Analisis Pengaruh Rasio-Rasio Keuangan Terhadap Kinerja Perbankan di Bursa Efek Indonesia Dengan Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga Sebagai Variabel Moderating
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Landasan Teori.
2.1.1
Kinerja Perbankan
Tingkat kesehatan bank adalah hasil penilaian kondisi bank yang
dilakukan terhadap risiko dan kinerja bank, bank wajib memelihara dan
meningkatkan tingkat kesehatan bank dengan menerapkan prinsip kehati-hatian
dan manajemen risiko dalam melaksanakan kegiatan usahanya. Sesuai Peraturan
Bank Indonesia No. 13/1/PBI/2011 tanggal 5 Januari 2011 tentang Penilaian
Tingkat Kesehatan Bank Umum bahwa “Bank wajib melakukan penilaian Tingkat
Kesehatan Bank secara individual dengan menggunakan pendekatan risiko (Riskbased Bank Rating) dengan cakupan penilaian terhadap faktor- faktor sebagai
berikut: a) profil risiko (Risk Profile ), b) good Corporate Governance (GCG), c)
rentabilitas (Earnings), d) Permodalan (Capital)”. Dari Peraturan Bank Indonesia
tersebut terlihat bahwa rentabilitas adalah salah satu unsur yang terutama dinilai
dalam menentukan tingkat kesehatan bank dan salah satu indikator yang umum
digunakan dalam pengukuran daya laba perusahaan adalah rasio Return On Assets
(ROA). Return On Assets
merupakan
diinvestasikan
seluruh
ke
dalam
kemampuan
dari
modal
yang
aktiva perusahaan untuk menghasilkan
keuntungan. Return On Assets menggunakan laba sebagai salah satu cara untuk
menilai efektivitas dalam penggunaan aktiva perusahaan dalam menghasilkan
laba. Semakin tinggi laba yang dihasilkan, maka semakin tinggi pula Return On
Assets, hal itu berarti bahwa perusahaan
semakin efektif dalam penggunaan
13
Universitas Sumatera Utara
14
aktiva untuk menghasilkan keuntungan. Rasio Return On Assets dapat dirumuskan
sebagai berikut :
aba Sebelum Pajak
x 100
ata rata Total Aset
Dalam penelitian ini Return On Assets digunakan sebagai indikator
kinerja bank, Return On Assets menunjukkan efektivitas perusahaan dalam
menghasilkan keuntungan dengan mengoptimalkan aset yang dimiliki. Semakin
tinggi Return On Assets menunjukkan semakin efektif perusahaan tersebut, karena
besarnya Return On Assets dipengaruhi oleh besarnya laba yang dihasilkan
perusahaan. Nilai Return On Assets yang semakin mendekati 1, berarti semakin
baik profitabilitas perusahaan karena setiap aset yang ada dapat menghasilkan
laba. Dengan kata lain semakin tinggi nilai Return On Assets maka semakin baik
kinerja keuangan perusahaan tersebut. Pengukuran kinerja keuangan perusahaan
dengan Return On Assets menunjukkan kemampuan atas modal yang
diinvestasikan dalam keseluruhan aset yang dimiliki untuk menghasilkan laba.
Return On Assets adalah rasio keuntungan bersih sebelum pajak untuk menilai
seberapa besar tingkat pengembalian dari aset yang dimiliki oleh perusahaan.
Return On Assets yang negatif disebabkan laba perusahaan dalam kondisi negatif
pula atau rugi, hal ini menunjukkan kemampuan dari modal yang diinvestasikan
secara keseluruhan belum mampu untuk menghasilkan laba. Return On Assets
menggambarkan sejauh mana tingkat pengembalian dari seluruh aset yang
dimiliki perusahaan. Return On Assets digunakan oleh manjemen perusahaan
untuk mengukur efektivitas dari keseluruhan operasi perusahaan. Pengukuran
kinerja keuangan perusahaan dengan Return On Assets memiliki keuntungan yaitu
Universitas Sumatera Utara
15
Return On Assets merupakan pengukuran yang komprehensif dimana seluruhnya
mempengaruhi laporan keuangan yang tercermin dari rasio ini.
2.1.2
Laporan Keuangan Perbankan
Undang-undang perbankan Nomor 10 tahun 1998 mendefinisikan :
“Perbankan adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang bank, mencakup
kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan
usahanya dan mendefinisikan bank adalah sebagai badan usaha yang menghimpun
dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada
masyarakat dalam bentuk kredit”. Perbankan Indonesia dalam melakukan
usahanya berasaskan demokrasi ekonomi dengan menggunakan prinsip kehatihatian. Bank mempunyai fungsi utama sebagai penghimpun dana dan penyalur
dana dengan tujuan menunjang pelaksanaan pembangunan nasional dalam
rangka meningkatkan pemerataan pertumbuhan ekonomi, dan stabilitas nasional
ke arah peningkatan kesejahteraan rakyat banyak. Menurut jenisnya , bank terdiri
dari bank umum dan bank rakyat. Bank umum dapat mengkhususkan diri untuk
melaksanakan kegiatan tertentu atau memberikan perhatian yang lebih besar
kepada
kegiatan
tertentu.
Berdasarkan
Peraturan
Bank
Indonesia
No.
14/14/PBI/2012 bahwa: “dalam rangka transparansi kondisi keuangan, Bank
wajib menyusun dan menyajikan laporan keuangan, yang terdiri atas: 1) laporan
tahunan, 2) laporan keuangan publikasi triwulanan, 3) laporan keuangan publikasi
bulanan, 4) laporan keuangan konsolidasi”. Maka dengan perkembangan terkini
standar akuntansi keuangan, perbankan dituntut untuk menyajikan laporan
keuangan yang akurat, komprehensif dan mencerminkan kinerja bank secara utuh
Universitas Sumatera Utara
16
sesuai dengan standar akuntansi internasional dan dalam melaksanakan kegiatan
usahanya bank perlu mengelola resiko kredit antara lain dengan menjaga kualitas
aset dan tetap melakukan penghitungan penyisihan penghapusan aset, diperlukan
harmonisasi ketentuan mengenai penilaian kualitas aset sehubungan dengan
adanya perubahan kondisi keuangan global dan beberapa ketentuan terkait. Aset
adalah aset produktif dan non produktif. Aset produktif adalah penyediaan dana
bank untuk memperoleh penghasilan, dalam bentuk kredit surat berharga,
penempatan dana antar bank, tagihan akseptasi, tagihan atas surat berharga yang
dibeli dengan janji dijual kembali, tagihan derivatif, penyertaan, transaksi
rekening administratif serta bentuk penyediaan dana lainnya yang dapat
dipersamakan dengan itu. Aset non produktif adalah aset bank selain aset
produktif yang memiliki potensi kerugian, antara lain dalam bentuk agunan yang
diambil alih, properti terbengkalai, rekening antar kantor dan suspense account.
(Peraturan Bank Indonesia No. 14/15/PBI/2012).
2.1.3
Capital Adequacy Ratio (CAR)
Modal bank sesuai Peraturan Bank Indonesia No. 15/12/PBI/2013 adalah
“Modal bagi bank yang berkantor pusat di Indonesia terdiri atas modal inti dan
pelengkap”. Berdasarkan peraturan Bank Indonesia tersebut bahwa bank harus
memiliki modal yang terdiri dari modal inti dan modal pelengkap. Ada tiga hal
alasan bank harus memutuskan jumlah modal yang mereka butuhkan. Pertama,
modal bank mencegah kegagalan bank (Bank Failure), yaitu situasi dimana bank
tidak dapat memenuhi likuiditas dan solvabilitas. Kedua, modal bank
mempengaruhi pendapatan pemilik. Ketiga, modal minimum ( bank capital
Universitas Sumatera Utara
17
requirement) sangat diperlukan untuk memenuhi ketentuan otoritas moneter.
Capital Adequacy Ratio adalah rasio antara modal bank dengan aktiva tertimbang
menurut resiko
(ATMR). Rasio Capital Adequacy Ratio
dapat dirumuskan
sebagai berikut :
Modal Bank
x 100
Aktiva Tertimbang Menurut isiko
Berdasarkan Peraturan Bank Indonesia No. 15/12/PBI/2013 mengenai
penyediaan
modal
minimum ditetapkan paling rendah 8%
dari
Aset
Tertimbang Menurut Risiko (ATMR) untuk Bank dengan profil risiko peringkat
satu. Dari peraturan Bank Indonesia tersebut bahwa jika Capital Adequacy Ratio
suatu bank dibawah 8% maka bank tersebut termasuk bank dengan profil resiko
peringkat satu dan tidak mempunyai peluang untuk memberikan kredit. Padahal
kegiatan utama bank adalah menghimpun dana dan menyalurkannya kembali
dalam bentuk kredit. Dengan Capital Adequacy Ratio yang cukup atau memenuhi
kententuan, bank tersebut dapat
beroperasi
sehingga
menghasilkan laba.
Dengan kata lain semakin tinggi Capital Adequacy Ratio semakin baik kinerja
suatu bank. Penyaluran kredit yang optimal, dengan asumsi tidak terjadi macet
akan menaikkan laba yang akhirnya akan meningkatkan
Return On Assets.
Besarnya modal suatu bank, akan mempengaruhi tingkat kepercayaan masyarakat
terhadap kinerja bank. Dalam prakteknya perhitungan Capital Adequacy Ratio
yang oleh Bank Indonesia disebut Kewajiban Penyediaan Modal Minimum Bank
(KPMM) tidaklah sederhana. KPMM adalah perbandingan antara Modal dengan
Aktiva Tertimbang Menurut Resiko.
Universitas Sumatera Utara
18
2.1.3.1 Aset Tertimbang Menurut Risiko (ATMR)
Dari peraturan Bank Indonesia, dinyatakan bahwa aset tertimbang
menurut risiko (ATMR) yang digunakan dalam perhitungan modal minimum
terdiri dari :
1. ATMR untuk risiko kredit.
2. ATMR untuk risiko operasional.
3. ATMR untuk risiko pasar.
Setiap bank wajib memperhitungkan ATMR untuk risiko kredit dan
ATMR untuk risiko opersional. ATMR untuk risiko pasar hanya wajib
diperhitungkan oleh Bank yang memenuhi kriteria tertentu. ATMR dihitung dari
aset yang tercantum dalam neraca maupun aktiva yang bersifat administratif
(tidak tercantum dalam neraca). Terhadap masing-masing pos dalam aset
diberikan bobot resiko yang besarnya didasarkan pada kadar risiko yang
terkandung pada aset itu atau golongan nasabah atau sifat bangunan.
2.1.4
Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO)
Dalam industri perbankan, pendekatan yang umum digunakan untuk
mengukur efisiensi operasional
adalah pendekatan
akuntansi ( accounting
approach) dengan menggunakan rasio Beban Operasional terhadap Pendapatan
Operasional (BOPO). Beban operasional adalah beban yang dikeluarkan oleh
bank dalam rangka menjalankan aktivitas operasional (seperti beban bunga, beban
tenaga kerja, beban pemasaran). Pendapatan operasional merupakan pendapatan
utama bank yaitu pendapatan bunga yang diperoleh dari penempatan dana dalam
bentuk kredit dan penempatan operasi lainnya.
Universitas Sumatera Utara
19
Berdasarkan
lampiran
dari Surat
Edaran
Bank
Indonesia No.
13/30/DPNP tanggal 16 Desember 2011 diketahui bahwa “ asio Beban
Operasional terhadap Pendapatan Operasional merupakan perbandingan antara
total beban operasional terhadap pendapatan operasional. Input yang digunakan
dalam rasio ini adalah beban operasional, sedangkan output yang digunakan
dalam rasio ini adalah pendapatan operasional”. Berdasarkan lampiran surat
edaran Bank Indonesia tersebut maka Rasio Beban Operasional terhadap
Pendapatan Operasional dapat dirumuskan sebagai berikut :
Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional
Beban Operasional
x 100
Pendapatan Operasional
Semakin rendah nilai rasio ini, semakin baik bank tersebut dalam
memaksimalkan laba atas beban yang terjadi.
2.1.5
Net Interest Margin (NIM)
Net Interest Margin merupakan perbandingan antara pendapatan bunga
bersih terhadap rata-rata aktiva produktif. Rasio Net Interest Margin dapat
dirumuskan sebagai berikut :
Pendapatan Bunga Bersih
x 100
ata rata Aktiva Produktif
Menurut Peraturan Bank Indonesia nomor 7/2/PBI/2005 bahwa “Bank
wajib menetapkan kualitas yang sama terhadap beberapa rekening: 1) Aktiva
Produktif yang digunakan untuk membiayai 1 (satu) debitur, 2) Penetapan kualitas
yang sama berlaku pula untuk Aktiva Produktif yang diberikan oleh lebih dari 1
(satu) Bank, 3) Dalam hal terdapat penetapan kualitas Aktiva Produktif yang
Universitas Sumatera Utara
20
berbeda untuk 1 (satu) debitur”. Pendapatan bunga bersih diperoleh dari
pendapatan bunga dikurangi beban bunga. Aktiva produktif yang diperhitungkan
adalah aktiva produktif yang menghasilkan bunga (interest bearing assets).
Semakin besar rasio ini maka pendapatan bunga yang diperoleh dari aktiva
produktif yang dikelola bank semakin besar sehingga kemungkinan bank tersebut
dalam kondisi bermasalah semakin kecil.
2.1.6
Non Performing Loan (NPL)
Menurut Peraturan Bank Indonesia No. 17/11/PBI/2015 bahwa “Rasio
Non Performing Loan yang disebut Rasio Non Performing Loan adalah “rasio
antara jumlah Total Kredit dengan kualitas kurang lancar, diragukan, dan macet
terhadap Total Kredit”. Berdasarkan peraturan Bank Indonesia tersebut maka
Rasio Non Performing Loan dapat dirumuskan sebagai berikut :
Total Kredit Bermasalah
x 100
Total Kredit Disalurkan
Menurut Surat Edaran Bank Indonesia No. 7/3/DPNP tanggal 31 Januari
2015 bahwa kualitas kredit ditetapkan sebagai berikut :
1. Lancar yang berarti pembayaran nasabah tepat waktu
2. Dalam perhatian khusus yang berarti terdapat tunggakan pembayaran
pokok dan atau bunga nasabah sampai dengan 90 hari.
3. Kurang Lancar yang berarti terdapat tunggakan pembayaran pokok
dan atau bunga nasabah yang telah melampaui 90 sampai dengan 120
hari.
Universitas Sumatera Utara
21
4. Diragukan yang berarti terdapat tunggakan pembayaran pokok dan
atau bunga nasabah yang telah melampaui 120 sampai dengan 180
hari.
5. Macet yang berarti terdapat tunggakan pokok dan atau bunga nasabah
yang telah melampaui 180 hari.
Non Performing Loan merupakan rasio yang dipergunakan untuk
mengukur kemampuan bank dalam menyanggah resiko kegagalan pengembalian
kredit oleh debitur. Non Performing Loan mencerminkan resiko kredit, semakin
kecil Non Performing Loan semakin kecil pula resiko kredit yang ditanggung
pihak bank. Setelah
kredit
diberikan
bank
wajib
melakukan pemantauan
terhadap penggunaan kredit serta kemampuan dan kepatuhan debitur dalam
memenuhi kewajibannya. Bank melakukan peninjauan, penilaian dan pengikatan
terhadap agunan untuk memperkecil resiko kredit. Kenaikan Non Performing
Loan mengakibatkan laba menurun sehingga Return On Assets menjadi semakin
kecil. Dengan kata lain semakin tinggi Non Performing Loan maka kinerja bank
menurun dan sebaliknya.
2.1.7
Loan to Funding Ratio (LFR)
Berdasarkan Peraturan Bank Indonesia No. 17/11/PBI/2015 bahwa:“
penyebutan Loan to Deposit Ratio (LDR) berubah menjadi Loan to Funding Ratio
(LFR). Loan to Funding Ratio dihitung dari perbandingan antara total kredit
dengan dana pihak ketiga. Total kredit yang dimaksud adalah kredit yang
diberikan kepada pihak ketiga (tidak termasuk kredit kepada bank lain).
Universitas Sumatera Utara
22
Berdasarkan peraturan Bank Indonesia tersebut maka Rasio Loan to Funding
Ratio dapat dirumuskan sebagai berikut :
Total Kredit
x 100
Dana Pihak Ketiga
Rasio ini menggambarkan sejauh mana simpanan digunakan untuk
pemberian pinjaman. Rasio ini juga dapat digunakan untuk mengukur tingkat
likuiditas. Loan to Funding Ratio adalah rasio kredit yang diberikan kepada pihak
ketiga dalam Rupiah dan valuta asing, tidak termasuk kredit kepada bank lain,
terhadap dana pihak ketiga yang mencakup giro, tabungan, dan deposito
dalam rupiah dan valuta asing, tidak termasuk dana antar bank dan surat-surat
berharga dalam Rupiah dan valuta asing yang memenuhi persyaratan tertentu
yang diterbitkan oleh Bank untuk memperoleh sumber pendanaan. Begitu
pentingnya arti angka Loan to Funding Ratio, maka pemberlakuannya pada setiap
bank harus diseragamkan jangan sampai ada pengecualian perhitungan Loan to
Funding Ratio
di antara
perbankan.
Loan to Funding Ratio adalah
suatu
pengukuran yang menunjukkan deposito berjangka, giro, tabungan, dan lain-lain
yang digunakan dalam memenuhi permohonan pinjaman (loan requests)
nasabahnya. Penyaluran kredit merupakan salah satu kegiatan utama bank, oleh
karena itu sumber pendapatan utama bank berasal dari kegiatan ini.
2.1.8
Giro Wajib Minimum (GWM)
Menurut Peraturan Bank Indonesia No. 15/15/PBI/2013 bahwa “Giro
Wajib Minimum adalah jumlah dana
minimum yang wajib dipelihara oleh
Bank yang besarnya ditetapkan oleh Bank Indonesia sebesar persentase
Universitas Sumatera Utara
23
tertentu dari Dana Pihak Ketiga”. Berdasarkan peraturan Bank Indonesia tersebut
maka Rasio Giro Wajib Minimum dapat dirumuskan sebagai berikut :
Giro
ajib Minimum
Giro Pada BI
x 100
Dana Pihak Ketiga
Bank wajib memenuhi Giro Wajib Minimum dalam Rupiah. Giro Wajib
Minimum dalam Rupiah Giro Wajib Minimum primer, Giro Wajib Minimum
sekunder, dan Giro Wajib Minimum Loan to Deposit ratio . Pemenuhan Giro
Wajib Minimum dalam rupiah ditetapkan sebagai berikut:
1. Giro Wajib Minimum primer dalam rupiah sebesar 8%
(delapan
persen) dari Dana Pihak Ketiga dalam rupiah.
2. Giro Wajib Minimum sekunder dalam rupiah sebesar 4% (empat
persen) dari Dana Pihak Ketiga dalam rupiah.
3. Giro Wajib Minimum Loan to Deposit Ratio dalam rupiah sebesar
hasil perhitungan antara parameter disinsentif bawah atau parameter
disinsentif atas dengan selisih antara Loan to Deposit Ratio bank
dan Loan to Funding Ratio target dengan memperhatikan selisih
antara KPMM bank dan KPMM insentif.
Bank
Indonesia
dapat memberikan kelonggaran atas kewajiban
pemenuhan Giro Wajib Minimum
Primer dalam Rupiah kepada bank yang
melakukan merger atau konsolidasi. Kelonggaran atas kewajiban pemenuhan
Giro Wajib Minimum Primer dalam Rupiah ditetapkan sebesar 1%
persen) untuk jangka waktu 1
(satu
(satu) tahun terhitung sejak merger atau
konsolidasi berlaku efektif. Kelonggaran
atas
kewajiban pemenuhan
Giro
Wajib Minimum dalam Rupiah tidak berlaku terhadap kewajiban pemenuhan
Giro Wajib Minimum Sekunder dan Giro Wajib Minimum Loan to Deposit Ratio.
Universitas Sumatera Utara
24
Giro Wajib Minimum di Bank Indonesia merupakan salah satu alat likuid bank
yang tergolong aset yang tidak menghasilkan tetapi harus dijaga dan dipelihara
oleh manajemen bank untuk memantau kecukupannya. Giro Wajib Minimum atau
likuiditas wajib minimum merupakan cadangan primer yang digunakan untuk
menghadapi kemungkinan terjadinya penarikan dana oleh nasabah perbankan
yang muncul secara tiba-tiba sehingga kepercayaan nasabah akan terus meningkat
dan kegiatan operasional bank akan berjalan dengan baik.
2.1.9
Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK)
Kegiatan utama Bank adalah menghimpun dana dari masyarakat dalam
bentuk simpanan dan menyalurkan dana kepada masyarakat dalam bentuk kredit
atau bentuk-bentuk lainnya. Menurut
Peraturan
Bank
Indonesia
No.17/11/PBI/2015 bahwa “Dana Pihak Ketiga adalah kewajiban Bank kepada
penduduk dan bukan penduduk dalam upiah dan valuta asing”.
Pada umumnya Bank menghimpun Dana Pihak Ketiga melalui produk
simpanan yang meliputi:
1. Tabungan (Saving deposits) merupakan simpanan pihak ketiga yang
penarikannya hanya dapat dilakukan menurut syarat-syarat tertentu
yang ditetapkan oleh pihak bank. Penarikannya dapat dilakukan
dengan ATM atau buku tabungan.
2. Giro (Demand deposits) merupakan simpanan yang penarikannya
dapat dilakukan setiap waktu dengan menggunakan surat perintah
pembayaran seperti cek dan bilyet giro.
Universitas Sumatera Utara
25
3. Deposito (Time deposits) merupakan yang penarikannya hanya dapat
dilakukan dalam jangka waktu tertentu menurut perjanjian antara
pihak ketiga dan bank yang bersangkutan.
Pertumbuhan dana pihak ketiga diukur dari perbandingan selisih total
Dana Pihak Ketiga pada satu bulan tertentu dengan total Dana Pihak Ketiga bulan
sebelumnya yang dimiliki bank. Rasio Dana Pihak Ketiga dapat dirumuskan
sebagai berikut :
Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga
(t) – Dana Pihak Ketiga(t 1)
x 100
Dana Pihak Ketiga (t 1)
Selain Dana Pihak Ketiga, dana yang dihimpun oleh bank dapat
bersumber dari modal sendiri
dan pinjaman.
Dana
dari
modal
sendiri
merupakan sumber dana pihak pertama yaitu dana yang berasal dari dalam bank,
baik dana yang berasal dari para pemegang saham atau pemilik saham bank. Dana
dari pinjaman merupakan dana yang berasal dari lembaga keuangan lainnya
yang dapat berupa call money, pinjaman antar bank dan kredit likuiditas dari
Bank Indonesia. Namun, Dana Pihak Ketiga merupakan sumber dana terbesar
yang paling diandalkan oleh bank (bisa mencapai 80% hingga 90% dari seluruh
dana yang dikelola oleh bank). Menurut Kasmir (2004), “dana pihak ketiga
memiliki kontribusi terbesar dari beberapa sumber dana tersebut sehingga
jumlah dana pihak ketiga yang berhasil dihimpun oleh suatu bank akan
mempengaruhi kemampuannya dalam menyalurkan kredit”. Kredit diberikan
kepada para debitur yang telah memenuhi syarat-syarat yang tercantum dalam
perjanjian yang dilakukan antara pihak debitur dengan pihak bank. Semakin tinggi
Dana Pihak Ketiga yang dihimpun oleh suatu bank menunjukkan semakin tinggi
Universitas Sumatera Utara
26
tingkat kepercayaan masyarakat terhadap suatu bank. Dengan Dana Pihak
Ketiga yang tinggi maka akan meningkatkan kemampuan bank dalam
menyalurkan kredit kepada masyarakat yang akan meningkatkan kesempatan
bank untuk mendapatkan laba melalui pendapatan bunga dari kredit yang
disalurkannya.
Berdasarkan penjelasan diatas, maka penelitian ini menggunakan Dana
Pihak Ketiga (DPK) untuk menjadi variabel moderating dengan alasan
bahwa Dana Pihak Ketiga (DPK) dapat mempengaruhi variabel independen
terhadap variabel dependen. Karena variabel moderating adalah variabel yang
dapat memperkuat atau memperlemah hubungan variabel independen terhadap
variabel dependen.
2.2
Review Peneliti Terdahulu.
Penelitian mengenai rasio keuangan dan pengaruhnya terhadap kinerja
keuangan perbankan di Indonesia telah banyak dilakukan oleh para peneliti
sebelumnya, namun menunjukkan hasil yang berbeda-beda. Beberapa penelitian
tersebut adalah:
Prasnanugraha (2007) menguji pengaruh rasio-rasio keuangan terhadap
kinerja keuangan Bank Umum pada tahun 2005 yang diproksikan dengan Return
On Assets menggunakan Metode Analisis Regresi Linier Berganda dengan sampel
sebanyak 131 bank. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Capital Adequacy Ratio
(CAR), Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO), Net
Interest Margin (NIM), Non Performing Loan (NPL) dan Loan to Deposit Ratio
(LDR) secara bersama-sama mempunyai pengaruh yang berarti terhadap Return
Universitas Sumatera Utara
27
On Assets (ROA). Non Performing Loan (NPL), Net Interest Margin (NIM) dan
Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) berpengaruh
secara parsial terhadap Return On Assets (ROA). Capital Adequacy Ratio
(CAR) dan Loan to Deposit Ratio (LDR) tidak berpengaruh secara parsial.
Hasil penelitian Eng (2013) menunjukkan bahwa Net Interest Margin, Beban
Operasional terhadap Pendapatan Operasional, Loan to Deposit
Ratio, Non
Performing Loan dan Capital Adequacy Ratio secara bersama-sama berpengaruh
signifikan terhadap Return On Assets. Net Interest Margin
secara
parsial
berpengaruh signifikan dan secara positif mendorong peningkatan Return On
Assets. Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional berpengaruh negatif
terhadap laba bank tidak didukung oleh hasil penelitian. Loan to Deposit Ratio
berpengaruh signifikan terhadap Return On Assets, namun pengaruhnya adalah
negatif. Dugaan bahwa Non Performing Loan bisa membebani laba perbankan
didukung oleh fakta pada studi ini. Hasil penelitian menunjukkan Non Performing
Loan mempunyai pengaruh yang signifikan dan apabila tidak dikelola dengan
hati-hati bisa mengurangi Return On Assets. Capital Adequacy Ratio (CAR) pada
penelitian ini secara statistik ternyata tidak berpengaruh signifikan terhadap
Return on Assets.
Rahman (2013) menyatakan Capital Adequacy Ratio , Net Interest
Margin, Non Performing Loan, Loan to Deposit
Ratio secara bersama-sama
berpengaruh signifikan terhadap Return On Assets. CAR, Net Interest Margin,
Non Performing Loan, Loan to Deposit
Ratio secara parsial berpengaruh
signifikan terhadap Return On Assets. Mahardian (2008) menguji pengaruh
Capital Adequacy Ratio , Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional,
Universitas Sumatera Utara
28
Non Performing Loan, Net Interest Margin dan Loan to Deposit Ratio terhadap
kinerja keuangan bank yang diproksikan dengan Return On Assets menggunakan
Metode Analisis Regresi Linier Berganda dengan sampel sebanyak 24 bank yang
tercatat di Bursa Efek Jakarta pada periode Juni 2002-Juni 2007. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa variabel Capital Adequacy Ratio , Net Interest Margin , Dan
Loan to Deposit Ratio berpengaruh positif dan signifikan terhadap Return On
Assets. Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional berpengaruh negatif
dan signifikan terhadap
Return On Assets. Non Performing Loan memiliki
pengaruh negatif terhadap Return On Assets tidak signifikan. Yudiartini (2016)
menunjukkan bahwa Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performance Loan
(NPL) dan Loan to Deposit Ratio (LDR) secara parsial berpengaruh negatif
terhadap Return On Assets. Sudiyatno (2010) menguji pengaruh Dana Pihak
Ketiga, Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional, dan Capital
Adequacy Ratio dan Loan to Deposit Ratio terhadap Return On Assets sebagai
proksi dari kinerja keuangan Bank menggunakan Metode Analisis Regresi Linier
Berganda dengan Persamaan Kuadrat Terkecil ( Ordinary Least Square ) dengan
sampel sebanyak 5 Bank yang Go Public di Bursa Efek Indonesia pada periode
2005-2008. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Beban Operasional terhadap
Pendapatan Operasional, Capital Adequacy Ratio , Loan to Deposit Ratio secara
bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap Return On Assets. Beban
Operasional terhadap Pendapatan Operasional, Capital Adequacy Ratio secara
parsial berpengaruh signifikan terhadap Return On Assets. Loan to Deposit Ratio
secara parsial berpengaruh tidak signifikan terhadap Return On Assets. Penelitian
yang dilakukan oleh Rusdiana (2012) Capital Adequacy Ratio, Loan to Deposit
Universitas Sumatera Utara
29
Ratio, dan Dana Pihak Ketiga tidak berpengaruh secara signifikan terhadap Return
On Assets. Sedangkan Net Interest Margin, Non Performing Loan, dan Beban
Operasional terhadap Pendapatan Operasional berpengaruh secara signifikan
terhadap Return On Assets. Dari keenam variabel bebas atau independen diatas
yang hipotesisnya ditolak yaitu Loan to Deposit Ratio . Penelitian Rahman (2013)
menyatakan Capital Adequacy Ratio , Net Interest Margin , Non Performing Loan,
Loan to Deposit Ratio secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap
Return On Assets. Capital Adequacy Ratio , Net Interest Margin , Non Performing
Loan, Loan to Deposit Ratio secara parsial berpengaruh signifikan terhadap
Return On Assets.
Berdasarkan penelitian Mulatsih (2014) Capital Adequacy Ratio , Net
Interest Margin, Loan to Deposit Ratio , Return On Equity memiliki pengaruh
yang positif terhadap Return On Assets. Sedangkan Beban Operasional terhadap
Pendapatan Operasional dan Non Performing memiliki pengaruh yang negatif
terhadap Return On Assets. Yudiartini (2016) menyatakan Capital Adequacy
Ratio (CAR), Non Performing Loan (NPL) dan Loan to Deposit Ratio (LDR)
secara parsial berpengaruh negatif terhadap kinerja keuangan. Hasil penelitian
Sugiartono (2012) menyatakan Non Performing Loan, Beban Operasional
terhadap Pendapatan Operasional, Net Interest Margin berpengaruh terhadap
Return On Assets. Sedangkan Capital Adequacy Ratio , Loan to Deposit Ratio,
Giro Wajib Minimum tidak berpengaruh terhadap Return On Assets. Penelitian
Hapsari dan Prasetiono (2011) menyatakan Loan to Deposit Ratio , Giro Wajib
Minimum, Rasio konsentrasi berpengaruh
yang positif terhadap Return On
Assets. Sedangkan Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional memiliki
Universitas Sumatera Utara
30
pengaruh yang negatif terhadap Return On Assets. Capital Adequacy Ratio dan
Non Performing Loan tidak berpengaruh terhadap Return On Assets. Hasil
penelitian Sugiartono (2012) menyatakan Non Performing Loan , Beban
Operasional terhadap Pendapatan Operasional, Net Interest Margin berpengaruh
terhadap Return On Assets. Sedangkan Capital Adequacy Ratio , Loan to Deposit
Ratio, Giro Wajib Minimum tidak berpengaruh terhadap Return On Assets.
Hasil-hasil penelitian terdahulu secara singkat dapat dilihat pada Tabel
berikut ini :
Tabel 2.1 Review Peneliti Terdahulu
No
1
2
Nama
Peneliti/
Tahun
Prasnanu
graha
(2007)
Judul Penelitian
Variabel
Hasil Penelitian
Analisis Pengaruh
Rasio-Rasio
Keuangan Terhadap
Kinerja Bank
Umum Di
Indonesia
Eng
(2013)
Pengaruh Net
Interest Margin,
Beban Operasional
terhadap
Pendapatan
Operasional, Loan
to Deposit Ratio,
Non Performing
Loan & Capital
Adequacy Ratio
Terhadap Return
On Assets Bank
Internasional Dan
Bank Nasional Go
Public Periode 2007
– 2011
Variabel
Independen:
1. Capital
Adequacy Ratio
2. Beban
Operasional
terhadap
Pendapatan
Operasional
3. Net Interest
Margin
4. Non Performing
Loan
5. Loan to Deposit
Ratio
Variabel Dependen:
Return On Assets.
Variabel
Independen:
1. Net
Interest
Margin
2. Beban
Operasional
terhadap
Pendapatan
Operasional
3. Loan to Deposit
Ratio
4. Non Performing
Loan
5. Capital
Adequacy Ratio
Variabel Dependen:
Return On Assets
Capital Adequacy Ratio , Beban
Operasional terhadap
Pendapatan Operasional, Net
Interest Margin, Non
Performing Loan, Loan to
Deposit Ratio secara simultan
berpengaruh terhadap Return
On Assets.
Non Performing Loan, Net
Interest Margin, Beban
Operasional terhadap
Pendapatan Operasional
berpengaruh secara parsial
terhadap Return On Assets.
Capital Adequacy Ratio dan
Loan to Deposit Ratio tidak
berpengaruh secara parsial.
Net Interest Margin, Beban
Operasional terhadap
Pendapatan Operasional, Loan
to Deposit Ratio, Non
Performing Loan dan Capital
Adequacy Ratio secara simultan
berpengaruh signifikan terhadap
Return On Assets.
Net Interest Margin , Loan to
Deposit Ratio, Non Performing
Loan secara parsial
berpengaruh signifikan terhadap
Return On Assets.
Capital Adequacy Ratio, Beban
Operasional terhadap
Pendapatan Operasional secara
parsial tidak berpengaruh
terhadap Return On Assets.
Universitas Sumatera Utara
31
3
Rahman
(2013)
Analisis Pengaruh
Rasio Keuangan
Terhadap Kinerja
Perusahaan
Pembiayaan Yang
Go Public Di Bursa
Efek Indonesia
4
Rusdiana
(2012)
Analisis Pengaruh
Capital Adequacy
Ratio, Loan to
Deposit Ratio, Net
Interest Margin,
Non Performing
Loan, Beban
Operasional
terhadap
Pendapatan
Operasional, Dan
Dana Pihak Ketiga
Terhadap Kinerja
Keuangan
Perbankan
5
Sudiyat
no
(2010)
6
Mahardi
an
(2008)
Analisis Pengaruh
Dana Pihak Ketiga,
Beban Operasional
terhadap
Pendapatan
Operasional,
Capital Adequacy
Ratio Dan Loan to
Deposit Ratio
Terhadap Kinerja
Keuangan Pada
Sektor Perbankan
Yang Go Public Di
Bursa Efek
Indonesia.
Analisis Pengaruh
Rasio Capital
Adequacy Ratio,
Beban Operasional
terhadap
Pendapatan
Operasional, Non
Performing Loan,
Net Interest Margin
Dan Loan to
Deposit Ratio
Terhadap Kinerja
Keuangan
Perbankan
Variabel
Independen:
1. Capital
Adequacy Ratio
2. Net
Interest
Margin
3. Non Performing
Loan
4. Loan to Deposit
Ratio
Variabel Dependen:
Return On Asset.
Variabel
1.
Independen:
1. Capital
Adequacy Ratio
2. Loan to Deposit
Ratio
3. Net
Interest
Margin
4. Non Performing
Loan
5. Beban
Operasional
terhadap
Pendapatan
Operasional
6. Dana
Pihak
Ketiga
Variabel Dependen:
Return On Assets.
Variabel
Independen:
1. Beban
Operasional
terhadap
Pendapatan
Operasional
Capital
Adequacy Ratio
2. Loan to Deposit
Ratio
Variabel Dependen:
Return On Assets.
Variabel
Independen:
1. Capital
Adequacy Ratio
2. Beban
Operasional
terhadap
Pendapatan
Operasional
3. Non Performing
Loan
4. Net
Interest
Margin
5. Loan to Deposit
Ratio
Variabel Dependen:
Return On Assets.
Capital Adequacy Ratio, Net
Interest Margin, Non
Performing Loan, Loan to
Deposit Ratio secara simultan
berpengaruh signifikan terhadap
Return On Assets.
, Non Performing Loan, Loan to
Deposit Ratio secara parsial
berpengaruh signifikan terhadap
Return On Assets.
Capital Adequacy Ratio , Loan
to Deposit Ratio, dan Dana
Pihak Ketiga tidak berpengaruh
secara signifikan terhadap
Return On Assets.
Net Interest Margin, Non
Performing Loan, dan Beban
Operasional terhadap
Pendapatan Operasional
berpengaruh secara signifikan
terhadap Return On Assets.
Beban Operasional terhadap
Pendapatan Operasional,
Capital Adequacy Ratio , Loan
to Deposit Ratio secara simultan
berpengaruh signifikan terhadap
Return On Assets.
Beban Operasional terhadap
Pendapatan Operasional,
Capital Adequacy Ratio Secara
parsial berpengaruh signifikan
terhadap Return On Assets.
Loan to Deposit Ratio secara
parsial tidak berpengaruh
signifikan terhadap Return On
Assets.
Variabel Capital Adequacy
Ratio, Net Interest Margin , dan
Loan to Deposit Ratio
berpengaruh positif dan
signifikan terhadap Return On
Assets.
Beban Operasional terhadap
Pendapatan Operasional
berpengaruh negatif dan
signifikan terhadap Return On
Assets.
Non Performing Loan memiliki
pengaruh negatif terhadap
Return On Assets tidak
signifikan.
Universitas Sumatera Utara
32
7
Yudiarti
ni
(2016)
Pengaruh Rasio
Keuangan Terhadap
Kinerja Keuangan
Sektor Perbankan
Di Bursa Efek
Indonesia
Variabel
Independen:
1. Capital
Adequacy Ratio
2. Non Performing
Loan
3. Loan to Deposit
Ratio
Variabel Dependen:
Return On Assets
Capital Adequacy Ratio , Non
Performing Loan dan Loan To
Deposit Ratio secara parsial
berpengaruh negatif terhadap
Return On Assets
8
Mulatsih
(2014)
Pengaruh Rasio
Keuangan Terhadap
Tingkat Kinerja
Pada Bank
Pembangunan
Daerah
Capital Adequacy Ratio , Net
Interest Margin, Loan to
Deposit Ratio, Return On Equity
berpengaruh yang positif
terhadap Return On Assets.
Beban Operasional terhadap
Pendapatan Operasional dan
Non Performing Loan memiliki
pengaruh yang negatif terhadap
Return On Assets.
9
Hapsari
dan
Prasetio
no
(2011)
Analisis pengaruh
Capital Adequacy
Ratio, Non
Performing Loan,
Beban Operasional
terhadap
Pendapatan
Operasional, Loan
to Deposit Ratio,
Giro Wajib
Minimum, dan
rasio konsentrasi
terhadap Return On
Assets (studi
empiris pada bank
umum yang listing
di Bursa Efek
Indonesia 20052009)
Variabel
Independen:
1. Capital
Adequacy Ratio
2. Net
Interest
Margin
3. Beban
Operasional
terhadap
Pendapatan
Operasional
4. Loan to Deposit
Ratio
5. Non Performing
Loan
6. Return
On
Equity
Variabel Dependen:
Return On Assets
Variabel
Independen:
1. Capital
Adequacy Ratio
2. Non Performing
Loan
3. Beban
Operasional
terhadap
Pendapatan
Operasional
4. Loan to Deposit
Ratio
5. Giro
Wajib
Minimum
6. Rasio
konsentrasi
Variabel Dependen:
Return On Assets
Loan to Deposit Ratio, Giro
Wajib Minimum, Rasio
konsentrasi berpengaruh yang
positif terhadap Return On
Assets. Beban Operasional
terhadap Pendapatan
Operasional memiliki pengaruh
yang negatif terhadap Return
On Assets.
Capital Adequacy Ratio dan
Non Performing Loan tidak
berpengaruh terhadap Return
On Assets
Universitas Sumatera Utara
33
10
Sugiarto
no
(2012)
Analisis pengaruh
rasio keuangan
terhadap kinerja
keuangan pada
bank go public di
bursa efek
Indonesia (BEI)
11
Ochei A
(2013)
Capital Adequacy,
Management And
Performance In The
Nigerian
Commercial Bank
12
Aymen
(2014)
Impact Of
Ownership
Structure On
Financial
Performance Of
Banks: Case Of
Tunisia
Variabel
Independen:
1. Capital
Adequacy Ratio
2. Non Performing
Loan
3. Beban
Operasional
terhadap
Pendapatan
Operasional
4. Loan to Deposit
Ratio
5. Giro
Wajib
Minimum
6. Net
Interest
Margin
Variabel Dependen:
Return On Assets
Variabel
Independen:
1. Bank Capital
Adequacy
Ratios
2. Operating
Expenses
3. MacroEconomic
Variables Such
Interest Rate
4. Exchange Rate
5. Inflation.
Variabel Dependen:
Return On Assets
Dan ROC
Variabel
Independen:
1. Ownership
Concentration
2. Public
Ownership
3. Private
Ownership
4. Foreign
Ownership
Variabel Dependen:
Return On Assets
Non Performing Loan, Beban
Operasional terhadap
Pendapatan Operasional, Net
Interest Margin berpengaruh
terhadap Return On Assets.
Sedangkan Capital Adequacy
Ratio, Loan to Deposit Ratio ,
Giro Wajib Minimum tidak
berpengaruh terhadap Return
On Assets.
Bank Capital Adequacy Ratios,
Operating Expenses, MacroEconomic Variables Such
Interest Rate, Exchange Rate,
Inflation secara keseluruhan
berpengaruh signifikan terhadap
Return On Assets Dan ROC
Ownership Structure tidak
berpengaruh terhadap Return
On Assets.
Secara parsial Ownership
Concentration tidak
berpengaruh terhadap Return
On Assets, Public Ownership
tidak berpengaruh terhadap
Return On Assets, Private
Ownership berpengaruh
terhadap Return On Assets,
Foreign Ownership
berpengaruh terhadap Return
On Assets.
Universitas Sumatera Utara
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Landasan Teori.
2.1.1
Kinerja Perbankan
Tingkat kesehatan bank adalah hasil penilaian kondisi bank yang
dilakukan terhadap risiko dan kinerja bank, bank wajib memelihara dan
meningkatkan tingkat kesehatan bank dengan menerapkan prinsip kehati-hatian
dan manajemen risiko dalam melaksanakan kegiatan usahanya. Sesuai Peraturan
Bank Indonesia No. 13/1/PBI/2011 tanggal 5 Januari 2011 tentang Penilaian
Tingkat Kesehatan Bank Umum bahwa “Bank wajib melakukan penilaian Tingkat
Kesehatan Bank secara individual dengan menggunakan pendekatan risiko (Riskbased Bank Rating) dengan cakupan penilaian terhadap faktor- faktor sebagai
berikut: a) profil risiko (Risk Profile ), b) good Corporate Governance (GCG), c)
rentabilitas (Earnings), d) Permodalan (Capital)”. Dari Peraturan Bank Indonesia
tersebut terlihat bahwa rentabilitas adalah salah satu unsur yang terutama dinilai
dalam menentukan tingkat kesehatan bank dan salah satu indikator yang umum
digunakan dalam pengukuran daya laba perusahaan adalah rasio Return On Assets
(ROA). Return On Assets
merupakan
diinvestasikan
seluruh
ke
dalam
kemampuan
dari
modal
yang
aktiva perusahaan untuk menghasilkan
keuntungan. Return On Assets menggunakan laba sebagai salah satu cara untuk
menilai efektivitas dalam penggunaan aktiva perusahaan dalam menghasilkan
laba. Semakin tinggi laba yang dihasilkan, maka semakin tinggi pula Return On
Assets, hal itu berarti bahwa perusahaan
semakin efektif dalam penggunaan
13
Universitas Sumatera Utara
14
aktiva untuk menghasilkan keuntungan. Rasio Return On Assets dapat dirumuskan
sebagai berikut :
aba Sebelum Pajak
x 100
ata rata Total Aset
Dalam penelitian ini Return On Assets digunakan sebagai indikator
kinerja bank, Return On Assets menunjukkan efektivitas perusahaan dalam
menghasilkan keuntungan dengan mengoptimalkan aset yang dimiliki. Semakin
tinggi Return On Assets menunjukkan semakin efektif perusahaan tersebut, karena
besarnya Return On Assets dipengaruhi oleh besarnya laba yang dihasilkan
perusahaan. Nilai Return On Assets yang semakin mendekati 1, berarti semakin
baik profitabilitas perusahaan karena setiap aset yang ada dapat menghasilkan
laba. Dengan kata lain semakin tinggi nilai Return On Assets maka semakin baik
kinerja keuangan perusahaan tersebut. Pengukuran kinerja keuangan perusahaan
dengan Return On Assets menunjukkan kemampuan atas modal yang
diinvestasikan dalam keseluruhan aset yang dimiliki untuk menghasilkan laba.
Return On Assets adalah rasio keuntungan bersih sebelum pajak untuk menilai
seberapa besar tingkat pengembalian dari aset yang dimiliki oleh perusahaan.
Return On Assets yang negatif disebabkan laba perusahaan dalam kondisi negatif
pula atau rugi, hal ini menunjukkan kemampuan dari modal yang diinvestasikan
secara keseluruhan belum mampu untuk menghasilkan laba. Return On Assets
menggambarkan sejauh mana tingkat pengembalian dari seluruh aset yang
dimiliki perusahaan. Return On Assets digunakan oleh manjemen perusahaan
untuk mengukur efektivitas dari keseluruhan operasi perusahaan. Pengukuran
kinerja keuangan perusahaan dengan Return On Assets memiliki keuntungan yaitu
Universitas Sumatera Utara
15
Return On Assets merupakan pengukuran yang komprehensif dimana seluruhnya
mempengaruhi laporan keuangan yang tercermin dari rasio ini.
2.1.2
Laporan Keuangan Perbankan
Undang-undang perbankan Nomor 10 tahun 1998 mendefinisikan :
“Perbankan adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang bank, mencakup
kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan
usahanya dan mendefinisikan bank adalah sebagai badan usaha yang menghimpun
dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada
masyarakat dalam bentuk kredit”. Perbankan Indonesia dalam melakukan
usahanya berasaskan demokrasi ekonomi dengan menggunakan prinsip kehatihatian. Bank mempunyai fungsi utama sebagai penghimpun dana dan penyalur
dana dengan tujuan menunjang pelaksanaan pembangunan nasional dalam
rangka meningkatkan pemerataan pertumbuhan ekonomi, dan stabilitas nasional
ke arah peningkatan kesejahteraan rakyat banyak. Menurut jenisnya , bank terdiri
dari bank umum dan bank rakyat. Bank umum dapat mengkhususkan diri untuk
melaksanakan kegiatan tertentu atau memberikan perhatian yang lebih besar
kepada
kegiatan
tertentu.
Berdasarkan
Peraturan
Bank
Indonesia
No.
14/14/PBI/2012 bahwa: “dalam rangka transparansi kondisi keuangan, Bank
wajib menyusun dan menyajikan laporan keuangan, yang terdiri atas: 1) laporan
tahunan, 2) laporan keuangan publikasi triwulanan, 3) laporan keuangan publikasi
bulanan, 4) laporan keuangan konsolidasi”. Maka dengan perkembangan terkini
standar akuntansi keuangan, perbankan dituntut untuk menyajikan laporan
keuangan yang akurat, komprehensif dan mencerminkan kinerja bank secara utuh
Universitas Sumatera Utara
16
sesuai dengan standar akuntansi internasional dan dalam melaksanakan kegiatan
usahanya bank perlu mengelola resiko kredit antara lain dengan menjaga kualitas
aset dan tetap melakukan penghitungan penyisihan penghapusan aset, diperlukan
harmonisasi ketentuan mengenai penilaian kualitas aset sehubungan dengan
adanya perubahan kondisi keuangan global dan beberapa ketentuan terkait. Aset
adalah aset produktif dan non produktif. Aset produktif adalah penyediaan dana
bank untuk memperoleh penghasilan, dalam bentuk kredit surat berharga,
penempatan dana antar bank, tagihan akseptasi, tagihan atas surat berharga yang
dibeli dengan janji dijual kembali, tagihan derivatif, penyertaan, transaksi
rekening administratif serta bentuk penyediaan dana lainnya yang dapat
dipersamakan dengan itu. Aset non produktif adalah aset bank selain aset
produktif yang memiliki potensi kerugian, antara lain dalam bentuk agunan yang
diambil alih, properti terbengkalai, rekening antar kantor dan suspense account.
(Peraturan Bank Indonesia No. 14/15/PBI/2012).
2.1.3
Capital Adequacy Ratio (CAR)
Modal bank sesuai Peraturan Bank Indonesia No. 15/12/PBI/2013 adalah
“Modal bagi bank yang berkantor pusat di Indonesia terdiri atas modal inti dan
pelengkap”. Berdasarkan peraturan Bank Indonesia tersebut bahwa bank harus
memiliki modal yang terdiri dari modal inti dan modal pelengkap. Ada tiga hal
alasan bank harus memutuskan jumlah modal yang mereka butuhkan. Pertama,
modal bank mencegah kegagalan bank (Bank Failure), yaitu situasi dimana bank
tidak dapat memenuhi likuiditas dan solvabilitas. Kedua, modal bank
mempengaruhi pendapatan pemilik. Ketiga, modal minimum ( bank capital
Universitas Sumatera Utara
17
requirement) sangat diperlukan untuk memenuhi ketentuan otoritas moneter.
Capital Adequacy Ratio adalah rasio antara modal bank dengan aktiva tertimbang
menurut resiko
(ATMR). Rasio Capital Adequacy Ratio
dapat dirumuskan
sebagai berikut :
Modal Bank
x 100
Aktiva Tertimbang Menurut isiko
Berdasarkan Peraturan Bank Indonesia No. 15/12/PBI/2013 mengenai
penyediaan
modal
minimum ditetapkan paling rendah 8%
dari
Aset
Tertimbang Menurut Risiko (ATMR) untuk Bank dengan profil risiko peringkat
satu. Dari peraturan Bank Indonesia tersebut bahwa jika Capital Adequacy Ratio
suatu bank dibawah 8% maka bank tersebut termasuk bank dengan profil resiko
peringkat satu dan tidak mempunyai peluang untuk memberikan kredit. Padahal
kegiatan utama bank adalah menghimpun dana dan menyalurkannya kembali
dalam bentuk kredit. Dengan Capital Adequacy Ratio yang cukup atau memenuhi
kententuan, bank tersebut dapat
beroperasi
sehingga
menghasilkan laba.
Dengan kata lain semakin tinggi Capital Adequacy Ratio semakin baik kinerja
suatu bank. Penyaluran kredit yang optimal, dengan asumsi tidak terjadi macet
akan menaikkan laba yang akhirnya akan meningkatkan
Return On Assets.
Besarnya modal suatu bank, akan mempengaruhi tingkat kepercayaan masyarakat
terhadap kinerja bank. Dalam prakteknya perhitungan Capital Adequacy Ratio
yang oleh Bank Indonesia disebut Kewajiban Penyediaan Modal Minimum Bank
(KPMM) tidaklah sederhana. KPMM adalah perbandingan antara Modal dengan
Aktiva Tertimbang Menurut Resiko.
Universitas Sumatera Utara
18
2.1.3.1 Aset Tertimbang Menurut Risiko (ATMR)
Dari peraturan Bank Indonesia, dinyatakan bahwa aset tertimbang
menurut risiko (ATMR) yang digunakan dalam perhitungan modal minimum
terdiri dari :
1. ATMR untuk risiko kredit.
2. ATMR untuk risiko operasional.
3. ATMR untuk risiko pasar.
Setiap bank wajib memperhitungkan ATMR untuk risiko kredit dan
ATMR untuk risiko opersional. ATMR untuk risiko pasar hanya wajib
diperhitungkan oleh Bank yang memenuhi kriteria tertentu. ATMR dihitung dari
aset yang tercantum dalam neraca maupun aktiva yang bersifat administratif
(tidak tercantum dalam neraca). Terhadap masing-masing pos dalam aset
diberikan bobot resiko yang besarnya didasarkan pada kadar risiko yang
terkandung pada aset itu atau golongan nasabah atau sifat bangunan.
2.1.4
Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO)
Dalam industri perbankan, pendekatan yang umum digunakan untuk
mengukur efisiensi operasional
adalah pendekatan
akuntansi ( accounting
approach) dengan menggunakan rasio Beban Operasional terhadap Pendapatan
Operasional (BOPO). Beban operasional adalah beban yang dikeluarkan oleh
bank dalam rangka menjalankan aktivitas operasional (seperti beban bunga, beban
tenaga kerja, beban pemasaran). Pendapatan operasional merupakan pendapatan
utama bank yaitu pendapatan bunga yang diperoleh dari penempatan dana dalam
bentuk kredit dan penempatan operasi lainnya.
Universitas Sumatera Utara
19
Berdasarkan
lampiran
dari Surat
Edaran
Bank
Indonesia No.
13/30/DPNP tanggal 16 Desember 2011 diketahui bahwa “ asio Beban
Operasional terhadap Pendapatan Operasional merupakan perbandingan antara
total beban operasional terhadap pendapatan operasional. Input yang digunakan
dalam rasio ini adalah beban operasional, sedangkan output yang digunakan
dalam rasio ini adalah pendapatan operasional”. Berdasarkan lampiran surat
edaran Bank Indonesia tersebut maka Rasio Beban Operasional terhadap
Pendapatan Operasional dapat dirumuskan sebagai berikut :
Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional
Beban Operasional
x 100
Pendapatan Operasional
Semakin rendah nilai rasio ini, semakin baik bank tersebut dalam
memaksimalkan laba atas beban yang terjadi.
2.1.5
Net Interest Margin (NIM)
Net Interest Margin merupakan perbandingan antara pendapatan bunga
bersih terhadap rata-rata aktiva produktif. Rasio Net Interest Margin dapat
dirumuskan sebagai berikut :
Pendapatan Bunga Bersih
x 100
ata rata Aktiva Produktif
Menurut Peraturan Bank Indonesia nomor 7/2/PBI/2005 bahwa “Bank
wajib menetapkan kualitas yang sama terhadap beberapa rekening: 1) Aktiva
Produktif yang digunakan untuk membiayai 1 (satu) debitur, 2) Penetapan kualitas
yang sama berlaku pula untuk Aktiva Produktif yang diberikan oleh lebih dari 1
(satu) Bank, 3) Dalam hal terdapat penetapan kualitas Aktiva Produktif yang
Universitas Sumatera Utara
20
berbeda untuk 1 (satu) debitur”. Pendapatan bunga bersih diperoleh dari
pendapatan bunga dikurangi beban bunga. Aktiva produktif yang diperhitungkan
adalah aktiva produktif yang menghasilkan bunga (interest bearing assets).
Semakin besar rasio ini maka pendapatan bunga yang diperoleh dari aktiva
produktif yang dikelola bank semakin besar sehingga kemungkinan bank tersebut
dalam kondisi bermasalah semakin kecil.
2.1.6
Non Performing Loan (NPL)
Menurut Peraturan Bank Indonesia No. 17/11/PBI/2015 bahwa “Rasio
Non Performing Loan yang disebut Rasio Non Performing Loan adalah “rasio
antara jumlah Total Kredit dengan kualitas kurang lancar, diragukan, dan macet
terhadap Total Kredit”. Berdasarkan peraturan Bank Indonesia tersebut maka
Rasio Non Performing Loan dapat dirumuskan sebagai berikut :
Total Kredit Bermasalah
x 100
Total Kredit Disalurkan
Menurut Surat Edaran Bank Indonesia No. 7/3/DPNP tanggal 31 Januari
2015 bahwa kualitas kredit ditetapkan sebagai berikut :
1. Lancar yang berarti pembayaran nasabah tepat waktu
2. Dalam perhatian khusus yang berarti terdapat tunggakan pembayaran
pokok dan atau bunga nasabah sampai dengan 90 hari.
3. Kurang Lancar yang berarti terdapat tunggakan pembayaran pokok
dan atau bunga nasabah yang telah melampaui 90 sampai dengan 120
hari.
Universitas Sumatera Utara
21
4. Diragukan yang berarti terdapat tunggakan pembayaran pokok dan
atau bunga nasabah yang telah melampaui 120 sampai dengan 180
hari.
5. Macet yang berarti terdapat tunggakan pokok dan atau bunga nasabah
yang telah melampaui 180 hari.
Non Performing Loan merupakan rasio yang dipergunakan untuk
mengukur kemampuan bank dalam menyanggah resiko kegagalan pengembalian
kredit oleh debitur. Non Performing Loan mencerminkan resiko kredit, semakin
kecil Non Performing Loan semakin kecil pula resiko kredit yang ditanggung
pihak bank. Setelah
kredit
diberikan
bank
wajib
melakukan pemantauan
terhadap penggunaan kredit serta kemampuan dan kepatuhan debitur dalam
memenuhi kewajibannya. Bank melakukan peninjauan, penilaian dan pengikatan
terhadap agunan untuk memperkecil resiko kredit. Kenaikan Non Performing
Loan mengakibatkan laba menurun sehingga Return On Assets menjadi semakin
kecil. Dengan kata lain semakin tinggi Non Performing Loan maka kinerja bank
menurun dan sebaliknya.
2.1.7
Loan to Funding Ratio (LFR)
Berdasarkan Peraturan Bank Indonesia No. 17/11/PBI/2015 bahwa:“
penyebutan Loan to Deposit Ratio (LDR) berubah menjadi Loan to Funding Ratio
(LFR). Loan to Funding Ratio dihitung dari perbandingan antara total kredit
dengan dana pihak ketiga. Total kredit yang dimaksud adalah kredit yang
diberikan kepada pihak ketiga (tidak termasuk kredit kepada bank lain).
Universitas Sumatera Utara
22
Berdasarkan peraturan Bank Indonesia tersebut maka Rasio Loan to Funding
Ratio dapat dirumuskan sebagai berikut :
Total Kredit
x 100
Dana Pihak Ketiga
Rasio ini menggambarkan sejauh mana simpanan digunakan untuk
pemberian pinjaman. Rasio ini juga dapat digunakan untuk mengukur tingkat
likuiditas. Loan to Funding Ratio adalah rasio kredit yang diberikan kepada pihak
ketiga dalam Rupiah dan valuta asing, tidak termasuk kredit kepada bank lain,
terhadap dana pihak ketiga yang mencakup giro, tabungan, dan deposito
dalam rupiah dan valuta asing, tidak termasuk dana antar bank dan surat-surat
berharga dalam Rupiah dan valuta asing yang memenuhi persyaratan tertentu
yang diterbitkan oleh Bank untuk memperoleh sumber pendanaan. Begitu
pentingnya arti angka Loan to Funding Ratio, maka pemberlakuannya pada setiap
bank harus diseragamkan jangan sampai ada pengecualian perhitungan Loan to
Funding Ratio
di antara
perbankan.
Loan to Funding Ratio adalah
suatu
pengukuran yang menunjukkan deposito berjangka, giro, tabungan, dan lain-lain
yang digunakan dalam memenuhi permohonan pinjaman (loan requests)
nasabahnya. Penyaluran kredit merupakan salah satu kegiatan utama bank, oleh
karena itu sumber pendapatan utama bank berasal dari kegiatan ini.
2.1.8
Giro Wajib Minimum (GWM)
Menurut Peraturan Bank Indonesia No. 15/15/PBI/2013 bahwa “Giro
Wajib Minimum adalah jumlah dana
minimum yang wajib dipelihara oleh
Bank yang besarnya ditetapkan oleh Bank Indonesia sebesar persentase
Universitas Sumatera Utara
23
tertentu dari Dana Pihak Ketiga”. Berdasarkan peraturan Bank Indonesia tersebut
maka Rasio Giro Wajib Minimum dapat dirumuskan sebagai berikut :
Giro
ajib Minimum
Giro Pada BI
x 100
Dana Pihak Ketiga
Bank wajib memenuhi Giro Wajib Minimum dalam Rupiah. Giro Wajib
Minimum dalam Rupiah Giro Wajib Minimum primer, Giro Wajib Minimum
sekunder, dan Giro Wajib Minimum Loan to Deposit ratio . Pemenuhan Giro
Wajib Minimum dalam rupiah ditetapkan sebagai berikut:
1. Giro Wajib Minimum primer dalam rupiah sebesar 8%
(delapan
persen) dari Dana Pihak Ketiga dalam rupiah.
2. Giro Wajib Minimum sekunder dalam rupiah sebesar 4% (empat
persen) dari Dana Pihak Ketiga dalam rupiah.
3. Giro Wajib Minimum Loan to Deposit Ratio dalam rupiah sebesar
hasil perhitungan antara parameter disinsentif bawah atau parameter
disinsentif atas dengan selisih antara Loan to Deposit Ratio bank
dan Loan to Funding Ratio target dengan memperhatikan selisih
antara KPMM bank dan KPMM insentif.
Bank
Indonesia
dapat memberikan kelonggaran atas kewajiban
pemenuhan Giro Wajib Minimum
Primer dalam Rupiah kepada bank yang
melakukan merger atau konsolidasi. Kelonggaran atas kewajiban pemenuhan
Giro Wajib Minimum Primer dalam Rupiah ditetapkan sebesar 1%
persen) untuk jangka waktu 1
(satu
(satu) tahun terhitung sejak merger atau
konsolidasi berlaku efektif. Kelonggaran
atas
kewajiban pemenuhan
Giro
Wajib Minimum dalam Rupiah tidak berlaku terhadap kewajiban pemenuhan
Giro Wajib Minimum Sekunder dan Giro Wajib Minimum Loan to Deposit Ratio.
Universitas Sumatera Utara
24
Giro Wajib Minimum di Bank Indonesia merupakan salah satu alat likuid bank
yang tergolong aset yang tidak menghasilkan tetapi harus dijaga dan dipelihara
oleh manajemen bank untuk memantau kecukupannya. Giro Wajib Minimum atau
likuiditas wajib minimum merupakan cadangan primer yang digunakan untuk
menghadapi kemungkinan terjadinya penarikan dana oleh nasabah perbankan
yang muncul secara tiba-tiba sehingga kepercayaan nasabah akan terus meningkat
dan kegiatan operasional bank akan berjalan dengan baik.
2.1.9
Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK)
Kegiatan utama Bank adalah menghimpun dana dari masyarakat dalam
bentuk simpanan dan menyalurkan dana kepada masyarakat dalam bentuk kredit
atau bentuk-bentuk lainnya. Menurut
Peraturan
Bank
Indonesia
No.17/11/PBI/2015 bahwa “Dana Pihak Ketiga adalah kewajiban Bank kepada
penduduk dan bukan penduduk dalam upiah dan valuta asing”.
Pada umumnya Bank menghimpun Dana Pihak Ketiga melalui produk
simpanan yang meliputi:
1. Tabungan (Saving deposits) merupakan simpanan pihak ketiga yang
penarikannya hanya dapat dilakukan menurut syarat-syarat tertentu
yang ditetapkan oleh pihak bank. Penarikannya dapat dilakukan
dengan ATM atau buku tabungan.
2. Giro (Demand deposits) merupakan simpanan yang penarikannya
dapat dilakukan setiap waktu dengan menggunakan surat perintah
pembayaran seperti cek dan bilyet giro.
Universitas Sumatera Utara
25
3. Deposito (Time deposits) merupakan yang penarikannya hanya dapat
dilakukan dalam jangka waktu tertentu menurut perjanjian antara
pihak ketiga dan bank yang bersangkutan.
Pertumbuhan dana pihak ketiga diukur dari perbandingan selisih total
Dana Pihak Ketiga pada satu bulan tertentu dengan total Dana Pihak Ketiga bulan
sebelumnya yang dimiliki bank. Rasio Dana Pihak Ketiga dapat dirumuskan
sebagai berikut :
Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga
(t) – Dana Pihak Ketiga(t 1)
x 100
Dana Pihak Ketiga (t 1)
Selain Dana Pihak Ketiga, dana yang dihimpun oleh bank dapat
bersumber dari modal sendiri
dan pinjaman.
Dana
dari
modal
sendiri
merupakan sumber dana pihak pertama yaitu dana yang berasal dari dalam bank,
baik dana yang berasal dari para pemegang saham atau pemilik saham bank. Dana
dari pinjaman merupakan dana yang berasal dari lembaga keuangan lainnya
yang dapat berupa call money, pinjaman antar bank dan kredit likuiditas dari
Bank Indonesia. Namun, Dana Pihak Ketiga merupakan sumber dana terbesar
yang paling diandalkan oleh bank (bisa mencapai 80% hingga 90% dari seluruh
dana yang dikelola oleh bank). Menurut Kasmir (2004), “dana pihak ketiga
memiliki kontribusi terbesar dari beberapa sumber dana tersebut sehingga
jumlah dana pihak ketiga yang berhasil dihimpun oleh suatu bank akan
mempengaruhi kemampuannya dalam menyalurkan kredit”. Kredit diberikan
kepada para debitur yang telah memenuhi syarat-syarat yang tercantum dalam
perjanjian yang dilakukan antara pihak debitur dengan pihak bank. Semakin tinggi
Dana Pihak Ketiga yang dihimpun oleh suatu bank menunjukkan semakin tinggi
Universitas Sumatera Utara
26
tingkat kepercayaan masyarakat terhadap suatu bank. Dengan Dana Pihak
Ketiga yang tinggi maka akan meningkatkan kemampuan bank dalam
menyalurkan kredit kepada masyarakat yang akan meningkatkan kesempatan
bank untuk mendapatkan laba melalui pendapatan bunga dari kredit yang
disalurkannya.
Berdasarkan penjelasan diatas, maka penelitian ini menggunakan Dana
Pihak Ketiga (DPK) untuk menjadi variabel moderating dengan alasan
bahwa Dana Pihak Ketiga (DPK) dapat mempengaruhi variabel independen
terhadap variabel dependen. Karena variabel moderating adalah variabel yang
dapat memperkuat atau memperlemah hubungan variabel independen terhadap
variabel dependen.
2.2
Review Peneliti Terdahulu.
Penelitian mengenai rasio keuangan dan pengaruhnya terhadap kinerja
keuangan perbankan di Indonesia telah banyak dilakukan oleh para peneliti
sebelumnya, namun menunjukkan hasil yang berbeda-beda. Beberapa penelitian
tersebut adalah:
Prasnanugraha (2007) menguji pengaruh rasio-rasio keuangan terhadap
kinerja keuangan Bank Umum pada tahun 2005 yang diproksikan dengan Return
On Assets menggunakan Metode Analisis Regresi Linier Berganda dengan sampel
sebanyak 131 bank. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Capital Adequacy Ratio
(CAR), Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO), Net
Interest Margin (NIM), Non Performing Loan (NPL) dan Loan to Deposit Ratio
(LDR) secara bersama-sama mempunyai pengaruh yang berarti terhadap Return
Universitas Sumatera Utara
27
On Assets (ROA). Non Performing Loan (NPL), Net Interest Margin (NIM) dan
Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) berpengaruh
secara parsial terhadap Return On Assets (ROA). Capital Adequacy Ratio
(CAR) dan Loan to Deposit Ratio (LDR) tidak berpengaruh secara parsial.
Hasil penelitian Eng (2013) menunjukkan bahwa Net Interest Margin, Beban
Operasional terhadap Pendapatan Operasional, Loan to Deposit
Ratio, Non
Performing Loan dan Capital Adequacy Ratio secara bersama-sama berpengaruh
signifikan terhadap Return On Assets. Net Interest Margin
secara
parsial
berpengaruh signifikan dan secara positif mendorong peningkatan Return On
Assets. Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional berpengaruh negatif
terhadap laba bank tidak didukung oleh hasil penelitian. Loan to Deposit Ratio
berpengaruh signifikan terhadap Return On Assets, namun pengaruhnya adalah
negatif. Dugaan bahwa Non Performing Loan bisa membebani laba perbankan
didukung oleh fakta pada studi ini. Hasil penelitian menunjukkan Non Performing
Loan mempunyai pengaruh yang signifikan dan apabila tidak dikelola dengan
hati-hati bisa mengurangi Return On Assets. Capital Adequacy Ratio (CAR) pada
penelitian ini secara statistik ternyata tidak berpengaruh signifikan terhadap
Return on Assets.
Rahman (2013) menyatakan Capital Adequacy Ratio , Net Interest
Margin, Non Performing Loan, Loan to Deposit
Ratio secara bersama-sama
berpengaruh signifikan terhadap Return On Assets. CAR, Net Interest Margin,
Non Performing Loan, Loan to Deposit
Ratio secara parsial berpengaruh
signifikan terhadap Return On Assets. Mahardian (2008) menguji pengaruh
Capital Adequacy Ratio , Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional,
Universitas Sumatera Utara
28
Non Performing Loan, Net Interest Margin dan Loan to Deposit Ratio terhadap
kinerja keuangan bank yang diproksikan dengan Return On Assets menggunakan
Metode Analisis Regresi Linier Berganda dengan sampel sebanyak 24 bank yang
tercatat di Bursa Efek Jakarta pada periode Juni 2002-Juni 2007. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa variabel Capital Adequacy Ratio , Net Interest Margin , Dan
Loan to Deposit Ratio berpengaruh positif dan signifikan terhadap Return On
Assets. Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional berpengaruh negatif
dan signifikan terhadap
Return On Assets. Non Performing Loan memiliki
pengaruh negatif terhadap Return On Assets tidak signifikan. Yudiartini (2016)
menunjukkan bahwa Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performance Loan
(NPL) dan Loan to Deposit Ratio (LDR) secara parsial berpengaruh negatif
terhadap Return On Assets. Sudiyatno (2010) menguji pengaruh Dana Pihak
Ketiga, Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional, dan Capital
Adequacy Ratio dan Loan to Deposit Ratio terhadap Return On Assets sebagai
proksi dari kinerja keuangan Bank menggunakan Metode Analisis Regresi Linier
Berganda dengan Persamaan Kuadrat Terkecil ( Ordinary Least Square ) dengan
sampel sebanyak 5 Bank yang Go Public di Bursa Efek Indonesia pada periode
2005-2008. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Beban Operasional terhadap
Pendapatan Operasional, Capital Adequacy Ratio , Loan to Deposit Ratio secara
bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap Return On Assets. Beban
Operasional terhadap Pendapatan Operasional, Capital Adequacy Ratio secara
parsial berpengaruh signifikan terhadap Return On Assets. Loan to Deposit Ratio
secara parsial berpengaruh tidak signifikan terhadap Return On Assets. Penelitian
yang dilakukan oleh Rusdiana (2012) Capital Adequacy Ratio, Loan to Deposit
Universitas Sumatera Utara
29
Ratio, dan Dana Pihak Ketiga tidak berpengaruh secara signifikan terhadap Return
On Assets. Sedangkan Net Interest Margin, Non Performing Loan, dan Beban
Operasional terhadap Pendapatan Operasional berpengaruh secara signifikan
terhadap Return On Assets. Dari keenam variabel bebas atau independen diatas
yang hipotesisnya ditolak yaitu Loan to Deposit Ratio . Penelitian Rahman (2013)
menyatakan Capital Adequacy Ratio , Net Interest Margin , Non Performing Loan,
Loan to Deposit Ratio secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap
Return On Assets. Capital Adequacy Ratio , Net Interest Margin , Non Performing
Loan, Loan to Deposit Ratio secara parsial berpengaruh signifikan terhadap
Return On Assets.
Berdasarkan penelitian Mulatsih (2014) Capital Adequacy Ratio , Net
Interest Margin, Loan to Deposit Ratio , Return On Equity memiliki pengaruh
yang positif terhadap Return On Assets. Sedangkan Beban Operasional terhadap
Pendapatan Operasional dan Non Performing memiliki pengaruh yang negatif
terhadap Return On Assets. Yudiartini (2016) menyatakan Capital Adequacy
Ratio (CAR), Non Performing Loan (NPL) dan Loan to Deposit Ratio (LDR)
secara parsial berpengaruh negatif terhadap kinerja keuangan. Hasil penelitian
Sugiartono (2012) menyatakan Non Performing Loan, Beban Operasional
terhadap Pendapatan Operasional, Net Interest Margin berpengaruh terhadap
Return On Assets. Sedangkan Capital Adequacy Ratio , Loan to Deposit Ratio,
Giro Wajib Minimum tidak berpengaruh terhadap Return On Assets. Penelitian
Hapsari dan Prasetiono (2011) menyatakan Loan to Deposit Ratio , Giro Wajib
Minimum, Rasio konsentrasi berpengaruh
yang positif terhadap Return On
Assets. Sedangkan Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional memiliki
Universitas Sumatera Utara
30
pengaruh yang negatif terhadap Return On Assets. Capital Adequacy Ratio dan
Non Performing Loan tidak berpengaruh terhadap Return On Assets. Hasil
penelitian Sugiartono (2012) menyatakan Non Performing Loan , Beban
Operasional terhadap Pendapatan Operasional, Net Interest Margin berpengaruh
terhadap Return On Assets. Sedangkan Capital Adequacy Ratio , Loan to Deposit
Ratio, Giro Wajib Minimum tidak berpengaruh terhadap Return On Assets.
Hasil-hasil penelitian terdahulu secara singkat dapat dilihat pada Tabel
berikut ini :
Tabel 2.1 Review Peneliti Terdahulu
No
1
2
Nama
Peneliti/
Tahun
Prasnanu
graha
(2007)
Judul Penelitian
Variabel
Hasil Penelitian
Analisis Pengaruh
Rasio-Rasio
Keuangan Terhadap
Kinerja Bank
Umum Di
Indonesia
Eng
(2013)
Pengaruh Net
Interest Margin,
Beban Operasional
terhadap
Pendapatan
Operasional, Loan
to Deposit Ratio,
Non Performing
Loan & Capital
Adequacy Ratio
Terhadap Return
On Assets Bank
Internasional Dan
Bank Nasional Go
Public Periode 2007
– 2011
Variabel
Independen:
1. Capital
Adequacy Ratio
2. Beban
Operasional
terhadap
Pendapatan
Operasional
3. Net Interest
Margin
4. Non Performing
Loan
5. Loan to Deposit
Ratio
Variabel Dependen:
Return On Assets.
Variabel
Independen:
1. Net
Interest
Margin
2. Beban
Operasional
terhadap
Pendapatan
Operasional
3. Loan to Deposit
Ratio
4. Non Performing
Loan
5. Capital
Adequacy Ratio
Variabel Dependen:
Return On Assets
Capital Adequacy Ratio , Beban
Operasional terhadap
Pendapatan Operasional, Net
Interest Margin, Non
Performing Loan, Loan to
Deposit Ratio secara simultan
berpengaruh terhadap Return
On Assets.
Non Performing Loan, Net
Interest Margin, Beban
Operasional terhadap
Pendapatan Operasional
berpengaruh secara parsial
terhadap Return On Assets.
Capital Adequacy Ratio dan
Loan to Deposit Ratio tidak
berpengaruh secara parsial.
Net Interest Margin, Beban
Operasional terhadap
Pendapatan Operasional, Loan
to Deposit Ratio, Non
Performing Loan dan Capital
Adequacy Ratio secara simultan
berpengaruh signifikan terhadap
Return On Assets.
Net Interest Margin , Loan to
Deposit Ratio, Non Performing
Loan secara parsial
berpengaruh signifikan terhadap
Return On Assets.
Capital Adequacy Ratio, Beban
Operasional terhadap
Pendapatan Operasional secara
parsial tidak berpengaruh
terhadap Return On Assets.
Universitas Sumatera Utara
31
3
Rahman
(2013)
Analisis Pengaruh
Rasio Keuangan
Terhadap Kinerja
Perusahaan
Pembiayaan Yang
Go Public Di Bursa
Efek Indonesia
4
Rusdiana
(2012)
Analisis Pengaruh
Capital Adequacy
Ratio, Loan to
Deposit Ratio, Net
Interest Margin,
Non Performing
Loan, Beban
Operasional
terhadap
Pendapatan
Operasional, Dan
Dana Pihak Ketiga
Terhadap Kinerja
Keuangan
Perbankan
5
Sudiyat
no
(2010)
6
Mahardi
an
(2008)
Analisis Pengaruh
Dana Pihak Ketiga,
Beban Operasional
terhadap
Pendapatan
Operasional,
Capital Adequacy
Ratio Dan Loan to
Deposit Ratio
Terhadap Kinerja
Keuangan Pada
Sektor Perbankan
Yang Go Public Di
Bursa Efek
Indonesia.
Analisis Pengaruh
Rasio Capital
Adequacy Ratio,
Beban Operasional
terhadap
Pendapatan
Operasional, Non
Performing Loan,
Net Interest Margin
Dan Loan to
Deposit Ratio
Terhadap Kinerja
Keuangan
Perbankan
Variabel
Independen:
1. Capital
Adequacy Ratio
2. Net
Interest
Margin
3. Non Performing
Loan
4. Loan to Deposit
Ratio
Variabel Dependen:
Return On Asset.
Variabel
1.
Independen:
1. Capital
Adequacy Ratio
2. Loan to Deposit
Ratio
3. Net
Interest
Margin
4. Non Performing
Loan
5. Beban
Operasional
terhadap
Pendapatan
Operasional
6. Dana
Pihak
Ketiga
Variabel Dependen:
Return On Assets.
Variabel
Independen:
1. Beban
Operasional
terhadap
Pendapatan
Operasional
Capital
Adequacy Ratio
2. Loan to Deposit
Ratio
Variabel Dependen:
Return On Assets.
Variabel
Independen:
1. Capital
Adequacy Ratio
2. Beban
Operasional
terhadap
Pendapatan
Operasional
3. Non Performing
Loan
4. Net
Interest
Margin
5. Loan to Deposit
Ratio
Variabel Dependen:
Return On Assets.
Capital Adequacy Ratio, Net
Interest Margin, Non
Performing Loan, Loan to
Deposit Ratio secara simultan
berpengaruh signifikan terhadap
Return On Assets.
, Non Performing Loan, Loan to
Deposit Ratio secara parsial
berpengaruh signifikan terhadap
Return On Assets.
Capital Adequacy Ratio , Loan
to Deposit Ratio, dan Dana
Pihak Ketiga tidak berpengaruh
secara signifikan terhadap
Return On Assets.
Net Interest Margin, Non
Performing Loan, dan Beban
Operasional terhadap
Pendapatan Operasional
berpengaruh secara signifikan
terhadap Return On Assets.
Beban Operasional terhadap
Pendapatan Operasional,
Capital Adequacy Ratio , Loan
to Deposit Ratio secara simultan
berpengaruh signifikan terhadap
Return On Assets.
Beban Operasional terhadap
Pendapatan Operasional,
Capital Adequacy Ratio Secara
parsial berpengaruh signifikan
terhadap Return On Assets.
Loan to Deposit Ratio secara
parsial tidak berpengaruh
signifikan terhadap Return On
Assets.
Variabel Capital Adequacy
Ratio, Net Interest Margin , dan
Loan to Deposit Ratio
berpengaruh positif dan
signifikan terhadap Return On
Assets.
Beban Operasional terhadap
Pendapatan Operasional
berpengaruh negatif dan
signifikan terhadap Return On
Assets.
Non Performing Loan memiliki
pengaruh negatif terhadap
Return On Assets tidak
signifikan.
Universitas Sumatera Utara
32
7
Yudiarti
ni
(2016)
Pengaruh Rasio
Keuangan Terhadap
Kinerja Keuangan
Sektor Perbankan
Di Bursa Efek
Indonesia
Variabel
Independen:
1. Capital
Adequacy Ratio
2. Non Performing
Loan
3. Loan to Deposit
Ratio
Variabel Dependen:
Return On Assets
Capital Adequacy Ratio , Non
Performing Loan dan Loan To
Deposit Ratio secara parsial
berpengaruh negatif terhadap
Return On Assets
8
Mulatsih
(2014)
Pengaruh Rasio
Keuangan Terhadap
Tingkat Kinerja
Pada Bank
Pembangunan
Daerah
Capital Adequacy Ratio , Net
Interest Margin, Loan to
Deposit Ratio, Return On Equity
berpengaruh yang positif
terhadap Return On Assets.
Beban Operasional terhadap
Pendapatan Operasional dan
Non Performing Loan memiliki
pengaruh yang negatif terhadap
Return On Assets.
9
Hapsari
dan
Prasetio
no
(2011)
Analisis pengaruh
Capital Adequacy
Ratio, Non
Performing Loan,
Beban Operasional
terhadap
Pendapatan
Operasional, Loan
to Deposit Ratio,
Giro Wajib
Minimum, dan
rasio konsentrasi
terhadap Return On
Assets (studi
empiris pada bank
umum yang listing
di Bursa Efek
Indonesia 20052009)
Variabel
Independen:
1. Capital
Adequacy Ratio
2. Net
Interest
Margin
3. Beban
Operasional
terhadap
Pendapatan
Operasional
4. Loan to Deposit
Ratio
5. Non Performing
Loan
6. Return
On
Equity
Variabel Dependen:
Return On Assets
Variabel
Independen:
1. Capital
Adequacy Ratio
2. Non Performing
Loan
3. Beban
Operasional
terhadap
Pendapatan
Operasional
4. Loan to Deposit
Ratio
5. Giro
Wajib
Minimum
6. Rasio
konsentrasi
Variabel Dependen:
Return On Assets
Loan to Deposit Ratio, Giro
Wajib Minimum, Rasio
konsentrasi berpengaruh yang
positif terhadap Return On
Assets. Beban Operasional
terhadap Pendapatan
Operasional memiliki pengaruh
yang negatif terhadap Return
On Assets.
Capital Adequacy Ratio dan
Non Performing Loan tidak
berpengaruh terhadap Return
On Assets
Universitas Sumatera Utara
33
10
Sugiarto
no
(2012)
Analisis pengaruh
rasio keuangan
terhadap kinerja
keuangan pada
bank go public di
bursa efek
Indonesia (BEI)
11
Ochei A
(2013)
Capital Adequacy,
Management And
Performance In The
Nigerian
Commercial Bank
12
Aymen
(2014)
Impact Of
Ownership
Structure On
Financial
Performance Of
Banks: Case Of
Tunisia
Variabel
Independen:
1. Capital
Adequacy Ratio
2. Non Performing
Loan
3. Beban
Operasional
terhadap
Pendapatan
Operasional
4. Loan to Deposit
Ratio
5. Giro
Wajib
Minimum
6. Net
Interest
Margin
Variabel Dependen:
Return On Assets
Variabel
Independen:
1. Bank Capital
Adequacy
Ratios
2. Operating
Expenses
3. MacroEconomic
Variables Such
Interest Rate
4. Exchange Rate
5. Inflation.
Variabel Dependen:
Return On Assets
Dan ROC
Variabel
Independen:
1. Ownership
Concentration
2. Public
Ownership
3. Private
Ownership
4. Foreign
Ownership
Variabel Dependen:
Return On Assets
Non Performing Loan, Beban
Operasional terhadap
Pendapatan Operasional, Net
Interest Margin berpengaruh
terhadap Return On Assets.
Sedangkan Capital Adequacy
Ratio, Loan to Deposit Ratio ,
Giro Wajib Minimum tidak
berpengaruh terhadap Return
On Assets.
Bank Capital Adequacy Ratios,
Operating Expenses, MacroEconomic Variables Such
Interest Rate, Exchange Rate,
Inflation secara keseluruhan
berpengaruh signifikan terhadap
Return On Assets Dan ROC
Ownership Structure tidak
berpengaruh terhadap Return
On Assets.
Secara parsial Ownership
Concentration tidak
berpengaruh terhadap Return
On Assets, Public Ownership
tidak berpengaruh terhadap
Return On Assets, Private
Ownership berpengaruh
terhadap Return On Assets,
Foreign Ownership
berpengaruh terhadap Return
On Assets.
Universitas Sumatera Utara