Westernisasi Dan Pengaruhnya Dalam Memodernsasi Peran Wanita Jepang Seiyouka To Nihonjosei Ni Taishite Kindaika No Eikyou

BAB I
PENDAHULUAN
4.1

Latar Belakang

Seiring dengan perkembangan zaman, kehidupan manusia dari generasi ke
generasi mengalami perubahan. Kebudayaan, peradaban, adat istiadat dan tradisi,
serta nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat pun berubah. Nilai-nilai dan
pandangan lama yang bersifat tradisional, yang berlaku dalam masyarakat pada
masa lalu, di zaman sekarang ini telah mengalami pergeseran. Adat istiadat dan
tradisi yang dulu mengikat masyarakat, telah mengalami perubahan, dan
pelaksanaannya

disesuaikan

dengan

perkembangan

zaman.


Dengan

berkembangnya paham-paham kebebasan, manusia secara individu dapat lebih
bebas dalam memilih dan memutuskan sendiri kehidupannya.
Masing-masing negara memiliki adat tradisi dan ciri khas tersendiri. Begitu
juga dengan negara Jepang. Negara Jepang terletak di kawasan Asia Timur,
berdekatan dengan negara Korea, China dan Rusia. Jepang memiliki 4 pulau besar
yaitu Hokkaido, Honshu, Shikoku, dan Kyushu dan beribu pulau-pulau kecil yang
dikelilingi oleh laut dan samudra. Pada awalnya masyarakat Jepang tidak begitu
jauh berbeda dengan masyarakat di negara Asia lainnya. Yaitu memiliki budaya
dan adat istiadat yang unik, beraneka ragam kepercayaan, dengan tata cara
pergaulan yang berpegang teguh pada sopan santun dan tata krama. Perbedaan
besar terjadi pada sekitar akhir abad ke-18, saat Jepang mulai menyadari bahwa
dirinya tertinggal dari negara Barat, baik dari segi ekonomi, pemerintahan, militer,

1
Universitas Sumatera Utara

dan lain-lain. Untuk mengatasi ketertinggalan itu, Jepang kemudian mengadakan

restorasi besar-besaran, yang dinamakan Restorasi Meiji.
Tujuan Restorasi Meiji salah satunya adalah mengejar ketertinggalan bangsa
Jepang dari bangsa Eropa. Bangsa Jepang mengejar ketertinggalannya tersebut
dengan melakukan modernisasi pada berbagai sektor kehidupan. Upaya
modernisasi bangsa Jepang salah satunya dilakukan dengan mengadopsi
pemikiran, nilai, budaya dan ilmu pengetahuan dari Barat. Modernisasi dan
pengadopsian segala hal berbau barat yang merupakan dampak dari restorasi
Meiji itu tidak hanya memberikan pengaruh positif saja, tapi juga pengaruh
negatif. Salah satu pengaruh negatif tersebut berupa sikap pemujaan terhadap
Barat yang berlebihan, yang disebut dengan westernisasi. Sikap ini mulai tumbuh
semenjak zaman Meiji dan semakin berkembang pada zaman Taisho. Selain itu,
proses modernisasi juga menyebabkan munculnya berbagai perubahan keadaan
sosial budaya masyarakat Jepang.
Pada abad itu, westernisasi terjadi di segala bidang, yaitu pemerintahan,
militer, ekonomi, teknologi dan lain-lain kecuali budaya. Jepang kini telah
menjadi negara maju tanpa meninggalkan kebudayaan mereka. Namun meskipun
masyarakat Jepang tetap menjunjung tinggi kebudayaan, tidak dapat dipungkiri
proses westernisasi telah banyak merubah pola pikir mereka. Salah satunya adalah
tentang penentangan diskriminasi antara kaum pria dan wanita. Westernisasi telah
merubah pola pikir wanita Jepang untuk memiliki kehidupan yang sederajat

dengan kaum pria seperti hal nya persamaan gender yang ada di Eropa.

2
Universitas Sumatera Utara

Peran wanita Jepang mengalami perubahan dari waktu ke waktu. Gender
memang merupakan prinsip penting dalam stratifikasi sejarah Jepang, namun di
bawah pemerintahan feodal Tokugawa (1600-1868), status wanita mengalami
kemunduran. Pada saat itu diberlakukan sistem Ie (家) yang merupakan sistem yg
sangat penting dan dijunjung tinggi, sebagai pilar utama harmonisasi Jepang.
Kehidupan wanita harus tunduk pada sistem patrilineal dan ideologi patriarki yang
didukung oleh pemerintah sebagai bagian dari usaha pengendalian sosial. Dalam
sistem ie kedudukan wanita sangat rendah. Mereka tidak memiliki hak apapun,
tugas mereka hanya mengurus rumah tangga dan anak dan semua hal yang
dilakukan untuk mendukung suami.
Pada tahun 1868, Jepang telah memasuki era baru ketika pemerintahan
Meiji menggantikan pemerintahan Tokugawa yang telah berkuasa selama 260
tahun. Dengan ini maka perlahan-lahan berakhirlah feodalisme digantikan oleh
sistem kapitalis dan arus modernisasi. Diumumkannya Konstitusi Meiji pada
tahun 1889 dan hukum perdata pada tahun 1898 membuat kepatuhan wanita

kepada kepala rumah tangga, dan lelaki secara umum, diberi justifikasi secara
legal. Wanita mulai dihargai dalam kelas sosial dimana ia berada. Pada saat itu
sejumlah besar perempuan sudah bisa bekerja diluar rumah seperti di pabrik sutra,
tekstil dan tenun untuk membantu ekonomi keluarga.
Setelah perang Dunia II berakhir, berlaku Undang-Undang Dasar yang
diresmikan pada tahun 1946. Undang-undang ini secara jelas mengakui
persamaan derajat diantara pria dan wanita. Hak-hak wanita pun mulai
diperhatikan. Undang-undang Baru 1946 ( 日 本 国 憲 法 / nihonkokukenpou)

3
Universitas Sumatera Utara

merupakan hasil pekerjaan pemerintahan pendudukan Sekutu periode pendudukan
militer, suatu hal yang diketahui dipaksakan terhadap Jepang karena bertentangan
dengan adat istiadat negara. Hal ini dilakukan untuk menyesuaikan dengan
perubahan-perubahan dalam posisi internasional Jepang. Dalam undang-undang
ini mulai dimasukkan paham demokrasi sehingga hak-hak manusia sebagai warga
negara lebih diperhatikan dan dijamin.
Eksistensinya ie menguat setelah Restorasi Meiji dan hancur setelah Perang
Dunia II. Ie hancur memudar seiring berkembangnya westernisasi dan peralihan

masyarakat Jepang dari masyarakat agraris dan feodalis ke masyarakat industri
sejak tahun 1945. Sistem keluarga ie perlahan-lahan mulai menghilang seiring
dengan berkembangnya sistem keluarga kaku kazoku (keluarga inti), yaitu
pasangan yang telah menikah meninggalkan rumah dan membentuk keluarganya
sendiri. Keluarga inti ini terdiri dari ayah, ibu, dan anak-anak. Namun meskipun
demikian, nilai-nilai keluarga yang terdapat dalam sistem ie tidak sepenuhnya
ditinggalkan, keluarga masih merupakan suatu ikatan yang penting.
Hukum Sipil tentang „Keluarga dan Warisan‟ di Jepang pun berubah
mengikuti hukum Barat. Tujuan hukum ini adalah untuk memberikan landasan
penghormatan hak perorangan serta persamaan hak diantara suami dan istri.
Namun sejak berakhirnya periode feodal hingga selesai Perang Dunia II, menjadi
hal yang dianggap wajar dan bernilai tinggi apabila seorang wanita mengabdi
dengan setia kepada kepala rumah tangganya seumur hidupnya. Masyarakat
Jepang pada waktu itu masih beranggapan bahwa seorang wanita harus tunduk
kepada ayahnya, kemudian suaminya, dan pada hari tuanya kepada anak lakilakinya yang menduduki posisi kepala keluarga meskipun pada tahun 1948 hukum
4
Universitas Sumatera Utara

telah memberikan kaum wanita jaminan persamaan hak dengan kaum pria di
lingkungan kehidupan keluarga.

Dalam hukum yang baru juga, izin kepala keluarga bagi pernikahan tidak
lagi diperlukan, sehingga wewenang orang tua dalam permasalahan ini hanya
diakui sejauh orang tua masih merupakan wali dari anak-anaknya yang belum akil
baliq. Hal ini tentu saja menjadi kabar gembira bagi kaum wanita karena mereka
tidak lagi perlu menikah karena perjodohan yang lebih sering dipaksakan secara
sepihak. Wanita Jepang bebas memilih pasangan hidupnya berdasarkan
keinginannya sendiri.
Mengenai dasar-dasar bagi perceraian, jelas dewasa ini hukum memberikan
dasar persamaan yang sempurna baik bagi pria maupun wanita. Namun
permasalahan pokok dari hukum perceraian adalah perlindungan kaum wanita dan
jaminan akan kesejahteraan anak. Setelah runtuhnya sistem ie, wanita memiliki
hak atas kompensasi perceraian dan pembagian harta keluarga. Hak warisan bagi
seorang anak perempuan yang telah menikah juga mendapat pengakuan.
Setelah Perang Dunia II berakhir di Jepang, peluang bekerja bagi wanita
menjadi terbuka lebar. Hal tersebut membuat banyak wanita Jepang memilih
bekerja dengan tujuan untuk emansipasi kesetaraan hak dan mengejar karir.
Bahkan, meningkatnya wanita Jepang yang berpendidikan tinggi dan memiliki
kemampuan bekerja yang setara dengan laki-laki membuat kesempatan tersebut
menjadi semakin besar bagi wanita untuk masuk dalam dunia kerja. Ini
memberikan indikasi bahwa para istri tidak hanya memikul tanggung-jawab atas


5
Universitas Sumatera Utara

pengelolaan rumah tangga, melainkan juga atas merawat anak, mengurus
pendidikan anak dan sekaligus menjadi penopang ekonomi keluarga.
Westernisasi telah memberikan pengaruh besar pada wanita Jepang. Pikiran
mereka menjadi terbuka terutama dalam hal pandangan terhadap masalah
pernikahan, rumah tangga, pekerjaan dan pendidikan. Sarah Chaplin dalam buku
Shoma Munshi: Images of the „Modern Woman‟ in Asia, mengatakan bahwa hal
baru yang muncul dimasa westernisasi ini adalah wanita „modern‟, atau


ダン

(modan gaaru), sebuah kata baru yang muncul di tahun 1920 dan disingkat
(moga ) yaitu kegiatan meniru dari Barat yang menjadi tetap. Moga

melambangkan cara hidup kosmopolitan/internasional, dan menurut kamus Akira
Miura di „ „English‟ in Japanese,‟ berarti „gadis muda di tahun 1920-an yang

menggunakan rambut pendek, high heels, dan rok panjang‟ (Miura dalam Munshi
2001:56). Gambaran dangkal ini mengingkari pengaruh yang sangat dalam pada
wanita Jepang dalam kehidupan sosial, dan melemahkan pengaruh kuat pada
gambaran diri Jepang sendiri. Menurut Darrel William Davis : „Moga adalah
sebuah simbol kebebasan modern dari pemberontakan melawan sistem patriarki ...
Dia adalah gambaran perdebatan hebat di jalanan Tokyo, sebagai perwujudan
jujur dari seksualitas feminin,‟ dan Darrel menentang itu „dalam konteks Jepang,
dia/moga ditandai sebagai „kemajuan‟ akibat westernisasi dari Jepang lama.
(Davis dalam Munshi 2001:56).
Tahun 1920 merupakan tanda kedua dari tiga periode penting dalam
modernisasi di sejarah baru Jepang yang mana sejarawan Ann Wasuro
mengidentifikasi, tanda yang pertama di tahun 1880 dan awal 1900, periode

6
Universitas Sumatera Utara

setelah Restorasi Meiji di tahun 1868, ketika Jepang membuka hubungan
perdagangan dengan Barat setelah dua abad mengisolasi diri dari dunia luar.
Tanda ketiga adalah di tahun 1970 sampai 1980-an, saat ketika industri teknik
mesin Jepang bangkit dalam ekonomi pasar global.

Jepang merupakan salah satu negara maju dalam bidang industri, ilmu
pengetahuan dan teknologi. Masyarakat Jepang bangkit dari titik terendah setelah
kalah total di Perang Dunia II yang berakibat sangat luar biasa dan mampu
mengubah negara mereka menjadi salah satu negara pemimpin industri di dunia.
Di abad ke 18 Jepang membuka diri dan mengadakan restorasi besar-besaran yang
dinamakan Restorasi Meiji. Jepang tidak hanya membuka dirinya untuk pengaruh
Barat, namun juga meniru banyak hal dari Barat. Mulai dari sistem pemerintahan,
hukum, ilmu pengetahuan, teknologi dan juga ideologi. Hal inilah yang membuat
westernisasi berkembang secara luas di Jepang. Westernisasi telah mempengaruhi
Jepang dalam banyak hal, termasuk memodernisasi peran wanita Jepang.
Perilaku individu dalam kesehariannya hidup bermasyarakat berhubungan
erat dengan peran. Karena peran mengandung hal dan kewajiban yang harus
dijalani seorang individu dalam bermasyarakat. Meskipun Jepang termasuk salah
satu negara paling modern di dunia saat ini, konsep pemisahan kerja antara pria
dan wanita masih sangat mengakar di masyarakat Jepang. Dan telah menjadi
paradigma yang susah untuk dirubah karena mindset masyarakat telah terbentuk
bahwa wanita tidak boleh lebih superior dari pria sebagai kepala keluarga. Sesuai
dengan konsep Ryosaikenbo (istri yang baik dan ibu yang bijaksana) yang
berkembang di masa Meiji. Gelombang westernisasi telah membuat banyak kaum
wanita Jepang yang ingin menjadi sederajat dengan pria, setelah melihat contoh

7
Universitas Sumatera Utara

yang ada di negara-negara Barat. Wanita Jepang berjuang untuk mendapatkan
kesetaraan hak dengan pria dalam lingkungan rumah tangga, pendidikan dan
pekerjaan.
Berdasarkan pada uraian di atas, penulis tertarik untuk membahas tentang
fenomena westernisasi dan bagaimana pengaruhnya bagi kaum wanita di Jepang
dengan judul “ Westernisasi dan Pengaruhnya dalam Memodernisasi Peran
Wanita Jepang”.
4.2

Perumusan Masalah
Permasalahan dalam penelitian ini adalah pengadopsian segala hal berbau

Barat yang terjadi di Jepang pada sekitar akhir abad ke-18, yang disebut dengan
istilah „westernisasi‟ serta pengaruhnya dalam memodernisasi peran wanita
Jepang dalam lingkungan rumah tangga, pekerjaan dan pendidikan. Untuk
memperlancar jalannya penelitian ini, ada beberapa pertanyaan penelitian yang
ingin penulis cari jawabannya, yaitu antara lain :

1. Bagaimana sejarah westernisasi yang terjadi di masa Meiji dan setelah
Perang Dunia II.
2. Bagaimana peran wanita Jepang sebelum dan sesudah Restorasi Meiji.
3. Bagaimana peran wanita Jepang sesudah Perang Dunia II.

4.3

Ruang Lingkup Pembahasan

Dalam skripsi ini penulis akan membahas mengenai westernisasi yang
terjadi di Jepang, pengaruh westernisasi bagi kehidupan masyarakat Jepang
khususnya bagi wanita Jepang dan membandingkan peran wanita Jepang sebelum

8
Universitas Sumatera Utara

Restorasi Meiji sampai sesudah Perang Dunia II dalam lingkungan rumah tangga,
pekerjaan dan pendidikan.
Namun penulis menganggap diperlukan pembatasan ruang lingkup dalam
pembahasan selanjutnya. Hal tersebut dimaksudkan agar masalah penelitian tidak
menjadi terlalu luas dan berkembang jauh dari topik penelitian.
Dalam penulisan skripsi ini penulis membatasi permasalahannya, yaitu :
1. Tahun 1946 diambil sebagai batasan karena pada tahun ini mulai berlaku
Undang-Undang Baru (yang mendapat pengaruh dari Amerika) yang
menggantikan Undang-Undang Meiji.
2. Wanita Jepang yang menjadi objek dalam penulisan skripsi ini dibatasi
hanya pada :
─ Wanita yang lahir di zaman Edo dan sebelum tahun 1935 yang
dibesarkan dibawah nilai-nilai sebelum Perang Dunia II (sebagai
latar belakang).
─ Wanita yang lahir antara tahun 1946 dan 1955 atau kelompok
wanita yang menjadi generasi pertama setelah Perang Dunia II.
Wanita-wanita ini dalam kehidupannya banyak dipengaruhi oleh
nilai-nilai setelah perang dan menjadi saksi dari masa transisi
antara nilai peranan tradisional wanita dengan golongan wanita
liberal dari zaman industri.
3. Pengaruh westernisasi yang dibahas lebih berfokus pada dampaknya pada
kehidupan wanita Jepang di lingkungan rumah tangga, pekerjaan dan
pendidikan.

9
Universitas Sumatera Utara

Penulis tidak akan membahas pengaruh westernisasi dalam sistem
pemerintahan, hukum dan ekonomi di negara Jepang secara mendalam. Sistem
pendidikan yang dibahas di proposal skripsi ini pun hanya akan terfokus pada
perubahan sistem pendidikan bagi wanita Jepang.
4.4

Tinjauan Pustaka dan Kerangka Teori
a. Tinjauan Pustaka
Menganalisa data pada umumnya ataupun isi dari suatu kebudayaan

masyarakat tertentu, sebaiknya kita mengetahui dahulu “unsur-unsur kebudayaan
universal” (cultural universal). Kebudayaan universal adalah unsur-unsur yang
ada dalam semua kebudayaan diseluruh dunia, baik yang kecil maupun yang
bersahaja, terisolasi maupun yang besar dan kompleks dengan sesuatu jaringan
hubungan yang luas. Menurut C. Kluckhon, unsur-unsur kebudayaan universal
dalam kebudayaan di dunia ini ada tujuh, yaitu: (1) bahasa , (2) sistem teknologi,
(3) mata pencaharian hidup atau ekonomi , (4) organisasi sosial, (5) sistem
pengetahuan, (6) religi, (7) kesenian (Koentjaraningrat 1976:203-204)

Menurut Suryohadiprojo, kebudayaan adalah hasil dari budi-daya dan hasil
dari pemikiran manusia. Sistem keluarga tradisional Jepang ie, adalah salah satu
contoh kebudayaan Jepang yang telah ada sejak pemerintahan feodalisme
Tokugawa berkuasa di Jepang. Ie merupakan unit dasar dari organisasi sosial
tradisional di Jepang, anggota keluarga dalam sistem ie menjalankan bisnis
keluarga dan mempertahankan garis keluarga dari generasi ke generasi. Tugas
utama anggota keluarga adalah menjaga nama leluhur mereka serta melestarikan
kelangsungan dan kemakmuran ie mereka. (Vogel 1971: 65)

10
Universitas Sumatera Utara

Seorang pakar sosiologi keluarga, William J. Goode dalam artikel Etty
Nurhayati Anwar: “Eksistensi kaku kazoku dan ie dalam masyarakat Jepang
dewasa ini” menyatakan bahwa : “Keluarga adalah satu-satunya lembaga sosial,
disamping agama, yang secara resmi telah berkembang di semua masyarakat”.
Keluarga merupakan bentuk masyarakat yang terkecil, dan merupakan tempat
awal pembentukan sifat dan karakter seorang manusia. Sejak dilahirkan seorang
individu diasuh, dididik dan dibesarkan dalam lingkungan keluarga dan menjadi
bagian dari masyarakat.
Menurut Cie Nakane, sistem ie mempengaruhi seluruh aspek kehidupan
masyarakat Jepang, seperti kehidupan sehari-hari, pernikahan, kepercayaan, cara
berpikir bahkan semua aktivitas pekerjaan, sangat terikat dan tidak bisa
dipisahkan dari struktur ie. Sejak zaman Edo sampai akhir Perang Dunia II, sistem
keluarga Jepang diatur oleh konsep ie, bahkan sistem ini mendapat pengakuan
secara hukum dalam Kode Hukum Sipil Meiji. Hukum pada waktu itu
menetapkan bahwa kedudukan seorang wanita dalam sistem ie adalah mengabdi
dengan setia kepada kepala rumah tangganya seumur hidup. Wanita tunduk
kepada ayahnya, kemudian suaminya, dan pada hari tuanya kepada anak lakilakinya yang menduduki posisi kepala keluarga. Seorang istri tidak dapat
bertindak tanpa persetujuan suaminya.
Berdasarkan pendapat para pakar, maka dapat disimpulkan sistem keluarga
tradisional Jepang (ie) yang telah ada sejak pemerintahan Tokugawa itu telah
menentukan posisi wanita Jepang dalam keluarga. Bahkan seluruh aspek
kehidupan seperti pernikahan, kepercayaan, cara berpikir dan pekerjaan, sangat
terikat dan tidak bisa dipisahkan dari struktur ie. Dalam sistem ie ini tugas wanita

11
Universitas Sumatera Utara

adalah mengabdi dengan setia kepada kepala rumah tangganya seumur hidup.
Namun seiring dengan perubahan zaman dan westernisasi yang terjadi di
Jepang, Kode Hukum Sipil berubah mengikuti pengaruh Barat. Tradisi sistem
keluarga ie perlahan-lahan mulai ditinggalkan oleh generasi muda Jepang. Kaum
wanita dalam Hukum Sipil yang baru mendapatkan penghormatan hak perorangan
serta persamaan hak diantara jenis kelamin. Izin kepala keluarga bagi pernikahan
tidak lagi diperlukan, sehingga wewenang orangtua dalam permasalahan ini hanya
diakui sejauh orang tua masih merupakan wali dari anak-anaknya yang belum
akil baliq. Ini memungkinkan wanita Jepang menikah atas keinginannya sendiri,
tidak lagi menikah karena perjodohan dari orang tuanya. Hukum perceraian juga
memberi perlindungan kaum wanita dan jaminan akan kesejahteraan anak.
Westernisasi juga telah merubah pola pikir wanita untuk dapat bekerja dan
mendapatkan pendidikan. Perkembangan kapitalisme Jepang mendorong banyak
wanita untuk meninggalkan rumah, menuntut ilmu sampai ke perguruan tinggi
dan memasuki pasaran tenaga kerja. Ini memberikan indikasi bahwa para istri
tidak hanya memikul tanggung-jawab atas pengelolaan rumah tangga, melainkan
juga atas merawat anak, mengurus pendidikan anak dan sekaligus menjadi
penopang ekonomi keluarga.

b. Kerangka Teori

Kerangka teori berfungsi sebagai pendorong proses berpikir deduktif yang
bergerak dari bentuk abstrak kedalam bentuk yang nyata. Dalam penelitian suatu
kebudayaan masyarakat diperlukan satu atau lebih teori pendekatan yang sesuai
dengan objek dan tujuan dari penelitian ini (Keonjtaraningrat 1976:1).

12
Universitas Sumatera Utara

Dalam

penelitian

ini

digunakan

teori

pendekatan

fenomenologis.

Pendekatan tersebut menekankan rasionalitas dan realitas budaya yang ada serta
berusaha memahami budaya dari sudut pandang pelaku budaya tersebut. Peneliti
dalam pendekatan fenomenologis berusaha memahami arti peristiwa dan kaitkaitannya terhadap orang-orang biasa dalam situasi-situasi tertentu (Moleong
1994: 8).
Salah satu pengaruh Restorasi Meiji adalah sikap pemujaan terhadap Barat
yang berlebihan, yang disebut dengan westernisasi. Sikap ini mulai tumbuh
semenjak zaman Meiji dan semakin berkembang pada zaman Taisho.
Westernisasi banyak memberi pengaruh dan memodernisasi Jepang dalam
berbagai bidang kehidupan. Modernisasi menurut pakar Wilbert E Moore, adalah
suatu transformasi total kehidupan bersama yang tradisional atau pramodern
dalam arti teknologi serta organisasi sosial kearah pola-pola ekonomis dan politis
yang menjadi ciri negara Barat yang stabil.
Modernisasi bermula dengan proses diferensiasi struktural , yang mencakup
evolusi

dari

struktur-struktur

berfungsi

ganda

menjadi

struktur-struktur

berperanan khusus. Dalam arti formal, diferensiasi struktur dapat didefenisikan
sebagai “suatu proses pembedaan suatu peranan atau organisasi sosial menjadi
dua atau lebih peranan atau organisasi . . . yang secara struktural berbeda satu
sama lain, tetapi secara bersama-sama fungsinya serupa dengan unit asli”
(Goldscheider 1985:136). Proses modernisasi ini menyebabkan munculnya
berbagai perubahan keadaan sosial budaya masyarakat Jepang. Salah satunya
adalah memodernisasi peran wanita Jepang.

13
Universitas Sumatera Utara

Dengan demikian, pendekatan fenomenologis digunakan untuk menafsirkan
pengaruh fenomena atau gejala yang ditemukan dalam westernisasi pada
masyarakat Jepang. Penelitian juga dilihat dari persfektif serta waktu terjadinya
fenomena-fenomena yang diselidiki. Fenomena yang terjadi pada objek penelitian
ini memiliki aspek historis atau sejarah di dalamnya. Salah satu faktor pengaruh
fenomena westernisasi ini adalah munculnya Wanita Modern atau

ダン



(modan gaaru). Moga melambangkan cara hidup kosmopolitan/internasional dan
merupakan tanda emansipasi wanita. Sifat wanita berubah dari yang lebih
tradisionil menjadi lebih modern. Moga melepaskan cara berpikir dan berperasaan
yang telah berpuluh-puluh tahun serta berabad umurnya. Cara berpikir ini
sebenarnya adalah milik orang-orang Eropa, Amerika atau orang Barat yang ditiru
oleh orang Jepang.
4.5

Tujuan dan Manfaat Penelitian
a. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan judul skripsi ini “Westernisasi dan pengaruhnya dalam

memodernisasi peran wanita Jepang”, maka tujuan dari penulisan skripsi ini
adalah untuk :
1. Mendeskripsikan dan memberikan informasi mengenai westernisasi yang
terjadi di masa Meiji dan setelah Perang Dunia II.
2. Menjelaskan pengaruh westernisasi terhadap peran wanita Jepang sebelum
dan setelah Restorasi Meiji.
3. Menjelaskan pengaruh westernisasi terhadap peran wanita Jepang setelah
Perang Dunia II.

14
Universitas Sumatera Utara

b. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk pihak-pihak
tertentu baik penulis maupun pembaca, diantaranya:
1. Untuk peneliti sendiri diharapkan dapat menambah wawasan dan
pengetahuan tentang westernisasi dan pengaruhnya dalam memodernisasi
peran wanita Jepang.
2. Untuk pelajar-pelajar bahasa Jepang pada khususnya dan masyarakat pada
umumnya diharapkan dapat menambah informasi tentang kebudayaan
Jepang yang berhubungan dengan westernisasi yang terjadi di Jepang.
3. Untuk pembaca, penelitian ini dapat digunakan sebagai

bagian

perbandingan dengan penelitian-penelitian lain yang telah ada sebelumnya.

4.6

Metode Penelitian

Metode penelitian adalah suatu cara atau prosedur yang dipergunakan untuk
melakukan penelitian sehingga mampu menjawab rumusan masalah dan tujuan
penelitian. Metode penelitian merupakan cara utama yang digunakan peneliti
untuk mencapai tujuan dan menentukan jawaban atas masalah yang diajukan.
Dalam penelitian skripsi ini, penulis

menggunakan metode kualitatif,

informasi yang telah dikumpulkan diolah, dikelompokkan dan kemudian disajikan
dalam bentuk penjelasan-penjelasan. Sedangkan tipe penelitian adalah deskriptif.
Penelitian yang bersikap deskriptif yaitu yang memberikan gambaran secermat
mungkin

mengenai

(Koentjaraningrat

individu,

1976:30).

keadaan,
Metode

gejala,

penulisan

atau

kelompok

deskriptif

tertentu

analisis

yaitu

15
Universitas Sumatera Utara

menggambarkan dan langsung menganalisa permasalahan dengan memusatkan
pada buku-buku yang dibaca sebagai referensi.
Dalam mengumpulkan data-data penelitian ini, maka penulis menggunakan
teknik pengumpulan data dengan metode penelaahan kepustakaan. Metode
penelaahan kepustakaan didasarkan pada asumsi dari data atau pengetahuan yang
terkumpul dan pembelajaran dari penelitian-penelitian yang telah ada sebelumnya.
Data penelitian dikumpulkan melalui penelaahan buku, jurnal, skripsi dan artikel
internet untuk mendapatkan deskripsi yang komprehensif agar dapat dianalisa
secara kritis dan berpegang pada kerangka teoritis. Bahan-bahan bacaan untuk
penulisan skripsi ini diperoleh dari Perpustakaan Program Studi Sastra dan Bahasa
Jepang Universitas Sumatera Utara, Perpustakaan Umum Universitas Sumatera
Utara, internet, dan koleksi pribadi.

16
Universitas Sumatera Utara