MAKALAH DASAR DASAR TEORI TINGKAT BUNGA

MAKALAH
DASAR-DASAR TEORI TINGKAT BUNGA

Oleh :
Mulkan Abdullah

20141221042

PROGRAM STUDI MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURABAYA
2015

1

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas
limpahan Rahmat-Nya kepada penulis, sehingga penulis beserta teman-teman
kelompok 6 dapat menyelesaikan makalah tentang “Dasar-Dasar Teori Tingkat
Bunga ”.
Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas yang diberikan

oleh Dosen mata kuliah Ekonomi Moneter yaitu Dr. Siti Maro’ah, M.Pd.
Penulis mengharapkan makalah ini dapat memberi manfaat bagi kita
semua, dalam hal menambah pengetahuan dan wawasan kita tentang Eknomi
Moneter.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada rekan-rekan kelompok yang
telah mendukung dan menjalin kerjasama yang baik sehingga makalah ini dapat
diselesaikan.
Penulis menyadari makalah ini terdapat banyak kekurangan, maka penulis
mengharapkan kritik dan saran dari pembaca demi perbaikan menuju arah yang
lebih baik. Kami mengharapkan semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua
pihak.

Surabaya, 19 Oktober 2015
Penulis

1

Daftar Isi

Kata Pengantar............................................................................ i

Daftar Isi...................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang....................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah.................................................................. 1
1.3 Tujuan.................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Dasar................................................................... 2
2.2 Fungsi Tingkat Bunga Dalam Perekonomian...................................... 2
2.3 Kurva Berbagai Kesempatan Melakukan Investasi............................... 3
2.4 Pilihan Waktu............................................................................ 4
2.5 Tingkat Bunga Sebagai “Harga” Uang.............................................. 7
2.6 Mengapa Ada Bunga ?................................................................................... 7
2.7 Klasik : Loanable Funds.................................................................................. 7
2.8 Keynesian : Liquidity Preference.................................................................... 8
2.9 Sintesis Klasik Dan Keynesian : Is Lm........................................................... 8
2.10 Tingkat Bunga Nominal................................................................................ 9
2.11 Tingkat Bunga Riil........................................................................................10
2.12 Teori Paritas Tingkat Bunga..........................................................................10
BAB III PENUTUP
3.1

Kesimpulan
....................................................................................................
12
3,2
Saran
....................................................................................................
12
Daftar
Pustaka
....................................................................................................
13

2

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dasar-dasar teori tingkat bunga adalah bagian dari ilmu ekonomi. Ilmu
ekonomi termasuk didalam kelompok ilmu-ilmu sosial. Ilmu sosial berhubungan
dengan perbuatan atau tingkah laku manusia sebagai anggota masyarakat.

Perbuatan manusia itu mempunyai motivasi yang berbeda satu sama lain,
meskipun mungkin perbuatannya itu sendiri sama. Dari sini timbul kesulitan yang
pertama didalam ilmu sosial, yaitu bahwa jawaban atau pemecahan atas sesuatu
masalah bersifat kemungkinan. Tidak eksak.jawaban atau pemecahan atas sesuatu
masalah bersifat pilihan. Kebenarannya bersifat relatif, bukann kebenarannya
mutlak. Dengan demikian ilmu ekonomi perusahaan juga teriak oleh ciri-ciri
ilmu-ilmu sosial pada umumnya.

1.2 Rumusan Masalah
Dengan adanya pembahasan ini semoga dapat menambah wawasan dan
ilmu pengetahuan dibidang mata kuliah Moneter dan Perpajakan khususnya
dalam bahasan ini yakni Dasar-Dasar Teori Tingkat Bunga. Yang dapat kita
aplikasikan di kehidupan kita baik secara formal maupun secara informal yang
dapat menambah dinamika ilmu pengetahuan kita.
1.3 Tujuan
Dalam hal ini tujuan yang dapat kita ambil dalam pembahsan ini adalah
bagai mana kita dapat mengetahui apa yang padabahsan kita bahas pada ini
mengenai. Dan bagai mana untuk memanfaatkannya dan mengaplikasikannya
dalam berbagai keperluan yang mengenai hal demikian yang dapat menambah
pemehamankita khususnya dalam ruang lungkup Dasar-Dasar Teori Tingkat

Bunga. Dengan hal demikian kita dapat mengembangkan secara luas apa yang
telah kita pelajari dan kita pahami pada saat.

1

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Dasar
Dalam perekonomian yang mendasarkan diri dalam mekanisme pasar,
maka keputusan ekonomi didasarkan atas pertimbangan pasar. Artinya sistem
ekonomi di atur melalui bekerjanya mekanisme pasar, yakni pasar untuk berbagai
barang dan jasa yang berbeda-beda. Berapa banyaknya sesuatu barang akan di
produsir, ditentukan oleh pasar, yakni permintaan akan barang tersebut. Misalnya,
apabila masyarakat lebih menyukai kopi daripada the, maka mereka akan membeli
kopi dan bukan the di toko. Toko tersebut kemudian akan membeli kopi dari para
produsen, yang selanjutnya akan mendorong produsen ini memprodusir kopi lebih
banyak dibandingkan dengan teh. Dalam contoh ini konsumen yang menentukan
berapa banyak sesuatu barang di hasilkan.
Mekanisme ini berfungsi melalui apa yang di sebut dengan harga. Harga
mempunyai fungsi alokasi faktor produksi kearah produksi barang-barang yang

lebih disukai oleh masyarakat dari produksi barang yang tidak disukainya.
Dengan menurutkan contoh diatas, ternyata produsen atau petani tidak begitu
mudah mengubah produksi dari the kekopi. Oleh karena itu, produsen kopi akan
meminta harga yang lebih tinggi dan apabila konsumen mau membayar tentu saja
mereka akan dapat memperoleh kopi. Kenaikan harga ini dapat pula di pandang
sebagai ongkos ganti penggunaan faktor produksi dari produksi teh ke kopi.
Dalam kaitannya dengan tingkat harga, pertanyaan timbul ” apa peranan
tingkat bunga” seperti halnya harga kopi dan teh di atas tingkat bunga tidak lain
adalah harga yang terjadi di pasar uang dan modal. Jadi tingkat bunga juga
mempunyai fungsi alokatip dalam perekonomian, khususnya dalam penggunaan
uang atau modal.
2.2 Fungsi Tingkat Bunga Dalam Perekonomian
Dua masalah pokok yang harus dipecahkan oleh setiap sistem ekonomi
adalah, pertama beberapa banyak faktor produksi yang harus digunakan atau
dilokasikan untuk menghasilkan beberapa barang yang bebeda pada waktu atau
saat yang bersamaan. Misalnya, kayu jati gelondongan itu dapat di buat untuk
kayu gergajian, meja, kursi, almari atau pintu. Dalam sistem ekonomi pasar,
alokasi penggunaan kayu gelondongan tersebutdi tentukan oleh harga meja, kursi,
almari, pintu atau kayu gergaji. Kedua, adalah masalah alokasi penggunaan faktor
produksi untuk menghasilkan barang yang akan digunakan sekarang atau

dikemudian hari. Fungsi yang kedua adalah yang antara lain dilakukan oleh
tingkat bunga, yakni alokasi faktor produksi untuk menghasilkan barang dan jasa
yang di pakai sekarang dan dikemudian hari.
Seluruh warga masyarakat mempunyai keharusan melakukan alokasi
faktor produksi untuk penggunaan sekarang dan nanti. Hanya metodenya yang
berbeda antara satu Negara dengan negara lain. Ada yang mendasarkan alokasi ini
pada tradisi, terutama untuk masyarakat yang belum maju, yakni dengan

2

menyisihkan sebagian dari hasil yang diperoleh sekarang untuk penggunaan di
waktu yang akan datang. Seperti yang dilakukan di Rusia alokasi ini lebih banyak
di tentukan oleh pemerintah. Tetapi pada sistem ekonomi pasar (seperti di
Amerika Serikat), alokasi antara nanti dan sekarang adalah hasil interaksi
keputusan masing-masing individu.
2.3 Kurva Berbagai Kesempatan Melakukan Investasi
Untuk mengetahui sifat masalah ekonomi diatas, akan lebh mudah di
pahami apabila disajikan suatu contoh. Dengan contoh yang sederhana diharapkan
prinsip-prinsip utama masalah alokasi antarwaktu (sekarang dengan nanti) dapat
dengan mudah dijelaskan. Misalnya suatu masyarakat yang hidup di sekitar hutan

kayu jati dan hanya ada satu jenis barang yang dihasilkan, yakni kayu gergajian.
Apabila masyarakat tersebut makin banyak penebang kayu jati di hutan, tahun ini,
maka makin sedikit kayu jati yang akan bisa ditebang tahun yang akan bisa
ditebang tahun yang akan datang. Namun, banyaknya kayu jadi gergajian. Apabila
masyarakat tersebut makin banyak menebang kayu jati di hutan, tahun ini, maka
makin sedikit kayu jati yang akan bisa ditebang tahun yang akan datang. Namun,
banyaknya kayu jadi gergajian yang dihasilkan sekarang dengan tahun yang akan
datang tidak satu banding satu. Artinya kalau tahun ini menghasilkan 10 kayu
gergajian lebih banyak tidak berarti tahun depan produksi kayu gergajian turun
dengan 10 buah. Masalah yang dihadapi masyarakat tersebut adalah penentuan
jumlah pohon yang ditebang tahun ini dan tahun depan. Dengan kata, masyarakat
tersebut perlu menyelesaikan masalah alokasi alokasi antara jumlah produksi
tahun ini dengan tahun depan.
Masalah alokasi tersebut dapat digambarkan dengan grafik sebagai
berikut.
Gambar 9.1
Kurva kesempatan melakukan investasi

Apabila masyarakat tersebut menebang semua pohon dan digergaji tahun
ini, maka tahun depan mereka tidak dapat menghasilkan kayu gergajian (titik A).

sebaliknya, pada titik B, tahun ini tidak memprodusir sama sekali, berarti semua
pohon ditebang tahun depan. Sedangkan titik C, sebagian dihasilkan tahun ini dan
sebagian tahun depan. Bentuk kurvanya cembung dari titik 0 berarti berlaku

3

anggapan bahwa hubungan turunnya produksi tahun depan tidak satu banding
satu.
Dari kurva ini dapat di simpulkan dangan tidak menebang tahun ini (dus
menabung), berarti melakukan investasi pohon untuk produksi tahun depan.
Masyarakat tersebut harus menentukan pilihannya, yakni titik mana dalam
kurva tersebut. Ahli ekonomi sering menamakan fungsi alokatip ini sebagai
pilihan waktu (time preference), yakni menyatakan pilihan mereka antara kosumsi
(penggunaan) sekarang dengan waktu yang akan datang.
2.4 Pilihan Waktu
Ada beberapa cara untuk memecahkan masalah pilihan waktu ini, yakni
melalui tradisi, keputusan pemerintah serta pilihan individu.
Yang dimaksud dengan cara tradisi adalah masyarakat itu melakukan
pilihan atas dasar apa yang dipakai nenek moyangnya, tanpa adanya perubahan
dan selalu berulang begitu seterusnya. Dengan cara ini maka masyarakat tersebut

akan memilih, misalnya pada titik C, menebang secukupnya tahun ini guna
memperoleh kayu gergajian sebanyak 10 buah tahun depan. Cara ini terus tetap di
pertahankan dari tahun ke tahun tanpa perubahan.
Pilihan yang didasarkan atas keputusan pemerintah secara sederhana
dapat dijelaskan dengan contoh sebagai berikut. Seandainya perintah ini dapat
diibaratkan sebagai seorang “raja” yang dapat menentukan berapa kayu gergajian
yang dihasilkan tahun ini dan berapa tahun depan yang berlaku bagi sekelompok
masyarakat. Bagaiman caranya si raja ini menentukan jumlah tersebut? Untuk
menjawab pertanyaan ini diperlukan suatu konsep apa yang di sebut dengan kurva
indifference pilihan waktu dari si raja tersebut pesisi sama dengankurva
indifference seorang konsumen seperti gambar berikut:
Gambar 9.2
Kurva indifference pilihan waktu

Seperti halnya kurva indifference seorang konsumen mempunyai bentuk cembung
kearah titik nol. Jadi dengan menggunakan anggapan yang sama
kurva indifference yang lebih tinggi misalnya titik D. akan lebih disukai daripada
dibawahnya kurva sepanjang ABC. Kurva indifference si raja inilah yang menjadi
dasar pemilihan waktu yang berlaku bagi masyarakat. Si raja ini kita
logikakandengan pemerintah yang dapat mengambil keputusan. Keputusan pilihan

waktu didasarkan pada prinsip keputusan tertinggi dengan mengingat keterbatasan
4

alat pemuas. Secara grafik dapat di tunjukan dengan titik singgung antara kurva
indifference dengan kurva berbagai kesempatan investasi titik E pada gambar
berikut:
Gambar 9.3
Fungsi alokasi dengan keputusan pemerintah

Pilihan individu didasarkan pada keputusan masing-masing individu
dalam masyarakat mereka secara terpisah menentukan pilihan waktu, yang
kadang-kadang tidak sama antara satu individu dengan individu yang lain.
Bagaimana caranya mereka menentukan pilihan tersebut? Caranya cukup
sederhana. Pertama, setiap individu mempunyai kurva indifference. Sekelompok
individu (misalnya kelompok konsumen) mungkin mau menunda sebagian
penggunaan barang sekarang untuk memperoleh barang lebih banyak di kemudian
hari. Sebaliknya, kelompok yang lain (misalnya pengusaha),karena mereka
mengharapkan dapat melakukan investasi dari penundaan penggunaan barang
sekarang untuk memperoleh keuntungan di masa datang, biasanya mereka mau
mengorbankan penggunaan barang dikemudian hari yang lebih banyak (15 buah
kayu misalnya) untuk ditukarkan dengan pengunaan barang sekarang yang
jumlahnya lebih sedikit (10 buah kayu). Dari dua kelompok individu ini karena
kesukaan mereka tidak sama, bahkan bernalikan, maka timbulah semacam pasar
(pinjam meminjam). Dari contoh diatas maka kelompok konsumen akan bersedia
mengorbankan penggunaan barang sekarang sedang pengelompok usaha justru
mau menggunakan penggunaan barang sekarang dan bersedia mengganti dengan
jumlah lebih banyak dikemudian hari. Dari proses ini timbulah nilai tukar atau
harga, yang dalam hal ini dapat di sebut tingkat bunga.
Nilai tukar atau tingkat bunga tersebut dapat di gambarkan sebagai berikut.

5

Gambar 9.4
Tingkat bunga

Garis lurus yang turun miring dari kiri atas kekanan bawah
menggambarkan tingkat harga, yakni perbandingan nilai tukar antara jumlah
barang yang dapatt di pakai sekarang dengan yang dapat dipaai kemudian har.
Misalnya 10 buah gergajian yang dapat di pakai tahun ini dapat di tukar dengan 11
buah untuk tahun depan. Nilai tukar, yang juga menggambarkan tingkat harga,
besarnya ditentukan oleh lereng garis tersebut. Makin datar berarti makin berarti
makin banyak barang tahun depan yang bisa di peroleh dengan sejumlah tertentu
barng tahun ini, jadi berarti tingkat bunganya makn tinggi. Sebaliknya, makin
tegak garis itu,, berarti makin rendah/kecil tingkat bunganya. Dari gambar itu
dapat pula diketahui adanya tindakan memberi pinjaman (lending) dan juga
meminjam (borrowing). Gerakan dari atas ke bawah sepanjang garis itu
menunjukkan adanya tindakan memberi pinjaman. Sebaliknya, gerakan dari
bawah ke atas menujukakan adanya tindakan meminjam, karena menukarkan
penggunaan barang kemudian hari (yang jumlahnya lebih banyak) dengan
penggunaan barang sekarang (yang jumlahnya lebih sedikit).
Dengan alat analisa di atas, maka masalah alokasi waktu bagi individu
dapat dipecahkan. Beberapa anggapan yang dipakai antara lain prisip persaingan.
Setiap individu mempunyai kurva kesempatan investasi dan kurva indifference
serta adanya transaksi pinjam meminjam. Dengan anggapan tersebut pemecahan
masalah alokasi dapat di jelaskan dengan menggunakan contoh sebagai berikut:
situasi yang di hadapi oleh seorang individu X dan Y dapat di gambar sebagai
berikut:

6

Gambar 9.5
Alokasi waktu

Bagaimana individu X menyelesaikan masalah alokasi? Tanpa adanya
pinjam meminjam, individu X akan memilih pada titik B sebab untuk kurva
kesempatan investasi tertentu dia sudah mencapai kurva indifference yang
tertinggi. Dengan adanya transaksi pinjam meminjam dengan individu Y, terbuka
kesempatan yang lebih baik. Sekarang dia akan memilih produksi pada titik A dan
meminjamkan, kelebihan produksinya (sebesar jarak A dan B) pada tingkat bunga
yang berlaku di pasar. Dikemudian hari dia akan dapat menggunakan kayu
gergajian yang lebih banyak yang ditunjukakan oleh titik C. pada titik C ini
individu X posisinya menjadi lebih baik, yang di tunjukakn dengan kurva
indifference yang lebih tinggi.
Sekarang penyelesaian individu Y dapat dijelaskan dengan cara yang
sama dengan individu X di atas. Keduanya mempunyai kurva kesempatan
investasi yang sama serta menghadapi nilai tukar/tingkat bunga yang sama pula.
Bedanya terletak pada faktor subyektif, yang ditunjukan dengan perbedaan letak
kurva indifferencenya. Tanpa adanya transaksi pinjam meminjam, individu Y akan
berada pada titik D dengan penggunaan barang (kayu) dikemudian hari dalam
jumlah yang lebih sedikit dari pada sekarang. Dengan melakukan transaksi
individu Y akan berproduksi pada titik A dan akan meminjam. Dengan meminjam
ini posisinya menjadi lebih baik yang di tunjukan dengan titik E, yang berada
pada kurva indifference yang lebih tinggi.
Pertanyaan timbul bagaimana bisa diketahui bahwa jumlah yang
dipinjamkan oleh Y? jawabnya, adalah harga/tingkat bunga yang menjamin
kesamaan tersebut. Tingkat bunga akan naik apabila Y ingin pinjam lebih banyak
dan sebaliknya, apabila keinginan pinjam menurun tingkat bunga juga akan turun.
Dan jelas bahwa tingkat bungalah yang menyelesaikan masalah alokasi waktu
sekarang dan nanti.

7

2.5 Tingkat Bunga Sebagai “Harga” Uang
Dalam Bab ini telah kita sebutkan suatu pengertian dari tingkat bunga, yaitu
sebagai harga dari pengguna uang yang jangka waktu tertentu. Tingkat bunga
sebesar 18% setahun berarti bahwa apa bila saya meminjam Rp. 100,00 sekarang
maka setahun lagi kita harus mengembalikan Rp 118,00 yang terdiri dari Rp
100,00 (pokok) dan Rp 18,00 (bunga) kepada kreditur tersebut. (sebaliknya)
apabila saya meminjamkan kepada seseorang Rp 100,00 dengan bunga 18%
setahun, maka saya mengharapkan akan menerima setahun kemudian uang
sebanyak Rp 118,00.
Pengertian tingkat bunga sebagai “harga” ini bisa juga dinyatakan sebagai
harga yang harus dibayar apa bila terjadi “pertukaran” antara satu rupiah
sekarang dengan satu rupiah yang akan datang (misanya satu tahun lagi)
“pembelian” dari satu rupiah sekarang dan sekaligus juga “penjualan” dari
satu rupiah sekarang dan sekaligus juga “pembelian” satu rupiah nanti,
adalah orang yang meminjamkan (kredit). Debitur harus membayar kepada
kreditur “harga” dari pertukaran tersebut, dan harga ini adalah bunga yang
dibayar debitur (dan diterima kas kreditur)
2.6 Mengapa Ada Bunga ?
Kita perlu mengkaji lebih mendalam dan menayakan mengapa orang haru
membayar suatu “bunga” untuk pengguna bunga ? atau denga kata lain
perkataan, kita menayakan mengapa timbul suatu tingkat bunga yang positif
(tidak nol) ? adakah yang mendasari yang mengharuskan timbulnya tingkat bunga
yang positif tersebut ?
Ada dua jawaban untuk pertanyaan tersebut antara lain : Terkait dengan nasabah
Klasik dan yang lain terkait dengan nasabah Keynesan. Dalam perkembangannya,
kedua jawaban tersebut dipadukan menjadi suatu sintesa. Dan sintesa ini sekarang
yang diterima oleh kebanyakan oleh ahli ekonmi sebagai jawaban utama
pertanyaan tersebut di atas.
2.7 Klasik : Loanable Funds
Bunga adalah “harga”dari (penggunaan) Loanable Funds. Terjemahan
langsung dari istilah tersebut adalah dana yang sedia untuk dipinjamkan.
Terjemahan lebih bebas kita gunakan istilah “dana investasi” sebab menurut teori
klasik bunga adalah “harga” yang terjadi di pasar dan investasi.
Selanjutnya para “penabung” dan para “investor” ini bertemu di pasarLoanable
Funds. Dan dari proses tawar menawar antar mereka akhirnya akan dihasilkan
tingkat bunga kesepakatan (atau keseimbangan). Gambar 3.1 berikut mereka
terjadinya tingkat bunga keseimbangan di pasar dan investasi Loanable
Funds dalam suatu periode.

8

Mengapa kurva penawaran dan investasi (S) menaik dari kurva permintaan akan
dana investasi (I) menurun ? teori Klasik mempunyai jawaban untuk ini sebagai
berikut :
Untuk tabungan (penawaran) yang menarik apa bila tingkat bunga naik ,
jawabannya berdasarkan atas perilaku anggota yang sejalan dengan perilaku
memaksimumkan kepuasan (utility) dalam teori permintaan konsumen. Anggapan
bahwa Tuan B mempunyai aliaran pendapat sebesar Y1 dalam periode 1 dan
Y2 dalam periode 2, apabila pola konsumsinya mengikuti pola pendapatan
(artinya, dalam setiap periode.
2.8 Keynesian : Liquidity Preference
Dalam teori Keynes tingkat bunga ditentukan oleh permintaan dan
penawaran uang. Menurut teori ini ada tiga motif (transaksi, berjaga-jaga, dan
spekulasi. Tiga motif inilah yang merupakan sumber timbulnya “ permintaan akan
uang” yang diberi nama liquidity preference. Nama ini memiliki makna tertentu,
bahwa permintaan akan uang menurut Keynes berlandaskan pada konsepsi bahwa
orna gpada umumnya menginginkan dirinya tetap liquid untuk memenuhi tiga
motif tersebut. Memegang uang tunaituk penggunaaan uang. (atau “rupiah
sekarang”) menjamin liquiditas orng tersebut.
Keingian untuk tetap liquid, inilah yang membuat orang bersedia
membayar harga tertentu untuk penggunaan uang. Teori Keynes khususnya
menekankan hubungan langsung antara kesediaan orang membayar harga uang
terebut(tingkat bunga) denga unsure permintaan akan uang untuk tujuan
spekulasi . permintaan besar apabila tingkat bunga rendah, dan permintaan kecil
apabila tingkat bunga tinggi. Untuk berspekulasi di pasar surat berharga orng
perlu memegang uang tunai, dan karena kegiatan spekulasi tersebut bisa
menghasilkan keuntungna maka orang bersedia membayar harga tertentu
pemegangan uang tunai untuk tujuan tersebut. Kemungkinan keuntungna itu
sendiri karena adanay ketidak pastian mengenai perkembangan tingkat bunga
(harga obligasi) dimasa depan. Hanay dalam suasana ketidak pastian orang bias
berspekulasi.
2.9 Sintesis Klasik Dan Keynesian : Is Lm
Mashab klasik menekankan bahwa bunga timbul karena uang adalah
“produktif” dalam arti bahwa dengan dana ditangan seorng pengusaha bias
menambah alat produksinya (modal) yang bias mengahasilkan keuntungan yang
lebih tinggi. Dengan kata lain, uang bias meningkatkan produktifitas, dan adanya
kenaikan produktivitas inilah orang mau membayar bunga.
Sedangkan menurut mashab Keynesian , uang bias “produktif” dengan cara lain.
Dengan uang tunai ditangan orang bias berspekulasi di pasar surat-surat berharga
dengna kemungkinan memperoleh keuntungan. Dan karena adanya kemungkinan
keuntungan ini orang mau membayar bunga.
Sebenarnya kedua pandangan tersebut saling melengkapi. Kaum klasik
memandang uang sebagai “dana investasi” (loanable found) yang langsung
dikaitkan dengan kemungkinana peningkatan produksi barang dan jasa. Kau
Keynes lebih menekankan sifat uang sebagai suatu “aktiva liquid” yang bias

9

digunakan untuk memanfaatkan kesempatan untuk memperoleh keuntungan dari
pasar surat berharga.
Uang sebenarnya adalah dua-duanya yaitu sbagai aktiva liquid dan sekaligus
sebagai dana investasi. Tingkat bugna adalah “harga uang” yang dihasilkan dari
keseimbangan antara permintaan dan penawaran dana investasi (loanable founds).
Tinkgat bunga adalah juga “harga uang” yang timbul dari keseimbangan antara
permintaan dan penawaran uang sebagai aktiva liquid.
Menurut Sir John HicksTingkat bunga bisa dikatakan benar-benar merupakan
tingkat bunga keseimbangna bagi suatu perekonomian apbila tingkat bunga
tersebut memenuhi keseimbangna dipasar dana investasi (loanable founds) dan
sekaligus keseimbangan dipasar uang (sebagai aktiva / asset liquid). Hick
menyatakan bahwa tabungan tidak hanya ditentukan oleh tingkat bunga tetapi
juga tingkat pendapatan (marginal propensity tosave.
Alat analisa yaitu kurva IS-LM.k kurva IS menunjukkan tingkat bunga
keseimbangan di pasar dana investasi (loanable founds) pada setiap tingkat
pendapatan nasional (Y). sedangkan kurva LM menunjukan tingkat bunga
keseimbangna yang terjadi dipasar uang (sebagai aktiva) pada setipa tingkat
pendapatna nasional.
Jadi , tingkat bunga keseimbangan sesungguhgnya, menurut sintesis Hicks adalah
tingkat bunga yang meruppakan tingkat bunga keseimbangan dipasar investasi
dan sekaligus merupakan tingkat keseimbangan pasar uang.
2.10

Tingkat Bunga Nominal
Tingkat bunga ini yang harus dibayar kepada debitur kepada kreditur
disamping pengembalian pinjaman pokoknya pada saat jatuh tempo. Seperti yang
telahh kita sebutkan diatas, tingkat bunga nominal ini sebenarnya adalah
penjumlahan dari unsure-unsur tingkat bunga yaitu tingkat bunga (murni) / pure
interst rate, premi resiko (risk premium), biaya transaksi (transaction costs) dan
premi untuk infalsi yang diharapkan.
R*n =
R*m + R*p + Rt + R*i
Dimana :
R*n =
tingkat bunga nominal
R*m =
tingkat bunga murni
R*p =
premi resiko
Rt
=
biaya transaksi
R*I
=
premi inflasi
Jadi tingkat bunga nominal (R*n) atau tingkat bunga yang tercatat di dalam
perubahan pasar berubah apa bila unsure-unsur berubah. Yang perlu kita catat
adalah bahwa masing-masing unsure oleh factor-faktor yang berbeda.
2.11 Tingkat Bunga Riil
Tingkat bunga rill adalah tingkat bunga nominal minus laju inflasi tang
terjadi selama periode yang sama.
Rr
=
R*n – Ri
(2)
10

Dimana : R
= tingkat bunga rill
Ri = laju inflasi
Perhatikan bahwa Ri adalah symbol untuk laju inflasi yang benar-benar terjadi
selama periode tersebut, sedangkan R*I adalah laju inflasi yang diharapkan terjadi
selama periode yang sama (dan laju inflasi yang diharapkan ini menambah tingkat
bunga sebagai unsure “premi inflasi”. Kita bias mendevenisikan pula
R*I
= R*n – R*I
(3)
Atau dari persamaan (1) diatas :
R*r
= R*m + R*p + Rt
(4)
 R*r adalah tingkat bunga riil yang diharapkan (extected real of interest)
 Sedangkan Rr dalam persamaan (2) bbisa disebut tingkat bunga rill actual (actual
real rate of interest).
 Selama laju inflasi yang diharapkan orang tidak persis terjadi. Rr ≠ R *r. hanya
apabila orang benar-benar melihat apa yang akan terjadi, atau apa bila laju inflasi
yang diharapkan (R*i) kebetulan sama dengan inflasi yang benar-benar terjadi
(Ri), maka Rr =R*r. keadaan seperti ini hanya bisa terjadi “ dalam jangka
panjang”
Bagi kreditur maupun debitur tingkat bugna riil (yang diharapkan) adalah yang
relevan dalam memutuskan apakah mereka akan mengadakan transaksi pinjammeminjam atau tidak. Bagi kreditur, tingkat bunga riil merupakan imbalan riil
bagi pengorbanannya untuk menyerahkan penggunaan uangnya untuk jangka
waktu tertentu. Bagi debitur , tingkat bugna riil menrupakan beban riil atas
penggunaan uang orang alin. Beban ini disebut “biaya(riil) dari capital “ atau
(real) cost of capital bagi debitur tersebut(terutama apabila sidebitur adalah
investor dibidang produksi barang-barang dan jasa
2.12 Teori Paritas Tingkat Bunga
Teori paritas tingkat bunga adalah salah satu teori yang penting mengenai penentu
tingkat bunga system devisa bebas (yaitu, apabuila penduduk masing-masing
negara memperjual belikan devisa ). Teori pada pokony amenyatakan bahwa :
Dalam system devisa bebas tingkat bunga dinegara satu akan cenderung sama
dengan tingkat bunga dinegara lain, setelah ini diperhitungkan mengenai laju
depresiasi terhadap mata uang yang satu dengan negara yang lain.
atau secara aljabar
Rn ≈ Rf + E*
Dimana Rn
= tingkat bunga (nominal) didalam negeri
Rf
= tingkat bunga nominal di luar negeri
E* = laju depresi mata uang dalam negeri terhadap mata uang asing yang
diperkirakan akan terjadi
Jadi, apabila tingka bunga di amerika Serikat, katakana , pinjaman enam bulan
adalah 10% / tahun, dan selama enambulan mendatang kurs dollar AS terhadap
rupiah diperkirakan meningkat dengan 4% (atau 8% apabila dinyatakan laju
pertahun), maka tingkat bunga 6 bulan diindonesia akan cenderung sama dengan
10% + 8% = 18% pertahun

11

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Potensi output yang dapat dihasilkan tergantung pda tingkat teknologi dan
banyaknya faktor produksi tenaga kerja. Makin tinggi tingkat teknologi dan makin
tinggi jumlah serta kualitas tenaga kerja tingkat output potensial yang dapat
dihasilkan juga makin besar. Artinya, tingkat full employment output dapat
menjadi lebih besar. Keadan yang selalu full employment ini dapat tercapai
melalui bekerjanya mekanisme pasar, yang oleh Adam Smith disebut dengan
invisible hand.
Bila seseorang ingin bekerja tetapi tidak memperoleh pekerjaan, dia tentu
akan menurunkan upah yang dikehendakinya samapai ada pengusaha yang mau
mempekerjakannya. Demikian pula apabila terdapat pengusaha yang tidak dapat
menjual semua hasil produksinya, maka dia akan menurunkan harganya sampai
terjual habis. Upah dan harga yang bebas berubah akan menjamin selalu
terdapatnya keseimbanagn dalam pasar tenaga kerja dan pasar barang sebagai
hasilsaling mempengaruhinya antara permintaan dan penawaran melalui prinsip
laissez faire (bebas, tanpa ada campur tangan pemerintah)

3.2 Saran
Dengan adanya makalah ini semoga apa yang telah kita harapkan untuk
mejadikan keinginan yang ingin kita peroleh lebih baik dari apa yang telah
diharapkan. Maklah ini sangat membutuhkan saran dalam memperbaiki makalah
ini kedepannya agar memperoleh nilai guna yang ingin diperoleh menjadi lebih
bertambah. Sehingga memperoleh manfaat yang besar bagi kita semua.

12

DAFTAR PUSTAKA
Boediono. 1985. Ekonomi Moneter Edisi 3. Yogyakarta:BPFE.
Manulang. 1980. Ekonomi Moneter. Jakarta:Galia Indonesia.
Nopirin. 1986. Ekonomi Moneter 1. Yogyakarta:BPFE.
Sumber : http://www.scribd.com/doc/12991523/Tugas-Ekonomi-Moneter,
(diakses pada tanggal, 19 Oktober 2015)

13