BOOK Mediamorfosa Neneng CM Kuliah Whatsapp

“Kuliah Whatsapp (Kulwap)” pada Komunitas
Virtual Family Support Group
Neneng C. Marlina
Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Garut
� nenengcmarlina@uniga.ac.id

Pendahuluan
Kemajuan Teknologi Informasi dan Komunikasi (ICT –
Information Communication Technology) dewasa ini, tidak dapat
dipungkiri memegang peran yang sangat penting dalam kehidupan
manusia modern. Banyak sekali solusi kebutuhan komunikasi dan
informasi kita hari ini yang difasilitasi oleh kemajuan ICT ini, salah
satunya dengan penggunaan smartphone atau telepon pintar yang
terkoneksi dengan internet.
Kebutuhan masyarakat modern akan smartphone terlihat dari
penetrasi pengguna smartphone di Indonesia yang semakin meningkat
setiap tahunnya. Pada tahun 2016 lalu, pengguna smartphone di
Indonesia diperkirakan sudah mencapai 65,2 juta pengguna, dan
pada tahun 2019 diprediksi akan mencapai 92 juta pengguna1, dan
menempati peringkat ke-4 dunia setelah India sebagai negara dengan
jumlah pengguna smartphone terbanyak di dunia. Tidak mengherankan

jika di Indonesia, pertumbuhan pengguna internet pada tahun 2017
diprediksi sebanyak 112,6 juta pengguna2 (pengguna internet dengan
PC dan smartphone) dengan posisi peringkat ke-6 pengguna internet
terbesar di dunia, tepat setelah Jepang dengan selisih tipis.
Smartphone sendiri lebih banyak disukai untuk dapat terhubung
dengan jaringan internet karena kemampuannya yang canggih
1

2

http://databoks.katadata.co.id/datapublish/2016/08/08/pengguna-smartphone-diindonesia-2016-2019 [27/07/17]
https://kominfo.go.id/content/detail/4286/pengguna-internet-indonesia-nomorenam-dunia/0/sorotan_media [12/07/2017]

311

Mediamorfosa :
Transformasi Media Komunikasi Di Indonesia

layaknya komputer portable yang pintar dan multifungsi, namun
juga menawarkan kemampuan mobilitas yang sangat leksibel,

mudah dibawa ke mana pun dibandingkan dengan menggunakan
personal computer (PC). Berbagai variasi aplikasi untuk smartphone
banyak ditawarkan pada para pengguna, terutama pada mereka yang
menggunakan smartphone dengan sistem operasional android dan iOS
yang merupakan sistem operasional smartphone yang paling banyak
digunakan masyarakat Indonesia pada umumnya. Banyak aplikasiaplikasi yang bermanfaat dan gratis ditawarkan untuk memenuhi
kebutuhan informasi dan komunikasi masyarakat. Salah satu aplikasi
yang tanggap akan kebutuhan masyarakat pengguna smartphone ini
adalah aplikasi pesan instan Whatsapp Messenger.
Karakteristik aplikasi pesan instan (Instant Messenger) Whatsapp
ini dibandingkan aplikasi pesan instan yang lain adalah bahwa ia
memiliki mekanisme login yang sangat praktis. Kita hanya perlu
menyimpan nomor ponsel seseorang di perangkat smartphone kita
dan secara otomatis - jika kita telah mengunduh aplikasi Whatsapp di
smartphone kita yang terkoneksi dengan internet - nomor-nomor yang
sudah berada dalam kontak akan terhubung dengan kontak-kontak
tersebut yang juga sama-sama menggunakan aplikasi Whatsapp.
Selain kemudahan yang esensial dan praktis yang menjadi ciri khas
aplikasi Whatsapp, aplikasi pesan instan ini juga sangat disukai banyak
orang karena aplikasi ini bebas iklan yang membuat pengguna aplikasi

tidak terganggu dengan serbuan iklan-iklan yang biasanya ditemui
dalam aplikasi-aplikasi pesan instan lainnya. Selain itu, aplikasi ini juga
tidak meminta pengguna untuk memberikan data-data pribadinya
ketika mengaktivikasikan akun Whatsapp-nya, sehingga pengguna
tidak khawatir jika data-data pribadinya akan disalahgunakan.
Tidak heran jika pada awal-awal tahun pengembangannyan, jumlah
pengguna aplikasi Whatsapp terus bertambah. Apalagi ketika Jan
Koum – Whatsapp founder - merilis WhatsApp versi 2.0 dengan
komponen  messaging, jumlah pengguna aktifnya langsung melonjak
menjadi 250.000 orang di seluruh dunia3. Hal ini terlihat dari data
berikut yang memperlihatkan popularitas Whatsapp di dunia sebagai
aplikasi pesan instan paling banyak dimiliki dan digunakan oleh para
3

http://tekno.kompas.com/read/2014/02/21/0950207/CEO.WhatsApp.dari.Tukang.
Sapu.Jadi.Miliarder [14/07/2017]

312

Neneng C. Marlina, “Kuliah Whatsapp (Kulwap)”...


pengguna smartphone di dunia yang mengaktikan data selulernya.
Data di bawah memperlihatkan bagaimana jumlah pengguna Whatsapp
berbanding sama dengan pengguna Facebook Messenger, karena pada
tahun 2014 lalu, Whatsapp resmi diakuisisi oleh Facebook. Sementara
CEO sekaligus founder dari aplikasi Whatsapp bergabung menjadi
dewan direksi di Facebook.

Pada perkembangannya, aplikasi Whatsapp ini tidak hanya
dimanfaatkan untuk kebutuhan komunikasi sehari-hari saja, namun
juga untuk berbagi informasi dan pengetahuan seperti dalam sebuah
ruang kuliah pada umumnya. Aplikasi ini seringkali digunakan oleh
komunitas-komunitas virtual yang terhubung satu sama lain dan
menjadi anggota sebuah atau bahkan beberapa Whatsapp Group
sekaligus berdasarkan ailiasi masing-masing pengguna Whatsapp
terhadap minat atau ketertarikannya pada suatu masalah atau isu
tertentu.
Alali dan Salim (2012: 176-183) pernah melakukan sebuah
penelitian terhadap 20 forum praktisi kesehatan yang terdiri dari
kelompok-kelompok virtual dengan berbagai profesi di bidang

kesehatan (dokter, perawat, apoteker) yang berada di wilayah TimurTengah. Secara spesiik, penelitian Alali dan Salim ini memang tidak
313

Mediamorfosa :
Transformasi Media Komunikasi Di Indonesia

menyebutkan bahwa mereka melakukan survei pada forum-forum
praktisi kesehatan melalui itur Whatsapp Group, namun penelitian
ini setidaknya menjelaskan bahwa mereka mengamati dan melakukan
survei yang dilakukan pada komunitas-komunitas praktisi virtual
(Virtual Communinities of Practices – VCoPs, terutama di bidang
kesehatan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa para anggota forum
merasa puas dengan adanya komunitas-komunitas praktisi virtual ini
karena kualitas berbagi keilmuan yang mereka peroleh, sistemnya,
dan juga pelayanan informasinya, sehingga sangat bermanfaat untuk
menunjang profesionalitas mereka.
Penelitian lain dilakukan oleh Al Hamdani (2013: 665-674) yang
meneliti tentang metode belajar mahasiswa di Universitas Sohar, Oman.
Hasil penelitian tersebut salah satunya menyebutkan aplikasi Whatsapp
sebagai salah satu aplikasi obrolan yang paling sering digunakan oleh

para mahasiswa sebagai sarana berbagi informasi perkuliahan, sarana
berbagi konten multimedia dalam berbagai format dan ukuran, media
yang ekonomis, dan sangat membantu proses mahasiswa untuk saling
bekerjasama dan berkolaborasi.
Hal ini senada dengan hasil penelitian Ahad dan Lim (2014: 189196) terhadap anak-anak muda khususnya para mahasiswa di Universiti
Brunei Darussalam yang menyatakan bahwa aplikasi Whatsapp sebagai
aplikasi komunikasi yang ‘nyaman’ untuk digunakan dalam kegiatan
mereka sehari-hari, baik untuk tujuan personal maupun untuk tujuan
kelompok. Walaupun demikian, penelitian Ahad dan Lim ini juga
menunjukkan beberapa kelemahan dari aplikasi Whatsapp mengenai
gangguan dan eksposur pesan-pesan yang tidak beraturan (spam),
yang mungkin disebabkan adanya kemudahan aplikasi ini untuk dapat
mengirim pesan hanya dengan mengetahui nomor kontak pemilik
akun tanpa harus melalui proses veriikasi ataupun persetujuan dari
pemilik akun bersangkutan.
Sedangkan penelitian Kiat dan Chen (2015: 28) mengenai
penggunaan Mobile Instant Messaging – MIM yang telah ada terutama
pada kelompok pengguna manula, di antaranya adalah aplikasi
pesan instan Whatsapp dan beberapa aplikasi pesan instan serupa
lainnya yang sudah ada. Penelitian mereka memperlihatkan bahwa

aplikasi-aplikasi pesan instan yang semula dimaksudkan untuk

314

Neneng C. Marlina, “Kuliah Whatsapp (Kulwap)”...

mempermudah para penggunanya untuk dapat terhubung dengan
keluarga dan kerabat, ternyata hal itu tidak berlaku bagi para pengguna
manula. Aplikasi-aplikasi pesan instan seperti Whatsapp ini ternyata
disinyalir tidak terlalu efektif digunakan oleh pengguna manula karena
beberapa iturnya yang dirasa justru mempersulit manula untuk
menggunakannya, misalnya, kecilnya huruf-huruf yang harus ditekan
sementara kebanyakan smartphone mengusung format layar sentuh
(touch screen), bukan dengan tombol-tombol silikon seperti pada
telepon seluler biasa, hal ini berkaitan dengan kemampuan penglihatan
dan kemampuan menyentuh pada manula yang sudah menurun. Selain
itu juga, itur emoticon yang membingungkan manula, serta tanda
double check pada aplikasi Whatssapp yang kurang dapat dipahami
manula sebagai tanda bahwa pesan telah sampai pada si penerima.
Pemanfaatan aplikasi pesan instan seperti Whatsapp ini seperti

yang banyak kita ketahui, mulai dapat menggantikan proses belajarmengajar atau konsep-konsep transfer keilmuan dan pengetahuan
secara konvensional. Sedikit berbeda dengan e-learning pada media
internet biasa, di mana situs-situs belajar online dari internet begitu
marak, berbagi keilmuan dan pengetahuan melalui aplikasi Whatsapp
Group seringkali dirasa lebih atraktif dan lebih interaktif. Hal ini
karena aplikasi Whatsapp Group direspon lebih cepat oleh para anggota
kelompok, diskusi sangat banal dilakukan dalam Whatsapp Group,
terlebih si “pemateri” atau narasumber informasi lebih responsif untuk
melakukan tanya-jawab, sama halnya seperti kita sedang bertatap
muka. Konsep belajar secara online melalui aplikasi interaktif seperti
Whatsapp Group ini juga diterapkan pada sebuah komunitas keluarga
sokong-bantu (Family Support Group – FSG) yang concern mengenai
edukasi keluarga yang berkaitan dengan bahaya penyalahgunaan
narkoba (narkotika dan obat-obatan terlarang) di Jakarta.
Komunitas keluarga sokong-bantu (Family Support Group –
FSG) yang bernama Yayasan Keluarga Pengasih Indonesia (YKPI) ini
awalnya adalah sebuah komunitas keluarga dengan memiliki masalah
yang sama yaitu keluarga-keluarga Indonesia yang memiliki anggota
keluarga yang terimbas masalah narkoba. Komunitas ini sudah ada
sejak tahun 1998, bermula dari beberapa keluarga yang memiliki putraputri yang terimbas masalah penyalahgunaan narkoba dan kemudian

mengirimkan putra-putri mereka untuk direhabilitasi di Rumah
315

Mediamorfosa :
Transformasi Media Komunikasi Di Indonesia

Pengasih – Malaysia, sebuah pusat rehabilitasi narkoba yang ada di
Malaysia sejak tahun 1987. Komunitas ini pada awalnya bertujuan
sebagai wadah koordinasi dan berbagi informasi serta pengalaman
para keluarga yang mengirimkan putra-putri mereka ke Rumah
Pengasih – Malaysia pada umumnya, tetapi seiring perkembangannya,
komunitas ini kini terbuka bagi siapa saja yang concern terhadap
masalah bahaya narkoba terutama dalam lingkup yang kecil, yaitu
berfokus pada lingkungan keluarga dengan anggota keluarga terimbas
masalah narkoba.
Seiring perkembangan jaman, tidak hanya jumlah anggota
komunitas saja yang terus bertambah, demikian juga dengan metode
penyampaian pembelajaran mengenai informasi dan materi-materi
edukasi keluarga - yang berkaitan dengan masalah penyalahgunaan
narkoba, perilaku penyalahguna, sikap keluarga terhadap penyalahguna,

dan sebagainya – juga mengalami tuntutan sesuai dengan perkembangan
jamannya, yaitu dengan mengoptimalkan penggunaan perangkat
smartphone dengan aplikasi Whatsapp Group sebagai salah satu media
berbagi ilmu, pengetahuan, pengalaman, dan hal-hal yang berkaitan
dengan masalah penyalahgunaan narkoba. Tujuan penelitian ini adalah
untuk mengetahui bagaimana penggunaan aplikasi Whatsapp dengan
itur Whatsapp Group digunakan dalam komunitas Family Support
Group Yayasan Keluarga Pengasih Indonesia.
Tentang Komunitas Virtual (Virtual Community)
Mengenai pengertian komunitas virtual (virtual community) yang
dibahas dalam penelitan ini, khususnya komunitas virtual dengan
penggunaan aplikasi pesan instan Whatsapp ini, berikut beberapa
pengertian mengenai komunitas virtual (dalam Nasrullah, 2015: 108109):
1. Menurut Rheingold (1993), komunitas virtual merupakan agregasi
sosial yang mengambil bentuk di dalam internet di mana semua
orang membawa persoalan untuk didiskusikan dalam waktu yang
lama, dan melibatkan perasaan/pemikiran penggunanya dengan
relasi yang terbentuk di ruang siber.
2. Wood dan Smith (2005) menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan
komunitas virtual adalah saling berbaginya kesepemahaman

di antara pengguna yang terhubung melalui lingkungan yang
316

Neneng C. Marlina, “Kuliah Whatsapp (Kulwap)”...

termediasi komputer.
3. Van Dijk (2006) mendeskripsikan bahwa komunitas virtual
diasosiasikan dengan sekumpulan individu yang tidak terikat
oleh waktu, tempat maupun keadaan isik atau material. Mereka
dikreasikan oleh lingkungan elektronik dan berdasarkan pada
komunikasi termediasi.
4. Jordan (1999), komunitas virtual berarti komunitas yang berada di
ruang siber dan setiap anggotanya kembali dan hadir di sana dalam
ruang informasional yang sama. Individu telah menemukan bahwa
mereka tidak sendiri dan membangun relasi di antara mereka serta
menjadi bagian dari anggota komunitas virtual. Komunitas virtual
juga bisa ditinggalkan secara mudah kerena pengguna internet bisa
memilih apakah akan bergabung atau tidak.
Pada akhirnya, Nasrullah (2015: 109) menarik kesimpulan
mengenai komunitas virtual dari beberapa deinisi di atas, bahwa yang
dimaksud dengan komunitas virtual adalah kumpulan pengguna yang
memiliki kesamaan dan terbentuk melalui ruang siber serta relasi yang
terjadi di antara mereka termediasi secara elektronik. Kiranya deinisi
tersebut sangat mendeskripsikan karakteristik dari Whatsapp Group
Keluarga YKPI yang akan dibahas dalam penelitian ini.
Sementara itu, Quentin Jones (1997, dalam Nasrullah, 2015: 112112) memberikan beberapa kriteria dasar mengenai komunitas virtual:
1. Level minimum dalam interaksi. Diperlukan semacam kriteria
minimal bagaimana interaksi yang terjadi di dalam kelompok atau
grup tersebut di media sosial. Setiap konten yang dipublikasikan
oleh pengguna apabila tidak ada tanggapan dari pengguna lain,
interaksi ini tidak bisa menjadi batasan dasar sebuah komunitas.
2. Komunikator yang bervariasi yang merujuk pada sebuah komunitas
virtual harus terdiri dari partisipan yang beragam sehingga interaksi
yang terjadi di antara mereka akan membentuk dan berkembang
secara luas.
3. Adanya ruang publik umum sebagai medium interaksi bagi anggota
komunitas. Kehadiran media sosial bisa digunakan sebagai ruang
publik umum untuk berinteraksi. Namun, tidak semua jenisnya
memberikan fasilitas atau perangkat bagi terbentuknya komunitas. Ini
terkait dengan prosedur teknis yang ada di tiap-tiap media sosial.
317

Mediamorfosa :
Transformasi Media Komunikasi Di Indonesia

4. Level minimum dari jumlah keanggotaan. Baru bisa dikatakan
sebagai sebuah komunitas virtual jika anggotanya dalam jumlah
tertentu. Seorang pengguna yang hanya sekali atau dua kali
mengunjungi laman grup di Facebook misalnya, tidak bisa dikatakan
sebagai anggota. Eksisnya komunitas virtual tersebut diperlukan
sejumlah anggota yang aktif dan saling berbagi informasi di antara
sesama.
Selain itu, komunitas virtual tidak bisa dilepaskan dari aturan
dasar sebuah komunitas sebagai bentuk dari masyarakat. Aturan dasar
itu adalah relasi sosial atau relasi yang ada dan dibentuk oleh setiap
individu sebagai makhluk sosial. Relasi ini memiliki dampak-dampak
tersendiri, apakah itu medium komunitasnya oline maupun online
(Bell, 2006; Whitty & Joinson, 2009; Witte & Mannon, 2010; Wood &
Smith, 2005, dalam Nasrullah, 2015: 112).

Metodologi Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
penelitian kualitatif dengan pendekatan etnograi pada sebuah
komunitas virtual yang concern pada masalah edukasi keluarga dengan
anggota keluarga penyalahguna narkoba. Konsep di atas sebenarnya
mengacu pada apa yang disebut dengan etnograi virtual dari Christine
Hine.
Hine dalam sebuah makalahnya yang berjudul Virtual
Ethnography mengatakan bahwa etnograi virtual adalah sebuah
bentuk pengambangan baru dari etnograi konvensional sebagai
respon atas kebutuhan untuk mempelajari komunitas-komunitas yang
menggunakan perangkat komunikasi elektronik berdasarkan jaringan
komputer yang digunakan dalam kegiatan rutin. Etnograi virtual tidak
diajukan sebagai metode baru untuk menggantikan yang lama - lebih
dari itu ia disajikan sebagai cara untuk memusatkan perhatian pada
asumsi dasar etnograi, dan itur yang dianggap spesial dari teknologi
yang terkait.
Sumber data dalam penelitian ini dibedakan menjadi dua jenis
data, yaitu data primer dan data sekunder. Data primer dalam penelitian
merupakan data yang diperoleh secara langsung melalui pengamatan
berperan serta pada kegiatan Kuliah Whatsapp Keluarga YKPI yang

318

Neneng C. Marlina, “Kuliah Whatsapp (Kulwap)”...

dimulai pada tanggal 25 Oktober 2016 sampai dengan kisaran 23 Mei
2017 (posting terakhir Kulwap Keluarga YKPI) yang lalu. Pengamatan
berperanserta dideinisikan sebagai teknik pengambilan data penelitian
yang bercirikan interaksi sosial yang memakan waktu cukup lama
antara peneliti dengan subjek dalam lingkungan subjek, dan selama itu
pula data dikumpulkan secara sistematis dan berlaku tanpa gangguan
(Bogdan, 1972, dalam Moleong, 2012: 164). Jadi dalam hal ini, peneliti
turut menjadi anggota komunitas virtual Keluarga YKPI ini dan
mengikuti segala aktivitas di dalamnya tanpa kecuali.
Selain pengamatan berperanserta dalam kegiatan Kulwap pada
komunitas virtual Keluarga YKPI ini, data primer juga akan diperoleh
melalui wawancara semi-terstruktur, maksudnya adalah peneliti
mengajukan sejumlah pertanyaan baik menggunakan protokol
wawancara maupun dengan cara wawancara tidak terstruktur di
mana peneliti mengajukan pertanyaan kepada informan dengan tidak
menggunakan pedoman wawancara karena sifat pertanyaan yang lebih
subjektif berdasarkan karakteristik informan dan situasi komunikasi
pada saat wawancara dilakukan. Wawancara dilakukan pada lima
orang informan dari total anggota Whatsapp Group Keluarga YKPI
sebanyak 58 orang, dengan pertimbangan bahwa tidak semua anggota
komunitas virtual ini aktif untuk bertanya-jawab atau berinteraksi
ketika materi Kulwap diposting di dalam grup. Sementara untuk data
sekunder diperoleh melalui studi pustaka seperti penggunaan beberapa
literatur dan hasil kajian penelitian sebelumnya yang relevan dengan
penelitian ini.
Untuk keabsahan data yang diperoleh, dilakukan proses triangulasi
terutama triangulasi sumber dengan membandingkan data hasil
pengamatan pada Whatsapp Group dengan data hasil wawancara pada
beberapa informan anggota komunitas tersebut.

Hasi Penelitian dan Pembahasan
Permasalahan yang berkaitan dengan penyalahgunaan narkoba
(narkotika dan obat-obatan terlarang) tidak pernah habis untuk
dibahas, terutama dalam masyarakat modern seperti sekarang. Dulu,
mungkin masyarakat Indonesia pada khususnya, belum teredukasi
dengan baik mengenai ancaman bahaya penyalahgunaan narkoba,

319

Mediamorfosa :
Transformasi Media Komunikasi Di Indonesia

terutama bagi para orangtua dan anggota keluarga inti lainnya, yaitu
anak. Sosialisasi akan ancaman bahaya penyalahgunaan narkoba
ini seringkali tidak tersampaikan dengan baik, bukan hanya karena
masalah program-program pemerintah yang berkaitan dengan masalah
ini tidak dilakukan secara intensif dan holistik dengan menggunakan
media yang paling tepat, namun juga masalah internal dari keluarga
itu sendiri. Seringkali orangtua pada khususnya, tidak mengikuti
perkembangan dan kegiatan anak-anaknya di luar rumah, dan juga life
style generasi muda yang sangat mungkin berbeda sama sekali dengan
jamannya dulu.
Selain paparan informasi mengenai bahaya penyalahgunaan
narkoba yang memang dirasa kurang pada keluarga, pada masamasa tren kemunculan jenis-jenis barang haram ini, - awalnya hanya
dikenal jenis opium atau di Indonesia lebih dikenal dengan sebutan
candu pada jaman penjajahan Belanda (Mitra Bintibmas, 2007: 17),
variannya semakin bervariasi di kisaran tahun 70-an4, dan semakin
berkembang dan menjadi “tren” pada awal tahun 90-an.5 Pada masamasa itu, banyak keluarga di Indonesia, bahkan bagi banyak keluarga
yang berdomisili di kota besar seperti Jakarta sekalipun, orangtua pada
khususnya memiliki pengetahuan yang sangat minim atau bahkan
tidak tahu sama sekali tentang bahaya penyalahgunaan narkoba pada
putra-putri mereka saat itu. Umumnya, para orangtua tidak pernah
teredukasi secara formal dan informal mengenai hal ini. Dulu, di
lembaga-lembaga pendidikan formal seperti sekolah, tidak mengenal
istilah penyuluhan atau edukasi tentang bahaya penyalahgunaan zatzat adiktif seperti hal-nya kita ketahui pada kurikulum pendidikan
dan beberapa program Pemerintah yang memang dikhususkan untuk
mengedukasi siswa tentang bahaya narkoba.
Ketidaktahuan tentang bahaya penyalahgunaan narkoba ini
ternyata menjadi ancaman laten yang harus dihadapi para orangtua pada
era awal tahun 90-an tersebut. Banyak di antara mereka pada akhirnya
baru mengetahui bahwa putra-putri mereka menjadi penyalahguna
narkoba bahkan setelah beberapa tahun kemudian. Mereka tidak
tahu menahu tentang apa itu narkoba atau zat-zat adiktif yang putra4

5

http://dedihumas.bnn.go.id/read/section/artikel/2011/10/31/189/sejarah-singkatnarkoba [27/07/17)
Hasil wawancara dengan informan [19/01/16]

320

Neneng C. Marlina, “Kuliah Whatsapp (Kulwap)”...

putri mereka gunakan, apa akibatnya, dan harus melakukan apa agar
mereka dapat menolong putra-putri mereka untuk dapat terlepas dari
jeratan narkoba. Yang mereka ketahui hanyalah banyaknya perubahan
perilaku pada putra-putri mereka yang kemudian membawa banyak
kehancuran pada keluarga inti pada khususnya. Banyak dari keluarga
ini yang kemudian membawa anaknya untuk lepas dari jeratan narkoba
ke Pengasih, Malaysia, sebuah organisasi non-proit yang berdiri dari
tahun 1987, didirikan untuk membantu pecandu narkoba untuk dapat
pulih dan kembali menjadi manusia yang kembali berfungsi secara
sosial.
Banyaknya keluarga di Indonesia yang kemudian membawa
anggota-anggota keluarganya yang terimbas masalah narkoba untuk
direhabilitasi di Pengasih Malaysia ini karena di Indonesia sendiri
pada awal tahun 90-an itu belum ada satu pun tempat rehabilitasi
untuk membantu mereka. Dengan banyaknya keluarga Indonesia yang
mengirimkan anggota keluarganya ke Pengasih Malaysia, maka dirasa
perlu untuk mereka memiliki satu wadah bagi para keluarga ini, khususnya di Jakarta - untuk memudahkan mereka saling berkoordinasi,
saling berbagi informasi dan pengalaman, terutama untuk memperoleh
pengetahuan mengenai hal-hal yang berkaitan dengan bahaya narkoba
dan bagaimana dapat menghadapi anggota-anggota keluarga yang
terimbas masalah narkoba selepas mereka kembali dari Malaysia
dan hidup berdampingan kembali dengan mereka di dalam keluarga
seperti biasa. Wadah keluarga ini kemudian didirikan pada tahun
1998 dengan nama Yayasan Keluarga Pengasih Indonesia (YKPI).
Saat ini, YKPI telah hadir dan aktif selama 19 tahun, menjadi pelopor
Family Support Group (FSG) bagi keluarga-keluarga Indonesia yang
memiliki anggota keluarga dengan masalah penyalahgunaan narkoba.
FSG ini kemudian berkembang tidak hanya ditujukan sebagai wadah
koordinasi para keluarga yang mengirimkan anggota keluarga terimbas
masalah narkoba ke Pengasih Malaysia saja, tetapi menjadi terbuka
bagi siapa pun yang membutuhkan pembelajaran mengenai bahaya
narkoba dan menanggulangi masalah tersebut, terutama fokus pada
anggota keluarga yang harus menghadapi anggota keluarga terimbas
masalah narkoba.
Setelah 19 tahun lamanya kegiatan-kegiatan YKPI ini dilakukan
secara oline, artinya komunitas FSG ini selalu memiliki kegiatan321

Mediamorfosa :
Transformasi Media Komunikasi Di Indonesia

kegitatan dan pertemuan yang rutin serta terjadwal setiap minggunya.
Setidaknya dalam satu minggu, komunitas FSG ini melakukan 2-3 hari
pertemuan secara oline dengan bekerjasama dengan sebuah yayasan
rehabilitasi narkoba di bilangan wilayah Jakarta Selatan. Namun
demikian, banyaknya anggota komunitas yang berdomisili di luar
Jakarta membuat banyak anggota hanya dapat menghadiri kegiatan
di komunitas pada saat-saat tertentu saja. Misalnya, seorang informan
penelitian dengan inisial Rt dan Rn yang berdomisili di wilayah
Bekasi serta Ma dan Ml yang berdomisili di wilayah Bogor, seringkali
terkendala masalah jarak rumah dengan tempat kegiatan komunitas.
Tuntutan akan adanya komunikasi antaranggota komunitas yang
termediasi jelas sangat terbantu dengan kehadiran aplikasi Whatsapp
dan komunitas pun mulai membentuk Whatsapp Group Keluarga YKPI
mulai bulan Mei 2016 lalu dengan jumlah administrator grup sebanyak
dua orang. Banyak hal yang dibicarakan dalam grup tersebut, sehingga
kemudian disepakati bahwa salah satu kegiatan rutin dalam Whatsapp
Group ini adalah kegiatan Kuliah Whatsapp (Kulwap) yaitu istilah
yang diinisiasi oleh anggota kelompok virtual dan disepakati secara
bersama-sama. Kuliah Whatsapp pada komunitas virtual ini dimulai
pada akhir bulan Oktober 2016.

322

Neneng C. Marlina, “Kuliah Whatsapp (Kulwap)”...

Sesuai yang Nasrullah (2015: 112) katakan, bahwa sebuah
komunitas virtual tidak dapat dilepaskan dari aturan dasar sebuah
komunitas sebagai bentuk dari masyarakat, demikian juga dengan
aturan pada komunitas virtual ini. Kuliah Whatsapp yang telah
disepakati bersama hanya membicarakan materi-materi yang berkaitan
dengan masalah-masalah keluarga dengan anggota keluarga terimbas
narkoba, terutama melalui sudut pandang ilmu Psikologi dan ilmu
Komunikasi khususnya dalam ranah keluarga. Topik-topik di luar
apa yang disampaikan oleh para pemateri atau konsultan profesional
komunitas, biasanya termasuk pada interaksi sehari-hari di dalam
Whatsapp Group Keluarga YKPI.
Dari penelitian mengenai Kuliah Whatsapp komunitas virtual
Keluarga YKPI ini kemudian diperoleh beberapa kategori tema materi
perkuliahan, antara lain:
1. Kulwap dengan tema Ko-Dependensi.
2. Kulwap dengan tema Independensi Vs Ko-Dependensi
3. Kulwap dengan tema ABC Model dari Cognitive Behaviour herapy
(CBT)
4. Kulwap dengan tema Self Esteem dan Peran Anak dalam Keluarga
5. Kulwap dengan tema Self Esteem, Love and Belonging
6. Kulwap dengan tema Belief System
7. Kulwap dengan tema Adiksi
Dari ketujuh tema tersebut, Kulwap dalam komunitas virtual ini
sudah berjalan selama tujuh bulan dengan total 11 materi yang diposting
di dalam Whatsapp Group ini. Adapun tema yang mendominasi adalah
tema Ko-Dependensi sebanyak 6 materi Kulwap yang membahas
mengenai tema Ko-Dependensi ini.
Berikut beberapa contoh kutipan screenshot Kulwap di dalam
komunitas virtual Whatsapp Group Keluarga YKPI:

323

Mediamorfosa :
Transformasi Media Komunikasi Di Indonesia

324

Neneng C. Marlina, “Kuliah Whatsapp (Kulwap)”...

Di atas adalah contoh dari materi Kulwap mengenai KoDependensi dan Model ABC dalam CBT (Cognitive Behaviour
herapy) sebagai metode terapi yang diterapkan di komunitas ini oleh
para konsultan pengasuh. Mula-mula pemateri memberikan materi
yang akan dibicarakan dalam komunitas virtual kepada admin grup
secara pribadi, untuk kemudian disusun sedemikian rupa oleh admin
grup, dan kemudian admin grup akan memposting materi yang telah
didapatkannya dari konsultan profesional ke dalam grup. Kemudian
para anggota grup akan menanggapi materi tersebut, apakah bertanya,
diskusi, menegaskan, dan membahas hal-hal yang berkaitan dengan
materi tersebut, seperti yang terlihat pada cuplikan berikut:

325

Mediamorfosa :
Transformasi Media Komunikasi Di Indonesia

326

Neneng C. Marlina, “Kuliah Whatsapp (Kulwap)”...

Pada pelaksanaannya, anggota grup tidak hanya dapat bertanya
langsung pada konsultan pengasuh Kulwap, namun juga mereka
dapat berdiskusi dengan anggota-anggota yang lain layaknya mereka
berinteraksi secara tatap muka. Hanya saja suasana diskusi secara
langsung biasanya lebih terasa hidup dan lebih banyak lagi anggota
komunitas yang aktif beriteraksi dibandingkan ketika forum diskusi
yang difokuskan pada tema tertentu. Interaksi yang berlangsung selama
Kulwap ini biasanya hanya direspon oleh beberapa orang anggota yang
memang aktif untuk bertanya-jawab, dan biasanya hanya didominasi
oleh anggota-anggota yang sudah biasa aktif di dalamnya. Sedangkan
anggota Whatsapp Group yang lain biasanya hanya menjadi “silent
reader” atau istilah yang mengacu pada anggota grup yang membaca isi
pesan dalam grup, tetapi tidak meresponnya secara interaktif dengan
anggota yang lain. Hal ini seperti yang dinyatakan oleh ibu Rt salah
satu anggota Kulwap ini:
“Euuh... saya biasanya hanya baca aja pesan-pesan di dalam grup WA,
nggak ikutan tanya jawabnya sih. Soalnya gini... kadang saya buka
WA itu nggak pas Kulwap aja, seringnya saya baca besoknya atau
sesempetnya saya ada waktu aja. Trus kalo udah baca juga kurang
gimana ya... kurang afdol gitu kalo nanyanya di WA mah. Enakan
nanya langsung kalo pas ikut kegiatan pas hari selasa, cuma ya memang
saya nggak rutin juga sih dateng ke sana tiap minggu, biasanya pas bisa
aja. Sebenernya bagus sih Kulwap ini ya, jadi materinya saya nggak
ketinggalan sama yang lain. trus bisa dibaca kapan aja gitu...”6
Hal senada juga disampaikan oleh dua informan yang lain,
yaitu Mm dan Ra, bahwa seringkali Kulwap baru dapat mereka baca
ketika waktu yang sudah ditentukan oleh admin grup sudah berlalu.
Hal tersebut karena mereka seringkali memiliki kegiatan atau sedang
berada dalam situasi yang belum memungkinkan untuk membaca
materi Kulwap tepat waktu.
Selain masalah membaca materi Kulwap dan interaksi yang lebih
lambat dari para anggota yang seringkali belum memiliki waktu yang tepat
untuk membaca materi Kulwap, keterlambatan tersebut juga didorong oleh
masalah yang sama dari para konsultan pengasuh. Tidak jarang pada waktu
Kulwap yang telah disepakati tersebut mereka sedang berada di tengah
perjalanan, atau bertemu dengan klien, atau sedang di tengah pertemuan
6

Wawancara informan Rt, 6 Juni 2017

327

Mediamorfosa :
Transformasi Media Komunikasi Di Indonesia

keluarga, dan kegiatan-kegiatan lainnya yang tidak memungkinkan mereka
untuk merespon pertanyaan-pertanyaan dan diskusi dengan anggota
Kulwap secara tepat waktu. Pada akhirnya, seringkali mereka kemudian
menjawab pertanyaan-pertanyaan para anggota dan melanjutkan diskusi
yang tertunda pada esok harinya atau pada kesempatan yang lain, dan
pada akhirnya dibahas pada pertemuan langsung setiap minggunya.
Namun demikian, Kulwap ini juga merupakan media yang cukup
memberikan solusi kepada para anggota komunitas yang tidak dapat
menghadiri pertemuan secara langsung. Seperti yang diungkapkan
oleh informan Ft sebagai berikut:
“Sering sekali aku nggak bisa hadir ke sana, soalnya kan aku sendiri
nggak tinggal di Jakarta, jadi ya agak sulit juga kalo harus dateng
tiap minggu kan. Nah, jadi ada Kulwap ini bantu banget, minimal
kita-kita yang nggak bisa dateng masih bisa tahu kan apa yang
diomongin, jadi ntar dateng ke sana nggak terlalu nge-blank lah,
sedikitnya udah ada gambaran hehee...”7
Sayangnya, pada awal-awal Kulwap ini berjalan, para anggota
memang merespon secara baik dan positif sebagai salah satu solusi
untuk mengatasi kendala ketidakhadiran pada kegiatan-kegiatan rutin
di komunitas. Namun hal ini tidak berlangsung lama, kendala utama
yang dihadapi ketika melaksanakan Kulwap sesuai dengan waktu yang
disepakati mulai molor. Mulai dari masalah teknis dari pemateri yang
terlambat memberikan materi Kulwap kepada admin grup karena
putusnya konektiitas internet, kemudian masalah e-mail materi
yang diterima oleh admin grup tidak dapat dibaca oleh perangkat
smartphone-nya, sampai dengan masalah para anggota Whatsapp
Group yang semakin lama menjadi kurang responsif terhadap materimateri perkuliahan Whatsapp. Hal ini disinyalir didorong oleh
masalah kenyamanan para anggota grup yang lebih merasa nyaman
jika kemudian tanya jawab dan diskusi dilakukan secara langsung atau
tatap muka dibandingkan jika dilakukan di dalam Whatsapp Group.
“Tetep ya enakan langsung. Saya tuh suka agak-agak gimana ya
kalo baca dari HP tuh, kurang enak gitu. Tulisannya kan kecil-kecil,
terus kalo ngetik suka lama soalnya susah suka salah-salah. Jadinya
ya enakan ketemu langsung, lebih ngerti gitu”8
7
8

Wawancara informan Ft, 6 Juni 2017
Wawancara informan Mr. 6 Juni 2017

328

Neneng C. Marlina, “Kuliah Whatsapp (Kulwap)”...

Perlu diketahui, bahwa dari 58 anggota Whatsapp Group ini
didominasi oleh para lansia. Mereka rata-rata adalah para orangtua
dengan anggota keluarga (anak) yang terimbas masalah narkoba sejak
awal tahun 90-an. Hampir 75% anggota Whatsapp Group ini berada
di kisaran usia 50 – 80 tahun. Sisanya terdiri dari usia 20 – 40 tahun.
Seperti yang dinyatakan pada penelitian Kiat dan Chen (2015) bahwa
kendala yang dimiliki oleh para lansia ketika menggunakan aplikasi
pesan instan seperti Whatsapp ini adalah masalah keterbatasan interface
atau tampilan dari aplikasi, misalnya seperti ukuran huruf yang kecil,
banyaknya ikon-ikon yang membingungkan, sampai dengan masalah
touchscreen keypad yang menjadi model paling umum dari smartphone.
Hal ini pula yang disinggung oleh informan di atas, bahwa kenyamanan
saat berinteraksi dalam Whatsapp Group ini menjadi terbatas karena
masalah teknis seperti kekurangan-kekurangan pada aplikasi dan
perangkat smartphone yang digunakan. Di luar masalah teknis seperti
itu, kenyamanan yang tidak diperoleh anggota juga berkaitan dengan
kebebasan berdiskusi ketika beinteraksi secara langsung dibanding
melalui Whatsapp Group.
Pada perkembangannya, pelaksanaan Kulwap atau Kuliah
Whatsapp pada komunitas virtual ini hanya berlangsung secara rutin
kurang lebih selama satu bulan lamanya. Sebenarnya, sampai dengan
akhir bulan Mei 2017, Kulwap masih dilaksanakan di dalam komunitas
virtual ini, tetapi dengan rentang waktu yang tidak tentu, tidak seperti
pada awal kesepakatan bersama. Selain itu, peran atau fungsi dari
Kulwap pada komunitas ini akhirnya lebih dimaknai sebagai notulen
atau catatan pokok tentang materi-materi yang disampaikan oleh
para konsultan pengasuh, bukan sebagai ajang diskusi, karena untuk
diskusi materi pada akhirnya berlanjut pada kegiatan-kegiatan rutin
komunitas setiap minggunya.

Simpulan
Kemajuan teknologi memiliki peranan dalam mengubah cara
berkomunikasi. Hambatan jarak dan waktu kini bukanlah suatu
kendala berkomunikasi. Demikian juga dengan pemanfaatan media
komunikasi yang mengandalkan kemajuan teknologi informasi
komunikasi (Information Communication Technology – ICT) yang
secara perlahan mampu menggeser ruang-ruang belajar konvensional.
329

Mediamorfosa :
Transformasi Media Komunikasi Di Indonesia

Pemanfaatan kemajuan teknologi informasi komunikasi ini
sebagai media alternatif belajar telah mempertemukan anggota-anggota
komunitas Family Support Group Yayasan Keluarga Pengasih Indonesia
(YKPI) di luar kegiatan rutin mereka setiap minggu-nya secara tatap
muka. Solusi permasalahan bagi anggota-anggota komunitas yang
tidak dapat hadir secara tatap muka memperoleh solusi untuk tetap
dapat mengikuti materi-materi pembelajaran di komunitas ini, yaitu
dengan membuat dan menyepakati adanya alternatif belajar secara
online melalui aplikasi Whatsapp Group dalam komunitas ini.
Namun demikian, solusi di atas ternyata hanya bersifat sementara,
beberapa kendala menyertai pada pelaksanaan Kuliah Whatsapp ini.
beberapa di antaranya yaitu masalah teknis, misalnya gangguan jaringan
yang menyebabkan penyampaian materi Kuliah Whatsapp menjadi mundur
dari waktu yang telah dijadwalkan dan disepakati bersama. Demikian juga
dengan interaksi antar-anggota komunitas berikut para konsultan pengasuh
Kuliah Whatsapp yang seringkali menemui hambatan berupa aktivitas lain
ketika jadwal Kuliah Whatsapp seharusnya berlangsung. Hambatan yang lain
adalah berupa masalah tampilan pada aplikasi Whatsapp di mana sebagian
besar anggota komunitas ini sudah lanjut usia. Tidak semua anggota merasa
nyaman ketika mengikuti Kulwap ini, selain karena sulit untuk mengetik
dan “berbicara” cepat dengan jari di layar sentuh smarrphone mereka,
seringkali juga mereka menemui masalah keterbatasan waktu diskusi di
Whatsapp Group dan terbatasnya pesan-pesan verbal dan non-verbal yang
dapat disampaikan. Pada akhirnya, ruang belajar melalui aplikasi Whatsapp
ini tidak terlalu dipilih sebagai media utama penyampaian materi oleh para
anggota komunitas dan justru komunitas semakin ingin mempertahankan
tradisi lama untuk berinteraksi secara langsung.
Dengan demikian, simpulan dari penelitian ini memperlihatkan
bahwa kemajuan teknologi informasi dan komunikasi tidak lantas
menjadi solusi bagi terjadinya komunikasi yang efektif. Komunitas
tertentu justru semakin teryakinkan dan semakin termotivasi untuk
mempertahankan cara berkomunikasi secara tatap muka karena justru
didorong adanya kekurangnyamanan atas media-media komunikasi
berbasis teknologi informasi dan komunikasi ini. Oleh karena itu,
disarankan bagi komunitas-komunitas lain yang concern pada
masalah-masalah yang sejenis dengan penelitian ini, untuk mengenali
karakteristik komunitas terlebih dahulu sebelum menerapkan metodemetode komunikasi berbasis teknologi informasi dan komunikasi.
330

Neneng C. Marlina, “Kuliah Whatsapp (Kulwap)”...

Datar Pustaka
Buku:
Mitra Bintibmas (2007). Vademecum Masalah Narkoba: Narkoba
Musuh Segala Bangsa. Cet. Kedua
Moleong, Lexy J. (2012). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung. PT.
Remaja Rosdakarya
Nasrullah, Rulli. (2015). Media Sosial: Perspektif Komunikasi, Budaya,
dan Sosioteknologi. Bandung. Simbiosa Rekatama Media
Artikel Jurnal:
Ahad, Annie Dayani and Lim, Syamimi Md Arif (2014). Convenience
or Nuisance?: he ‘Whatsapp’ Dilemma. Procedia – Social and
Behavioral Sciences 155 (p. 189-196)
Al Hamdani, Dawood Salim (2013). Mobile Learning: A Good Practice.
Procedia – Social and Behavioral Sciences 103 (p. 665-674)
Alali, Haitham and Salim, Juhana (2013). Virtual Communities of
Pratice Success Model to Support Knowledge Sharing Behaviour in
Healthcare Sector. Procedia – Technology 11 (p. 176-183)
Kiat, Bong Way and Chen, Weiqin (2015). Mobile Instant Messaging for
Elderly. Procedia – Computer Sciences 67 (p. 28-37)
Makalah:
Hine, Christine. Virtual Ethnography. Centre for Research into
Innovation, Culture and Technology. Brunel University, Uxbridge,
Middlesex, UB8 3PH, UK
Website:
http://dedihumas.bnn.go.id/read/section/artikel/2011/10/31/189/
sejarah-singkat-narkoba [27/07/17]
http://databoks.katadata.co.id/datapublish/2016/08/08/penggunasmartphone-di-indonesia-2016-2019 [27/07/17]
https://kominfo.go.id/content/detail/4286/pengguna-internet-indonesianomor-enam-dunia/0/sorotan_media [12/07/2017]
https://www.kominfo.go.id/content/detail/6095/indonesia-raksasateknologi-digital-asia/0/sorotan_media [12/07/2017]

331

Mediamorfosa :
Transformasi Media Komunikasi Di Indonesia

ht t ps : / / kominfo. g o. i d / ind e x . php / conte nt / d etai l / 3 4 1 5 /
Kominfo+:+Pengguna+Internet+di+Indonesia+63+Juta+Orang/0/
berita_satker [12/07/2017]
http://tekno.kompas.com/read/2014/02/21/0950207/CEO.WhatsApp.
dari.Tukang.Sapu.Jadi.Miliarder [14/07/2017]
https://www.statista.com/statistics/258749/most-popular-global-mobilemessenger-apps/ [24/07/17]

332