T1__Full text Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Penggunaan Metode Tutor Sebaya Dalam Upaya Meningkatkan Keaktifan dan Hasil Belajar Siswa Dalam Pembelajaran TIK (Internet) di Kelas IX SMPN 08 Salatiga Semester I Tahun Pelajaran

Penggunaan Metode Tutor Sebaya Dalam Upaya
Meningkatkan Keaktifan dan Hasil Belajar Siswa Dalam
Pembelajaran TIK (Internet) di Kelas IX SMPN 08
Salatiga Semester I Tahun Pelajaran 2014/2015

Artikel Ilmiah

Peneliti:
Libertho Oscar Telenzy (702010108)
M. A. Ineke Pakereng, M.Kom.
Mila Chrismawati Paseleng, S.Si., M.Pd.

Program Studi Pendidikan Teknik Informatika dan Komputer
Fakultas Teknologi Informasi
Universitas Kristen SatyaWacana
Salatiga
Desember 2014

Penggunaan Metode Tutor Sebaya Dalam Upaya
Meningkatkan Keaktifan dan Hasil Belajar Siswa Dalam
Pembelajaran TIK (Internet) di Kelas IX SMPN 08

Salatiga Semester I Tahun Pelajaran 2014/2015
Artikel Ilmiah
Diajukan kepada
Fakultas Teknologi Informasi
Untuk memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Komputer

Peneliti :
Libertho Oscar Telenzy (702010108)
M. A. Ineke Pakereng, M.Kom.
Mila Chrismawati Paseleng, S.Si., M.Pd.

Program Studi Pendidikan Teknik Informatika dan Komputer
Fakultas Teknologi Informasi
Universitas Kristen SatyaWacana
Salatiga
Desember 2014

i

ii


iii

iv

v

vi

vii

Penggunaan Metode Tutor Sebaya Dalam Upaya Meningkatkan Keaktifan
dan Hasil Belajar Siswa Dalam Pembelajaran TIK (Internet) di Kelas IX
SMPN 08 Salatiga Semester I Tahun Pelajaran 2014/2015
1)

Libertho Oscar Telenzy, 2) Mila Chrismawati Paseleng,
3)
M. A. Ineke Pakereng
Fakultas Teknologi Informasi

Universitas Kristen SatyaWacana
Jl. Diponegoro 52-60, Salatiga 50711, Indonesia
Email: 1) 702010108@student.uksw.edu, 2)Mila.Paseleng@staff.uksw.edu,
3)
ineke.pakereng@staff.uksw.edu
Abstract

The purpose of this study is improve the student learning activity and
student learning outcomes using peer tutoring method in ICT subject. This study
used classroom action research, which in every cycle have four stages: plan, act,
observe and reflect. The research instruments used are test, observation, dan
documentary studies. The population in this study are students of grade IX at SMP
Negeri 8 in Salatiga, and the sample used in this study are grade IX B with a
total sample 30 students. The results showed the used of peer tutoring methods
can improve the student learning activity and students learning outcomes in ICT
subject. This is evidenced by an increase of student learning activity in each
meeting and increase the students learning outcomes in each cycle.
Keywords: peer tutoring method, student activity, students learning outcomes
Abstrak


Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan keaktifan dan hasil belajar
siswa menggunakan metode tutor sebaya dalam pelajaran TIK. Metode penelitian
yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK), dimana di setiap
siklusnya terdiri dari empat tahapan yaitu: perencanaan, pelaksanaan, observasi
dan refleksi. Instrumen yang digunakan berupa tes, observasi dan dokumentasi.
Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas IX SMP N 8 salatiga, dan sampel
yang digunakan adalah kelas IX B dengan total sampel 30 siswa. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa penggunaan metode tutor sebaya dapat meningkatkan
keaktifan dan hasil belajar siswa pada pembelajaran TIK. Hal ini dapat dibuktikan
dengan peningkatan persentase keaktifan siswa pada setiap pertemuan dan hasil
belajar siswa pada setiap siklus.
Kata Kunci: Metode Tutor Sebaya, Keaktifan Siswa, Hasil Belajar, Penelitian Tindakan
Kelas
1)

Mahasiswa Fakultas Teknologi Informasi Program Studi Pendidikan Teknik Informatika dan
Komputer, Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga.
2)
Staff Pengajar Fakultas Teknologi Informasi, Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga.
3)

Staff Pengajar Fakultas Teknologi Informasi, Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga

viii

1.

Pendahuluan

SMP Negeri 8 Salatiga mendapatkan fasilitas komputer yang jumlahnya
cukup banyak dan fasilitas internet yang memadai dari sekolah, tapi pada
kenyataannya komputer-komputer tersebut tidak semuanya dapat difungsikan
untuk proses belajar mengajar di dalam lab. Untuk mengatasi hal tersebut, guru
memilih strategi dengan membagi murid menjadi dua kelompok, dimana selama
satu jam pelajaran satu kelompok siswa masuk di lab dan dibimbing oleh guru
untuk praktek, sedangkan kelompok siswa lainnya mengerjakan tugas tanpa
diawasi oleh guru, proses ini bergantian setelah satu jam pelajaran selesai. Situasi
seperti ini membuat pembelajaran menjadi tidak efektif karena keterbatasan waktu
dan kelas tidak dikelola dengan baik. Selanjutnya pada saat praktek, didapati
permasalahan lain, yaitu adanya perbedaan kemampuan siswa dalam hal
mengoperasikan komputer. Terdapat beberapa siswa yang sangat menguasai cara

mengoperasikan komputer, tapi ada beberapa siswa yang sama sekali belum dapat
untuk mengoperasikan komputer, hal ini membuat siswa mempunyai kemampuan
rendah, merasa minder dan cenderung tidak aktif. Keadaan-keadaan seperti ini
secara tidak langsung berpengaruh terhadap ketuntasan atau hasil belajar siswa
yang diharapkan, tidak tercapai dengan maksimal. Hal ini menunjukkan pemilihan
strategi pembelajaran berpengaruh terhadap keaktifan dan hasil belajar siswa.
Melihat permasalahan tersebut, maka diperlukan strategi pembelajaran
yang tepat untuk diterapkan oleh guru, agar siswa menjadi lebih aktif dalam
pembelajaran sekaligus dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Salah satu metode
pembelajaran yang dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa adalah
dengan menggunakan metode tutor sebaya. Metode tutor sebaya adalah sebuah
metode pembelajaran yang dilakukan dengan cara memberdayakan siswa yang
memiliki daya serap yang tinggi, siswa yang dapat membimbing, siswa yang
dapat membantu dari kelompok siswa itu sendiri untuk menjadi tutor bagi temantemannya [1]. Dalam metode tutor sebaya, siswa tidak hanya berperan sebagai
pendengar, tapi juga sebagai sumber ilmu bagi temannya.
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka akan dilakukan uji coba
pembelajaran dengan melakukan penelitian tindakan kelas tentang penggunaan
metode tutor sebaya dalam upaya meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa
pada mata pelajaran TIK, khususnya dalam materi ajar internet di kelas IX SMP
Negeri 08 Salatiga.

2.

Tinjauan Pustaka

Beberapa penelitian yang pernah dilakukan terkait penggunaan metode
tutor sebaya, yang menjadi acuan dalam penelitian ini, dijelaskan sebagai berikut.
Penelitian yang dilakukan oleh Satriyanti (2013), membahas tentang Penerapan
Metode Pembelajaran Tutor Sebaya Terhadap Peningkatan Prestasi Belajar IPA
Pokok Bahasan Alat Indra Bagi Siswa Kelas IV MI Tarbiyatul Ulum Desa
Jembrak Kecamatan Pabelan Kabupaten Semarang Tahun Ajaran 2013/2014
(PTK Kolaboratif), menunjukkan bahwa prestasi belajar mengalami peningkatan

1

setelah menggunakan metode pembelajaran tutor sebaya. Hal ini dibuktikan
dengan peningkatan persentase siswa yang lulus KKM dari siklus I, II, dan III [2].
Penelitian yang dilakukan oleh Syahbandi (2013), membahas tentang
Penerapan Metode Pembelajaran Tutor Sebaya Dalam Upaya Meningkatkan Hasil
Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Melakukan Pekerjaan Mekanik Dasar Di
Kelas X SMK Negeri 1 Stabat Tahun Ajaran 2012/2013, disimpulkan bahwa

dengan penggunaan metode tutor sebaya dapat meningkatkan hasil belajar dalam
pembelajaran MPMD pada pembahasan mendeskripsikan cara penggunaan
peralatan tangan [3].
Penelitian lain yang juga menggunakaan metode tutor sebaya dilakukan
oleh Nafisah (2010), membahas tentang Upaya Peningkatan Keaktifan Belajar
Siswa Pada Mata Pelajaran Al-Qur’an Hadits Pokok Bahasan Membaca AlQur’an Surat Pendek Pilihan Dengan Metode Tutor Sebaya (Peer Teaching) Pada
Siswa Kelas VIII-H MTSN 1 Semarang Tahun Pelajaran 2009-2010. Dari hasil
penelitian yang telah dilakukan menunjukan bahwa metode tutor sebaya dapat
meningkatkan keaktifan belajar siswa pada pelajaran Al-Qur’an Hadits. Hal ini
dibuktikan dengan peningkatan keaktifan siswa dari pra siklus sampai siklus II
[4].
Berdasarkan beberapa penelitian sebelumnya yang membahas terkait
penggunaan metode tutor sebaya dalam berbagai kasus, maka dilakukan penelitian
yang membahas tentang penggunaan metode tutor sebaya dalam upaya
peningkatan keaktifan dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran TIK, khususnya
dalam materi ajar internet di kelas IX SMP Negeri 08 Salatiga. Dalam penelitian
ini, uji coba pembelajaran dilakukan dengan penelitian tindakan kelas.
Metode adalah cara yang digunakan oleh guru dalam melaksanakan
kegiatan belajar mengajar di kelas, sebagai upaya untuk mencapai tujuan
pembelajaran yang telah ditetapkan [5]. Tutor adalah orang yang memberi

pelajaran (membimbing) kepada seseorang atau sejumlah kecil siswa [6]. Sebaya
adalah anak-anak atau remaja yang memiliki usia atau tingkat kematangan yang
kurang lebih sama [7]. Metode tutor sebaya adalah suatu metode pembelajaran
yang dilakukan dengan cara memberdayakan siswa yang memiliki daya serap
yang tinggi dari kelompok siswa itu sendiri untuk menjadi tutor bagi temantemannya, dimana siswa yang menjadi tutor bertugas untuk memberikan materi
belajar dan latihan kepada teman-temannya yang belum paham terhadap
materi/latihan yang diberikan guru, dengan dilandasi aturan yang telah disepakati
bersama dalam kelompok tersebut, sehingga akan terbangun suasana belajar
kelompok yang bersifat kooperatif bukan kompetitif [1]. Berdasarkan hal tersebut,
dapat disimpulkan bahwa tutor sebaya adalah suatu metode pembelajaran yang
dilakukan dengan cara memberdayakan siswa yang memiliki daya serap yang
tinggi, siswa yang dapat membimbing, dan siswa yang dapat membantu temantemannya untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Langkah-langkah pelaksanaan metode tutor sebaya [8], dijelaskan sebagai
berikut: 1) Pemilihan Materi, pilihlah materi yang memungkinkan materi tersebut
dapat dipelajari peserta didik secara mandiri; 2) Pembagian Kelompok, bagilah
peserta didik menjadi kelompok-kelompok. Kemudian peserta didik yang lebih
pandai disebar dalam setiap kelompok dan akan bertindak sebagai tutor; 3)

2


Pembagian Materi, masing-masing kelompok diberikan tugas untuk mempelajari
satu sub materi dan setiap kelompok akan dipandu oleh siswa yang lebih pandai
(tutor). Instruksi guru pada bagian ini sangat penting, sebab jika instruksi tidak
jelas, maka penggunaan metode tidak akan berjalan dengan maksimal; 4) Waktu,
berikan peserta didik waktu yang cukup untuk persiapan, baik dalam kelas
maupun di luar kelas; 5) Diskusi Kelompok, ketika semua kelompok sedang
bekerja, sebaiknya guru mengawasi jalannya proses diskusi. Guru dapat
membantu apabila terjadi pemahaman yang salah. Tetapi tidak mengambil alih
kepemimpinan kelompok; 6) Laporan Tim, setiap kelompok melalui wakilnya
menyampaikan sub materi sesuai dengan tugas yang diberikan dan yang telah
dipelajari. Guru bertindak sebagai narasumber utama; 7) Kesimpulan, setelah
semua kelompok menyampaikan tugasnya secara berurutan sesuai dengan urutan
sub materi, guru memberikan kesimpulan dan klarifikasi seandainya ada
pemahaman peserta didik yang perlu diluruskan; dan 8) Tes, membagi soal tes dan
memberikan cukup waktu bagi semua peserta didik untuk menyelesaikannya,
dimana hasil tes ini berfungsi untuk mengukur keberhasilan metode tutor sebaya
(peer teaching) dalam pembelajaran. Test dilakukan pada pertemuan terakhir
setiap siklus.
Belajar merupakan perubahan tingkah laku atau penampilan, dengan
serangkaian kegiatan misalnya dengan membaca, mengamati, mendengarkan,

meniru, dan lain sebagainya [9]. Hasil belajar adalah terjadinya perubahan tingkah
laku pada diri seseorang yang dapat diamati dan diukur bentuk pengetahuan, sikap
dan keterampilan [10]. Jadi dapat disimpulkan hasil belajar adalah perubahan
tingkah laku atau penampilan, dengan serangkaian kegiatan yang dapat diamati
dan diukur dalam bentuk pengetahuan, sikap dan keterampilan.
Aktif dalam proses pembelajaran dimaksudkan bahwa, guru harus
menciptakan suasana sedemikian rupa, sehingga siswa aktif bertanya,
mempertanyakan, dan mengemukakan gagasan [5]. Keaktifan meliputi interaksi
guru dengan siswa, dan siswa dengan siswa lainnya [11]. Belajar secara aktif
berarti keterlibatan siswa dalam aktivitas pembelajaran sangat dominan. Keaktifan
siswa selama proses belajar tergantung pada interaksi siswa dengan
lingkungannya [12]. Jadi dapat disimpulkan keaktifan belajar adalah keterlibatan
siswa dalam suatu pembelajaran seperti bertanya, dan mengemukakan gagasan.
Ciri dari keaktifan belajar adalah sebagai berikut: 1) Pengetahuan dialami
(pengalaman), dipelajari, dan ditemukan oleh siswa; 2) Siswa melakukan sesuatu
untuk memahami materi pelajaran (membangun pemahaman); 3) Siswa
mengkomunikasikan sendiri hasil pemikirannya; dan 4) Siswa berpikir reflektif
[5].

3.

Metode Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian yang dilakukan adalah
Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Tempat penelitian adalah SMP Negeri 8
Salatiga. Subyek penelitian adalah siswa kelas IX B SMP Negeri 8 Salatiga yang
terdiri dari 30 siswa, yaitu 17 laki-laki dan 13 perempuan. Mata pelajaran yang

3

dijadikan sarana penelitian adalah TIK. Tahapan penelitian dalam PTK, dapat
dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1 Tahapan Penelitian Tindakan Kelas Model Kemmis dan McTaggart [13]

Tahapan PTK model Kemmis dan McTaggart pada Gambar 1, terdiri dari
tiga tahap, yaitu: tahap perencanaan, tahap pelaksanaan tindakan dan observasi,
dan tahap refleksi [13], dijelaskan sebagai berikut.
Tahap perencanaan, pada tahap ini dilakukan pemilihan materi yang akan
diajarkan dan penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP),
berkolaborasi dengan guru mata pelajaran yang dalam penelitian ini akan
bertindak sebagai observer. Selain memilih materi dan menyusun RPP, juga
dilakukan pemilihan siswa yang akan menjadi tutor. Tutor dipilih berdasarkan
nilai hasil belajar dan diskusi antara guru mata pelajaran dan peneliti untuk
mengetahui siswa yang mempunyai kemampuan berkomunikasi yang baik dan
daya serap tinggi. Peneliti dalam penelitian ini akan bertindak sebagai guru.
Tahap pelaksanaan tindakan dan observasi, pada tahap pelaksanaan tindakan
akan dilaksanakan apa yang telah direncanakan pada tahap perencanaan, yaitu
menerapkan pembelajaran sesuai skenario yang telah disusun, sedangkan tahap
observasi dilaksanakan bersamaan dengan tahap pelaksanaan. Observasi
dilakukan untuk melihat keaktifan siswa dalam pembelajaran TIK dan melihat
keberhasilan penerapan metode belajar dalam pembelajaran TIK. Tahap refleksi,
merupakan tahap dimana dilakukan pembahasan atau pengkajian ulang apa yang
telah dilakukan pada tahap pelaksanaan tindakan dan observasi, kemudian
dijadikan acuan untuk perbaikan pada siklus selanjutnya. Dalam penelitian ini
peneliti bertindak sebagai guru.
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu tes,
dokumentasi, dan teknik observasi. Tes digunakan sebagai alat ukur untuk melihat
hasil belajar siswa dalam mata pelajaran TIK menggunakan metode tutor sebaya.
Dalam penelitian ini ada dua jenis tes yang digunakan, yaitu tes tertulis dan tes
unjuk kerja. Dokumentasi digunakan untuk memperoleh data awal siswa
(dokumen sekolah) dan juga digunakan ketika penelitian dengan dokumentasi
berupa foto-foto selama penelitian dilaksanakan. Observasi digunakan untuk

4

memperoleh data keaktifan siswa dan data keterlaksanaan sintaks metode tutor
sebaya.
Instrumen pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini berupa
lembar observasi dan lembar tes hasil belajar. Lembar observasi dan lembar tes
hasil belajar disusun berdasarkan indikator keaktifan siswa, langkah metode
pembelajaran, dan prosedur penyusunan instrumen.
Lembar observasi keaktifan disusun berdasarkan indikator keaktifan
menurut Asmani (2011), yaitu: pengalaman, interaksi, komunikasi dan refleksi
[5]. Dalam penelitian ini aspek interaksi dan komunikasi dijadikan satu,
dikarenakan interaksi dan komunikasi merupakan satu kesatuan dalam
pembelajaran. Indikator-indikator tersebut kemudian dijabarkan ke dalam
beberapa item pernyataan, terlihat pada Tabel 1.
Tabel 1 Indikator Keaktifan Siswa Yang Digunakan Dalam Instrumen Observasi
Penerapan Metode Tutor Sebaya Di Kelas IX B SMP Negeri 8 Salatiga [5]

No

Indikator

1

Pengalaman

2

Interaksi dan
Komunikasi

3

Refleksi

Pernyataan
1. Siswa menggunakan media/alat yang tersedia
selama proses pembelajaran berlangsung
2. Siswa membaca atau mencari literatur lain sebagai
sumber belajar yang menunjang jawaban dari
pertanyaan di LKS
1. Siswa mengajukan pertanyaan
2. Siswa mengemukakan pikiran atau pendapat
3. Siswa memberikan tanggapan dari pendapat
ataupun pertanyaan
1. Siswa mencatat apa yang telah dipelajari

Data observasi keaktifan siswa kemudian dinilai dengan kategori
penskoran sebagai berikut ini:
Skor 1 = Jika pernyataan tersebut dilakukan oleh siswa dalam kategori kurang.
Skor 2 = Jika pernyataan tersebut dilakukan oleh siswa dalam kategori cukup.
Skor 3 = Jika pernyataan tersebut dilakukan oleh siswa dalam kategori baik.
Skor 4 = Jika pernyataan tersebut dilakukan oleh siswa dalam kategori sangat baik
Untuk mengetahui keaktifan setiap siswa, dilakukan proses perhitungan
dengan menggunakan Persamaan 1 [14].
(1)

Nilai keaktifan siswa =

Kategori keaktifan siswa dibuat berdasarkan langkah Mundir (2012),
sehingga diperoleh [15].
Skor 1 – 1,9 = keaktifan kategori rendah
Skor 2 – 2,9 = keaktifan kategori sedang
Skor ≥ 3
= keaktifan kategori tinggi

5

Observasi dilakukan untuk melihat keterlaksanaan penerapan langkahlangkah metode tutor sebaya dalam pemebelajaran. Dalam observasi ini
pengamatan dilakukan terhadap kegiatan yang dilakukan oleh guru dan siswa
selama proses pembelajaran.
Tes dalam penelitian ini dibedakan menjadi dua, yaitu untuk mengukur
ranah kognitif dan ranah psikomotorik. Tes yang digunakan untuk mengukur
ranah kognitif diukur menggunakan tes tertulis berupa pilihan ganda, sedangkan
tes yang digunakan untuk mengukur ranah psikomotorik adalah tes tertulis dan tes
unjuk kerja. Instrumen tes disusun berdasarkan prosedur pembuatan butir soal.
Untuk mengetahui hasil belajar siswa, dengan menilai hasil tes menggunakan
rumus pada Persamaan 2 [14].
Nilai hasil belajar =

X 100

(2)

Dalam penelitian yang dilakukan, data dianalisis dengan menghitung ratarata nilai kelas dan persentase ketuntasan belajar.
Teknik analisis data yang digunakan yaitu teknik analisis uji ketuntasan
dan teknik analisis deskriptif komparatif. Analisis uji ketuntasan adalah analisis
membandingkan skor yang diperoleh dengan KKM. Analisis deskriptif
komparatif yaitu membandingkan nilai tes pra siklus (sebelum perbaikan) dengan
nilai tes antar siklus. Data berupa angka-angka disebut data kuantitatif dan data
berbentuk kata-kata atau penjelasan disebut data kualitatif [16].
Indikator kinerja merupakan tolak ukur keberhasilan tindakan perbaikan
pembelajaran yang akan dicapai. Dalam penelitian ini yang menjadi indikator
keberhasilan setelah pelaksanaan tindakan adalah sebagai berikut: 1) Peningkatan
hasil belajar ranah kognitif dan ranah psikomotorik siswa telah mencapai Kriteria
Ketuntasan Ideal, yaitu minimal 75% siswa yang memperoleh nilai di atas Kriteria
Ketuntasan Minimal (70); 2) Masing-masing indikator keaktifan siswa mencapai
75%; dan 3) Peningkatan keaktifan siswa dalam pembelajaran dinyatakan berhasil
apabila 75% siswa memperoleh kategori keaktifan tinggi [17].
4.

Hasil dan Pembahasan
Deskripsi pada Siklus I, dijelaskan sebagai berikut. Pertemuan pertama

dilaksanakan pada tanggal 20 Oktober 2014 jam pelajaran keenam dan ketujuh
yaitu jam 11.00-12.20 WIB, dengan alokasi waktu 2x40 menit. Pembelajaran
dimulai dengan guru bercerita tentang tokoh inspiratif yang berkecimpung dalam
dunia internet dan memberikan siswa motivasi, setelah itu guru menyampaikan
tujuan pembelajaran dan menjelaskan metode yang akan digunakan dalam
pembelajaran. Kegiatan inti dimulai dengan guru bertanya kepada murid tentang
pengalaman menggunakan internet, tapi siswa masih terlihat belum antusias untuk
menjawab. Setelah tanya jawab, guru menjelaskan secara singkat bagaimana cara
menjelajah dunia internet dan juga memperkenalkan browser sebagai aplikasi
untuk menjelajah internet. Kemudian untuk memulai kegiatan metode tutor
sebaya, siswa dibagi dalam beberapa kelompok tutoring. Dalam proses
pembagian kelompok, siswa yang mempunyai kemampuan lebih dan mempunyai

6

keaktifan lebih tinggi berperan sebagai tutor, sedangkan siswa lainnya berperan
sebagai teman kelompok. Dalam proses penunjukan siswa yang menjadi tutor,
guru tidak menjelaskan kepada siswa lainnya dasar pemilihan tutor. Hal ini
dilakukan untuk menghindari kecemburuan siswa yang tidak menjadi tutor
terhadap siswa yang menjadi tutor. Setelah kelompok tutoring terbentuk dan
masing-masing kelompok sudah mendapatkan satu buah komputer, guru
menginstruksikan dan memberikan kewenangan kepada setiap tutor untuk
membimbing kelompoknya masing-masing, untuk mempelajari cara menjelajah
internet menggunakan browser dan mengisi lembar kerja yang telah diberikan
oleh guru sebelumnya. Setelah kegiatan diskusi selesai (sesuai waktu yang
ditentukan), secara acak guru menunjuk salah satu perwakilan dari setiap
kelompok untuk mempresentasikan jawaban dari kelompoknya masing-masing.
Dalam kegiatan presentasi ini, guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk
bertanya kepada kelompok yang presentasi, dan dalam kegiatan ini guru juga
bertindak sebagai fasilitator untuk membantu dan meluruskan jika ada sesuatu
yang keliru dari jawaban atau pertanyaan siswa. Sebagai kegiatan penutup, guru
menyimpulkan apa yang telah dipelajari, dan memberikan tugas kepada siswa
untuk dikerjakan di rumah.
Pertemuan kedua dilaksanakan pada tanggal 27 Oktober 2014 jam
pelajaran keenam dan ketujuh yaitu jam 11.00-12.20 WIB, dengan alokasi waktu
2x40 menit. Pembelajaran dimulai dengan guru bertanya kepada murid tentang
apa yang telah dipelajari pada pertemuan sebelumnya, di sini terlihat beberapa
murid sudah mulai memiliki inisiatif untuk menjawab pertanyaan guru. Setelah itu
guru menjelaskan tujuan pembelajaran dan metode yang akan diterapkan dalam
pembelajaran, dan memberikan siswa motivasi dengan cara bercerita tentang
kisah bagaimana situs Facebook berdiri. Masuk pada kegiatan inti pembelajaran,
guru bertanya kepada siswa tentang pengalaman siswa dalam menjelajahi dunia
internet dan website apa saja yang pernah dikunjungi, dan terlihat beberapa siswa
punya inisiatif sendiri untuk menjawab, tapi semuanya adalah siswa yang menjadi
tutor. Kemudian guru menjelaskan dan mendemonstrasikan bagaimana caranya
membuka sebuah website, kegiatan ini dilakukan sebagai pengantar atau
gambaran awal untuk siswa sebelum masuk pada kegiatan tutoring. Setelah
menjelaskan materi secara singkat, guru membagi siswa dalam kelompokkelompok yang terdiri dari satu orang tutor dan dua atau tiga orang sebagai teman.
Kelompok tutor masih seperti pada pertemuan pertama. Selanjutnya guru
memberikan instruksi dan kewenangan kepada setiap tutor untuk membimbing
teman-teman pada kelompok tutoring masing-masing untuk membuka sebuah
website sambil mengerjakan lembar kerja yang telah diberikan oleh guru. Setelah
kegiatan tutoring selesai dilakukan, guru menunjuk salah satu perwakilan dari
setiap kelompok untuk mempresentasikan jawaban dari kelompoknya masingmasing. Dalam presentasi ini guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk
bertanya, jika ada yang merasa belum jelas. Pada kegiatan ini terlihat masih
sedikit siswa dari kelompok teman yang bertanya ataupun mengemukakan
pendapat. Sebagai penutup, guru menyimpulkan pembelajaran yang telah
dilakukan dan memberikan pengumuman bahwa pertemuan berikutnya adalah tes.

7

Pertemuan ketiga dilaksanakan pada tanggal 3 November 2014 dengan
jam dan alokasi waktu yang sama seperti pada pertemuan pertama dan kedua.
Pada pertemuan ketiga tidak dilaksanakan pembelajaran dengan metode tutor
sebaya, tapi digunakan untuk tes evaluasi siklus I.
Setelah dilaksanakannya pembelajaran dengan menerapkan metode tutor
sebaya pada siklus I, dilakukan refleksi bersama observer (guru mata pelajaran
dan teman sejawat) dan perwakilan siswa untuk membahas hasil kegiatan pada
siklus I. Berdasarkan hasil observasi terdapat siswa yang masih malu bertanya dan
terlihat pasif, dan ada beberapa tutor yang belum dapat menjelaskan materi
dengan baik kepada temannya. Hal ini dikarenakan siswa masih belum terbiasa
dengan metode tutor sebaya. Kemudian dari evaluasi hasil belajar, persentase
siswa yang tuntas belum mencapai indikator keberhasilan. Oleh karena itu
diperlukan tindakan pada siklus II dengan beberapa perbaikan. Beberapa
perbaikan tersebut adalah: 1) Guru harus memberikan instruksi yang jelas dalam
penerapan metode; 2) Guru harus meningkatkan bimbingan kepada murid untuk
membantu tutor ketika diskusi; 3) Guru diharapkan mampu meningkatkan
pengelolaan waktu dalam kegiatan pembelajaran; dan 4) Perlu dilakukan usahausaha untuk mengaktifkan peserta didik di siklus II, karena keaktifan peserta didik
belum mencapai indikator yang ditentukan.
Kegiatan PTK yang dilaksanakan selama siklus I, ditunjukkan pada
Gambar 2.

Gambar 2(a) Observer Yang Sedang
Melakukan Observasi

Gambar 2(b) Proses Tutoring

Gambar 2(c) Tes Evaluasi

Deskripsi pada Siklus II , dijelaskan sebagai berikut. Pertemuan pertama

dilaksanakan pada hari Senin tanggal 17 November 2014 pada jam keenam dan
ketujuh yaitu jam 11.00-12.20 WIB, dengan alokasi waktu 2x40 menit.
Pembelajaran dibuka oleh guru dengan bercerita tentang tokoh inspiratif pemilik

8

situs yahoo.com, kegiatan ini bertujuan untuk memotivasi siswa. Setelah itu guru
menyampaikan tujuan pembelajaran dan menjelaskan metode yang akan
digunakan dalam pembelajaran, dalam hal ini guru menjelaskan cara kerja metode
tutor sebaya dengan lebih sabar agar siswa betul-betul mengerti dan penerapan
metode lebih efektif. Selanjutnya, masuk ke dalam kegiatan inti, guru bertanya
kepada siswa tentang pengalaman menggunakan email, dalam kegiatan ini terlihat
siswa begitu antusias untuk menjawab. Kegiatan ini bertujuan utuk menggali
kemampuan siswa dan mengetahui sejauh mana siswa mengenal hal yang akan
dipelajari yaitu email. Kemudian untuk memperkuat gambaran siswa tentang
materi yang akan dipelajari, guru menjelaskan materi dan mendemonstrasikan
bagaimana cara membuat email secara singkat.. Setelah penjelasan singkat, siswa
bergabung dengan kelompok tutornya, kelompok tutoring masih sama seperti
pada siklus I. Setelah kelompok tutoring terbentuk dan masing-masing kelompok
sudah mendapatkan satu buah komputer, maka guru sekali lagi menjelaskan
bagaimana cara kerja pembelajaran dengan menggunakan metode tutor sebaya
dan apa saja yang dikerjakan dalam kelompok serta peran masing-masing siswa.
Setelah itu, barulah guru menginstruksikan dan memberikan kewenangan kepada
tutor untuk membimbing teman-teman kelompok tutoring-nya, untuk membuat
sebuah email bagi setiap siswa, sambil mengerjakan lembar kerja yang telah
diberikan oleh guru. Dalam proses tutoring terlihat siswa mulai aktif untuk
bekerja sama dalam mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru, dengan
bimbingan tutornya masing-masing, siswa telah punya inisiatif sendiri
menggunakan media lain sebagai sumber penunjang pembelajaran. Setelah proses
tutoring selesai dilaksanakan, secara acak guru menunjuk salah satu perwakilan
dari setiap kelompok untuk mempresentasikan jawaban dari masing-masing
kelompok. Dalam kegiatan presentasi ini, guru memberikan kesempatan kepada
peserta didik untuk bertanya, dan guru meluruskan jika ada jawaban yang keliru
atau ada yang masih kurang dimengerti dengan jawaban temannya. Dalam
kegiatan ini terlihat peningkatan frekuensi siswa yang bertanya, dan siswa yang
menjawab tidak hanya siswa-siswa tertentu, tapi semua siswa yang ada juga ikut
berpendapat. Setelah tahap presentasi selesai, guru menyimpulkan pembelajaran
yang telah dilakukan. Sebagai penutup, guru memberikan tugas kepada peserta
didik yang berkaitan dengan materi yang akan dipelajari pada pertemuan
berikutnya.
Pertemuan kedua diadakan pada hari Senin tanggal 24 November 2014
jam pelajaran keenam dan ketujuh yaitu jam 11.00-12.20 WIB, dengan alokasi
waktu 2x40 menit. Pembelajaran dimulai dengan guru bertanya kepada siswa
tentang apa yang telah dipelajari pada pertemuan sebelumnya, kemudian guru
menjelaskan tujuan pembelajaran, dan metode yang akan diterapkan dalam
pembelajaran. Setelah itu guru bercerita tentang perkembangan email dari zaman
ke zaman. Ini bertujuan untuk memotivasi siswa agar menggunakan email dengan
benar sesuai fungsi dan tujuan yang benar juga. Setelah pemberian motivasi
kepada siswa, guru kemudian masuk dalam inti pembelajaran yaitu dengan
menjelaskan dan mendemonstrasikan bagaimana caranya melampirkan sebuah file
gambar dan file dokumen secara singkat. Kegiatan ini bertujuan untuk
memberikan siswa gambaran bagaimana caranya membuat email sebelum siswa

9

mencoba sendiri dengan dibimbing oleh tutornya masing-masing nantinya.
Setelah penjelasan singkat, siswa bergabung pada kelompok tutornya masingmasing. Kelompok tutor masih sama seperti pada pertemuan sebelumnya.
Sebelum memulai tutoring, sekali lagi guru menjelaskan bagaimana cara kerja
metode tutor sebaya dan apa peran setiap siswa di dalam kelompok tutoring.
Setelah dipastikan semuanya merasa jelas, guru memberikan instruksi dan
kewenangan kepada setiap tutor untuk membimbing teman-teman pada kelompok
tutoring masing-masing, untuk melampirkan file di email dan mengirimnya,
sambil mengerjakan lembar kerja yang telah diberikan oleh guru. Dalam proses
tutoring ini terlihat interaksi dan komunikasi siswa sudah meningkat, siswa sudah
tidak sungkan bertanya kepada temannya. Setelah proses tutoring selesai, secara
acak guru menunjuk salah satu perwakilan dari setiap kelompok untuk
mempresentasikan jawaban dari kelompoknya. Dalam kegiatan presentasi ini,
guru memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk bertanya kepada yang
presentasi, dan guru meluruskan jika ada jawaban yang keliru atau ada yang
masih kurang dimengerti dengan jawaban temannya. Dalam kegiatan presentasi
singkat ini siswa terlihat jauh lebih aktif daripada pertemuan-pertemuan
sebelumnya, dimana siswa mau mencatat, tidak merasa sungkan untuk bertanya,
serta tidak malu untuk menjawab pertanyaan yang diberikan. Setelah proses
presentasi selesai, guru menyimpulkan pembelajaran yang telah dilakukan, dan
menutup pembelajaran. Tes evaluasi untuk siklus II dilakukan di luar jam sekolah,
yaitu setelah pertemuan kedua selesai.
Setelah melakukan tindakan kelas selama dua pertemuan pada siklus II,
maka dilakukan tahap refleksi dari apa yang telah dilakukan selama tindakan
diberikan. Berdasarkan hasil pengamatan pada siklus II, dapat disimpulkan bahwa
guru telah menerapkan metode tutor sebaya dengan baik, di mana sebagian besar
siswa sudah aktif, hal ini dibuktikan dengan data hasil observasi keaktifan yang
telah mencapai 80% siswa yang mempunyai kategori keaktifan tinggi, kemudian
dari hasil belajar juga menunjukkan peningkatan pada setiap siklus. Untuk itu
penelitian tidak perlu dilanjutkan ke siklus selanjutnya. Hal ini menunjukkan
bahwa metode tutor sebaya dapat meningkatkan keaktifan siswa dan hasil belajar
siswa.
Gambar yang diambil selama proses pelaksanaan tindakan kelas pada
Siklus II, ditunjukkan pada Gambar 3.

Gambar 3(a) Proses Tutoring

Gambar 3(b) Tes Evaluasi

10

Pembahasan terkait hasil PTK yang dilakukan pada Siklus I dan II,
dijelaskan sebagai berikut. Data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah data
hasil observasi keaktifan siswa (berdasarkan indikator dan berdasarkan kategori),
dan data hasil belajar (kognitif dan psikomotorik).
Data hasil observasi keaktifan siswa dibagi menjadi dua, yaitu data hasil
observasi keaktifan berdasarkan kategori dan berdasarkan indikator. Data hasil
observasi keaktifan siswa kelas IX B SMP Negeri 8 Salatiga berdasarkan
indikator, ditunjukkan pada Tabel 2.
Tabel 2 Data Hasil Observasi Keaktifan
Siswa Kelas IX B SMP Negeri 8 Salatiga
Berdasarkan Indikator

No
1

Indikator
Pengalaman

Pra Siklus
71,33%

Siklus I
73%

Siklus II
77,1%

2

Interaksi dan Komunikasi

57,2%

64,56%

75,68%

3

Refleksi

69,75%

72%

80,2%

Berdasarkan Data pada Tabel 2, dapat dilihat adanya peningkatan
persentase keaktifan pada masing-masing indikator selama tiga siklus, yaitu pra
siklus, siklus I, dan siklus II. Pada pra siklus, indikator interaksi dan komunikasi
merupakan indikator dengan persentase keaktifan paling rendah daripada dua
indikator lainnya. Jadi dapat diketahui bahwa selama ini siswa kurang aktif dalam
bentuk interaksi dan komunikasi, seperti tidak rajin bertanya, tidak
mengemukakan pendapat dan tidak merespon pertanyaan guru dengan baik.
Sedangkan dua indikator lain pada dasarnya memang sudah baik. Setelah
dilakukan tindakan menggunakan metode tutor sebaya pada siklus I, diketahui
terjadi peningkatan pada masing-masing indikator. Peningkatan tertinggi terdapat
pada indikator interaksi dan komunikasi yaitu sebesar 7,36%, sedangkan indikator
pengalaman dan refleksi masing-masing sebesar 1,67% dan 2,25%. Walaupun
keaktifan siswa dari masing-masing indikator keaktifan telah meningkat, tapi
mengingat dalam pelaksanaan metode tutor sebaya masih ada kekurangan, jadi
penelitian dilanjutkan pada siklus II dengan beberapa perbaikan sesuai hasil
refleksi yang dilakukan. Setelah dilakukan tindakan pada siklus II, dilihat dari
data hasil observasi keaktifan siswa, masing-masing indikator mengalami
peningkatan persentase yang lebih besar dibandingkan pada siklus I. Peningkatan
terbesar terdapat pada indikator interaksi dan komunikasi, dengan besar
peningkatan sebesar 11,12%, sedangkan indikator pengalaman dan refleksi terjadi
peningkatan masing-masing sebesar 4,17% dan 8,20%. Berdasarkan data hasil
obervasi keaktifan siswa dari pra siklus sampai dengan siklus II, maka dapat
diambil kesimpulan bahwa penerapan metode tutor tutor sebaya dapat
meningkatkan keaktifan siswa, terutama dalam interaksi dan komunikasi siswa di
kelas, baik itu antar siswa maupun dengan guru.
Data hasil observasi keaktifan siswa kelas IX B SMP Negeri 8 Salatiga
berdasarkan kategori, ditunjukkan pada Tabel 3.

11

Tabel 3 Data Hasil Obervasi Keaktifan
Siswa Kelas IX B SMP Negeri 8 Salatiga
Berdasarkan Kategori

No

Interval

Kategori
Keaktifan
Tinggi
Sedang
Rendah

Pra
Siklus

Siklus I

Siklus
II

1 Skor ≥ 3
50%
62%
80%
2 Skor 2 – 2,9
27%
26,5% 16,5%
3 Skor 1 – 1,9
23%
11,5%
3,5%
Jumlah
100%
100%
100%
Rata-rata
2,6
2,9
3,15
Berdasarkan data pada Tabel 3, dapat dilihat bahwa adanya peningkatan
persentase siswa yang memperoleh keaktifan ≥ 3 (kategori tinggi) dari pra siklus
sampai dengan siklus II, dan adanya penurunan persentase siswa yang
memperoleh keaktifan < 3 (kategori sedang dan kategori rendah) dari pra siklus
sampai dengan siklus II. Data pada Tabel 3 juga menunjukkan bahwa peningkatan
persentase siswa yang memperoleh keaktifan kategori tinggi dari pra siklus ke
siklus I persentasenya tidak terlalu besar, hal ini dikarenakan penerapan metode
tutor sebaya pada siklus I belum maksimal, dimana siswa belum terbiasa
menggunakan metode tutor sebaya, sehingga siswa menjadi sungkan untuk
bergerak dan terlihat masih malu-malu dalam pembelajaran. Setelah melakukan
perbaikan pada siklus II, siswa terlihat lebih aktif dan tidak kaku lagi. Hal ini
dikarenakan siswa sudah mulai terbiasa dengan metode yang baru. Hal ini
dibuktikan dengan data hasil observasi keaktifan siswa, dimana terdapat 80%
siswa yang memperoleh keaktifan kategori tinggi. Ini artinya sudah mencapai
indikator keberhasilan yang ditetapkan yaitu sebesar 75% siswa yang memperoleh
keaktifan kategori tinggi.
Data hasil belajar siswa dalam penelitian ini dibedakan menjadi dua, yaitu
hasil belajar ranah kognitif dan hasil belajar ranah psikomotorik. Data hasil
belajar ranah kognitif dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4 Data Hasil Belajar Ranah Kognitif Siswa Kelas IX B SMP Negeri 8 Salatiga

Pra Siklus
No
1
2

Skor Ketuntasan
≥ 70 (Tuntas)
< 70 (Tidak Tuntas)
Jumlah
Rata-rata
Nilai Tertinggi
Nilai Terendah

F
18
12
30

%
60%
40%
100
80,9
96
56

Siklus I

Siklus II

F

%

F

22
8
30

73%
27%
100

28
2
30

82
95
60

%
93%
7%
100
87
95
65

Berdasarkan data pada Tabel 4, dapat dilihat terjadi peningkatan hasil
belajar ranah kognitif dari pra siklus sampai dengan siklus II. Ketika belum
diberikan tindakan, terdapat 60% yang belum tuntas dari jumlah keseluruhan 30
12

orang siswa. Kemudian meningkat pada siklus I sebesar 13% menjadi 73%.
Meskipun meningkat, tapi belum mencapai target sesuai dengan indikator
keberhasilan penelitian yang telah ditetapkan. Oleh karena itu dilakukanlah
tindakan pada siklus II dengan beberapa perbaikan berdasarkan hasil refleksi pada
siklus I. Setelah dilakukan tindakan pada siklus II, terjadi peningkatan yang cukup
besar, dan sudah mencapai target penelitian. Persentase siswa yang tuntas pada
siklus II adalah 93%, melebihi indikator ketuntasan yang telah ditetapkan yaitu
75%. Hal ini menunjukkan bahwa penerapan metode tutor sebaya dapat
meningkatkan hasil belajar siswa. Meskipun penelitian sudah dikatakan berhasil
karena telah terjadi peningkatan hasil belajar dan telah mencapai indikator
keberhasilan, namun masih terdapat dua orang siswa atau 7% dari jumlah
keseluruan siswa yang belum tuntas, sehingga butuh remedial sesuai dengan
ketentuan dari sekolah untuk mengatasi jika ada siswa yang belum tuntas. Setelah
berkonsultasi dengan guru mata pelajaran perihal ada siswa yang belum tuntas,
diketahui bahwa dua orang siswa yang belum tuntas memang mempunyai
kemampuan yang rendah dalam menyerap pelajaran. Remedial dilakukan dengan
cara memberikan kesempatan kepada siswa untuk mempelajari materi yang
menjadi bahan untuk tes, kemudian membuat ringkasannya. Setelah itu, siswa
diberikan kesempatan untuk melakukan tes ulang dengan soal yang sama, nilai
maksimal yang akan diperoleh oleh siswa yang remedial adalah 75. Data hasil
belajar psikomotorik dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5 Data Hasil Belajar Ranah Psikomotorik Siswa Kelas IX B SMP Negeri 8 Salatiga
Siklus I
Siklus II
Pra Siklus
Pertemuan Pertemuan Pertemuan
NO Skor Ketuntasan
Pertemuan I
II
I
II
F
%
F
%
F
%
F
%
F
%
1
2

≥70 (Tuntas)

Dokumen yang terkait

ANALISIS KOMPARATIF PENDAPATAN DAN EFISIENSI ANTARA BERAS POLES MEDIUM DENGAN BERAS POLES SUPER DI UD. PUTRA TEMU REJEKI (Studi Kasus di Desa Belung Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang)

23 307 16

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

DEKONSTRUKSI HOST DALAM TALK SHOW DI TELEVISI (Analisis Semiotik Talk Show Empat Mata di Trans 7)

21 290 1

MANAJEMEN PEMROGRAMAN PADA STASIUN RADIO SWASTA (Studi Deskriptif Program Acara Garus di Radio VIS FM Banyuwangi)

29 282 2

MOTIF MAHASISWA BANYUMASAN MENYAKSIKAN TAYANGAN POJOK KAMPUNG DI JAWA POS TELEVISI (JTV)Studi Pada Anggota Paguyuban Mahasiswa Banyumasan di Malang

20 244 2

PERANAN ELIT INFORMAL DALAM PENGEMBANGAN HOME INDUSTRI TAPE (Studi di Desa Sumber Kalong Kecamatan Wonosari Kabupaten Bondowoso)

38 240 2

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

DOMESTIFIKASI PEREMPUAN DALAM IKLAN Studi Semiotika pada Iklan "Mama Suka", "Mama Lemon", dan "BuKrim"

133 700 21

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24