T1__BAB II Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengaruh Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah terhadap Kinerja Guru di SMA Negeri 1 Suruh T1 BAB II

BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Hakekat Kinerja Guru
A. Guru
Berdasarkan Undang-undang No. 14 tahun 2005, guru adalah
pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar,
membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi
peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal,
pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.
(Mahardika, 2009), Guru sebagai tenaga profesional dalam bidang
pembelajaran wajib memiliki kualifikasi yang sesuai dengan syaratsyarat khusus yaitu guru harus menguasai seluk beluk pendidikan dan
pengajaran dengan berbagai ilmu pengetahuan lainnya yang perlu
dibina dan dikembangkan melalui masa pendidikan tertentu atau
pendidikan pra-jabatan.
Berdasarkan pengertian-pengertian diatas, maka dapat disimpulkan
bahwa guru adalah seseorang yang memperoleh surat keputusan (SK)
baik dari pihak swasta atau pemerintah untuk menggeluti profesi yang
memerlukan keahlian khusus dalam tugas utamanya untuk mengajar
dan mendidik siswa pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan


formal, pendidikan dasar, dan menengah, yang tujuan utamanya untuk
mencerdaskan bangsa dalam semua aspek.
B. Kinerja guru
Istilah kinerja berasal dari kata job performance (prestasi kerja).
(Mangkunegoro, 2000:67) mengartikan kinerja adalah “hasil kerja
secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai dalam
melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan
kepadanya”. Secara umum, kinerja didasarkan pada apa yang menjadi
harapan dan permintaan kelompok atau organisasi dimana seseorang
itu bekerja. Harapan dan permintaan itu mengacu pada tujuan
kelompok atau organisasi itu sendiri. Dengan demikian, seseorang
yang menjadi anggota kelompok atau organisasi tersebut diharapkan
mampu menguasai apa yang menjadi peran dan tanggung jawabnya di
kelompok tersebut serta memiliki motivasi yang tinggi untuk bekerja
secara profesional. Di dalam daftar penilaian pelaksanaan pekerjaan
(DP3), hasilnya merupakan bahan pertimbangan yang obyektif dalam
pembinaan Pegawai Negeri Sipil berdasarkan system karier dan system
prestasi kerja. Unsur-unsur yang dinilai dalam DP3 meliputi :
kesetiaan, prestasi kerja, tanggung jawab, ketaatan, kejujuran,
kerjasama, dan kepemimpinan. Menurut Hasibuan (2005:87), penilaian

kinerja adalah “menilai rasio hasil kerja nyata dari standar kualitas
maupun kuantitas yang dihasilkan setiap karyawan”. Menurut Sikula
(dalam Hasibuan, 2005), penilaian kinerja adalah “evaluasi yang

sistematis terhadap pekerjaan yang telah dilakukan oleh karyawan dan
ditunjukkan untuk pengembangan”.(Yoder dalam Hasibuan, 2005),
penilaian kinerja sebagai “prosedur yang formal dilakukan di dalam
organisasi untuk mengevaluasi pegawai dan sumbangan serta
kepentingan bagi pegawai”.
Kinerja guru dapat direfleksikan dalam tugasnya sebagai pengajar
dan pelaksana administrasi kegiatan mengajarnya. Kinerja guru adalah
gambaran dari seorang guru dalam melaksanakan tugas kesehariannya
yang salah satunya adalah melaksanakan kegiatan tatap muka dengan
peserta didik dalam kurun waktu yang telah ditentukan dan sesuai
dengan aturan yang telah ditetapkan. Kinerja guru merupakan salah
satu tanggung jawab yang mesti diembannya dalam rangka
melaksanakan amanat undang-undang (Hasibuan 2005:67).
Kinerja dapat dikatakan baik apabila indikator-indikator yang
dijadikan tujuan perencanaan dapat dicapai dalam kurun waktu yang
telah ditetapkan (Mangkunegara, 2000:16). Kinerja guru adalah

kepatuhan guru dalam melaksanakan tugasnya sebagai guru yang
berkaitan dengan menyusun perencanaan, pelaksanaan serta evaluasi
hasil yang telah dilakukan.
C. Indikator Kinerja Guru
Keberhasilan seorang guru dapat dilihat apabila kriteria-kriteria
yang ada telah mencapai secara keseluruhan. Jika kriteria telah
tercapai berarti pekerjaan seseorang telah dianggap memiliki kualitas

kerja yang baik. Sebagaimana yang telah disebutkan dalam pengertian
kinerja bahwa kinerja guru adalah hasil kerja yang telihat dari
serangkaian kemampuan yang dimiliki oleh seorang yang berprofesi
guru. Kemampuan yang harus dimiliki guru telah disebutkan dalam
Peraturan Permerintah No.19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan (SNP) pasal 28 ayat 3 yang berbunyi “Kompetensi sebagai
agen pembelajaran pada jenjang pendidikan dasar dan menengah serta
pendidikan

anak

usia


dini

meliputi

Kompetensi

Pedagogik,

Kompetensi Kepribadian, Kompetensi Profesional, Kompetensi
Sosial”.
Adapun penjelasan dari ke empat kompetensi tersebut adalah :
a. Kompetensi Pedagogik
Kompetensi pedagogik adalah mengenai bagaimana
kemampuan guru dalam mengajar, dalam Peraturan Pemerintah
RI No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan
dijelaskan kemampuan ini meliputi kemampuan mengelola
pembelajaran yang mencakup pemahaman terhadap peserta
didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi
hasil belajar, dan pengembangan peserta didik untuk

mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.
Kompetensi pedagogik ini berkaitan pada saat guru
mengadakan proses belajar mengajar dikelas. Mulai dari
membuat skenario pembelajaran, memilih metode, media, juga
alat evaluasi bagi anak didik agar tercapai tujuan pendidikan
baik pada ranah kognitif, efektif, maupun psikomotorik siswa.
b. Kompetensi Kepribadian
Kompetensi kepribadian berperan sebagai guru memerlukan
kepribadian yang unik. Kepribadian guru ini meliputi :
kemampuan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan
berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik, dan berakhlak
mulia. Seorang guru harus mempunyai peran ganda. Peran
tersebut diwujudkan sesuai dengan situasi dan kondisi yang
dihadapi. Adakalanya guru harus berempati pada siswanya dan
adakalanya guru harus bersikap kritis. Berempati maksutnya

guru harus dengan sabar menghadapi keinginan siswanya juga
harus melindungi dan melayani siswanya tetapi disisi lain guru
juga harus bersikap tegas jika ada siswanya yang berbuat salah.
c. Kompetensi Profesional

Kompetensi profesional, pekerjaan seorang guru merupakan
suatu profesi yang tidak bisa dilakukan oleh sembarang orang.
Profesi adalah pekerjaan yang memerlukan keahlian khusus
dan biasanya dibuktikan dengan sertifikasi dalam bentuk
ijazah. Profesi guru memiliki prinsip yang tertuang dalam
Undang-Undang Guru dan Dosen No.14 Tahun 2005 sebagai
berikut :
1. Memiliki bakat, minat, panggilan jiwa, dan idealisme
2. Memiliki komitmen untuk meningkatkan mutu
pendidikan, keimanan, ketakwaan, dan akhlak mulia
3. Memiliki kualifikasi akademik dan latar belakang
pendidikan sesuai dengan bidang tugas
4. Memiliki kompetensi yang diperlukan sesuai dengan
bidang tugas
5. Memiliki tanggung jawab atas pelaksanaan tugas
keprofesionalan
6. Memperoleh penghasilan yang ditentukan sesuai
dengan prestasi kerja
7. Memiliki
kesempatan

untuk
mengembangkan
keprofesionalan
secara
berkelanjutan
dangan
sepangjang hayat
8. Memiliki jaminan perlindungan hukum dalam
melaksanakan tugas keprofesionalan
9. Memiliki organisasi profesi yang mempunyai
kewenangan yang mengatur hal-hal yang berkaitan
dengan tugas keprofesionalan guru
d. Kompetensi Sosial
Kompetensi sosial berkaitan dengan kemampuan diri dalam
menghadapi orang lain. Dalam Peraturan Pemerintah RI No. 19
Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan dijelaskan
kompetensi sosial adalah kemampuan pendidik sebagai bagian
dari masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul secara
efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga
kependidikan, orang tua peserta didik, dan masyarakat sekitar.

Kompetensi sosial seorang guru merupakan modal dasar guru
yang bersangkutan dalam menjalankan tugas keguruan.

2.2 Profesionalisme guru
1. Pengertan Profesionalisme Guru
Kunandar (2007:45), disebutkan bahwa profesionalisme berasal dari kata
profesi yang artinya suatu bidang pekerjaan yang ingin atau akan ditekuni
oleh seseorang. Profesi juga diartikan sebagai suatu jabatan atau pekerjaan
tertentu yang mensyaratkan pengetahuan dan keterampilan khusus yang
diperoleh dari pendidikan akademis yang intensif. Jadi, profesi adalah suatu
pekerjaan atau jabatan yang menuntut keahlian tertentu.
Dengan demikian profesi guru adalah keahlian dan kewenangan khusus
dalam bidang pendidikan, pengajaran dan pelatihan yang ditekuni untuk mata
pencaharian dalam mememuhi kebutuhan hidup yang bersangkutan. Guru
sebagai profesi berarti guru sebagai pekerjaan yang mensyaratkan kompetensi
(keahlian dan kewenangan) dalam pendidikan dan pembelajaran agar dapat
melaksanakan pekerjaan tersebut secara efektif dan efisien serta berhasil guna
(Kunandar, 2007:46). Adapun mengenai kata Profesional, (Usman, dalam
Kunandar2007:55) dapat disimpulkan bahwa suatu pekerjaan yang bersifat
profesional memerlukan beberapa bidang ilmu yang secara sengaja harus

dipelajari dan kemudian diaplikasikan bagi kepentingan umum. Kata
profesional itu sendiri berasal dari kata sifat yang berarti pencaharian dan
sebagai kata benda yang berarti orang yang mempunyai keahlian seperti guru,
dokter, hakim, dan lain sebagainya. Dengan kata lain, pekerjaan tang bersifat
profesional adalah pekerjaan yang hanya dapat dilakukan oleh mereka yang
khusus dipersiapkan untuk itu dan bukan pekerjaan yang dilakukan oleh

mereka yang karena tidak dapat memperoleh pekerjaan lain. Dengan bertitik
tolak pada pengertian ini, maka pengertian guru profesional adalah orang
yang memiliki kemampuan dan kehlian khusus dalam bidang keguruan
sehingga ia mampu melakukan tugas dan fungsinya sebagai guru dengan
kemampuan yang maksimal.
Kunandar (2007:46-47) menyatakan profesionalisme guru merupakan guru
merupakan kondisi, arah, nilai, tujuan, dan kualitas suatu keahlian dan
kewenangan dalam bidang pendidikan dan pengajaran yang berkaitan dengan
pekerjaan seseorang yang menjadi mata pencaharian. Sementara itu, guru
yang profesional adalah guru yang memiliki kompetensi yang dipersyaratkan
untuk melakukan tugas pendidikan dan pengajaran. Dengan kata lain, maka
dapat disimpulkan bahwa pengertian guru profesional adalah orang yang
memiliki kemampuan dan keahlian khusus dalam bidang keguruan sehingga

ia mampu melakukan tugas dan fungsinya sebagai guru dengan kemampuan
maksimal. Guru yang profesional adalah orang yang terdidik dan terlatih
dengan baik, serta memiliki pengalaman yang kaya dibidangnya.
2.

Aspek-aspek Kompetensi Guru Profesional
Dalam pembahasan profesionalisme guru, selain membahas mengenai
pengertian profesionalisme guru, terlebih dahulu penulis akan menjelaskan
mengenai kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang guru yang
profesional.
Berdasarkan Undang-Undang Guru dan Dosen No. 14 tahun 2005,
kompetensi yang harus dimiliki seorang guru itu mencakup empat aspek :

a.

Kompetensi Pedagogik
Kompetensi pedagogik adalah mengenai bagaimana kemampuan
guru dalam mengajar, dalam Peraturan Pemerintah RI No. 19 Tahun
2005 tentang Standar Nasional Pendidikan dijelaskan kemampuan
ini meliputi kemampuan mengelola pembelajaran yang mencakup

pemahaman terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksanaan
pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta
didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.
Kompetensi pedagogik ini berkaitan pada saat guru mengadakan
proses belajar mengajar dikelas. Mulai dari membuat skenario
pembelajaran, memilih metode, media, juga alat evaluasi bagi anak
didik agar tercapai tujuan pendidikan baik pada ranah kognitif,
efektif, maupun psikomotorik siswa.

b.

Kompetensi Kepribadian
Kompetensi kepribadian berperan sebagai guru memerlukan
kepribadian yang unik. Kepribadian guru ini meliputi : kemampuan
kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa,
menjadi teladan bagi peserta didik, dan berakhlak mulia. Seorang
guru harus mempunyai peran ganda. Peran tersebut diwujudkan
sesuai dengan situasi dan kondisi yang dihadapi. Adakalanya guru
harus berempati pada siswanya dan adakalanya guru harus bersikap
kritis. Berempati maksutnya guru harus dengan sabar menghadapi
keinginan siswanya juga harus melindungi dan melayani siswanya
tetapi disisi lain guru juga harus bersikap tegas jika ada siswanya
yang berbuat salah.

c.

Kompetensi Profesional
Kompetensi profesional, pekerjaan seorang guru merupakan suatu
profesi yang tidak bisa dilakukan oleh sembarang orang. Profesi
adalah pekerjaan yang memerlukan keahlian khusus dan biasanya
dibuktikan dengan sertifikasi dalam bentuk ijazah. Profesi guru
memiliki prinsip yang tertuang dalam Undang-Undang Guru dan
Dosen No.14 Tahun 2005 sebagai berikut :
1.
2.
3.
4.
5.

Memiliki bakat, minat, panggilan jiwa, dan idealisme
Memiliki komitmen untuk meningkatkan mutu pendidikan,
keimanan, ketakwaan, dan akhlak mulia
Memiliki kualifikasi akademik dan latar belakang pendidikan
sesuai dengan bidang tugas
Memiliki kompetensi yang diperlukan sesuai dengan bidang
tugas
Memiliki tanggung jawab atas pelaksanaan tugas
keprofesionalan.

6.

d.

Memperoleh penghasilan yang ditentukan sesuai dengan
prestasi kerja.
7.
Memiliki
kesempatan
untuk
mengembangkan
keprofesionalan secara berkelanjutan dangan sepangjang
hayat.
8.
Memiliki jaminan perlindungan hukum dalam melaksanakan
tugas keprofesionalan.
9.
Memiliki organisasi profesi yang mempunyai kewenangan
yang mengatur hal-hal yang berkaitan dengan tugas
keprofesionalan guru
Kompetensi Sosial
Kompetensi sosial berkaitan dengan kemampuan diri dalam
menghadapi orang lain. Dalam Peraturan Pemerintah RI No. 19
Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan dijelaskan
kompetensi sosial adalah kemampuan pendidik sebagai bagian dari
masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan
peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua
peserta didik, dan masyarakat sekitar. Kompetensi sosial seorang
guru merupakan modal dasar guru yang bersangkutan dalam
menjalankan tugas keguruan. Menurut Saiful Hadi (Musarofah,
2008) berpendapat kompetensi ini berhubungan dengan kemampuan
guru sebagai anggota masyarakat dan sebagai makhluk sosial yang
meliputi :
1. Kemampuan untuk berinteraksi dan berkomunikasi dengan
teman sejawat untuk meningkatkan kemampuan profesional
2. Kemampuan untuk mengenal dan memahami fungsi-fungsi
setiap lembaga kemasyarakatan
3. Kemampuan untuk menjalin kerjasama baik secara individual
maupun secara kelompok.

Menurut

(Mulyasa

2004:25)

mengemukakan

bahwa

untuk

mampu

melaksanakan tugas mengajar dengan baik, guru harus memiliki kemampuan
profesional yaitu terpenuhinya 10 kompetensi guru, yang meliputi :
a. Menguasai bahan meliputi :
1. Menguasai bahan bidang studi dalam kurikulum sekolah
2. Menguasai bahan pengayaan/penunjang bidang studi
b. Mengelola program belajar mengajar, meliputi :
1. Merumuskan tujuan instruksional
2. Mengenal dan dapat menggunakan prosedur instruksional yang
tepat
3. Melaksanakan program belajar mengajar

4. Mengenal kemampuan anak didik
c. Mengelola kelas, meliputi :
1. Mengatur tat ruang kelas untuk pelajaran
2. Menciptakan iklim belajar mengajar yang serasi
d. Menggunakan media atau sumber, meliputi :
1. Mengenal, memilih dan menggunakan media
2. Membuat alat bantu pelajaran yang sederhana
3. Menggunakan perpustakaan dalam proses belajar mengajar
4. Menggunakan micro teaching untuk unit program pengenalan
lapangan
e. Menguasai landasan-landasan pendidikan
f. Mengelola interaksi-interaksi belajar mengajar
g. Menilai prestasi siswa untuk kepentingan pelajaran
h. Mengenal fungsi layanan dan program bimbingan dan penyuluhan
i. Mengenal dan menyelenggarakan administrasi sekolah
j. Memahami prinsip-prinsip dan menafsirkan hasil penelitian pendidikan
guna keperluan pengajaran.
Dalam PERMENDIKNAS No. 16 Tahun 2007 (psl 1 dan 2) mengenai kualifikasi
akademik dan kompetensi guru dijelaskan pula bahwa :
Pasal 1
a. Setiap guru wajib memenuhi standar kualifikasi akademik dan
kompetensi guru yang berlaku secara nasional
b. Standar kualifikasi akademik dan kompetensi guru sebgaimana yang
dimaksud tercantum dalam Lampiran Peraturan Menteri.
Pasal 2
Ketentuan mengenai guru dalam jabatan yang belum memenuhi kualifikasi
akademik diploma (D-IV) atau Sarjana (S1) akan diatur dangan Peraturan
Menteri tersendiri.
Dari penjelasan yang telah dikemukakan diatas mengenai aspek-aspek kompetensi
guru profesional, menurut Sudjana (2009:31-32) kemampuan guru dan

kompetensi guru yang banyak hubungannya dengan usaha peningkatan proses dan
hasil belajar dapat diguguskan kedalam empat kemampuan yakni :
a. Merencanakan program belajar mengajar
b. Menguasai bahan pelajaran
c. Melaksanakan dan memimpin/mengelola proses belajar mengajar
d. Menilai kemajuan proses belajar mengajar
3.

Kriteria Guru Sebagai Profesi
(Supriyanto, 2011), ciri-ciri utama suatu profesi sebagai berikut :

4.

a. Suatu jabatan yang memiliki fungsi dan signifikansi sosial yang
menentukan.
b. Jabatan yang menuntut keterampilan tertentu.
c. Keterampilan yang dituntut jabatan itu didapat melalui pemecahan
masalah dengan menggunakan teori dan metode ilmiah.
d. Jabatan itu berdasarkan pada batang tubuh disiplin ilmu yang jelas,
sistematik, eksplisit, yang bukan hanya sekedar pendapat khalayak umum.
e. Jabatan itu memerlukan pendidikan tingkat perguruan tinggi dengan
waktu yang cukup lama.
f. Proses pendidikan untuk jabatan itu juga merupakan aplikasi dan
sosialisasi nilai-nilai profesional itu sendiri.
g. Dalam memberikan layanan kepada masayarakat, anggota profesi itu
berpegang teguh pada kode etik yang dikontrol oleh organisasi profesi.
h. Tiap anggota profesi mempunyai kebebasan dan memberikan judgement
terhadap permasalahan profesi yang dihadapinya.
i. Dalam prakteknya melayani masyarakat, anggota profesi otonom dan
bebas dari campur tangan orang luar.
j. Jabatan ini memiliki prestise yang tinggi dalam masyarakat dan oleh
karenanya memperoleh imbalan yang tinggi pula.
Kriteria Guru Profesional
Menjadi seorang guru bukanlah pekerjaan yang mudah, seperti yang
dibayangkan sebagian orang, dengan bermodal penguasaan materi dan
menyampaikannya kepada siswa sudah cukup, hal ini belumlah dapat
dikategorikan sebagai guru yang memiliki pekerjaan profesional, karena guru

yang profesional, mereka harus memiliki berbagai keterampilan, kemampuan
khusus, mencintai pekerjaannya, menjaga kode etik guru, dan lain-lain.
Menurut (Supriyanto, 2011:23), guru profesional harus memiliki persyaratan,
yang meliputi :
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.

Memiliki bakat sebagai guru
Memiliki keahlian sebagai guru
Memiliki keahlian yang baik dan terintegrasi
Memiliki mental yang sehat
Berbadan sehat
Memiliki pengalaman dan pengetahuan yang luas
Guru adalah manusia berjiwa pancasila
Guru adalah seorang warga negara yang baik
Kunandar mengemukakan bahwa suatu pekerjaan profesional memerlukan

persyaratan khusus, yakni (1) menuntut adanya keterampilan berdasarkan
konsep dan teori ilmu pengetahuan yang mendalam, (2) menekankan pada
suatu keahlian dalam bidang tertentu sesuai dengan bidang profesinya, (3)
menuntut adanya tingkat pendidikan yang memadai, (4) adanya kepekaan
terhadap dampak kemasyarakatan dari pekerjaan yang dilaksanakannya, (5)
memungkinkan perkembangan sejalan dengan dinamika kehidupan.
2.3 Program Setifikasi Guru
1. Pengertian Sertifikasi Guru
Menurut Undang-Undang Tentang Guru dan Dosen No. 14 tahun 2005 :
a. Psl 1 butir 11 : sertifikasi adalah proses pemberian sertifikat pendidik
kepada guru dan dosen.
b. Psl 8 : guru wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi,
sertifikasi pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki
kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.

c. Psl 16 : guru yang memiliki sertifikat pendidik memperoleh tunjangan
profesi sebesar satu kali gaji, guru negeri maupun swasta dibayar
pemerintah.
Dalam undang-undang no.14 tahun 2005 tentang guru dan dosen,
dikemukakan bahwa sertifikasi adalah proses pemberian sertifikat
pendidik untuk guru dan dosen. Berdasarkan Undang-Undang No.14 TH
2005 Tentang Guru dan Dosen , sertifikat pendidik adalah bukti formal
sebagai tenaga profesional, sedangkan sertifikasi guru adalah suatu proses
pemberian pengakuan bahwa seorang telah memiliki kompetensi untuk
melaksanakan pelayanan pendidikan pada satuan pendidikan tertentu
setelah lulus uji kompetensi yang diselenggarakan oleh lembaga
sertifikasi. Jadi sertifikasi guru adalah proses uji kompetensi yang
dirancang untuk mengungkapkan penguasaan kompetensi seseorang
sebagai landasan pemberian sertifikat pendidik (Mulyasa, 2005:33).Dari
uraian sertifikasi diatas, maka dapat disimpulkan bahwa sertifikasi adalah
dalam proses pemberian sertifikat pendidik kepada guru yang telah
memenuhi persyratan tertentu, yaitu memiliki kualifikasi akademik,
kompetensi, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk
mewujudkan tujuan pendidikan nasional.
Peningkatan mutu guru lewat program sertifikasi ini sebagai upaya
peningkatan mutu pendidikan. Rasionalnya adalah apabila kompetensi
gruru bagus yang diikuti dengan penghasilan bagus, diharapkan kinerjanya
juga bagus. Apabila kinerjanya bagus, maka KBM-nya juga bagus. KBM

yang bagus diharapkan dapat membuahkan pendidikan yang bermutu.
Pemikiran itulah yang mendasari bahwa guru perlu disertifikasi.
2. Penyelenggara Sertifikasi Guru
Pelaksanaan sertifikasi diatur oleh penyelenggara, yaitu kerjasama antara
Dinas Pendidikan Nasional Daerah atau Departemen Agama Provinsi
dengan Perguruan Tinggi yang ditunjuk. Kemudian pendanaan sertifikasi
ditanggung oleh pemerintah dan pemerintah daerah sebagaimana yang
terdapat dalam UU 14 TH 2005 pasal 13 (ayat 1) yaitu pemerintah dan
pemerintah daerah wajib menyediakan anggaran untuk peningkatan
kualifikasi akademik dan sertifikasi pendidik bagi guru dalam jabatan
yang diangkat oleh satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh
pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat.
3. Manfaat Uji Sertifikasi Guru
Menurut Wibowo dalam Mulyasa (2005:35), manfaat sertifikasi adalah :
a. Melindungi profesi guru dari praktik layanan pendidikan yang tidak
kompeten sehingga dapat merusak citra profesi guru itu sendiri.
b. Melindungi masyarakat dari praktik pendidikan yang tidak berkualitas
dan profesional yang akan menghambat upaya peningkatan kualitas
pendidikan dan penyiapan sember daya manusia di negeri ini.
c. Menjadi wahana penjamin mutu bagi LPTK yang bertugas
mempersipakan calon guru dan juga berfungsi sebagai kontrol mutu
bagi pengguna layanan pendidikan.

d. Menjaga lembaga penyelengara pendidikan dari keinginan internal dan
eksternal yang potensial dapat menyimpang dari ketentuan yang
berlaku.
2.3 Hakekat Kepemimpinan
A. Kepemimpinan
Menurut Joseph C. Rost (Safaria, 2004:3) Kepemimpinan adalah
“sebuah hubungan yang saling mempengaruhi diantara pemimpin dan
pengikut

(bawahan) yang menginginkan perubahan nyata yang

mencerminkan tujuan bersama”.
“Kepemimpinan

didefinisikan

sebagai

kemampuan

untuk

mempengaruhi orang-orang agar bersedia mengikuti bimbingannya
atau ajakannya dalam mengambil keputusan tertentu” (Larson, 2009
dalam Safaria 2004:4). Kepemimpinan adalah “proses mempengaruhi
orang-orang ke arah tujuan organisasi” (Yukl, 2001). Kepemimpinan
juga dapat diartikan sebagai kemampuan mempengaruhi kelompok ke
arah tujuan pencapaian organisasi (Mulyasa, 2004). Menurut Owens
(dalam Sudarwin dan Suparno, 2009), kepemimpinan merupakan
“suatu interaksi antara satu pihak sebagai yang memimpin dengan
pihak yang dipimpin. Kepemimpinan hanya ada dalam proses relasi
seseorang dengan orang lain. Tidak ada pengikut, tidak ada pemimpin.
Dengan

demikian,

pemimpin

yang

efektif

harus

mengetahui

bagaimana membangkitkan inspirasi, memotivasi, dan bekerjasama

dengan bawahannya. No Followers, No Leader. No Leadership, No
Followership”.
Dari

berbagai

definisi

di

atas,

dapat

disimpulkan

bahwa

kepemimpinan selalu melibatkan unsur pemimpin, pengikut, dan
konteks. Menurut Harsiwi (2003), kepemimpinan sebagai suatu proses
membujuk (inducing) orang-orang lain menuju sasaran bersama.
Definisi tersebut mencakup tiga elemen yaitu :
a. Kepemimpinan merupakan suatu konsep relasi (relation concept)
Kepemimpinan hanya ada dalam proses relasi orang lain. Apabila
tidak ada pengikut, maka tidak ada pemimpin. Tersirat dalam
definisi ini adalah premis bahwa para pemimpin yang efektif harus
mengetahui bagaimana membangkitkan inspirasi dan berelasi
dengan para pengikut mereka.
b. Kepemimpinan merupakan suatu proses
Gerdner (1988), kepemimpinan lebih dari sekedar menduduki
suatu otoritas. Kendati otoritas yang diformalkan mungkin sangat
mendorong proses kepemimpinan, namun sekedar menduduki
posisi itu tidak menandai seseorang untuk menjadi pemimpin.
c. Kepemimpinan

harus

membujuk

orang-orang

lain

untuk

mengambil tindakan
Pemimpin membujuk pengikutnya melalui berbagai cara, seperti
menggunakan otoritas yang terlegitimasi, menciptakan model

(menjadi teladan), penetapan sasaran, memberi imbalan dan
hukum, restrukturi organisasi, dan mengkomunikasikan visi.
Kemampuan kepemimpinan kepala sekolah tercermin dari
semua program berdasarkan strategi sesuai dengan fungsi dan
situasi yang dihadapi. Seorang kepala sekolah sejati dapat
mempengaruhi dan diakui oleh bawahan, memotivasi anggota
komunitas sekolah untuk mengkaderkan diri menjadi pemimpin
masa depan, menciptakan lingkungan yang kondusif untuk
pertumbuhan organisasi, mempertahankan kejayaan organisasi
sekolah, dan membuat cara kerja yang lebih mudah.
2.4 Unsur-unsur Kepemimpinan
Dari uraian tentang kepemimpinan, pemimpin serta pengikut
sebagaimana dikemukakan diatas, segeralah dapat disimpulkan bahwa
kepemimpinan hanya akan muncul jika ditemukan sekurang-kurangnya
unsur pokok dibawah ini.
Empat unsur pokok kepemimpinan :
1. Adanya kepemimpinan
Unsur pertama dari kepemimpinan adalah adanya pemimpin yakni
seorang yang mendorong dan atau mempengaruhi seseorang atau
sekelompok orang lain, sehingga tercipta hubungan kerja yang serasi
dan menguntungkan untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu untuk
mencapai tujuan tertentu.

2. Adanya pengikut
Unsur kedua dari kepemimpinan adalah adanya pengikut, yakni
seorang atau sekelompok orang yang mendapat dorongan atau
pengaruh sehingga bersedia dan dapat melakukan berbagai aktivitas
tertentu untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
3. Adanya sifat dan atau perilaku tertentu
Unsur ketiga dari kepemimpinan adalah adanya sifat maupun perilaku
tertentu yang dimiliki oleh pemimpin yang dapat dimanfaatkan untuk
mendorong dan ataupun mempengaruhi seseorang atau sekelompok
orang.
4. Adanya situasi dan kondisi tertentu
Unsur keempat dari kepemimpinan adalah adanya situasi dan kondisi
tertentu yang memungkinkan terlaksananya kepemimpinan. Situasi
dan kondisi yang dimaksud dibedakan atas dua macam. Pertama,
situasi dan kondisi yang terdapat didalam organisasi. Kedua, situasi
dan kondisi yang terdapat di luar organisasi yakni lingkungan secara
keseluruhan.
2.5 Kepala Sekolah
Kepala sekolah merupakan motor penggerak penentu arah kebijakan
sekolah yang akan menentukan bagaimana tujuan sekolah dan pendidikan
pada umumnya direalisasikan. Mulyasa (2004) menyatakan bahwa “kepala
sekolah merupakan salah satu komponen pendidikan”. Seperti yang
diungkapkan oleh Supardi (dalam Mulyasa, 2004), yang menyatakan

bahwa “erat hubungannya antara mutu kepala sekolah seperti halnya
disiplin sekolah, iklim, budaya, dan menurunnya perilaku nakal peserta
didik. Kepala sekolah harus memiliki visi dan misi serta strategi
manajemen pendidikan secara utuh dan berorientasi kepada mutu”.
Menurut mulyasa (2004:25) terdapat tujuh peran utama kepala
sekolah yaitu: (1) educator, (2) manajer, (3) administrator, (4) supervisor,
(5) leader, (6) pencipta iklim kerja, (7) wirausahawan. Berdasarkan
PERMENDIKNAS No. 13 Tahun 2007, tentang Standar Kepala Sekolah
yang meliputi komperensi kepribadian, manajerial, kewirausahaan,
supervisi, dan sosial. Kemampuan-kemampuan kepala sekolah yang
terjabarkan di atas dapat direfleksikan dalam pelaksanaan tugas pokok,
fungsi dan tanggungjawabnya dalam sekolah yang dipimpinnya.
2.6 Peran Kepala Sekolah
Pada umumnya kepala sekolah memiliki tanggung jawab sebagai
pemimpin di bidang pengajaran, pengembangan kurikulum, administrasi
kesiswaan,

administrasi

personalia

staf,

hubungan

masyarakat,

administrasi perencanaan sekolah, dan perlengkapan serta organisasi
sekolah. Untuk memberdayakan masyarakat dan lingkungan sekolah,
maka kepala sekolah harus memfokuskan perhatian kepada siswa yang
merupakan harapan dan cita-cita orang tua dan warga. Cara kerja kepala
sekolah

dan

kepribadiannya,

cara

ia

memandang

persiapan,

dan

peranannya

pengalaman

dipengaruhi

oleh

profesionalnya,

serta

ketetapan yang dibuat oleh sekolah mengenai peranan kepala sekolah di
bidang pengajaran.
Sementara itu, peran kepala sekolah menurut Wahjosumidjo (2002:122)
adalah
a. Pendidik
Kepala sekolah adalah guru atau pendidik yang mendapat tugas
tambahan. Dalam hal ini kepala sekolah harus mampu menjalankan
tugas tersebut sebagai perencana, pengelola kelas dan evaluasi
pembelajaran. Kegiatan perncanaan meliputi penyusunan perangkat
pengajaran, pengelolaan meliputi pemilihan dan penerapan strategi
pembelajaran tepat guna dan tepat waktu, evaluasi pembelajaran
meliputi kemampuan mencari metode yang sesuai dan refleksi guna
perbaikan kegiatan belajar mengajar. Selain itu juga kepala sekolah
melaksanakan peran dalam membimbing peserta didik, tenaga pendidik
dan kependidikan.
b. Pimpinan
Kepala sekolah berperan untuk memberdayakan segala kemampuan
yang terdapat disekolah, terutama tenaga pendidik dan kependidikan
agar tujuan sekolah tercapai. Kepala sekolah diharapkan
mengaplikasikan prinsip-prinsip dan metode-metode kepemimpinan
yang baik serta mampu menjadi panutan, memotivasi dan
menggerakkan bawahan.
c. Pengelola
Kepala sekolah sebagai manajer secara operasional dituntut mampu
menjalankan pengelolaan kurikulum, siswa, keuangan, fasilitas sekolah,
administrasi, serta hubungan kedalam dan keluar sekolah. Aktivitasaktivitas ini dilakukan dengan berbagai langkah yakni : merencanakan,
mengorganisasikan, menggerakkan dan mengawas.
d. Administrator
Kepala sekolah adalah pengambil kebijakan teratas di sekolah. Untuk
mengambil kebijakan tentunya kepala sekolah harus mampu
menganalisa sekelilingnya dengan tepat dan membuat strategi guna
mengadakan perubahan dan perbaikan sekolah.
e. Wirausahawan
Kepala sekolah harus mampu menggali ide yang kreatif untuk
pengelolaan sekolah. Hal tersebut untuk mengantisipasi keterbatasan
sumber keuangan sehingga diharapkan memiliki alternatif untuk
memberdayakan sumber lain yang digali dari masyarakat maupun
pemerintah.
f. Pencipta Iklim Kerja
Kepala sekolah berperan sebagai penggerak untuk menambah semangat
kerja tenaga pendidik. Kepala sekolah mampu memotivasi tenaga

pendidik dan kependidikan saat bekerja dalam situasi yang nyaman.
Kondisi dan lingkungan kerja yang positif akan memaksimalkan
seluruh staf agar bekerjasama guna meraih visi dan misi sekolah.
g. Supervisor
Sebagai pemimpin pengajaran, kepala sekolah berperan melaksanakan
pembinaan profesional guru dan seluruh staf. Dalam hal ini, kepala
sekolah melaksanakan aktivitas berupa observasi kelas, melaksanakan
rapat atau briefing untuk memberikan arahan kepada tenaga pendidik
dan kependidikan, serta menolong mencarikan dan memberikan jalan
keluar untuk masalah yang dihadapi guru.
2.7 Gaya Kepemimpinan
(Sudarwan&Suparno, 2009:15) mendefinisikan gaya kepemimpinan
adalah gaya kepemimpinan adalah suatu cara dan proses yang kompleks
dimana seseorang mempengaruhi orang-orang lain untuk mencapai suatu
misi, tugas atau suatu sasaran dan mengarahkan organisasi dengan cara
yang membuatnya lebih kohesif dan tidak masuk akal.
Gaya kepemimpinan dari seorang pemimpin, pada dasarnya dapat
diterangkan melalui tiga aliran teori (Retno 2011:27)berikut ini :
1. Teori genetis (keturunan). Inti dari teori menyatakan bahwa
“Leader are born not made” (pemimpin itu dilahirkan (bakat)
bukannya dibuat). Seorang pemimpin akan menjadi pemimpin
karena ia telah dilahirkan dengan bakat kepemimpinan. Dalam
keadaan bagaimanapun seseorang ditempatkan telah ditakdirkan
menjadi pemimpin, kelak akan timbul sebagai pemimpin.
2. Teori sosial. Inti aliran teori sosial ini ialah bahwa “Leader are
born not made”. Para penganut teori ini mengetengahkan pendapat
yang menyatakan bahwa setiap orang bisa menjadi pemimpin
apabila diberikan pendidikan dan pengalaman yang cukup.
3. Teori ekologis. Sebagai reaksi terhadap teori genetis dan teori
sosial, intinya berarti bahwa orang hanya akan berhasil menjadi
pemimpin yang baik apabila telah memiliki bakat kepemimpinan.
Bakat tersebut kemudian akan dikembangkan melalui pendidikan
yang teratur dan pengalaman yang memungkinkan untuk
dikembangkan lebih lanjut. Teori ini menggabungkan segi-segi
positif dari kedua teori sosial dan genetis sehingga dapat dikatakan
merupakan teori yang paling mendekati kebenaran.
2.8 Gaya Kepemimpinan Transformasional

Kepemimpinan transformasional mula-mula digagas oleh Burn
yang diterapkan dalam konteks politik. Selanjutnya, kepemimpinan
transformasional ini diterapkan oleh Bass ke dalam konteks organisasi
(Mahardika 2009:15). Kepemimpinan transformasional didefinisikan
sebagai kepemimpinan yang melibatkan perubahan dalam organisasi.
Kepemimpinan ini membutuhkan tindakan motivasi bawahannya agar
bersedia bekerja demi sasaran-sasaran “tingkat tinggi” yang dianggap
melampaui kepentingan pribadinya pada saat itu (Bass dalam Hasibuan,
2005).
Kepemimpinan transformasional dapat diartikan sebagai bentuk
atau gaya yang diterapkan kepala sekolah dalam mempengaruhi
bawahannya (guru, tenaga administrasi, siswa, dan orang tua peserta didik)
untuk mencapai tujuan pendidikan yang diinginkan (Sudarwan dan
Suparno,

2009:26-27).

Kepemimpinan

transformasional

memiliki

penekanan dalam hal pernyataan visi dan misi yang jelas, penggunaan
komunikasi secara efektif, pemberian rangsangan intelektual, serta
perhatian pribadi terhadap permasalahan invidu anggota organisasinya
(Sudarwan dan Suparno, 2009:27).
Menurut (Mulyasa, 2004:25) sebagai manajer ia harus mampu
mengatur agar semua potensi sekolah dapat berfungsi dan berjalan
optimal, salah satu proses manajemen yang sangat dikenal dalam literatur
akademik, yaitu POAC ( Planning, Organizing, Actuacting, Controlling).
Karenanya, tugas dan fungsi kepala sekolah merupakan sosok sentral

dalam peningkatan mutu kualitas pendidikan di sekolah. Terkait dengan
cara kepemimpinan kepala sekolah, para ahli pendidikan sepakat bahwa
salah satu gaya kepemimpinan yang relevan di terapkan dalam konteks
MBS (Manajemen Berbasis Sekolah) adalah gaya kepemimpinan
transformasional. Yakni cara yang memungkinkan semua potensi yang ada
disekolah dapat berfungsi secara optimal.
Kepemimpinan transformasional di definisikan sebagai gaya
kepemimpinan

yang

mengutamakan

pemberian

kesempatan

yang

mendorong semua unsur atau elemen sekolah yang meliputi guru, siswa,
staf pegawai, orang tua, masyrakat dan lain-lain untuk bekerja atas dasar
sistem nilai (values system) yang luhur, sehingga semua elemen yang ada
disekolah bersedia untuk berpartisipasi dalam pencapaian visi sekolah.
Seorang

kepala

sekolah

yang

memiliki

kepemimpinan

transformasional memiliki sikap menghargai ide-ide baru, cara dan metode
baru serta praktik-praktik baru yang dilakukan para guru dalam proses
Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) disekolah. Terdapat tujuh sikap dari
kepala sekolah yang telah berhasil menerapkan gaya kepemimpinan
transformasional, yaitu :
1.
2.
3.
4.

Mengidentifikasi dirinya sebagai agen perubahan.
Memiliki sikap pemberani.
Mempercayai orang lain.
Bertindak atas dasar sistem nilai (bukan atas dasar kepentingan
pribadi).
5. Meningkatkan kemampuan yang dimiliki secara terus menerus.
6. Memiliki kemampuan untuk menghadapi situasi yang rumit, tidak
jelas, dan tidak menentu.

7. Memiliki visi kedepan atau visioner.
Lima perilaku yang mecirikan pemimpin transformasional menurut
Bennis dan Nanus (dalam Marshall & Molly, 2011:42-43) ialah :
1) Kepemimpinan yang terfokus
Tidakan-tinadakan yang tampaknya daopat merebut perhatian orang,
memfokuskan mereka pada isu-isu penting dalam suatun diskusi.
2) Kepemimpinan Komunikasi
Menggunakan
keterampilan
komunikasi
yang
efektif-aktif
mendengarkan, mengutamakan umpan balik yang sesuai, dan lain-lainuntuk menjelaskan gagasan-gagasan yang rumit dengan jelas.
3) Kepemimpinan Kepercayaan
Perilaku-perilaku yang membangun kepercayaan adalah konsistensi
tindakan (dapat diandalkan) dan pemenuhan janji.
4) Kepemimpinan Penuh Hormat
Tindakan-tindakan yang menunjukkan bahwa pemimpin peduli
terhadap bawahan, seperti menyampaikan ucapan selamat atas
pencapaian yang dilakukan bawahan.
5) Kepemimpinan Berisiko
Tindakan-tindakan yang dirancang untuk mendapat komitmen penuh
dari setiap individu terhadap gagasan dan proyek baru, seringkali
dengan melibatkan mereka dan memberi mereka tanggung jawab.
Pola Hubungan Pemimpin-Bawahan Kepemimpinan Transformasional
Tipe Kepemimpinan

Kepemimpinan Transformasional

Hasil Kepemimpinan

Tindakan independen
Dituntun oleh internalisasi nilai-nilai
bersama

Motif Kekuasaan Pemimpin

Pemimpin

dan

bawahan

yang

diberdayakan dituntun oleh suatu visi
bersama
Motif Kekuasaan Bawahan

Saling

tergantung,

bawahan

diberdayakan sebagai mitra kerja.
Sumber : Sudarwan & Suparno, 2009.

yang

2.9 Kerangka Berfikir
Dalam mewujudkan visi –misi sekolah tentunya diperlukansinergitas dan
tanggung jawab bersama dari berbagai elemen yang ada baik kepala
sekolah,dewan guru ataupun pegawai lainya. Jika semua elemen sekolah
mampu bekerjasama secara aktif maka akan terwujud sekolah yang
merealisasikan visi dan misinya begitu juga sebaliknya. Sudah menjadi tugas
seorang atasan sebagai pimpinan suatu organisasi harus mampu menjalankan
fungsi manajemen seperti perencanaan, pengorganisasian, pengawasan dan
penggerakkan. Jika atasan kurang mampu menerapkan fungsi tersebut, maka
akan ada beberapa pandangan atau tanggapan pada diri atasan.
Tanggapan atau persepsi guru tersebut diperoleh dari kesan-kesan yang
timbul sebagai akibat dari gaya kepemimpinan. Jika atasan membuat dirinya
mampu menerapkan gaya kepemimpinan transformasional, maka guru
tersebut akan memiliki persepsi yang baik kepada atasan. Namun jika kepala
sekolah tersebut kurang gaya kepemimpinan transformasional, maka hal itu
akan mempengaruhi dirinya. Jika hubungan dan kerjasama yang baik diantara
individu, maka kinerja atau prestasi kerja masing-masing juga akan lebih
baik.

Kepala sekolah SMA
NEGERI 1 SURUH (X)
Kinerja guru (Y) :

Gaya kepemimpinan
transformasional :

1.
2.
3.
4.

Kompetensi Paedagogik
Kompetensi Kepribadian
Kompetensi Profesional
Kompetensi Sosial

1. Idealized influence
2. Inspirational
motivation
3. Intelectual
stimulation
4. Individualized
consideration

2.10 Hipotesis Kerja
Hipotesis nol (H0) adalah :
Gaya kepemimpinan transformasional kepala sekolah tidak berpengaruh
terhadap kinerja guru.
Hipotesis alternatif (H1) adalah:
Gaya kepemimpinan transformasional kepala sekolah berpengaruh terhadap
kinerja guru.