Skripsi Pengaruh waktu Luang terhadap Ha

Hubungan Pemanfaatan Waktu Luang dan Pergaulan Teman
Sebaya dengan Hasil Belajar Siswa Kelas V SDN
Gugus Nyai Ageng Serang Kecamatan Tugu Kota Semarang

Proposal Penelitian
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Skripsi
Dosen Pembimbing I :
Fitria Dwi Prasetyaningtyas, S.Pd., M.Pd.
Dosen Pembimbing II :
Farid Ahmadi,S.Kom., M.Kom.,P.Hd.
Oleh
Nama : Dias Okwirayanto N
NIM : 1401412467

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2016
1


Halaman Pengesahan
Proposal penelitian berjudul “Hubungan Pemanfaatan Waktu Luang
dan Pergaulan Teman Sebaya dengan Hasil Belajar Siswa Kelas V
SDN Gugus Nyai Ageng Serang Kecamatan Tugu Kota Semarang”
telah diseminarkan pada :
Hari

:

Tanggal

:

Semarang, Maret 2016
Disetujui oleh:
Dosen Pembimbing I

Dosen Pembimbing II

Fitria Dwi Prasetyaningtyas, S.Pd., M.Pd.


Farid Ahmadi, M.Kom.,P.Hd.

NIP.198506062009122007

NIP.197701262008121003
Mengetahui
Ketua Jurusan PGSD

Drs Isa Ansori, M.Pd
NIP. 196008201987031003
2

1.

JUDUL PENELITIAN
Hubungan Pemanfaatan Waktu Luang dan Pergaulan Teman Sebaya dengan
Hasil Belajar Siswa Kelas V SDN Gugus Nyai Ageng Serang Kecamatan
Tugu Kota Semarang


2.

BIDANG KAJIAN
Manajemen Waktu/Psikologi Perkembangan

3.

PENDAHULUAN

3.1 Latar Belakang
Berdasarkan UU RI No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional pasal 4 ayat 4 disebutkan bahwa “Pendidikan diselenggarakan
dengan memberi keteladanan, membangun kemauan, dan mengembangkan
kreativitas peserta didik dalam proses pembelajaran”. Hal tersebut diperkuat
pada pasal 12 ayat 1a yang menyebutkan bahwa setiap peserta didik pada
setiap satuan pendidikan berhak mendapatkan pelayanan pendidikan sesuai
bakat, minat, dan kemampuannya. Kegiatan pendidikan yang ingin
dilaksanakan kepada peserta didik dituangkan melalui sebuah kurikulum yang
berisi tujuan, isi dan bahan pengajaran. Salah satu kurikulum yang berlaku di
Indonesia yaitu KTSP ( Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan). Berdasarkan

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No 22 tahun 2006,Struktur kurikulum
SD/MI meliputi substansi pembelajaran yang ditempuh dalam satu jenjang
pendidikan selama enam tahun mulai Kelas I sampai dengan Kelas VI.
Struktur kurikulum SD/MI terdiri dari komponen mata pelajaran: Pendidikan
Agama, Pendidikan Kewarganegaraan, Bahasa Indonesia, Ilmu Pengetahuan
Alam, Ilmu Pengetahuan Sosial, Seni Budaya dan Keterampilan, Pendidikan
Jasmani, Olahraga dan Kesenian, muatan Lokal dan Pengembangan Diri.
Muatan lokal merupakan kegiatan kurikuler untuk mengembangkan
kompetensi yang disesuaikan dengan ciri khas dan potensi daerah, termasuk
keunggulan daerah, yang materinya tidak dapat dikelompokkan ke dalam
mata pelajaran yang ada. Substansi muatan lokal ditentukan oleh satuan
3

pendidikan. Pengembangan diri bukan merupakan mata pelajaran yang harus
diasuh oleh guru. Pengembangan diri bertujuan memberikan kesempatan
kepada peserta didik untuk mengembangkan dan mengekspresikan diri sesuai
dengan kebutuhan, bakat, dan minat setiap peserta didik sesuai dengan
kondisi sekolah. Kegiatan pengembangan diri difasilitasi dan atau dibimbing
oleh konselor, guru, atau tenaga kependidikan yang dapat dilakukan dalam
bentuk kegiatan ekstrakurikuler. Kegiatan pengembangan diri dilakukan

melalui kegiatan pelayanan konseling yang berkenaan dengan masalah diri
pribadi dan kehidupan sosial, belajar, dan pengembangan karir peserta didik.
(Permendikbud No.22 Th.2006).
Dalam mencapai hasil belajar yang maksimal dan melstih peserta
didik yang mampu mengembangkan diri sesuai bakat, minat, dan
kemampuan, peserta didik harus memperhatikan kegiatan yang terkait
pembelajarannya ataupun kegiatan di luar pembelajaran seperti kegiatan
diwaktu luang dan kegiatan peserta didik dengan teman sebayanya .
Pemanfaatkan waktu luang dengan kegiatan-kegiatan yang positif dan
menjaga pergaulan dengan teman sebaya dari pengaruh yang negatif
diharapkan menjadi salah satu cara peserta didik untuk mencapai hasil belajar
yang lebih baik. Dalam Permen PPPA No 12 tahun 2011 mengenai Indikator
KLA pasal 7 disebutkan bahwa salah satu klaster hak anak adalah pendidikan,
pemanfaatan waktu luang, dan kegiatan budaya. Yang dimaksud dengan
pemanfaatan waktu luang tersebut yaitu memastikan anak memiliki waktu
untuk beristirahat dan dapat memanfaatkan waktu senggangnya untuk
melakukan berbagai kegiatan seni, budaya, olahraga dan aktivitas lainnya.
Contoh: penyediaan fasilitas bermain, rekreasi dan mengembangkan
kreatifitas anak. (Lampiran Permen PPPA No 12 tahun 2011 tentang Indikator
KLA).

Berdasarkan penelitian di Amerika Serikat, anak berumur 6-8 tahun
mempunyai waktu luang rata- rata 5,5 jam per hari kerja , dan di akhir
4

minggu mencapai 10,7 jam. Sedangkan untuk anak berumur 9-12 tahun
mempunyai waktu luang rata-rata 5,8 jam per hari kerja , dan di akhir minggu
mencapai 11 jam. Perhatikan tabel banyak anak yang mengisi aktivitas waktu
luangnya dan variasi aktivitasnya dalam jam perminggu berdasarkan time
diary data dari the 1997 Child Development Supplement (CDS) of the Panel
Study of Income Dynamics (PSID) dalam Sandra L. Hofferth and Sally C.
Curtin’s paper (2003) ,sebagai berikut :
Aktivitas di Waktu luang
Menonton Televisi
Bermain
Mengerjakan PR
Hobi/ Kesenian
Menggunakan Komputer
Kegiatan di Luar Ruangan
(termasuk bermain)


Anak Berumur 6 - Anak Berumur 9 8 tahun
96%
9 dari 10 anak
8 dari 10 anak
2%
13%

12 tahun
94%
8 dari 10 anak
8 dari 10 anak
4%
22%

14%

17%

Berikut tabel variasi aktivitas diwaktu luang dalam rata rata jam per
minggu :

Aktivitas

di

Waktu Anak Berumur 6 - 8 Anak Berumur 9 -

luang
Menonton Televisi
Bermain
Belajar
Olahraga
Hobi,
Kesenian,
Menggunakan

tahun
13 jam per minggu
12 jam per minggu
< 2 jam per minggu
5 jam per minggu

, 1 jam per minggu

12 tahun
13 jam per minggu
< 12 jam per minggu
> 2 jam per minggu
> 5 jam per minggu
, 1 jam per minggu

Komputer,

Kegiatan di Luar Ruangan
Beribadah + Membaca
1 jam per hari
Ngobrol,
Berkunjung, 8 jam per minggu

1 jam per hari
8 jam per minggu


Bermalas-malasan
Menurut Havziu dan Rasimi (2015) bahwa untuk meningkatkan dan
memperkaya waktu luang oleh para anak muda dapat dilakukan dengan
kegiatan yang terorganisir dan terstruktur, agar mencegah dan menghindari
5

perilaku yang tak dikehendaki, untuk itu diberikan waktu luang sebagai waktu
yang tersedia untuk anak muda dengan menghilangkan kewajiban pada
dirinya sendiri (sekolah, keluarga dan sosial). Dengan pertimbangan bahwa
bagian dari hidup sehari-hari mereka harus diisi dengan aktivitas terorganisir,
aktivitas tersebut disediakan sebagai kesempatan untuk mengatasi kepasifan
dari anak muda dan juga dapat mempengaruhi pembentukan kebudayaan dari
waktu

luang.

Chotim

(2011)


menyatakan

bahwa

penggunaan

dan

pemanfaatan waktu luang untuk kegiatan - kegiatan yang positif , terutama
untuk kegiatan belajar dipengaruhi oleh dua faktor,yaitu faktor dari dalam diri
individu dan dari luar individu (lingkungan). Hal ini berarti kerja sama antara
keduanya, betul-betul sangat diperlukan dan sama – sama pentingnya. Jika
keduanya dapat bekerja sama dengan baik, maka dapat dipastikan individu
tersebut dapat tumbuh berkembang dengan baik, efektif dan efisien. Faktor
dari luar individu yaitu lingkungan siswa, dapat mempengaruhi pola perilaku
siswa dalam pergaulan sehari-hari, pergaulan dengan teman sebaya misalnya.
Menurut Ahmadi dan Uhbiyati (2003:27), hubungan murid dengan murid ada
kalanya lebih rendah atau lebih tinggi kedewasaan. Dalam hal ini bisa
terjadinya adanya pergaulan sehari-hari yang berpengaruh negatif maupun
pengaruh

positif.

Pergaulan

yang

berpengaruh

positif

inilah

yang

mengandung adanya gejala-gejala pendidikan. Menurut Gera dan Kaur (2014)
menyebutkan bahwa pengaruh yang baik dalam kaitannya dengan pergaulan
dengan teman sebaya akan menjadi faktor penting untuk penggunaan internet
yang bertanggung jawab bagi remaja. Semua masalah yang berkaitan dengan
penggunaan internet oleh remaja seperti ketagihan internet, melihat konten
negatif secara online dsb. dapat diselesaikan kalau kita menganalisa pergaulan
teman sebaya pada remaja dan memberikan bimbingan yang sesuai bagi
mereka dalam penggunaan internet yang sehat. Sedangkan menurut Okky
Wicaksono (2014) Pergaulan, khususnya pergaulan dengan teman sebaya
merupakan salah satu faktor penentu prestasi belajar siswa yang berasal dari
6

luar. Pergaulan haruslah berkualitas agar mampu menjadikan prestasi belajar
optimal. Kualitas tersebut dapat ditilik dari pihak yang terlibat saat bergaul
dengan siswa, kegiatan yang dilakukan, serta intensitasnya.
Dari pengamatan peneliti di 5 SDN

yang berada di Gugus Nyai

Ageng Serang yaitu SDN Mangkangkulon 1, SDN Mangkangkulon 2, SDN
Mangkangweran 01 dan SDN Mangkangwetan 02 dan SDN Mangunharjo
terutama pada kelas V, jarang sekali siswa yang berkunjung ke perpustakaan
saat jam istirahat tiba ataupun membaca materi untuk pelajaran selanjutnya.
Siswa jajan di kantin, duduk-duduk di depan kelas dan bermain di lapangan.
Setelah peneliti melakukan wawancara pada beberapa siswa, mengenai
kegiatan waktu luang , ada yang menonton televisi dan bermain, ada juga
siswa yang menyempatkan diri mengulang materi pelajaran yang telsh
diajarkan.Oleh karena itu, siswa seharusnya dapat menggunakan waktu
luangnya saat jam istirahat dengan hal yang bermanfaat, bahkan setelah siswa
jajan di kantin , bisa berkunjung keperpustakaan ataupun membaca buku di
kelas. Hal itu disebabkan oleh ajakan dan pengaruh teman sekelompoknya
atau sejawatnya, saat berada disekolah siswa selalu melakukan hal-hal yang
negatif bersama –sama, karena satu siswa yang melakukan teman-teman yang
lain juga mengikuti dan menirukan, saat diluar sekolah, siswa yang
menpunyai handphone / smartphone menjadi pusat pergaulan dan interaksi
siswa .Kegiatan yang dilakukan hanya untuk internet dan bermain game
online, dikhawatirkan dapat menganggu waktu belajar anak. Hal tersebut
dapat dilihat dari nilai UAS Semester 1 kelas V dari 5 Sekolah Dasar Negeri
di Gugus Nyai Ageng Serang Kecamatan Tugu (118 siswa) , dengan pedoman
skala 5 dengan kualifikasi sangat memuaskan, memuaskan,cukup, kurang,
dan sangat kurang serta batas ketuntasan minimal yang disepakati adalah 60
% (Poerwanti,2008:6-18). Dilihat dari rata-rata nilai dari mata pelajaran Pkn,
Bahasa Indonesia, Matematika IPA, IPS, SBK,Bahasa Jawa, sebagai berikut :
Tingkat Penguasaan
(%)

Jumlah Siswa
7

Kualifikas Hasil Belajar
(≤60)

80 ke atas
70-79
60-69
50-59
49 ke bawah
Masih banyaknya

10 Siswa
Sangat Memuaskan
54 Siswa
Memuaskan
43 Siswa
Cukup
11 Siswa
Kurang
Sangat Kurang
siswa kelas V yang tingkat penguasaannya belum

memuaskan pada mata pelajaran Pkn, Bahasa Indonesia, Matematika IPA,
IPS, SBK, Bahasa Jawa bisa disebabkan beberapa faktor pembelajaran seperti
cakupan materi yang luas untuk dipelajari, Siswa belum memahami materi
yang disampaikan oleh guru ,penggunaan media belajar yang belum
maksimal. Selain itu, faktor di luar pembelajaran seperti pengaruh teman
sejawat dalam pergaulan sehari-hari , aktivitas di luar jam pelajaran sekolah
yang tidak digunakan untuk kegiatan positif

karena bermain di

lingkungannya ataupun di warnet untuk bermain game online. Saat anak
memiliki waktu luang, aktivitas yang dapat menambah pengetahuan ataupun
mengembangkan potensi seharusnya dapat digunakan siswa, selain untuk
istirahat ataupun rekreasi.
Untuk itulah kita perlu mengetahui tingkat pemanfaatan waktu luang
siswa dan tingkat pergaulan siswa dengan teman sebaya

serta mencari

hubungannya dengan hasil belajar siswa, sehingga kita dapat memprediksikan
seberapa jauh perubahan nilai variabel , bila nilai pemanfaatan waktu luang
dan pergaulan teman sebaya dimanipulasi atau dinaik-turunkan dan dapat
membuat keputusan apakah naik dan menurunnya hasil belajar dapat
dilakukan melalui peningkatan pemanfaatan waktu luang dan pergaulan
teman sebaya atau tidak. Waktu luang itu menyediakan satu kesempatan
pembelajaran yang lebih kaya dan lebih menjanjikan dibandingkan pendapat
siswa untuk menghabiskan lebih waktunya melakukan apa yang mereka
lakukan di sekolah, “ bagaimana ” (pedagogis) pembelajaran dalam waktu
luang mempunyai perbedaan pengaruh yang nyata.. “ apa ” dalam
pembelajaran dengan menyesuaikan konten pembelajaran yang dilakukan
diluar jam sekolah juga memiliki pengaruh yang berbeda. The Convention on
8

the Rights of the Child and The Dakar Youth Empowerment Strategy juga
mengakui , waktu luang merupakan ruang yang kritis dimana orang-orang
muda mengekspresikan diri mereka sendiri dengan kreatif, mengambil bagian
dalam seni dan aktivitas budaya, dan mengembangkan kepribadiannya.
Budaya, kreatifitas, dan identitas merupakan pusat , gambaran corak dari
konten pembelajaran selama waktu luang.( Irby dan Talman 2003:222 dalam
World YOUTH Report 2003).Pergaulan sehari-hari yang dilakukan sesorang
dengan orang lain ada kalanya setaraf usianya, ilmu pengetahuannya,
pengalamannya, dan sebagainya, dan ada kalanya kawan sepergaulan lebih
rendah atau lebih tinggi dibidang tertentu. (Ahmadi dan Uhbiyati,2003:13).
Pergaulan sehari-hari anak dengan anak dalam masyarakat juga ada yang
setaraf dan ada yang lebih dewasa dibidang tertentu. Teguran anak yang lebih
dewasa terhadap anak yang nakal, yang jorok , yang melakukan perbuatan
berbahaya dan sebagainya. Sesama kawan berkumpul bercerita, bermain
dengan displin, tukar menukar pengalaman, mengasah otak dengan
cangkriman dsb, yang kesemua itu mengandung gejala pendidikan. (Ahmadi
dan Uhbiyati,2003:28). Berawal dari latar belakang diatas peneliti akan
melakukan penelitian korelasional. Peneliti mengambil judul penelitian
“Hubungan Pemanfaatan Waktu Luang dan Pergaulan Teman Sebaya
dengan Hasil Belajar Siswa Kelas V SDN Gugus Nyai Ageng Serang
Kecamatan TuguKota Semarang”.
3.2 Perumusan Masalah
Dari permasalahan diatas, peneliti merumuskan dua permasalahan
sebagai berikut :
a.

Bagaimana tingkat pemanfaatan waktu luang siswa kelas V SDN Gugus
Nyai Ageng Serang Kecamatan Tugu Kota Semarang ?

b.

Bagaimana tingkat pergaulan teman sebaya siswa kelas V SDN Gugus
Nyai Ageng Serang Kecamatan Tugu Kota Semarang ?

9

c.

Adakah hubungan yang signifikan antara pemanfaatan waktu luang
dengan hasil belajar siswa kelas V SDN Gugus Nyai Ageng Serang
Kecamatan Tugu Kota Semarang ?

d.

Adakah hubungan yang signifikan antara pergaulan teman sebaya dengan
hasil belajar siswa kelas V SDN Gugus Nyai Ageng Serang Kecamatan
Tugu Kota Semarang ?

e.

Adakah hubungan yang signifikan antara pemanfaatan waktu luang
dengan pergaulan teman sebaya siswa kelas V SDN Gugus Nyai Ageng
Serang Kecamatan Tugu Kota Semarang ?

f.

Adakah hubungan yang signifikan antara pemanfaatan waktu luang dan
pergaulan teman sebaya secara bersama-sama dengan hasil belajar siswa
kelas V SDN Gugus Nyai Ageng Serang Kecamatan Tugu Kota
Semarang ?

3.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah diatas , tujuan dari penelitian ini
sebagai berikut :
a.

Untuk mengetahui tingkat pemanfaatan waktu luang siswa kelas V SDN
Gugus Nyai Ageng Serang Kecamatan Tugu Kota Semarang.

b.

Untuk mengetahui tingkat pergaulan teman sebaya siswa kelas V SDN
Gugus Nyai Ageng Serang Kecamatan Tugu Kota Semarang

c.

Untuk mengetahui adakah hubungan yang signifikan antara pemanfaatan
waktu luang dengan hasil belajar siswa kelas V SDN Gugus Nyai Ageng
Serang Kecamatan Tugu Kota Semarang.

d.

Untuk mengetahui adakah hubungan yang signifikan antara pergaulan
teman sebaya dengan hasil belajar siswa kelas V SDN Gugus Nyai Ageng
Serang Kecamatan Tugu Kota Semarang

e.

Untuk mengetahui adakah hubungan yang signifikan antara pemanfaatan
waktu luang dengan pergaulan teman sebaya siswa kelas V SDN Gugus
Nyai Ageng Serang Kecamatan Tugu Kota Semarang.
10

f.

Untuk mengetahui adakah hubungan yang signifikan antara pemanfaatan
waktu luang dan pergaulan teman sebaya secara bersama-sama dengan
hasil belajar siswa kelas V SDN Gugus Nyai Ageng Serang Kecamatan
Tugu Kota Semarang.

3.4 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi berbagai pihak, baik
secara teoritis dan praktis :
a.

Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk menambah

wawasan bagi khalayak umum tentang hubungan pemanfaatan waktu luang
dengan hasil belajar di sekolah dasar. Dengan mengetahui hasil hubungan
pemanfaatan waktu luang dan pergaulan teman sebaya tersebut diharapkan
dapat mengembangkan potensi, bakat, dan minat

dalam rangka

meningkatkan kualitas belajar siswa serta sebagai bahan masukan bagi
penelitian-penelitian selanjutnya terutama pada aktivitas siswa diwaktu luang.
b.

Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini secara praktis diharapkan dapat memberikan

manfaat, yaitu :
1.

Bagi Peneliti
Untuk memperoleh deskripsi tentang tingkat pemanfaatan waktu

luang siswa dan pergaulan teman sebaya serta mengetahui ada atau tidaknya
hubungan antara pemanfaatan waktu luang dan pergaulan teman sebaya
dengan hasil belajar IPS siswa.
2.

Bagi Guru dan Orang tua
Sebagai bahan referensi guru dan orang tua untuk memotivasi dan

memberikan pengarahan kepada anak didik untuk memanfaatkan waktu luang
dan selalu mengontrol dan mengawasi anak didik dalam pergaulan sehariharinya ,sehingga anak bisa mengisi waktunya dengan kegiatan yang positif

11

yang dapat mengembangkan potensi diri dan meningkatkan pengetahuan serta
kreativitas anak didik.
3.

Bagi Lembaga
Sebagai informasi dan masukan bagi sekolah untuk menyediakan

wadah-wadah kegiatan untuk menyalurkan pemikiran dan ketrampilan anak ,
sehingga anak dapat menghasilkan sesuatu yang produktif dan inovatif di luar
jam pelajarannya.
4.

Bagi Peneliti lain
Diharapkan dapat menjadi bahan referensi penelitian yang terkait dan

memberikan sumbangan penelitian dalam dunia pendidikan.
4. KAJIAN PUSTAKA
4.1 Kajian Teori
4.1.1

Waktu Luang

4.1.1.1 Pengertian Waktu Luang
Waktu luang terdiri dari kata waktu dan luang. Menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia , waktu merupakan seluruh rangkaian saat ketika proses,
perbuatan, atau keadaan berada atau berlangsung: lamanya (saat yang tertentu):
saat yang tertentu untuk melakukan sesuatu: kesempatan; tempo; peluang: ketika,
saat: hari (keadaan hari): saat yang ditentukan berdasarkan pembagian bola dunia.
Sedangkan luang yaitu ;lowong (tidak dihuni, ditempati, dan sebagainya);
kosong: senggang; tidak sibuk. Sehingga waktu luang merupakan seluruh
rangkaian proses, perbuatan, saat dalam keadaan yang senggang atau tidak sibuk.
Waktu luang sering dipandang sebagai bebas memilih untuk melakukan
kegiatansetelah

tanggung

jawabnya

menyenangkan,

memuaskan,

dan

diselesaikan.

santai

yang

Kegiatan

dilakukan

tersebut

selama

tidak

dimaksudkan untuk pekerjaan lain (McGuire, F., Boyd, R., and Raymond, T.,
1996 dalam Petry 2006).
Waktu luang terdiri dari sejumlah pekerjaan di mana individu dapat
menikmati kehendak sendiri - baik untuk beristirahat, untuk menghibur dirinya
12

sendiri, untuk menambah pengetahuan atau meningkatkan keterampilan
pribadinya atau untuk meningkatkan partisipasi sukarela dalam kehidupan
masyarakat setelah melaksanakan pekerjaan, keluarga dan tugas sosialnya.
Dumazedier (1960) dalam veal (2004)
Waktu

luang dianggap sebagai kesempatan untuk relaksasi dan

kesenangan, tetapi sering orang menghabiskan waktu luang mereka di layanan
khusus, belajar, pengembangan pribadi atau latihan fisik. Apapun waktu luang itu,
yang penting untuk kualitas hidup masyarakat. (Taylor 2005;16)
Taylor (2005,16-19) mendefinisikan waktu luang sebagai berikut :
a.

Waktu luang sebagai waktu (leisure as time)
Pendekatan

ini mengartikan waktu luang sebagai sisa waktu, setelah

mengambil semua dari total waktu yang tidak dianggap sebagai waktu luang
yaitu pekerjaan yang dibayar dan kegiatan wajib seperti tidur dan kebersihan diri.
Namun, beberapa penggunaan waktu yang sulit untuk mengkategorikannya
dengan pendekatan ini.. Makan, misalnya, bisa dilihat sebagai aktivitas yang
diharuskan, tetapi juga aktivitas waktu luang saat pertemuan sosial dengan
keluarga atau teman-teman. Dalam waktu luang memiliki satu pilihan atas cara
menghabiskannya yaitu ‘discreationary time‘ dan ‘free time’ telah digunakan
untuk menggambarkan pilihan tersebut. Namun, waktu tersebut tidak selalu
dilihat sebagai waktu luang. Orang-orang yang dibuat untuk pensiun dini atau
dibuat berlebihan dapat menemukan diri mereka merasa terasing, terpencil dan
dirampok tujuan hidupnya. Situasi seperti membuat sebuah kesalahan untuk
mempertimbangkan 'waktu luang' hanya sebagai waktu bebas dari pekerjaan atau
kewajiban.
b.

Waktu luang sebagai aktivitas (leisure as activity)
Pemahaman klasik lain dari waktu luang adalah waktu luang terdiri dari

suatu kegiatan atau 'cluster kegiatan '. Menurut Dumazedier (1967) dalam Taylor
(2005,16-19) ”Waktu luang sebagai kegiatan - terlepas dari kewajiban bekerja,
keluarga dan bermasyarakat-yang mana individu sesuka hati, untuk relaksasi,
13

pengalihan, atau memperluas kemampuan pribadinya dan kespontanan partisipasi
sosialnya, latihan bebas dalam kapasitasnya untuk berkreatif.
c.

Waktu luang sebagai suatu keadaan (leisure as a state of being).
Dalam masyarakat Yunani kuno - setidaknya dalam pendidikan, dalam

strata teratas - 'harta dari pikiran ' adalah buah dari waktu luang yang berisi
sukacita dan kegembiraan hidup. Oleh karena itu, Aristoteles dalam Taylor
(2005,16-19) berpikir bahwa waktu luang sebagai suatu keadaan, bebas dari
keharusan

bekerja,

dan

ditandai

dengan

kegiatan

untuk

kepentingan

sendiri .'Manusia ideal' akan berusaha sempurna dalam bidang seni, musik,
olahraga, sekolah dan di dinas militer. Waktu luang yang ideal ini dibuat untuk
masyarakat yang maju dan pemerintahan yang baik. Neulinger (1974) dalam
Taylor (2005,16-19), juga berpendapat sama, menyatakan: Waktu luang adalah
suatu keadaan pikiran; maksudnya cara menjadi damai dengan dirinya sendiri dan
apa yang ingin dilakukan {. . .} Waktu luang memiliki satu dan hanya satu kriteria
penting, dan itu adalah kondisi dari kebebasan yang dirasakan. Apa saja kegiatan
yang dilakukan secara bebas tanpa kendala atau paksaan, dapat dianggap sebagai
waktu luang.. Kraus (2001) dalam Taylor (2005,16-19) juga mengidentifikasi
dalam dimensi 'spiritual' bahwa waktu luang berarti kebebasan dan pilihan serta
lazim digunakan dalam berbagai cara, tapi terutama untuk memenuhi kebutuhan .
Meskipun itu biasanya melibatkan beberapa bentuk partisipasi dalam aktivitas
yang dipilih secara sukarela

mungkin dianggap sebagai suatu keadaan yang

holistik atau bahkan pengalaman spiritual.
Soetarlinah Sukadji (Triatmoko, 2007) melihat arti istilah waktu luang
dari 3 dimensi. Dilihat dari dimensi waktu, waktu luang dilihat sebagai waktu
yang tidak digunakan untuk “bekerja”; mencari nafkah, melaksanakan kewajiban,
dan mempertahankan hidup. Dari segi cara pengisian,waktu luang adalah waktu
yang dapat diisi dengan kegiatan pilihan sendiri atau waktu yang digunakan dan
dimanfaatkan sesuka hati. Dari sisi fungsi, waktu luang adalah waktu yang
dimanfaatkan sebagai sarana mengembangkan potensi, meningkatkan mutu
14

pribadi, kegiatan terapeutik bagi yang mengalami gangguan emosi, sebagai
selingan dan hiburan, sarana rekreasi, sebagai kompensasi pekerjaan yang kurang
menyenangkan, atau sebagai kegiatan menghindari sesuatu.
Dengan banyaknya definisi waktu luang, dapat disimpulkan bahwa waktu
luang adalah dan waktu yang berada diluar kegiatan rutin sehari-hari dan waktu
yang dapat bebas digunakan sehingga bisa dimanfaatkan secara positif guna
meningkatkan produktifitas hidup yang efektif dan pengisian waktu luang dapat
diisi dengan berbagai macam kegiatan yang mana seseorang akan mengikuti
keinginannya sendiri baik untuk beristirahat, menghibur diri sendiri, menambah
pengetahuan atau mengembangkan keterampilannya secara objektif. Mengisi
waktu luang bagi remaja terutama siswa yaitu waktu yang terdapat pada siswa
diluar jam pelajaran sekolah dan dapat diisi dengan kegiatan relaksasi atau
istirahat, kegiatan hiburan atau rekreasi, dan kegiatan pengembangan diri sesuai
dengan pilihan sendiri.
4.1.1.2 Manfaat Mengisi Waktu Luang
Manfaat mengisi waktu luang yaitu menurut Soetarlinah Sukadji
(Triatmoko, 2007) yaitu:
a.

Bisa meningkatkan kesejahteraan jasmani.

b.

Meningkatkan kesegaran mental dan emosional.

c.

Membuat kita mengenali kemampuan diri sendiri.

d.

Mendukung konsep diri serta harga diri.

e.

Sarana belajar dan pengembangan kemampuan.

f.

Pelampiasan ekspresi dan keseimbangan jasmani, mental, intelektual,
spiritual, maupun estetika.

g.

Melakukan penghayatan terhadap apa yang anda sukai tanpa tidak
mempedulikan segi materi.
Selain itu mengisi waktu luang juga berfungsi sebagai pemenuh kebutuhan

sosial, seperti :
a.

Meningkatkan daya kerja sehingga memacu prestasi dan produktivitas.
15

b.

Menambah konsumsi sehingga meningkatkan lapangan kerja.

c.

Mengurangi kriminalitas dan kenakalan.

d.

Meningkatkan kehidupan bermasyarakat.
Sedangkan (Pretty,2006 :6), Banyak manfaat waktu luang. Manfaat utama

meliputi :
a.

Meningkatkan kesehatan

b.

Meningkatkan hubungan sosial

c.

Meningkatkan kebugaran fisik

d.

Meningkatkan kesehatan mental

e.

Meningkatkan kepuasan hidup dan kenikmatan ( dan )

f.

Sebagai pengembangan diri
Manfaat waktu luang memiliki dampak ekonomis , fisiologis , lingkungan

, psikologis , dan sosial ,berikut pemaparannya berdasarkan The Academy of
Leisure Sciences dalam (www.fritidsvetarna.com/1_Kultur_och_fritid) yaitu ;
a.

Manfaat ekonomi
Manfaat ekonomi yang luar biasa dari investasi di waktu luang dan

pengeluaran telah secara baik didokumentasikan secara empiris, baik dari segi
berapa banyak orang yang bersedia membayar untuk layanan rekreasi dan dalam
hal dampak ekonomi dari pengeluaran yang sebenarnya. Para penyuka rekreasi
menunjukkan kemauan yang besar untuk membayar kesempatan liburan mereka biasanya jauh lebih dari apa yang sebenarnya mereka harus bayar dalam bentuk
biaya masuk dan yang

digunakan,Hal ini mencerminkan tingginya tingkat

manfaat yang dirasakan konsumen tersebut. Industri hiburan tidak hanya besar,
tapi salah satu industri terbesar di dunia dalam hal aliran kas, pendapatan, dan
penciptaan lapangan kerja. Perjalanan dan pariwisata adalah sekarang terbesar di
dunia aliran kas antara bangsa-bangsa, lebih besar dari transaksi di seluruh dunia
untuk semua produk pertanian atau untuk mobil, yang mana masing-masing
merupakan suatu "tiket besar" di pasar dunia.Selain itu, banyak orang percaya
bahwa ada aspek kreatif dalam rekreasi baik segi peningkatan kuantitas dan
16

kualitas produktivitas pekerja dan dapat mengurangi ketidakhadiran dari
pekerjaan.
b.

Manfaat fisiologis
Manfaat fisiologis dari olahraga teratur telah didokumentasikan secara

ilmiah, mungkin lebih baik daripada manfaat ekonomi yang diuraikan di atas
adalah. Latihan aerobik yang teratur menawarkan manfaat kardiovaskular dengan
mengurangi kolesterol serum dan trigliserida serta pengusutan lipid dengan
kepadatan tinggi dalam aliran darah dan membantu mencegah dan mengendalikan
hipertensi. Latihan juga mengurangi masalah tulang belakang, meningkatkan
fungsi neuropsikologi, meningkatkan massa tulang dan kekuatan pada anak-anak,
meningkatkan otot kekuatan dan menciptakan jaringan ikat yang lebih baik,
meningkatkan kapasitas paru-paru, mengurangi insiden penyakit, dan memelihara
rasa holistik kesehatan. Walaupun semua manfaat latihan tidak bisa dikaitkan
dengan perilaku di waktu luang, banyak dari tujuan kita berolahraga selama
waktu luang kita, dan aktivitas fisik diperlukan juga banyak kegiatan rekreasi
yang dimotivasi oleh tujuan pribadi selain untuk kebugaran. Fisik.
c.

Manfaat lingkungan
Penciptaan dan pelestarian kesempatan untuk rekreasi adalah salah satu

kekuatan pendorong untuk melindungi lingkungan tidak hanya alami (termasuk
hutan kota dan ruang hijau lainnya di kota-kota) tetapi juga budaya, sejarah, dan
situs warisan.Selain itu, logis untuk mengasumsikan bahwa penggunaan tempat
rekreasi dan belajar diluar ruangan dan penghargaan daerah yang mempromosikan
pembelajaran lingkungan, memelihara etika lingkungan berorientasi menuju
keberlanjutan, dan bahkan membantu menyebabkan perilaku yang ramah
lingkungan seperti daur ulang..
d.

Manfaat psikologis
Banyak manfaat psikologis yang diketahui atau dianggap disebabkan Oleh

kegiatan waktu luang., yaitu dirasakan rasa kebebasan, kemerdekaan, dan
otonomi; peningkatan pompetensi diri, peningkatan rasa harga diri / harga diri,
17

kemandirian, dan kepercayaan diri; peningkatan skill kepemimpinan; kemampuan
yang lebih baik untuk berhubungan dengan orang lain, termasuk toleransi yang
lebih besar dan pemahaman serta peningkatkankemampuan untuk menjadi
anggota tim; menghargai perbedaan; meningkatkan kemampuan kreatif; ekspresi
dari dan refleksi pada personal spiritual - dan bukan hanya agama - nilai dan
orientasi; peningkatan efisiensi kognitif, termasuk pemecahan masalah yang lebih
baik kemampuan; adaptasi yang lebih besar dan ketahanan; meningkatkan rasa
humor; sukacita yang lebih besar dari kehidupan dan peningkatkan kualitas yang
dirasakan dari kehidupan; keseimbangan daya saing; petingkatkan kesehatan dan
suasana pribadi, meningkatkan belajar tentang sejarah, budaya, alam, kota, dll .;
pandangan yang lebih positif; pengasuhan dari sikap bisa-melakukan; dan
mengurangi rasa pribadi dalam keterasingan sosial.
Sedangkan menurut World Leisure Organization’s 2006 Hangzhou
Consensus dalam Heinztman (2015) menyatakan manfaat waktu luang bisa
menjadi hasil dari waktu luang, yang didalamnya bisa mencakup manfaat dan
kerugiannya serta hasilnya dibagi dalam beberapa lingkup yaitu :
a.

Manfaat Sosial
Waktu luang menyediakan peluang untuk pengembangan keluarga,

membangun suatu hubungan dan mengikat komunitas. Waktu luang menyediakan
kesempatan untuk berbagi pengalaman bersama, keakraban, dan kedekatan
emosional. Waktu luang juga menyediakan peluang untuk kooperasi dan kerja
sama/kolaborasi.
b.

Kesehatan dan Kesejahteraan
Waktu luang, dipandang sebagai kebebasan menentukan perilaku di luar

pekerjaan dan kewajiban lain, secara positif yang berpengaruh terhadap kesehatan
fisik, psikologis, dan kesehatan rohani serta kesejahteraan melalui kesempatan
untuk membuat pilihan yang berarti dan melalui manfaat yang disediakan oleh
aktivitas yang spesifik. Waktu luang tidaklah otomatis baik untuk kesehatan dan
kesejahteraan. Pilihan waktu luang dan aktivitas, mempunyai dampak yang netral
18

atau negatif dan mengeser perilaku yang menyokong untuk kesehatan dan
kesejahteraan.
c.

Keluarga dan masyarakat
Waktu luang adalah suatu komponen yang menonjol dalam kehidupan

berkeluarga dan konteks utama untuk pengembangan aspirasi waktu luang,
pengalaman, dan kompetensi.
d.

Pengembangan Anak Muda
Untuk kaum muda, waktu luang bisa menjadi konteks kuat untuk

pengembangan manusia, tetapi pada waktu yang sama bisa menjadi konteks untuk
perilaku yang beresiko.
e.

Ekonomi
Waktu

luang

merupakan

komponen

yang

berpengaruh

dalam

pengembangan ekonomi, akuntansi untuk di sekitar seperempat pembelanjaan
konsumen dan berpengaruh pada kuantitas sumber daya sektor publik.
f.

Lingkungan
Waktu luang, rekreasi, dan pariwisata berkontribusi kepada pengembangan

yang pro lingkungan, sikap, nilai-nilai, etika, dan perilaku. Waktu luang, rekreasi,
dan pariwisata merupakan dasar yang penting ( sebagai keadilan ekonomi dan
politik dan pengerahan massa) untuk melindungi alam, sejarah, sumber daya
budaya serta taman.
Manfaat waktu luang dapat mempunyai dampak terhadap sosial, fisik,
ekonomi, lingkungan,kesehatan, dan keluarga/masyarakat yang semua bertujuan
untuk mengembangkan kemampuan individu agar lebih baik dan dapat
menjadikan hidup yang lebih berkualitas.
4.1.1.3 Kegiatan Waktu Luang
Berdasarkan definisi teori waktu luang yaitu waktu luang sebagai aktivitas
yaitu waktu yang berisikan berbagai macam kegiatan baik untuk beristirahat,
menghibur diri sendiri, menambah pengetahuan serta menggunakan keterampilan
secara objektif untuk meningkatkan keikutsertaan dalam bermasyarakat setelah
19

melepaskan diri dari segala pekerjaan rutinnya, keluarga dan lingkungan sosial
dan waktu luang sebagai relaksasi, hiburan, dan pengembangan diri. Beberapa
kegiatan mengisi waktu luang menurut (Pettry, 2006:6) diantaranya:
a.

Social Activity
Aktivitas yang dilakukan dengan orang lain. Seperti Pergi kepesta ,

permainan papan , piknik dan diskusi, berkumpul, menghabiskan waktu bersama
teman (bermain),kegiatan kemanusiaan
b.

Creative Activity
Aktivitas , di mana seseorang membuat atau menciptakan sesuatu,

membuat kesenian dan kerajinan, mendekorasi rumah
c.

Physical Activity
Aktivitas yang membutuhkan gerakan tubuh. Aktivitas yang dilakukan

seseorang untuk tetap fit . Tenis, golf , basket , voli dan sepak bola, senam
d.

Cognitive Activity
Aktivitas yang membutuhkan seseorang untuk berpikir. Menulis ,

membaca , dan mengunjungi museum,mengikuti kursus
e.

Relaxation Activity
Aktivitas , di mana seseorang merasa tenang, bersantai, rekrasi, liburan

,berwisata
f.

Spiritual Activity
Aktivitas , di mana seseorang tunduk kepada kekuatan yang lebih tinggi

(Tuhan), seperti beribadah, ikut pengaian/ bimbingan rohani
Robert Stebbins dalam

Heinztman (2015:9) mengembangkan konsep

waktu luang yang serius , waktu luang yang santai , dan waktu luang berbasis
proyek yang didasarkan pada pemahaman waktu luang sebagai aktivitas.
a.

Serious Leisure
Ia mendefinisikan waktu luang yang serius sebagai

pencarian yang

sistematis dari.sebuah aktivitas bagi para partisipan untuk menemukan hal yang
substanbsial dan menarik. Mereka meluncurkan diri mereka pada pusat karir
20

dengan belajar dan mengekspresikannya pada keterampilan yang khusus
pengetahuan , dan pengalaman . " Dia mengidentifikasi tiga jenis waktu luang
yang serius : amatir ( misalnya, seniman yang amatir ) , penggemar ( misalnya ,
kolektor ) ,dan relawan ( misalnya, relawan kesejahteraan sosial ) .
b.

Casual Leisure
Stebbins dalam Heinztman (2015:9) mendefinisikan waktu luang yang

santai sebagai kesegeraan, hakekatnya bermanfaat, relatif berumur pendek,
nyaman, aktivitas yang membutuhkan sedikit latihan atau tidak khusus untuk
menikmatinya. Waktu luang yang santai mungkin meliputi bermain ,relaksasi ,
pasif atau hiburan aktif , percakapan , stimulasi sensorik , atau kegiatan sukarela .
Karakteristik utama dari waktu luang yang santai adalah kesenangan.
c.

Project Based Leisure
Waktu luang berbasis proyek merupakan waktu luang dengan jangka

waktu pendek yang kompleks meskipun jarang, usaha kreatif yang dilakukan di
waktu luang, yang melibatkan banyak upaya dan perencanaan , dan kadangkadang pengetahuan dan keterampilan . Ini mungkin proyek satu tujuan seperti
menyelidiki silsilah seseorang atau kadang-kadang proyek seperti mendekorasi
rumah untuk hari Natal setiap tahun.
Berbagai aktivitas /kegiatan di waktu luang bermacam-macam jenisnya.
Baik berhubungan dengan fisik ataupun non fisik ,yang berada didalam ruangan
atau diluar ruangan yang dipih sesuai keinginan sendiri dalam rangka
mengembangkan kepribadian, pengetahuan dan ketrampilannya.
4.1.1.4 Permasalahan dalam Pemanfaatan Waktu Luang
Menurut

The

Academy

of

Leisure

Sciences

dalam

(www.fritidsvetarna.com/1_Kultur_och_fritid). Masalah waktu digunakan dalam
masyarakat kita dan persamaannya dengan rekreasi merupakan tidak ada satupun
orang yang bekerja dengan waktu yang lebih lama. Sebaliknya, sikap mereka
adalah: (1) sikap kita terhadap waktu; (2) persebaran waktu luang yang tidak

21

merata di siklus kehidupan; dan (3) kerusakan pendidikan dalam penggunaan
waktu luang.
Dalam sikap kita terhadap waktu, etika kita mengenai konsumsi barang
yang terbuka telah cukup dilakukan ke pengalaman dalam konsumsi, membuat
komoditas waktu yang langka dan utama. Selain itu, Munculnya "efisiensi" pada
nilai utama dalam budaya kita menandakan bahwa banyak aktivitas di waktu
luang yang kami lakukan dengan sikap yang sama dalam menghemat waktu
seperti pekerjaan, yang mencuri banyak kebahagiaan kita. Distribusi waktu luang
di siklus hidup kita juga bermasalah. Kita telah membiarkan keuntungan yang
besar dalam waktu luang yang terjadi di masyarakat kita selama beberapa dekade
terakhir yang menumpuk selama sepuluh sampai dua puluh tahun terakhir dalam
kehidupan. Beberapa keuntungan ini harus ditanamkan kembali ke dalam tahaptahap awal kehidupan, memberikan mereka sedikit waktu luang seperti orang tua
dari anak-anak di bawah usia lima dan janda yang lebih banyak waktu luang. Hal
ini dapat dilakukan melalui hamil dan cuti, jam kerja yang fleksibel, penitipan
tempat kerja dan cara-cara lainnya. Anak-anak dan penggunaan waktu juga harus
kembali berpikir. Anak-anak di sekolah, rata-rata, kurang dari setengah hari,
menghabiskan dua kali waktu orang tua mereka dengan menonton rekaman VCR
dan sedikit waktu melakukan pekerjaan rumah daripada anak-anak di sebagian
besar negara-negara industri lainnya Mungkin masalah terbesar mengenai
persamaan liburan dalam bekerja bahwa persiapan untuk rekreasi telah memburuk
, bagi banyak orang, bahkan lebih dramatis daripada persiapan kita untuk bekerja.
Waktu luang telah " membisu " tidak hanya karena kurangnya skill pada banyak
pekerjaan yang membawa hal tersebut ke dalam penggunaan waktu luang , tetapi
juga karena pemotongan jam di perpustakaan , museum, taman , pendidikan
jasmani di sekolah dan program dalam kota untuk anak-anak . Pemotongan
tersebut menunjukkan keterampilan yang digunakan selama liburan hanya akan
bertambah dengan belajar dari MTV , di pusat perbelanjaan atau di suatu
perkumpulan.
22

Di luar dari jam sekolah dapat menjadi masa dimana sesuatu yang buruk
dapat terjadi, meliputi mabuk, merokok, aktivitas seksual yang bahaya, kenakalan
dan kekerasan. Meskipun begitu, alasan yang mendekati dan berhubungan dengan
kemauan untuk mendukung kesempatan saat diluar sekolah adalah kemunculan
yang sering terlihat dari keprihatinan mengenai risiko dan masalah yang berkaitan
dengan jam diluar sekolah. Pandangan ini dicerminkan melalui suara lewat media
yang populer dengan fokus pada aktivitas waktu luang orang-orang muda.
Permasalahan yang biasa ditemukan dalam pemanfaatan waktu luang ini
disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya: Waktu luang dianggap oleh anakanak sebagai waktu untuk melakukan apapun yang disenanginya semata. Anakanak cenderung tidak menyukai pemanfaatan wakru luang dengan sesuatu yang
menurutnya menuntut pemikiran dan beban target. Bagi orang tua waktu luang
adalah waktu yang harus dimanfaatkan untuk sesuatu yang bermanfaat dan
produktif dari sudut pandang orang tua, bukan dari sudut pandang anak. Strategi
yang bisa diambil oleh orang tua atau guru adalah dengan memberikan kegiatan
yang diminati oleh anak tersebut. Sekolah bisa menyiapkan saran prasarana
(ekstrakurikuler) dan permainan yang bisa dimanfaatkan siswa untuk bermain. Di
rumah, orang tua bisa juga menyediakan alat permainan yang disukai anak. Orang
tua menganggap bahwa waktu luang adalah waktu sia-sia sehingga rehatnya anak
diwaktu luang dianggap tidak memanfaatkan waktu secara maksimal. Ketika anak
selonjoran ditempat tidur dengan membaca buku komik atau novel, sedang main
game, jalan-jalan atau sekedar menonton televisi, maka cenderung kita
menganggap mereka telah membuang waktu.
4.1.1.5 Pemanfaatan Waktu Luang Siswa SD
Para pendidik memberi sebutan anak usia sekolah dasar, karena pada
rentang usia ini (6-12 tahun) anak bersekolah di sekolah dasar. Di sekolah dasar,
anak diharapkan memperoleh dasar-dasar pengetahuan dan keterampilan yang
dianggap penting untuk keberhasilan melanjutkan studi dan penyesuaian diri
dalam kehidupannya kelak. Para pendidik juga memandang periode ini sebagai
23

usia kritis dalam dorongan berprestasi. Dorongan berprestasi membentuk
kebiasaan pada

anak untuk mencapai sukses ini cenderung menetap hingga

dewasa. Apabila anak mengembangkan kebiasaan untuk belajar atau bekerja
sesuai, di bawah, atau di atas kemampuannya, maka kebiasaan ini akan menetap
dan cenderung mengenai semua bidang kehidupan anak, baik dalam bidang
akademik maupun bidang lainnya. Periode ini juga disebut usia kreatif sebagai
kelanjutan dan penyempurnaan perilaku kreatif yang mulai terbentuk pada masa
anak awal. Kecenderungan kreatif ini perlu mendapat bimbingan dan dukungan
dari guru maupun orang tua sehingga bekembang menjadi tindakan kreatif yang
positif dan orisinal, tidak negatif dan sekedar meniru tindakan kreatif orang atau
anak yang lain. Selain itu, periode ini disebut juga dengan usia bermain, karena
minat dan kegiatan bermain anak semakin meluas dengan lingkungan yang lebih
bervariasi. Mereka bermain tidak lagi hanya di lingkungan keluarga dan teman di
sekitar rumah saja, tapi meluas dengan lingkungan dan teman-teman di sekolah.
Siswa SD biasanya menghabiskan waktunya dengan bermain teman-teman
diwaktu luang, karena siswa sudah tidak menjalani kewajiban di sekolah. Namun
harus diperhatikan, bahwa guru dan orang tua harus memberi pengarahan dan
bimbingan agar saat waktu luang bisa digunakan untuk kegiatan yang bermanfaat
bagi siswa.Walaupun tetap tidak mengurangi anak-anak untuk bermain. Saat
istirahat, dapat mengunjungi perpustakaan bersama teman-temannya dengan
membaca buku bersama-sama, sehingga anak cepat bosan. Selain itu, siswa dapat
mencari tugas bersama-sama , baik bersumber dari lingkungan ataupun mencari di
warnet.

Selain

anak

dapat

mengembangkan

cara

berpikirnya

dapat

mengembangkan kreativitas anak saat waktu luang sehingga muncul dorongan
untuk berprestasi lebih baik.
Sedangkan menurut Adhiyasa (2013). Ada beberapa hal yang dapat
dilakukan siswa siswi pelajar sekolah dalam mengisi waktu luangnya yaitu :
1.

Istirahat yang Cukup

24

Sepulang sekolah sebaiknya seorang siswa sekolah mengistirahatkan
dirinya dengan tidur siang. Tidur dua atau tiga jam sudah lebih dari cukup untuk
mengembalikan stamina dan konsentrasi untuk melanjutkan aktivitas hingga
malam hari. Jika tidak tidur siang, maka seseorang bisa terkena serangan kantuk
di malam hari sebelum waktu tidur tiba serta memiliki daya konsentrasi yang
kurang maksimal.
2.

Mengerjakan PR (Pekerjaan Rumah)
Sekolah memang biasanya memberikan berbagai tugas tambahan kepada

para siswa agar para siswa pelajar mau belajar di rumah. PR biasanya bertujuan
agar seorang murid sekolah mau mengingat pelajaran yang telah diberikan oleh
Bapak Ibu gurunya maupun sekedar mempersiapkan para murid dalam
menghadapi materi pelajaran berikutnya. Namun terkadang PR yang diberikan
terlalu banyak sehingga menyita waktu, tenaga, dan pikiran dari seorang murid.
Jika waktu telah banyak tersita untuk mengerjakan tugas-tugas sekolah, maka
agenda kegiatan lainnya pun terbengkalai termasuk kegiatan bercengkrama
dengan keluarga
3.

Mempelajari Keahlian Baru
Setiap siswa tidak boleh lengah karena terlalu mengandalkan materi

pendidikan dari sekolah untuk dijadikan bekal masa depannya. Padahal materi
pelajaran yang diberikan sekolah hanya bersifat pengetahuan dasar dan umum
sehingga kurang begitu digunakan dalam dunia kerja yang sebenarnya. Untuk
itulah para siswa dituntut untuk dapat menguasai berbagai keahlian dan
keterampilan yang dapat dijadikan modal dasar untuk bekerja di perusahaan
maupun untuk berwirausaha membangun bisnis sendiri.
4.

Wirausaha
Setiap siswa sebaiknya belajar untuk berwirausaha untuk mempersiapkan

dirinya menjadi pribadi yang mandiri dalam jangka waktu yang singkat. Salah
satu tujuan seseorang sekolah adalah agar bisa lekas bekerja mencari uang setelah
lulus sekolah atau setelah lulus kuliah. Padahal mencari uang dan hidup mandiri
25

bisa dilakukan sesegera mungkin setelah seseorang memasuki kedewasaan pada
usia kurang lebih 15 tahun (secara agama islam). Budaya kita yang selalu
menganggap usia di bawah 17 tahun atau bahkan 21 tahun sebagai anak-anak dan
abg menjadikan banyak generasi muda kita belum dapat dewasa dan mandiri
ketika memasuki usia 15 s/d 17 tahun. Bahkan sebagian generasi muda ada yang
belum bisa mandiri dan berpikiran dewasa ketika memasuki usia 30 tahun.
Padahal pada usia produktif itulah para remaja sudah gelisah dengan masa
depannya karena sudah memiliki berbagai keinginan layaknya orang dewasa.
5.

Magang
Kurangnya lapangan pekerjaan yang tersedia di pasar tenaga kerja

indonesia menyebabkan para pelajar pada umumnya tidak bisa ikut bergabung
bekerja paruh waktu di perusahaan maupun di institusi negara. Padahal magang
sangat penting untuk mencari pengalaman bekerja sekaligus untuk mendapatkan
uang dalam jumlah besar untuk membantu memenuhi kebutuhan seorang pelajar
maupun keluarganya. Penghasilan seorang pelajar magang sangat penting artinya
bagi pelajar yang berasal dari golongan kurang mampu. Para pekerja magang
yang berusia muda pun rata-rata dianggap sebelah mata dan tidak diberikan
pekerjaan yang bermanfaat untuk masa depan oleh para seniornya.
6.

Bersosialisasi
Setiap siswa pelajar harus dapat bersosialisasi dengan baik dengan

masyarakat di lingkungan sekitarnya. Perlu adanya suatu wadah bagi generasi
muda untuk bisa eksis di tengah masyarakat yang rata-rata telah berusia dewasa.
Dengan demikian para siswa pelajar dapat dapat ikut terlibat langsung dalam
kegiatan sosial kemasyarakatan seperti kepengurusan rt rw, kegiatan sosial,
kegiatan kepemudaan, kegiatan usaha bersama, kegiatan kerja bakti, kegiatan
gotong royong, kegiatan pemberdayaan masyarakat, kegiatan pendidikan
pelatihan, kegiatan keagamaan, kegiatan perayaan / peringatan hari tertentu, dan
lain sebagainya.
7.

Membantu Keluarga
26

Anak yang baik adalah anak yang berbakti kepada orangtuanya. Setiap
anak harus menuruti perintah orangtuanya kecuali yang bertentangan dengan
ajaran agama. Apabila orangtua mengalami kesulitan, maka sudah seharusnya
seorang anak membantu semampunya untuk membantu meringankan beban
orangtuanya.
Masih ada begitu banyak hal yang bisa dikerjakan oleh seorang pelajar
sekolah di luar jam pelajaran sekolahnya. Waktu adalah sesuatu yang berharga
yang harus dipergunakan sebijaksana mungkin agar bisa menghasilkan sesuatu
yang bisa dinikmati di masa mendatang. Ada begitu banyak pelajar yang gagal
memanfaatkan waktu luangnya dengan baik sehingga hanya mendatangkan sesal
di kemudian hari. Pihak sekolah bersama pemerintah seharusnya dapat menjadi
pembimbing yang baik dalam rangka memberi bekal dan peluang untuk bisa maju
tanpa harus menjalani proses yang sangat panjang dan melelahkan. Bukan hanya
sebagai fasilitator dalam meraih secarik kertas bertuliskan angka-angka yang tidak
berarti banyak di dalam dunia nyata yang penuh dengan persaingan. Dengan
demikian para murid siswa siswi sekolah bersekolah tidak hanya untuk
mendapatkan ilmu, tetapi juga untuk mempraktekkannya dalam dunia nyata di
saat yang bersamaan.
4.1.2

Pergaulan

4.1.2.1 Pengertian Pergaulan
Pergaulan adalah kontak langsung antara satu individu dengan individu
lain,atau pendidik dan anak didik. Pergaulan merupakan salah satu sarana untuk
mencapai hasil pendidikan yang baik. Pergaulan juga memungkinkan pengertian
yang mendalam antara tugas pendidik , yang waib mendidik dan tugas anak
mendidik yang minta pertolongan atau pendidikan ,sehingga dapat menimbulkan
sikap yang waar dan obyektif pada keduanya. Dalam pergaulan itu pendidik dapat
pendidik dapat mengobservasi anak secara langsung, untuk menemukan potensipotensi yang ada pada anak didik. Sedangkan anak didik lewat pergaulan itu dapat
tahu secara langsung apa yang ada pada pendidik , kecintaannya, rasa sosial,nya,
27

keprigelannya, dedikasinya, dan sebaliknya. Saling mengetahui karena pergaulan
ini memudahkan usaha bimbingan dan pertolongan dilaksanakan dengan sebaikbaiknya. Kesempatan bergaul wajib diadakan dan dipergunakan sebaik-baiknya,
karena kontak langsung ini menimbulkan hubungan yang wajar antara kekuasaan
pendidik dan ketaatan anak didik. (Ahmadi dan Uhbiyati, 2003:1-2)
Menurut Izarwisma Mazarnas (1989: 20) dalam Okky Wicaksono (2014)
mendefinisikan bahwa pergaulan adalah suatu gejala yang lahir karena adanya
interaksi antara individu-individu di dalam suatu kelompok masyarakat
berdasarkan status sosial yang dipunyai oleh seseorang.
Berdasarkan pernyataan-pernyataan di atas, dapat disimpulkan bahwa
pergaulan adalah gejala yang timbul sebagai akibat adanya hubungan atau
interaksi antara individu dengan individu yang lain dalam kehidupan
bermasyarakat.
4.1.2.2 Macam-macam Pergaulan
Menurut Ahmadi dan Uhbiyati (2003:3) Pergaulan dapat dibedakan dalam
berbagai dasar :
a.

Menurut siapa yang terlihat dalam pergaulan itu maka pergaulan dapat
dibedakan menjadi:

1) Pergaulan anak dengan anak
2) Pergaulan anak dengan orang dewasa
3) Pergaulan orang dewasa dengan orang dewasa
b.

Dipandang dari bidangnya, maka pergaulan dapat dibedakan menjadi:

1) pergaulan yang bersifat ekonomis
2) Pergaulan yang bersifat seni
3) Pergaulan yang bersifat paedagogis
c.

Ditinjau dari pergaulan itu, dapat digunakan rentangan-rentangan untuk
membedakan menjadi :

1) Pergaulan ekonomis dan tidak ekonomis
2) Pergaulan seni dan bukan seni
28

3) Pergaulan paedagogis dan tidak paedagogis
Didalam hal pergaulan yang tidak paedagogis kita masih dapat
membedakannya menjadi dua, yaitu :
-

Pergaulan biasa

-

Pergaulan paedagogis
Pergaulan biasa ialah dapat diubah menjadi pergaulan yang pedagogis.

Hanya cara mengubah pergaulan biasa mejadi pergaulan pendidikan harus dengan
perlahan-lahan, agar jangan memberi kesan kepada anak didik sebagai perubahan
yang sekaligus
Berdasarkan pemaparan diatas, pergaulan di kehidupan manusia itu
bermacam-macam jenisnya, tergantung dengan siapa kita bergaul dan pada bidang
apa yang kita punya.
4.1.2.3 Faedah Pergaulan
Kalau kita kaji kembali mengenai pergaulan dapatkah kita katakan bahwa
pergaulan itu mempunyai peranan sangat penting di dalam pembentukan pribadi
anak didik, faedah dari pergaulan menurut (Ahmadi dan Uhbiyati, 2003:6-7)
adalah
a.

Pergaulan memungkinkan terjadinya pendidikan
Karena dengan pengaulan memberi dasar pertama kepada anak didik ,

memberi pengenalan yang pertama tentan