Pertanggungjawaban Direksi Terhadap Kepailitan Perseroan Terbatas (Studi Terhadap Putusan Mahkamah Agung No. 05 PAILIT 2012 PN NIAGA.SMG)

ABSTRAK
Kepailitan adalah sita umum atas semua kekayaan Debitur Pailit yang pengurusan
dan pemberesannya dilakukan oleh Kurator di bawah pengawasan Hakim Pengawas.
Tujuan utama kepailitan adalah untuk melakukan pembagian antara para kreditur atas
harta kekayaan debitur pailit oleh kurator. Debitur yang mempunyai dua atau lebih
kreditur dan tidak membayar lunas sedikitnya satu utang yang telah jatuh waktu dan
dapat ditagih, dinyatakan pailit dengan putusan Pengadilan, baik atas permohonannya
sendiri maupun atas permohonan satu atau lebih krediturnya. Masalah yang dibahas
dalam penelitian ini adalah mengenai bagaimana akibat hukum putusan pailit terhadap
Perseroan Terbatas, apakah direksi secara pribadi dapat dipailitkan sejalan dengan
kepailitan PT, bagaimana tanggung jawab direksi terhadap kepailitan PT.
Jenis penelitian tesis ini menggunakan penelitian yuridis normatif, yang bersifat
deskriptif analitis, dimana pendekatan terhadap permasalahan dilakukan dengan mengkaji
ketentuan Perundang-undangan yang berlaku di bidang hukum kepailitan dan PKPU
sebagaimana termuat di dalam Undang-Undang No.37 Tahun 2004 dan Undang-Undang
No. 40 tahun 2007 tentang PT.
Dari hasil penelitian diketahui bahwa akibat hukum yang terpenting dari
pernyataan pailit adalah bahwa organ PT demi hukum kehilangan haknya untuk berbuat
bebas terhadap harta kekayaannya, begitu pula hak untuk mengurusnya. Namun PT tidak
kehilangan hak-hak dan kecakapannya untuk mengadakan persetujuan-persetujuan, akan
tetapi perbuatan-perbuatannya tersebut tidak mempunyai akibat hukum atas kekayaannya

yang tercakup dalam budel kepailitan. Direksi secara pribadi dapat dipailit oleh para
krediturnya dengan cara mengajukan permohonan pailit ke Pengadilan Niaga, apabila
terdapat kesalahan direksi dalam pengambilan keputusan yang mengakibatkan terjadinya
kepailitan PT, dengan catatan PT telah terlebih dahulu dinyatakan pailit melalui suatu
putusan pengadilan yang telah berkekuatan hukum tetap (inkracht van geweijsde).
Pertimbangan hukum Majelis Hakim Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri
Semarang yang telah memutuskan menyatakan pailit PT. Indonesia Antique adalah
karena PT Indonesia Antique terbukti di Pengadilan mempunyai dua kreditur dan tidak
mampu membayar hutang-hutangnya kepada kreditur yang telah jatuh tempo dan dapat
ditagih yang berjumlah dua hutang sekaligus, sehingga telah memenuhi ketentuan
sebagaimana termuat di dalam Pasal 2 Undang-Undang 37 Tahun 2004 tentang
Kepailitan dan PKPU mensyaratkan “Debitur yang mempunyai dua atau lebih Kreditur
dan tidak membayar sedikitnya satu utangnya yang telah jatuh waktunya dan dapat
dipailitkan. Disamping itu Pertimbangan Majelis Hakim Mahkamah Agung Republik
Indonesia menyatakan bahwa, Tanah-tanah yang disita dalam putusan pailit Pengadilan
Niaga pada Pengadilan Negeri Semarang tersebut adalah terbukti milik/aset dari PT
Indonesia Antique yang merupakan jaminan untuk pembayaran hutang-hutang PT.
Indonesia Antique kepada para krediturnya dan oleh karena itu telah terikat ke dalam aset
budel pailit.


Kata Kunci : Pertanggungjawaban Direksi, PT dan Kepailitan

i

Universitas Sumatera Utara

ABSTRACT
Bankruptcy is a public confiscation upon the Bankrupt Debtor’s whole
property which management and settlement are carried out by a Curator under the
direction of the Supervisory Judge. The main purpose of bankruptcy declaration is to
make shares among creditors upon the bankrupt debtor’s property by the curator.
Debtors that have two or more creditors and are unable to pay at least one of the
creditors its debts which past due and are collectable, are declared to be bankrupt by
the Court’s Verdict. The problems discussed in this research were the consequences
of Bankruptcy Declaration by the court on PT. (Limited Liability Company), whether
or not the board of directors could be made personally liable for its debts as the
company was declared to be bankrupt, and what responsibilities the directors had
toward its bankruptcy.
This was a normative juridical research with descriptive analysis which
reviewed the provisions on the Acts applicable in Bankruptcy Law and PKPU

(Postponement of Debt Payment Obligation) as stipulated in Law No.37/ 2004 and
Law No.40/ 2007 about PT.
The results showed that the most important legal consequence of bankruptcy
declaration was that the organization of the company lost its rights in controlling and
managing its property. However, it did not lose its rights and capacity to make
agreements, yet its actions were void upon its property as stipulated in Bankrupt
Estates. The board of directors could be made personally liable for its debts by the
creditors through the application for bankruptcy petition to the Commercial Court, in
case there were errors made by the directors in making decisions that led to its
bankruptcy, with notes that it had been declared to be bankrupt by a Court Verdict
(inkracht van geweijsde). The consideration of the Commercial Judges at the District
Court of Semarang declaring PT. Indonesia Antique to be bankrupt was that it was
proved to have two creditors and to be unable to pay the creditors its debts that past
due and were collectable, thus, it met the provision stipulated in Article 2 of Law No.
37/ 2004 about Bankruptcy and PKPU that presupposes, “Debtors that have two or
more creditors and are unable to pay at least one of the creditors its debts which past
due and are collectable, are declared to be bankrupt”. In addition, the considerations
of the Supreme Court judicial panel of the Republic of Indonesia stated that, all land
confiscated in Bankruptcy Verdict by the Commercial Court at District Court of
Semarang was proved to be the proprietary/ assets of PT. Indonesia Antique that

were used as the collateral for the debts payment of PT. Indonesia Antique to its
creditors, and was, therefore, bound to the assets of Bankrupt Estates.

Keywords: Liability of Board of Directors, PT (Limited Liability Company), and
Bankruptcy

ii

Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Analisis Permohonan Pailit Terhadap Perseroan Terbatas oleh Tenaga Kerja ( Studi Putusan Pengadilan Niaga Nomor. 01/Pailit/2012/PN.Niaga.Mdn Jo Putusan Kasasi Mahkamah Agung Nomor.401 K/Pdt.Sus/2012 Jo Putusan Peninjauan Kembali Mahkamah Agung Nomor.195 P

16 158 185

Analisis Yuridis Terhadap Putusan Mahkamah Agung No. 981K/PDT/2009 Tentang Pembatalan Sertipikat Hak Pakai Pemerintah Kota Medan No. 765

4 80 178

Hak dan Kewajiban Kurator Pasca Putusan Pembatalan Pailit Pada Tingkat Kasasi Oleh Mahkamah Agung (Studi Kasus Kepailitan PT. Telkomsel vs PT. Prima Jaya Informatika)

1 38 128

Analisis Putusan Mahkamah Agung Mengenai Putusan yang Dijatuhkan Diluar Pasal yang Didakwakan dalam Perkaran Tindak Pidana Narkotika Kajian Terhadap Putusan Mahkamah Agung Nomor 238 K/Pid.Sus/2012 dan Putusan Mahkamah Agung Nomor 2497 K/Pid.Sus/2011)

18 146 155

Eksekusi Putusan Pengadilan Agama...

1 40 5

Implementasi Putusan Mahkamah Konstitusi No.92/Puu-X/2012 Ke Dalam Undang-Undang No.17 Tahun 2014 Tentang Mpr, Dpr, Dpd Dan Dprd

0 54 88

Pertanggungjawaban Direksi Terhadap Kepailitan Perseroan Terbatas (Studi Terhadap Putusan Mahkamah Agung No. 05 PAILIT 2012 PN NIAGA.SMG)

0 2 15

Pertanggungjawaban Direksi Terhadap Kepailitan Perseroan Terbatas (Studi Terhadap Putusan Mahkamah Agung No. 05 PAILIT 2012 PN NIAGA.SMG)

0 0 37

Pertanggungjawaban Direksi Terhadap Kepailitan Perseroan Terbatas (Studi Terhadap Putusan Mahkamah Agung No. 05 PAILIT 2012 PN NIAGA.SMG)

0 1 35

Pertanggungjawaban Direksi Terhadap Kepailitan Perseroan Terbatas (Studi Terhadap Putusan Mahkamah Agung No. 05 PAILIT 2012 PN NIAGA.SMG)

0 0 5