juga kebiasan suku Batak Toba gampang menerima lagu asalkan birama 4/4 baik itu lagu nusantara maupun lagu mancanegara. Perkembangan makna mencakup segala hal tentang makna yang berkembang, baik berubah maupun bergeser.


(20)

Di dalam hal ini perkembangan meliputi segala hal tentang perubahan makna baik yang meluas, menyempit, atau yang bergeser maknanya. Bahasa mengalami perubahan dirasakan oleh setiap orang, dan salah satu aspek dari perkembangan makna (perubahan arti) yang menjadi objek telaah semantik historis. Perkembangan bahasa sejalan dengan perkembangan penuturnya sebagai pemakai bahasa. Kita ketahui bahwa penggunaan bahasa diwujudkan dalam kata-kata dan kalimat. Pemakai bahasa yang menggunakan kata-kata dan kalimat, pemakai itu pula yang menambah, mengurangi atau mengubah kata-kata atau kalimat. Jadi, perubahan bahasa merupakan gejala yang terjadi di dalam suatu bahasa akibat dari pemakaian yang dipengaruhi oleh berbagai faktor.

Adapun beberapa lagu-lagu Batak Toba tersebut, di antaranya adalah:(1)lagu dengan judul Ditakko Ho Rohakki penyanyi Jack Marpaung (melodinya mirip lagu That’s Why dengan penyanyi Michael Learn To Rock ); (2) lagu dengan judul Ladypenyanyinya Paniel Panjaitan (melodinya mirip lagu dengan judul She’s Gonedengan penyanyi Steel Heart); dan (3) lagu dengan judul Maria penyanyinya vokalis Marsada Band (melodi lagunya mirip dengan lagu Marian penyanyi The Cats).

Kontak dengan kebudayaan daerahdengan budaya lain dapat menyebabkan manusia saling berinteraksi dan mampu menghimpun penemuan-penemuan baru yang telah dihasilkan. Penemuan-penemuan baru seperti lagu-lagu Batak tersebut dapat berasal dari kebudayaan asing atau merupakan perpaduan antara budaya asing dengan budaya sendiri. Makna kata dapat mengalami perubahan akibat tanggapan pemakai bahasa. Perubahan tersebut cenderung ke hal-hal yang menyenangkan atau ke hal-hal yang sebaliknya, tidak menyenangkan. Kata yang cenderung maknanya ke arah yang baik disebut amelioratif, sedangkan yang cenderung ke hal-hal yang


(21)

tidak menyenangkan (negatif) disebut peyoratif.Perubahan menyangkut mengenai bahasa sebagai kode, dimana sesuai dengansalah satu sifatnya yang dinamis, dan sebagi akibat persentuhan dengan kode-kodelain. Maka, bahasa itu berubah. Pergeseran bahasa menyangkut masalah mobitas penutur,sebagai akibat dari perpindahan penutur atau para penutur itu sendiri yangmenyebabkan terjadinya pergeseran itu. Sedangkan pemertahanan bahasa lebihmenyangkut masalah sikap atau penilaian terhadap suatu bahasa, untuk tetapmenggunakan bahasa tersebut di tengah-tengah bahasa-bahasa lainnya.

Dari segi sosial, hak cipta lagu mampu memberikan citra baik ke dalam maupun ke luar. Ke dalam hak cipta lagu memberikan status sosial tertentu kepada pemilik atau pemegang hak ciptanya dari lagu tersebut, sedangkan ke luar hak cipta lagu memberikan cermin atas sikap dan apresiasi masyarakat terhadap karya cipta lagu serta penciptanya sendiri. Begitu pula secara politis masalah ini memberikan cermin terutama bagi pemerintah yaitu tentang seberapa jauh upaya-upaya yang telah dilakukan dalam membina dan menata kehidupan masyarakatnya. Cermin seperti ini pada gilirannya akan berlaku ke luar.

Proses tersebut dapat mendorong pertumbuhan suatu kebudayaan dan memperkaya kebudayaan yang ada. Integrasi kebudayaan seringkali berjalan tidak sempurna, kondisi seperti ini dikhawatirkan adanya lagu-lagu batak yang merupakan lagu tiruan dari asal lagu tersebut berasal dari budaya luar ( bahasa inggris) akan menggoyahkan pola kehidupan atau kebudayaan yang telah ada. Beberapa golongan masyarakat berupaya menghindari risiko ini dan tetap mempertahankan diri pada pola kehidupan atau kebudayaan yang telah ada. Penghargaan terhadap hasil karya seseorang akan mendorong seseorang untuk


(22)

berkarya lebih baik lagi, sehingga masyarakat akan semakin terpacu untuk menghasilkan karya-karya lain.

Hal penting dari Lagu dengan judul Ditakko Ho Rohakki penyanyi Jack Marpaung (mirip lagu Thats Why penyanyi Michael Learn To Rock ), lagu dengan judul Lady penyanyinya Paniel Panjaitan (mirip Lagu dengan judul She’s Gone penyanyi Steel Heart), lagu dengan judul Maria penyanyinya Marsada Band (mirip Lagu dengan judul Marian penyanyi The Cats),yang perlu ditelitiadalah perubahan makna liriklagu secara musikal tetapi menjadi sangat kompleks ketika ia digunakan untuk kepentingan komersil selain musik belaka. Dimana kehidupan masyarakat kebudayaan lokal sangat besar memberikan pengaruh ketenaran lagu tersebut.

Untuk mengetahui alasan-alasan yang menyebabkan ketenaran lagu dalam bahasa Batak tersebut pada Penciptaan lagu dalam dunia musik populer batak toba mengalami ketenaran dimata masyarakat dengan lagu-lagu pop batak toba yang tertulis diatas, tingkat kesadaran akan sebuah kemampuan dalam menciptakan melodi ataupun lirik lagu merupakan hal yang prioritas dimiliki seorang pencipta. Selain itu tidak tertutup kemungkinan respon pendengar sangat memberikan pengaruh yang besar terhadap karya-karya musik populer batak toba yang ada, dimana pendengar juga harusnya memiliki kemampuan dalam musik dan`perbendaharaan lagu-lagu mancanegara maupun musik lokal yang dalam hal ini lagu populer batak toba sehingga pendengar terbiasa akan mengingat melodi-melodi lagu yang diperdengarkan. Selain itu juga penyimpangan sosial tentang lagu-lagu yang dalam hal ini dikaitkan dengan hak cipta atau melanggar hukum merupakan tindak pidana, dapat merupakan pencemaran terjadinya perubahan sosial budaya.


(23)

Latar belakang tersebut di atas, sangat relevan untuk dikaji secara etnomusikologis sebagai bidang keilmuan yang penulis geluti selama empat tahun terakhir ini. Apa yang dimaksud etnomusikologi itu adalah seperti diuraikan berikut ini.

Ethnomusicology is the study of music in its cultural context. Ethnomusicologists approach music as a social process in order to understand not only what music is but why it is: what music means to its practitioners and audiences, and how those meanings are conveyed

Ethnomusicology is highly interdisciplinary. Individuals working in the field may have training in music, cultural anthropology, folklore, performance studies, dance, cultural studies, gender studies, race or ethnic studies, area studies, or other fields in the humanities and social sciences. Yet all ethnomusicologists share a coherent foundation in the following approaches and methods: 1) Taking a global approach to music (regardless of area of origin, style, or genre). 2) Understanding music as social practice (viewing music as a human activity that is shaped by its cultural context). 3) Engaging in ethnographic fieldwork (participating in and observing the music being studied, frequently gaining facility in another music tradition as a performer or theorist), and historical research.

Ethnomusicologists are active in a variety of spheres. As researchers, they study music from any part of the world and investigate its connections to all elements of social life. As educators, they teach courses in musics of the world, popular music, the cultural study of music, and a range of more specialized classes (e.g., sacred music traditions, music and politics, disciplinary approaches and methods). Ethnomusicologists also play a role in public culture. Partnering with the music communities that they study, ethnomusicologists may promote and document music traditions or participate in projects that involve cultural policy, conflict resolution, medicine, arts programming, or community music. Ethnomusicolo-gists may work with museums, cultural festivals, recording labels, and other institutions that promote the appreciation of the world’s musics org/?page=whatisethnomusicology).

Dari kutipan dalam situs web etnomusikologi.org tersebut, maka dapat dipahami bahwa etnomusikologi adalah studi musik dalam konteks budayanya. Etnomusikolog biasanya melakukan pendekatan musik sebagai proses sosial untuk memahami tidak hanya apa musik tapi mengapa: apa artinya praktik musik dan khalayak, dan bagaimana makna yang disampaikan musik tersebut.


(24)

Etnomusikologi sangat interdisipliner. Para ilmuwan yang bekerja di lapangan etnomusikologi ini mungkin saja berasal dari pelatihan musik, atau ilmuwan antropologi budaya, cerita rakyat, kajian pertunjukan, tari, studi budaya, studi gender, stuis ras atau etnik, studi kawasan, atau bidang lainnya di bidang ilmu-ilmu humaniora dan sosial. Namun semua etnomusikolog berbagi landasan yang koheren dalam pendekatan dan metodenya, seperti berikut: (1) Mengambil pendekatan global untuk musik (terlepas dari daerah asal, gaya, atau genre). (2) Memahami musik sebagai praktik sosial (melihat musik sebagai aktivitas manusia yang dibentuk oleh konteks budaya). (3) Melakukan penelitian lapangan etnografi (berpartisipasi aktif dalam mengamati musik yang sedang dipelajari, mengkaji tradisi musik baik sebagai pemain atau ahli teori sekeligus), dan penelitian sejarah musik.

Etnomusikolog aktif dalam berbagai bidang. Sebagai peneliti, mereka belajar musik dari setiap bagian di dunia ini dan menyelidiki koneksi ke semua elemen kehidupan sosial. Sebagai pendidik, mereka mengajar kursus musik dunia, musik populer, studi budaya musik, dan berbagai kelas yang lebih khusus (misalnya, tradisi musik sakral, musik dan politik, mengajarkan pendekatan disiplin ilmu dan metode). Etnomusikolog juga berperan dalam budaya masyarakat. Bermitra dengan komunitas musik yang mereka pelajari, etnomusikolog dapat mempromosikan dan mendokumentasikan musik tradisi atau berpartisipasi dalam proyek-proyek yang melibatkan kebijakan budaya, penyelesaian konflik, pengobatan, pemrograman seni, atau komunitas musik. Etnomusikolog dapat bekerja pada museum, festival budaya, rekaman label, dan lembaga lain yang mempromosikan apresiasi musik dunia. Dengan demikian, kerja keilmuan yang penulis lakukan adalah sesuai dengan uraian mengenai apa itu etnomusikologi seperti tersebut di atas.


(25)

1.2 Pokok Masalah

Agar lebih mengarahkan focus kajian di dalam konteks penelitian ini, maka penulis mengajukan tiga pokok masalah yang disajikan dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut:

1. Bagaimana struktur tiga melodi lagu populer Batak Toba dan perbandingannya dengan struktur tiga lagu lagu populer dari musik Barat sebagai sumbernya? 2. Makna seperti apakah yang dikandung di dalam enam lagu musik popular

Batak Toba dan Barat?

3. Bagaimana respon pendengar terhadap karya-karya musik populer Batak Toba yang ada dan menjadi tenar dimasyarakat?

Untuk pokok masalah yang pertama, yang akan penulis bandingkan adalah struktur melodi, mencakup aspek-aspek seperti: tangga nada, wilayah nada, nada dasar, pola-pola kadensa, formula melodi, kontur, distribusi interval, dan jumlah nada-nada yang digunakan. Asumsi penulis adalah dengan berubahnya teks yang digunakan dari bentuk awal yaitu teks nyanyian berbahasa Inggris menjadi teks berbahasa Batak Toba, maka di sana sini akan terjadi perubahan nada-nada terutama dikaitkan dengan dimensi waktunya. Ini menarik untuk membandingkan sejauh apa perubahan yang terjadi.

Untuk pokok masalah kedua, yaitu makna seperti apa yang terdapat dalam keenam lagu tersebut, yaitu tiga berbahasa Batak Toba dan tiga berbahasa Inggris sebagai sumber asalnya, maka aspek yang dikaji melalui pendekatan semiotik adalah mencakup makna denotatif (sebenarnya) dan makna konotatif (makna-makna selain (makna-makna sebenarnya, yang dikaitkan dengan aspek kebudayaan dan


(26)

sosial. Dalam mengkaji masalah ini, maka unsur-unsur yang dikaji meliputi baris, distribusi suku kata, penggunaan kata-kata, hubungan kata, bait, dan seterusnya.

Untuk pokok masalah ketiga, yaitu bagaimana respon pendengar terhadap fenomena lagu pada musik populer Batak Toba yang menggunakan melodi lagu music Barat, maka focus kajian diarahkan kepada sejauh apa tanggapan pendengar lagu-lagu ini. Di antara respon yang akan diuraikan adalah bagaimana pengetahuan pendengar terhadap fenomena ini. Selain itu juga adalah bagaimana respon mereka ini dalam mengapresiasi music popular Batak yang mereka dengarkan tersebut.

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.3.1 Tujuan penelitian

a. Mengkaji bagaimana struktur tiga melodi lagu populer Batak Toba dan perbandingannya dengan struktur tiga lagu lagu populer dari music Barat sebagai sumbernya.

b. Mengkaji makna seperti apakah yang dikandung di dalam enam lagu musik popular Batak Toba dan Barat.

c. Mengkaji bagaimana respon pendengar terhadap karya-karya musik populer Batak Toba yang ada dan menjadi tenar di masyarakat

1.3.2 Manfaat penelitian

Manfaat penelitian ini dapat dikemukakan sebagai berikut.

a. Untuk dijadikan sumber informasi keilmuan khususnya ilmu-ilmu musik, terutama persebaran musik dalam konteks buidaya popular dan globalisasi.


(27)

b. Sebagai bentuk pemenuhan kewajiban dalam rangka menyelesaikan studi pada Program Studi Magister Penciptaan dan pengkajian Seni, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara Medan.

c. Untuk perkembangan ilmu pengetahuan dan pedoman dalam kajian seni.

d. Untuk dapat menjadi sumber pengetahuan bagi penciptaan dan kekaryaan di bidang seni musik, khususnya terhadap para pencipta lagu-lagu populer Batak Toba.

e. Tesis ini juga dapat dijadikan sebagai sumber permodelan untuk melakukan kebijakan yang tepat bagi industri musik popular baik di peringkat daerah, nasional, maupun global.

1.4 Tinjauan Pustaka

Penelitian ini diperkuat dengan buku-buku, di antaranya sejarah yang berhubungan dengan lagu tersebut sebagai sebuah folksong,posmodernisme, teori musik, teori-teori sosial, teori quantum, semiotika, hermeneutika, filsafat, dan buku-buku lain yang relevan dan menunjang penulisan tesis ini. Berikut ini beberapa buku yang sudah penulis dapatkan.

1. Folklor Indonesia karangan James Danandjaja (1986). Buku ini memuat tentang folklor yang ada di Indonesia. Folklore Indonesia disajikan dalam bentuk hakikat folklor, penelitian folklor di Indonesia, bentuk-bentuk folklor Indonesia, folklor sebagai lisan, dan folklor bukan lisan. Penulis memfokuskan perhatian pada folklor Indonesia yang berupa nyanyian rakyat yang tertulis dalam buku ini untuk referensi tesis


(28)

2. Teori Interpretasi, Memahami Teks, Penafsiran, dan Metodologinya karangan Paul Ricoeur (2012). Buku ini menekankan pentingnya interpretasi untuk dapat memahami realitas dengan segala kompleksitasnya. Buku ini juga membantu kita untuk menjelajahi makna bahasa dengan seperangkat teori interpretasi yang terangkum dalam filsafat wacana.

3. Posmodernisme karanganKevin O’Donnell (2013). Buku ini diantaranya memuat tentang etika dan politik. Dituliskan dalam buku ini, Derrida menegaskan bahwa metode dekonstruksinya merupakan kegiatan cinta, yang mendorong keluar kebenaran yang jujur dan mengakui posisi yang berbeda-beda. Mengapa kita harus percaya hanya pada apa yang dikatakan untuk kita percaya, atau bertindak seperti yang dikatakan pada kita. Marilah kita sadar dan melihat dengan jelas.

Buku-buku semiotika yang penulis gunakan dalam referensi penelitian ini dapat diuraikan sebagai berikut.

a. Semiotika Komunikasi karangan Alex Sobur (2004). Buku ini menyajikan cara memahami semiotika, pokok dan tokoh semiotika, aplikasi semiotika komunikasi, komunikasi dengan simbol-simbol, ideologi dan mitologi, kata-kata dan makna, serta hubungan antara manusia, bahasa, dan komunikasi. b. Serba-Serbi Semiotikakarangan Panuti Sudjiman dan Art van Zoest (1991).

Buku ini berisi ulasan-ulasan tentang apa itu semiotika terutaam yang digunakan di dalam disiplin ilmu linguistik dan sastra.

c. Semiotic for Beginners karangan Paul Cobley dan Litza Jansz (2002). Buku ini berisi tentang identifikasi para ahli semiotika yang terkemuka dan karya-karya mereka. Semiotika dalam buku ini dipaparkan dengan konsep-konsep sederhanayang sebelumnya merupakan istilah-istilah yang pelik. Buku ini


(29)

penulis jadikan sebagai pijakan untuk memepelajari betapa pentingnya tanda-tanda dan sistem penandaan bagi keberadaan manusia.

d. Semiotika dan Hipersemiotika: Kode, Gaya, dan Matinya Makna karangan Yasraf Amir Piliang (2012). Buku ini lebih banyak menyoroti semiotika dan post-modernisme, dalam konteks aliran pemikiran, yang juga dihubungkan dengan perkembangan teori-teori dalam dunia ilmu pengetahuan, terutama ilmu-ilmu budaya.

4. Dimensi Mistik Musik Dan Bunyi karangan Hazrat Inayat Khan (2002). Buku ini memaparkan tentang sifat gaib musik yang jernih menjadi sebuah musik klasik modern, yang tidak hanya dicintai oleh mereka yang berminat dengan Sufisme tetapi oleh berbagai jenis musik. Menurut Khan: ”Lidah yang menyentuh berbagai titik di mulut, dan terbuka, serta tertutupnya bibir dengan berbagai cara, menghasilkan berbagai bunyi. Pengelompokan bunyi menjadikan kata-kata menyampaikan makna yang berbeda dalam berbagai cara ekspresi mereka. Secara berangsur-angsur ini menjelmakan musik menjadi bahasa, tapi bahasa tidak pernah bisa membebaskan dirinya dari musik. Sebuah bahasa, betapapun sederhananya, tidak bisa bertahan tanpa musik di dalamnya; musik memberinya ekspresi konkret. Karena alasan ini, sebuah bahasa asing jarang diucapkan dengan sempurna; kata-kata dipelajari, tapi musik tidak dikuasai”.

5. Teori Budaya karangan David Kaplan dan Robert A. Manners (2002). Buku ini pada pada bab ketiga (Tipe-tipe Teori Budaya) sub bab ketujuh memuat tentang ideologi. Kaplan menggunakan istilah ideologi dengan pengertian yang netral dan tak bersifat menilai baik-buruk. Dalam sub bab kesembilan Kaplan mengungkapkan, bahwa karena sifatnya yang subjektif itu ideologi


(30)

tidak dapat kita ketahui melalui pangamatan langsung. Ideologi harus disimpulkan dari sesuatu bentuk perilaku, yakni dari apa kata orang atau dari pengamatan atas orang-orang yang berinteraksi dalam berbagai sistem sosial. 6. Seri buku Nusa Jawa:Silang Budayakarangan Denys Lombard (2005),jilid1

Batas-Batas Pembaratan, Jilid 2 Jaringan Asia, dan jilid 3 Warisan Kerajaan-Kerajaan Konsentris. Buku-buku ini memuat sejarah Indonesia dengan mengambil Jawa sebagai fokus kajian silang budaya.Salah satu bagian tulisan dari buku ini membicarakan pengaruh Barat di bidang estetika dan persoalan seniuntuk seni serta seni untuk rakyat. Bagian lain ada juga membicarakan tentang ideologi-ideologi termasuk tantang Partai Komunis Indonesia.

7. Quantum Seni karangan M. Dwi Marianto (2006). Buku ini memuat paparan tentang apa itu quantum seni. Sebagai adaptasi dari teori fisika, perspektif quantum dijadikan metode untuk memahami karya seni. Sebagaimana halnya foton dalam teori fisika quantum, demikian juga halnya karya seni dipandang sebagai dualitas dari partikel-gelombang. Marianto juga menyoroti hermeneutika dan semiotika sebagai cara untuk memahami segala sesuatu yang melesat, melesak, berbunyi, terungkap, tertulis, tertuang, tersandang, dsb. yang merupakan tanda-tanda yang bisa dianyam dan diartikan

Selanjutnya buku-buku filsafat yang penulis jadikan referensi adalah:

a. Alam Pikiran Yunani karangan Mohammad Hatta (1986). Dari buku ini penulis mengambil beberapa pemahaman tentang logika, terutama logika yang berakar dari ilmu-ilmu pengetahuan Yunani.

b. Estetika: Sebuah Pengantar Filsafat Keindahan dari Yunani sampai Zen Buddhisme karangan Matius Ali (2004). Buku ini membahas apa itu keindahan, menyelidiki prinsip-prinsip landasan seni dan pengalaman


(31)

seniyakni penciptaan seni, penilaian atau refleksi atas karya seni. Buku ini juga memuat pemikiran tokoh-tokoh estetika Plato, Aristoteles, Hume, Burke, Hutcheson, Shaftesbury, Hegel, dll.

c. Filsafat untuk Umum karangan Bambang Q-Anees dan Radea Juli A. Hambali (2003). Buku ini menyelisik liku-liku “pertanyaan-pertanyaan” para filsuf yang kemudian melahirkan jawaban-jawaban yang berimplikasi besar dan mempengaruhi cara pandang manusia dalam melihat dan memahami kompleksitas kehidupan. Dari buku ini penulis mengambil referensi yang berhubungan dengan logika perpikir analisis dan sintesis serta cara berpikir horisontal dan lateral menurut de Bono dalam Q. Anees. Bab XV dari buku ini berisi paparan ringkas tentang logika berpikir analisis dan sentesis.

d. Nada-Nada Radikal: Perbincangan Para Filsuf tentang Musik karangan Sukatmi Susantina (2004). Buku ini berisi “rekaman” perbincangan para filsuf tentang musik dari Yunani Kuno sampai dengan zaman kontemporer dan kupasan tentang sisi-sisi filsafat dalam rangka memahami musik secara lebih radikal. Susantina juga mengutip Peursen yang menyatakan bahwa jenis musik yang paling erat berkait ialah seni musik dan sastra.

e. Nicomachean Ethic karangan Aristoteles (2004). Buku ini memuat tentang etika secara umum dan menyinggung pula tentang etika politik. Dituliskan dalam buku ini bahwa tujuan politik adalah yang baik bagi manusia.

f. Dekonstruksi Epistemologi Modern karangan Akhyar Yusuf Lubis (2006). Dalam buku ini dipaparkan bagaimana teori kritis dan posmodernisme menyediakan dasar-dasar pemikiran bagi kajian budaya kontemporer. Salah satu pemikir dan filsuf yang memberi sumbangan besar bagi kajian budaya kontemporer adalah Jurgen Habermas yang tulisannya (Teori Kritis) mencoba


(32)

meruntuhkan batas-batas kaku bidang ilmu pengetahuan dan membuka jalan bagi kajian inter/transdisipliner.

8. Introduction to Music karangan Ronald Pen (1992). Part II dari buku ini memuat penjelasan tentang elemen dasar dari bunyi, elemen musik, musik sebagai ukuran waktu, music sebagai ukuran ruang, musik sebagai ukuran dinamik, timbre musikal, musik sebagai ukuran harmoni, susunan dalam musik, nyanyian: kesatuan anatara teks dan musik. Penulis menjadikan Part II sebagai referensi untuk mengkaji nyanyian dari sisi musikal.

9. Handbook Teori Sosial karangan George Ritzer dan Barry Smart (2012). Buku ini membahas, meninjau, dan menginterpretasi ulang karya-karya yang berkaitan dengan berbagai teoretisi klasik dan kontemporer, menggali secara kritis perspektif-perspektif teoretis utama, dan memberikan contoh mengenai bentuk-bentuk teoretisasi termashur terkait dengan tema dan persoalan sosial. 10. Menuju Apresiasi Musik karangan Remi Sylado (1983). Salah satu bahasan

dalam buku ini adalah tentang musik Timur yang membicarakan musik jawa dan tangga nada pentatonis.

11. Postmodernisme, tantangan bagi filsafat karangan I. Bambang Sugiharto (2006). Buku ini menyoroti problem bahasa dalam filsafat mengenai hal yang literal dan metaforis.

12. Leon Stein, Structur and Style : The Study and Analysis of Musical Form (Summy-Birchard Musik, 1979). Buku ini berisi mengenai pengetahuan dan analisis bentuk musik yang membantu penulis dalam menganalisis laguSejarah kebudayaan Indonesia: Seni Pertunjukan dan Seni Media. editor umum Mukhlis PaEni (2009). Buku ini di antaranya memuat tentang musik populer Indonesia dan memaparkan juga beberapa ciri-ciri musik populer.


(33)

13. Silang Budaya Tiongkok Indonesia (2005) karangan Kong Yuanzhi. Buku ini secara umum memuat sejarah hubungan Tiongkok dan Indonesia hingga era orde reformasi. Secara khusus dibahas pula tentang perpaduan lagu-lagu Tiongkok dan Indonesia. Lagu-lagu Indonesia dari Ujung Pandang (menurut Minawati dalam Yuanzhi) dikatakan lebih dekat dengan musik slendro Tiongkok sedang musik Jawa lebih dekat dengan musik pelog India. Dikatakan bahwa lagu-lagu Makasar berirama Tiongkok meresap dan Populer di kalangan rakyat jelata.

1.5 Konsep yang Digunakan

1.5.1 Lagu

Lagu merupakan gubahan seni nada atau suara dalam urutan, kombinasi, dan hubungan temporal (biasanya diiringi dengan alat musik) untuk menghasilkan gubahan musik yang mempunyai kesatuan dan kesinambungan (mengandung irama). Ragam nada atau suara yang berirama disebut juga dengan lagu. Lagu dapat dinyanyikan secara sendiri (solo), berdua (duet), bertiga (trio) atau dalam beramai-ramai (koor). Syair dalam lagu biasanya berbentuk puisi berirama, namun ada juga yang bersifat keagamaan ataupun prosa bebas. Lagu dapat dibedakan menjadi beberapa jenis, sesuai dengan kriteria yang digunakan .org/wiki/Lagu).

Menurut Jan Harold Brunvand dalam Danandjaja (1986:141-145), nyanyian rakyat adalah salah satu genre atau bentuk folklor yang terdiri dari kata-kata dan lagu yang beredar secara lisan diantara kolektif tertentu, berbentuk tradisional, serta


(34)

banyak mempunyai varian. Danandjaja menjelaskan bahwa seringkali nyanyian rakyat dipinjam oleh penggubah nyanyian profesional untuk diolah lebih lanjut menjadi nyanyian pop atau klasik (seriosa). Walaupun demikian identitas folkloritasnya masih dapat kita kenali karena masih ada varian folklornya yang beredar dalam peredaran lisan (oral transmission).

Dalam nyanyian rakyat kata-kata dan lagu merupakan dwi tunggal yang tak terpisahkan. Teks nyanyian rakyat selalu dinyanyikan dan jarang sekali yang hanya disajakkan (recite). Keunikan lain dari lagu rakyat adalah bahwa teks yang sama tidak selalu dinyanyikan dengan lagu yang sama, sebaliknya, lagu yang sama sering dipergunakan untuk menyanyikan beberapa teks nyanyian rakyat yang berbeda.

Danandjaja juga menjelaskan bahwa nyanyian rakyat bersifat mudah diubah-ubah tidak seperti nyanyian seriosa (klasik) yang dipelajari orang dari buku nynyian tercetak tepat seperti apa yang asli ditulis oleh penggubahnya. Penyanyi profesional nyanyian seriosa diwajibkan untuk membawakannya dengan cara yang berlaku pada masa nyanyian itu diciptakan, seperti yang diingini oleh penggubahnya. Jika dinyanyikan tidak sesuai dengan yang ditentukan, akan dicela oleh para pendengarnya. Hal ini disebabkan semua penggemarnya telah menguasai naskah lagu (score) aslinya. Contoh nyanyian seriosa Indonesia adalah salah satu karya Muchtar Embut Di Wajahmu Kulihat Bulan.

Selanjutnya Danandjaja menjelaskan bahwa seperti halnya nyanyian seriosa, nynyian pop juga tercetak, lebih sering lagi direkam secara komersial yang juga merupakan karya penggubah lagu profesional. Berbeda dengan penggubah nyanyian seriosa, penggubah nyanyian pop adakalanya lebih tepat digolongkan sebagai pengusaha atau spekulator disebabkan mereka mencipta nyanyian pop bukan berdasarkan ilham yang didorong oleh perasaan seni melainkan didorong


(35)

oleh ilham mencari untung secara komersial. Jika mereka tidak menyesuaikan diri mereka akan mati kelaparan.

Danandjaja menuliskan bahwa umur nyanyian rakyat lebih panjang daripada nyanyian pop. Banyak nyanyian rakyat yang malah lebih tua daripada nyanyian seriosa. Selanjutnya, berdasarkan sifat penyebarannya yang melalui lisan maka lagu-lagu rakyat menimbulkan varian-variannya.

1.5.2 Melodi

Dalam tesis ini, konsep tentang melodi dapat dikemukakan sebagai rangkaian nada-nada yang kemudian menyusun sebuah bentuk utuh menjadi suatu lagu. Melodi ini disusun oleh bentuk (form). Kemudian bentuk melodi biasanya disusun oleh dua atau lebih frase-frase melodi. Kemudian setiap frase melodi disusun oleh beberapa motif melodi. Kesemuanya membentuk satu kesatuan yang utuh menjadi sebuah bangunan musik.

Selanjutnya berkaitan dengan melodi di dalam tesis ini, maka melodi yang digunakan berkait langsung dengan teks yang digunakannya. Melodi ini juga sangat mengutamakan komunikasi verbal, berupa bahasa yang dinyanyikan, selain didukung oleh unsure-unsur melodi seperti: tangga nada, wilayah nada, nada dasar, interval, motif, frase, bentuk, dan lain-lainnya. Melodi menjadi unsure utama dalam nyanyian dalam musik populer Batak Toba termasuk juga dari lagu asalnya pada budaya musik populer Barat.


(36)

1.5.3Undang-Undang Hak Cipta

Dalam Undang-Undang Hak Cipta Indonesia telah diatur tentang penegakan hukum hak cipta yang menetapkan perbuatan apa saja yang disebut

sebagai tindak pidana hak cipta dan hak terkait. Demikian pula dalam Undang-Undang Hak Cipta telah diatur tentang tuntutan hak keperdataan yang dapat diajukan dalam bentuk gugatan ke pengadilan niaga ataupun bentuk-bentuk tindakan hukum lainnya yang bertujuan untuk mencegah berlanjutnya suatu pelanggaran hak cipta. Undang-undang No.19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta Pasal 1: Hak Cipta adalah hak eksklusif bagi pencipta atau penerima hak untuk mengumumkan atau memperbanyak ciptaannya atau memberikan izin untuk itu dengan tidak mengurangi pembatasan-pembatasan menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pencipta adalah seorang atau beberapa orang secara bersamasama yang atas inspirasinya melahirkan suatu Ciptaan berdasarkan kemampuan pikiran, imajinasi, kecekatan, keterampilan atau keahlian yangdituangkan ke dalam bentuk yang khas dan bersifat pribadi. Ciptaan adalah hasil setiap karya Pencipta yang menunjukkan keasliannya dalam lapangan ilmu pengetahuan, seni atau sastra. Pemegang Hak Cipta adalah Pencipta sebagai Pemilik Hak Cipta, atau pihak yang menerima hak tersebut dari Pencipta, atau pihak lain yang menerima lebih lanjut hak dari pihak yang menerima hak tersebuttang kepemilikan Hak Cipta,apa yang di maksud pencipta, ciptaan,pemegang Hak Cipta dan juga lisensi untuk para orang yang ditunjuk oleh pemegang Hak Cipta. Berarti secara langsung plagiat atau penjiplakan itu sudah dilarang keras. Walaupun dengan alasan apapun, tanpa sepengetahuan dari pemegang Hak Cipta. Undang-undang No.19 Tahun 2002, disana sudah jelas tentang kepemilikan Hak Cipta,apa yang di maksud pencipta, ciptaan,pemegang


(37)

Hak Cipta dan juga lisensi untuk para orang yang ditunjuk oleh pemegang Hak Cipta. Berarti secara langsung plagiat atau penjiplakan itu sudah dilarang keras. Walaupun dengan alasan apapun, tanpa sepengetahuan dari pemegang Hak Cipta.

Ada juga peraturan tentang ciptaan yang dilindungi menurut Undang-undang No.19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta Pasal 12 ayat 1,2 dan 3. Adapun berdasarkan Undang-undang No.19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta Pasal 3 ayat 1,mengatakan bahwa hak cipta digolongkan sebagai benda bergerak,secara tidak langsung benda bergerak berhubungan dengan hak milik,dan penyerahan hak milik bisa dilakukan dengan nyata oleh atau atas nama pemilik,hal ini bisa dilihat pada buku 2 KUHPerdata Pasal 612.

1.5.4 Respon

Yang dimaksud dengan respon dalam tesis ini adalah berasal dari unsur serapan bahasa Inggris response, yang maknanaya adalah samadengan reaksi, tanggapan, jawaban, dan sejenisnya. Respon dalam hal ini bias saja berupa tanggapan dalam bentuk jawaban tertulis, jawaban lisan, reaksi diam, marah, setuju, aguh, dan seterusnya.

Respon yang dimaksud dalam tesis ini adalah bagaimana dampak didengarnya tiga lagu musijk popular Batak Toba yang melodinya diadopsi dari budaya music popular Barat, oleh para pendengar di kalangan masyarakat batak Toba. Apakah respon mereka sebenarnya mengetahui asal-usul lagu-lagu tersebut. Atau mereka menikmatinya karena faktor teks yang berbahasa Batak Toba, atau lebih umum karena melodinya memang selalu didengar dan sesuai dengan cita rasa


(38)

musikal pendengar, atau factor-faktor lainnya. Respon inilah yang coba hendak penulis tangkap dari penelian yang dilakukan ini.

1.6 Teori-teori yang Digunakan

Untuk mengkaji tiga pokok masalah yang telah diuraikan sebelumnya, yaitu: (1) kajian komparatif melodi, (2) makna teks; dan (3) respon pendengar, maka penulis menggunakan masing-masing satu teori untuk ketiga pokok masalah tersebut. Untuk mengkaji komparatif melodi digunakan teori weighted scale, untuk mengkaji makna teks baik makna denotative maupun konotatif digunakan teori semiotic, dan untuk mengkaji respon digunakan teori belajar behavioristik. Ketiga-tiga teori ini dapat diuraikan sebagai berikut.

1.6.1 Teori Weighted Scale

Dalam kerja laboratorium di dalam studi ini, eterutama untuk menganalisis struktur enam melodi lagu dan perbandingannya, penulis berpatokan pada teori weighted scaler (bobot tangga nada) yang dikemukakan oleh William P. Malm (1977:8). Teori ini berorientasi kepada kajian terhadap unsure-unsur universal yang terdapat di dalam melodi di manapun dijumpai di dunia ini.

Malm menyatakan terdapat delapan karakter yang harus diperhatikan dalam mendeskripsikan melodi, yaitu: (1) tangga nada, (2) nada dasar, (3) wilayah nada, (4) jumlah masing-masing nada, (5) interval, (6) pola kadens, (7) formula melodi dan (8) kontur. Teori ini pada dasarnya melihat struktur ruang dalam musik dengan menggunakan ukuran-ukuran tertentu.


(39)

Dengan melalui perspektif disiplin etnomusikologi tersebut dapat dijabarkan bahwa yang dimaksud dengan melodi adalah rangkaian nada-nada yang membentuk sebuah bentuk musik yang disusun oleh formula-formulanya baik itu frase maupun nmotif melodi. Kemudian yang dimaksud dengan nada dasar adalah sebagai nada pusat (tonal center) bagi sebuah komposisi lagu atau nyanyian. Selanjutnya wilayah nada adalah jarak yang dapat diukur dengan satuan langkah atau laras maupun cent dalam konteks ilmu musik.

Seeterusnya yang dimaksud dengan nada adalah bunyi yang dikaitkan dengan music dan biasanya mengacu sebagai materi dasar pembentuk melodi. Setelah itu, yang dimaksud dengan interval adalah ukuran jarak antara nmada yang satu dengan nada yang lainnya, yang biasa diukur dengan sebutan seperti prima murni, sekunde mayor, ters minor, dan seterusnya. Setelah itu, pola kadens adalah bahagian ujung-ujung frase melodi dan juga termasuk yang paling ujung-ujung melodi tersebut. Kemudian yang dimaksud dengan formula melodi adalah rumusan yang menjadi dasar pembentukan melodi, baik iru bentuk, frase, maupun motif. Terakhir kali, kontur adalah garis lintasan melodi, yang dapat dideskripsikan dalam bentuk-bentuk seperti pendulum, berjenjang, setengah lingkaran, dan lain-lain. Teori inilah yang penulis gunakan untuk melakukan analisis komparatif terhadap keenam lagu yang menjadi sampel dalam penelitian ini.

1.6.2 Teori Semiotik

Semiotika adalah ilmu (juga teori) tentang tanda-tanda. Ilmu ini berpandangan bahwa fenomena sosial dan budaya pada dasarnya merupakan


(40)

tanda-tanda. Semiotika mengkaji sistem-sistem, aturan-aturan dan konvensi-konvensi yang memungkinkan tanda-tanda tersebut memiliki arti.

Dua tokoh penting perintis ilmu semiotika modern, yaitu Charles Sanders Peirce (1839-l9l4 ) dan Ferdinand de Saussure (1857-1813) mengemukakan beberapa pendapat mereka mengenai semiotika. Saussure menampilkan semiotika dengan membawa latar belakang ciri-ciri linguistik yang diistilahkan dengan semiologi, sedangkan Peirce menampilkan latar belakang logika yang diistilahkan dengan semiotika. Peirce mendudukkan semiotika pada berbagai kajian ilmiah (lihat Zoest 1993:l-2).

Dalam penelitian ini, konsep semiotika yang digunakan adalah konsep yang didasarkan pada pemikiran Saussure yang dikembangkan oleh Riffaterre. Hal ini didasarkan pada pertimbangan bahwa konsep semiotika yang dikembangkan oleh Riffaterre, penulis anggap tepat untuk diterapkan dalam penelitian ini. Konsep dan teori yang digunakan Riffaterre lebih mengkhusus pada pemaknaan puisi secara semiotika, sehingga lebih memberikan ruang untuk interpretasi makna yang akan dilakukan dalam penelitian ini. Untuk puisi, secara semiotika Riffaterre dalam bukunya Semiotics of Poetry (1978) mengemukakan empat hal pokok sebagai langkah pemroduksian makna.

(1) Hal pertama adalah bahwa puisi merupakan aktivitas bahasa yang berbeda dengan pemakaian bahasa pada umumnya. Puisi memiliki bahasa yang dapat menyatakan beberapa konsep secara tidak langsung. Dalam puisi, ketidaklangsungan ekspresi menduduki posisi yang utama, Ketidaklangsungan ekspresi yang dimaksud disebabkan oleh adanya penggantian arti (displacing of meaning), penyimpangan arti (distorting of meaning), dan penciptaan arti (creatingof meaning). Riffaterre (1978:2) menyatakan bahwa penggantian arti


(41)

disebabkan oleh penggunaan metafora dan metonimi, serta bahasa kiasan yang lain. Penyimpangan arti disebabkan oleh tiga hal, yaifu ambiguitas (ketaksaan), kontradiksi, dan nonsens. Penciptaan arti diciptakan melalui enjambement, homologue, dan tipografi.

(2) Hal kedua adalah pembacaan heuristik dan pembacaan hermeneutik. Pembacaan heuristik adalah pembacaan pada taraf mimesis atau pembacaan yang didasarkan konvensi bahasa. Karena bahasa memiliki arti referensial, pembaca harus memiliki kompetensi linguistik agar dapat menangkap arti (meaning). Kompetensi linguistik yang dimiliki oleh pembaca itu berfungsi sebagai sarana untuk memahami beberapa hal yang disebut sebagai ungramatikal (ketidakgramatikalan teks). Pembacaan ini juga disebut dengan pembacaan semiotika pada tataran pertama. Dalam pembacaan pada tataran ini, masih banyak arti yang beraneka ragam, makna yang tidak utuh, dan ketakgramatikalan. Untuk itu, pembacaan pada tataran ini masih perlu dilanjutkan ke pembacaan tahap kedua. Pembacaan tataran kedua yang dimaksud adalah pembacaan hermeneutik. Pada pembacaan ini, akan terlihat hal-hal yang semula tidak gramatikal menjadi himpunan kata-kata yang ekuivalen (Riffaterre,1978:54).

(3) Hal ketiga adalah penentuan matriks dan model. Dalam hal ini, matriks dapat dimengerti sebagai konsep abstrak yang tidak pernah teraktualisasi. Konsep ini dapat dalam satu kata atau frase. Meskipun demikian, kata atau frase yang dimaksud tidak pemah muncul dalam teks puisi yang bersangkutan, tetapi yang muncul adalah aktualisasinya. Aktualisasi pertama dari matriks adalah model. Model ini dapat berupa kata atau kalimat tertentu. Berdasarkan hubungan ini, dapat


(42)

dikatakan bahwa matriks merupakan motor penggerak derivasi tekstual, sedangkan model menjadi pembatas derivasi itu (Riffaterre,1978:19-21).

(4) Hal keempat adalah prinsip intertekstual. Prinsip intertekstual adalah prinsip hubungan antar teks sajak. Sebenarnya hal itu berangkat dari asumsi bahwa karya sasta termasuk puisi, tidak lahir dari kekosongan budaya. Dalam keadaan seperti ini, sebuah sajak merupakan respons atau tanggapan terhadap karya-karya sebelumnya. Tanggapan tersebut dapat berupa penyimpangao atau penerusan tradisi. Dalam hal ini, mau tidak mau terjadi proses transformasi teks. Mentransformasikan adalah memindahkan sesuatu dalam bentuk atau wujud lain yang pada hakikatnya sama (Pradopo, 1994:25). Dalam proses tersebut dikenal adanya istilah hipogram. Riffaterre (1978:2) mendefinisikan hipogram adalah teks yang menjadi latar atau dasar penciptaan teks lain. Dalam praktiknya, hipogram dapat dibedakan menjadi dua, yaitu hipogram potensial dan hipogram aktual. Hipograrn potensial yang dapat ditelusuri dalam bahasa bersifat hipotesis, seperti yang terdapat dalam matriks, sedangkan hipogram aktual bersifat nyata atau eksplisit.

Keempat hal pokok tersebut di atas yang dikemukakan oleh Riffaterre sebagai langkah pemroduksian makna, tiga di antaranya akan digunakan sebagai acuan untuk mengungkap makna yang terkandung dalam mantra melaut suku Melayu Aras Kabu. Lewat tanda-tanda yang terdapat dalam mantra itu, maka proses pemaknaan akan dilakukan.

Dengan bertotak pada kerangka teori di atas, dapat dikatakan bahwa untuk dapat memahami hakikat makna dari lagu-lagu Batak Toba dan lagu-lagu budaya Barat perlu dilakukan interpretasi semiotika. Interpretasi ini selanjutnya akan


(43)

mempertimbangkan dan menerapkan dua sisi pandang. Sisi pertama adalah cara pandang masyarakatnya sebagai pengamal dan penghayat lagu-lagu ini dalam budaya mereka.1

1

Dalam dunia ilmu pengetahuan, pendekatan seperti ini lazim disebutdengan pendekatan emik. Artinya adalah bahwa penelitian yang dilakukan lebih menumpukan perhatian kepada pendapat-pendapat informan kunci dalam rangka memahami makna-makna yang terkandung di dalam kebudayaan yang diteliti dalam konteks kerja ilmiah. Namun demikian, seorang peneliti tidaklah harus sepenuhnya berdasarkan kepada penjelasan yang diperoleh dari para informan kunci. Seorang peneliti diharapkan lebih jauh menafsirkan sumber data berdasarkan kaidah-kaidah ilmiah yang diperoleh dari kinerjanya sebagai ilmuwan. Tentu saja penafsiran ini bisa berbeda-beda antara seorang peneliti dengan peneliti lainnya, yang pasti akan dilatarbelakangi oleh pengalaman keimlmuannya. Pendekatan kedua ini lazim disebut sebagai pendekatan etik.

Sisi kedua adalah perlunya penafsiran berdasarkan kaidah-kaidah saintifik terhadap lagu-lagu tersebut. Dua titik pandang ini menghasilkan suatu sintesa keilmuan yang tentu berdasar kepada empirisme, logika, pembuktian, penelaahan, tafsiran, dan hasil yang diperoleh dari penelitian lapangan (field work).

1.6.3 Teori Belajar Behavioristik

Teori belajar behavioristik menjelaskan belajar itu adalah perubahan perilaku yang dapat diamati, diukur dan dinilai secara konkret. Perubahan terjadi melalui rangsangan (stimulans) yang menimbulkan hubungan perilaku reaktif (respon) berdasarkan hukum-hukum mekanistik. Stimulans tidak lain adalah lingkungan belajar anak, baik yang internal maupun eksternal yang menjadi penyebab belajar. Sedangkan respons adalah akibat atau dampak, berupa reaksi fifik terhadap stimulans. Belajar berarti penguatan ikatan, asosiasi, sifat da kecenderungan perilaku S-R (stimulus-Respon).

Teori Behavioristik memiliki cirri-ciri sebagai berikut: 1. Mementingkan faktor lingkungan


(44)

2. Menekankan pada faktor bagian

3. Menekankan pada tingkah laku yang nampak dengan mempergunakan metode obyektif.

4. Sifatnya mekanis

5. Mementingkan masa lalu

A. Edward Edward Lee Thorndike (1874-1949Thorndike berprofesi sebagai seorang pendidik dan psikolog yang berkebangsaan Amerika. Lulus S1 dari Universitas Wesleyen tahun 1895, S2 dari Harvard tahun 1896 dan meraih gelar doktor di Columbia tahun 1898. Buku-buku yang ditulisnya antara lain Educational Psychology (1903), Mental and social Measurements (1904), Animal Intelligence (1911), Ateacher’s Word Book (1921),Your City (1939), dan Human Nature and The Social Order (1940).

Menurut Thorndike, belajar merupakan peristiwa terbentuknya asosiasi-asosiasi antara peristiwa-peristiwa yang disebut stimulus (S) dengan respon (R ). Stimulus adalah suatu perubahan dari lingkungan eksternal yang menjadi tanda untuk mengaktifkan organisme untuk beraksi atau berbuat sedangkan respon dari adalah sembarang tingkah laku yang dimunculkan karena adanya perangsang. Dari eksperimen kucing lapar yang dimasukkan dalam sangkar (puzzle box) diketahui bahwa supaya tercapai hubungan antara stimulus dan respons, perlu adanya kemampuan untuk memilih respons yang tepat serta melalui usaha –usaha atau percobaan-percobaan (trials) dan kegagalan-kegagalan (error) terlebih dahulu. Bentuk paling dasar dari belajar adalah “trial and error learning atau selecting and connecting learning” dan berlangsung menurut hukum-hukum tertentu. Oleh karena itu teori belajar yang dikemukakan oleh Thorndike ini sering disebut dengan teori belajar koneksionisme atau teori asosiasi. Adanya pandangan-pandangan


(45)

Thorndike yang memberi sumbangan yang cukup besar di dunia pendidikan tersebut maka ia dinobatkan sebagai salah satu tokoh pelopor dalam psikologi pendidikan.

Dari percobaan ini Thorndike menemukan hukum-hukum belajar sebagai berikut:1. Hukum Kesiapan(law of readiness), yaitu semakin siap suatu organisme memperoleh suatu perubahan tingkah laku, maka pelaksanaan tingkah laku tersebut akan menimbulkan kepuasan individu sehingga asosiasi cenderung diperkuat.Prinsip pertama teori koneksionisme adalah belajar suatu kegiatan membentuk asosiasi (koneksi) antara kesan panca indera dengan kecenderungan bertindak. Misalnya, jika anak merasa senang atau tertarik pada kegiatan jahit-menjahit, maka ia akan cenderung mengerjakannya. Apabila hal ini dilaksanakan, ia merasa puas dan belajar menjahit akan menghasilkan prestasi memuaskan. Prinsip pertama teori koneksionisme adalah belajar suatu kegiatan membentuk asosiasi antara kesan panca indera dengan kecenderungan bertindak. Misalnya, jika anak merasa senang atau tertarik pada kegiatan jahit-menjahit, maka ia akan cenderung mengerjakannya. Apabila hal ini dilaksanakan, ia merasa puas dan belajar menjahit akan menghasilkan prestasi memuaskan.

Masalah pertama hukum law of readiness adalah jika kecenderungan bertindak dan orang melakukannya, maka ia akan merasa puas. Akibatnya, ia tak akan melakukan tindakan lain.Masalah kedua, jika ada kecenderungan bertindak, tetapi ia tidak melakukannya, maka timbullah rasa ketidakpuasan. Akibatnya, ia akan melakukan tindakan lain untuk mengurangi atau meniadakan ketidakpuasannya.Masalah ketiganya adalah bila tidak ada kecenderungan bertindak padahal ia melakukannya, maka timbullah ketidakpuasan. Akibatnya, ia


(46)

akan melakukan tindakan lain untuk mengurangi atau meniadakan ketidakpuasannya.

2. Hukum Latihan (law of exercise), yaitu semakin sering tingkah laku diulang/ dilatih (digunakan) , maka asosiasi tersebut akan semakin kuat. Prinsip law of exercise adalah koneksi antara kondisi (yang merupakan perangsang) dengan tindakan akan menjadi lebih kuat karena latihan-latihan, tetapi akan melemah bila koneksi antara keduanya tidak dilanjutkan atau dihentikan. Prinsip menunjukkan bahwa prinsip utama dalam belajar adalah ulangan. Makin sering diulangi, materi pelajaran akan semakin dikuasai.

3. Hukum akibat(law of effect), yaitu hubungan stimulus respon cenderung diperkuat bila akibatnya menyenangkan dan cenderung diperlemah jika akibatnya tidak memuaskan. Hukum ini menunjuk pada makin kuat atau makin lemahnya koneksi sebagai hasil perbuatan. Suatu perbuatan yang disertai akibat menyenangkan cenderung dipertahankan dan lain kali akan diulangi. Sebaliknya, suatu perbuatan yang diikuti akibat tidak menyenangkan cenderung dihentikan dan tidak akan diulangi.

Koneksi antara kesan panca indera dengan kecenderungan bertindak dapat menguat atau melemah, tergantung pada “buah” hasil perbuatan yang pernah dilakukan. Misalnya, bila anak mengerjakan PR, ia mendapatkan muka manis gurunya. Namun, jika sebaliknya, ia akan dihukum. Kecenderungan mengerjakan PR akan membentuk sikapnya.

Selain itu untuk menambah perspektif keilmuan ini, dalam rangka mengkaji keberadaan lagu-lagu populer Batak Toba yang melodinya diadopsi dari musik


(47)

Barat, maka penulis menggunakan teori kebenaran. Artinya adalah alasan kebenaran apa yang menjadi eksisnyalagu-lagu populer Batak Toba seperti itu.

1.6.4 Teori kebenaran

Teori dikembangkan oleh beberapa ahli filsafat yang kebanyakan adalah berkebangsaan Amerika yang menyebabkan filsafat ini sering dikaitkan dengan filsafat Amerika. Ahli-ahli filasafat ini di antaranya adalah William James (1842-1910), John Dewey (1859-1952), George Hobart Mead (1863-1931) dan C.I. Lewis (Jujun, 1990:57) Pragmatisme menantang segala otoritanianisme, intelektualisme dan rasionalisme. Bagi mereka ujian kebenaran adalah manfaat (utility), kemungkinan dikerjakan (workability) atau akibat yang memuaskan (Titus, 1987:241), Sehingga dapat dikatakan bahwa pragmatisme adalah suatu aliran yang mengajarkan bahwa yang benar ialah apa yang membuktikan dirinya sebagai benar dengan perantaraan akibat-akibatnya yang bermanfaat secara praktis. Pegangan pragmatis adalah logika pengamatan dimana kebenaran itu membawa manfaat bagi hidup praktis (Hadiwijono, 1980:130) dalam kehidupan manusia. Kriteria pragmatisme juga dipergunakan oleh ilmuan dalam menentukan kebenaran ilmiah dalam prespektif waktu. Secara historis pernyataan ilmiah yang sekarang dianggap benar suatu waktu mungkin tidak lagi demikian. Dihadapkan dengan masalah seperti ini maka ilmuan bersifat pragmatis selama pernyataan itu fungsional dan mempunyai kegunaan maka pernyataan itu dianggap benar, sekiranya pernyataan itu tidak lagi bersifat demikian, disebabkan perkembangan ilmu itu sendiri yang menghasilkan pernyataan baru, maka pernyataan itu ditinggalkan (Jujun, 1990:59), demikian seterusnya. Tetapi kriteria kebenaran cenderung menekankan satu atau lebih dati tiga pendekatan (1) yang benar adalah yang memuaskan keinginan kita,


(48)

(2) yang benar adalah yang dapat dibuktikan dengan eksperimen, (3) yang benar adalah yang membantu dalam perjuangan hidup biologis. Oleh karena teori- teori kebenaran (koresponden, koherensi, dan pragmatisme) itu lebih bersifat saling menyempurnakan daripada saling bertentangan, maka teori tersebut dapat digabungkan dalam suatu definisi tentang kebenaran. kebenaran adalah persesuaian yang setia dari pertimbangan dan ide kita kepada fakta pengalaman atau kepada alam seperti adanya

1.7 Metode Transkripsi dan Analisis

Dalam proses transkripsi penulis berpedoman pada pendapat Nettl (1991:23) yang mengatakan ada dua pendekatan yang bisa digunakan untuk mendeskripsikan musik, yaitu : (1) kita dapat menganalisa dan mendeskripsikan musik dari apa yang kita dengar, (2) kita dapat menuliskan bunyi musik itu dalam tulisan sehingga dapat mendeskripsikan tulisan itu.

Dalam hal notasi penulis mengacu pada pendapat Seeger (1958:184-195) yang membedakan dua notasi ditinjau dari tujuannya, yaitu : notasi perskriptif dan notasi deskriptif. Notasi perskriptif yaitu notasi yang hanya menuliskan garis besar dari bunyi. Notasi ini merupakan pedoman bagaimana musik itu dapat di wujudkan oleh pemain musik. Notasi deskriptif adalah laporan yang disertai dengan lengkap tentang bagaimana sebenarnya suatu komposisi musik diwujudkan.


(49)

1.8 Metode Penelitian

Penelitian ini direncanakan sebagai riset pustaka dan metode lapangan (wawancara dan pengamatan). Dalam penelitian inidigunakan metode deskriktif kwantitatif. Lagu dengan judul DITAKKO HO ROHAKKI penyanyi Jack Marpaung ( mirip lagu THATS WHY penyanyi Michael Learn To Rock ), lagu dengan judul LADYpenyanyinya Paniel Panjaitan ( mirip Lagu dengan judul SHE’S GONE penyanyi Steel Heart),lagu dengan judul Maria penyanyinya Marsada Band ( mirip Lagu dengan judul MARIAN penyanyi The Cats). Masih dari lagu yang sama melodinya akan tetapi makna lirik berbeda dan versi yang berbeda (asli dan tiruan),dapat digali atau diperoleh pengetahuan tentang apa, siapa, di mana, untuk apa, mengapa, kapan,bagaimana, dsb.sesuatu itu terhubung atau berhubung kait dengan lagu tersebut.

1.9 Sistematika Penulisan

Penelitian ini direncanakan terdiri dari lima bab. Bab Iterdiridari Pendahuluan berisi tentang Latar Belakang penelitian, Rumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Tinjauan Pustaka, Landasan Teori, Metode Penelitian, dan Sistematika Penulisan.

Setersunya Bab II berupa Gambaran Umum Kebudayaan Musik batak Toba: Tradisi dan Modernisasi. Bab II ini memfokuskan kajian aspek hostoris yang melatarbelakangi budaya music popular Batak Toba yang melodinya diadopsi dari kebudayaan Barat. Aspek religi terutama agama Kristen menjadi factor penghubung dua budaya ini.


(50)

Setersunya Bab III bertajuk Analisis Komparatif Struktur Melodi Tiga Lagu Pop Barat dan Batak Toba. Bab ini mengkhususkan kajian terhadap struktur melodi tiga lagu pop Batak Toba yang melodinya diadopsi dari melodi music pop Barat. Tujuan utmanya adalah seberapa jauh perkembangan dan perubahan yang terjadi setelah diolah kembali oleh para pemusik Batak Toba.

Bab IV berjudul Makna Teks Tiga Lagu Pop Barat dan Batak Toba yang bermelodi sama. Pada bab ini focus kajian dilakukan terhadap teks-teks yang digunakan dalam masing-masing lagu. Kajian iniuntuk menjawab apakah lagu pop Batak Toba memiliki tema yang sama atau berubah temanya disbanding dengan lagu asalnya dalam budaya music pop Barat.

Bab V berjudul Respon Pendengar dalam Budaya Batak Toba. Bagian ini mengkaji langsung bagaimana tanggapan, apresiasi, rekasi dari para pendengar ketika mendengarkan lagu-lagu Batak Toba yang melodinya diadopsi dari musik pop Barat tersebut.

Bab VI adalah Kesimpulan dan Saran, yang merupakan bahagian penutup dari tulisan berbentuk tesis ini.


(51)

BAB II

GAMBARAN UMUM KEBUDAYAAN MUSIK BATAK TOBA: TRADISI DAN MODERNISASI

Apa yang dapat dilihat dan diamati mengenai lagu-lagu popular dalam kebudayaan Batak Toba, yang sebahagiannya mengadopsi lagu-lagu dari budaya musik pop daerah lain, nasional, bahkan global, khususnya music Barat, tidaklah terjadi begitu saja, namun memiliki sejarah yang panjang. Dalam hal ini perubahan dan kontinuitas berjalan bersama di dalam kebudayaan Batak Toba. Perubahan yang terjadi selain dari factor internal, juga factor eksternal berupa adopsi lagu-lagu dengan melodi yang seudah umum dikenal, dan dipandang sebagai bahagian dari identitas orang Batak dalam konteks globalisasi. Namun demikian, secara inovatif, para pencipta dan penyanyi membuat lirik lagunya yang khas Batak Toba. Untuk mengetahui, semua proses ini, alangkah baiknya dilihat terlebih dahulu bagaimana budaya tradisi Batak Toba, dan kemudian bagaiman proses modernisasinya, terutama yang berkait erat dengan musik popular Batak Toba yang melodinya diadopsi dari kebudayaan musik pop Barat.

2.1 Adat

Salah satu pendukung budaya tradisi Batak Toba, adalah apa yang disebut dengan adat. Di dalam kebudayaan Batak Toba, adat merupakan warisan yang diperoleh dari leluhurnya—dan wajib dilanjutkan oleh generasi berikutnya. Secara kultural, adat dalam masyarakat Batak Toba ini menjadi pedoman kepada setiap individu dan kelompok, dalam melaksanakan kegiatan sehari-harinya. Di dalamadat


(52)

terdapat unsur hukum, aturan, norma, nilai, dan tata cara yang mengatur tentang hubungan manusia dan manusia, baik secara individu maupun kelompok.

Dalam persepsi budaya masyarakat Batak Toba, adat merupakan pemberian Debata Mulajadi Na Bolon1

Selain itu, adatmerupakan kebiasaan (hasomalan) yang dapat diartikan sebagai aturan-aturan yang dibiasakan (yang berdimensi ide dan perilaku sekaligus). Pengertian lain dari istilah adat ini adalah kebiasaan di suatu tempat atau yang terdapat pada suatu kelompok marga(klen) yang diturunkan dari orang-orang tua dan diwariskan secara turun temurun, berupa pesan tentang aturan dan hukum yang tidak boleh diabaikan atau dilupakan. Seterusnya, hukum adat yang merupakan pemberian dari Debata Mulajadi Na Bolon sebagai perintah yang harus dituruti oleh segenap warga masyarakat Batak Toba, dimulai dari kebiasaan adat yang dilaksanakan oleh sekelompok masyarakat. Dampaknya adalah tertanam

yang harus dituruti oleh makhluk penciptan-Nya, dengan tujuan aman, damai, sentosa seluruh alam ini. Adat tersebut menjadi hukum (yang tidak tertulis) bagi setiap orang yang memberikan pengetahuan tentang cara kehidupan untuk membedakan mana yang baik dan mana yang buruk, menurut standar kebudayaan Batak Toba.

1

Dalam sistem religi tradisi masyarakat Batak Toba Lama,Debata Mula Jadi Na Bolon dipercayai memiliki kekuasaan di atas langit yang mencakup jiwa dan roh yaitu: tondi,sahala, dan begu. Yang dimaksud tondi dalam system kepercayaan ini,adalah jiwa atau roh seseorang yang merupakan kekuatan. Oleh karena itu tondi memberikan nyawa kepada manusia. Tondi didapat sejak seseorang janin berada di dalam kandungan ibundanya. Jikalau tondi meninggalkan badan (raga) seseorang, maka orang tersebut akan sakit atau meninggal dunia. Maka ketika tondi meninggalkan raga seseorang, dalam budaya Batak Toba selalu diadakan upacara mangalap (menjemput) tondi dari sombaon (roh jahat) yang menawannya. Kemudian termonilogi sahala dapat diartikan sebagai jiwa atau roh kekuatan yang dimiliki seseorang. Semua orang memiliki tondi tetapi tidak semua orang memiliki sahala. Seterusnya, istilah sahala sama dengan kesaktian yang dimiliki para raja atau hula-hula. Begu adalah tondi orang telah meninggal yang perilakunya sama dengan tingkah laku manusia, hanya muncul pada waktu malam.


(53)

suatu kepercayaan pada setiap individu dalam masyarakat Batak Toba terhadap hukum adat tersebut. Orang-orang Batak Toba meyakini bahwa jikalau adat sebagai warisan utama itu diikuti dan dilaksanakan, maka orang tersebut dipercayai akan mendapat berkah, sedangkan orang yang tidak peduli dengan adat tersebut akan mendapat bala, berupa hukum tersirat maupun yang tersurat.

Selanjutnmya, secara teologis, adat adalah bentuk keseluruhan suatu sistem religi suku. Adat tersebut merangkum, meresapi, dan menentukan eksistensi suku atau bangsa dengan cara bagaimanapun. Kemudian, adat menghubungkan orang yang hidup dan kasat mata atau kelihatan dengan orang yang mati yang tidak kelihatan; selain itu adat mengatur tata tertib sosial untuk desa atau kelompok desa sebagai persekutuan hukum, persekutuan produksi, dan persekutuan religi. Selain itu, adat mempertahankan daya hidup mitos, dimana kekuatannya terdapat pada nomisme, yaitu sikap hukum yang alamiah dan tujuannya ialah untuk pencapaian kelanggengan dan keselarasan antara alam makrokosmos dan mikrokosmos. Di dalam keseluruhan aspek yang berkait dengan adat ini, dunia binatang dan tumbuh-tumbuhan diintegrasikan sepenuhnya sama seperti dunia alam dan angkasa. Adat mepunyai corak bermotif sebab ia mempunyai dasar dalam mitos yang merupakan konsep suatu bangsa untuk memahami dirinya. Oleh karena itu, adat merupakan bagian lahiriah serta pengembangan mitos dalam kehidupan bersama dan penerapannya dalam segala seluk belukn kehidupan (Pasaribu, 1986:61).

Adat memiliki asal-usul keilahian (ketuhanan) begitu pula merupakan seperangkat norma yang diturunkan dari nenek moyang, yang berulang-ulang atau yang teratur datang kembali. Selepas itu kembali menjadi suatu kebiasaan atau hal yang biasa (Schreiner, 1994:18). Pola-pola kehidupan yang Nampak dan dapat diamati dalam bentuk pergaulan sehari-hari, pembangunan rumah, upacara


(1)

yang baru, tidak penuh mengadopsinya. Ini juga bisa menunjukkan kreativitas para pencipta lagu. Gaya dalam musik adalah universal, dan gaya ini bisa saja diolah kembali, sebagai daya motivasi, inovasi, dan kreativitas yang baru.

Ketiga, saran penulis adalah pentingnya bagi setiap pencipta lagu, pengaransemen, penyanyi, dan produser lagu-lagu populer Batak Toba untuk mendalami pengetahuannya, terutama yang berkaitan dengan Undang-undang Hak Cipta, Hak Akan Kekayaan Intelektual (HAKI), perundang-undangan secara umum, agar dapat mengarahkan dirinya bertindak dan mencipta secara tepat, adil, bermartabat, dan intelektual.

Saran keempat, adalah perlunya dibentuk persatuan seniman musik Batak untuk mewadahi mereka dalam sebuah organisasi yang kuat. Organisasi ini diharapkan akan dapat menjadi tulang punggung kinerja para seniman anggotanya dalam konteks mencari rezeki yang dikaruniakan Tuhan kepada mereka. Dengan terbentuknya organisasi semacam ini, maka setiap anggota akan dapat bertanya, melakukan pembelaan hak-hak dan kewajiban, dan tentu saja ke arah mana kebudayaan musik p[opuler Batak Toba ini akan dibawa bersama-sama. Bagaimanapun kekuatan sebuah organisasi itu akan berbeda dengan kekuatan yang dilakukan secara sendiri-sendiri, apalagi menafikan keberadaan orang lain yang kinerja, posisi, dan kedudukannya sama dan berkait dengan diri kita. Bagaikan sebuah sapu pasti lebih kuat menyapu dibandingkan hanya berupa lidi yang berserakan.

Saran kelima penulis adalah perlunya dibina para pemusik-pemusik berbakat dari kawasan Batak ini, baik itu sebagai pencipta lagu, pemain alat musik tertentu, penggubah lagu, komposer, dan lain-lainnya. Pembinaan ini bisa dilakukan melalui


(2)

tinggi. Juga bisa dilakukan secara informal di dalam kursus-kursus, pelatihan-pelatihan, dan sejenisnya. Bagaimanapun kesinambungan kebudayaan akan lebih baik dilakukan melalui pendidikan (enkulturasi) dari satu generasi dan generasi lainnya.

Saran keenam, dalam menciptakan lagu-lagu populer Batak Toba, hendaknya penekanan dan fokus tema lirik bukan hanya pada aspek cinta saja, tetapi bisa diluaskan lebih dari itu. Misalnya tema-tema cerita rakyat, kemanusiaan, perdamaian, persatuan dan kesatuan, kehidupan sehari-hari masyarakat, religi, dongeng, dan lain-lainnya yang mengandung kearifan lokal. Di dalam tema-tema ini terkandung nilai-nilai filsafat hidup yang universal, sekali gus juga sebagai kearifan lokal masyarakat Batak.


(3)

DAFTAR PUSTAKA

Han. Arsyad. Muhammad. 1933. Thabal Mahkotra Negeri Asahan. Tanpa penerbit.

Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Tanjung Balai. 2002. Deskrifsi Tari Gubang. Pemko Tanjung Balai. Tanjung Balai.

Hermin, Kusmayati, 1989 “Makna tari dalam Upacara di Indonesia”, Pidato Ilmiah Pada Dies Natalis VI Institut Seni Indonesia Yogyakarta, Dep. P&K, Yogyakarta.

Hawkins, Alma. 1990. Creating Through Dance. Los Angeles: University Of California.

Husni. T.H.M. Lah. 1979. Butir-butir Adat Melayu Pesisir Timur. Medan. Balai Pustaka.

Langer, Susanne K. Problems Of Art. New York, Charles Sribner’s Son’s , 1953

Luckman Sinar Basarshah-II. 2007. Pengantar Etnomusikologi dan Tarian Melayu. Medan: Yayasan Kesultanan Serdang.

---. 2005. Adat Budaya Melayu: Jati Diri dan Kepribadian. FORKALA. Sumatera Utara

……….. 2006. Bangun dan Runtuhnya Kerajaan Melayu di sumatera Timur, Medan. Yayasan Kesultanan Serdang.

Mubin Sheppard, 1972. Taman Indera: Malay Decorative Arts and Pastimes. London: Oxford University Press


(4)

Nasir, 2005. Metode Penelitian, Jakarta : Ghalia Indonesia.

Nettl,B. Folk and Traditional Music of the Western Continents . New Jersey :Prentice-hall, Inc, 1987

Olsen, Marvin. E. The Process of Social Organization. New Delhi, Bombay, Calcuta : Oxford and IBH Publising Co, 1968

Poerwadarminta, W.J.S. Jakarta: Balai Pustaka, Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1999

Pemda Tk II Kabupaten Asahan. 1988. Singgah di Asahan. Penerbit Adillah. Kisaran

Sutrisno, Mudji, et al, 1993, Estetika : Filsafat Keindahan, Yogyakarta, Kanisius.

Sedyawati. Edi. 1981. Pertumbuhan Seni Pertunjukan. Jakarta. Sinar Harapan.

Sahman, Humar, 1993, Estetika Telaah Sistematika dan Historik, IKIP Semarang Pess, Semarang.

Soedarsono, R.M. “Should The University Perform More Activities in Creative Arts,”dalam R.M. Soedarsono, Living Traditional Theaters in

Indonesia.Yogyakarta: Akademi Seni Tari Indonesia Yogyakarta, 1974.

Rahim. A. Maya. 1989. “Cerita Rakyat Tanjung Balai dan Sekitarnya Tentang Kisah Asal Mula Lagu Didong, Sinandong, Aloban Condong beserta Tari Gubang dan Patam-Patam”. Naskah stensilan

Rouged. 1985. Music and Trance: A General Theory Of Relations Between and Possesion. Chicago: The University of Chicago Press.


(5)

Rahayu, Tuty. 2005. “Upacara Siar Mambang pada Masyarakat Melayu Pesisir Asahan” Medan. Tesis untuk mendapatkan derajat S2. Unimed


(6)