laporan pdrb ekraf provinsi jawa barat 2010 2016
1 Laporan Penyusunan PDRB Ekonomi Kreatif Provinsi Jawa Barat Tahun 2010-2016
(2)
(3)
3 Laporan Penyusunan PDRB Ekonomi Kreatif Provinsi Jawa Barat Tahun 2010-2016
(4)
(5)
iii Laporan Penyusunan PDRB Ekonomi Kreatif Provinsi Jawa Barat Tahun 2010-2016
konomi kreatif (ekraf ) sebagai konsep ekonomi baru yang mengandalkan ide kreatiitas, budaya, dan teknologi diyakini mampu menjadi sumber pertumbuhan baru bagi perekonomian nasional kedepan. Ekonomi kreatif menjadi katalisator bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia ditengah perlambatan pertumbuhan ekonomi saat ini.
Badan Pusat Statistik (BPS) menyambut baik disusunnya Buku Statistik Ekonomi Kreatif sebagai perwujudan hasil kerjasama antara BPS dengan Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf ) tahun 2017. Buku ini menyajikan data Statistik Ekonomi Kreatif yang merupakan bagian dari Big Data ekonomi kreatif. Gambaran tentang potensi dan pengembangan bidang ekonomi kreatif
ini dituangkan dalam 7 (tujuh) jenis output yang meliputi: Proil Usaha/Perusahaan 16 Subsektor Ekraf
Berdasarkan Sensus Ekonomi 2016 (SE2016); Ekspor Ekonomi Kreatif 2010-2016; Klasiikasi Jabatan Ekraf dalam KBJI 2014; Laporan PDB Ekonomi Kreatif Tahun 2014-2016; Laporan Penyusunan PDRB Ekraf 5 Provinsi 2010-2016 Menurut Lapangan Usaha; Tenaga Kerja Ekonomi Kreatif 2010-2016 dan Upah Tenaga Kerja Ekonomi Kreatif 2010-2016; serta Tabel Input Output Updating Ekonomi Kreatif 2014.
Buku ini diharapkan memberikan fakta dan data sebagai basis pengambilan keputusan dan monitoring perkembangan dan kebijakan di bidang ekonomi kreatif. Selain itu buku ini diwacanakan untuk memberikan perspektif terkini bagi para pelaku usaha ekraf maupun masyarakat luas tentang potensi ekraf di Indonesia sehingga dapat dimanfaatkan untuk berbagai penelitian dan pengembangan dunia usaha di bidang ekraf.
Akhirnya ucapan syukur kehadirat Allah SWT dan terima kasih serta penghargaan kepada seluruh Tim BPS yang telah bekerjasama dan bekerja keras untuk menyelesaikan seluruh publikasi dari 7 (tujuh) kegiatan utama yang menjadi cakupan dalam kerjasama BPS-Bekraf.
Semoga buku ini dapat memberi manfaat tidak hanya kepada Bekraf dan BPS saja, tetapi juga bagi para pelaku usaha ekraf dan pengguna data di Indonesia maupun dunia
internasional.
Semoga Allah SWT meridhai upaya penerbitan buku ini.
KATA PENGANTAR
KEPALA BPS RI
E
Jakarta, Desember 2017 Kepala Badan Pusat Statistik
(6)
(7)
v Laporan Penyusunan PDRB Ekonomi Kreatif Provinsi Jawa Barat Tahun 2010-2016
KATA PENGANTAR
KEPALA BEKRAF
I
ndonesia merupakan negara yang memiliki keberagamankarakteristik geograis, suku, dan budaya. Keberagaman tersebut tentu saja menghasilkan potensi ekonomi kreatif yang berbeda antar wilayah. Masyarakat yang tinggal di daerah geograis berbatasan dengan pantai akan memiliki sumber daya alam dan budaya yang berbeda dengan masyarakat yang tinggal di pegunungan. Hal ini menghasilkan potensi ekonomi kreatif yang berbeda pula. Karena itulah analisis potensi ekonomi kreatif tidak bisa dilakukan secara umum atau secara nasional saja, tetapi perlu dilakukan analisis potensi untuk ukuran wilayah yang
lebih kecil, yaitu provinsi atau kabupaten/kota.
Mengumpulkan data tiga puluh empat provinsi tentu memerlukan biaya yang tidak sedikit, apalagi hingga level kabupaten/kota. Atas dasar alasan tersebutlah, Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf ) menggandeng Badan Pusat Statistik (BPS) untuk bekerja sama menyusun analisis potensi ekonomi kreatif secara spasial dengan memanfaatkan data hasil Sensus Ekonomi 2016 (SE2016). Hasil analisis spasial ekonomi kreatif ini diharapkan bisa membantu pengambil kebijakan untuk lebih fokus pada masing-masing wilayah sesuai dengan potensi yang telah diidentiikasi.
Buku Analisis Sensus Ekonomi 2016 mengulas potensi ekonomi kreatif di tiga puluh empat provinsi di Indonesia. Buku ini menyajikan sebaran usaha enam belas subsektor ekonomi kreatif dan juga karakteristik demograi dari pelaku usahanya. Selain itu, aspek keuangan, pemasaran, dan pendukung usaha juga disajikan dengan detail.
Akhir kata, kami menyampaikan ucapan terima kasih kepada BPS dan pihak-pihak yang terkait atas partisipasi-nya dalam penyusunan buku ini. Semoga buku ini dapat bermanfaat bagi pengembangan kebijakan dan memberikan pemahaman mengenai ekonomi kreatif ke seluruh masyarakat Indonesia.
Jakarta, Desember 2017 Kepala Badan Ekonomi Kreatif
(8)
(9)
vii Laporan Penyusunan PDRB Ekonomi Kreatif Provinsi Jawa Barat Tahun 2010-2016
PRAKATA
KEPALA BPS
PROVINSI JAWA BARAT
Segala puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan Tauik dan Hidayah-Nya, sehingga “Laporan Penyusunan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Ekonomi Kreatif Provinsi Jawa Barat 2010-2016” dapat diselesaikan sesuai dengan jadwal yang ditentukan. Laporan ini merupakan salah satu output dari Kerjasama Swakelola antara Badan Pusat statistik (BPS) dengan Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf).
Buku Laporan Penyusunan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Ekonomi Kreatif Provinsi Jawa Barat 2010-2016 menyajikan tentang Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Ekonomi Kreatif tahun 2010 sampai dengan tahun 2016. Publikasi ini juga dilengkapi dengan kontribusi sektor- sektor ekonomi kreatif terhadap PDRB. Dilengkapi pula laju pertumbuhan sektor-sektor ekonomi kreatif yang terjadi selama tahun 2010 sampai dengan 2016.
Dengan diterbitkannya buku ini, khususnya tentang Laporan Penyusunan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Ekonomi Kreatif Tahun 2010-2016, diharapkan dapat memberikan gambaran tentang besaran makro ekonomi kreatif yang mencakup besaran, struktur, dan pertumbuhan PDRB Ekonomi Kreatif. Buku ini juga dimaksudkan sebagai “benchmarking” bagi pemerintah
dalam merumuskan berbagai kebijakan di bidang ekonomi kreatif kedepannya.
Akhirnya, ucapan syukur dan terimakasih kami sampaikan kepada semua pihak, terutama Tim BPS dan Tim Bekraf yang telah bekerja keras dan bekerjasama untuk menyelesaikan kegiatan ini. Apresiasi juga kami berikan kepada semua pihak yang telah bersinergi secara solid dalam menyelesaikan seluruh rangkaian kegiatan Kerjasama BPS-Bekraf Tahun 2017 ini.
Semoga output dari kerjasama ini bermanfaat bagi semua pihak, dan semoga Allah SWT meridhoi. Aamiin
Bandung, Desember2017 Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Barat,
Kepala
(10)
(11)
ix Laporan Penyusunan PDRB Ekonomi Kreatif Provinsi Jawa Barat Tahun 2010-2016
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR KEPALA BPS RI ... KATA PENGANTAR KEPALA BEKRAF ... PRAKATA KEPALA BPS PROVINSI JAWA BARAT ... DAFTAR ISI ... DAFTAR TABEL ... DAFTAR GAMBAR ... DAFTAR LAMPIRAN ... BAB I PENDAHULUAN ... 1.1 Latar Belakang ... 1.2 Maksud dan Tujuan ... 1.3 Manfaat ... BAB II TAHAPAN KEGIATAN ... 2.1 Penyusunan Klasiikasi ... 2.2 Penyusunan Matriks Supply Industri Kreatif...
2.3 Penyusunan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Ekonomi Kreatif ... BAB III METODOLOGI ... 3.1 Metode Penyusunan Matriks S u p p l y
Ekonomi Kreatif Tahun 2010 ... 3.2 Metode Penyusunan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Ekonomi Kreatif Tahun 2011-2016 ...
3.2.1 Konsep Dasar Penghitungan PDRB ... 3.2.2 Metode Estimasi PDRB Ekonomi Kreatif Tahun 2011-2016 ... BAB IV HASIL ...
4.1 Kondisi Makro PDRB Provinsi Jawa Barat Tahun 2010-2016 ... 4.2 Besaran PDRB Ekonomi Kreatif ... 4.3 Struktur Ekonomi Kreatif ... 4.4 Pertumbuhan Ekonomi Kreatif ... 4.5 Sumber Pertumbuhan PDRB Ekonomi Kreatif ... LAMPIRAN ... iii v vii ix x xi xii 1 3 4 5 7 9 10 13 15 17 40 40 44 79 81 82 88 89 92 95
(12)
Laporan Penyusunan PDRB Ekonomi Kreatif Provinsi Jawa Barat Tahun 2010-2016 x
DAFTAR TABEL
Tabel 2. 1 Rekapitulasi Struktur KBLI 2015 Subsektor Ekonomi Kreatif ... Tabel 4. 1 Ringkasan Indikator Makro PDRB Ekonomi
Kreatif Tahun 2010-2016 ... Tabel 4. 2 Laju Pertumbuhan PDRB Ekonomi Kreatif
Menurut Subsektor Ekonomi Kreatif Tahun 2011-2016 (%) ... Tabel 4.3 Sumber Pertumbuhan Ekonomi Kreatif
Menurut Subsektor Ekonomi Kreatif Tahun 2011-2016 (%) ...
10 83
92
(13)
Laporan Penyusunan PDRB Ekonomi Kreatif Provinsi Jawa Barat Tahun 2010-2016 xi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Ilustrasi Kerangka Kerja Supply and Use Table (SUT) ...
Gambar 2.2 Tahapan Penyusunan Matriks Supply Industri
Kreatif Tahun 2010 ... Gambar 2.3 Dimensi Matriks Supply Industri Kreatif ..
Gambar 2.4 Tahapan Penyusunan PDRB Ekonomi Kreatif ... Gambar 4.1 PDRB Atas Dasar Harga Berlaku (Miliar Rupiah),
PDRB Atas Dasar Harga Konstan (Miliar Rupiah), dan Laju Pertumbuhan PDRB Provinsi Jawa Barat (%) Tahun 2010-2016 ... Gambar 4. 2 PDRB Ekraf dan PDRB Non Ekraf Atas
Dasar Harga Berlaku (Miliar Rp) .... ... Gambar 4. 3 PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Menurut
Subsektor Ekonomi Kreatif (Miliar Rupiah) ... Gambar 4. 4 PDRB Ekraf dan PDRB Non Ekraf Atas
Dasar Harga Konstan (Miliar Rupiah) ... Gambar 4. 5 PDRB Atas Dasar Harga Konstan Menurut
Subsektor Ekonomi Kreatif Tahun 2016 (Miliar Rupiah) ... Gambar 4. 6 Struktur Perekonomian Provinsi Jawa
Barat Tahun 2016 (%) ... Gambar 4. 7 Struktur Perekonomian Provinsi Jawa
Barat Tahun 2010 (%) ... Gambar 4. 8 Distribusi PDRB Atas Dasar Harga Berlaku ... Gambar 4. 9 Laju Pertumbuhan PDRB Provinsi Jawa
Barat, PDRB Ekonomi Kreatif, dan PDRB Non Ekonomi Kreatif ...
11
12 12
13
82
84
85 86
87 88
88 89
(14)
Laporan Penyusunan PDRB Ekonomi Kreatif Provinsi Jawa Barat Tahun 2010-2016 xii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Klasiikasi Ekonomi Kreatif dan Cakupan Subsektor Ekonomi Kreatif Menurut KBLI 2015 ... Lampiran 2. Deinisi dan Cakupan Ekonomi Kreatif ... Lampiran 3. Metode Estimasi Supply Ekonomi Kreatif
Tahun 2010 ... Lampiran 4. PDRB Ekonomi Kreatif Provinsi Jawa
Barat Tahun 2010-2016 Atas Dasar Harga Berlaku (Miliar Rupiah) ... Lampiran 5. PDRB Ekonomi Kreatif Provinsi Jawa
Barat Tahun 2010-2016 Atas Dasar Harga Konstan (Miliar Rupiah) ... Lampiran 6. Distribusi PDRB Ekonomi Kreatif
Provinsi Jawa Barat Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2010-2016 (%) ... Lampiran 7. Distribusi PDRB Ekonomi Kreatif
Terhadap Total PDRB Provinsi Jawa Barat Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2010-2016 (%) ... Lampiran 8. Laju Pertumbuhan PDRB Ekonomi
Kreatif Provinsi Jawa Barat Atas Dasar Harga Konstan 2010=100 Tahun 2011-2016 (%) ... Lampiran 9. Laju Pertumbuhan PDRB Ekonomi
Kreatif Provinsi Jawa Barat Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2011-2016 (%) ... Lampiran 10. Laju Pertumbuhan Implisit PDRB Ekonomi
Kreatif Provinsi Jawa Barat Tahun 2011-2016 (%) ...
102 104 109
117
118
119
120
121
122
(15)
(16)
(17)
3 Laporan Penyusunan PDRB Ekonomi Kreatif Provinsi Jawa Barat Tahun 2010-2016
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ekonomi kreatif lahir sebagai konsep ekonomi baru yang bertumpu pada ide, kreativitas, keterampilan, serta bakat individu untuk menciptakan kesejahteraan
dan lapangan pekerjaan dengan menghasilkan dan mengeksploitasi daya kreasi dan daya cipta individu
tersebut. Perkembangan yang pesat terhadap globalisasi dan konektivitas mengubah cara bertukar informasi, berdagang, dan konsumsi dari produk-produk budaya dan teknologi di berbagai tempat di dunia. Dunia menjadi
tempat yang sangat dinamis dan kompleks sehingga kreativitas dan pengetahuan menjadi suatu aset yang tak
ternilai dalam kompetisi dan pengembangan ekonomi. Ekonomi kreatif memberikan nilai lebih karena menawarkan pembangunan yang berkelanjutan melalui kreativitas. Pembangunan berkelanjutan adalah suatu iklim perekonomian yang berdaya saing dan memiliki cadangan sumber daya yang terbarukan. Dengan kata
lain, ekonomi kreatif adalah manifestasi dari semangat
bertahan hidup yang sangat penting bagi
negara-negara maju dan juga menawarkan peluang yang
sama untuk negara-negara berkembang. Pesan besar
yang ditawarkan ekonomi kreatif adalah pemanfaatan
cadangan sumber daya yang bukan hanya terbarukan, bahkan tak terbatas, yaitu ide, talenta dan kreativitas. Konsep ini telah memicu ketertarikan berbagai negara
untuk melakukan kajian seputar ekonomi kreatif dan
menjadikan ekonomi kreatif sebagai model utama pengembangan ekonomi. Di Indonesia sendiri, kehadiran ekonomi kreatif berpotensi dalam memberikan kontribusi ekonomi yang signiikan, menciptakan iklim bisnis yang positif, membangun citra dan identitas bangsa, meningkatkan keunggulan kompetitif, dan memberikan dampak sosial yang positif. Pada dasarnya, bangsa
E ko n o m i k re a t i f
m e m b e r i k a n
n i l a i l e b i h
k a re n a
m e n a w a r k a n
p e m b a n g u n a n
y a n g
b e r ke l a n j u t a n
m e l a l u i
k re a t i v i t a s .
(18)
Laporan Penyusunan PDRB Ekonomi Kreatif Provinsi Jawa Barat Tahun 2010-2016 4
Indonesia memiliki sumber daya yang kreatif. Bagi sebagian besar rakyat Indonesia, menghasilkan suatu karya kreatif seolah telah menjadi gaya hidup. Bahkan, beberapa diantaranya sudah menghasilkan produk yang bersaing di pasar global dan bersaing dengan produk negara lain, sehingga berkesempatan untuk memperbesar pasar. Di tengah kelesuan ekonomi dunia, Indonesia harus melakukan terobosan dengan mengembangkan industri kreatif. Industri kreatif ini mampu bertahan dari krisis karena bertumpu pada inovasi dan kreativitas.
Untuk membangun kompetensi dengan memanfaatkan potensi ekonomi kreatif yang sesuai bagi bangsa Indonesia tentunya memerlukan strategi kebijakan yang holistik dan tepat. Perencanaan program-program dan evaluasi pemerintah dalam mencapai target yang telah ditetapkan tidak dapat lepas dari dukungan ketersediaan data dan informasi yang memotret perkembangan kondisi industri kreatif terkini. Statistik yang berkualitas akan berdampak pada pengambilan keputusan yang lebih informatif serta perumusan kebijakan yang tepat untuk mengembangkan industri kreatif di Indonesia.
1.2 Maksud dan Tujuan
Kegiatan Penyediaan dan Pengembangan Data dan Informasi Statistik Bidang Ekonomi Kreatif ditujukan untuk memberikan data dan informasi mengenai perkembangan dan peranan industri kreatif di Jawa Barat, sehingga dapat digunakan sebagai landasan pengembangan industri kreatif di Jawa Barat dan evaluasi kebijakan pengembangan industri kreatif.
Hasil kajian
ini diharapkan
dapat digunakan
oleh pemerintah,
khususnya oleh
Badan Ekonomi
Kreatif dalam
menyusun dan
mengevaluasi
kebijakan di
bidang ekonomi
kreatif, sehingga
dapat memacu
sektor industri
kreatif lebih
berkontribusi
dalam
meningkatkan
pertumbuhan
ekonomi Indonesia
(19)
Laporan Penyusunan PDRB Ekonomi Kreatif Provinsi Jawa Barat Tahun 2010-2016 5
Secara khusus, kegiatan ini dimaksudkan untuk menyusun Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Ekonomi Kreatif tahun 2010 sampai dengan tahun 2016, selain itu menyusun indikator-indikator turunan, seperti distribusi, pertumbuhan dan sumber pertumbuhan subsektor ekonomi kreatif, yaitu:
a. PDRB Ekonomi Kreatif atas dasar harga berlaku tahun 2010-2016
b. PDRB Ekonomi Kreatif atas dasar harga konstan 2010 tahun 2010-2016
c. Struktur/distribusi PDRB Ekonomi Kreatif tahun 2010-2016
d. Laju pertumbuhan subsektor Ekonomi Kreatif tahun 2010-2016
e. Sumber pertumbuhan subsektor Ekonomi Kreatif tahun 2010-2016
1.3 Manfaat
Hasil kajian ini diharapkan dapat digunakan oleh pemerintah, khususnya oleh Badan Ekonomi Kreatif dalam menyusun dan mengevaluasi kebijakan di bidang ekonomi kreatif, sehingga dapat memacu sektor industri kreatif lebih berkontribusi dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi Indonesia. Selain itu, hasil kajian ini diharapkan dapat pula digunakan oleh para peneliti, penulis, pelajar, pemerhati industri kreatif, atau para pelaku bisnis dalam industri kreatif untuk lebih memahami perkembangan dari masing-masing kelompok industri kreatif tersebut.
(20)
(21)
(22)
(23)
9 Laporan Penyusunan PDRB Ekonomi Kreatif Provinsi Jawa Barat Tahun 2010-2016
BAB II
TAHAPAN KEGIATAN
Penyusunan PDRB Ekonomi Kreatif dimulai dengan kegiatan penyusunan klasiikasi dan selanjutnya dilakukan penyusunan Matriks Supply Ekonomi Kreatif tahun 2010. Dari Matriks Supply Ekonomi Kreatif dapat diperoleh output yang kemudian dikalikan dengan nilai rasio konsumsi antara untuk mendapatkan angka PDRB Ekonomi Kreatif tahun 2010. Kegiatan berikutnya adalah penyusunan PDRB Ekonomi Kreatif tahun 2011-2016. Tahapan kegiatan penyusunan PDRB Ekonomi Kreatif secara rinci akan diuraikan di bawah ini.
2.1 Penyusunan Klasifikasi
Penyusunan klasiikasi kegiatan ekonomi kreatif merupakan langkah awal dalam penyusunan PDRB Ekonomi Kreatif. Besaran nilai PDRB Ekonomi Kreatif sangat tergantung dari cakupan kegiatan ekonomi yang terbentuk.
Berdasarkan Peraturan Presiden (Perpres) No. 72 Tahun 2015, industri kreatif dikelompokkan ke dalam 16 kelompok, yang selanjutnya disebut sebagai subsektor ekonomi kreatif, yaitu:
1. Arsitektur 2. Desain Interior
3. Desain Komunikasi Visual 4. Desain Produk
5. Film, Animasi, Video 6. Fotograi
7. Kriya 8. Kuliner 9. Musik 10. Fashion
11. Aplikasi dan Game Developer
12. Penerbitan 13. Periklanan
14. Televisi dan Radio 15. Seni Pertunjukan 16. Seni Rupa
Terdapat 16
aktivitas ekonomi
yang termasuk
dalam subsektor
ekonomi kreatif.
(24)
Laporan Penyusunan PDRB Ekonomi Kreatif Provinsi Jawa Barat Tahun 2010-2016 10
Selanjutnya, 16 subsektor tersebut dipetakan secara rinci kedalam klasiikasi standar yang disebut Klasiikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia (KBLI). Saat ini, Badan Pusat Statistik (BPS) telah menggunakan KBLI terbaru, yaitu KBLI 2015. Rincian jumlah kelompok lima digit KBLI dalam masing-masing subsektor ekonomi kreatif dapat dilihat pada tabel 2.1 rekapitulasi struktur KBLI 2015 subsektor ekonomi kreatif di bawah ini.
Selanjutnya, rincian cakupan 223 kelompok lima digit KBLI 2015 pada 16 subsektor ekonomi kreatif dapat dilihat secara lengkap pada lampiran. Sedangkan konsep dan deinisi yang digunakan untuk masing-masing subsektor ekonomi kreatif dapat dilihat pada lampiran dua.
Tabel 2. 1 Rekapitulasi Struktur KBLI 2015 Subsektor Ekonomi Kreatif
2.2 Penyusunan Matriks
Supply
Industri
Kreatif
Tabel supply merupakan bagian dari Supply
(SUT). Tabel supply memberikan gambaran rinci
atas penyediaan barang dan jasa yang diproduksi di domestik dan yang didatangkan dari luar wilayah
No. Subsektor Jumlah
KBLI 5 Digit
01 Arsitektur 2
02 Desain Interior 2
03 Desain Komunikasi Visual 2
04 Desain Produk 3
05 Film, Animasi, dan Video 9
06 Fotograi 7
07 Kriya 72
08 Kuliner 32
09 Musik 9
10 Fashion 19
11 Aplikasi dan Game Developer 13
12 Penerbitan 17
13 Periklanan 5
14 Televisi dan Radio 5
15 Seni Pertunjukan 10
16 Seni Rupa 16
Jumlah 223
Ekonomi kreatif
dipetakan ke dalam
223 aktivitas
ekonomi dalam
KBLI
(25)
Laporan Penyusunan PDRB Ekonomi Kreatif Provinsi Jawa Barat Tahun 2010-2016 11
Gambar 2. 1 Ilustrasi Kerangka Kerja Supplyand Use Table (SUT)
Saat ini, Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) yang dihasilkan oleh BPS memiliki tahun dasar 2010 (2010=100) atau biasa disebut sebagai PDRB seri 2010. PDRB seri 2010 tersebut diturunkan dari Matriks
Supply 2010. Dengan demikian, agar konsisten dengan
PDRB maka PDRB industri kreatif juga harus disusun menggunakan tahun dasar yang sama, sehingga diperlukan penyusunan Matriks Supply 2010 berbasis
industri kreatif. Tahapan penyusunan Matriks Supply
industri kreatif adalah sebagai berikut:
(impor). Sementara, matriks supply regional memberikan
gambaran rinci atas penyediaan barang dan jasa yang diproduksi di wilayah domestik regional, tanpa impor barang dan jasa.
Penyusunan Matriks Supply Ekonomi Kreatif tahun 2010 ditujukan untuk memperoleh PDRB tahun dasar, yaitu PDRB tahun 2010, dan sekaligus sebagai benchmark PDRB Ekonomi Kreatif untuk tahun-tahun berikutnya. Dengan terbentuknya Matriks Supply Ekonomi Kreatif tahun 2010, maka PDRB Ekonomi Kreatif yang dihasilkan telah cukup valid.
(26)
Laporan Penyusunan PDRB Ekonomi Kreatif Provinsi Jawa Barat Tahun 2010-2016 12
Gambar 2. 3 Dimensi Matriks Supply Industri Kreatif Gambar 2. 2 Tahapan Penyusunan Matriks Supply Industri Kreatif
Tahun 2010
Sumber : Badan Pusat Statistik
Saat ini, dimensi Matriks Supply Provinsi terdiri atas 54 industri (kolom) dan 65 produk (baris). Untuk membentuk Matriks Supply industri kreatif maka muatan kreatif dalam 54 industri tersebut ditarik dan dipindahkan kedalam 16 subsektor industri kreatif. Penentuan muatan kreatif dalam suatu industri adalah berdasarkan KBLI 2015 ekonomi kreatif yang telah disusun. Dengan demikian, dimensi Matriks Supply industri kreatif menjadi 70 industri (16 industri ekraf dan 54 industri non-ekraf) dikali 65 produk.
(27)
Laporan Penyusunan PDRB Ekonomi Kreatif Provinsi Jawa Barat Tahun 2010-2016 13
2.3 Penyusunan Produk Domestik Regional
Bruto (PDRB) Industri Kreatif
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) adalah jumlah nilai tambah dari seluruh aktivitas ekonomi yang tercipta akibat adanya proses produksi pada suatu periode tertentu dari suatu wilayah. Penyusunan PDRB ekonomi kreatif sesuai dengan standar penyusunan neraca nasional (SNA 2008) dan berbasis KBLI 2015. Tahapan penyusunan PDRB ekonomi kreatif adalah sebagai berikut :
Gambar 2. 4 Tahapan Penyusunan PDRB Ekonomi Kreatif
PDRB ekonomi kreatif tahun 2010 diturunkan dari hasil Matriks Supply industri kreatif tahun 2010. Level PDRB ekonomi kreatif tahun 2010 ini menjadi basis penyusunan PDRB ekonomi kreatif untuk tahun-tahun berikutnya. Dalam istilah neraca nasional, tahun 2010 ini disebut sebagai tahun dasar (base period), biasa dituliskan sebagai 2010=100. Setelah PDRB ekonomi kreatif tahun 2010 diperoleh, langkah selanjutnya adalah melakukan estimasi untuk memperoleh PDRB ekonomi kreatif tahun 2011-2016. PDRB untuk periode ini diperoleh dengan menggunakan berbagai indikator dari hasil Survei Khusus Ekonomi Kreatif (SKEK), hasil Survei Khusus Neraca Produksi-Ekonomi Kreatif (SKNP - EK), dan data sekunder lainnya yang tersedia. Dengan demikian, diperoleh series PDRB ekonomi kreatif tahun 2010-2016.
Penyusunan
PDRB ekonomi
kreatif sesuai
dengan standar
penyusunan
neraca nasional
(SNA 2008) dan
berbasis KBLI
2015
(28)
(29)
(30)
(31)
17
Laporan Penyusunan PDRB Ekonomi Kreatif Provinsi Jawa Barat Tahun 2010-2016
BAB III
METODOLOGI
3.1 Metode Estimasi Supply Industri Kreatif
Tahun 2010
Secara umum, metode yang digunakan untuk estimasi output (supply) dari masing-masing industri menggunakan pendekatan produksi. Estimasi supply dilakukan per kategori dalam tiap-tiap subsektor ekonomi kreatif. Berikut adalah metode estimasi output (supply) dengan berbagai indikator yang digunakan dari masing-masing subsektor ekonomi kreatif.
a. Subsektor Arsitektur Industri: Jasa Perusahaan
Estimasi output menggunakan pendekatan produksi didasarkan pada hasil Sensus Ekonomi (SE) 2006. Dari hasil SE tersebut diperoleh level output tahun 2006 menurut lima digit KBLI 2005. Level output yang diperoleh kemudian digunakan sebagi dasar untuk melakukan estimasi output tahun 2010 menurut lima digit KBLI 2005. Selanjutnya, dilakukan proses bridging untuk memperoleh output industri kreatif tahun 2010 menurut KBLI 2015. Struktur supply dibentuk dengan menggunakan hasil Matrik Supply Provinsi Jawa Barat
Sumber data:
1. Sensus Ekonomi 2006, BPS Provinsi JawaBarat;
2. Matriks Supply Provinsi Jawa Barat, BPS Provinsi Jawa Barat;
b. Subsektor Desain Interior Industri: Jasa Perusahaan
Estimasi output menggunakan pendekatan produksi didasarkan pada hasil Sensus Ekonomi (SE) 2006. Dari hasil SE tersebut diperoleh level output tahun 2006 menurut lima digit KBLI 2005.
(32)
Laporan Penyusunan PDRB Ekonomi Kreatif Provinsi Jawa Barat Tahun 2010-2016 18
Level output yang diperoleh kemudian digunakan sebagai dasar untuk melakukan estimasi output tahun 2010 menurut lima digit KBLI 2005. Selanjutnya, dilakukan proses bridging untuk memperoleh output industri kreatif tahun 2010 menurut KBLI 2015. Struktur supply dibentuk dengan menggunakan hasil Matrik Supply Provinsi Jawa Barat.
Sumber data:
1. Sensus Ekonomi 2006, BPS Provinsi Jawa Barat;
2. Matriks Supply Provinsi Jawa Barat, BPS Provinsi Jawa Barat;
Industri: Jasa Pendidikan
Output diperoleh dari hasil perkalian antara indikator produksi dan indikator harga. Indikator produksi yang digunakan adalah jumlah peserta kursus, sedangkan indikator harga yang digunakan adalah output per peserta kursus. Data jumlah peserta kursus diperoleh dari Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat, sedangkan data output per peserta kursus menggunakan Struktur PDB. Struktur supply dibentuk dengan menggunakan
hasil Matrik Supply Provinsi Jawa Barat. Sumber data:
1. Sensus Ekonomi 2006, BPS Provinsi Jawa Barat;
2. Matriks Supply Provinsi Jawa Barat, BPS Provinsi Jawa Barat;
3. Data Kursus Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat;
c. Subsektor Desain Komunikasi Visual Industri: Jasa Perusahaan
Estimasi output menggunakan pendekatan produksi didasarkan pada hasil Sensus Ekonomi (SE) 2006. Dari hasil SE tersebut diperoleh level output tahun 2006 menurut lima digit KBLI 2005. Level output yang diperoleh kemudian digunakan sebagai dasar untuk
(33)
Laporan Penyusunan PDRB Ekonomi Kreatif Provinsi Jawa Barat Tahun 2010-2016 19
melakukan estimasi output tahun 2010 menurut lima digit KBLI 2005. Selanjutnya, dilakukan proses bridging untuk memperoleh output industri kreatif tahun 2010 menurut KBLI 2015. Struktur supply dibentuk dengan menggunakan hasil Matrik Supply Provinsi Jawa Barat.
Sumber data:
1. Sensus Ekonomi 2006, BPS Provinsi Jawa Barat;
2. Matriks Supply Provinsi Jawa Barat, BPS Provinsi Jawa Barat;
Industri: Jasa Pendidikan
Output diperoleh dari hasil perkalian antara indikator produksi dan indikator harga. Indikator produksi yang digunakan adalah jumlah peserta kursus, sedangkan indikator harga yang digunakan adalah output per peserta kursus. Data jumlah peserta kursus diperoleh dari Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat, sedangkan data output per peserta kursus menggunakan Struktur PDB. Struktur supply dibentuk dengan menggunakan hasil Matrik Supply Provinsi Jawa Barat.
Sumber data:
1. Sensus Ekonomi 2006 Provinsi Jawa Barat, BPS Provinsi Jawa Barat;
2. Matriks Supply Provinsi Jawa Barat, BPS Provinsi Jawa Barat;
3. Data Kursus Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat.
d. Subsektor Desain Produk Industri: Jasa Perusahaan
Estimasi output menggunakan pendekatan produksi didasarkan pada hasil Sensus Ekonomi (SE) 2006. Dari hasil SE tersebut diperoleh level output tahun 2006 menurut lima digit KBLI 2005. Level output yang diperoleh kemudian digunakan sebagi dasar untuk melakukan estimasi output tahun 2010
(34)
Laporan Penyusunan PDRB Ekonomi Kreatif Provinsi Jawa Barat Tahun 2010-2016 20
menurut lima digit KBLI 2005. Selanjutnya, dilakukan proses bridging untuk memperoleh output industri kreatif tahun 2010 menurut KBLI 2015. Struktur supply dibentuk dengan menggunakan hasil Matrik Supply Provinsi Jawa Barat.
Sumber data:
1. Sensus Ekonomi 2006, BPS Provinsi Jawa Barat;
2. Matriks Supply Provinsi Jawa Barat, BPS Provinsi Jawa Barat;
Industri: Jasa Pendidikan
Output diperoleh dari hasil perkalian antara indikator produksi dan indikator harga. Indikator produksi yang digunakan adalah jumlah peserta kursus, sedangkan indikator harga yang digunakan adalah output per peserta kursus. Data jumlah peserta kursus diperoleh dari Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat, sedangkan data output per peserta kursus menggunakan Struktur PDB. Struktur supply dibentuk dengan menggunakan hasil Matrik Supply Provinsi Jawa Barat.
Sumber data:
1. Sensus Ekonomi 2006 Provinsi Jawa Barat, BPS Provinsi Jawa Barat;
2. Matriks Supply Provinsi Jawa Barat, BPS Provinsi Jawa Barat;
3. Data Kursus Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat.
e. Subsektor Film, Animasi, dan Video Industri: Industri Pengolahan
Tahap pertama dalam penyusunan Matriks
Supply Ekonomi Kreatif Kategori Industri
Pengolahan adalah mengidentiikasi kode lima digit KBLI ke dalam setiap klasiikasi Matriks Supply. Tahap berikutnya adalah mendisagregasikan setiap produk Matriks Supply baik output maupun NTB ke dalam lima digit KBLI
(35)
Laporan Penyusunan PDRB Ekonomi Kreatif Provinsi Jawa Barat Tahun 2010-2016 21
dengan menggunakan data IBS dan IMK tahun 2010. Disagregasi dilakukan untuk semua produk baik produk utama maupun produk sekunder. Setelah didapatkan output menurut lima digit KBLI, dilakukan agregasi menurut produk dan industri untuk klasiikasi sektor ekonomi kreatif dan non ekonomi kreatif.
Sumber data:
1. Sensus Ekonomi 2006 Provinsi Jawa Barat, BPS Provinsi Jawa Barat;
2. Matriks Supply Provinsi Jawa Barat,BPS Provinsi Jawa Barat;
3. Statistik Industri Besar dan Sedang (IBS) Tahunan, BPS Provinsi Jawa Barat
Industri: Informasi dan Komunikasi
Estimasi output menggunakan pendekatan produksi didasarkan pada hasil Sensus Ekonomi (SE) 2006. Dari hasil SE tersebut diperoleh level output tahun 2006 menurut lima digit KBLI 2005. Level output yang diperoleh kemudian digunakan sebagi dasar untuk melakukan estimasi output tahun 2010 menurut lima digit KBLI 2005. Selanjutnya, dilakukan proses bridging untuk memperoleh output industri kreatif tahun 2010 menurut KBLI 2015. Struktur supply dibentuk dengan menggunakan hasil Matrik Supply Provinsi Jawa Barat.
Sumber data:
1. Sensus Ekonomi 2006 Provinsi Jawa Barat, BPS Provinsi Jawa Barat;
2. Matriks Supply Provinsi Jawa Barat,BPS Provinsi Jawa Barat.
f. Subsektor Fotograi
Industri: Jasa Perusahaan
Estimasi output menggunakan pendekatan produksi didasarkan pada hasil Sensus Ekonomi (SE) 2006. Dari hasil SE tersebut diperoleh level output tahun 2006 menurut lima digit KBLI 2005.
(36)
Laporan Penyusunan PDRB Ekonomi Kreatif Provinsi Jawa Barat Tahun 2010-2016 22
Level output yang diperoleh kemudian digunakan sebagai dasar untuk melakukan estimasi output tahun 2010 menurut lima digit KBLI 2005. Selanjutnya, dilakukan proses bridging untuk memperoleh output industri kreatif tahun 2010 menurut KBLI 2015. Struktur supply dibentuk dengan menggunakan hasil Matrik Supply Provinsi Jawa Barat.
Sumber data:
1. Sensus Ekonomi 2006 Provinsi Jawa Barat, BPS Provinsi Jawa Barat;
2. Matriks Supply Provinsi Jawa Barat, BPS Provinsi Jawa Barat
Industri: Jasa Pendidikan
Output diperoleh dari hasil perkalian antara indikator produksi dan indikator harga. Indikator produksi yang digunakan adalah jumlah peserta kursus, sedangkan indikator harga yang digunakan adalah output per peserta kursus. Data jumlah peserta kursus diperoleh dari Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat, sedangkan data output per peserta kursus menggunakan Struktur PDB. Struktur supply dibentuk dengan menggunakan hasil Matrik Supply Provinsi Jawa Barat.
Sumber data:
1. Sensus Ekonomi 2006 Provinsi Jawa Barat, BPS Provinsi Jawa Barat;
2. Matriks Supply Provinsi Jawa Barat, BPS Provinsi Jawa Barat;
3. Data Kursus Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat.
g. Subsektor Kriya
Industri: Industri Pengolahan
Tahap pertama dalam penyusunan Matriks
Supply Ekonomi Kreatif khususnya kategori
Industri Pengolahan adalah mengidentiikasi kode lima digit KBLI kedalam setiap klasiikasi Matriks Supply baik menurut produk maupun
(37)
Laporan Penyusunan PDRB Ekonomi Kreatif Provinsi Jawa Barat Tahun 2010-2016 23
industri. Tahap selanjutnya adalah disagregasi setiap produk Matriks Supply baik output maupun NTB ke dalam lima digit KBLI menggunakan data IBS dan IMK tahun 2010. Disagregasi dilakukan untuk semua produk baik produk utama maupun produk sekunder.
Setelah memperoleh output menurut lima digit KBLI, kemudian dilakukan agregasi menurut produk dan industri untuk klasiikasi sektor ekonomi kreatif dan sektor non ekonomi kreatif.
Sumber data:
1. Sensus Ekonomi 2006 Provinsi Jawa Barat, BPS Provinsi Jawa Barat;
2. Matriks Supply Provinsi Jawa Barat, BPS Provinsi Jawa Barat;
3. Statistik Industri Besar dan Sedang (IBS) Tahunan, BPS Provinsi Jawa Barat.
Industri: Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi dan Perawatan Mobil dan Sepeda Motor
Industri perdagangan besar bukan mobil dan sepeda motor dalam Matriks Supply
meliputi kegiatan ekonomi penjualan kembali (tanpa perubahan teknis) baik barang baru maupun barang bekas kepada pengecer, industri, komersial, institusi atau pengguna profesional, atau kepada pedagang besar lainnya, atau yang bertindak sebagai agen atau broker dalam pembelian atau penjualan barang, baik perorangan maupun perusahaan. Perdagangan di subsektor kriya dibatasi hanya untuk perdagangan produk industri pengolahan di subsektor kriya yang berasal dari produksi dalam negeri atau domestik saja.
Output perdagangan adalah marjin perdagangan, yaitu nilai jual dikurangi nilai beli barang yang diperdagangkan setelah dikurangi dengan biaya angkutan yang dikeluarkan oleh
(38)
Laporan Penyusunan PDRB Ekonomi Kreatif Provinsi Jawa Barat Tahun 2010-2016 24
pedagang. Konsumsi antaranya adalah seluruh biaya yang digunakan untuk kepentingan usaha perdagangan, seperti perlengkapan tulis menulis, bahan pengepak dan pembungkus, rekening listrik dan telepon, serta biaya iklan.
Industri perdagangan eceran bukan mobil dan sepeda motor dalam Matriks Supply meliputi penjualan kembali (tanpa perubahan teknis), baik barang baru maupun bekas, utamanya kepada masyarakat umum untuk konsumsi atau penggunaan perorangan maupun rumah tangga, melalui toko, departement store, kios, mail-order houses, penjual dari pintu ke pintu, pedagang keliling, koperasi konsumsi, rumah pelelangan, dan lain-lain. Pada umumnya, pedagang pengecer memperoleh hak atas barang-barang yang dijualnya, tetapi beberapa pedagang pengecer ada yang bertindak sebagai agen dan menjual atas dasar konsinyasi atau komisi. Perdagangan di subsektor kriya dibatasi hanya untuk perdagangan produk industri pengolahan di subsektor kriya yang berasal dari produksi dalam negeri atau domestik saja.
Penghitungan output untuk kegiatan perdagangan menggunakan pendekatan tidak langsung/commodity flow, yaitu dengan menghitung besarnya marjin perdagangan barang-barang subsektor kriya yang diperdagangkan. Dalam pendekatan ini dibutuhkan rasio marjin perdagangan besar dan eceran. Marjin perdagangan diperoleh dari perkalian antara output industri pengolahannya dengan rasio marjin perdagangan besar dan eceran untuk masing-masing produk. Output yang didapat dari perkalian tersebut merupakan output utama. Sedangkan untuk output sekundernya dihitung menggunakan rasio terhadap output utamanya. Rasio margin perdagangan mengikuti rasio margin perdagangan nasional.
(39)
Laporan Penyusunan PDRB Ekonomi Kreatif Provinsi Jawa Barat Tahun 2010-2016 25 Sumber data:
1. Data Output Sektor Barang, BPS Provinsi Jawa Barat;
2. Sensus Ekonomi 2006 Provinsi Jawa Barat, BPS Provinsi Jawa Barat.
h. Subsektor Kuliner
Industri: Industri Pengolahan
Tahap pertama dalam penyusunan Matriks
Supply Ekonomi Kreatif khususnya kategori
Industri Pengolahan adalah mengidentiikasi kode lima digit KBLI kedalam setiap klasiikasi Matriks Supply baik menurut produk maupun industri. Tahap selanjutnya adalah disagregasi setiap produk Matriks Supply baik output maupun NTB ke dalam lima digit KBLI menggunakan data IBS dan IMK tahun 2010. Disagregasi dilakukan untuk semua produk baik produk utama maupun produk sekunder.
Setelah memperoleh output menurut lima digit KBLI, kemudian dilakukan agregasi menurut produk dan industri untuk klasiikasi sektor ekonomi kreatif dan sektor non ekonomi kreatif
Sumber data:
1. Sensus Ekonomi 2006 Provinsi Jawa Barat, BPS Provinsi Jawa Barat;
2. Matriks Supply Provinsi Jawa Barat tahun 2010, BPS Provinsi Jawa Barat
3. Statistik Industri Besar dan Sedang (IBS) Tahunan, BPS Provinsi Jawa Barat
Industri: Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi dan Perawatan Mobil dan Sepeda Motor
Industri perdagangan di subsektor Kuliner dibatasi hanya untuk perdagangan barang-barang domestik yang merupakan produk dari industri pengolahan di subsektor Kuliner.
Penghitungan output untuk kegiatan perdagangan menggunakan pendekatan
(40)
Laporan Penyusunan PDRB Ekonomi Kreatif Provinsi Jawa Barat Tahun 2010-2016
26
tidak langsung/commodity flow yaitu dengan menghitung besarnya marjin perdagangan barang-barang subsektor kuliner yang diperdagangkan. Dalam pendekatan ini dibutuhkan rasio marjin perdagangan besar dan eceran. Marjin perdagangan diperoleh dari perkalian antara output industri pengolahannya dengan rasio marjin perdagangan besar dan eceran untuk masing-masing produk. Output yang didapat dari perkalian tersebut merupakan output utama. Sedangkan untuk output sekundernya dihitung menggunakan rasio terhadap output utamanya. Rasio margin perdagangan mengikuti rasio margin perdagangan nasional.
Sumber data:
1. Data Output Sektor Barang, BPS Provinsi Jawa Barat;
2. Sensus Ekonomi 2006 Provinsi Jawa Barat, BPS Provinsi Jawa Barat.
Industri: Penyediaan Akomodasi dan Penyediaan Makan Minum
Semua kegiatan yang masuk dalam kategori penyediaan makan minum merupakan cakupan dalam subsektor kuliner. Total Output produk jasa penyediaan makan minum merupakan perkalian konsumsi makanan jadi per kapita dengan jumlah penduduk pertengahan tahun. Data konsumsi yang diperoleh dari Survei Sosial dan Ekonomi Nasional (SUSENAS) merupakan konsumsi seluruh anggota rumahtangga, baik di dalam negeri maupun di luar negeri (misalnya turis Indonesia membeli makanan di restoran di luar negeri), dengan kata lain output yang dihasilkan merupakan total Supply produk jasa penyediaan makan minum yang dihasilkan oleh seluruh industri, termasuk yang berasal dari impor.
Untuk mendapatkan total output domestik produk jasa penyediaan makan minum
(41)
Laporan Penyusunan PDRB Ekonomi Kreatif Provinsi Jawa Barat Tahun 2010-2016 27
SUSENAS maka konsumsi penduduk tersebut dikurangi dengan impor produk jasa penyediaan makan minum lalu ditambah dengan ekspor produk jasa penyediaan makan minum.
Persamaan formulanya bisa disederhanakan, sebagai berikut:
Total Supply = Total Use Output Domestik + Impor = Total Konsumsi (konsumsi antara dan konsumsi akhir) + Ekspor Output Domestik = Total Konsumsi + Ekspor – Impor
Selain itu, konsumsi rumahtangga yang didata di SUSENAS, bisa dilakukan di penyediaan makan minum baik di restoran yang ada di kereta api, di angkutan udara, maupun di hotel. Ini merupakan produk sekunder dari industri kereta api, angkutan udara, industri penyediaan akomodasi, dan industri lainnya. Jadi, untuk menghitung output jasa penyediaan makan minum yang khusus dihasilkan oleh industri penyediaan makan minum, maka harus dikurangi output jasa penyediaan makan minum yang dihasilkan oleh industri-industri lain tersebut.
Sumber data:
1. Survei Sosial dan Ekonomi Nasional (SUSENAS), BPS Provinsi Jawa Barat; 2. Publikasi Proyeksi Penduduk 2010-2035,
BPS Provinsi Jawa Barat.
i. Subsektor Musik
Industri: Industri Pengolahan
Tahap pertama dalam penyusunan Matriks
Supply Ekonomi Kreatif khususnya kategori
Industri Pengolahan adalah mengidentiikasi kode lima digit KBLI kedalam setiap klasiikasi Matriks Supply baik menurut produk maupun
industri. Tahap selanjutnya adalah disagregasi setiap produk Matriks Supply baik output maupun
NTB ke dalam lima digit KBLI menggunakan data IBS dan IMK tahun 2010. Disagregasi dilakukan
(42)
Laporan Penyusunan PDRB Ekonomi Kreatif Provinsi Jawa Barat Tahun 2010-2016 28
untuk semua produk baik produk utama maupun produk sekunder.
Setelah memperoleh output menurut lima digit KBLI, kemudian dilakukan agregasi menurut produk dan industri untuk klasiikasi sektor ekonomi kreatif dan sektor non ekonomi kreatif.
Sumber data:
1. Sensus Ekonomi 2006 Provinsi Jawa Barat, BPS Provinsi Jawa Barat;
2. Matriks Supply Provinsi Jawa Barat tahun 2010, BPS Provinsi Jawa Barat;
3. Statistik Industri Besar dan Sedang (IBS) Tahunan, BPS Provinsi Jawa Barat.
Industri: Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi dan Perawatan Mobil dan Sepeda Motor
Industri perdagangan di subsektor Musik dibatasi hanya untuk perdagangan barang-barang domestik yang merupakan produk barang di subsektor Musik.
Penghitungan output untuk kegiatan perdagangan menggunakan pendekatan tidak langsung/commodity flow yaitu dengan menghitung besarnya marjin perdagangan barang-barang subsektor musik yang diperdagangkan. Dalam pendekatan ini dibutuhkan rasio marjin perdagangan besar dan eceran. Marjin perdagangan diperoleh dari perkalian antara output industri pengolahannya dengan rasio marjin perdagangan besar dan eceran untuk masing-masing produk. Output yang didapat dari perkalian tersebut merupakan output utama. Sedangkan untuk output sekundernya dihitung menggunakan rasio terhadap output utamanya. Rasio margin perdagangan mengikuti rasio margin perdagangan nasional.
(43)
Laporan Penyusunan PDRB Ekonomi Kreatif Provinsi Jawa Barat Tahun 2010-2016 29 Sumber data:
1. Data Output Sektor Barang, BPS Provinsi Jawa Barat;
2. Sensus Ekonomi 2006 Provinsi Jawa Barat, BPS Provinsi Jawa Barat.
Industri: Informasi dan Komunikasi
Dengan menggunakan data Sensus Ekonomi 2006, data Supply industri produksi gambar
bergerak, video dan program televisi, perekaman suara dan penerbitan musik diproporsikan untuk memperoleh output subsektor musik. Untuk struktur Supply, menggunakan struktur data produksi Industri Besar dan Sedang dan data Sensus Ekonomi 2006.
Sumber data:
1. Sensus Ekonomi 2006 Provinsi Jawa Barat, BPS Provinsi Jawa Barat;
2. Matriks Supply 2010, BPS Provinsi Jawa Barat;
3. Statistik Industri Besar dan Sedang (IBS) Tahunan, BPS Provinsi Jawa Barat.
Industri: Jasa Perusahaan
Estimasi output didasarkan pada hasil Sensus Ekonomi 2006 (SE 2006). Dari hasil SE 2006 diperoleh level output tahun 2006 menurut lima digit KBLI 2005. Level output yang telah diperoleh digunakan sebagai dasar untuk melakukan estimasi output tahun 2010 menurut lima digit KBLI 2005. Selanjutnya, dilakukan proses bridging untuk memperoleh output industri kreatif tahun 2010 menurut KBLI 2015. Struktur Supply dibentuk dengan menggunakan
hasil Matriks Supply Provinsi Jawa Barat. Sumber data:
1. Sensus Ekonomi 2006 Provinsi Jawa Barat, BPS Provinsi Jawa Barat;
2. Matriks Supply Provinsi tahun 2010, BPS Provinsi Jawa Barat.
(44)
Laporan Penyusunan PDRB Ekonomi Kreatif Provinsi Jawa Barat Tahun 2010-2016 30
Industri: Pendidikan
Output diperoleh dari hasil perkalian antara indikator produksi dan indikator harga. Indikator produksi yang digunakan adalah jumlah peserta kursus, sedangkan indikator harga yang digunakan adalah output per peserta kursus. Data jumlah peserta kursus diperoleh dari Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat, sedangkan data output per peserta kursus menggunakan Struktur PDB. Struktur supply dibentuk dengan
menggunakan hasil Matrik Supply Provinsi Jawa Barat.
Sumber data:
1. Sensus Ekonomi 2006 Provinsi Jawa Barat, BPS Provinsi Jawa Barat;
2. Matriks Supply Provinsi Jawa Barat, BPS Provinsi Jawa Barat;
3. Data Kursus Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat.
Industri: Jasa Lainnya
Output dihitung menggunakan pendekatan produksi, yaitu dengan mengalikan antara Indikator Produksi (IP) dan Indikator Harga (IH). Indikator harga untuk Tahun 2010 diperoleh dengan meng-inflate indikator harga Tahun 2006
ke Tahun 2010 menggunakan pertumbuhan IHK secara berantai.
Sumber data:
1. Sensus Ekonomi 2006 Provinsi Jawa Barat, BPS Provinsi Jawa Barat;
2. Statistik Indeks Harga Konsumen, BPS Provinsi Jawa Barat.
j. Subsektor Fesyen
Industri: Industri Pengolahan
Tahap pertama dalam penyusunan Matriks
Supply Ekonomi Kreatif khususnya kategori
Industri Pengolahan adalah mengidentiikasi kode lima digit KBLI kedalam setiap klasiikasi
(45)
Laporan Penyusunan PDRB Ekonomi Kreatif Provinsi Jawa Barat Tahun 2010-2016 31
Matriks Supply baik menurut produk maupun
industri. Tahap selanjutnya adalah disagregasi setiap produk Matriks Supply baik output maupun
NTB ke dalam lima digit KBLI menggunakan data IBS dan IMK tahun 2010. Disagregasi dilakukan untuk semua produk baik produk utama maupun produk sekunder.
Setelah memperoleh output menurut lima digit KBLI, kemudian dilakukan agregasi menurut produk dan industri untuk klasiikasi sektor ekonomi kreatif dan sektor non ekonomi kreatif
Sumber data:
1. Sensus Ekonomi 2006 Provinsi Jawa Barat, BPS Provinsi Jawa Barat;
2. Matriks Supply Provinsi Jawa Barat tahun 2010, BPS Provinsi Jawa Barat;
3. Statistik Industri Besar dan Sedang (IBS) Tahunan, BPS Provinsi Jawa Barat
Industri: Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi dan Perawatan Mobil dan Sepeda Motor
Industri perdagangan di subsektor Fesyen dibatasi hanya untuk perdagangan barang-barang domestik yang merupakan produk dari industri pengolahan di subsektor Fesyen.
Penghitungan output untuk kegiatan perdagangan menggunakan pendekatan tidak langsung/commodity flow yaitu dengan menghitung besarnya marjin perdagangan barang-barang subsektor fesyen yang diperdagangkan. Dalam pendekatan ini dibutuhkan rasio marjin perdagangan besar dan eceran. Marjin perdagangan diperoleh dari perkalian antara output industri pengolahannya dengan rasio marjin perdagangan besar dan eceran untuk masing-masing produk. Output yang didapat dari perkalian tersebut merupakan output utama. Sedangkan untuk output sekundernya dihitung menggunakan
(46)
Laporan Penyusunan PDRB Ekonomi Kreatif Provinsi Jawa Barat Tahun 2010-2016 32
rasio terhadap output utamanya. Rasio margin perdagangan mengikuti rasio margin perdagangan nasional.
Sumber data:
1. Data Output Sektor Barang, BPS Provinsi Jawa Barat;
2. Matriks Supply Provinsi Jawa Barat tahun 2010, BPS Provinsi Jawa Barat
Industri: Pendidikan
Output diperoleh dari hasil perkalian antara indikator produksi dan indikator harga. Indikator produksi yang digunakan adalah jumlah peserta kursus, sedangkan indikator harga yang digunakan adalah output per peserta kursus. Data jumlah peserta kursus diperoleh dari Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat, sedangkan data output per peserta kursus menggunakan Struktur PDB. Struktur supply dibentuk dengan menggunakan hasil Matrik Supply Provinsi Jawa Barat.
Sumber data:
1. Sensus Ekonomi 2006 Provinsi Jawa Barat, BPS Provinsi Jawa Barat;
2. Matriks Supply Provinsi Jawa Barat, BPS Provinsi Jawa Barat;
3. Data Kursus Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat.
k. Subsektor Aplikasi dan Game Developer
Industri: Informasi dan Komunikasi
Subsektor aplikasi dan game developer
menggunakan data Sensus Ekonomi 2006 dan indikator PDRB seri 2000 sehingga diperoleh estimasi Supply tahun 2010. Untuk struktur
Supply, diperoleh dari struktur pendapatan
laporan keuangan perusahaan go public dan data Sensus Ekonomi 2006.
Estimasi Supply subsektor aplikasi dan
game developer di industri penerbitan diperoleh
(47)
Laporan Penyusunan PDRB Ekonomi Kreatif Provinsi Jawa Barat Tahun 2010-2016 33
menggunakan data sensus ekonomi 2006. Untuk struktur Supply menggunakan struktur data produksi Industri Besar dan Sedang dan data Sensus Ekonomi 2006.
Sumber data:
1. Sensus Ekonomi 2006 Provinsi Jawa Barat, BPS Provinsi Jawa Barat;
2. Matriks Supply Provinsi Jawa Barat tahun 2010, BPS Provinsi Jawa Barat.
Industri: Jasa Perusahaan
Estimasi output didasarkan pada hasil Sensus Ekonomi 2006 (SE 2006). Dari hasil SE 2006 diperoleh level output tahun 2006 menurut lima digit KBLI 2005. Level output yang telah diperoleh digunakan sebagai dasar untuk melakukan estimasi output tahun 2010 menurut lima digit KBLI 2005. Selanjutnya, dilakukan proses bridging untuk memperoleh output industri kreatif tahun 2010 menurut KBLI 2015. Struktur Supply dibentuk dengan menggunakan
hasil Matriks Supply Provinsi Jawa Barat. Sumber data:
1. Sensus Ekonomi 2006 Provinsi Jawa Barat, BPS Provinsi Jawa Barat;
2. Matriks Supply Provinsi Jawa Barat tahun 2010, BPS Provinsi Jawa Barat.
Industri: Jasa Lainnya
Output dihitung menggunakan pendekatan produksi, yaitu dengan mengalikan antara Indikator Produksi (IP) dan Indikator Harga (IH). Indikator harga untuk Tahun 2010 diperoleh dengan meng-inflate indikator harga Tahun 2006
ke Tahun 2010 menggunakan pertumbuhan IHK secara berantai.
Sumber data:
1. Sensus Ekonomi 2006 Provinsi Jawa Barat, BPS Provinsi Jawa Barat;
2. Statistik Indeks Harga Konsumen,BPS Provinsi Jawa Barat.
(48)
Laporan Penyusunan PDRB Ekonomi Kreatif Provinsi Jawa Barat Tahun 2010-2016 34
l. Subsektor Penerbitan
Industri: Industri Pengolahan
Tahap pertama dalam penyusunan Matriks
Supply Ekonomi Kreatif khususnya kategori
Industri Pengolahan adalah mengidentiikasi kode lima digit KBLI kedalam setiap klasiikasi Matriks Supply baik menurut produk maupun
industri. Tahap selanjutnya adalah disagregasi setiap produk Matriks Supply baik output maupun
NTB ke dalam lima digit KBLI menggunakan data IBS dan IMK tahun 2010. Disagregasi dilakukan untuk semua produk baik produk utama maupun produk sekunder.
Setelah memperoleh output menurut lima digit KBLI, kemudian dilakukan agregasi menurut produk dan industri untuk klasiikasi sektor ekonomi kreatif dan sektor non ekonomi kreatif.
Sumber data:
1.Sensus Ekonomi 2006 Provinsi Jawa Barat, BPS Provinsi Jawa Barat;
2. Matriks Supply Provinsi Jawa Barat tahun 2010, BPS Provinsi Jawa Barat;
3. Statistik Industri Besar dan Sedang (IBS) Tahunan, BPS Provinsi Jawa Barat
Industri: Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi dan Perawatan Mobil dan Sepeda Motor
Industri perdagangan di subsektor Penerbitan dibatasi hanya untuk perdagangan barang-barang domestik yang merupakan produk barang di subsektor Penerbitan.
Penghitungan output untuk kegiatan perdagangan menggunakan pendekatan tidak langsung/commodity flow yaitu dengan menghitung besarnya marjin perdagangan barang-barang subsektor penerbitan yang diperdagangkan. Dalam pendekatan ini dibutuhkan rasio marjin perdagangan besar
(49)
Laporan Penyusunan PDRB Ekonomi Kreatif Provinsi Jawa Barat Tahun 2010-2016 35
dan eceran. Marjin perdagangan diperoleh dari perkalian antara output industri pengolahannya dengan rasio marjin perdagangan besar dan eceran untuk masing-masing produk. Output yang didapat dari perkalian tersebut merupakan output utama. Sedangkan untuk output sekundernya dihitung menggunakan rasio terhadap output utamanya. Rasio margin perdagangan mengikuti rasio margin perdagangan nasional.
Sumber data:
1. Data Output Sektor Barang, BPS Provinsi Jawa Barat;
2. Matriks Supply Provinsi Jawa Barat,BPS Provinsi Jawa Barat.
Industri: Informasi dan Komunikasi
Estimasi output didasarkan pada hasil Sensus Ekonomi 2006 (SE 2006). Dari hasil SE 2006 diperoleh level output tahun 2006 menurut lima digit KBLI 2005. Level output yang telah diperoleh digunakan sebagai dasar untuk melakukan estimasi output tahun 2010 menurut lima digit KBLI 2005. Selanjutnya, dilakukan proses bridging untuk memperoleh output industri kreatif tahun 2010 menurut KBLI 2015. Struktur Supply dibentuk dengan menggunakan
hasil Matriks Supply Provinsi Jawa Barat. Sumber data:
1. Sensus Ekonomi 2006 Provinsi Jawa Barat, BPS Provinsi Jawa Barat;
2. Matriks Supply Provinsi Jawa Barat tahun 2010, BPS Provinsi Jawa Barat.
Industri: Jasa Perusahaan
Estimasi output didasarkan pada hasil Sensus Ekonomi 2006 (SE 2006). Dari hasil SE 2006 diperoleh level output tahun 2006 menurut lima digit KBLI 2005. Level output yang telah diperoleh digunakan sebagai dasar untuk melakukan estimasi output tahun 2010 menurut
(50)
Laporan Penyusunan PDRB Ekonomi Kreatif Provinsi Jawa Barat Tahun 2010-2016
36
lima digit KBLI 2005. Selanjutnya, dilakukan proses bridging untuk memperoleh output industri kreatif tahun 2010 menurut KBLI 2015. Struktur Supply dibentuk dengan menggunakan
hasil Matriks Supply Provinsi Jawa Barat. Sumber data:
1. Sensus Ekonomi 2006 Provinsi Jawa Barat, BPS Provinsi Jawa Barat;
2. Matriks Supply Provinsi Jawa Barat tahun 2010, BPS Provinsi Jawa Barat
Industri: Jasa Lainnya
Output dihitung menggunakan pendekatan produksi, yaitu dengan mengalikan antara Indikator Produksi (IP) dan Indikator Harga (IH). Indikator harga untuk Tahun 2010 diperoleh dengan meng-inflate indikator harga Tahun 2006
ke Tahun 2010 menggunakan pertumbuhan IHK secara berantai.
Sumber data:
1. Sensus Ekonomi 2006 Provinsi Jawa Barat, BPS Provinsi Jawa Barat;
2. Statistik Indeks Harga Konsumen,BPS Provinsi Jawa Barat.
m. Subsektor Periklanan Industri: Jasa Perusahaan
Estimasi output didasarkan pada hasil Sensus Ekonomi 2006 (SE 2006). Dari hasil SE 2006 diperoleh level output tahun 2006 menurut lima digit KBLI 2005. Level output yang telah diperoleh digunakan sebagai dasar untuk melakukan estimasi output tahun 2010 menurut lima digit KBLI 2005. Selanjutnya, dilakukan proses bridging untuk memperoleh output industri kreatif tahun 2010 menurut KBLI 2015. Struktur Supply dibentuk dengan menggunakan
(51)
Laporan Penyusunan PDRB Ekonomi Kreatif Provinsi Jawa Barat Tahun 2010-2016 37 Sumber data:
1. Sensus Ekonomi 2006 Provinsi Jawa Barat, BPS Provinsi Jawa Barat;
2. Matriks Supply Provinsi Jawa Barat tahun 2010, BPS Provinsi Jawa Barat.
n. Subsektor Televisi dan Radio Industri: Informasi dan Komunikasi
Estimasi output didasarkan pada hasil Sensus Ekonomi 2006 (SE 2006). Dari hasil SE 2006 diperoleh level output tahun 2006 menurut lima digit KBLI 2005. Level output yang telah diperoleh digunakan sebagai dasar untuk melakukan estimasi output tahun 2010 menurut lima digit KBLI 2005. Selanjutnya, dilakukan proses bridging untuk memperoleh output industri kreatif tahun 2010 menurut KBLI 2015. Struktur Supply dibentuk dengan menggunakan hasil Matriks Supply Provinsi Jawa Barat.
Sumber data:
1. Sensus Ekonomi 2006 Provinsi Jawa Barat, BPS Provinsi Jawa Barat;
2. Matriks Supply Provinsi Jawa Barat tahun 2010, BPS Provinsi Jawa Barat
o. Subsektor Seni Pertunjukan Industri: Jasa Perusahaan
Estimasi output didasarkan pada hasil Sensus Ekonomi 2006 (SE 2006). Dari hasil SE 2006 diperoleh level output tahun 2006 menurut lima digit KBLI 2005. Level output yang telah diperoleh digunakan sebagai dasar untuk melakukan estimasi output tahun 2010 menurut lima digit KBLI 2005. Selanjutnya, dilakukan proses bridging untuk memperoleh output industri kreatif tahun 2010 menurut KBLI 2015. Struktur Supply dibentuk dengan menggunakan
(52)
Laporan Penyusunan PDRB Ekonomi Kreatif Provinsi Jawa Barat Tahun 2010-2016 38
Sumber data:
1. Sensus Ekonomi 2006 Provinsi Jawa Barat, BPS Provinsi Jawa Barat;
2. Matriks Supply Provinsi Jawa Barat tahun 2010, BPS Provinsi Jawa Barat.
Industri: Pendidikan
Output diperoleh dari hasil perkalian antara indikator produksi dan indikator harga. Indikator produksi yang digunakan adalah jumlah peserta kursus, sedangkan indikator harga yang digunakan adalah output per peserta kursus. Data jumlah peserta kursus diperoleh dari Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat, sedangkan data output per peserta kursus menggunakan Struktur PDB. Struktur supply dibentuk dengan
menggunakan hasil Matrik Supply Provinsi Jawa Barat.
Sumber data:
1. Sensus Ekonomi 2006 Provinsi Jawa Barat, BPS Provinsi Jawa Barat;
2. Matriks Supply Provinsi Jawa Barat, BPS Provinsi Jawa Barat;
3. Data Kursus Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat.
Industri: Jasa Lainnya
Output dihitung menggunakan pendekatan produksi, yaitu dengan mengalikan antara Indikator Produksi (IP) dan Indikator Harga (IH). Indikator harga untuk Tahun 2010 diperoleh dengan meng-inflate indikator harga Tahun 2006
ke Tahun 2010 menggunakan pertumbuhan IHK secara berantai.
Sumber data:
1. Sensus Ekonomi 2006 Provinsi Jawa Barat, BPS Provinsi Jawa Barat;
2. Statistik Indeks Harga Konsumen,BPS Provinsi Jawa Barat.
(53)
Laporan Penyusunan PDRB Ekonomi Kreatif Provinsi Jawa Barat Tahun 2010-2016 39
p. Subsektor Seni Rupa
Industri: Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi dan Perawatan Mobil dan Sepeda Motor
Estimasi Supply/output diperoleh proporsi output industri tersebut terhadap total output industri perdagangan eceran, dengan menggunakan data sensus ekonomi 2006. Untuk struktur Supply, juga menggunakan data Sensus Ekonomi 2006.
Sumber data:
1. Sensus Ekonomi 2006 Provinsi Jawa Barat, BPS Provinsi Jawa Barat;
2. Matriks Supply Provinsi Jawa Barat tahun 2010, BPS Provinsi Jawa Barat
Industri: Jasa Perusahaan
Estimasi output didasarkan pada hasil Sensus Ekonomi 2006 (SE 2006). Dari hasil SE 2006 diperoleh level output tahun 2006 menurut lima digit KBLI 2005. Level output yang telah diperoleh digunakan sebagai dasar untuk melakukan estimasi output tahun 2010 menurut lima digit KBLI 2005. Selanjutnya, dilakukan proses bridging untuk memperoleh output industri kreatif tahun 2010 menurut KBLI 2015. Struktur Supply dibentuk dengan menggunakan
hasil Matriks Supply Provinsi Jawa Barat. Sumber data:
1. Sensus Ekonomi 2006 Provinsi Jawa Barat, BPS Provinsi Jawa Barat;
2. Matriks Supply Provinsi Jawa Barat tahun 2010, BPS Provinsi Jawa Barat.
Industri: Pendidikan
Output diperoleh dari hasil perkalian antara indikator produksi dan indikator harga. Indikator produksi yang digunakan adalah jumlah peserta kursus, sedangkan indikator harga yang digunakan adalah output per peserta kursus.
(54)
Laporan Penyusunan PDRB Ekonomi Kreatif Provinsi Jawa Barat Tahun 2010-2016 40
Data jumlah peserta kursus diperoleh dari Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat, sedangkan data output per peserta kursus menggunakan Struktur PDB. Struktur supply dibentuk dengan
menggunakan hasil Matrik Supply Provinsi Jawa Barat.
Sumber data:
1. Sensus Ekonomi 2006 Provinsi Jawa Barat, BPS Provinsi Jawa Barat;
2. Matriks Supply Provinsi Jawa Barat, BPS Provinsi Jawa Barat;
3. Data Kursus Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat.
Industri: Jasa Lainnya
Output dihitung menggunakan pendekatan produksi, yaitu dengan mengalikan antara Indikator Produksi (IP) dan Indikator Harga (IH). Indikator harga untuk Tahun 2010 diperoleh dengan meng-inflate indikator harga Tahun 2006 ke Tahun 2010 menggunakan pertumbuhan IHK secara berantai.
Sumber data:
1. Sensus Ekonomi 2006 Provinsi Jawa Barat, BPS Provinsi Jawa Barat;
2. Statistik Indeks Harga Konsumen, BPS Provinsi Jawa Barat.
3.2 Metode Penyusunan Produk Domestik
Regional Bruto (PDRB) Ekonomi Kreatif
Tahun 2011-2016
3.2.1 Konsep Dasar PDRB
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan nilai tambah bruto seluruh barang dan jasa yang tercipta atau dihasilkan di wilayah domestik yang timbul akibat berbagai aktivitas ekonomi dalam suatu periode tertentu, tanpa memperhatikan apakah faktor produksi dimiliki oleh residen atau non-residen.
Ada 3 pendekatan
untuk menghitung
PDRB,
yaitu PDRB
produksi, PDRB
pendapatan
dan PDRB
pengeluaran
(55)
Laporan Penyusunan PDRB Ekonomi Kreatif Provinsi Jawa Barat Tahun 2010-2016 41
Ada 3 pendekatan untuk menghitung PDRB, yaitu sebagai berikut:
1. PDRB produksi adalah jumlah nilai tambah
seluruh aktivitas ekonomi, dimana nilai tambah diperoleh dari output dikurangi konsumsi antara.
2. PDRB pendapatan adalah jumlah seluruh
balas jasa faktor produksi berupa Kompesasi Tenaga Kerja, Surplus Usaha, Penyusutan dan Pajak Produksi & Impor.
3. PDRB pengeluaran adalah jumlah seluruh
permintaan akhir, yaitu konsumsi rumah tangga, konsumsi pemerintah, pembentukan modal dan perubahan inventori, ekspor, dikurangi impor (C + G + I + X – M).
a. Output (Nilai Produksi)
Output adalah nilai barang atau jasa
yang dihasilkan dalam suatu periode tertentu, biasanya satu tahun, dan dinilai atas dasar harga dasar (basic price).
Jenis output ada 2 (dua) macam yaitu: i. Output utama (output utama produksi), ii. Output sekunder
b. Konsumsi Antara
Konsumsi Antara adalah nilai barang dan jasa yang dikonsumsi sebagai input dalam proses produksi atau nilai barang dan jasa tidak tahan lama yang digunakan/ habis dalam proses produksi. Konsumsi antara ini dinilai atas harga pembeli.
c. Nilai Tambah
c.1 Nilai Tambah Bruto (NTB)
Nilai Tambah Bruto adalah selisih antara output dan konsumsi antara, yang merupakan produk dari proses produksi.
(56)
Laporan Penyusunan PDRB Ekonomi Kreatif Provinsi Jawa Barat Tahun 2010-2016 42
Produk ini terdiri atas :
a. Pendapatan faktor yang terdiri dari : - Kompensasi tenaga kerja
- Sewa tanah sebagai balas jasa tanah
- Bunga sebagai jasa modal, dan - Keuntungan sebagai balas jasa ke wiraswasta
b. Konsumsi barang modal tetap yang dipakai untuk produksi
c. Pajak lainnya atas produksi dikuran- gi subsidi lainnya atas produksi
PDRB dapat dinyatakan sebagai : a. PDRB Atas Dasar Harga Berlaku (PDRB adhb)
Nilai tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga berlaku pada setiap tahun.
b. PDRB Atas Dasar Harga Konstan (PDRB adhk)
Nilai tambah barang dan jasa tersebut yang dihitung menggunakan harga pada satu tahun tertentu sebagai dasar penghitungan.
Pendekatan Penghitungan PDRB Atas Dasar Harga Berlaku (PDRB ADHB) ada 3 yaitu: Produksi, Pendapatan dan Pengeluaran.
1. Menurut Pendekatan Produksi.
Menghitung nilai tambah seluruh kegiatan ekonomi dengan cara mengurangkan konsumsi antara dari masing-masing total nilai produksi/pendapatan (output) tiap-tiap lapangan usaha.
(57)
Laporan Penyusunan PDRB Ekonomi Kreatif Provinsi Jawa Barat Tahun 2010-2016 43
Dimana : Output b,t = Output/nilai produksi bruto atas dasar harga berlaku tahun t
NTBb,t = Nilai tambah bruto atas dasar harga berlaku tahun ke-t
Produksit = Kuantum produksi tahun ke-t Hargat = Harga produksi tahun ke-t
2. Menurut Pendekatan Pendapatan
PDRB merupakan balas jasa yang diterima oleh faktor-faktor produksi.
PDRB = Kompensasi Tenaga Kerja + Surplus Usaha Neto + Konsumsi Barang Modal Tetap + Pajak atas Produksi dan Impor.
3. Menurut Pendekatan Pengeluaran
PDRB adalah penjumlahan semua komponen permintaan akhir.
PDRB = Konsumsi rumahtangga + Konsumsi Pemerintah + PMTB + Perubahan stok + (Ekspor - Impor).
Pendekatan Penghitungan PDRB Atas Dasar Harga Konstan (PDRB ADHK) ada 3 yaitu: Revaluasi, Ekstrapolasi dan Deflasi.
1. Revaluasi yaitu perkalian kuantum produksi
tahun yang berjalan dengan harga tahun dasar.
Dalam rumus dapat dinyatakan sebagai berikut :
2. Ekstrapolasi yaitu dengan cara
mengalikan nilai tahun dasar dengan suatu indeks kuantum dibagi 100.
(58)
Laporan Penyusunan PDRB Ekonomi Kreatif Provinsi Jawa Barat Tahun 2010-2016 44
Dalam rumus dapat dinyatakan sebagai berikut :
3. Deflasi yaitu dengan cara membagi nilai
pada tahun berjalan dengan suatu indeks harga dibagi 100.
Dalam rumus dapat dinyatakan sebagai berikut :
3.2.2 Metode Estimasi PDRB Ekonomi
Kreatif Tahun 2011-2016
Tahapan metode estimasi PDRB Ekonomi Kreatif tahun 2011-2016 adalah sebagai berikut:
1. PDRB Ekraf tahun 2010 diturunkan dari hasil Matriks Supply Ekraf tahun 2010.
2. Pengidentiikasian dan pengumpulan data produksi/indikator produksi dan harga/indikator harga dari masing-masing subsektor ekraf tahun 2011-2016.
3. Penghitungan output dan NTB atas dasar harga berlaku dengan metode pendekatan produksi dari masing-masing subsektor ekraf tahun2011-2016.
4. Penghitungan output dan NTB atas dasar harga konstan dengan metode ektrapolasi/
deflasi dari masing-masing subsektor ekraf
tahun 2011-2016.
5. Proses rekonsiliasi, uji kelayakan dan kewajaran.
Berikut metode penghitungan PDRB ekonomi kreatif atas dasar harga berlaku dan atas dasar harga konstan 2010=100 menurut subsektor ekonomi kreatif tahun 2011 sampai tahun 2016.
(59)
Laporan Penyusunan PDRB Ekonomi Kreatif Provinsi Jawa Barat Tahun 2010-2016 45
a. Subsektor Arsitektur Industri: Jasa Perusahaan
• PDRB Atas dasar Harga Berlaku
(ADHB)
PDRB atas dasar harga berlaku subsektor Arsitektur tahun 2011-2016 diestimasi menggunakan indikator dari PDRB atas dasar harga berlaku konstruksi.
• PDRB Atas dasar Harga Konstan
2010=100 (adhk)
PDRB atas dasar harga konstan 2010=100 subsektor Arsitektur tahun 2011-2016 diestimasi menggunakan indikator dari PDRB atas dasar harga konstan 2010=100 konstruksi.
Sumber data:
1. Matriks Supply Provinsi Jawa Barat tahun 2010, BPS Provinsi Jawa Barat
2. PDRB Provinsi Jawa Barat, BPS Provinsi Jawa Barat.
b. Subsektor Desain Interior Industri: Jasa Perusahaan
• PDRB Atas dasar Harga Berlaku
(ADHB)
PDRB atas dasar harga berlaku tahun 2011-2016 diestimasi menggunakan indikator dari PDRB atas dasar harga berlaku real estate.
• PDRB Atas dasar Harga Konstan
2010=100 (ADHK)
PDRB atas dasar harga konstan 2010=100 tahun 2011-2016 diestimasi menggunakan indikator dari PDRB atas dasar harga konstan 2010=100 real estate.
(60)
Laporan Penyusunan PDRB Ekonomi Kreatif Provinsi Jawa Barat Tahun 2010-2016
46
Sumber data:
1. Matriks Supply Provinsi Jawa Barat tahun 2010, BPS Provinsi Jawa Barat
2. PDRB Provinsi Jawa Barat, BPS Provinsi Jawa Barat
Industri: Pendidikan
• PDRB Atas dasar Harga Berlaku
(ADHB)
PDRB atas dasar harga berlaku tahun 2011-2016 diestimasi sebagai perkalian antara PDRB atas dasar harga konstan 2010=100 dengan IHK kursus.
• PDRB Atas dasar Harga Konstan
2010=100 (ADHK)
PDRB atas dasar harga konstan 2010=100 tahun 2011-2016 diestimasi menggunakan indikator jumlah peserta kursus.
Sumber data:
1. Matriks Supply Provinsi Jawa Barat tahun 2010, BPS Provinsi Jawa Barat;
2. Statistik Harga Konsumen (IHK), BPS Provinsi Jawa Barat;
3. Data Kursus Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat.
c. Subsektor Desain Komunikasi Visual
Industri: Jasa Perusahaan
• PDRB Atas dasar Harga Berlaku
(ADHB)
PDRB atas dasar harga berlaku tahun 2011-2016 diestimasi menggunakan indikator PDRB subsektor periklanan.
• PDRB Atas dasar Harga Konstan
2010=100 (ADHK)
PDRB atas dasar harga konstan 2010=100 tahun 2011-2016 diperoleh dengan metode deflasi, yaitu dengan
(61)
Laporan Penyusunan PDRB Ekonomi Kreatif Provinsi Jawa Barat Tahun 2010-2016 47
cara men-deflate PDRB atas dasar harga berlaku dengan deflator yang bersesuaian.
Sumber data:
1. Matriks Supply Provinsi Jawa Barat tahun 2010, BPS Provinsi Jawa Barat;
2. PDRB subsektor Periklanan
Industri: Pendidikan
• PDRB Atas dasar Harga Berlaku
(ADHB)
PDRB atas dasar harga berlaku tahun 2011-2016 diestimasi sebagai perkalian antara PDRB atas dasar harga konstan 2010=100 dengan IHK kursus.
• PDRB Atas dasar Harga Konstan
2010=100 (ADHK)
PDRB atas dasar harga konstan 2010=100 tahun 2011-2016 diestimasi menggunakan indikator jumlah peserta kursus.
d. Subsektor Desain Produk
Industri: Jasa Perusahaan
• PDRB Atas dasar Harga Berlaku
(ADHB)
PDRB atas dasar harga berlaku tahun 2011-2016 diestimasi menggunakan indikator PDRB atas dasar harga berlaku industri kemasan.
• PDRB Atas dasar Harga Konstan
2010=100 (ADHK)
PDRB atas dasar harga konstan 2010=100 tahun 2011-2016 diestimasi menggunakan indikator PDRB atas dasar harga konstan 2010=100 industri kemasan.
(62)
Laporan Penyusunan PDRB Ekonomi Kreatif Provinsi Jawa Barat Tahun 2010-2016 48
Sumber data:
1. Matriks Supply Provinsi Jawa Barat tahun 2010, BPS Provinsi Jawa Barat;
2. PDRB Provinsi Jawa Barat, BPS Provinsi Jawa Barat.
Industri: Pendidikan
• PDRB Atas dasar Harga Berlaku
(ADHB)
PDRB atas dasar harga berlaku tahun 2011-2016 diestimasi sebagai perkalian antara PDRB atas dasar harga konstan 2010=100 dengan IHK kursus.
• PDRB Atas dasar Harga Konstan
2010=100 (ADHK)
PDRB atas dasar harga konstan 2010=100 tahun 2011-2016 diestimasi menggunakan indikator jumlah peserta kursus.
Sumber data:
1. Matriks Supply Provinsi Jawa Barat tahun 2010, BPS Provinsi Jawa Barat;
2. Statistik Harga Konsumen (IHK), BPS Provinsi Jawa Barat;
3. Data Kursus Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat.
e. Subsektor Film, Animasi, dan Video Industri: Industri Pengolahan
• PDRB Atas Dasar Harga Berlaku
(ADHB)
PDRB Ekonomi Kreatif tahun 2010 didasarkan dari hasil Matriks
Supply Industri Kreatif tahun 2010 dan
sekaligus digunakan sebagai tahun dasar Penyusunan PDRB Industri Kreatif.
PDRB Ekonomi Kreatif atas dasar harga berlaku tahun 2011-2016 khusus
(63)
Laporan Penyusunan PDRB Ekonomi Kreatif Provinsi Jawa Barat Tahun 2010-2016 49
Kategori Industri Pengolahan dihitung menggunakan pendekatan produksi dari data Industri Besar dan Sedang (IBS) dan data Industri Mikro dan Kecil (IMK) tahun 2011-2016.
Data IBS diidentiikasi kedalam Output dan Konsumsi Antara untuk masing-masing 5 digit KBLI. Sedangkan data IMK hanya tersedia dalam 2 digit KBLI, sehingga perlu disagregasi ke dalam 5 digit KBLI menggunakan proporsi dari data IBS. Kemudian hasil penjumlahan output dan konsumsi antara IBS dan IMK tersebut diselaraskan dengan output dan Nilai Tambah Bruto (NTB) atas dasar harga berlaku dari PDRB Industri pengolahan Non Migas. Dari hasil ini akan diperoleh Output dan NTB Industri Kreatif atas dasar harga berlaku.
• PDRB Atas Dasar Harga Konstan
2010=100 (ADHK)
PDRB Industri Kreatif atas dasar harga konstan untuk kategori Industri pengolahan diperoleh dengan pendekatan Deflasi.
Output atas dasar harga konstan dihitung dengan men-deflate Output atas dasar harga berlaku dengan suatu
deflator yaitu Indeks Harga Produsen
(IHP).
NTB atas dasar harga konstan diperoleh dari perkalian output atas dasar harga konstan dengan rasio NTB tahun dasar yaitu rasio NTB tahun 2010.
(64)
Laporan Penyusunan PDRB Ekonomi Kreatif Provinsi Jawa Barat Tahun 2010-2016 50
Sumber data:
1. Matriks Supply Provinsi Jawa Barat tahun 2010, BPS Provinsi Jawa Barat;
2. Statistik Industri Besar dan Sedang (IBS) Tahunan, BPS Provinsi Jawa Barat; 3. Indeks Harga Produsen (IHP) 2010=100,
BPS;
4. Matriks Supply Provinsi Jawa Barat Ekonomi Kreatif 2010, BPS Provinsi Jawa Barat.
Industri: Informasi dan Komunikasi
• PDRB Atas Dasar Harga Berlaku
(ADHB)
PDRB atas dasar harga berlaku Tahun 2011-2016 di estimasi menggunakan indikator PDRB atas dasar harga berlaku kategori informasi dan komunikasi.
• PDRB Atas Dasar Harga Konstan
2010=100 (ADHK)
Nilai output konstan diperoleh menggunakan metode deflasi, yaitu dengan membagi output konstan dengan indikator harga Indeks Harga Konsumen (IHK). Untuk nilai NTB konstan, diperoleh dari perkalian antara output konstan dan rasio NTB tahun 2010.
Sumber data:
1. Statistik Indeks Harga Konsumen, BPS Provinsi Jawa Barat;
2. Matriks Supply Provinsi Jawa Barat Tahun 2010, BPS Provinsi Jawa Barat
Industri: Pendidikan
• PDRB Atas dasar Harga Berlaku
(ADHB)
PDRB atas dasar harga berlaku tahun 2011-2016 diestimasi sebagai perkalian antara PDRB atas dasar harga konstan 2010=100 dengan IHK kursus.
(65)
Laporan Penyusunan PDRB Ekonomi Kreatif Provinsi Jawa Barat Tahun 2010-2016 51
• PDRB Atas dasar Harga Konstan
2010=100 (ADHK)
PDRB atas dasar harga konstan 2010=100 tahun 2011-2016 diestimasi menggunakan indikator jumlah peserta kursus.
Sumber data:
1. Matriks Supply Provinsi Jawa Barat tahun 2010, BPS Provinsi Jawa Barat;
2. Statistik Harga Konsumen (IHK), BPS Provinsi Jawa Barat;
3. Data Kursus Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat.
f. Subsektor Fotograi
Industri: Jasa Perusahaan
• PDRB Atas Dasar Harga Berlaku
(ADHB)
PDRB atas dasar harga berlaku di estimasi menggunakan hasil SKEK 2016 dan SKNP-EK 2017.
• PDRB Atas Dasar Harga Konstan
2010=100 (ADHK)
PDRB atas dasar harga konstan 2010=100 tahun 2011-2016 diperoleh dengan metode deflasi, yaitu dengan cara men-deflate PDRB atas dasar harga berlaku dengan deflator yang bersesuaian.
Sumber data:
1. Matriks Supply Provinsi Jawa Barat tahun 2010, BPS Provinsi Jawa Barat;
2. SKEK 2016, BPS Provinsi Jawa Barat; 3. SKNP-EK 2017, BPS Provinsi Jawa Barat.
(66)
Laporan Penyusunan PDRB Ekonomi Kreatif Provinsi Jawa Barat Tahun 2010-2016 52
Industri: Pendidikan
• PDRB Atas dasar Harga Berlaku
(ADHB)
PDRB atas dasar harga berlaku tahun 2011-2016 diestimasi sebagai perkalian antara PDRB atas dasar harga konstan 2010=100 dengan IHK kursus.
• PDRB Atas dasar Harga Konstan
2010=100 (ADHK)
PDRB atas dasar harga konstan 2010=100 tahun 2011-2016 diestimasi menggunakan indikator jumlah peserta kursus.
Sumber data:
1. Matriks Supply Provinsi Jawa Barat tahun 2010, BPS Provinsi Jawa Barat;
2. Statistik Harga Konsumen (IHK), BPS Provinsi Jawa Barat;
3. Data Kursus Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat
Industri: Jasa Lainnya
• PDRB Atas Dasar Harga Berlaku
(ADHB)
Output atas dasar harga berlaku dihitung menggunakan pendekatan produksi, yaitu mengalikan indikator produksi dan indikator harga. Sedangkan, NTB atas dasar harga berlaku diperoleh dengan mengalikan output atas dasar harga berlaku dan rasio NTB.
• PDRB Atas Dasar Harga Konstan
2010=100 (ADHK)
Output atas dasar harga konstan 2010=100 diperoleh dengan metode
deflasi, yaitu membagi output berlaku
yang telah diperoleh dengan deflator
berupa IHK. Sedangkan, NTB atas dasar harga konstan 2010=100 diperoleh
(1)
Laporan Penyusunan PDRB Ekonomi Kreatif Provinsi Jawa Barat Tahun 2010-2016 120
Sub
Sektor Uraian 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)
1 Arsitektur 0,10 0,11 0,12 0,12 0,12 0,12 0,12
2 Desain Interior 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01
3 Desain Komunikasi
Visual 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 4 Desain Produk 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 0,00 5 Film, Animasi dan
Video 0,02 0,02 0,02 0,02 0,02 0,02 0,02
6 Fotograi 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01
7 Kriya 1,92 1,85 1,80 1,78 1,79 1,75 1,74
8 Kuliner 4,07 4,12 4,10 4,12 4,31 4,51 4,74
9 Musik 0,03 0,03 0,04 0,04 0,04 0,04 0,04
10 Fashion 3,98 4,01 3,81 3,92 4,05 4,06 4,02
11 Aplikasi dan Game
Developer 0,06 0,06 0,06 0,06 0,06 0,06 0,06
12 Penerbitan 0,49 0,48 0,47 0,46 0,45 0,44 0,44
13 Periklanan 0,03 0,03 0,03 0,03 0,03 0,03 0,03 14 Televisi dan Radio 0,26 0,27 0,28 0,28 0,29 0,29 0,30 15 Seni Pertunjukan 0,02 0,02 0,02 0,02 0,03 0,03 0,03
16 Seni Rupa 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01
A PDRB EKRAF 11,04 11,05 10,79 10,89 11,23 11,39 11,58
B PDRB Non Ekraf 88,96 88,95 89,21 89,11 88,77 88,61 88,42
C PDRB Provinsi
Jawa Barat 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00
Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah
Lampiran 7. Distribusi PDRB Ekonomi Kreatif Terhadap Total PDRB
Provinsi Jawa Barat Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2010-2016 (%)
(2)
Laporan Penyusunan PDRB Ekonomi Kreatif Provinsi Jawa Barat Tahun 2010-2016 121 Sub
Sektor Uraian 2011 2012 2013 2014 2015 2016
(1) (2) (4) (5) (6) (7) (8) (9)
1 Arsitektur 13,69 13,21 8,15 5,45 6,43 5,02
2 Desain Interior 11,45 8,35 5,38 4,43 5,43 6,47
3 Desain Komunikasi Visual 4,99 4,95 2,83 6,59 6,81 7,64
4 Desain Produk 1,08 3,62 2,41 1,80 0,78 2,53
5 Film, Animasi dan Video 7,21 5,53 3,60 3,94 5,28 6,69
6 Fotograi 5,03 3,75 2,23 3,70 4,86 7,00
7 Kriya 3,21 1,84 4,84 3,97 3,13 4,35
8 Kuliner 8,75 5,68 5,99 8,13 9,28 9,76
9 Musik 7,13 9,08 5,19 6,36 6,44 7,65
10 Fashion 4,93 2,73 7,84 7,18 5,43 4,18
11 Aplikasi dan Game Developer 6,52 6,42 4,93 4,94 5,70 8,28
12 Penerbitan 4,61 3,51 2,73 0,48 1,81 4,74
13 Periklanan 8,54 5,06 4,40 8,62 5,11 6,36
14 Televisi dan Radio 13,59 11,23 9,83 10,20 7,09 7,57
15 Seni Pertunjukan 7,74 8,36 7,27 6,45 6,08 7,28 16 Seni Rupa 5,91 5,34 5,27 2,06 4,24 4,74
A PDRB EKRAF 6,35 4,12 6,41 6,77 6,47 6,60
B PDRB Non Ekraf 6,52 6,80 6,32 4,89 4,86 5,56
C PDRB Provinsi Jawa Barat 6,50 6,50 6,33 5,09 5,04 5,67
Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah
Lampiran 8. Laju Pertumbuhan PDRB Ekonomi Kreatif
Provinsi Jawa Barat Atas Dasar Harga Konstan 2010=100
(3)
Laporan Penyusunan PDRB Ekonomi Kreatif Provinsi Jawa Barat Tahun 2010-2016 122
Sub
Sektor Uraian 2011 2012 2013 2014 2015 2016
(1) (2) (4) (5) (6) (7) (8) (9)
1 Arsitektur 17,11 19,14 12,59 13,09 12,36 6,50
2 Desain Interior 14,82 9,96 10,25 5,10 7,88 7,90
3 Desain Komunikasi Visual 10,56 9,20 7,06 11,72 10,72 9,86
4 Desain Produk 3,97 5,93 5,67 6,80 5,66 5,24
5 Film, Animasi dan Video 12,83 11,14 9,28 11,76 10,71 10,42
6 Fotograi 11,36 8,29 7,03 8,68 8,55 9,10
7 Kriya 8,87 7,02 10,63 10,61 7,75 7,39
8 Kuliner 13,98 10,09 12,09 15,17 15,09 13,94
9 Musik 14,07 15,10 13,41 13,80 13,12 13,21
10 Fashion 13,52 4,95 14,74 13,89 10,07 7,35
11 Aplikasi dan Game Developer 11,46 12,90 10,93 11,51 11,50 13,41
12 Penerbitan 9,08 9,31 7,73 8,03 7,48 8,78
13 Periklanan 14,39 9,59 8,49 13,38 8,82 8,37
14 Televisi dan Radio 16,86 14,23 12,72 12,95 11,12 11,17
15 Seni Pertunjukan 12,63 12,15 12,35 12,60 11,01 11,46 16 Seni Rupa 11,02 9,33 10,01 6,19 7,26 8,51
A PDRB EKRAF 12,78 7,89 12,58 13,51 11,59 10,18
B PDRB Non Ekraf 12,67 10,75 11,47 9,65 9,83 8,15
C PDRB Provinsi Jawa Barat 12,68 10,44 11,59 10,07 10,03 8,38
Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah
Lampiran 9. Laju Pertumbuhan PDRB Ekonomi Kreatif
Provinsi Jawa Barat Atas Dasar Harga Berlaku
(4)
Laporan Penyusunan PDRB Ekonomi Kreatif Provinsi Jawa Barat Tahun 2010-2016 123 Sub
Sektor Uraian 2011 2012 2013 2014 2015 2016
(1) (2) (4) (5) (6) (7) (8) (9)
1 Arsitektur 3,01 5,24 4,10 7,24 5,57 1,41
2 Desain Interior 3,02 1,48 4,63 0,64 2,32 1,34
3 Desain Komunikasi Visual 5,31 4,04 4,11 4,82 3,67 2,06
4 Desain Produk 2,86 2,23 3,19 4,92 4,84 2,65
5 Film, Animasi dan Video 5,25 5,31 5,48 7,52 5,16 3,49
6 Fotograi 6,02 4,38 4,70 4,81 3,52 1,96
7 Kriya 5,48 5,08 5,52 6,39 4,48 2,92
8 Kuliner 4,81 4,18 5,76 6,51 5,32 3,81
9 Musik 6,48 5,52 7,82 7,00 6,27 5,16
10 Fashion 8,18 2,16 6,40 6,26 4,41 3,05
11 Aplikasi dan Game Developer 4,64 6,08 5,71 6,25 5,48 4,74
12 Penerbitan 4,27 5,60 4,87 7,51 5,57 3,86
13 Periklanan 5,39 4,31 3,91 4,38 3,53 1,89 14 Televisi dan Radio 2,88 2,69 2,63 2,50 3,77 3,35 15 Seni Pertunjukan 4,54 3,50 4,73 5,78 4,64 3,90
16 Seni Rupa 4,83 3,79 4,50 4,05 2,90 3,59
A PDRB EKRAF 6,04 3,63 5,80 6,32 4,81 3,36
B PDRB Non Ekraf 5,77 3,70 4,84 4,54 4,74 2,45
C PDRB Provinsi Jawa Barat 5,80 3,69 4,94 4,74 4,76 2,56
Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah
Lampiran 10. Laju Pertumbuhan Implisit PDRB Ekonomi Kreatif
Provinsi Jawa Barat Tahun 2011-2016 (%)
(5)
(6)