Aspek Hukum Internasional Akibat Kebakaran Hutan dan Lahan di Indonesia

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada era globalisasi, pembangunan berkembang dengan sangat pesat.
Teknologi moderen dan alat-alat canggih digunakan dalam kegiatan
pembangunan

dan

mensejahterahkan

mengeksploitasi

kehidupan

rakyat

sumber
dalam

daya


suatu

alam

negara.

untuk
Semakin

berkembangnya pembangunan dalam suatu negara maka akan semakin
mempunyai dampak yang lain terhadap lingkungan hidupnya. Selama ini
telah banyak terjadi kerusakan lingkungan yang disebabkan oleh kegiatan
yang tujuannya untuk mensejahterahkan perekonomian negara. Kerusakan
lingkungan yang terjadi sangat banyak dampaknya terhadap kehidupan
manusia. Salah satu hal yang sangat merugikan dari kegiatan manusia yaitu
pencemaran udara akibat kebakaran hutan dan lahan.
Hutan merupakan faktor penting dalam kehidupan makhluk hidup dan
merupakan sumber daya alam yang tidak ternilai karena di dalamnya
mengandung banyak sekali keaneka ragaman hayati, sumber hasil hutan kayu

dan non-kayu, pentata air, dan pencegah banjir. Ekosistem hutan mempunyai
hubungan kompleks yaitu dimana pohon dan tumbuhan hijau lainnya
menggunakan cahaya matahari untuk membuat makanannya, karbondioksida
diambil dari udara, ditambah air dan unsur hara atau mineral yang diserap
dari dalam tanah. Hutan berfungsi sebagai paru-paru dunia dan juga dianggap
sebagai rumah bagi berbagai ekosistem untuk menjaga kestabilan lingkungan.

1

Universitas Sumatera Utara

2

Salah satu kawasan hutan terbesar di dunia terdapat di Indonesia. Untuk
menjaga kelestarian hutan maka dari itu perlu adanya perangkat hukum yang
mengatur untuk pemanfaatan, pengelolahan dan perlindungan hutan.
Pemanfaatan hutan dan perlindungannya telah diatur dalam, Undang-undang
No. 5 tahun 1990 tentang “Konservasi Sumber Daya Alam dan
Ekosistemnya”, Undang-undang No. 27 tahun 1997 tentang “Ketentuanketentuan pokok dan Pengelolaan Lingkungan Hidup”, Undang-undang No.
41 tahun 1999 tentang “Ketentuan-ketentuan Pokok Kehutanan” dan

beberapa keputusan Menteri Kehutanan serta keputusan dari Dirjen PHPA
dan Dirjen Pengusahaan Hutan. Dengan adanya perangkat hukum seperti ini
sangat menjadi harapan sekali bahwa pemanfaatan hutan dan pengelolaannya
dapat berjalan dengan baik sehingga tidak akan terjadi hal yang tidak
diinginkan yang dapat merugikan masyarakat bahkan merugikan negara
lainnya.
Dewasa ini terdapat banyak pembangunan di berbagai bidang yang
mempengaruhi terjadinya kerusakan hutan yang mengakibatkan terganggunya
keseimbangan alam dan dianggap sebagai bencana lingkungan secara global.
Di Indonesia sudah sering terjadi kebakaran hutan dan lahan yang berskala
waktu yang panjang setiap tahunnya. Dampak negatif kerusakan hutan yang
sering terjadi cukup besar yaitu mencakup kerusakan ekologis, menurunnya
peningkatan keanekaragaman hayati, merosotnya nilai ekonomi hutan dan
produktivitas hutan, perubahan iklim yang bersifat mikro maupun global, dan

Universitas Sumatera Utara

3

kabut asapnya mengganggu kesehatan masyarakat serta mengganggu

transportasi baik darat, sungai, danau, laut, dan udara.
Di Indonesia sudah tidak asing lagi selalu terjadi kebakaran hutan.
Pada setiap musim kemarau yang melanda di Indonesia pasti sering
mengalami kebakaran hutan dan lahan. Kejadian seperti ini sangat merugikan
masyarakat di sekitar wilayah tersebut. Beberapa hewan juga terancam punah
akibat kebakaran hutan dan lahan yang dimana hutan merupakan “rumah”
bagi berbagai hewan yang hidup bebas. Contohnya beberapa hewan seperti
Orang Utan di Kalimantan terancam punah karena kebakaran hutan yang
merambat ke banyak wilayah.
Baru-baru ini tercatat kebakaran hutan dan lahan yang melanda
wilayah Indonesia yang hasilnya sangat ironis. Pada tahun 2015 berdasarkan
data dari laman milik Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan terdapat
12 provinsi di Indonesia yang dilanda kebakaran hutan dan lahan. Kebakaran
hutan dan lahan tersebut meningkat dan berulang terus-menerus setiap
tahunnya.
Lahan terbakar terluas berada di Riau, mencapai 2.025,42 hektar (ha).
Provinsi dengan luas lahan terbakar signifikan lainnya ialah Kalimantan Barat
(900,20 ha), Kalimantan Tengah (655,78 ha), Jawa Tengah (247,73 ha), Jawa
Barat (231,85 ha), Kalimantan Selatan (185,70 ha), Sumatera Utara ( 146 ha),
Sumatera Selatan (101,57 ha) dan Jambi (92,50 ha). 1 Sebelumnya kebakaran

lahan di Indonesia memiliki catatan rekor yang sangat tinggi.
1

http://sains.kompas.com/read/2015/09/14/16272971/Kabut.Asap.Kebakaran.Hutan.Setengah.Aba
d.Kita.Abai, diakses pada tanggal 24 Maret 2016

Universitas Sumatera Utara

4

Tercatat rekor kebakaran hutan di dunia selalu dipecahkan di
Indonesia, kebakaran hutan yang cukup besar pernah terjadi di Kalimantan
Timur pada 1982/1983, yang menghanguskan 3,5 juta hektar hutan yang
merupakan rekor terbesar kebakaran hutan dunia setelah kebakaran hutan
Brazil yang mencapai 2 juta hektar pada tahun 1963. Rekor kemudian di
pecahkan kembali oleh kebakaran dibeberapa wilayah di Indonesia pada
1997/1998 yang melalap 11,7 juta hektar hutan. Data dari Direktoral
Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam menunjukan bahwa kebakaran
hutan yang terjadi tiap tahun sejak 1998 hingga 2002 tercatat sekitar antara
3000 hektar dan 515 ribu hektar. 2

Secara umum penyebab kebabakaran hutan dikelompokan menjadi 2
macam faktor. Yang pertama kebakaran hutan disebabkan oleh faktor alam
dan yang kedua disebabkan oleh manusia atau kebakaran hutan yang
disengaja. Kebakaran hutan yang disebabkan oleh faktor alam yaitu
kebakaran hutan secara alami yang banyak dipicu oleh petir, lelehan gunung
berapi, dan gesekan beberapa pohon. Sambaran petir dan gesekan beberapa
pohon dapat memungkinkan terjadinya kebakaran apabila kondisinya
memungkinkan seperti halnya terjadi kemarau yang berkepanjangan.
Biasanya hal tersebut banyak terjadi di negara temperate seperti Amerika dan
Kanada. Untuk daerah hutan hujan tropis seperti di Indonesia hal tersebut
diatas mustahil terjadi, karena hal yang terjadi pada saat petir terjadi maka

2

“Stop Ulangi Kesalahan dan Selesaikan Permasalahan Kebakaran Hutan”, Riau Terkini, 2 Juli
2004

Universitas Sumatera Utara

5


akan terjadi turun hujan yang lebat atau pada saat hujan terjadi maka sering
ditemukan banyak petir.
Sama halnya dengan gesekan pohon hal tersebut tidak mungkin terjadi
di hutan hujan tropis yang memiliki tingkat kelembaban yang tinggi. Selain
faktor alam yang telah disebutkan, faktor lain yang mengakibatkan terjadinya
kebakaran hutan yaitu disebabkan oleh manusia. Kebakaran hutan yang
disebabkan oleh manusia juga dibagi menjadi dua yaitu dibuat secara sengaja
dan tidak sengaja. Dibuat secara tidak sengaja yaitu karena kelalaian manusia
itu sendiri. Seperti pembuangan sampah sembarangan yang dapat memicu
terjadinya kebakaran, kelalaian dalam membuat api unggun yang tidak
diperhatikan dengan baik, dan hal lainnya yang tidak disengaja dapat memicu
terjadinya kebakaran. Untuk faktor kebakaran hutan yang terjadi karena
disengaja yaitu penebangan hutan secara liar, membuka lahan dengan
pembakaran hutan yang dilakukan Perusahaan pemilik Hak Pengusahaan
Hutan (HPH) dalam Hutan Tanaman Industri (HTI). Pembukaan lahan untuk
kepentingan perusahaan biasanya dilakukan dengan cara yang murah dan
cepat seperti membakar hutan dan membiarkannya merambat ke sejumlah
wilayah yang diperlukan. Cara tersebut sangatlah berdampak buruk bagi
masyarakat sekitar wilayah bahkan dampaknya juga bisa sampai ke negara

tetangga.
Belakangan ini kebakaran hutan yang sering terjadi di wilayah
Indonesia bukan hanya karena faktor kemarau yang berkepanjangan, tetapi
akibat pembukaan lahan untuk digunakan sebagai kebun sawit oleh Hak

Universitas Sumatera Utara

6

Pengusahaan Hutan dengan cara yang murah. Pembukaan lahan dengan cara
membakar hutan adalah cara yang paling murah dan yang paling cepat.
Karena dengan membakar sedikit area hutan saja maka akan terjadi perluasan
kebakaran hutan secara merata keseluruh kawasan hutan diwilayah yang akan
dijadikan lahan untuk kegitan yang dilakukan perusahaan yang memiliki Hak
Pengusahaan Hutan.
Salah satu hal yang merugikan dari kebakaran hutan yaitu kabut asap
yang menjadi pencemaran udara. Dampak dari kabut asap ini meliputi setiap
aspek kehidupan manusia. Mulai dari ekonomi, sosial, pendidikan, dan
kesehatan. Dalam bidang ekonomi tentu saja masyarakat akan terganggu
dalam beraktifitas karena adanya kabut asap yang tebal sehingga

perekonomian terhambat serta kebakaran hutan juga dapat merugikan negara
sampai triliyunan rupiah. Akibat dari kabut asap juga sangat merugikan bagi
kesehatan masyarakat khususnya kepada mereka yang rentan seperti orang
yang lanjut usia, ibu hamil, dan bayi dibawah umur lima tahun. Gangguan
kesehatan yang ditimbulkan antara lain yaitu, Infeksi Saluran Pernafasan
Akut (ISPA), asma bronkial, bronkhitis, pnemonia (radang paru-paru), iritasi
mata dan kulit. Kebakaran hutan yang mengakibatkan pencemaran udara
disinyalir juga memberikan tiga ancaman strategis, komplek dan melintasi
batas-batas teritorial negara berupa penipisan lapisan ozon, berkurangnya
oksidasi atmosfer, dan pemanasan global. Ketiganya mempunyai daya untuk

Universitas Sumatera Utara

7

mengubah dan menggangu peran keseimbangan atmosfer yang penting dalam
sistem ekologi global. 3
Kabut asap akibat kebakaran hutan ini sudah menjadi pencemaran
udara lintas batas yang juga merugikan negara-negara lain. Peristiwa ini
berhubungan langsung dengan kedaulatan negara yang menjadi unsur

terpenting dan utama sebagai dasar adanya yurisdiksi wilayah suatu negara.
Dalam hal ini Indonesia sebagai subejk internasional adalah pemegang hak
dan kewajiban menurut hukum internasional. Secara tidak langsung hal
tersebut akan berkaitan dengan masalah tanggung jawab negara (state
responbility). Kabut asap yang ditimbulkan oleh kebakaran hutan dan lahan di
Indonesia telah melintasi negara-negara lain dan tentunya mengganggu
aktivitas didalam negara-negara tersebut. Kerugian yang diderita juga
berdampak pada sosial dan ekonomi bagi negara-negara tetangga. Hal ini
sudah sangat menimbulkan keresahan bagi negara-negara yang tercemar oleh
kabut asap dari kebakaran hutan dan lahan di Indonesia. Kabut asap akibat
kebakaran hutan dan lahan tersebut telah mempengaruhi dan telah
menurunkan kualitas udara dan jarak pandang di wilayah Sumatera,
Kalimantan termasuk Malaysia, Singapura, Brunei Darussalam, serta
sebagian dari Thailand. Kejadian ini terjadi berulang dan yang paling parah
adalah pada tahun 1997-1998 dan tahun 2006 yang kemudian negara-negara
di kawasan Asia Tenggara yang terkena dampak pencemaran lintas batas
tersebut duduk bersama untuk membahas tentang masalah ini. Pemerintah
3

Suparto Wijoyo, Hukum Lingkungan: Mengenal Instrumen Hukum Pengendalian Pencemaran

Udara di Indonesia, Surabaya, Airlangga University Press, 2004, hlm.3

Universitas Sumatera Utara

8

Indonesia diangggap tidak mampu untuk berbuat sesuatu tentang kebakaran
hutan dan lahan yang telah menimbulkan pencemaran lintas batas tersebut.
Indonesia telah dianggap tidak berbuat apa-apa sehingga memaksa negaranegara di Asia Tenggara untuk duduk bersama membahas masalah yang
sudah sangat sering terjadi ini. Permasalahan ini menjadi perhatian bagi
hukum internasional. Pencemaran udara lintas batas merupakan polusi yang
berasal dari suatu negara tetap, dengan menyeberangi perbatasan melalui jalur
udara yang dapat menyebabkan kerusakan lingkungan di negara lain.
Permasalahan kabut asap yang ditimbulkan dari kebakaran hutan dan
lahan yang terjadi di Indonesia menimbulkan aksi protes dari negara tetangga
terhadap masalah ini. Protes yang dilakukan oleh negara Malaysia dan
Singapura ini berdasarkan oleh alasan bahwa kabut asap yang sampai ke
negara mereka menyebabkan terjadinya gangguan kesehatan. Berawal dari
kejadian pada tahun 1997/1998, para petinggi ASEAN mencoba merumuskan
pola penanganan yang efektif dengan mengadakan pertemuan persiapan di
Hanoi yang menghasilkan Plan Of Action dan Visi ASEAN 2020. Sebagai
puncak pertemuan tersebut, para petinggi ASEAN merumuskan pola
penanganan pencemaran kabut asap di Asia Tenggara dalam suatu ASEAN
Agreement on Transboundary Haze Pollution (Persetujuan ASEAN tentang
Pencemaran Kabut Asap Lintas Batas) yang mengatur tanggung jawab dan
penanganan atas pencemaran kabut asap pada kawasan regional Asia

Universitas Sumatera Utara

9

Tenggara. Perjanjian ini ditandatangani oleh 10 negara peserta ASEAN pada
Juni 2002, dan kemudian came into force pada 25 November 2003. 4
AATHP juga merupakan persetujuan regional pertama yang secara
khusus sangat diharapkan dapat menanggulangi masalah pencemaran kabut
asap di kawasan Asia Tenggara. Pencemaran lintas batas pada sebelumnya
sudah terjadi di banyak negara di dunia. Suatu prinsip pertanggungjawaban
negara sebagai salah satu prinsip utama dalam hukum internasional pada
intinya memuat kewajiban negara yang memberikan dampak kepada negara
lain untuk melakukan suatu reparasi kepada negara yang dirugikan dan
mengembalikan

kondisi

negara

yang

bersangkutan

seperti

semula.

Keberadaan hukum lingkungan internasional sebagai salah satu cabang dari
hukum interansional turut pula membawa pemberlakuan dari prinsip
pertanggungjawaban dalam kasus hukum lingkungan internasional seperti
kasus Trial Smelter case 1938antara Amerika Serikat dengan Kanada, Lake
Lanoux Case 1957 antara Perancis dan Spanyol, dan kasus Corfu Channel
Case 1938 antara Inggris dengan Albania. Berdasarkan Konferensi
Lingkungan

Hidup

Internasional

hal

yang

memuat

tentang

State

Responsibility terdapat dalam Pasal 21 Deklarasi Stockholm 1972. Tanggung
jawab negara atas kebakaran hutan akan berkenaan dengan komitmen
internasional yang lain, yaitu pada The Geneva Convention on Long Range
Transboundary Air Pollution atau dikenal dengan Konvensi Jenewa 1979.
Melihat dampak dari kebakaran hutan dan lahan yang terjadi yang

4

ASEAN Agreement on Transboundary Haze Pollution, Art.29.

Universitas Sumatera Utara

10

mengakibatkan sampai pencemaran lintas batas maka dari itu penulis tertarik
untuk mengkaji permasalahan mengenai hukum internasional tentang
pencemaran lintas batas dan proses penyelesaian tanggung jawab dari sebuah
negara dengan mengangkat judul : ASPEK HUKUM INTERNASIONAL
AKIBAT KEBAKARAN HUTAN DAN LAHAN DI INDONESIA.

Universitas Sumatera Utara

11

B. Perumusan Masalah
Adapun didalam setiap peneliatan terdapat beberapa masalah yang
timbul sebagai batasan dalam penelitian ini, yaitu :
1. Bagaimanakah pengaturan pencemaran udara lintas batas menurut hukum
nasional dan hukum internasional?
2. Bagaimanakah penegakan hukum bagi pelaku kebakaran hutan dan lahan?
3. Bagaimana tanggung jawab Indonesia terhadap akibat yang ditimbulkan
oleh pencemaran udara lintas batas?
C. Tujuan Penulisan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan yang ingin dicapai penulis dari peneliatan ini adalah
sebagai berikut :
1) Untuk mengetahui pengaturan menurut hukum nasional dan hukum
internasional mengenai pencemaran udara lintas batas.
2) Untuk mengetahui akibat-akibat yang ditimbulkan dari kebakaran hutan
dan lahan di Indonesia.
3) Untuk

mengetahui

tanggung

jawab

Indonesia

dalam

menangani

pencemaran udara lintas batas.
2. Manfaat Penelitian
Seperti pada umumnya dalam setiap penulisan skripsi pasti ada
manfaat yang dapat diambil dari peneliatan yang dilakukan oleh seorang
penulisnya. Manfaat secara umum yang dapatdiambhil dari sebuah

Universitas Sumatera Utara

12

penulisan skripsi ini terdiri dari manfaat yang bersifat teoritis dan manfaat
yang bersifat praktis.
a. Manfaat Teoritis
Manfaat teoritis dari penulisan penulisan skripsi ini adalah untuk
menambah

pengetahuan

dalam

mempelajari

Hukum

Internasional

khususnya dalam Hukum Lingkungan Internasional serta dapat bermanfaat
untuk memperluas wawasan mengenai tanggung jawab sebuah negara
dalam mengatasi permasalahan pencemaran udara lintas batas dalam
Hukum Internasional.
b. Manfaat Praktis
Manfaat praktis dari penulisan skripsi ini adalah menjadi sebuah
acuan dalam kerangka berpikir bagi upaya dan solusi penyelesaian
permasalahan pencemaran udara lintas batas di Indonesia.
D. Metode Penulisan
Penulisan skripsi ini menggunakan metode yuridis normatif, dengan
pendekatan yang bersifat kualitatif. Metode penelitian yuridis normatif adalah
metode penelitian yang mengacu pada norma-norma hukum yang terdapat
dalam peraturan perundang-undangan, dan putusan-putusan pengadilan.
Metode penelitian yuridis normatif dikenal juga sebagai penelitian doktrinal
yang menganalisis norma-norma hukum yang bersumber pada law as it is
decided by the judge through judicial process. 5

5

Lihat Jelly Leviza, Tanggung Jawab Hukum Bank Dunia dan IMF Atas Dampak Negatif
Kondisionalitas Pinjamannya di Negara-negara berkembang, disertai Pascasarjana Universitas
Sumatera Utara, 2006, hlm. 11

Universitas Sumatera Utara

13

Sumber data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut :
a. Bahan hukum primer, yaitu bahan-bahan hukum yang mengikat yang
merupakan landasan utama yang digunakan dalam penelitian ini. Bahan
hukum primer yang digunakan dalam penelitian ini adalah hukum nasional
yaitu undang-undang tentang lingkungan hidup, Konvensi mengenai
lingkungan hidup dan beberapa sumber dari hukum internasional.
b. Bahan hukum sekunder, yaitu bahan hukum yang menunjang dan memberi
penjelasan mengenai bahan hukum primer seperti buku-buku, jurnal ilmiah
dan pendapat para ahli hukum internasional.
c. Bahan hukum tersier, yaitu bahan hukum yang memberikan penjelasan
dari bahan hukum primer dan badan hukum sekunder, berupa kamus
hukum dan beberapa hal lainnya.
E. Keaslian Penulisan
Judul skripsi saya adalah Aspek Hukum Internasional Akibat
Kebakaran Hutan dan Lahan di Indonesia. Skripsi ini ditulis berdasarkan ide,
gagasan, serta pemikiran penulis yang diperoleh dari berbagai sumber
referensi, bukan dari hasil penggandaan karya tulis orang lain dan oleh karena
itu keaaslian skripsi ini dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Dalam
penulisan skripsi ini juga penulis memperoleh data dari buku-buku, jurnal
ilmiah, media cetak dan media elektronik. Jika ada kesamaan dan kutipan, hal
itu semata-mata digunakan sebagai referensi dan penunjang yang penulis
dalam penyempurnaan penulisan skripsi ini.

Universitas Sumatera Utara

14

F. Tinjauan Pustaka
1. Pengertian Pencemaran Udara Lintas Batas
Menurut rekomendasi OECD tentang Principle Concerning
Transfrontier Pollution 1974 merumuskan pencemaran sebagai berikut :
“the introduction by man, directly or indirectly, of substanceor energy into
the environment resulting in deleterious effects of living resources and
ecosystems, and impair or interfere with amenities and other legitimate
uses of the environment”. Menurut rekomendasi dari ASEAN Agreement
on Transboundary Haze Pollution yang dimaksud dengan pencemaran
udara adalah sebagai berikut : “smoke resulting from land and/or forest
fire which causes deleterious effects of such a nature as to endanger
human health, harm living resources and ecosystems and material
property and impair or interfere with amenities and other legitimate uses
of the environment”. Pencemaran lintas batas dapat diartikan sebagai suatu
gambaran yang menerangkan bahwa suatu pencemaran yang terjadi dalam
suatu negara akan tetapi dampak yang ditimbulkannya oleh karena faktor
media atmosfer atau biosfer melintas sampai ke wilayah negara lain.
Menurut ASEAN Agreement on Transboundary Haze Polution yang
dimaksud dengan pencemaran lintas batas adalah : “Transboundary haze
polution whose physical orgin in situated wholly or in port within the area
under the national jurisdiction of one member state and which is
transported into area under the jurisdiction of another member state”. 6
6

ASEAN Agreement on Transboundary Haze Pollution.http://www.aseansec.org/agr_haze.pdf.
diakses 23 April 2016.

Universitas Sumatera Utara

15

2. Pengertian Kebakaran Hutan
Kebakaran Hutan merupakan suatu keadaan dimana hutan dilanda
oleh api sehingga berakibat timbulnya kerusakan dan kerugian ekosistem
dan terancamnya kelestarian lingkungan. Menurut Peraturan Menteri
Kehutanan kebakaran hutan adalah suatu keadaan dimana hutan dilanda
api sehingga mengakibatkan kerusakan hutan dan atau hasil hutan yang
menimbulkan kerugian ekonomis dan atau nilai lingkungan. 7
Kebakaran hutan tidak saja terjadi akibat aktivitas manusia,
melainkan bisa terjadi karena faktor alam.Seperti pada musim kemarau
yang sangat panjang, sambaran petir, dan aktivitas vulkanik.
Di hutan – hutan subtropis seperti yang ada di wilayah Amerika
Serikat dan Kanada, sambaran petir dan gesekan ranting pohon sering
sekali memicu kebakaran.Hal ini sebagai pemicu alamiah terjadinya
kebakaran hutan.Di Indonesia hal tersebut tidaklah mungkin terjadi karena
Indonesia memiliki hutan hujan tropis. Pada saat terjadinya sambaran petir
biasanya juga akan diiringi hujan yang sangat lebat. Sehingga kebakaran
hutan tidak mungkin terjadi dengan hal tersebut.
Kebakaran hutan yang terjadi akibat kemarau yang panas
disebabkan oleh gejala El-Nino. Fenomena El-Nino adalah suatu gejala
penyimpangan kondisi laut yang ditandai dengan meningkatnya suhu
permukaan laut ( sea surface temperature SST ) di daerah Samudera

7

Peraturan Menteri Kehutanan Nomor: P.12/Menhut-II/2009 tentang Pengendalian Kebakaran
Hutan.

Universitas Sumatera Utara

16

Pasifik sekitaran equator ( equatorial pacific ) khususnya pada bagian
tengah dan timur ( sekitar pantai Peru ).
Dalam kondisi iklim normal, suhu permukaan laut di sekitar
Indonesia ( pasifik equator bagian barat ) umumnya hangat dan karenanya
proses penguapan mudah terjadi dan awan – awan hujan mudah terbentuk.
Namun ketika fenomena el-nino terjadi, saat suhu permukaan laut di
pasifik equator bagian tengah dan timur menghangat, justru perairan di
sekitar Indonesia umumnya mengalami penurunan suhu ( menyimpang
dari biasanya ). 8
3. Pengertian Tanggung Jawab Negara
a. Latar Belakang
Latar belakang timbulnya tanggung jawab negara dalam hukum
internasional adalah tidak ada satu negara pun yang dapat menikmati
hak – haknya tanpa menghormati hak – hak negara lain. Setiap
pelanggaran terhadap hak negara lain, menyebabkan negara tersebut
wajib untuk memperbaiki pelanggaran hak itu. Dengan kata lain, negara
tersebut

harus

mempertanggung

jawabkannya.

Suatu

negara

bertanggung jawab, misalnya karena telah melanggar kedaulatan
wilayah negara lain, merusak wilayah atau harta benda negara lain, dan
lain – lain. 9

8

www.bmkg.go.id/bmkg_pusat/lain_lain/artikel/Sejarah_Dampak_El_Nino_di_Indonesia.bmkg
Diakses pada tanggal 9 Mei 2016.
9
Supriyadi, Dedi, ‘’Hukum Internasional (dari Konsepsi sampai Aplikasi) - Bandung: Pustaka
Setia, 2013. Hal. 161.

Universitas Sumatera Utara

17

Sumber dari sebuah tanggung jawab negara itu ialah berasal dari
sebuah

tindakan



tindakan

yang

melanggar

hukum

internasional.Banyak tindakan yang dilakukan sebuah negara yang
menimbulkan

permasalahan

atau

kerugian

bagi

negara

yang

lainnya.Negara – negara yang merasa dirugikan oleh tindakan tersebut
mempunyai hak untuk mendapat ganti rugi sesuai kaidah dalam hukum
internasional.Kesalahan atau tindakan merugikan yang kemudian
menimbulkan tanggung jawab negara memiliki beragam jenis.
Menurut Professor Higgins, hukum tentang tanggung jawab
negara adalah hukum yang mengatur akuntabilitas ( Accountability )
terhadap pelanggaran hukum internasional. Jika suatu negara melanggar
kewajiban internasional, negara tersebut bertanggung jawab (
responsibility ) untuk pelanggaran yang dilakukannya. 10
b. Definisi dan Teori Tanggung Jawab Negara
Menurut Sugeng Istanto, pertanggungjawaban berarti kewajiban
memberikan jawaban yang merupakan perhitungan atas semua hal yang
terjadi dan kewajiban untuk memberikan pemulihan atas kerugian yang
mungkin

ditimbulkan.

Menurut

hukum

internasional

pertanggungjawaban negara timbul dalam hal negara itu merugikan
negara

lain.

Pertanggungjawaban

pertanggungjawaban

atas

perbuatan

negara
yang

dibatasi
melanggar

pada
hukum

internasional saja. Perbuatan suatu negara yang merugikan negara

10

Ibid.

Universitas Sumatera Utara

18

laintetapi tidak melanggar hukum internasional tidak menimbulkan
pertanggungjawaban. Misalnya perbuatan negara menolak seorang
warga negara asing yang masuk ke dalam wilayah negaranya. 11
Pertanggung jawaban negara atau responsibility of states
mengandung kewajiban dalam bagian dari suatu negara untuk
memperbaiki kerusakan yang dihasilkan dari sebuah serangan yang
dilakukan dalam wilayah yurisdiksinya dan melawan anggota lainnya
dari komunitas internasional. 12
Tanggung jawab negara muncul sebagai akibat dari prinsip
persamaan dan kedaulatan negara yang terdapat dalam hukum
internasional.Prinsip ini kemudian memberikan kewenangan bagi suatu
negara yang terlanggar haknya untuk menuntut reparasi.

13

Dalam

tanggung jawab negara terdapat dua hal yang menjadi perhatian, yaitu
responsibility dan liability.Konsep tanggung jawab negara ini dalam
hukum internasional berfungsi untuk mencegah terjadinya konflik antar
negara, dan juga sebagai perlindungan hukum.
Dalam tanggung jawab negara pada dasarnya terdapat dua
macam teori, yaitu sebagai berikut.
a. Teori risiko yang kemudian melahirkan prinsip tanggung jawab
mutlak atau tanggung jawab objektif, yaitu bahwa suatu negara
mutlak bertanggung jawab atas setiap kegiatan yang menimbulkan
11

F. Soegeng Istanto, 1994, Hukum Internasional, Yogyakarta: Penerbitan UAJYogyakarta Hal.
77.
12
Joseph P Harris – Consulting editor, 1933, Introduction to the law of Nations, Mcgraw Hill
Series Inc., Political science, New York-Toronto-London, Hal. 133.
13
Malcolm N. Shaw, Internasional Law, Cambridge:Cambridge University Press, 1997. Hal. 541.

Universitas Sumatera Utara

19

akibat yang sangat membahayakan ( harmful effects of untra –
hazardous activities ) walaupun kegiatan itu sah menurut hukum.
Contohnya Pasal II Liability Convention 1972 yang menyatakan
bahwa negara peluncur mujtlak bertanggung jawab untuk membayar
kompensasi untuk kerugian di permukaan bumi atau pada pesawat
udara yang sedang dalam penerbangan yang ditimbulkan oleh benda
angkasa miliknya.
b. Teori kesalahan yang melahirkan prinsip tanggung jawab subjektif
atau tanggung jawab atas dasar kesalahan, yaitu bahwa tanggung
jawab negara atas perbuatannya baru dikatakan ada jika dapat
dibuktikan adanya unsur kesalahan pada perbuatan itu.
c. Dasar Tanggung Jawab Negara
Berdasarkan hukum internasional, suatu negara bertanggung
jawab apabila suatu perbuatan atau kelalaian yang dipertautkan padanya
melahirkan pelanggaran terhadap kewajiban internasional, baik yang
lahir dari suatu perjanjian internasional maupun dari sumber hukum
internasional lainnya. Dengan demikian, secara umum, unsur – unsur
tanggung jawab negara adalah :
a) Ada perbuatan atau kelalaian (act or omission) yang dapat
dipertautkan (imputable) di suatu negara.

Universitas Sumatera Utara

20

b) Perbuatan atau kelalaian merupakan pelanggaran terhadap kewajiban
internasional, baik kewajiban itu lahir dari perjanjian maupun dari
sumber hukum internasional lainnya. 14
d. Macam – macam Tanggung Jawab Negara
Tanggung jawab negara secara garis besar dapat dibagi menjadi
beberapa bagian, yaitu sebagai berikut:
• Tanggung jawab perbuatan melawan hukum
Tanggung jawab ini lahir karena adanya setiap kelalaian atau
kesalahan suatu negara terhadap orang asing yang ada di dalam
wilayahnya atau wilayah negara yang lain. Hal tersebut timbul
karena eksplorasi ruang angkasa, eksplorasi nuklir, dan kegiatan –
kegiatan lintas batas nasional.
• Tanggung jawab atas pelanggaran perjanjian
1) Pelanggaran suatu perjanjian
Pada sengketa Chorzow Factory ( 1927 ), pelanggaran
terhadap perjanjian melahirkan suatu kewajiban untuk membayar
ganti rugi. Sifat dan berapa ganti rugi untuk pelanggaran suatu
internasional dapat ditentukan oleh Mahkamah Internasional,
pengadilan, peradilan arbitrase, atau melalui perlindungan.
Pelanggaran seperti ini dapat pula dikategorikan sebagai
pelanggaran terhadap prinsip pacta sunt servanda atau bone fides
dalam hukum internasional.
14

Supriyadi, Dedi, ‘’Hukum Internasional (dari Konsepsi sampai Aplikasi) - Bandung: Pustaka
Setia, 2013. Hal. 161.

Universitas Sumatera Utara

21

2) Pelanggaran kontrak
Dalam hal pelanggaran kontrak, hukum internasional
dapat memainkan perannya dalam dua hal kemungkinan berikut:
Pertama, para pihak ( negara dan negara atau negara dan
perusahaan asing ) sepakat untuk memberlakukan prinsip –
prinsip hukum internasional dalam kontrak mereka. Sejak hukum
internasional

diberlakukan,

hukum

internasional

akan

memberikan perlindungan hukum kepada pihak yang lemah
dalam suatu kontrak.
Kedua, hukum internasional akan memainkan peran
pentingnya manakala suatu negara melakukan tindakan – tindakan
yang melanggar kontrak menurut hukum internasional. Tindakan
tersebut umumnya dilakukan berupa tindakan untuk menghindari
kewajiban negara sebagaima
G. Sistematika Penulisan
Untuk memudahkan pemahaman untuk mendapatkan jawaban atas
rumusan permasalahan, maka pembahasan akan diuraikan secara garis besar
melalui

sistematika

kesimpangsiuran dalam

penulisan.

Tujuannya

supaya

tidak

terjadi

menguraikannya lebih lanjut mengenai inti

permasalahan yang akan dicari jawabannya. Pada bagian ini terdapat
ringkasan garis besar dari lima bab yang terdapat dalam skripsi. Setiap bab
terdiri dari beberapa sub-bab yang akan mendukung keutuhan pembahasan
dalam setiap bab. Sistematikanya adalah sebagai berikut :

Universitas Sumatera Utara

22

BAB I :

PENDAHULUAN
Dalam Bab I ini diterangkan mengenai latar belakang yang
menjelaskan alasan pemilihan judul penelitian yang kemudian akan
dilanjutkan dengan perumusan masalah dan diikuti dengan tujuan
penelitian serta manfaat dari penelitian. Bab ini juga membahas
mengenai

keaslian

penulisan,

tinjauan

kepustakaan

serta

metodelogi penelitian yang digunakan dan diakhiri dengan
sistematika penulisan.
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA TENTANG PENCEMARAN
UDARA LINTAS BATAS, KEBAKARAN HUTAN,
DAN TANGGUNG JAWAB NEGARA
Dalam Bab ini berisi tentang definisi pencemaran udara,
pencemaran udara lintas batas, sejarah mengenai pencemaran udara
lintas batas, kebakaran hutan dan tanggung jawab negara.
BAB III : PENGATURAN TENTANG PENCEMARAN UDARA
Dalam Bab ini berisi mengenai aturan-aturan yang mengatur
tentang pencemaran udara menurut hukum nasional dan hukum
internasional.
BAB IV: TANGGUNG JAWAB INDONESIA DALAM
PENYELESAIAN TERHADAP PENCEMARAN UDARA
LINTAS BATAS

Universitas Sumatera Utara

23

Dalam Bab ini berisi tentang bagaimana Indonesia mengatasi
permasalahan kebakaran hutan dan lahan dan pencemaran udara
lintas batas serta membahas bagaimana Indonesia menyelesaikan
sengketa Internasional menurut ketentuan hukum lingkungan
internasional.
BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN
Merupakan Bab penutup dari keseluruhan rangkaian bab-bab
sebelumnya yang berisikan kesimpulan yang dibuat berdasarkan
uraian skripsi ini dan dilengkapi dengan saran-saran.

Universitas Sumatera Utara