Aktualisasi Soft Diplomacy Indonesia Mel

1

Aktualisasi Soft Diplomacy Indonesia Melalui Tari Saman Gayo dalam
Promosi Perdamaian Dunia dan Penguatan Identitas Lokal
(Analisa Pasca Pengakuan Tari Saman oleh UNESCO)
Hardi Alunaza SD & Andika Sanjaya
(hardialunaza@gmail.com)
ABSTRAK
Budaya daerah merupakan kekayaan bangsa yang perlu diperhatikan dan ditangani secara serius.
Keberadaan budaya daerah, menjadi penting karena budaya dalam kenyataannya memberi andil
yang sangat besar bagi pembentukan jati diri bangsa, dan juga bagi proses regenerasi bangsa. Tari
Saman Gayo adalah jati diri atau identitas masyarakat Gayo di Aceh. Tari Saman juga menjadi
satu alat dalam promosi perdamaian di dunia. Pasca pengakuan UNESCO, baik di tingkat lokal
maupun nasional terjadi kekeliruan bahwa Tari Saman yang diketahui oleh masyarakat luas
adalah Tari Saman Aceh bukan Tari Saman Gayo. Dengan kesalahan pemahaman tersebut, tulisan
ini bertujuan untuk menjelaskan proses aktualisasi Tari Saman Gayo dalam mempromosikan
perdamaian dunia dan penguatan identitas lokal masyarakat Gayo di Aceh.
Penulis menggunakan konsep soft power dan konsep identitas dalam menjelaskan dan
menganalisa fenomena terkait. Melalui metode deskriptif dan pendekatan kualitatif, essai ini
terbagi menjadi tiga poin penting. Pertama, proses diplomasi budaya oleh Pemerintah Indonesia
dalam mendapatkan pengakuan Tari Saman Gayo dari UNESCO. Kedua, proses penguatan

identitas masyarakat Gayo melalui Saman Summit dengan fokus penjelasan Tari Saman yang
diakui UNESCO adalah Tari Saman Gayo bukan Tari Saman Aceh. Serta, aktualisasi nilai budaya
dalam Tari Saman Gayo dalam promosi perdamaian dunia. Penulis hanya ingin menegaskan
bahwa Tari Saman adalah budaya lokal dari propinsi Aceh asli masyarakat Gayo bukan Aceh.
Kata Kunci: Tari Saman Gayo, Soft Diplomacy, Penguatan Identitas Lokal

PENDAHULUAN
Tari saman adalah tari yang berkembang pesat pada masyarakat suku Gayo di Aceh. Entis
Gayo mendiami beberapa wilayah di daerah Aceh, seperti Kabupaten Aceh Tenggara, khususnya
Blang Kejeren, yang lazimnya disebut dengan Gayo Lues. Tari Saman lebih merakyat dan
berkembang di masyarakat Gayo Lues dengan suku Gayo yang dominan menjadi penduduknya
(Heniwaty, 2015). Indonesia beberapa kali mendapatkan klaim budaya dari Negara lain
khususnya Malaysia. Seperti klaim terhadap seni Reog Ponorogo pada tahun 2007, kemudian
lagu Rasa Sayange pada tahun 2008, batik pada tahun 2009, hingga klaim Malaysia atas tari TorTor dan Gondang Sambilan pada Maret 2010 (Alunaza, 2015).

2

Kasus klaim budaya seharusnya bisa menjadi peringatan bagi pemerintah maupun seluruh
masyarakat Indonesia (Saiman, 2016). Indonesia mempunyai begitu banyak kesenian dan tarian
yang memesona, namun tidak banyak dari masyarakatnya yang mau mempelajari dan

melestarikan. Oleh karena itu pemerintah Indonesia harus bertindak cepat, tegas, dan juga pintar
yaitu dengan mendata dan mendaftarkan hak atas kepemilikan budaya agar tidak hilang di masa
depan dan bisa menjadi identitas lokal maupun nasional di kancah internasional.
Masuknya globalisasi di Republik Indonesia dapat mengancam punahnya budaya-budaya
tradisional dan digantikan budaya modern yang semakin berkembang. Salah satu budaya
Republik Indonesia yang terancam punah adalah Tari Saman. Tari Saman berasal dari dataran
tinggi tanah Gayo di Aceh. Tarian ini merupakan salah satu media untuk pencapaian pesan
dakwah yang mencerminkan nilai pendidikan, keagamaan, sopan santun, kepahlawanan,
kekompakan, dan kebersamaan.
Tari saman adalah jati diri atau identitas mereka masyarakat Aceh. Dengan saman sebagai
budaya maka nilai-nilai yang terdapat di dalam saman itu sendiri akan selalu dihayati oleh
rakyatnya baik nilai agama Islam maupun nilai adat yang bersendikan Islam. Selain itu, Saman
juga bermanfaat sebagai media dakwah dan informasi. Sejak dari zaman dulu ketika penyebar
agama Islam masuk di Gayo Lues sudah memanfaatkannya dengan menitipkan pesan agama
Islam dan pembangunan serta pemersatu kehidupan bangsa (Malikushaleh, 2013).
Dengan keunikan dan pesona yang sarat makna nilai-nilai kultural Indonesia, tari saman
memang layak menyandang predikat sebagai warisan budaya dunia. Melalui berbagai penampilan
dan promosi, tari saman tidak hanya terkenal di Indonesia tetapi juga hingga dunia internasional.
Hal tersebut karena tari saman sangat kental dengan konten keindonesiaan dan budaya
kenusantaraan (Putriani, 2012). Dari banyaknya seni budaya milik Indonesia, tentunya hal

tersebut bisa menjadi jembatan perdamaian dunia, di mana setiap elemen dari bangsa Indonesia
harus turut menjaga kelestarian seni dan budaya yang menjadi identitas bangsa.
Globalisasi yang masuk di Indonesia bisa menjadikan masyarakat dan generasi pemuda
baik di tingkat lokal maupun nasional kehilangan kepedulian terhadap warisan budaya daerah.
Jika hal itu dibiarkan terjadi, akan ada dua kemungkinan. Pertama, di tingkat lokal akan terjadi

3

kesenjangan akibat tidak adanya pemahaman yang baik mengenai Tari Saman. Sebab adanya
dominasi pemerintah provinsi terhadap Tari Saman dan anggapan masyarakat umum bahwa Tari
tersebut hanyalah sebagai entitas tunggal masyarakat Aceh. Kedua, di tingkat nasional, Tari
Saman mengalami penurunan antusias masyarakat karena hilangnya dukungan atas eksistensi
Tari Saman versi asli itu sendiri.
Keanekaragaman budaya Indonesia tentu menjadikan bangsa ini dikenal dalam pergaulan
dunia internasional. Selain sebagai penghubung dengan Negara lain, budaya tersebut juga bis
menjadi daya tarik bagi wisatawan asing ke Indonesia. Namun, di sisi lain, kekayaan budaya bisa
terancam punah jika tidak dilindungi atau karena dominasi baik di tingkat nasional maupun lokal.
Dari dua sisi yang berbeda, Tari Saman seharusnya dilihat sebagai manifestasi kekayaan sejarah
dan budaya lokal yang menjadi cerminan identitas masyarakat pemilik aslinya. Di sisi lain, tari
yang kerap dijuluki tarian seribu tangan ini harus mendapatkan dukungan dari pemerintah

maupun penduduk setempat bukan sebagai entitas tunggal masyarakat Aceh, tetapi lebih kepada
sumber aslinya yakni masyarakat Gayo.
Tantangan semangat kebangsaan dan keanekaragaman hidup di tingkat lokal lagi-lagi
dibatasi karena adanya globalisasi. Globalisasi telah menjadi tombak dan mengikis semangat
cinta tanah air yang membuat banyak kalangan kehilangan kesadaran bahwa dalam beberapa titik
tertentu budaya lokal memiliki peran yang sangat strategis untuk menunjukkan eksistensi suatu
bangsa. Globalisasi menjadi ancaman disintegrasi dalam kehidupan suatu masyarakat atau bangsa
yang ditandai dengan adanya pemisahan atau perpecahan baik berupa konflik maupun
kesenjangan (Hendrastomo, 2007). Dan secara perlahan globalisasi juga menjadi penyebab
pengikis identitas nasional bangsa (Perwita, 2011).
Masyarakat Indonesia khususnya anak muda banyak yang lupa akan identitas diri mereka
sebagai bangsa Indonesia karena maraknya globalisasi. Salah satu realitanya adalah anak muda
Indonesia lebih tertarik terhadap produk budaya luar. Hal itu secara jelas mengikis rasa
nasionalisme generasi muda. Globalisasi membuat banyak orang memiliki loyalitas sehingga
menambah dan mungkin akan dapat mengesampingkan perasaan dari solidaritas lokal yang
sebelumnya telah diberikan secara sah (Rudy, 2003).

4

Budaya lokal adalah kekayaan bangsa yang seharusnya mendapatkan perhatian dan

dilindungi secara serius. Di samping menjadi ikon pariwisata, budaya juga memberikan andil
yang cukup besar bagi pembentukan jati diri bangsa. Sebagaimana yang kita ketahui bersama,
budaya Indonesia mampu memberikan makna tersendiri bagi citra Indonesia di mata dunia
internasional (Manuaba, 1999).
Tulisan ini terbagi menjadi tiga poin penting dalam menjelaskan Aktualisasi Soft
Diplomacy Indonesia Melalui Tari Saman Gayo dalam Promosi Perdamaian Dunia dan Penguatan
Identitas Lokal. Pertama, proses diplomasi budaya oleh Pemerintah Indonesia dalam
mendapatkan pengakuan Tari Saman Gayo dari UNESCO. Kedua, proses penguatan identitas
masyarakat Gayo melalui Saman Summit dengan fokus penjelasan Tari Saman yang diakui
UNESCO adalah Tari Saman Gayo bukan Tari Saman Aceh. Serta, aktualisasi nilai budaya dalam
Tari Saman Gayo dalam promosi perdamaian dunia.
METODOLOGI PENELITIAN
Pada dasarnya sebuah penelitian adalah kegiatan yang dilakukan untuk mencari jawaban
terhadap pertanyaan yang ingin diketahui penulis. Penelitian tentang Aktualisasi Soft Diplomacy
Indonesia Melalui Tari Saman Gayo dalam Promosi Perdamaian Dunia dan Penguatan Identitas
Lokal (Analisa Pasca Pengakuan Tari Saman oleh UNESCO) ini termasuk penelitian deskriptif
dengan pendekatan kualitatif, di mana penulis berusaha untuk memberikan gambaran atau
mendeskripsikan keadaan objek serta permasalahan yang ada. Oleh karena itu, metode deskriptif
di sini diharapkan dapat mencapai tujuan penelitian, yaitu menggambarkan secara jelas fakta dan
karakteristik objek yang diteliti secara tepat.

Penulis menggunakan data sekunder dengan teknik pengumpulan data melalui studi
pustaka, buku-buku, jurnal, laporan penelitian, paper conference, dan data dari reliable website
yang terkait dan mendukung data penelitian ini. Dalam tulisan ini digunakan tiga alur untuk
mengambil kesimpulan dari data yang diperoleh dan diamati (Sugiono, 2011).
Konsep Identitas Nasional

5

Identitas nasional dalam konteks bangsa Indonesia memiliki penjelasan berupa nilai-nilai
budaya yang tumbuh dan berkembang dalam berbagai kehidupan yang merupakan bagian dari
kesatuan Indonesia yang menjadi kebudayaan nasional dengan acuan Pancasila dan Bhineka
Tunggal Ika sebagai dasar dari proses perkembangannya. Sehingga dapat dikatakan bahwa
identitas nasional bangsa Indonesia Pancasila yang aktualisasinya terlihat dalam penataan nilainilai budaya yang tercermin dalam identitas nasional dan senantiasa berkembang demi kemajuan
(Busrizalti, 2013).
Identitas nasional Indonesia merujuk kepada bangsa yang majemuk yang tergambar dari
kemajemukan suku bangsa, agama, kebudayaan, serta bahasa. Kebudayaan merupakan salah satu
unsur identitas nasional yang merupakan patokan nilai-nilai etika dan moral baik yang tergolong
ideal atau yang seharusnya maupun yang bersifat operasional dan aktual dalam kehidupan seharihari. Seperti banyaknya budaya yang ada di Indonesia yang membentuk identitas nasional
sebagai bangsa yang kaya akan kemajemukan.
Koento Wibosono menyebutkan bahwa identitas nasional merupakan menifestasi nilainilai budaya yang tumbuh dan berkembang dalam aspek kehidupan suatu bangsa dengan ciri khas

yang berbeda dengan bangsa lain (Srijanti, 2008). Identitas nasional merupakan identitas yang
melekat dalam suatu kelompok yang didasarkan pada adanya kesamaan budaya, agama, bahasa,
keinginan, dan cita-cita. Terkait penelitian ini, penulis melihat bahwa identitas nasional suatu
bangsa tercermin dari nilai-nilai budaya yang dimiliki oleh suatu negara. Dimensi budaya
merupakan salah satu elemen dalam pembentukan identitas nasional. Identitas nasional bangsa
Indonesia dalam hal ini tercermin dari dimensi budaya yang dimiliki oleh Indonesia yakni Tari
Saman Gayo.
Samsuri menjelaskan bahwa identitas nasional adalah identitas yang melekat pada
kelompok yang memiliki kesamaan fisik, budaya, agama, dan bahasa. Lebih jauh disebutkan ada
beberapa unsur dalam pembentukan identitas nasional. Terdiri dari suku bangsa, agama,
kebudayaan daerah, serta bahasa nasional (Samsuri, 2011). Kebudayaan daerah atau dalam
tulisan ini adalah Tari Saman Gayo merupakan aset untuk membentuk identitas nasional.
Penguatan identitas lokal dalam tulisan ini dimaksud bahwa Tari Saman merupakan manifestasi
kekayaan budaya bangsa yang harus dijaga dan diakui oleh kelompok dan elemen masyarakat

6

Indonesia. Seperti mengakui bahwa Tari Saman pada hakikatnya adalah milik masyarakat Gayo
bukan masyarakat Aceh. Hal yang perlu menjadi perhatian dalam tulisan ini adalah pada fakta
yang ada, sebagian besar masyarakat Indonesia hanya mengetahui bahwa Tari Saman adalah

milik Aceh, padahal itu adalah hal yang keliru.

Konsep Soft Power
Power adalah kemampuan suatu aktor baik individu kelompok atau negara-bangsa untuk
mempengaruhi pikiran dan tingkah laku aktor lain sehingga mau melakukan sesuatu

yang

sebenarnya tidak disukainya (Mas’oed, 1990). Secara Sederhana power merupakan kemampuan
untuk mengontrol atau menguasai sesuatu. Tujuan berdirinya suatu negara sendiri ialah
mengutamakan pencapaian powernya kepada negara lain. Soft power menekankan pada
penguasaan terhadap bentuk-bentuk kekuatan nasional suatu negara yang tidak terlihat seperti
ideologi, kebudayaan, dan nilai-nilai moral (Lum, 2008).
Soft power diartikan sebagai kemampuan untuk mendapatkan hasil yang diinginkan
dengan cara menarik perhatian pihak lain, daripada mempermainkan mereka dengan dorongan
materi, kemampuan ini lebih kepada mengajak membujuk daripada memaksa. Soft power
merupakan kemampuan untuk menarik dan mempengaruhi aktor lain untuk mendapatkan apa
yang kita inginkan tidak melalui pemaksaan yang bersifat kekerasan.
Soft power menjelaskan tentang konsep diplomasi non tradisional yang mulai berkembang
pasca abad ke-21. Salah satu tokoh yang terkenal dengan kemunculan ide soft power ini adalah

Joseph Nye (Mallisan, 2005). Dalam definisi pertama kali yang dituangkan Nye disebutkan
bahwa soft power adalah kemampuan suatu Negara mencapai keinginannya melalui perluasan
nilai kebudayaan dan sejenisnya tanpa adanya unsur paksaan. Pada tahapan berikutnya, Joseph
Nye menyebutkan arti lain untuk memperluas lingkup soft power itu dengan menambahkan
sektor kerja sama atau melalui kegiatan positif untuk memperoleh hasil yang diinginkan. Hal ini
merujuk kepada istilah lain dari diplomasi yakni melakukan kegiatan dan memberikan kontribusi
positif (Christopher, 2008).

7

Maka perkembangan diplomasi membawa aktor hubungan internasional untuk membahas
isu-isu yang lebih luas seperti isu non tradisional seperti Hak Asasi Manusia, kebudayaan,
ataupun perdagangan (Nye, 2004). Begitu pun juga dengan aktor hubungan internasional yang
dahulu hanya didominasi oleh negara, maka para era diplomasi modern, kegiatan diplomasi juga
dilakukan oleh aktor non-negara.
Dalam konteks Indonesia, daya tarik budaya merupakan salah satu sumber soft power
bangsa ini. Sebagai negara berpenduduk muslim terbesar namun beraliran moderat, Indonesia
memiliki modal ini. Selain itu, keanekaragaman budaya dan kearifan lokal juga turut
berkontribusi memperkuat soft power bangsa ini. Soft power yang dimiliki oleh suatu Negara
pada dasarnya bergantung pada tiga sumber penting, yakni budaya, nilai politis, dan kebijakan

luar negeri (Nye, 1990: 15).
Soft power dapat diaktualisasikan sebagai kekuatan nasional suatu negara, yang
didasarkan pada nilai-nilai, ideologi dan ciri-ciri budaya yang secara konkret dapat diperlihatkan
melalui kebijakan dan perilaku negara atau produk-produk yang dihasilkan oleh negara tersebut
seperti gaya hidup, musik, film, dan makanan yang dikonsumsi secara luas.
Terdapat berbagai sumber daya yang luas untuk dikonversikan menjadi soft power melalui
strategi konversi yang tepat. Sumber daya tersebut mencakup budaya, nilai-nilai, kebijakan yang
tepat, model domestik yang baik, dll. Berkaitan pula dengan pembahasan penulis, bahwa apabila
kemampuan, potensi atau modal budaya yang dimiliki oleh Indonesia dapat dikembangkan
dengan baik dan optimal melalui langkah positif seperti diplomasi budaya, maka potensi tersebut
akan mampu menjadi soft power yang memberikan dampak positif bagi Indonesia itu sendiri
(Anugrahaningtyas, 2012).
Aktivitas soft diplomacy yang diciptakan Indonesia melalui Tari Saman telah mampu
menciptakan daya tarik positif di mata internasional. Sehingga dengan adanya daya tarik tersebut
UNESCO memandang bahwa tari saman layak diakui sebagai salah satu seni budaya Indonesia
tak benda milik Indonesia. Melalui diplomasi budaya yang dilakukan oleh Indonesia, Tari Saman
mampu dikenal dan bersaing sebagai salah satu budaya asli Indonesia di mata Internasional.

8


Dalam hal mengembangkan soft power nya, Indonesia mengutamakan kebudayaan dan
kebijakan luar negeri sebagai kekuatan utama dalam menarik simpati dan kepercayaan
masyarakat internasional. Kultur atau Kebudayaan dapat diartikan sebagai satu unit interpretasi,
ingatan dan makna yang ada di dalam manusia dan bukan sekedar dalam kata-kata (Liliweri,
2002). Kebudayaan itu mempengaruhi nilai-nilai yang dimiliki manusia, bahkan sikap dan
perilaku manusia. Aktor kebudayaan itu sendiri adalah manusia, karena setiap tindakan yang
dilakukan manusia selalu dalam ruang lingkup kebudayaan. Kemampuan kebudayaan yang bisa
mempengaruhi sikap dan perilaku individu/masyarakat tidak menutup kemungkinan kebudayaan
juga dapat mempengaruhi sikap dan perilaku suatu negara.
Pengembangan sayap diplomasi budaya Indonesia melalui diplomasi budaya Tari Saman
menjadi cara cerdas Pemerintah Indonesia

untuk merangkul dunia. Tari Saman merupakan

sarana diplomasi budaya lintas negara yang sangat efektif bagi Indonesia untuk mampu
mendapatkan identitas nasionalnya. Strategi penggunaan media massa di bidang komunikasi
televisi juga banyak memberikan keuntungan bagi pengembangan soft power yang dilancarkan
oleh Pemerintah Indonesia melalui penampilan Tari Saman tersebut di luar negeri.

SOFT DIPLOMASI TARI SAMAN DAN PENGUATAN IDENTITAS LOKAL
Pengakuan Unesco Atas Tari Saman Gayo
Tari Saman merupakan salah satu media untuk menyampaikan dakwah, tarian ini menjadi
sarana penyampaian pesan yang berarti pendidikan, keagamaan, sopan santun, kepahlawanan,
kekompakan, dan kebersamaan. Syair Tari Saman sendiri digunakan dalam bahasa Arab dan
Aceh. Sebelum Tari Saman yaitu sebagai pembukaan, akan tampil seorang pemuda adat untuk
mewakili masyarakat setempat untuk menyampaikan nasihat yang juga berisi pesan-pesan islami
dan petuah dakwah. Lagu dan syair pengungkapannya secara bersamaan dan terus menerus,
pemainnya terdiri dari pria-pria yang masih muda-muda dengan memakai pakaian adat.
Penyajian tarian tersebut dapat juga dipentaskan, dipertandingkan antara grup tamu dengan grup
sepangkalan (dua grup). Penilaian didasarkan pada kemampuan masing-masing grup dalam
mengikuti gerak, tari dan lagu (syair) yang disajikan oleh pihak lawan.

9

Fungsi Tari Saman antara lain (Putriani, 2012):
Pertama, hiburan dan keindahan karena dalam gerakan Tari Saman tergambarkan
keindahan dan estetika yang mampu memukau siapa pun yang melihatnya. Hal tersebut
disebabkan karena setiap liriknya terdengar berirama khas, ditambah lagi dengan gerakannya
yang memiliki banyak variasi. Hal lain yang menyebabkan Tari Saman indah adalah karena
selang seling gerakannya yang cepat, sepintas terlihat seakan-akan bisa berbenturan, namun hal
itu tidak terjadi karena setiap penarinya menempatkan diri pada posisi yang tepat.
Kedua, jati diri masyarakat Gayo Lues, saman diyakini adalah identitas diri mereka.
Dengan Tari Saman sebagai budaya maka nilai-nilai yang terdapat di dalam saman itu sendiri
akan selalu dihayati oleh masyarakatnya baik nilai agama Islam maupun nilai adat yang
bernuansa Islam.
Ketiga, penegakan hukum. Tari Saman memiliki nilai yang mencerminkan penegakan
hukum terutama pada saman pesta rakyat, di dalam saman tersebut jelas sekali berlakunya
penegakan hukum. Upaya penegakan hukum itu tergambar ketika pemuka adat dari tuan rumah
menyampaikan nasihat yang disebut keketar. Maknanya adalah apabila terdapat kesalahan maka
akan dikenakan sanksi berdasarkan tingkat pelanggarannya.
Keempat, media dakwah dan informasi, saman berfungsi sebagai media penyampaian
pesan dakwah dan suatu informasi.
Kelima, sebagai sarana pemersatu masyarakat Gayo Lues.
Keenam, Tari Saman sebagai sarana pelestarian budaya.
Ketujuh, Terselenggaranya Tari Saman dapat dimanfaatkan sebagai tempat untuk
berjualan (Peluang Pasar).
Program-program UNESCO menjaga Warisan Budaya Tak Benda sangat penting untuk
memberi perubahan yang mendasar terhadap persepsi dan sikap masyarakat global terhadap
budaya dan warisan budaya. Juga sangat penting dalam mempromosikan dan melindungi
keragaman budaya yang dapat membantu menciptakan dunia yang damai. Tetapi, adanya persepsi

10

yang keliru dan kurangnya pemahaman atas keanekaragaman sejati kebudayaan, pikiran
nasionalisme yang sempit dan adanya kompetisi yang berlebihan antar negara dalam
mendahulukan kepentingan mereka sendiri menimbulkan kontroversi dan kesalahpahaman yang
sebenarnya tidak perlu terjadi yang dapat berakibat terciptanya ketegangan bahkan juga konflik
(www.koreana.or.kr).
Untuk dimasukkan dalam Daftar Warisan Dunia, situs harus memilik nilai universal yang
luar biasa dan memenuhi setidaknya satu dari sepuluh kriteria seleksi. Kriteria ini dijelaskan
dalam Pedoman Operasional untuk Pelaksanaan Konvensi Warisan Dunia yang ditetapkan oleh
UNESCO. Kriteria tersebut secara teratur direvisi oleh Komite Khusus yang mencerminkan
evolusi konsep Warisan Dunia itu sendiri (whc.unesco.org). Outstanding Universal Value
menunjukkan signifikansi budaya dan/atau alam yang begitu luar biasa sehingga melampaui batas
nasional dan menjadi penting untuk generasi sekarang dan masa depan seluruh umat manusia.
Dengan demikian, perlindungan permanen terhadap warisan ini adalah sangat penting bagi
masyarakat internasional secara keseluruhan. Warisan dunia minimal harus mempunyai satu dari
kriteria sebagai berikut (sosbud.kompasiana.com): 1) Merupakan karya jenius kreatif dari
manusia. 2) Berisi nilai-nilai kemanusiaan. 3) Mengandung kesaksian yang unik dari sebuah
tradisi budaya atau peradaban yang hidup. 4) Menjadi contoh yang luar biasa yang
menggambarkan tahap signifikan dalam sejarah manusia. 5) Merupakan representasi dari budaya
atau interaksi manusia dengan lingkungan. 6) Secara nyata dikaitkan dengan tradisi atau peristiwa
dalam hidup, ide-ide atau dengan keyakinan. 7) Memiliki keindahan dan estetika yang luar biasa.
8) Menjadi contoh yang luar biasa
Peranan UNESCO dalam pelestarian budaya membantu negara-negara untuk melindungi
keragaman budaya dunia melalui pelestarian warisan budaya dan alam, serta mendukung proses
pembangunan melalui Konvensi dengan fokus pada strategis penguatan budaya di negara-negara
berkembang, termasuk menjamin konservasi yang efektif, meningkatkan kesadaran masyarakat,
serta keterlibatan dan dukungan untuk budaya dunia melalui komunikasi. Pada awalnya untuk
perlindungan budaya, negara-negara mengacu kepada konvensi warisan budaya dunia pada tahun
1972. Konvensi ini dibuat untuk menjalankan kepedulian terhadap suatu keragaman budaya dan
kekayaan alam. Beberapa negara-negara yang bergabung untuk melindungi dan menghargai

11

warisan budaya dan alam, serta berkomitmen untuk melestarikan warisan dunia untuk generasi
mendatang (unesco.org).
Namun adanya rasa ketidakpuasan dari negara-negara berkembang, dari negara-negara
berkembang menganggap bahwa konvensi warisan budaya tahun

1972 ini terlalu berpihak

kepada negara-negara maju, sehingga negara-negara berkembang merasa adanya sulit sekali
mendapatkan perlindungan dan perlu adanya perubahan dalam konvensi tersebut. Maka dari itu
pada tahun 2003 adanya peratifikasian kembali konvensi perlindungan terhadap warisan budaya.
Dengan adanya perubahan dalam kriteria, definisi serta penambahan protokol. Konvensi ini
mempunyai tujuan yang sama sebagai bentuk perlindungan terhadap keberagaman budaya dan
menjamin akan ada keberlanjutan kreativitas dari budaya yang tersebut sehingga tidak menjadi
punah. Sehingga pada dewasa ini peran UNESCO dalam melindungi warisan budaya mengacu
kepada konvensi warisan budaya tak benda tahun 2003.
Sesuai Konvensi 2003 UNESCO, dalam Pasal 2, Ayat 1 disebutkan bahwa warisan
budaya tak benda meliputi segala praktek, representasi, ekspresi, pengetahuan, keterampilan serta
alat-alat, benda, artefak dan ruang-ruang budaya terkait dengannya yang diakui oleh berbagai
komunitas, kelompok, dan dalam hal tertentu perseorangan sebagai bagian warisan budaya
mereka. Warisan Budaya Tak benda dikenal lebih akrab sebagai

warisan budaya hidup.

Bandingannya adalah situs alam dan situs budaya, yang dikenal sebagai warisan benda
(www.kompas.com).
UNESCO telah mengadopsi Konvensi tentang Pelindungan Warisan Budaya Tak benda
pada Sesi ke-32 Konferensi Umum yang dilaksanakan di Paris, pada 17 Oktober 2003. Konvensi
2003 mulai beroperasi sejak April 2006 yang bertujuan meningkatkan visibilitas atau kesadaran
umum, mendorong penghormatan dan pelindungan beraneka ragam warisan budaya tak benda
atau budaya hidup melalui kerja sama antara pemerintah dan komunitas pada tingkat nasional,
sub regional, regional maupun internasional.
Sampai saat ini, Konvensi telah diratifikasi oleh 137 negara. Indonesia juga menjadi
Negara Pihak ke-83 Konvensi 2003 pada 15 Januari 2008, melalui Peraturan Presiden No.78
bulan Juli 2007. Sejak itu, Indonesia berpartisipasi secara aktif bahkan Indonesia dijadikan

12

anggota Komite Antar Pemerintah beranggota 24 Negara, dengan masa bakti empat tahun, pada
Sidang Umum para Negara Pihak di Paris, Juni 2010 (www.republika.co.id).
Konsep UNESCO dalam warisan budaya secara luas menerapkan definisi antropologi
budaya, yang telah memainkan peran sentral dalam membuat orang sadar akan pentingnya
warisan budaya masyarakat non Barat yang sampai pada dewasa ini kurang dihargai. Pada inti
dari konsep ini, yang menyokong misi UNESCO adalah pemahaman bahwa esensi dari budaya
tidak begitu banyak produk sebagai kegiatan budaya dan ekspresi simbolik yang dianut oleh
orang-orang. Selain itu, konsep budaya UNESCO membuat penjelasan bahwa warisan budaya tak
benda dimiliki bukan hanya oleh negara tetapi oleh individu-individu, kelompok, dan masyarakat
terkait dengan asal-usul dan penggunaan.
Terkait hubungan berbagai kebudayaan yang terus berubah, diperlukan hampir lebih dari
tujuh dekade dalam abad ke-20 sebelum kebudayaan mulai dipahami sebagai sesuatu yang terus
berubah. Sebelumnya, ada kecenderungan untuk memandangnya sebagai sesuatu yang tidak
berubah, di mana konten budaya diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya melalui
berbagai cara, seperti pendidikan atau berbagai jenis kegiatan pengenalan. Pada saat ini yang
diperlukan selanjutnya adalah menentukan berbagai kebijakan yang menempatkan perbedaan
budaya pada sisi positif sehingga kelompok dan individu yang saling berhubungan memahami
bahwa dalam perbedaan ini perlu adanya suatu dorongan untuk terus berevolusi dan berubah serta
tidak menutup diri.
Indonesia mengajukan Tari Saman Gayo ke UNESCO sebagai salah satu warisan budaya
dunia tak benda sejak Maret 2010 yang disertai dengan proposal kertas akademis. Menurut Ketua
Harian Komisi Nasional Indonesia untuk UNESCO di Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan,
Arief Rachman mengungkapkan bahwa Tari Saman Gayo telah memenuhi empat kriteria yang
ditetapkan oleh UNESCO. Empat kriteria tersebut meliputi keaslian atau originalitas, keunikan,
filosofi yang bersifat universal, serta memiliki daya tular terhadap kehidupan masyarakat
Indonesia secara meluas (www.bbc.co.ok).

Dalam pernyataannya, Arif Rachman menyebutkan:

13

“Yang pertama originilitas, yang kedua keunikan dan yang ketiga apakah
dia mempunyai nilai-nilai filosofi yang universal atau tidak, dan yang
keempat apakah dia mempunyai daya tular ke masyarakat Indonesia secara
meluas. Lalu yang kedua UNESCO juga harus memastikan bahwa programprogram yang diajukan itu mempunyai program proteksi atau pelestarian
dan mempunyai program promosi, program yang sifatnya edukasi yang bisa
ditangkap oleh generasi muda yang lain-lainnya (www.unesco.org).”

Terkait kriteria yang ditetapkan UNESCO, Indonesia telah memenuhi untuk keempat
kriteria tersebut:
U.1

Elemen merupakan warisan budaya dunia yang bersifat asli dan diwariskan dari

generasi ke generasi, memiliki filosofi sebagai penyambung kekerabatan, diciptakan oleh
masyarakat dan kelompok untuk menunjukkan identitas komunitas. Di dalamnya terdapat nilainilai ketuhanan, patriotisme, kekuatan, dan sejarah masyarakat Gayo Lues yang berkelanjutan.
U.2
Unsur ini membutuhkan perlindungan yang mendesak. Karena memiliki risiko
terhadap kelangsungan hidup, meskipun sudah ada upaya dari masyarakat, kelompok, individu,
atau negara yang bersangkutan. Dalam hal ini, negara-negara harus bisa memperlihatkan dan
menjelaskan secara spesifik bahwa unsur yang didaftarkan benar-benar membutuhkan
perlindungan dan unsur yang didaftarkan juga mempunyai kriteria yang unik.
U.3
Langkah-langkah perlindungan yang diuraikan dapat memungkinkan masyarakat,
kelompok, atau individu yang bersangkutan untuk melanjutkan praktek dan transmisi unsur.
Negara yang bersangkutan harus bisa menguraikan strategi pengamanan yang koheren dan
sistematis. Dengan anggaran dan jadwal yang sesuai. Langkah-langkah ini juga harus bisa
meningkatkan kapasitas dan memberikan pengetahuan terhadap masyarakat.
U.4
unsur yang dinominasikan diikuti partisipasi seluas mungkin masyarakat,
kelompok, komunitas, atau individu yang bersangkutan dan dengan persetujuan bebas mereka,
didahulukan dan dinformasikan. Partisipasi dan keikutsertaan masyarakat merupakan bagian
dasar bagi semua kriteria. Terutama dalam perencanaan dan pelaksanaan langkah-langkah yang
disusun.

14

Tari Saman Gayo yang berasal dari Daerah Gayo Lues Aceh itu disahkan sebagai warisan
budaya dunia dalam sidang UNESCO pada 24 November 2011 di Bali International Convention
Center. Berkas nominasi Tari Saman disusun secara teliti dan diajukan kepada UNESCO pada
bulan Maret 2010 oleh pihak Pemerintah Indonesia. Pengajuan berkas tersebut setelah
mendapatkan dukungan penuh dari Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi Aceh, Bupati Gayo
Lues, dan masyarakat Gayo. Setelah berkas diperiksa oleh Sekretaris UNESCO dan Pakar
Internasional untuk selanjutnya diajukan dalam sidang di Bali. Menteri Koordinator bidang
Kesejahteraan Rakyat, Agung Laksono menyebutkan bahwa Tari Saman Gayo masuk dalam
daftar warisan budaya Tak Benda yang memerlukan perlindungan mendesak (detik.com).
Dalam sidang yang dihadiri oleh 69 negara tersebut, Indonesia dipercaya oleh 137 negara
anggota konvensi UNESCO 2003 sebagai tuan rumah dan Tari Saman Gayo secara resmi menjadi
warisan budaya dunia bersama Hezhen Yimakan Storytelling dari China, Iranian Dramatic
Storytelling dari Iran, dan beberapa nominasi lainnya. Penominasian tersebut juga dihadiri oleh
Direktur Jenderal UNESCO Madame Irina Bokova, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Mohammad Nuh, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Mari Elka Pangestu, dan Wakil
Direktur Jenderal Bidang Kebudayaan UNESCO, Frenceso Bandarin.
Upaya Republik Indonesia Melestarikan Tari Saman Melalui Saman Summit 2012
Saman Summit merupakan wadah untuk menjaga berbagai keragaman budaya yang ada di
Indonesia dan memastikan bahwa Tari Saman Gayo masih terjaga keasliannya karena berhadapan
dengan hakikat kebudayaan yang melihat bahwa perubahan adalah sebuah keniscayaan. Saman
Summit juga menyoroti sejumlah seni tradisi lain yang berkait dengan adat dan agama Islam
yang berkembang di seluruh Indonesia. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa adanya
pelaksanaan Saman Summit merupakan ajang untuk menggerakkan banyak pihak agar dapat
melihat kebudayaan apa saja yang dimiliki Indonesia serta cara untuk menjaga dan melestarikan
serta mengembangkannya.
Saman Summit berdasar atas tari dan musik Saman dalam tradisi masyarakat Gayo yang
bukan hanya sekadar kesenian yang tampil di atas panggung tetapi juga merupakan suatu budaya
yang memiliki tatanan mendalam melalui proses sejarah panjang akan tatanan sosial kehidupan.

15

Pasca deklarasi UNESCO dan pengakuan terhadap Tari Saman sebagai warisan budaya dunia tak
benda asli Indonesia, Saman Summit hadir sebagai berkah yang membanggakan, karena bisa
dipandang sebagai amanah global untuk turut memiliki, memperhatikan, dan bertanggung jawab
dalam memelihara dan mengembangkan Tari Saman sebagai ikon budaya Indonesia yang
mendunia dalam platform global sebagai tarian yang mendapatkan apresiasi publik.
Saman Summit merupakan salah satu upaya Pemerintah Indonesia dalam melestarikan
Tari Saman. Setelah diakui oleh UNESCO dan masuk dalam daftar warisan budaya dunia tak
benda asli Indonesia, Direktorat Jenderal Kebudayaan Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan
melalui Direktorat Pembinaan Kesenian dan Perfilman menggelar Saman Summit pada 14-16
Desember pada tahun 2012. Acara yang berlangsung di lapangan Meseum Fatahillah Jakarta itu
merupakan agenda pertama kali yang diselenggarakan dan disebut sebagai bentuk penghargaan
terhadap Tari Saman Gayo yang pada 24 November 2011 telah masuk ke dalam daftar warisan
budaya dunia tak benda oleh UNESCO.
Jiwa dan semangat Saman Summit 2012 tersebut berasal dari Bejamu Besaman di Daerah
Gayo Lues Aceh yang merupakan adat untuk membangun jalinan persaudaraan melalui kegiatan
Tari Saman. Saman Summit diharapkan mampu mendapatkan tiga sasaran. Pertama,
pertunjukkan kesenian yang terjalin oleh Saman sebagai tari musik yang berkembang di
masyarakat Gayo Lues. Kedua, kajian analitis akan Tari Saman beserta kesenian lain yang terkait
baik dari aspek teknis (gerak, musik, sastra) maupun konteks sosial budaya serta sejarah. Ketiga,
apresiasi terhadap visual auditif melalui rekaman video dan jepretan foto dalam hal kaitannya
dengan Tari Saman Gayo.
Saman Summit juga ditujukan untuk melindungi dan menjaga kelestarian budaya
Indonesia mengingat seringnya negara Indonesia bersitegang dengan negara tetangga terkait
kesamaan dalam hal budaya. Kegiatan Saman Summit juga direncanakan akan dilaksanakan
berkala tahunan untuk menjaga sekaligus melestarikan Tari Saman khususnya Tari Saman asal
Gayo Lues Aceh. Direktur Pembinaan Kesenian dan Perfilman Kemdikbud, Sulistyo
Tirtokusumo mengatakan bahwa pemerintah berupaya menciptakan iklim kondusif bagi para
pelaku seni untuk mengembangkan gagasan dan pemikiran. Dalam konteks tersebut, Saman

16

Summit diharapkan dapat menyampaikan pesan kepada masyarakat bahwa Saman merupakan
sebagai pertumbuhan dan perkembangan kebudayaan tanah air Indonesia khususnya masyarakat
Gayo yang ada di Aceh.
Saman sudah menjadi salah satu ikon budaya Indonesia yang menunjukkan identitas
bangsa. Tidak hanya di Indonesia, tetapi dunia juga telah mengenal Tari Saman. Dengan Saman
Summit, masyarakat Indonesia diharapkan bisa lebih mencintai Saman sebagai bagian budaya
bangsa. Dalam agenda tersebut, Wamendikbud Wiendhu Nuryati menyatakan bahwa semua
elemen bangsa harus turut melestarikan Saman dan semua budaya yang dimiliki Indonesia. Itu
berarti bahwa Bangsa Indonesia harus melindungi, memproteksi ciri dan prinsip Tari Saman
sekaligus mengembangkan dalam kehidupan bermasyarakat. Penyelenggaraan Saman Summit
merupakan harapan dari masyarakat Gayo Lues kepada Pemerintah Pusat untuk menjaga
kelestarian Tari Saman Gayo.
Namun ironisnya bahwa kebanyakan penduduk Indonesia mengetahui bahwa Saman itu
berasal dari Aceh secara umum, padahal Tari Saman itu adalah berasal dari masyarakat Gayo
yang berada di Aceh. Yang menjadi perhatian adalah mengapa Tari Saman ini mnejadi brand
masyarakat Aceh tanpa ada keterlibatan masyarakat Gayo sebagai pemilik asli Tari Saman itu
sendiri. Hal yang harus diperhatikan adalah dominasi Pemerintah Daerah terhadap kebudayaan
asli Gayo yakni Saman. Selama ini orang di luar Aceh hanya melihat bahwa Tari Saman adalah
identitas masyarakat Aceh sebagai entitas tunggal. Padahal Tari Saman adalah milik asli
masyarakat Gayo yang tinggal di Aceh sebagaimana yang tertuang dalam pengakuan UNESCO.
Pemerintah Daerah dalam hal ini diharapkan tidak melakukan klaim dan pembenaran historis
kultural terlebih terhadap Tari Saman Gayo. Akibat dari pemahaman yang kurang, Tari Saman
kini justru tampil dan hadir di tengah masyarakat, tetapi sudah berbeda dan sangat jauh dari
keaslian Tari Saman yang asli. Di satu sisi Pemerintah Daerah bisa berbangga dengan
mencuatnya nama Tari Saman sebagai entitas Aceh. Namun di sisi lain, klaimisasi budaya oleh
Pemerintah Daerah tersebut dianggap menyalahi semangat otonomi daerah sebagai salah satu
keunggulan dalam kearifan budaya lokal masyarakat Gayo.

17

Pada dewasa ini, Tari Saman yang ada di Republik Indonesia mempunyai banyak versi.
Hal tersebut terjadi, Tari Saman yang asli dari Gayo Lues ini dikembangkan oleh Syekh-syekh
yang pindah kota ataupun wilayah sehingga muncul banyaknya Tari Saman versi baru.
Munculnya Tari Saman versi baru ini muncul secara perlahan-lahan, dari perubahan gerakan,
nyanyian, kostum dan jumlah penari.
Tari Saman ini sebenarnya hanya dimainkan oleh laki-laki, namun seiring berjalannya
waktu, Tari Saman ini dimainkan oleh perempuan juga, dengan nyanyian yang berbeda, dan
kostum yang berbeda. Hal ini muncul karena Tari Saman telah dikembangkan dan telah
disebarluaskan melalui acara-acara keagamaan atau acara yang bukan merupakan hari raya
agama. Menurut para responden, pada dewasa ini Tari Saman versi baru ini semakin berkembang
dan diperhatikan oleh masyarakat Republik Indonesia. Sehingga Tari Saman yang asli berasal
dari Gayo Lues ini mulai tertutupi dengan Tari Saman versi baru ini. Banyak masyarakat republik
Indonesia lebih tertarik dengan Tari Saman versi baru dibandingkan Tari Saman aslinya.
Masyarakat Republik Indonesia juga lebih mengetahui bahwa Tari Saman yang asli ialah Tari
Saman yang merupakan versi baru ini. Sehingga Tari Saman yang asli dari Gayo Lues ini mulai
punah dengan munculnya tarian-tarian Saman versi baru ini. Maka dari itu, para responden
merasa perlu adanya upaya untuk melakukan perlindungan terhadap Tari Saman ini.
Aktualisasi identitas budaya lokal dalam Tari Saman menunjukkan bahwa memang Tari
Saman bukan sekadar hiburan, tetapi juga sebagai penunjukkan identitas lokal masyarakat Gayo.
Tari Saman Gayo menunjukkan identitas masyarakat Indonesia yang memiliki budaya yang harus
dijaga keaslian dan diakui keberadaannya. Di sisi lain, masyarakat Indonesia yang pluralis
dengan segala keberagaman lokal dipandang mampu menghasilkan sebuah wahana budaya yang
sangat indah. Kearifan budaya lokal yang dimiliki sejatinya dapat memancarkan sinar positif
terhadap bangsa lain. Melestarikan budaya lokal substansinya adalah memperkokoh fondasi
budaya lokal hingga mampu menjadi pilar dan bagian dari identitas di tingkat nasional yang pada
akhirnya akan menjadi ikon positif di mata dunia internasional. Tari Saman tidak hanya sebatas
bentuk gerak yang mengandung keindahan, tetapi juga berisi pesan yang baik. Keindahan
tersebut dapat dilihat dari pola nyanyian dan gerak. Unsur ajaran Islam yang terdapat dalam Tari
Saman merujuk kepada adat istiadat masyarakat Gayo.

18

KESIMPULAN
Aktualisasi soft diplomacy Indonesia melalui Tari Saman Gayo dalam promosi
perdamaian dunia dipandang sebagai proses bagaimana Indonesia mampu mendapatkan
pengakuan dari UNESCO. Melalui berbagai proses dari pengajuan dokumen, kerjasama berbagai
pihak, hingga hadirnya kepercayaan bahwa budaya tersebut layak diakui oleh dunai. Promosi
perdamaian yang dimaksud dalam tulisan ini adalah pernyataan bagaimana menjaga agar tidak
terjadi konflik antara masyarakat Gayo dan Aceh karena persoalan Tari Saman yang terus
berkembang.
Di sisi lain konflik internal di Aceh juga terjadi karena kurangnya pemahaman masyarakat
Indonesia mengenai Tari Saman Gayo itu sendiri. Dimensi lain dari makna perdamaian dunia
adalah agar tidak terulang kembali kasus klaim budaya seperti yang dialami oleh Indonesia
beberapa tahun terakhir, khususnya dengan Malaysia. Penguatan identitas lokal yang dimaksud
dalam paparan tulisan ini adalah bahwa memang Tari Saman merupakan identitas yang dimiliki
oleh masyarakat Gayo yang ada di Aceh. Meski Saman terus berkembang, Tarian versi aslinya
merupakan penunjukkan identitas lokal terhadap suku Gayo sebagai pemilik asli tarian ini.
Pasca pengakuan UNESCO, pemerintah nasional maupun daerah belum mengambil
tindakan nyata untuk mempromosikan Tari Saman ini sebagai hasil budaya lokal milik
masyarakat Gayo. Inilah yang menjadi alasan mengapa banyak masyarakat Indonesia tidak
paham hakikat Tari Saman yang sesungguhnya, Karena dalam pandangan mereka Tari Saman
adalah identitas dan brand Aceh, padahal itu hal yang keliru. Tari Saman adalah brand masyarakat
Gayo yang ada di Aceh, bukan brand Aceh. Mengingat Gayo dan Aceh sendiri merupakan dua
suku yang berbeda dan tinggal di tempat yang berbeda. Jika tidak ada tindakan nyata dari
pemerintah baik daerah maupun nasional, dikhawatirkan akan terjadi konflik internal di Aceh
karena masing-masing saling klaim bahwa Tari Saman adalah branding mereka.
Tulisan ini hanya ingin menegaskan bahwa Tari Saman yang diakui oleh UNESCO adalah
Tari Saman Gayo yang berasal dari Gayo dan merupakan identitas lokal masyarakat Gayo yang
ada di Aceh. Penulis hanya ingin meluruskan pemahaman bahwa Tari Saman itu bukan milik asli
Aceh, tetapi milik asli masyarakat Gayo yang ada di propinsi Aceh. Di sisi lain, mungkin akan

19

hadir kesimpulan berbeda seperti yang ada dalam paparan tulisan ini, jika peneliti lain melihat
dari sudut pandang yang berbeda dan dengan alat analisa yang berbeda pula.
REFERENSI
Buku
Perwita, Agung. 2011. Pengantar Ilmu Hubungan Internasional, Bandung : Rosdakarya
Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & B, Bandung : Alfabeta.
Srijanti, et al. 2008. Etika Berwarga Negara Jilid 2, Jakarta : Salemba Empat
Busrizalti. 2013. Negara Kesatuan, HAM & Demokrasi serta Ketahanan Nasional, Yogyakarta :
Total Media.
Mas’oed, Mohtar. 1990. Ilmu Hubungan Internasional Disiplin dan Metodologi, Jakarta : LP3ES.
Nye, Joseph. 2004. Soft Power, the Means to Success in World Politics,
------. 1990. Soft Power, New York: Harvard University.
Liliweri. 2002. Makna Budaya dalam Komunikasi Antar budaya, Yogyakarata: LKIS
Rudy, May. 2003. Hubungan Internasional Kontemporer dan Masalah-masalah Global, Bandung
:Refika Aditama.
Mallisan, Jan. 2005. Wileding Soft Power; The New Public Diplomacy, Hague: Netherland
Institute of International Relations.
Jurnal, Laporan Penelitian, Paper Conference
Alunaza, Hardi. (2015). Analisa Diplomasi Budaya Melalui Tari Saman Gayo dalam
Mengukuhkan Identitas Nasional Bangsa, Jurnal Hubungan Internasional Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta Vol. IV No. (1), 88
--------- (2016). The Analysis of Indonesian Cultural Diplomacy Through Saman Gayo Dance in
Strengthening National Identity: Proceeding International Conference on Social Politics,
26 January 2016 Published by JKSG UMY.

20

Anugrahaningtyas, Prima. 2012. Kepentingan Indonesia dalam Diplomasi Publik Melalui
Program Beasiswa Seni dan Budaya Indonesia BSBI dan Indonesia channel 2011, Malang:
Universitas Muhammadiyah Malang
Christopher. 2008. Soft Power in Asia, The Chicago Council on Global Affairs in partnership
with East Asia Institute.
Hendrastomo, Grendi. 2007. Nasionalisme VS Globalisasi, Hilangnya Semangat Kebangsaan.
Jurnal Dimensia, Vol 1 No.1
Heniwaty, Yusnizar. (2015). Tari Saman pada Masyarakat Aceh; Identitas dan Aktualisasi.
Medan: Universitas Negeri Medan.
Lum, Thomas, at all. 2008. China’s Soft Power in Southeast Asia, CRS Report for Congress.
Malikusshaleh. (2013). Tari Saman dalam Pembangunan Pariwisata di Kabupaten Gayo Lues,
Universitas Sumatera Utara.
Manuaba, Putera. Budaya Daerah dan Jati Diri Bangsa : Pemberdayaan Cerita Rakyat dalam
Memasuki Otonomi Daerah dan Globalisasi, Masyarakat, Kebudayaan dan Politik, Th
XII, No 4, Oktober 1999
Putriani, el al. 2012. Pertunjukan Saman Di Blangkejeren Aceh: Analisis Makna Gerak Tari Dan
Teks, Fungsi Sosio Budaya, Serta Struktur Musik, Universitas Sumatera Utara
Putriani. 2012. Universitas Sumatera Utara. Pertunjukan Saman Di Blangkejeren Aceh: Analisis
Makna Gerak Tari Dan Teks, Fungsi Sosio Budaya, Serta Struktur Musik.
Saiman. (2016). Tantangan Pelestarian Budaya Nasional di Era Globalisasi diakses via
http://ejournal.umm.ac.id/index.php/bestari/article/view/105/109 pada tanggal 16/09/2016
pukul 16.37 WIB
Samsuri. 2011. Identitas Nasional Indonesia di Tengah Pergaulan Internasional, Yogyakarta:
UNY.
Wandasari. 2015. Aktualisasi Budaya Daerah Sebagai Kearifan Lokal Untuk Memantapkan
Jatidiri Bangsa. Makalah disampaikan pada Konferensi Internasional Budaya Daerah di
Universitas Veteran Bangun Nusantara Sukoharjo.
Website
BBC Indonesia. Unesco Tetapkan Tari Saman sebagai Budaya Dunia dalam
http://www.bbc.co.uk/indonesia/berita_indonesia/2011/11/111124_samanunesco.shtml
diakses pada (10/02/2014, 09.47 WIB)

21

Berinvestasi dalam Keanekaragaman Budaya dan Dialog Antar Budaya dalam
https://www.google.com/#q=http%3A%2F%2Fwww.unesco.org%2Fnew%2Ffileadmin
%2FMULTIMEDIA%2FHQ%2FCLT%2Fpdf%2Findonesie.pdf) diakses pada (10/02/2014,
09.32 WIB)
Bersama Saman Menjadi Indonesia dalam http://samansummit.lpsn.name/news/bersama-samanmenjadi-indonesia diakses pada (26/02/2014, 08.56 WIB)
Convention for the Safeguarding of the Intangible Cultural Heritage 2003 dalam
http://unesdoc.unesco.org/images/0013/001325/132540e.pdf diakses pada (09/02/2014,
08.46 WIB)
Goenawan Mohammad pada keynote speech Saman Summit 2012 dalam
http://samansummit.lpsn.name/news/-makalah-tentang-komunitas-dan-identitas diakses
pada (10/02/2014, 20.38 WIB)
Kompas.com. Tari Saman Resmi Diakui UNESCO dalam
http://oase.kompas.com/read/2011/11/24/20173320/Tari.Saman.Resmi.Diakui.UNESCO
diakses pada (20/02/2014, 05.17 WIB)
Menko Kesra Bersyukur Tari Saman Diakui UNESCO dalam
http://www.republika.co.id/berita/senggang/seni-budaya/11/11/24/lv5gnk-menko-kesrabersyukur-tari-saman-diakui-unesco diakses pada (26/02/2014, 09.09 WIB)
Muhammad Ramdan, Dadan. Keunikan Tari Seribu Tangan dalam
http://www.wisatamelayu.com/id//294-Saman-Keunikan-si-Tari-Tangan-Seribu diakses
pada (02/12/2013, 18.34 WIB)
Op. Cit melalui Bersama Saman Menjadi Indonesia dalam
http://samansummit.lpsn.name/news/bersama-saman-menjadi-indonesia diakses pada
(11/02/2014, 09.45 WIB)
Operational Guidelines for the Implementation of the World Heritage Convention dalam
http://sosbud.kompasiana.com/2012/06/19/warisan-dunia-asal-indonesia-471676.html
diakses pada (09/02/2014, 08.25 WIB)
Pelestarian Budaya Tak Benda dalam http://www.koreana.or.kr/months/news_view.asp?
b_idx=2652&lang=in&page_type=list diakses pada (09/02/2014, 08.02 WIB)
Saman Summit : Bentuk Pelestarian Warisan Budaya Tak Benda dalam
http://regional.kompasiana.com/2013/09/27/saman-summit-2012-bentuk-pelestarianwarisan-budaya-tak-benda-595650.html diakses pada (10/02/2014, 19.09 WIB)

22

Saman Summit 2012 dalam http://proximaconvex.com/home/?portfoliocpt=saman-summit-2012
diakses pada (26/02/2014, 08.58 WIB)
Saman Summit dihelat di Taman Fatahillah dalam http://kultur-majalah.com/index.php/tari/379saman-summit-2012-dihelat-di-taman-fatahillah diakses pada (10/02/2014, 16.53 WIB)
Selection Criteria of UNESCO dalam http://whc.unesco.org/en/criteria/ diakses pada
(09/02/2014, 21.26 WIB)
Substance Programming Report CAP Thematic Outline: Protecting, conserving and safeguarding
cultural heritage (395) dalam http://sister36c5.unesco.org/Report.aspx?
activity=395&report=1&mnret=1 diakses pada (10/02/2014, 08.54 WIB)
Tari Saman Gayo dan Tari Saman Baru Dijembatani dalam
http://nationalgeographic.co.id/berita/2012/12/tari-saman-gayo-dan-saman-barudijembatani diakses pada (11/02/2014, 17.06)
Tari Saman Mengalami Dilema Meski Sudah Mendunia dalam http://m.jpnn.com/news.php?
id=150595 diakses pada (10/02/2014, 20.01 WIB)
Tari Saman Resmi Diakui UNESCO dalam http://www.thecrowdvoice.com/post/tari-samanresmi-diakui-unesco-992670.html diakses pada (10/02/2014, 10.54 WIB)
UNESCO tetapkan Tari Saman sebagai Budaya Dunia dalam
http://news.detik.com/read/2011/11/24/191151/1775119/10/unesco-tetapkan-tari-samansebagai-warisan-budaya-dunia diakses pada (10/02/2014, 10.41 WIB)
UNESCO. Convention: Saman Dance (Indonesia) Urgent Safeguarding List-2011 p; 25 dalam
http://www.unesco.org/culture/ich/index.php?lg=en&pg=407 diakses pada (10/02/2014,
10.02 WIB)

Dokumen yang terkait

Analisis komparatif rasio finansial ditinjau dari aturan depkop dengan standar akuntansi Indonesia pada laporan keuanagn tahun 1999 pusat koperasi pegawai

15 355 84

ANALISIS SISTEM PENGENDALIAN INTERN DALAM PROSES PEMBERIAN KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) (StudiKasusPada PT. Bank Rakyat Indonesia Unit Oro-Oro Dowo Malang)

160 705 25

Representasi Nasionalisme Melalui Karya Fotografi (Analisis Semiotik pada Buku "Ketika Indonesia Dipertanyakan")

53 338 50

DAMPAK INVESTASI ASET TEKNOLOGI INFORMASI TERHADAP INOVASI DENGAN LINGKUNGAN INDUSTRI SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI (Studi Empiris pada perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2006-2012)

12 142 22

Hubungan antara Kondisi Psikologis dengan Hasil Belajar Bahasa Indonesia Kelas IX Kelompok Belajar Paket B Rukun Sentosa Kabupaten Lamongan Tahun Pelajaran 2012-2013

12 269 5

Analisis pengaruh modal inti, dana pihak ketiga (DPK), suku bunga SBI, nilai tukar rupiah (KURS) dan infalnsi terhadap pembiayaan yang disalurkan : studi kasus Bank Muamalat Indonesia

5 112 147

Dinamika Perjuangan Pelajar Islam Indonesia di Era Orde Baru

6 75 103

Perspektif hukum Islam terhadap konsep kewarganegaraan Indonesia dalam UU No.12 tahun 2006

13 113 111

Pengaruh Kerjasama Pertanahan dan keamanan Amerika Serikat-Indonesia Melalui Indonesia-U.S. Security Dialogue (IUSSD) Terhadap Peningkatan Kapabilitas Tentara Nasional Indonesia (TNI)

2 68 157

Sistem Informasi Pendaftaran Mahasiswa Baru Program Beasiswa Unggulan Berbasis Web Pada Universitas Komputer Indonesia

7 101 1