Analisis Pengaruh Kebijakan Perkreditan Terhadap Tingkat Permintaan Kredit Pada Bank Bumn Di Sumatera Utara (Studi Kasus Pada PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk Cabang Lubuk Pakam)

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Penelitian Terdahulu
Simangunsong (2008) melakukan penelitian dengan judul “Analisis Pengaruh
kebijakan Perkreditan terhadap Tingkat Permintaan Kredit pada Bank BUMN di
Sumatera Utara (studi kasus PT Bank BNI (Persero) Tbk Sentra Kredit Kecil di
Medan”. Data yang digunakan dalam penelitian adalah data primer dan data
sekunder. Data primer bersumber dari populasi sebanyak 350 debitur.

Data

sekunder berupa permintaan kredit pada PT Bank BNI (Persero) Tbk Sentra
Kredit Kecil di Medan per triwulan selama kurun waktu tahun 2007-2008.
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus yang
didukung survei. Jenis penelitian adalah deskriptif kuantitatif yang bersifat
deskriptif explanatori. Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah
purposive sampling. Dari populasi sebanyak 350 orang debitur, diambil sebanyak
187 orang sebagai sampel. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui daftar
pertanyaan (questionaire) dan studi dokumentasi. Pendekatan penelitian ini adalah
survei yang menggunakan sampel, dengan jenis penelitian deskriptif kuantitatif,

dan sifat penelitian adalah descriptive explanatory reseach. Variabel diukur
dengan skala Likert. Pengujian hipotesis menggunakan analisis regresi linear
berganda melalui uji F dan uji t dengan maksud untuk mengetahui pengaruh
variabel independen terhadap variabel dependent pada tingkat kepercayaan 95%
(α = 0,05). Hasil pengujian dengan uji F menunjukkan variabel kebijakan
perkreditan berpengaruh signifikan terhadap tingkat permintaan kredit pada

Universitas Sumatera Utara

PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk Sentra Kredit Kecil Medan. Secara
parsial, kebijakan kredit berpengaruh tidak signifikan terhadap tingkat permintaan
kredit; sedangkan persepsi terhadap standar operasional prosedur dan pelayanan
kredit bank berpengaruh signifikan terhadap tingkat permintaan kredit pada PT.
Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk Sentra Kredit Kecil Medan. Variabel
pelayanan kredit bank lebih dominan pengaruhnya terhadap tingkat permintaan
kredit pada PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk Sentra Kredit Kecil Medan.
Hasil dari penelitian ini adalah, kebijakan perkreditan yang terdiri dari: kebijakan
kredit, standar operasional perkreditan, dan pelayanan kredit bank memiliki
pengaruh yang highly significant terhadap tingkat permintaan kredit pada PT.
Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk Sentra Kredit Kecil Medan.


2.2. Teori Tentang Kredit
Pengertian kredit dalam arti ekonomi adalah suatu penundaan pembayaran
dari prestasi yang diberikan seseorang, baik dalam bentuk barang, uang maupun
jasa. Artinya uang atau barang diterima sekarang dan dikembalikan pada masa
yang akan datang. Kredit erat kaitannya dengan pengadaan modal suatu badan
usaha, di mana dalam menjalankan usahanya pihak manajemen berusaha untuk
memperoleh tambahan modal dari berbagai sumber, termasuk diantaranya melalui
kredit (Tohar 2008 : 86).
Menurut Tohar (2008 : 86) bahwa: “kredit adalah penundaan pembayaran dari
prestasi yang diberikan sekarang, baik dalam bentuk barang, uang maupun jasa
keuntungan atau bunga yang diperoleh dari pemberi kredit untuk memelihara
kelangsungan usaha dan memperluas usahanya”.

Universitas Sumatera Utara

Secara sederhana, Kasmir (2002 : 2) mendefinisikan bank sebagai berikut :
“Lembaga keuangan yang kegiatan usahanya adalah menghimpun dana dari
masyarakat dan menyalurkan kembali dana tersebut ke masyarakat serta jasa-jasa
lainnya”. Sedangkan berdasarkan Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 Bank

adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk
simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau
bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan tarif hidup masyarakat
banyak. Dengan demikian, peranan kredit dalam operasi bank sangat
besar/penting, di samping sebagian besar bank masih mengandalkan sumber
pendapatan utamanya dari operasi perkreditan secara efektif dan efisien. Bank
adalah business. Business yang berdagang dalam kredit dan uang. Jadi bisnis
utama dari suatu bank adalah kepercayaan sehingga dikatakan pula bahwa bank
merupakan lembaga kepercayaan. Sebagaimana diketahui bahwa usaha bank yang
paling besar dalam memberikan kontribusi terbesar sebagai sumber penghasilan
bank berasal dari penyaluran kredit.
Simorangkir dalam (Untung, 2005:2) mengatakan kredit adalah pemberian
prestasi (misalnya uang atau barang) dengan balas prestasi (kontraprestasi) yang
terjadi pada waktu yang akan datang . kehidupan ekonomi modern adalah prestasi
uang yang demikian transaksi kredit menyangkut uang sebagai alat kredit.
Analisis kredit diberikan untuk meyakinkan bahwa si nasabah benar – benar dapat
dipercaya maka, sebelum kredit diberikan bank terlebih dahulu melakukan
analisis kredit. Analisis kredit mencakup latar belakang nasabah atau perusahaan,
prospek usahanya, jaminan yang diberikan serta faktor – faktor lainnya.


Universitas Sumatera Utara

2.2.1. Fungsi Kredit
Menurut Firdaus ( 2003:13 ) Fungsi pokok kredit pada dasarnya ialah
pemenuhan jasa untuk melayani kebutuhan masyarakat dalam rangka mendorong
dan melancarkan produksi, jasa-jasa dan bahkan konsumen yang semuanya itu
ditujukan untuk meningkatkan taraf hidup manusia.
Fungsi kredit perbankan dalam kehidupan perekonomian dan perdagangan
antara lain sebagai berikut :
Menurut Sinungan ( 2002:211 ) :
1.

Kredit dapat meningkatkan daya guna ( utility ) dari uang.

2.

Kredit dapat meningkatkan daya guna ( utility ) dari barang.

3.


Kredit dapat meningkatkan peredaran dan lalu lintas uang.

4.

Kredit adalah salah satu alat stabilitas ekonomi

5.

Kredit menimbulkan kegairahan berusaha masyarakat

2.2.2. Tujuan Kredit
Menurut Suyatno ( 2004:15 ) pemberian kredit dimaksudkan untuk
memperoleh keuntungan, oleh karena itu Bank memberikan pinjaman kepada
nasabahnya dalam bentuk kredit, jika merasa yakin nasabah yang akan menerima
kredit itu mampu dalam memberikan kredit yang telah diterimanya. Dalam
kaitannya dengan pemberian kredit, kredit memiliki tujuan pokok yang saling
berhubungan :
a. Profitabilitas yaitu tujuan untuk memperoleh hasil dari kredit berupa
keuntungan yang dapat dari bunga pinjaman.
b. Safety yaitu keamanan dari prestasi atau fasilitas yang diberikan harus benarbenar terjamin sehingga tujuan profitabilitas dapat tercapai.


Universitas Sumatera Utara

Menurut Kasmir ( 2001: 96 ) tujuan pemberian kredit adalah
1. Mencari Keuntungan
Yaitu bertujuan untuk memperoleh hasil dari pemberian kredit tersebut,
hasil tersebut terutama dalam bentuk bunga yang diterima oleh Bank
sebagai balas jasa dan biaya admistrasi kredit yang diberikan kepada
nasabah.
2. Membantu Usaha Nasabah
Tujuan lainnya adalah untuk membantu usaha nasabah yang memerlukan
dana, baik dana investasi maupun dana untuk modal kerja.
3. Membantu Pemerintah
Bagi Pemerintah semakin banyak kredit yang disalurkan oleh pihak
perbankan maka makin baik, berarti adanya peningkatan pembangunan di
berbagai sektor.
2.2.3. Unsur-Unsur Kredit
Menurut Suyatno, dkk (2003 :13), bahwa ada empat unsur-unsur kredit, yaitu
unsur kepercayaan, waktu, degree of risk dan prestasi. Unsur kredit yang utama
adalah kepercayaan dan waktu. Kepercayaan dalam hal ini adalah bahwa pemberi

kredit berkeyakinan bahwa prestasi (uang, jasa atau barang) yang diberikannya
kepada debitur akan benar-benar diterimanya kembali di masa yang akan datang.
Unsur waktu adalah bahwa antara pemberian kredit dan pengembaliannya dibatasi
oleh waktu tertentu.
Kredit diberikan atas dasar kepercayaan sehingga pemberian kredit adalah
pemberian kepercayaan. Hal ini berarti bahwa prestasi yang diberikan benar-benar
diyakini dapat dikembalikan oleh penerima kredit sesuai dengan waktu dan

Universitas Sumatera Utara

syarat-syarat yang disepakati bersama. Berdasarkan hal di atas, unsur-unsur dalam
kredit tersebut adalah sebagai berikut:
1. Dana dua pihak, yaitu pemberi kredit (kreditur) dan penerima kredit
(nasabah). Hubungan pemberi kredit dan penerima kredit merupakan
hubungan kerjasama yang saling menguntungkan.
2. Dana kepercayaan pemberi kredit kepada penerima kredit yang didasarkan
atas credit rating penerima kredit.
3. Dana persetujuan, berupa kesepakatan pihak bank dengan pihak lainnya yang
berjanji membayar dari penerima kredit kepada pemberi kredit. Janji
membayar tersebut dapat berupa janji lisan, tertulis (akad kredit) atau berupa

instrumen (credit instrument).
4. Dana penyerahan uang, jasa, atau uang dari pemberi kredit kepada penerima
kredit.
5. Dana unsur waktu (time element). Unsur waktu merupakan unsure essensial
kredit. Kredit dapat ada karena ada waktu, baik dilihat dari pemberi kredit
maupun dilihat dari penerima kredit.
6. Adanya unsur resiko (degree of risk) baik di pihak pemberi kredit maupun di
pihak penerima kredit. Resiko dipihak pemberi kredit adalah resiko gagal
bayar (risk of default), baik karena kegagalan usaha (pinjaman komersial) atau
ketidakmampuan bayar (pinjaman konsumen) atau karena ketidaksediaan
membayar. Resiko di pihak nasabah adalah kecurangan dari pihak kreditur,
antara lain berupa pemberian kredit yang dari semula dimaksudkan oleh
pemberi kredit untuk mencaplok perusahaan yang diberi kredit atau tanah
yang dijaminkan.

Universitas Sumatera Utara

7. Adanya unsur bunga sebagai kompensasi (prestasi) kepada pemberi kredit.
Bagi pemberi kredit, bunga tersebut terdiri dari berbagai komponen seperti
biaya modal (cost of capital), biaya umum (overhead cost), risk premium, dan

sebagainya. Jika credit rating penerima kredit tinggi, risk premium dapat
dikurangi dengan safety discount.
2.2.4. Prinsip-Prinsip Pemberian Kredit
Walaupun pemberian kredit didasarkan atas kepercayaan, tetapi penilaian atas
kepercayaan tadi harus tetap melalui suatu analisis kredit yakni kajian yang
dilakukan untuk mengetahui kelayakan dari suatu permasalahan kredit. Melalui
hasil analisis kreditnya, dapat diketahui apakah usaha nasabah layak (feasible) dan
marketable (hasil usaha dapat dipasarkan), dan profitable (menguntungkan), serta
dapat dilunasi tepat waktu.
Sebelum suatu kredit dikucurkan, terlebih dahulu bank akan melakukan
penilaian melalui suatu prosedur terhadap nasabah yang memohon kredit untuk
memperoleh keyakinan bahwa kredit yang disalurkan pasti akan kembali.
Penilaian tersebut mencakup kriteria-kriteria tertentu dan mempunyai ukuranukuran yang menjadi standar setiap bank. Penilaian oleh bank adalah untuk
mendapatkan nasabah yang benar-benar layak dilakukan melalui analisis 5C.
Prinsip dasar dalam menganalisis kredit harus memenuhi kriteria five C’s (7 C’s)
yaitu Character, Capacity, Capital, Collateral, Condition of Ecnomic,Constrain
dan Coverage serta didokumentasikan sehingga siapapun yang membaca dasar
penilaian pemberian kredit mempunyai persepsi yang sama.

Universitas Sumatera Utara


Dalam buku Manajemen Perkreditan Umum (2004 :83) bahwa di dalam
melaksanakan kegiatan perkreditan secara sehat, maka penilaian penilaian kredit
harus berdasarkan prinsip 7 C. Prinsip perkreditan tersebut adalah :
a. Character
Character merupakan sifat atau watak calon debitur (nasabah) yang dilihat dari
latar belakang pekerjaan ataupun yang bersifat pribadi seperti gaya hidup,
keadaan keluarga, hobi dan jiwa sosial nasabah. Berdasarkan sifat atau watak
tersebut diambil suatu kesimpulan tentang kemampuan nasabah untuk
membayar kredit.
b. Capacity
Capacity merupakan analisis mengetahui kemampuan nasabah untuk
membayar kredit. Kemampuan ini dilihat dari kemauan nasabah dalam
mengelola bisnis yang didasarkan pada latar belakang pendidikan dan
pengalaman dalam mengelola usahanya.
c. Capital
Untuk mengetahui apakah penggunaan modal usaha oleh nasabah sudah
efektif atau tidak. Hal ini dilihat dari laporan keuangan nasabah, serta melihat
sumber-sumber modal nasabah berapa persen modal sendiri dan modal
pinjaman.

d. Collateral
Merupakan jaminan yang diberikan calon debitur, baik yang bersifat fisik
maupun non fisik. Biasanya nilai jaminan lebih besar dari jumlah kredit yang
diberikan. Jaminan juga perlu diteliti keabsahannya sehingga bila terjadi
masalah, suatu jaminan tersebut dapat dipergunakan secepat mungkin.

Universitas Sumatera Utara

e. Condition of economic
Suatu penilaian untuk memprediksi kondisi ekonomi, sosial, politik untuk
masa yang akan datang, juga menilai prospek bidang usaha yang akan dibiayai
apakah benar-benar baik sehingga kemungkinan kredit untuk macet relatif
kecil.
f. Constrain
Merupakan

Batasan-batasan

atau

hambatan-hambatan

yang

tidak

memungkinkan kredit diberikan.
g. Coverage
Merupakan jaminan kredit yang telah diasuransikan untuk mencegah hal-hal
yang tidak diinginkan.

2.3. Kebijakan Perkreditan
Secara garis besar, kebijakan umum perkreditan didasarkan atas:
1. Undang-undang Perbankan: dimaksudkan untuk menumbuh kembangkan
Bank yang sehat dan kuat, dengan prinsip kehati-hatian (prudential
banking) yang sehat dan kuat, dengan prinsip kehatian-kehatian
(prudential banking)
2. Kebijakan Umum Perkreditan (KUP) adalah kebijakan perkreditan sesuai
dengan

prinsip-prinsip

manajemen,

mencakup

perencanaan,

pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasannya.
3. Pedoman Pelaksanaan Perkreditan (PPK), atau ada juga yang menyebut
dengan Standar Operasional Perkreditan (SOP), merupakan pelaksanaan
perkreditan yang dapat menjamin kredit yang sehat.

Universitas Sumatera Utara

2.3.1. Faktor Penting dalam Kebijakan Kredit
a.

Kredit yang diberikan bank mengandung resiko, sehingga dalam
pelaksanaannya bank harus memperhatikan asas-asas perkreditan yang
sehat.

b.

Salah satu upaya untuk lebih mengarahkan agar perkreditan bank telah
didasarkan pada prinsip yang sehat, yaitu melalui kebijakan perkreditan
yang jelas.

c.

Kebijakan perkreditan bank berperan sebagai panduan dalam pelaksanaan
semua kegiatan perkreditan.

d.

Untuk memastikan bahwa semua bank telah memiliki kebijakan
perkreditan

yang

disusun

dan

diterapkan

berdasarkan

asas-asas

perkreditan yang sehat, maka perlu pedoman pada ketentuan yang
ditetapkan Bank Indonesia.
e.

Ketentuan kebijakan perkreditan perlu ditetapkan agar setiap bank
memiliki dan menerapkan kebijakan kredit yang baik, yang:
1) Mampu mengawasi portofolio kredit secara keseluruhan dan
menetapkan standar dalam proses pemberian kredit secara individual.
2) Memiliki standar/ukuran yang mengandung pengawasan intern pada
semua tahapan proses perkreditan.

f.

Bagi bank yang belum memiliki kebijakan perkreditan, wajib menyusun
dan menerapkan kebijakan kredit yang minimal mengandung semua aspek
yang tertuang pada pedoman kebijakan perkreditan.

g.

Bagi bank yang telah memiliki kebijakan perkreditan, wajib meneliti
kembali apakah semua aspek dalam pedoman kebijakan perkreditan telah

Universitas Sumatera Utara

tercakup dalam kebijakan perkreditan dan melakukan penyesuaian apabila
belum mencakup seluruh aspek yang tertuang dalam pedoman kebijakan
perkreditan.
h.

Kebijakan perkreditan perbankan dikatakan baik minimal dalam
kebijakan tersebut mencakup:
1) Prinsip kehati-hatian perkreditan
2) Organisasi dan manajemen perkreditan
3) Kebijakan persetujuan perkreditan
4) Dokumentasi dan administrasi
5) Pengawasan kredit
6) Penyelesaian kredit bermasalah

i.

Kebijakan perkreditan bank yang baik minimal sebagai pedoman dalam
penyusunan kebijakan perkreditan.

Dalam

penyusunan

kebijakan

perkreditan bank dapat menambah dan memperluas aspek-aspek yang
tertuang dalam pedoman kebijakan perkreditan.
j.

Kebijakan perkreditan selanjutnya harus menjadi acuan dan harus
tercermin dalam pedoman pelaksanaan kredit yang dipergunakan oleh
setiap bank.

k.

Bank wajib menyampaikan kebijakan kredit dan wajib mendapat
persetujuan dewan komisaris.

l.

Bank wajib melaksanakan kebijakan tersebut secara konsisten.

m. Bank Indonesia memantau, mengawasi, dan menilai pelaksanaan
kebijakan kredit bank tersebut.

Universitas Sumatera Utara

n.

Pengertian kredit dalam kebijakan kredit meliputi semua jenis fasilitas
keuangan yang disediakan kepada nasabah.

2.3.2. Prinsip Kehati-hatian dalam Perkreditan
a. Kebijakan pokok perkreditan yang akan diambil bank mencakup:
1) Prosedur perkreditan yang sehat
2) Kredit yang mendapat perhatian khusus
3) Perlakuan kredit yang di-plafondering
4) Prosedur penyelesaian kredit bermasalah, penghapusan, dan pelaporan
kredit macet.
5) Tata cara penyelesaian barang jaminan kredit
b. Kebijakan bank dalam pemberian kredit kepada pihak terkait/nasabah
besar, yaitu dalam bentuk pernyataan mengenai:
1) Batasan jumlah maksimum kredit yang akan diberikan
2) Tata cara penyediaan kredit
3) Persyaratan Kredit
4) Kebijakan pemenuhan ketentuan perkreditan
c. Pencantuman sektor ekonomi, pasar dan nasabah yang dinilai bank
mengandung resiko yang tinggi.
d. Pencantuman kredit yang perlu dihindari bank seperti:
1) Kredit untuk spekulasi
2) Informasi keuangan yang tidak cukup
3) Kredit dengan keahlian khusus
4) Kredit bermasalah pada bank lain

Universitas Sumatera Utara

e. Penjabaran mengenai tata cara penilaian kualitas kredit harus berdasarkan
pada tata cara yang bertujuan untuk memastikan bahwa hasil penilaian
kolektibilitas kredit yang dilakukan bank telah sesuai dengan ketentuan
Bank Indonesia.
f. Pencantuman pernyataan bahwa pejabat kredit harus:
1) Profesional, jujur, objektif, dan cermat
2) Memahami dengan baik makna yang terkandung dalam Undangundang tentang perbankan.

2.4. Teori Tentang Suku Bunga Kredit
Solopos, (Jum’at 27 Juni 2003) menyatakan bahwa:”secara teori tingkat suku
bunga pinjaman merupakan gabungan dari jumlah cost of fund ditambah biaya
intermediasi dan biaya resiko macet.
2.4.1. Teori Suku Bunga Kredit Secara Makro
Sunariyah (2003:62) mengemukakan bahwa: “ Tingkat suku bunga dinyatakan
sebagai persentase uang pokok per unit waktu. Bunga merupakan suatu ukuran
harga sumberdaya yang digunakan oleh debitur yang dibayarkan kepada kreditur”.
Sedangkan Boediono (2001:75) mengemukakan bahwa: “Tingkat bunga adalah
sebagai harga dari penggunaan uang untuk jangka waktu tertentu”.
Teori klasik menyatakan bahwa bunga adalah harga dari loanable funds (dana
investasi) dengan demikian bunga adalah harga yang terjadi di pasar dan investasi.
Menurut teori Keynes tingkat bunga merupakan suatu fenomena moneter. Artinya
tingkat bunga ditentukan oleh penawaran dan permintaan akan uang (ditentukan
di pasar uang). (Boediono, 2002 : 75)

Universitas Sumatera Utara

2.4.2. Teori Suku Bunga Kredit Secara Mikro
Dalam industri perbankan yang sangat kompetitif, penentuan tingkat bunga
kredit menjadi suatu alat persaingan yang sangat strategis. Suku bunga kredit
adalah bunga yang dibebankan kepada peminjam atau harga jual yang harus
dibayar oleh nasabah peminjam kepada bank. (Kasmir,2008:136). Pengertian suku
bunga menurut Sunariyah (2004:80) adalah harga dari pinjaman. Suku bunga
dinyatakan sebagai persentase uang pokok per unit waktu. Bunga merupakan
suatu ukuran harga sumber daya yang digunakan oleh debitur yang harus
dibayarkan kepada kreditur. Suku bunga memiliki beberapa fungsi, yaitu :
1. Sebagai daya tarik bagi para penabung yang mempunyai dana lebih untuk
diinvestasikan.
2. Suku

bunga

dapat

digunakan

sebagai

alat

moneter

dalam

rangka

mengendalikan penawaran dan permintaan uang yang beredar dalam suatu
perekonomian. Misalnya, pemerintah mendukung pertumbuhan suatu sektor
industri tertentu apabila perusahaan-perusahaan dari industri tersebut akan
meminjam dana. Maka pemerintah memberi tingkat bunga yang lebih rendah
dibandingkan sektor lain.
3. Pemerintah dapat memanfaatkan suku bunga untuk mengontrol jumlah uang
beredar. Ini berarti, pemerintah dapat mengatur sirkulasi uang dalam suatu
perekonomian.
Bank-bank yang mampu mengendalikan pokok dalam penentuan tingkat
bunga kredit (lending rate) akan mampu menentukan bunga kredit yang lebih
rendah dibandingkan dengan bank-bank lainnya.

Universitas Sumatera Utara

2.4.2.1. Cost of Loanable Funds
Cost of Loanable Funds biaya dana yang dioperasionalkan (ditempatkan )
untuk memperoleh pendapatan. Dana operasional adalah total dana yang
dihimpun atau diterima dikurangi dengan Unloanable Funds. COLF dalam
presentase dapat diformulasikan sebagai berikut :
Total Biaya Dana
X 100%

COLF =
Total Dana - Unloanable Funds
(Taswan, 2006 : 46)

Unloanable Funds adalah dana yang tidak ditempatkan pada aktiva produktif
dengan tujuan untuk berjaga-jaga atau cadangan. Unloanable Funds ini bisa
berupa Legal Reserve Requirement, Working capital Reserve Requirement,
Seasional Reserve Requirement, Cyclical Reserve Requirement dan Idle Fund.
Besarnya Unloanable Funds ini ditentukan menurut pengalaman bank yang
biasanya dicerminkan oleh Cash Ratio. Khusus untuk Legal Reserve Requirement
Atau biasa disebut dengan Giro Wajib Minimum yang harus disimpan di Bank
Indonesia besarnya telah ditentukan oleh otoritas moneter, yaitu sebesar 5% dari
dana pihak ketiga (untuk rupiah) dan 3% dari dana pihak ketiga (untuk valuta
asing),
Semakin besar Unloanable Funds akan semakin memperkecil jumlah dana
yang ditempatkan untuk memperoleh pendapatan, dengan demikian COLF-nya
akan semakin mahal. Sebaliknya bila Unloanable Funds semakin kecil maka
COLF-nya akan semakin murah. Sementara itu dana-dana bank yang tidak kena
ketentuan Reserve Requirement atau giro wajib minimum adalah :
a.

Kewajiban yang tidak segera harus dibayar, contohnya jaminan bank garansi.

Universitas Sumatera Utara

b.

Surat Berharga Pasar Uang (SBPU) yang dijual.

c.

Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI)

d.

Modal Sendiri

e.

Dana Penyertaan (Konsorsium)

f.

Dana antar kantor sendiri

2.4.2.2. Overhead Cost
a. Dikeluarkan oleh bank dalam menjalankan kegiatannya
b. Biaya-biaya yang termasuk dalam overhead cost ditanggung oleh seluruh
jumlah aktiva yang menghasilkan pendapatan atau total aktiva produktif
(total earning assets).
Dengan demikian perhitungan persentase overhead cost dapat dinyatakan
sebagai berikut:
Total Biaya (di luar biaya dana)
Overhead Cost

x

=

100%

Total Earning Assets
(Taswan, 2006 : 46)
Dihadapkan pada berbagai kondisi persaingan yang ada, dalam praktek
perbankan sehari-hari para eksekutif menempatkan kebijakan untuk memasang
tarif dalam perhitungan overhead cost antara 2% sampai dengan 4%.
2.4.2.3. Risk Factor
Risk factor adalah komponen dalam menentukan lending rate yang sangat
mempertimbangkan kemungkinan terjadinya kredit bermasalah termasuk kredit
macet. Risk factor dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:
Biaya Penyisihan Cadangan Penghapusan Kredit

Risk
=
Factor

x 100%
Total Kredit yang diberikan

Universitas Sumatera Utara

(Dendawijaya, 2005 : 103)
Dalam praktek perbankan sehari-hari, besarnya risk factor berkisar 1 hingga
2.5%. Dengan mempertimbangkan jenis kredit yang akan diberikan, keyakinan
akan terjadinya risiko kredit, volume kredit yang diberikan, serta kondisi
persaingan yang ada.
2.4.2.4. Spread
Spread atau biasa disebut dengan net margin adalah pendapatan bank yang
utama dan akan menentukan besarnya pendapatan bersih (net income) bank.
Penentuan tinggi rendahnya spread tergantung bagaimana pihak bank serta target
marketnya. Untuk mengelompokkan jenis industri serta peringkat usaha bank
merupakan salah satu pertimbangan untuk menetapkan tinggi rendahnya spread.
Dalam praktek perbankan di Indonesia, eksekutif bank menetapkan spread (net
margin) sebesar 2% hingga 3% p.a. yang merupakan harga yang layak (cukup)
sebagai komponen lending rate. (Dendawijaya, 2005 : 103)
2.4.2.5. Pajak
Pembebanan pajak sebagai komponen dari penentuan tingkat bunga kredit
(lending rate) dapat dibebankan penuh atau sebagian, tergantung pada kebijakan
bank yang bersangkutan dalam menghadapi persaingan. (Dendawijaya, 2005 :
103)

Universitas Sumatera Utara

2.5. Teori Lembaga Keuangan
2.5.1. Pengertian Lembaga Keuangan
Menurut Kasmir (2002 : 25) yang dimaksud dengan Lembaga Keuangan
adalah: “setiap perusahaan yang bergerak di bidang keuangan, menghimpun dana,
menyalurkan dana atau kedua-duanya”. Dalam praktiknya lembaga keuangan
digolongkan ke dalam dua golongan yaitu:
1.

Lembaga Keuangan Bank merupakan lembaga keuangan yang memberikan
jasa keuangan yang paling lengkap. Usaha keuangan yang dilakukan di
samping menyalurkan dana atau memberikan pinjaman (kredit) juga
melakukan usaha menghimpun dana dari masyrakat luas dalam bentuk
simpanan. Kemudian usaha bank lainnya memberikan jasa-jasa keuangan
yang mendukung dan memperlancar kegiatan memberikan pinjaman dengan
kegiatan menghimpun dana.

2.

Lembaga Keuangan Lainnya (pembiayaan) merupakan lembaga keuangan
yang fokus kepada salah satu bidang saja apakah penyaluran dana atau
penghimpunan dana. Adapun jenis-jenis lembaga keuangan antara lain: Pasar
Modal, Pasar Uang dan Valas, Koperasi Simpan Pinjam, Perum Pegadaian,
Perusahaan Sewa Guna Usaha, Perusahaan Asuransi, Perusahaan Anjak
piutang, Modal Ventura, Dana Pensiun, dan Kartu Plastik.

2.5.2. Lembaga Keuangan Bank
Definisi bank menurut Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang
Perbankan adalah ”badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam
bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit
atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat

Universitas Sumatera Utara

banyak”. Definisi ini menunjukkan bahwa objek aktivitas utama bank adalah
masyarakat luas karena dana yang terhimpun dari masyarakat akhirnya akan
disalurkan kepada masyarakat juga termasuk individu. Menurut Kasmir (2007:4),
dalam praktiknya lembaga keuangan bank terdiri dari bank sentral, bank umum,
dan bank perkreditan rakyat.
1) Bank Sentral di Indonesia dilaksanakan oleh Bank Indonesia dan memegang
fungsi sebagai bank sirkulasi, bank to bank dan lender of the last resort.
Biasanya pelayanan yang diberikan oleh Bank Indonesia lebih banyak kepada
pihak pemerintah dan dunia perbankan. Dengan kata lain, nasabah Bank
Indonesia dalam hal ini lebih banyak kepada lembaga perbankan.
2) Bank Umum merupakan bank yang bertugas melayani seluruh jasa-jasa
perbankan dan melayani segenap lapisan masyarakat, baik masyarakat
perorangan maupun lembaga-lembaga lainnya. Bank umum juga dikenal
dengan nama bank komersil dan dikelompokkan ke dalam dua jenis bank
yaitu bank umum devisa dan bank umum non devisa. Bank umum yang
berstatus devisa memiliki produk yang lebih luas daripada bank yang
berstatus non devisa, antara lain dapat melaksanakan jasa yang berhubungan
dengan seluruh mata uang asing atau jasa bank ke luar negeri.
3) Bank Perkreditan Rakyat (BPR) merupakan bank yang khusus melayani
masyarakat kecil di kecamatan dan pedesaan. BPR berasal dari Bank Desa,
Bank Pasar, Lumbung Desa, Bank Pegawai dan bank yang lainnya yang
kemudian dilebur menjadi Bank Perkreditan Rakyat. Jenis produk yang
ditawarkan Bank Perkreditan Rakyat relatif sempit jika dibandingkan dengan

Universitas Sumatera Utara

bank umum, bahkan ada beberapa jenis jasa bank yang tidak boleh
diselenggarakan oleh BPR, seperti pembukaan rekening giro dan ikut kliring.
2.5.2.1. Jenis-Jenis Bank
Dalam praktik perbankan di Indonesia saat ini terdapat beberapa jenis
perbankan yang diatur dalam Undang-undang perbankan. Adapun jenis perbankan
ini dapat ditinjau dari beberapa segi antara lain:
1.

Dilihat dari Segi Fungsinya
Menurut UU Perbankan Nomor 10 tahun 1998 dilihat dari segi fungsinya
perbankan terdiri dari:
a.

Bank Umum : Bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara
konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam
kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.

b.

Bank Perkreditan Rakyat : Bank yang melaksanakan kegiatan usaha
secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam
kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.

2.

Dilihat dari Segi Kepemilikannya
Ditinjau dari segi kepemilikannya bank dapat dibagi sebagai berikut:
a.

Bank Milik Pemerintah

b.

Bank milik swasta nasional

c.

Bank Milik Koperasi

d.

Bank Milik Asing

e.

Bank Milik Campuran

Universitas Sumatera Utara

3.

Dilihat dari Segi Status
Dilihat dari segi kemampuannya dalam melayani masyarakat, maka bank
umum dapat dibagi ke dalam dua macam.

4.

a.

Bank Devisa

b.

Bank non devisa

Dilihat dari Segi Menentukan Harga
Jenis bank jika dilihat dari segi atau caranya dalam menentukan harga baik
harga jual mapun harga beli terbagi dalam dua kelompok:
a.

Bank yang berdasarkan prinsip konvensional

b.

Bank yang berdasarkan prinsip syariah

2.5.2.2. Kegiatan-Kegiatan Lembaga Keuangan Bank
Kegiatan bank menurut Riswandi dalam bukunya”Aspek Hukum Internet
Banking”(2005:7) adalah sebagai berikut :
1. Agent of Trust
Dasar utama kegiatan perbankan adalah kepercayaan, baik dalam hal
penghimpunan maupun penyaluran dana.
2. Agent of Development
Sektor dalam kegiatan perekonomian masyarakat, yaitu sektor moneter dan
sektor riil merupakan sektor yang tidak dapat dipisahkan. Tugas bank sebagai
penghimpun dan penyalur dana sangat diperlukan untuk kelancaran kegiatan
perekonomian di sektor riil.

Universitas Sumatera Utara

3. Agent of Sevice
Bank juga memberikan penawaran jasa-jasa perbankan yang lain kepada
masyarakat, antar lain jasa uang, jasa penitipan barang berharga, jasa
pemberian jaminan bank, dan jasa penyelesaian tagihan.
a. Menghimpun dana dari masyarakat (funding) dalam bentuk simpanan
Giro, tabungan, deposito.
b. Menyalurkan dana ke masyarakat (lending) dalam bentuk Kredit Modal
kerja, Kredit Investas, Kredit Perdagangan.
c. Memberikan jasa-jasa bank lainnya seperti: Transfer, Inkaso, Kliring, Safe
Deposit Box, Bank Card, bank Notes, Bank Garansi, Bank Draft, Referensi
Bank, Letter of Credit (L/C), Cek Wisata, Jual beli surat berharga.
d. Menerima setoran-setoran seperti Pajak, Telepon, Air, Listrik, uang kuliah.
e. Melayani pembayaran-pembayaran seperti Gaji, Deviden, Kupon, bonus.
f. Di dalam pasar modal perbankan dapat memberikan atau menjadi
Penjamin emisi, Penjamin, Wali Amanat, Perantara Perdagangan efek,
Pedagang efek, Perusahaan pengelola dana.

2.6. Teori Tentang Permintaan Uang
2.6.1. Pengertian dan Fungsi Permintaan Uang
Teori yang menjelaskan mengenai permintaan uang dapat dibedakan
menjadi 2 yaitu teori klasik dan Keynes.
a.

Teori Permintaan Uang Klasik

Universitas Sumatera Utara

Teori ini lebih dikenal dengan teori kwantitas uang. Teori kwantitas uang
merupakan salah satu teori ekonomi yang sangat tua yang masih dapat bertahan
sampai saat ini. Teori ini menyatakan bahwa, perubahan nilai uang atau tingkat
harga terutama merupakan akibat dari adanya perubahan jumlah uang beredar.
Teori ini beranggapan bahwa harapan akan perubahan harga-harga di masa depan
(expectation of price changes) merupakan faktor yang sangat menentukan
besarnya permintaan akan uang. Selain itu, mekanisme penyesuaian ,misalnya
kelebihan saldo kas yang tidak dikehendaki adalah dengan membelanjakan
kelebihan kas tadi untuk membeli barang-barang. Dengan kata lain, kelebihan
saldo kas akan menyebabkan kenaikan pengelaran untuk barang-barang. Dengan
demikian, ada hubungan langsung antara kelebihan uang tunai yang ada di dalam
masyarakat dan kecenderungan harga-harga umum untuk naik (inflasi).
Teori kwantitas uang, mempunyai beberapa versi, antara lain:
i. Persamaan Kwantitas Uang Klasik (Classical Quantity Of Money)
Menurut Fisher, permintaan uang akan timbul dari penggunaan uang dalam
proses transaksi karena menurut pandangan ekonom klasik, fungsi uang
hanyalah sebagai alat tukar, maka uang bersifat netral, dalam arti uang hanya
mempengaruhi tingkat harga dimana bentuk persamaannya:
MV=PT
Dimana:
M : jumlah uang beredar dalam perekonomian (money supply)
V : kecepatan perputaran uang (velocity circulation of money)
P : tingkat harga (price level)
T : banyaknya transaksi (per satuan waktu)

Universitas Sumatera Utara

ii. Persamaan Cambridge
Menurut teori ini, kegunaan dari pemegang kekayaan dalam bentuk uang
adalah karena uang mempunyai sifat likuid sehingga dengan mudah dapat
ditukarkan dengan barang lain. Uang dipegang atau diminta oleh seseorang
karena sangat mempermudah transaksi atau kegiatan-kegiatan ekonomi lain
dari orang tersebut.
Cambrige mengatakan bahwa permintaan uang selain dipengaruhi oleh volume
transaksi dan faktor-faktor kelembagaan, juga dipengaruhi oleh tingkat bunga,
besar kekayaan masyarakat dan ramalan masyarakat di masa yang akan dating.
Jika tingkat bunga naik, ada kecenderungan masyarakat mengurangi uang yang
ingin mereka pegang meskipun volume transaksi yang mereka rencanakan
tetap.
1. Persamaan Cambridge versi saldo kas
M = kPT
2. Persamaan Cambridge versi pendapatan
M = kPQ = kY
Dimana : Q = output nasional
Y = pendapatan nasional = PQ
k=

bagian dari PT (nilai transaksi penjualan pertahun) atau bagian dari
PQ ada Y yang ingin dipegang oleh masyarakat atau disimpan
dalam bentuk uang.

b.

Teori Permintaan Uang Keynesian
Menurut Keynes, ada 3 (tiga) motivasi orang memegang uang, yaitu:

i. Motif Transaksi (Transaction Motive)

Universitas Sumatera Utara

Permintaan uang untuk transaksi sama dengan permintaan uang dalam teori
klasik. Masyarakat memegang uang dalam mempermudah transaksi seharihari.
Permintaan uang untuk transaksi berhubungan positif dengan tingkat
pendapatan dan mungkin pula dipengaruhi oleh tingkat bunga. Bila pendapatan
meningkat, maka kebutuhan uang untuk transaksi akan meningkat.
ii. Motif Berjaga-jaga (Precautionary Motive)
Munculnya motif ini didasarkan pada ketidakpastian yang menyangkut
pendapatan dan pengeluaran di masa yang akan datang. Untuk mengantisipasi
dan mengatasi berbagai hal dan kemungkinan yang terjadi, masyarakat perlu
mencadangkan sebagian pendapatannya untuk berjaga-jaga. Besar kecilnya
uang yang dibutuhkan untuk berjaga-jaga ditentukan oleh besar kecilnya
pendapatan, persis seperti halnya dengan kebutuhan masyarakat akan uang
untuk keperluan transaksi.
Menurut keynes, permintaan uang untuk transaksi maupun berjaga-jaga
diasumsikan tergantung pada tingkat pendapatan, sehingga dapat ditunjukkan
dalam persamaan sebagai berikut:
Mt = f (Y)
Mj = f(Y)
Dimana:
Mt adalah permintaan untuk transaksi
Mj adalah permintaan untuk berjaga-jaga
Sehingga Mt+Mj = f(Y)
iii. Motif Spekulasi (Speculative Motive)

Universitas Sumatera Utara

Konsekuensi dari fungsinya sebagai penyimpan nilai (store value), uang dapat
digunakan sebagai alat untuk mendapatkan keuntungan disebut sebagai
motivasi spekulasi (speculation motive). Keynes mengembangkan teori ini,
berdasarkan asumsi bahwa uang adalah salah satu dari dua asset financial yang
dapat dimiliki masyarakat. Asset lainnya adalah obligasi yaitu obligasi yang
jatuh temponya tidak terbatas (consol bond) dan tidak memiliki resiko gagal
tagih (default).
Motif ini berkaitan dengan perkiraan tingkat suku bunga pada masa yang akan
datang. Keynes berpendapat bahwa setiap masyarakat akan mempunyai
harapan tertentu terhadap perubahan tingkat suku bunga. Apabila tingkat suku
bunga naik, masyarakat akan mengurangi jumlah uang yang dipegang
sebaliknya bila tingkat suku bunga turun, maka masyarakat akan menaikkan
jumlah uang yang dipegang.
2.6.2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Permintaan Kredit
Menurut Murni (2006 : 67), Setiap terjadi perubahan investasi dalam
perekonomian masyarakat, akan mempengaruhi pendapatan. Sebab secara teoritis
setiap penambahan investasi akan menimbulkan kenaikan pendapatan nasional
secara berlipat ganda. Peningkatan (I) mendorong kenaikan GNP secara berlipat
ganda. Hal ini menjelas bahwa peningkatan plafond kredit akan mendorong minat
masyarakat untuk mengajukan kredit. Oleh karena itu peranan kredit bank dalam
dunia usaha sangat penting, karena sebagian besar kegiatan usaha didanai oleh
kredit bank. Walaupun kegiatan usaha membutuhkan kredit, namun tinggi
rendahnya permintaan kredit oleh dunia usaha tersebut terutama dipengaruhi oleh
suku bunga kredit.

Universitas Sumatera Utara

Pengawasan ini meliputi efektifitas pembayaran angsuran, tertib administrasi,
serta rekapitulasi ulang untuk mencegah kesalahan yang dibuat oleh karyawan.
Syarat-syarat kredit yang dimaksud, berkaitan dengan apa yang dikenal dengan 7P
dan 7C. 7P terdiri dari Personality, Purpose, Prospek, Payment, Party,
Profitability, Protection. 7C terdiri dari Character, Capital, Condition of
economy, Capacity, Collateral, constrain, dan Coverage (Muljono,2001:11-17).
Standar operasional prosedur tersebut harus didukung dengan profesionalisme
setiap bagian-bagian yang terlibat didalamnya, prinsip ketelitian dan kehati-hatian
setiap bagian dalam menjalankan prosedur pemberian kredit sangat diperlukan
untuk mencegah adanya kredit bermasalah diwaktu yang akan datang.

2.7. Kebijakan Pemerintah
Mekanisme transmisi kebijakan pemerintah melalui saluran uang secara
implisit beranggapan bahwa semua dana yang dimobilisasi perbankan dari
masyarakat dalam bentuk uang beredar (M1,M2) dipergunakan untuk pendanaan
aktivitas sektor riil melalui penyaluran kredit perbankan. Menurut Warijo, dkk
(2004 : 90) bahwa dalam kenyataannya, anggapan tersebut tidak selamanya
benar.Selain dana yang tersedia, perilaku penawaran kredit perbankan juga
dipengaruhi oleh persepsi bank terhadap prospek usaha debitur dan kondisi
perbankan itu sendiri seperti permodalan (CAR), jumlah kredit macet (NPL), dan
loan to deposit ratio (LDR). Selain itu, tidak semua permintaan kredit debitur
dapat dipenuhi oleh bank-bank, khususnya karena kondisi keuangan debitur yang
dinilai oleh bank tidak feasible karena tingginya rasio hutang terhadap modal
(leverage), risiko kredit macet, moral hazard, dan sebagainya. Adanya informasi

Universitas Sumatera Utara

yang tidak simetris (asymmetric information) antara bank dengan debitur seperti
itu dapat menyebabkan pasar kredit tidak selalu berada dalam keseimbangan.
Berdasarkan pertimbangan di atas, mekanisme transmisi kebijakan pemerintah
melalui saluran kredit didasarkan pada asumsi bahwa tidak semua simpanan
masyarakat dalam bentuk uang beredar (M1,M2) oleh perbankan selalu disalurkan
sebagai kredit kepada dunia usaha. Dengan kata lain, fungsi intermediasi
perbankan tidak selalu berjalan normal, dalam arti bahwa kenaikan simpanan
masyarakat tidak selalu diikuti dengan kenaikan secara proporsional pada kredit
yang disalurkan oleh perbankan. Oleh karena itu, yang lebih berpengaruh terhadap
ekonomi riil adalah kredit perbankan dan bukanlah simpanan masyarakat yang
tercermin dalam jumlah uang beredar.
Dalam konteks interaksi antara bank sentral dengan perbankan dan para
pelaku ekonomi dalam tahapan proses perputaran uang dalam ekonomi,
mekanisme transmisi moneter melalui saluran kredit dapat dijelaskan sebagai
berikut: Pada tahap pertama, interaksi antara bank sentral dengan perbankan
terjadi di pasar rupiah. Interaksi ini terjadi karena di satu sisi bank sentral
melakukan operasi moneter untuk pencapaian sasaran operasionalnya, baik berupa
uang primer ataupun suku bunga jangka pendek, sementara di sisi lain bank-bank
melakukan transaksi di pasar uang untuk pengelolaan likuiditasnya. Interaksi ini
akan mempengaruhi tidak saja perkembangan suku bunga jangka pendek di pasar
uang, tetapi juga besarnya dana yang akan dialokasikan bank-bank dalam bentuk
instrumen likuiditas maupun penyaluran kreditnya.
Rigiditas suku bunga pinjaman yang terkait dengan suku bunga pasar
seringkali dianggap sebagai penghambat kelancaran transmisi aliran kebijakan

Universitas Sumatera Utara

pemerintah dan pergerakan sektor riil yang diharapkan dapat mempercepat
pemulihan ekonomi. walaupun sejak bulan januari 2003 sampai dengan bulan juni
2003, Bank Indonesia secara bertahap telah menurunkan suku bunga SBI hingga
sebesar 280 basis poin. Namun demikian, suku bunga kredit dalam periode yang
sama hanya turun 64 basis poin. Menurut hadad, dkk (2003 : 10) kondisi ini
menunjukkan bahwa penurunan suku bunga SBI dan tingkat suku bunga dana
(cost of fund) tidak diikuti dengan suku bunga kredit sehingga proses intermediasi
tidak dapat berjalan dengan lancar.
Selain itu survei perkembangan suku bunga (Hadad, dkk, 2003 : 11)
menunjukkan bahwa rigiditas dapat berasal dari faktor internal maupun eksternal
bank. Penyebab dari faktor internal bank antara lain adalah struktur aktiva
produktif bank sebagian return-nya sangat terpengaruh oleh penurunan suku
bunga SBI, sehingga bank perlu menahan penurunan suku bunga kreditnya untuk
mempertahankan profit margin-nya, dana bank masih menyimpan dana lama yang
cost of fund-nya tinggi. Sementara, bank juga diperkirakan belum sepenuhnya
dapat menerapkan risk management yang optimal sehingga bank kurang mampu
menetapkan pricing yang akurat untuk masing-masing debiturnya.
Sedangkan faktor yang cukup berpengaruh dari sisi eksternal adalah
banyaknya nasabah yang masih menunggu penurunan suku bunga lebih lanjut
sebelum memutuskan mengajukan pinjaman kepada bank, dan masih banyaknya
proyek debitur/calon debitur yang tidak bankable.
Kegiatan bank diasumsikan bersifat tradisional (tidak memperhitungkan utang
bank lainnya, transaksi off balance sheet dan fee-eraning business), atau dapat
disimpulkan bahwa bank hanya mengambil deposito dan menempatkan dana

Universitas Sumatera Utara

dalam bentuk kredit. Dengan berasumsi bahwa peningkatan deposito akan
digunakan untuk meningkatkan kredit, giro wajib minimum dan aktiva lainnya
yang tidak memberikan bunga maka dalam format matematis, tambahan aktiva
dapat dinyatakan sebagai berikut (Cole 1991 dan Santoso, 2000 : 9):
To-t1 = d0-d1 = (r0-r1) + (l0-l1) + (po-p1), di mana
T = total aktiva; l = kredit
D=deposito/simpanan; p=aktiva yang tidak menghasilkan bunga
r=giro wajib minimum

2.8. Kerangka Berpikir
Pada umumnya masyarakat memahami bank hanya sebatas tempat untuk
meminjam dan menyimpan uang. Bahkan tidak sedikit masyarakat yang belum
mengetahui seluk beluk bank secara utuh, sehingga pandangan tentang bank
sering diartikan secara keliru.
PSAK Nomor 31 Standar Akuntansi Keuangan (2008:1) mengenai Akuntansi
Perbankan mendefinisikan sebagai :
Bank adalah lembaga yang berperan sebagai perantara keuangan (financial
intermediary) antara pihak yang memiliki dana dan pihak yang
memerlukan dana, serta sebagai lembaga yang berfungsi memperlancar
lalu lintas pembayaran. Falsafah yang mendasari kegiatan usaha bank
adalah kepercayaan masyarakat. Hal tersebut tampak dalam kegiatan
pokok bank yang menerima simpanan dari masyarakat dalam bentuk giro,
tabungan, serta deposito berjangka dan memberikan kredit kepada pihak
yang memerlukan dana.

Universitas Sumatera Utara

Sedangkan menurut Undang-undang No 10 Tahun 1998 menjelaskan
bahwa “Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam
bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit
dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat
banyak.”
Permintaan kredit dari sisi debitur (dunia usaha) dipengaruhi oleh adanya
upaya untuk meningkatkan aktivitas usaha, baik dalam bentuk investasi maupun
modal kerja. Sedangkan dari sisi perbankan, permintaan kredit dipengaruhi oleh
kebijakan kredit yang terdiri dari beberapa faktor seperti tingkat suku bunga
kredit, standar operasional perkreditan yang antara lain meliputi: batas maksimum
pemberian kredit, persyaratan kredit, pelayanan bank itu sendiri kepada
debitur/calon debiturnya dan kebijakan perkreditan bank lainnya, dan selanjutnya
kebijakan-kebijakan pemerintah seperti penetapan tingkat suku bunga Sertifikat
Bank Indonesia (SBI).
Dalam menetapkan kebijakan kreditnya, bank mempunyai pertimbanganpertimbangan yang menyangkut besarnya kredit, penyediaan dana, penyaluran
kredit, kelancaran kredit, dan bunga kredit. Kesemuanya itu dilakukan bank untuk
melindungi seluruh aset yang dimiliki oleh bank itu. Sekalipun tidak terlalu
mutlak, faktor bunga kredit turut pula mempengaruhi kemulusan perkreditan yang
diselenggarakan

oleh

bank.

Suku

bunga

kredit

yang

rendah,

besar

kemungkinannya akan meringankan usaha nasabah dan dapat memacu
pertumbuhan usaha nasabahnya. Dengan beban biaya modal pinjaman yang
rendah maka mengakibatkan arus pengembalian menjadi lancar.

Universitas Sumatera Utara

Pengertian suku bunga sering kali berbeda, menurut Puspopranoto (2004 : 12)
dalam bukunya yang berjudul “Keuangan Perbankan dan Pasar Keuangan “,
mengatakan bahwa : “Suku bunga adalah rasio dari bunga terhadap jumlah
pinjaman. Suku bunga adalah harga dari meminjam uang untuk menggunakan
daya belinya”. Arus pengembalian kredit yang melambat mengakibatkan
pengembalian kredit menjadi lebih kecil dari estimasi dan juga mengakibatkan
melambatnya pemasukan bunga. Situasi ini akan mengakibatkan kredit yang
disalurkan oleh bank menjadi semakin kecil. Dengan demikian maka penetapan
suku bunga kredit perlu mendapatkan pertimbangan yang matang.
Setiap bank pasti mempunyai Standar Operasional Perkreditan sebagai
pedoman dalam penyaluran kreditnya, dan Bank sebagai lembaga keuangan yang
mendapatkan pengawasan ketat, tentu saja harus mempunyai kebijakan yang
terstruktur, dan komprehensif. Aktivitas operasional perbankan yang dilakukan
oleh kalangan perbankan pada umumnya adalah people based service. Menurut
Kotler ( 2000 : 36 ) kepuasan didefinisikan sebagai perasaan senang atau kecewa
seseorang yang berasal dari perbandingan antara kesannya terhadap kinerja ( hasil
) suatu produk dan harapan-harapannya. Hal ini berarti bahwa untuk
meningkatkan kualitas diperlukan pemberdayaan karyawan. Kualitas pelayanan
dapat diukur berdasarkan persepsi nasabah terhadap dimensi fisik dan non fisik
pelayanan.
Dalam memberikan pelayanan kredit kepada calon debitur, pihak bank
melakukan berbagai bentuk pelayanan untuk memudahkan debitur memenuhi
kebutuhannya. Pelayanan kredit itu mulai dari pengajuan permohonan kredit,
hingga mengangsur kredit serta pelunasan kredit. Pelayanan kredit dalam hal ini

Universitas Sumatera Utara

termasuk waktu pemrosesan kredit dan keramahan pelayanan petugas terhadap
debitur selama proses tersebut.
Dari uraian di atas, kerangka berpikir dapat digambarkan sebagai berikut:
Jumlah Kredit (X1)

Permintaan Kredit (Y)

Persepsi SOP (X2)

Pelayanan Kredit Bank (X3)

Gambar 2.1. Kerangka berpikir
2.9. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kerangka berpikir di atas, maka hipotesis dari penelitian ini
adalah: Kebijakan Perkreditan yang terdiri dari Jumlah Kredit, Persepsi Standar
Operasional Perkreditan, dan Pelayanan Kredit Bank berpengaruh positif
signifikan terhadap tingkat permintaan kredit pada PT. Bank Rakyat Indonesia
(Persero) Tbk Cabang Lubuk Pakam.

Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Analisis Permintaan Kredit pada Bank SUMUT Cabang Utama Medan

8 124 66

Analisis Kliring Berdasarkan Warkat pada Bank Mandiri (Persero) Tbk Cabang Tebing Tinggi.

17 159 119

Pengaruh Pemberian Insentif Terhadap Komitmen Kerja Karyawan PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang Lubuk Pakam

9 138 92

Sistem Pengawasan Intern Terhadap Pemberian Kredit pada PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Cabang Lubuk Pakam

0 21 70

Analisis Pengaruh Kebijakan Perkreditan Terhadap Tingkat Permintaan Kredit Pada Bank BUMN Di Sumatera Utara (Studi Kasus Pada PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk Sentra Kredit Kecil Medan

0 36 108

Analisis Pengaruh Kebijakan Perkreditan Terhadap Tingkat Permintaan Kredit Pada Bank Bumn Di Sumatera Utara (Studi Kasus Pada PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk Cabang Lubuk Pakam)

0 0 18

Analisis Pengaruh Kebijakan Perkreditan Terhadap Tingkat Permintaan Kredit Pada Bank Bumn Di Sumatera Utara (Studi Kasus Pada PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk Cabang Lubuk Pakam)

0 0 4

Analisis Pengaruh Kebijakan Perkreditan Terhadap Tingkat Permintaan Kredit Pada Bank Bumn Di Sumatera Utara (Studi Kasus Pada PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk Cabang Lubuk Pakam)

0 0 9

Analisis Pengaruh Kebijakan Perkreditan Terhadap Tingkat Permintaan Kredit Pada Bank Bumn Di Sumatera Utara (Studi Kasus Pada PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk Cabang Lubuk Pakam)

0 0 2

Analisis Pengaruh Kebijakan Perkreditan Terhadap Tingkat Permintaan Kredit Pada Bank Bumn Di Sumatera Utara (Studi Kasus Pada PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk Cabang Lubuk Pakam)

0 0 32