Mata Uang Kerajaan Gowa (1)

Laporan Hasil Dari Kunjungan Ke Perpustakaan Bank Indonesia Mengenai Mata Uang
Yang Digunakaan Pada Kerajaan Gowa

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Ekonomi Moneter

Disusun oleh:
Muhammad Syauqi Rajabi (11160860000041)

Program Studi Ekonomi Syariah
Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Uin Syarif Hidayatullah Jakarta

A. Sejarah Kerajaan Gowa
Gowa merupakan kerajaan tradisonal yang pernah besar di Nusantara. Raja Gowa yang paling
terkenal adalah Sultan Hasanuddin yang bergelar Ayam Jantan dari Timur. Sejarah terbentuknya
kerajaan gowa diperkirakan terbentuk disekitar abad ke-13. Kata Gowa sendiri tidak pernah
dijelaskan, namun ada pendapat yang palingkuat bahwa Gowa berasal dari kata Goari. Goari
secara harfiah memiliki arti kamar atau bilik. Pendapat ini kemudian di dukung oleh Prof
Mattulada yang menerangkan bahwa kata bilik yang dimaksud sebagai Goari adalah sebauah
tempat berkumpul. Tempat ini selanjutnya dijadikan tempat untuk berkempul setiap kali terdapat
suatu masalah jadi bisa diartika sebagai tempat berhimpun atau bersatu.

Gowa dan Tallo pra-Islam merupakan kerajaan kembar milik dua bersaudara. Berawal di
pertengahan abad ke-16, pada masa pemerintahan Gowa IV Tonatangka Lopi, ia membagi
wilayah Kerajaan menjadi dua bagian untuk dua putranya, Batara Gowa dan Karaeng Loe ri
Sero. Hal ini dikarenakan kedua putranya sama-sama ingin berkuasa.
Batara Gowa melanjutkan kekuasaan sang ayah yang meninggal dunia dengan memimpin
Kerajaan Gowa sebagai Raja Gowa VII. Sedangkan adiknya, Karaeng Loe ri Sero, mendirikan
kerajaan baru bernama Tallo.
Kerajaan Gowa dan Tallo lebih dikenal dengan sebutan Kerajaan Makassar. Kerajaan ini terletak
di daerah Sulawesi Selatan. Makassar sebenarnya adalah ibukota Gowa yang dulu disebut
sebagai Ujungpandang. Secara geografis Sulawesi Selatan memiliki posisi yang penting, karena
dekat dengan jalur pelayaran perdagangan Nusantara. Bahkan daerah Makassar menjadi pusat
persinggahan para pedagang, baik yang berasal dari Indonesia bagian timur maupun para
pedagang yang berasal dari daerah Indonesia bagian barat. Dengan letak seperti ini
mengakibatkan Kerajaan Makassar berkembang menjadi kerajaan besar dan berkuasa atas jalur
perdagangan Nusantara. Ketika kerajaan Gowa – Tallo memperluas wilayah dan pada saat yang
sama banyak pedagang dari kepulauan nusantara yang menetap di Makassar. Mereka terdiri atas
pedagang Melayu dari Pahang, Patani, Johor, Campa, Minangkabau, dan Jawa.
Berdasarkan Lontara Pattorioloang (Lontara Sejarah), pada masa pemerintahan Raja Gowa X
Tonipalangga, terdapat sebuah perkampungan Muslim di Makassar. Penduduk kampung Muslim
terdiri atas para pedagang Melayu tersebut. Bahkan, pada masa pemerintahan raja berikutnya,


Tonijallo (1565-1590 M), berdiri sebuah masjid di Manggallekanna, tempat para pedagang itu
bermukim.
B. Uang Yang Digunakan Pada Masa Kerjaan Gowa
Selain diuntungkan karena letak geografisnya, yang menjadikan kerjaan Gowa menjadi kuasa
atas jalur perdangan Nusantara, maka kerajaan Gowa memiliki alat tukar yang sah di dalam
wilayah kekuasaanya yang diberi nama Jinggara’ yang digunakan dalam perdagangan tersebut .
Jinggara adalah mata uang kerajaan Gowa-Tallo yang terbuat dari emas murni dengan ukuran
diameter 19,49 mm, tebal 1mm, dan berat 0,6 gram. Pada sisi uang Jinggara’ tertera tulisan
berhuruf Arab, yang terbaca seperti “KHALIFAH ALLAH SULTAN AMIR” dan pada sisi yang
lain tertera tulisan yang berlafazkan “SULTAN HASANUDDIN”.
Berikut adalah gambaran dari mata uang Jinggara yang digunakan pada masa kerajaan Gowa
yang didapat dari perpustakaan Bank Indonesia.

C. Laporan Perjalan Menuju Perpustakaan Bank Indonesia

Penulis berangakat menuju perpustakaan Bank Indonesia Bersama dengan teman teman penulis,
yang tidak disebutkan satu persatu karena terlalu banyak. Kami berangkat menuju perpustakaan
Bank Indonesia setelah menyelesaikan kuliah Ekonomi Internasional, sebelum brangkat menuju
ke perpustakaan saya dan teman-teman saya makan terlebih dahulu. Setelah makan siang kirakira pukul 11:00 kami menunggu busway yang akan mengantarkan kami ke Bank Indonesia.

Setelah menunggu cukup lama di halte UIN Jakarta, akhirnya bus yang mengantarkan kamipun
datang. Setelah berdesak-desakan didalam Busway penulis dan teman-teman penulis sampai di
Bank Indoneia sekitar pukul 13:00. Setelah sampai kami melakukan ibadah sholat zuhur dan
setelah itu mencari buku yang dicari, sesuai dengan kerjaan nya masing-masing. Setelah mencari
cukup lama penulis pun menenukan apa yang penulis cari, yaitu mata uang kerajaan Gowa.
Setelah menemukan kerajaan yang penulis dan teman penulis cari kamipun bergegas untuk
pulang sekitar pukul 15:30. Sebelum pulang kami befoto terlebih dahulu untuk laporan
perjalanan Bank Indonesia. Berikut adalah hasil dokumtasi foto di Bank Indonesia.