Pengaruh Peminjaman Leksikal dari Bahasa (1)

PENGARUH PEMINJAMAN LEKSIKAL DARI BAHASA BELANDA TERHADAP
PEMINJAMAN LEKSIKAL DARI BAHASA INGGRIS DALAM BAHASA INDONESIA1
Melody Violine
Universitas Indonesia
1.

Pengantar
Bahasa Indonesia adalah bahasa nasional Republik Indonesia, yang berkembang dari bahasa
Melayu yang juga merupakan pendahulu dari bahasa Melayu modern (bahasa Malaysia) (Jones, 2008: x).
Salah satu cara bahasa Indonesia memperkaya kosakatanya adalah lewat peminjaman kata dari banyak
bahasa lain. Menurut Tadmor (2007: 302-303), bahasa-bahasa tersebut adalah Sansekerta, Hindi-Urdu,
Tamil, bahasa-bahasa China selatan, Arab, Persia, Portugis, Belanda, Inggris, dan bahasa-bahasa daerah
(Jawa, Sunda, Minangkabau, dll.). Sebagian dari kata-kata pinjaman tersebut telah dipinjam oleh bahasa
Melayu dan tetap digunakan dalam bahasa Indonesia.
Masalah yang dibahas dalam makalah ini adalah pengaruh peminjaman leksikal bahasa Belanda
terhadap peminjaman leksikal bahasa Inggris dalam bahasa Indonesia. Belanda menduduki Indonesia
sampai 1942 dan berpengaruh besar terhadap kosakata bahasa Indonesia karena dulu orang-orang
Indonesia yang bisa berbahasa Belanda membentuk kaum elit yang berpengaruh (Tadmor, 2007: 303).
Hal ini sesuai dengan anggapan Campbell (2004: 62) bahwa peminjaman biasanya melibatkan
bilingualisme bagi setidaknya beberapa orang penutur bahasa penerima atau bahasa donor.
Namun, dewasa ini ada jauh lebih banyak orang Indonesia yang terpapar terhadap bahasa Inggris

daripada bahasa Belanda. Akibatnya, banyak kata pinjaman dari bahasa Belanda dikira berasal dari
bahasa Inggris. Hal ini telah dibuktikan lewat sebuah kuesioner yang diberikan kepada sembilan penutur
bahasa Indonesia yang telah mempelajari bahasa atau pendidikan bahasa pada tingkat S1 2. Mereka
menganggap informasi, kompetisi, informil, komparasi, informan, festival, nasionalisme, massa,
romantis, adaptif, studi, dan apel adalah pinjaman dari bahasa Inggris. Padahal, dua belas kata tersebut
oleh Jones (2008) dikatakan sebagai pinjaman dari bahasa Belanda.
Di sisi lain, ada kata-kata yang memang merupakan pinjaman dari bahasa Inggris, seperti fesyen
dan selebrasi. Kata seperti fesyen yang ejaannya menyerupai lafal kata tersebut dalam bahasa Inggris
dapat dengan mudah dikenali sebagai pinjaman dari bahasa Inggris. Akan tetapi, selebrasi mempunyai
akhiran yang sama dengan informasi, kompetisi, dan komparasi. Tanpa memeriksa kamus, sulit menerka
asal kata-kata seperti ini. Kata-kata pinjaman dari bahasa Inggris seperti selebrasi telah mendapatkan
pengaruh dari peminjaman terhadap bahasa Belanda. Diduga bahwa, dalam bahasa Indonesia, ada katakata pinjaman lain dari bahasa Inggris yang terpengaruh oleh peminjaman dari bahasa Belanda. Maka
tujuan makalah ini adalah menjelaskan pengaruh peminjaman leksikal bahasa Belanda terhadap
peminjaman leksikal bahasa Inggris dalam bahasa Indonesia.
2.

Teori
Harimurti Kridalaksana (2009: 178) mendefinisikan peminjaman sebagai “pemasukan unsur
fonologis, gramatikal, atau leksikal”. Peminjaman leksikal sering dipicu oleh adanya kekosongan dalam
kosakata bahasa penerima (Schendl, 2001: 56). Dengan kata lain, penutur bahasa penerima merasa perlu

melakukan peminjaman untuk objek atau konsep tertentu (Schendl, 2001: 56). Namun, mereka juga bisa
berpikir bahwa kata yang sepadan dalam bahasa donor lebih baik atau lebih bergengsi (Schendl, 2001:
56). Haugen (1950: 85) membagi peminjaman leksikal menjadi tiga jenis: loanwords (pemasukan
morfemis tanpa substitusi), loanblends (substitusi morfemis sekaligus pemasukan), dan loanshifts
(substitusi morfemis tanpa pemasukan, termasuk loan translation dan semantic loan).
Contoh loanwords adalah spaghetti yang masuk dari bahasa Italia ke bahasa Inggris tanpa
1 Makalah ini telah dipresentasikan di Unika Atmajaya pada Konferensi Linguistik Atmajaya 9, 29-30 April 2011
2 Kuesioner ini terdiri dari 27 kata dalam bahasa Indonesia. Para responden menjawab kuesioner ini secara terpisah
pada 9 Desember 2010. Mereka harus menjawab apakah kata-kata tersebut berasal dari bahasa Indonesia atau
pinjaman dari bahasa lain. Kalau mereka memilih yang kedua (pinjaman dari bahasa lain), mereka harus mengisi
kotak yang tersedia dengan bahasa apa pun yang mereka pikir merupakan asal kata pinjaman itu. Di antara 27 kata
yang dipertanyakan, delapan belas adalah pinjaman dari bahasa Belanda, lima adalah pinjaman dari bahasa Inggris,
dua memang berasal dari bahasa Indonesia (canggih dan unduh), dan sisanya adalah pinjaman dari bahasa
Sansekerta (guru) dan Jepang (tsunami).

1

substitusi. Dalam proses peminjaman, substitusi yang paling sederhana dan paling umum adalah yang
terjadi ketika rangkaian bunyi jati (native) digunakan untuk meniru rangkaian bunyi asing (Haugen, 1950:
85). Bunyi jati yang dipilih adalah padanan fonetis terdekat terhadap bunyi asing dalam bahasa donor

(Campbell, 2004: 66). Kata coffee [kɔfi] dalam bahasa Inggris yang dipinjam sebagai [ħɔɸi] dalam bahasa
Korea mengalami substitusi fonem /k/ dan /f/ menjadi /ħ/ dan /ɸ/. Sumber pencampuran lain terhadap
proses peminjaman adalah pengaruh ejaan. Contohnya, competitor [kəmpetitə] dalam bahasa Inggris
menjadi kompetitor [kompətitor], bukan kempetite [kəmpetitə], dalam bahasa Indonesia. Sementara itu,
contoh loan translations atau calque adalah rumah sakit dalam bahasa Indonesia yang dipinjam dari
ziekenhuis dalam bahasa Belanda, dan contoh semantic loans adalah madrasah “sekolah” dalam bahasa
Arab yang pinjamannya dalam bahasa Indonesia digunakan untuk mengacu kepada sekolah Islam.
Haugen (1950: 87-88) menyebutkan adanya tiga tahap dalam proses ini berdasarkan pandangan
para penutur terhadap bahasa asing. Dalam periode prabilingual, kata-kata menunjukkan substitusi jati
yang (hampir) penuh, dengan banyak ketidakteraturan dalam hasil fonetisnya (Haugen, 1950: 87). Dalam
bilingualisme dewasa, sudah ada substitusi yang lebih sistematis (Haugen, 1950: 88). Dalam
bilingualisme kanak-kanak, diperkenalkan jenis-jenis bunyi yang sepenuhnya baru (Haugen, 1950: 88).
Haugen (1950: 91) juga menjelaskan bahwa loan homonym atau loan synonym bisa muncul dalam
loanblends. Loan homonym hanya menghasilkan dua kata yang berhomonim, tapi loan synomym
“menambahkan bayangan makna baru terhadap morfem jati” (Haugen, 1950: 91). Contoh loan synonym
adalah erupsi yang dipinjam dari bahasa Belanda atau bahasa Inggris oleh bahasa Indonesia meskipun
sudah ada letusan dan letusan gunung berapi dalam bahasa Indonesia. Untuk menegaskan bahwa letusan
yang dimaksud adalah letusan yang diproduksi oleh gunung berapi, penutur bahasa Indonesia
menggunakan erupsi yang lebih singkat daripada letusan gunung berapi.
Proses-proses lain yang bisa muncul dalam peminjaman adalah perubahan analogis dan reanalisis.

Menurut Haspelmath (2002: 54), “perubahan analogis muncul ketika para penutur membentuk kata baru
berdasarkan model (atau dengan analogi) kata lain”. Contohnya, washable dibentuk dari wash
berdasarkan pasangan-pasangan kata pinjaman dari bahasa Prancis seperti change-changeable. Reanalisis
adalah perubahan yang mana sebuah kata rumit dipandang sebagai pasangan skema kata yang berbeda
dari kata asalnya (Haspelmath, 2002: 54). Reanalisis meliputi affix telescoping, back-formation, dan
secretion.
3.

Metode Penelitian
Penelitian ini bersifat kualitatif. Data diperoleh dari harian KBBI Edisi Keempat. Informasi
tentang asal kata pinjaman didapatkan dari Loan-Words in Indonesian and Malay yang disusun oleh
Russell Jones (2008) sebagai Penyunting Umum. Hal pertama yang dijabarkan dalam analisis adalah ciriciri peminjaman dari bahasa Belanda dalam bahasa Indonesia. Setelah itu, analisis dilakukan terhadap
sejumlah kata pinjaman dari bahasa Inggris yang dipengaruhi oleh pinjaman dari bahasa Belanda.
Berdasarkan analisis tersebut, ditariklah kesimpulan pada akhir makalah ini.
4.

Analisis
Biasanya kata-kata pinjaman dari bahasa Belanda dalam bahasa Indonesia sudah mengalami
substitusi, kecuali kata-kata pinjaman yang dijadikan loan translation seperti rumah sakit yang telah
dijelaskan di atas. Misalnya, kompensasi [kompensasi] merupakan pinjaman dari compensatie

[kòmpƐn'zasi] dengan substitusi [o] untuk [ò] dan [e] untuk [Ɛ]. Penyebabnya tentu saja [o] dan [e]
termasuk dalam khasanah bunyi bahasa Indonesia, sedangkan [ò] dan [Ɛ] tidak. Contoh lainnya adalah
administrator [atministrator] yang merupakan pinjaman dari administrateur [atministra'tø:r] dengan
substitusi [o] untuk [ø]. Substitusi konsonan dapat ditemukan dalam valid [falid] dari valide [valid] dalam
bahasa Belanda. Bahasa Indonesia tidak punya fon [v] sehingga penuturnya mengganti [v] dengan [f]3,
meskipun huruf v dipertahankan dalam ejaannya. Apabila kata yang dipinjam dari bahasa Belanda
kebetulan mempunyai rangkaian bunyi yang tersedia dalam khasanah bunyi bahasa Indonesia, seperti
saldo [saldo], substitusi tidak perlu terjadi.
Substitusi bagi kata-kata pinjaman dari bahasa Belanda sudah relatif stabil. Sebagian
ketentuannya tercatat dalam Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan. Tabel 1 dan
Tabel 2 pada halaman berikutnya merangkum substitusi bunyi-bunyi untuk kata-kata pinjaman dari
3 Sebenarnya fonem [f] dalam bahasa Indonesia pun mungkin diperoleh dari bahasa Belanda (Tadmor, 2007: 305)

2

bahasa Belanda, termasuk bunyi-bunyi yang tidak disubstitusi.

Bunyi Belanda Ejaan Belanda Contoh Belanda Bunyi Indonesia Ejaan Indonesia Pinjaman Indonesia
[p]
p

pedofiel
[p]
p
pedofil
[b]
b
bottel
[b]
b
botol
[t]
t
dot
[t]
t
dot
[d]
d
dominant
[d]

d
dominan
[c]
tj
kaartjes
[c]
c
karcis
[ɟ]
j
jas
[ɟ]
j
jas
[ɟ]
g
generaal
[ɟ]
j
jenderal

[k]
k
brokaat
[k]
k
brokat
[k]
ch
beschuit
[k]
k
biskuit
[k]
c
cadet
[k]
k
kadet
g
generasi

[g]
g
generasi
[ɣ]
g
kraag
[h]
h
kerah
[ɣ]
[ʒ]
g
corsage
[s]
s
korsase
[m]
m
kompas
[m]

m
kompas
[n]
n
context
[n]
n
konteks
[r]
r
restaurant
[r]
r
restoran
[ɳ]
nk
bank
[ɳ]
nk
bank

[ɳ]
nk
bankroet
[ɳ]
ngk
bangkrut
[ɳ]
ng
jongens
[ɳ]
ng
jongos
[ɲ]
gn
champagne
[ɲ]
ny
sampanye
[f]
f
infanteri
[f]
f
infanteri
[v]
v
vibratie
[f]
v
vibrasi
[v]
v
kaveling
[p]
p
kapling
[ʋ]
w
wissel
[w]
w
wesel
[s]
s
saldo
[s]
s
saldo
[s]
c
species
[s]
s
spesies
[z]
z
zebra
[z]
z
zebra
[l]
l
kapel
[l]
l
kapel
[kʋ]
kw
kwitantie
[kui]
kui
kuitansi
Tabel 1. Padanan bunyi konsonan untuk kata-kata pinjaman dari bahasa Belanda dalam bahasa Indonesia

Ejaan Indonesia Ejaan Belanda Bunyi Belanda Contoh Belanda
Pinjaman Indonesia
a
a, aa
[ɑ]
cruciaal
krusial
i
i, ie, y
[I]
politiek
politik
u
u, uu
[y]
structuur
struktur
e
e, ee
[e]
systeem
sistem
o
o, oo
[o]
kantoor
kantor
Tabel 2 Padanan bunyi konsonan untuk kata-kata pinjaman dari bahasa Belanda dalam bahasa Indonesia

Contoh kata pinjaman dari bahasa Inggris yang terpengaruh oleh pinjaman dari bahasa Belanda
adalah komputer [komputər], analisis [analisis], jaket [ɟaket], manajer [manajər], dan tabloid [tabloid].
Oleh bahasa Indonesia, computer [kəmpju:tə] tidak dipinjam dengan substitusi bunyi terdekat menjadi,
misalnya kempute [kempute]. Daripada itu, computer dipinjam dengan mencocokkan ejaannya dengan
padanan bunyi dan ejaan dari bahasa Belanda ke bahasa Indonesia, yaitu (lihat di tabel) c menjadi k
(seperti cadet menjadi kadet), o menjadi o, m menjadi m, dan seterusnya.
Hal yang sama dialami oleh kata analisis [analisis]. Penutur bahasa Indonesia tidak menyesuaikan
analysis [ənæləsis] menjadi enelesis karena mereka sudah biasa membaca huruf a dalam kata pinjaman
dari bahasa Belanda sebagai a juga, bukan æ (atau e sebagai substitusi bunyi terdekatnya).
Pada kata jaket [ɟaket] yang dipinjam dari jacket [ʤækit] dalam bahasa Inggris, bunyi i tidak

3

dipertahankan karena ejaannyalah yang diperhatikan oleh penutur bahasa Indonesia. Sebagaimana
kebiasaan dalam meminjam kata dari bahasa Belanda, e tetap dieja e dan dibaca [e] (seperti e dalam
festival yang dipinjam dari bahasa Belanda oleh bahasa Indonesia). Huruf r dalam manager [mæniʤə]
juga dibaca dalam pinjaman kata tersebut dari bahasa Inggris ke bahasa Indonesia, meskipun penutur
bahasa Inggris tidak membacanya. Dibacanya huruf r ini serupa dengan dibacanya r dalam administrator
yang merupakan pinjaman dari administrateur dari bahasa Belanda. Oleh karena itu, manager [mæniʤə]
dipinjam oleh bahasa Indonesia menjadi manajer [manajər].
Pengaruh padanan sufiks (baik ejaan maupun bunyinya) dalam bahasa Indonesia untuk sufikssufiks dari bahasa Belanda juga perlu diperhatikan. Padanan-padanan ini mempengaruhi peminjaman
kata-kata bahasa Inggris ke bahasa Indonesia. Tabel 3 dan Tabel 4 merangkum sebagian padanan dari
bahasa Belanda dan bahasa Inggris ke dalam bahasa Indonesia.

Ejaan Indonesia Ejaan Belanda Bunyi Belanda Contoh Belanda
Pinjaman Indonesia
-si
-tie
[si]
informatie
informasi
-tif
-tief
[tif]
manipulatif
manipulatief
-is
-isch
[is]
sporadis
sporadisch
-ik
-iek
[ik]
linguistiek
linguistik
-tor/-tur
-tor/-teur
[tø:r]
administrator
administrateur
-meter
-meter
[meter]
audiometer
audiometer
-sasi
-satie
[sasi]
organisasi
organisatie
-isme
-isme
[isme]
organisme
organisme
-abel
-abel
[abel]
capabel
kapabel
-graf
-graaf
[graf]
fysiograaf
fisiograf
Tabel 3. Padanan imbuhan dari bahasa Belanda dalam bahasa Indonesia

Ejaan Indonesia Ejaan Inggris
Bunyi Inggris Contoh Inggris
Pinjaman Indonesia
-si
-tion
[ʃən]
accreditation
akreditasi
-tif
-tive
[tiv]
addictive
adiktif
-is/-ik
-ic
[ik]
journalistic
jurnalistik
-ik
-ics
[iks]
aerobatics
aerobatik
-tor
-tor
[ə]
speculator
spekulator
-meter
-meter
[mitə]
spidometer
spidometer
-sasi
-zation
[zeiʃən]
computerization
komputerisasi
-isme
-ism
[izəm]
racialism
rasialisme
-abel
-able
[abel]
adaptable
adaptabel
-graf
-graph
[græf]
stereograph
stereograf
Tabel 4. Padanan imbuhan dari bahasa Inggris dalam bahasa Indonesia

Pengaruh padanan sufiks bahasa Belanda terhadap bahasa Inggris bisa dilihat pada komputerisasi
dan rekonsiliasi yang dipinjam dari bahasa Inggris. Komputerisasi dipinjam dari computerization, tetapi
sufiks -zation [zeiʃən] dipadankan dengan -sasi dalam bahasa Indonesia yang merupakan padanan bagi
-satie dalam bahasa Belanda. Sufiks -tion [ʃən] dalam reconciliation juga dipadankan dengan -si dalam
bahasa Indonesia seperti padanan bagi sufiks -tie dalam bahasa Belanda.
Meskipun padanan sufiks kata-kata pinjaman dari bahasa Inggris disesuaikan dengan padanan
sufiks kata-kata pinjaman dari bahasa Indonesia, ada ketidakteraturan dalam peminjaman kata-kata
bahasa Inggris bersufiks -ic. Ada yang dipinjam menjadi -is seperti aerodinamis dari aerodinamic. Ada
juga yang dipinjam menjadi -ik seperti kinetik dari kinetic.
Di sisi lain, ada kata-kata pinjaman dari bahasa Inggris yang tidak dipengaruhi oleh peminjaman
dari bahasa Belanda. Contoh kata tersebut adalah fesyen dari fashion [fæʃən], reli dari rally [ræli] dalam
bahasa Inggris, dan syuting dari shooting [ʃu:tiŋ]. Bunyi [æ] pada fashion [fæʃən] dan rally [ræli]
disubstitusi dengan [e], tidak seperti [æ] pada analysis [ənæləsis] yang tetap dieja a dan dibaca [a]. Bisa
jadi penyebabnya adalah tidak adanya kata bahasa Belanda yang ejaannya mirip ketiga kata tersebut.
Ketiga kata tersebut juga tidak mempunyai sufiks yang sudah tersedia padanannya untuk sufiks bermakna

4

sama dalam bahasa Belanda.

5.

Simpulan
Peminjaman dari bahasa Belanda ke bahasa Indonesia lebih dulu lazim dilakukan daripada
peminjaman dari bahasa Inggris. Akibatnya, peminjaman dari bahasa Belanda mempengaruhi
peminjaman dari bahasa Inggris dalam bahasa Indonesia secara leksikal. Penutur bahasa Indonesia sudah
lebih dulu melakukan sistematisasi terhadap substitusi bunyi-bunyi dalam bahasa Belanda. Padananpadanan bunyi untuk bahasa Belanda diterapkan terhadap kata-kata baru yang dipinjam dari bahasa
Inggris. Padanan bunyi ini mencocokkan ejaan kata yang dipinjam dari bahasa Inggris dengan padanan
dalam bahasa Indonesia bagi ejaan yang sama dalam bahasa Belanda.
Pengaruh leksikal lainnya tampak pada sufiks. Padanan-padanan dalam bahasa Indonesia bagi
sufiks yang merupakan pinjaman dari bahasa Belanda juga diterapkan bagi sufiks yang bermakna serupa
dalam bahasa Inggris. Namun, ketidakteraturan muncul pada sufiks -ic dalam bahasa Inggris yang
dipadankan dengan -ik atau -is dalam bahasa Indonesia.
Juga ada kata-kata pinjaman dari bahasa Inggris yang tidak dipengaruhi oleh peminjaman dari
bahasa Belanda. Mungkin ini disebabkan tidak adanya kata dengan ejaan yang menyerupai kata-kata
tersebut dalam bahasa Belanda. Sejauh ini, kata-kata yang diamati tidak dipengaruhi oleh peminjaman
dari bahasa Belanda juga tidak mempunyai sufiks yang sudah tersedia padanannya untuk sufiks bermakna
sama dalam bahasa Belanda.
Bagaimanapun, penelitian ini berskala kecil. Sangat mungkin penelitian lanjutan akan
menyingkap lebih banyak hal menarik tentang pengaruh peminjaman dari bahasa Belanda terhadap
peminjaman dari bahasa Inggris, atau peminjaman dari bahasa-bahasa lainnya baik sebagai yang
mempengaruhi maupun yang dipengaruhi. Setidaknya, penelitian ini bisa memberikan wawasan baru bagi
pembaca yang masih awam terhadap peminjaman dari bahasa Belanda mengenai kuatnya pengaruh
bahasa tersebut terhadap bahasa Indonesia.

Daftar Pustaka
Aronoff, Mark dan Kirsten Fudeman. 2005. What Is Morphology? Oxford: Blackwell Publishing.
Booij, Geert. 1999. The Phonology of Dutch. Oxford: Oxford University Press.
Campbell, Lyle. 1988. Historical Linguistics: An Introduction. Edinburgh: Edinburgh University Press.
Eastwood, John. 2002. Oxford Guide to English Grammar. Oxford: Oxford University Press.
Haspelmath, Martin. 2002. Understanding Morphology. London: Arnold.
Haugen, Einer. 1950. “The Analysis of Linguistic Borrowing,” dalam The Ecology of Language, Anwar
S. Dil (penyunting). 1972. Standford: Stanford University Press.
Jones, Russell (penyunting umum). 2008. Loan-Words in Indonesian and Malay. Jakarta: Yayasan Obor
Indonesia.
Katamba, Francis. 1993. Morphology. London: The Macmillan Press LTD.
Kridalaksana, Harimurti. 1989. Pembentukan Kata dalam Bahasa Indonesia. Jakarta: PT Gramedia
Pustaka Utama.
---------------------------- (penyunting). 2001. Masa Lampau Bahasa Indonesia: Sebuah Bunga Rampai.
Yogyakarta: Kanisius.
----------------------------. 2009. Kamus Linguistik Edisi Keempat. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Pusat Bahasa. 2005. Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan. Jakarta: Balai
Pustaka.
Schendl, Herbert. 2001. Historical Linguistics. Oxford: Oxford University Press.
Tadmor, Uri. 2007. “Grammatical Borrowing in Indonesian,” dalam Yaron Matras dan Jeanette Sakel
(penyunting). 2007. Grammatical Borrowing in Cross-Linguistic Perspective. Berlin: Mouton de
Gruyter.
Tim Redaksi Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Keempat. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi
Keempat. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

5