T1__BAB IV Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Gambaran Perilaku Perawat dalam Mengurangi Kecemasan Orang Tua yang Anaknya akan Menghadapi Operasi di Ruang Anggrek Rumah Sakit Umum Daerah Kota Salatiga dengan Tinjauan Teori Pepla

Bab IV
Hasil Dan Pembahasan

Dalam bab ini akan menjelaskan tentang hasil penelitian yang
dilakukan untuk

mengetahui gambaran perilaku perawat

dalam

mengurangi kecemasan orang tua yang anaknya akan menjalani
operasi ditinjau dari Teori Peplau di Ruang Anggrek Rumah Sakit Umum
Daerah Kota Salatiga. Dalam penyajian data hasil penelitian peneliti
akan membagi menjadi tiga bagian. Bagian pertama peneliti akan
menampilkan gambaran partisipan dan jenis operasi yang akan
dilakukan oleh pasien. Pada bagian yang kedua peneliti akan
memaparkan hasil penelitian berupa analisis tema yang membuat
kecemasan orang tua berkurang atau sebaliknya ditinjau dari Teori
Peplau. Pada bagian yang ketiga peneliti akan membahas hasil analisis
data dengan membandingkan dengan hasil penelitian sebelumnya yang
memiliki keterkaitan dengan hasil penelitian peneliti.

Penelitian

ini

berlangsung

dari

tanggal

17

November-30

November 2014. Partisipan yang terlibat dalam penelitian ini sebanyak
lima orang. Penelitian dilakukan dengan mengobservasi tindakan
preoperatif yang dilakukan oleh perawat ruang Anggrek. Peneliti
melakukan observasi terhadap peran perawat ketika perawat melakukan
perannya kepada pasien dan orang tua dalam fase preoperatif, mulai
dari awal masuk ruang inap hingga ketika pasien telah menuju kamar

operasi. Peneliti telah membuat lembar observasi (lampiran 5), dimana
terdapat jenis tindakan yang dilakukan perawat pada fase preoperatif
menurut Teori Peplau, ini menjadi patokan untuk peneliti dalam
melakukan observasi terhadap peran perawat dalam menurunkan
kecemasan orang tua.

21

4.1 Gambaran Partisipan
Partisipan yang terlibat dalam penelitian ini adalah 5 perawat
bangsal anak Ruang Anggrek, Rumah Sakit Umum Daerah Kota
Salatiga. Partisipan yang terlibat dalam penelitian ini adalah perawat
jaga

yang

melakukan perannya

ketika


pasien

menjalani fase

preoperatif. Disini perawat tidak mengetahui bahwa dirinya sedang
diobservasi perannya. Peneliti mendapatkan lima pasien yang harus
menjalani operasi seperti tonsilitis, mata, eksisi+rekonstriksi (keloid),
dan 2 pasien appendiks.
4.2 Hasil Penelitian
Peneliti akan menampilkan terlebih dahulu hasil observasi
tindakan preoperatif menurut Teori Peplau yang dilakukan atau tidak
dilakukan oleh perawat.
Keterangan :

No

(√)

: Dilakukan


(Χ)

: Tidak dilakukan

Fase
Interaksi

Jenis Tindakan Yang Dilakukan

Orientati
on

Perawat mengucapkan salam dan
memperkenalkan diri kepada pasien dan
keluarga.
Perawat membantu pasien dan keluarga
dalam menentukan jenis pelayanan yang
dipilih (informed concern)
Perawat menjelaskan peraturan yang
ada di ruangan dan rumah sakit,

kewajiban serta hak pasien dan keluarga
selama rawat inap.

1

2

3

22

Hasil Observasi
Sr.
W

Sr.
K

Sr.
E


Sr.
W

Br.
G

Χ

Χ

Χ

Χ

Χ






















4
5
6

7
8
9
10

11

12
13
14
15

16

17

Perawat melakukan anamnesa
menyeluruh terhadap kondisi bio-psikososial dan spiritual pasien.
Perawat merumuskan masalah yang
Identifica

dihadapi pasien.
tion
Perawat menerangkan mengenai
diagnosa medis pasien.
Perawat menyediakan diri kepada pasien
dan keluarga jika mereka membutuhkan.
Perawat segera datang ketika pasien
memerlukan bantuan.
Parawat menjelaskan mengenai penyakit
yang dialami pasien kepada keluarga
dan pasien sendiri.
Eksploita Perawat menjelaskan kemungkinan
tion
tindakan yang akan ditempuh.
Perawat menjelaskan ke orang tua
tentang tindakan medis yang akan
dilakukan pada anaknya dan
membutuhkan persetujuan melalui
informed concern.
Perawat menjawab segala pertanyaan

yang diajukan oleh pasien dan keluarga.
Perawat menjelaskan tentang tindakan
yang akan dilakukan kepada pasien.
Perawat mempersiapkan pasien pada
fase preoperatif.
Perawat juga mempersiapkan keluarga
dalam menghadapi operasi yang
dilakukan anaknya.
Perawat mengkaji kembali kondisi biopsiko-sosial dan spiritual pasien dan
Resolutio keluarga sebelum berangkat ke kamar
operasi.
n
Perawat memberikan motivasi kepada
keluarga dan anak untuk berpikir positif
dan berserah kepada Tuhan.
Total

23












Χ



Χ

Χ













Χ

Χ

Χ

Χ

Χ

Χ

Χ

Χ

Χ

Χ













Χ















































Χ

Χ

Χ

Χ

Χ

Χ

Χ

Χ

Χ

Χ

Χ







Χ

Dari hasil analisis data di atas; peneliti mendapatkan hasil
bahwa dari 5 perawat, sebagian besar mereka belum melakukan
perannya seperti merumuskan masalah yang dihadapi pasien,
menyediakan diri ketika pasien atau keluarga membutuhkannya, segera
datang ketika pasien memerlukan bantuan (fase Identification & fase
Eksploitation). Selanjutnya perawat juga tidak mempersiapkan keluarga
dalam menghadapi operasi yang dilakukan pasien serta perawat tidak
mengkaji kembali kondisi bio-psiko-sosial dan spiritual pasien dan
keluarga sebelum berangkat ke kamar operasi (fase Eksploitation &
fase Resolution). Namun, sebagian besar perawat telah melakukan
sebagian besar peranannya sesuai Teori Peplau (fase Orientation, fase
Identification, fase Eksploitation & fase Resolution) seperti membantu
pasien dan keluarga menentukan jenis pelayanan yang dipilih,
melakukan anamnesa menyeluruh terhadap kondisi bio-psiko-sosial
dan spiritual pasien, menerangkan mengenai diagnosa pasien,
menjelaskan mengenai penyakit yang dialami pasien, menjelaskan
kepada orang tua mengenai tindakan medis yang akan dilakukan
kepada anaknya, menjawab segala pertanyaan yang diajukan oleh
pasien maupun keluarga, menjelaskan tentang tindakan yang akan
dilakukan kepada pasien, mempersiapkan pasien pada fase preoperatif
serta memberikan motivasi kepada keluarga dan anak.

24

Tema

1. Belum adanya upaya perawat dalam menjelaskan
secara

mendalam

pada

orang

tua

mengenai

pengalaman operasi yang pertama kali dihadapinya

Kata Kunci

Kategori

Sumber Kecemasan
orang tua :
- Anaknya harus
operasi
- Belum pernah ada
yang operasi
- Berpisah dengan
anak saat operasi
- Anak masih kecil

Pengalaman operasi
yang pertama

Mengenai tindakan
operasi :
- Takut mendengar
kata “operasi”
- Perawat kurang
menjelaskan
- Orang tua belum
memahami
- Perawat kurang
mempersiapkan
pasien & keluarga

Keluarga butuh
pemahaman
mendalam tentang
tindakan operasi

25

Tema

Belum adanya
upaya perawat
dalam
menjelaskan
secara mendalam
pada orang tua
mengenai
pengalaman
operasi yang
pertama kali
dihadapinya

Tema

2.

Kurangnya

perawat



membina

pasien

&

hubungan

keluarga

intrapersonal

dalam

membuat

keyakinan akan kesuksesan operasi yang dijalani

Kata Kunci

Kategori

Komunikasi perawat
kepada pasien &
keluarga :
- Pasien dan
keluarga butuh
bantuan
- Perawat tak
segera datang
- Orang tua sering
mendatangi
perawat

Hubungan
intrapersonal
perawat – pasien &
keluarga belum
terbentuk

Keyakinan terhadap
operasi :
- Takut anaknya
akan kenapa –
kenapa
- Takut kalau
nantinya
anaknya
dibelah/
dipotong
- Takut nanti
anaknya tidak
selamat

Belum adanya
keyakinan terhadap
kesuksesan operasi

26

Tema

Kurangnya
membina
hubungan
intrapersonal
perawat – pasien
& keluarga akan
keyakinan pada
kesuksesan
operasi

Berdasarkan kategori dapat terlihat 2 tema besar yang menjadi
gambaran mengenai peran perawat dalam mengurangi kecemasan
orang tua yang anaknya akan menjalani operasi ditinjau dari Teori
Peplau, yaitu: (1) Belum adanya upaya perawat dalam menjelaskan
secara mendalam pada orang tua mengenai pengalaman operasi
yang pertama kali dihadapinya; (2) Kurangnya membina hubungan
intrapersonal perawat – pasien & keluarga akan keyakinan pada
kesuksesan operasi.
Masing-masing tema tersebut dijelaskan secara detail sebagai
berikut:

Tema 1: Belum adanya upaya perawat dalam menjelaskan secara
mendalam pada orang tua mengenai pengalaman operasi yang
pertama kali dihadapinya.
Pemberian informasi oleh perawat kepada orang tua dan
keluarga sangatlah penting dalam tindakan keperawatan pre-operatif.
Tingkat pengetahuan orang tua mengidentifikasikan sebagai faktor
penting dalam penerimaan informasi yang disampaikan oleh perawat.
Hal ini dapat terlihat seperti yang diungkapkan oleh salah satu orang
tua pasien ketika peneliti melakukan wawancara:
“Iya tadi pagi-pagi dokternya sudah kemari sama perawatnya
untuk menjelaskan mengenai operasinya, mas! Tetapi tetap saja
saya gak mudeng, saya cuma lulusan smp aja mas, bingung dan
manut saja saya! Tapi ini saya masih saja takut dan cemas
terhadap anak saya, mas!” (Ny. C)

27

Pengalaman menjalani operasi yang pertama yang dijalani anak
maupun keluarga menjadi faktor penting dalam pemberian asuhan
keperawatan pre-operatif yang dijalankan perawat. Pengalaman
pertama kali menjalani operasi telah membuat orang tua dan keluarga
merasa

cemas

berlebihan

sehingga

mereka

cenderung

mengutamakan emosi seperti ketakutan dan menangis. Ini dapat
terlihat dalam penuturan kelima orang tua anak sebagai berikut:
“Ya jujur mas, sampe sekarang belum ada di keluarga yang
pernah operasi. Rasanya ngeri saat mendengar kata “operasi”,
mas! Takut nanti anak saya kenapa-kenapa gitu” (Ny. Y)
“Belum ada mas! makanya saya cukup khawatir melihat anak
saya harus operasi.”(Ny. C)
“Saya khawatir mas! takut terjadi apa-apa pada anak saya.
Tapi jika semakin lama didiamkan, nanti bisa menggangu
pengelihatan anak saya dan takutnya lagi jika anak saya gak bisa
lagi melihat.” (Ny. S)

Tema 2: Kurangnya membina hubungan intrapersonal perawat –
pasien & keluarga akan keyakinan pada kesuksesan operasi.
Hubungan intrapersonal sangatlah penting ketika seseorang
membina hubungan dengan orang lain. Hubungan ini akan sangat
membantu seseorang untuk lebih menjadi personal yang dipercayai
oleh orang dalam mengatasi masalahnya. Begitupun seharusnya
perawat lakukannya terhadap pasien & keluarga supaya ketika mereka
memerlukan bantuan, perawatlah yang akan menjadi orang pertama
yang akan membantu mereka dan mencoba untuk menyelesaikan
masalah mereka. Setelah hubungan ini terbina dengan baik antara
perawat – pasien & keluraga, mereka akan bisa menerima &

28

mempercayai akan setiap tindakan medis yang dilakukan pada pasien.
Namun jika sebaliknya, maka akan sulit untuk perawat dalam upayanya
untuk mengurangi kecemasan pasien maupun orang tuanya. Hal ini
dapat terlihat seperti yang diungkapkan beberapa orang tua :
“Tapi saya takut ketika membayangkan nanti jika terjadi apaapa, nanti anak saya bisa buta.” (Ny. S)
“Ya gimana lagi ya, mas kasihan liat anak saya gini terus
mas. Sebenarnya saya dan suami pengennya gak perlu operasi
soalnya kan kalau operasi pasti nanti benjolannya dipotong gitu,
kasihan liat anak saya yang masih kecil ini harus operasi.” (Ny. I)

4.3 Pembahasan Hasil Penelitian
Dalam pembahasan, penelitian akan menginterpretasikan tema
yang sudah didapatkan dari penelitian yang berfokus mengenai peran
perawat dalam mengurangi kecemasan orang tua yang anaknya akan
menjalani operasi ditinjau dari Teori Peplau di bangsal anak, Ruang
Anggrek, Rumah Sakit Umum Daerah Kota Salatiga dengan cara
membandingkan referensi dari hasil penelitian sebelumnya mengenai
tindakan pre-operatif keperawatan. Peneliti juga akan membahas
tentang keterbatasan dalam penelitian ini. Berikut adalah uraian
pembahasan dari tema-tema hasil penelitian ini :
1. Belum adanya upaya perawat dalam menjelaskan
secara mendalam pada orang tua mengenai
pengalaman operasi yang pertama kali dihadapinya
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa pengalaman
menghadapi operasi sangatlah penting. Pengalaman yang
pertama kali dihadapi orang tua membuat kecemasan

29

mereka lebih tinggi dibandingan jika mereka sudah pernah
menjalani operasi atau ada sanak-keluarga mereka yang
pernah menjalani operasi. Menurut penelitian yang
dilakukan oleh Justus, et. al (2006), orang tua dan
keluarga yang sudah pernah menghadapi kecemasan
dalam operasi, meskipun mereka tetap merasakan
kecemasan, mereka tetap bisa menghadapi kecemasan
yang mereka alami karena pemahaman mereka terhadap
operasi

sebelumnya.

Hal

ini

sama

seperti

yang

diungkapkan dalam penelitian Scrimin, et. al (2005),
penurunan kecemasan pasien dan orang tua tidak
terlepas dari pengalaman preoperatif mereka pada
tindakan operasi sebelumnya.
Berdasarkan hasil pembahasan dapat disimpulkan
bahwa penerimaan informasi yang telah disampaikan
perawat dalam membantu mengurangi kecemasan preoperatif orang tua seharusnya maksimal agar orang tua
dapat mengetahui penuh tindakan operasi yang akan
dijalani anaknya. Kecemasan-kecemasan yang dialami
orang tua seperti yang telah disebutkan diatas dapat
dihindarkan oleh perawat jika perawat mampu berperan
sebagai komunikator dan menjelaskan prosedur tindakan
dengan tepat sehingga orang tua maupun keluarga
mampu menerimanya dan semua kebutuhan pasien serta
keluarga dapat terpenuhi. Pada akhirnya perawat dapat
menjalankan perannya dalam mengurangi kecemasan
orang tua pasien preoperatif. Disini peran perawat
menurut Peplau (1952) adalah Narasumber (Resource
Person)

dimana

perawat

berperan

dalam

memberi

jawaban untuk setiap pertanyaan pasien & keluarga
perihal tindakan operasi atau lainnya serta menyediakan

30

informasi yang membantu dalam memahami masalah dan
situasi mereka. Selanjutnya, Guru yang membantu untuk
memberikan

pengetahuan

serta

pendidikan

tentang

Tindakan operasi dan lainnya. Kedua peran tersebut
sangat penting agar informasi yang perawat berikan dapat
dipahami sepenuhnya oleh orang tua maupun keluarga.
2. Kurangnya membina hubungan intrapersonal perawat
– pasien & keluarga akan keyakinan pada kesuksesan
operasi.
Hasil

penelitian

menunjukan

bahwa

dalam

pelaksanaa tindakan pre-operatif yang dilakukan perawat
kepada pasien & keluarga akan dapat diterima lebih
mudah

ketika

perawat

telah

membina

hubungan

intrapersonal yang kuat dengan mereka. Hasil penelitian Li
and Lam (2003) didapatkan angka kecemasan orang tua
yang anaknya akan menjalani operasi berkisar antara 11%
sampai 80%; dan 20% diantaranya adalah orang tua yang
menunjukan kecemasannya di depan anaknya (Caumo,
et. al 2011). Sikap yang ditunjukan orang tua seharusnya
dapat

dihindari

jika

saja

perawat

dapat

membina

hubungan intrapersonal dengan orang tua. Menurut
Peplau (1952), hubungan interpersonal yang telah terjalin
antara perawat – orang tua dapat menghindarkan orang
tua bersikap takut dan cemas. Hasil penelitian Palapattu,
et. al (2004) menganjurkan bahwa kecemasan pasien
(orang tua) dapat menurun dengan harapan hasil yang
didapatkan positif yaitu keberhasilan operasi yang dijalani
anaknya dan dengan dukungan sosial dari perawat dalam
memberikan informasi yang dibutuhkan oleh orang tua
maupun keluarga dalam fase preoperatif.

31

Kesuksesan operasi menjadi penting ketika pasien &
orang tua telah memiliki keyakinan terhadap hal tersebut.
Maka dari itu Peplau (1952) menerangkan bahwa peran
yang harus dilakukan perawat yaitu Konselor (counselor)
dimana

perawat

membantu

untuk

memahami

dan

mengintegrasikan arti dari keadaan hidup serta perawat
harus

menyediakan

diri

untuk

membimbing

dan

mendorong orang tua untuk bisa memiliki keyakinan
bahwa operasi yang akan dijalani anaknya sukses dan
anaknya akan memiliki kesembuhan.

4.4 Keterbatasan Penelitian
Hasil penelitian yang didapat di RSUD Kota Salatiga tentunya
tidak dapat digeneralisasikan secara umum tetapi merupakan pintu
pembuka untuk melihat permasalahan lainnya yang muncul. Sehingga,
perlu dilakukan penelitian selanjutnya pada rumah sakit swasta untuk
membandingkan hasil temuan yang didapat. Lebih lanjut, pengambilan
sampel yang digunakan peneliti adalah total sampling dengan jumlah
terbatas

yang

menyebabkan

hasil

penelitian

ini

tidak

dapat

digeneralisasikan. Namun penelitian ini dapat diterapkan di tempat lain
dengan latar belakang yang hampir sama. Selain itu, penelitian
selanjutnya

dapat

melakukan

mengobservasi peran perawat

32

observasi

berkelanjutan

ketika

Dokumen yang terkait

Keanekaragaman Makrofauna Tanah Daerah Pertanian Apel Semi Organik dan Pertanian Apel Non Organik Kecamatan Bumiaji Kota Batu sebagai Bahan Ajar Biologi SMA

26 317 36

ANALISIS KOMPARATIF PENDAPATAN DAN EFISIENSI ANTARA BERAS POLES MEDIUM DENGAN BERAS POLES SUPER DI UD. PUTRA TEMU REJEKI (Studi Kasus di Desa Belung Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang)

23 307 16

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

DEKONSTRUKSI HOST DALAM TALK SHOW DI TELEVISI (Analisis Semiotik Talk Show Empat Mata di Trans 7)

21 290 1

MANAJEMEN PEMROGRAMAN PADA STASIUN RADIO SWASTA (Studi Deskriptif Program Acara Garus di Radio VIS FM Banyuwangi)

29 282 2

APRESIASI IBU RUMAH TANGGA TERHADAP TAYANGAN CERIWIS DI TRANS TV (Studi Pada Ibu Rumah Tangga RW 6 Kelurahan Lemah Putro Sidoarjo)

8 209 2

MOTIF MAHASISWA BANYUMASAN MENYAKSIKAN TAYANGAN POJOK KAMPUNG DI JAWA POS TELEVISI (JTV)Studi Pada Anggota Paguyuban Mahasiswa Banyumasan di Malang

20 244 2

PERANAN ELIT INFORMAL DALAM PENGEMBANGAN HOME INDUSTRI TAPE (Studi di Desa Sumber Kalong Kecamatan Wonosari Kabupaten Bondowoso)

38 240 2

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

Kuliah di PTN Kini Lebih Mahal

0 87 1