peran guru dalam pembelajaran (1)

BAB III
PERAN GURU DALAM PEMBELAJARAN
FISIKA

MAKALAH
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Matakuliah Belajar Dan Pembelajaran II
OLEH: KELOMPOK III
ANGGOTA:
ARINI RIZQA

(NIM: E1Q 013 004)

FARIDATUL HELMI

(NIM: E1Q 013 012)

JULIANA AUDINA P.

(NIM: E1Q 013 021)

MASRUHIN NUR


(NIM: E1Q 013 029)

NURUL HAMDANILLAH

(NIM: E1Q 013 036)

RAEHANA TUQALBY

(NIM: E1Q 013 043)

SHERLY ANJAR P.

(NIM: E1Q 013 051)

WINA MUSTIKA

(NIM: E1Q 013 058)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MIPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENGETAHUAN
UNIVERSITAS MATARAM
SEPTEMBER, 2015

KATA PENGANTAR

Puja puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat serta hidayah-Nya sehingga kami bisa menyelesaikan makalah ini. Kedua
kalinya selawat serta salam tidak lupa kami haturkan atas junjungan alam nabi besar
kita nabi Muhammad SAW. Terima kasih juga tidak lupa kami ucapkan kepada dosen
pengampu mata kuliah balajar dan pembelajaran II yang telah membimbing kami
dalam menyusun makalah ini.
Makalah ini adalah makalah yang berisi ulasan mengenai peran guru dalam
pembelajaran fisika. Dalam makalah ini berisi tentang beberapa hal yaitu peran guru
dalam mendukung keberhasilan pendidikan, kompetensi-kompetensi yang harus
dimiliki oleh seoarang guru, tugas utama atau pokok seorang guru dalam belajar dan
pembelajaran, serta peran guru dalam pembelajaran dalam hal ini tentunya adalah
sebagai seorang guru dalam bidang studi fisika. Makalah ini diharapakan dapat
digunakan sebagai referensi untuk pembaca terutama calon guru fisika maupun guru

fisika tentang peran guru dalam pembelajaran fisika, sehingga para pembaca dapat
melaksanakan tugasnya sebagai guru fisika yang baik, kompeten dan sukses.
Dalam menyusun makalah ini masih banyak kekeliruan disana sini, untuk itu
kritik dan saran yang membangun sangat kami harapakan kepada para pembaca, guna
untuk menyusun makalah yang lebih baik di masa yang datang.

Mataram,
September , 2015

DAFTAR ISI

Judul
Kata Pengantar....................................................................................................................2
Daftar Isi..............................................................................................................................3
Daftar Gambar.....................................................................................................................4
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.....................................................................................................5
1.2 Rumusan Masalah................................................................................................6
1.3 Tujuan...................................................................................................................6
1.4 Manfaat................................................................................................................6

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Peran Guru dalam Mendukung Keberhasilan Pendidikan ..................................7
2.2 Kompetensi yang Harus Dimiliki Oleh Seorang Guru........................................9
2.3 Peran Utama atau Tugas Pokok Guru dalam Belajar dan Pembelajaran..............11
2.4 Peran Guru Dalam Pembelajaran.........................................................................15
BAB III PENUTUP
3.1 Simpulan..............................................................................................................26
3.2 Saran.....................................................................................................................26
Daftar Pustaka......................................................................................................................27
Lampiran

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Pola Pembelajaran yang Didominasi oleh Peran Guru....................................13
Gambar 1.2 Pola Interaksi dimana Guru Berperan Sebagai Fasilitator Pembelajaran ........14
Gambar 1.3 Saling Keterkaitan Fungsi Guru sebagai Manajer ..............................................17

BAB I
PENDAHULUAN


1.1 Latar Belakang
Membelajarkan fisika kepada peserta didik tidak cukup hanya dengan sekedar
menceritakan informasi atau menjelaskan beberapa konsep atau mendemostrasikan
kemahiran penguasaan mengenai materi-materi fisika tertentu. Lebih dari itu,
pembelajaran fisika adalah proses yang dirancang untuk membantu peserta didik belajar
tentang apa yang harus dipelajarinya, di bidang studi fisika tentunya. Perlu sekali
dipahami sebagai seorang pendidik dan calon pendidik terutama pendidik dan calon
pendidik dalam bidang fisika bahwa kesuksesan sebagai pendidik profesional dapat
dilihat dari seberapa baik peserta didiknya mengikuti proses pembelajaran fisika dan
seberapa baik kualitas hasil belajar konsep-konsep dasar fisika yang didapatkan dari
kegiatan pembelajaran fisika.
Pendidik atau guru dalam pembelajaran apapun merupakan salah satu komponen
penting dalam proses pembelajaran. Didalam Peraturan Pemerintah Nomor 14 tahun 2015
disebutkan bahwa guru adalah profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar,
membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada
pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar dan pendidikan
menegah. Sudah sangat jelas bahwa guru memiliki peran yang sangat penting dalam
menentukan keberhasilan pembelajaran fisika maupun dalam pembelajaran lainnya di
sekolah maupun dalam penentuaan kualitas pendidikan secara umum. Sebagai guru fisika
peran ini tentunya sedikit lebih berat, hal tersebut disebabkan karena fisika pada jenjang

pendidikan tertentu sering dianggap sebagai momok yang menakutkan. Hal-hal tersebut
tentunya akan membuat peserta didik akan kurang manaruh perhatian dan ketertarikan
terhadap mata pelajaran tersebut, yang tentunya akan berimbas pada tidak terpenuhinya
tujuan pembelajaran. Oleh karena itu, penting sebagai calon guru fisika maupun guru
fisika ataupun guru bidang studi lainya untuk menyadari dan mengetahui bagaimana dan
apa sajakah peran guru dalam kegiatan belajar dan pembelajaran baik di bidang studi
fisika maupun bidang studi lainnya agar tujuan pembelajaran dapat tercapai.
1.2 Rumusan Masalah
a. Bagaimanakah peran guru dalam mendukung keberhasilan pendidikan?

b. Kompetensi- kompetensi apa sajakah yang harus dimiliki oleh seorang guru?
c. Bagaimanakah peran utama atau tugas pokok guru dalam belajar dan pembelajaran?
d. Bagaimanakah peran guru dalam pembelajaran?
1.3 Tujuan
a. Untuk mengetahui peran guru dalam mendukung keberhasilan pendidikan.
b. Untuk mengetahui kompetensi-kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang guru.
c. Untuk mengetahui peran utama atau tugas pokok guru dalam belajara dan pembelajaran.
d. Untuk mengetahui peran guru dalam pembelajaran.
1.4 Manfaat


Manfaat penulisan makalah ini adalah diharapkan dapat memperkaya dan
memperdalam pengetahuan, pembaca terkait dengan peran guru dalam mendukung
keberhasilan pendididkan dan peran utama atau tugas pokok guru, serta peran guru dalam
belajar dan pembelajaran.

BAB II
ISI
2.1 Peran Guru dalam Mendukung Keberhasilan Pendidikan
Gordon dan Yocke (1999, h.: 2) mengungkapkan: "It is universally accepted that
teacher is the most important component of education. School improvement efforts and or
educational reform will most likely not happen until effective teachers are regarded as the
most important entity", yang artinya “Hal ini diterima secara universal bahwa guru
merupakan komponen yang paling penting dari pendidikan. Upaya perbaikan sekolah dan
atau reformasi pendidikan kemungkinan besar tidak akan terjadi sampai guru yang efektif
dianggap sebagai entitas yang paling penting”. Begitulah kedua pakar pendidikan tersebut
menekankan betapa sentral peran guru dalam setiap upaya pembaharuan pendidikan dan
peningkatan persekolahan.
Dalam konteks yang lebih luas, Levine (1992, h.: 1) juga mengajukan argumen yang
lebih keras dan terbuka tentang pentingnya peran guru dalam mendukung keberhasilan
sistem pendidikan nasional, sebagaimana dinyatakannya:"This is a time when attention is

focused on the failure of America's schools to meet the needs of our society as it move into
twenty-first century. Concern has naturally and correctly gravitated toward the quality of
our teaching force and the adequacy of their preparation to the job at hand."
Ada dua kesimpulan yang dapat ditarik dari pernyataan kedua pakar pendidikan
Amerika tersebut dalam kaitanya dengan pembangunan pendidikan nasional di Indonesia.
Pertama, bangsa Amerika yang kita ketahui dalam beberapa segi bidang pendidikan,
dikatakan sudah jauh lebih maju meninggalkan bangsa Indonesia yang sistem
pendidikannya masih sering gagal membawa generasi penerusnya memasuki dunia masa
depan. Artinya, strategi pembangunan pendidikan harus selalu disesuaikan dengan
tantangan dan tuntutan lingkungan pendidikan yang selalu berubah. Kedua, perlu adanya
peningkatan profesionalisme guru dalam melaksanakan tugasnya termasuk melalui
peningkatan sistem pendidikan guru untuk mengatasi kegagalan pendidikan tersebut.Tentu
saja tidak ada satupun pakar, praktisi, bahkan birokrasi pendidikan yang ada di Indonesia,
menentang pernyataan Gordon dan Yocke serta Levine karena pada hakekatnya inti dari
proses pendidikan adalah belajar dan pembelajaran, dimana guru berperan sebagai
sutradara, aktor, manajer, sekaligus merangkap sebagai penilai. Oleh sebab itu, sesuai
pendapat di atas, sejak digulirkannya reformasi dalam penyelenggaraan pemerintahan di
Indonesia bersama seluruh komponen bangsa berupaya untuk membangun sistem

pendidikan nasional yang sesuai dengan aspirasi reformasi itu sendiri termasuk untuk

membangun bangsa yang berakhlak mulia, cerdas, dan kompetitif, serta memiliki jati diri
bangsa.
Dalam upaya tersebut, profesionalisme guru merupakan salah satu aspek yang
menjadi titik tumpu strategi pembangunan sistem pendidikan nasional di Indonesia.
Gerakan reformasi pendidikan ini diantaranya dimulai dengan pencanangan pekerjaan
guru sebagai profesi oleh Susilo Bambang Yudhoyono selaku Presiden RI pada peringatan
Hari Guru Tahun 2005. Selanjutnya, berpegang kepada keputusan politik ini, untuk
mendapatkan payung hukum terhadap penyelesaian permasalahan, kualitas, kesejahteraan,
dan distribusi, dan masalah lain yang terkait dengan guru, pada tahun yang sama tepatnya
pada bulan Desember 2005 pemerintah menerbitkan Undang-Undang No. 14 Tahun 2005
Tentang Guru dan Dosen.
Adapun esensi yang terkandung di dalam Undang-Undang tersebut adalah:
1. Semua guru dalam melaksanakan tugasnya sebagai profesi harus didasarkan pada
prinsip-prinsip profesionalisme.
2. Pemberdayaan guru diselenggarakan melalui pengembangan diri yang dilakukan secara
demokratis, berkeadilan, tidak diskriminatif dan berkelanjutan dengan menjunjung
tinggi hak asasi manusia, nilai keagamaan, nilai kultural, kemajemukan, dan kode etik
profesi.
3. Semua guru yang bertugas sebagai pendidik di semua jenjang pendidikan formal harus
memiliki sertifikat pendidik yang diperoleh melalui proses sertifikasi pendidik.

4. Kualifikasi akademik minimum untuk menjadi guru yang bersertifikasi pendidik adalah
Strata 1 atau Diploma 4.
Implementasi keempat esensi UU tersebut diyakini oleh banyak pihak merupakan kunci
peningkatan profesionalisme guru dalam melaksanakan tugasnya terutama dalam kegiatan
belajar dan pembelajaran. Sebagaimana diingatkan oleh Anwar Arifin, guru besar
Universitas Hasanuddin yang juga Anggota DPR-RI dan terlibat secara intensif dalam
proses perumusan Undang-Undang tersebut bahwa upaya peningkatan profesionalisme
guru dimaksudkan untuk:" ... melindungi warga negara dari pendidikan yang tidak
bermutu, karena setiap warga negara berhak memperoleh pendidikan yang bermutu (2007,
h.: 48).
2.2 Kompetensi yang Harus Dimiliki Oleh Seorang Guru

Dalam Undang-Undang No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan dosen Bab IV pasal 10,
ditegaskan bahwa untuk mampu melaksanakan tugas profesinya dengan baik, seorang
guru harus memiliki 4 (empat) kompetensi inti yaitu sebagai berikut.
1.

Kompetensi Pedagogik
Merujuk kepada Rancangan Peraturan Pemerintah atau RPP Guru No. 19 Tahun
2005 sebagaimana dikutip oleh Mulyasa (2007, h.: 75) : Kompetensi pedagogik

merupakan kemampuan guru dalam pengelolaan pembelajaran peserta didik
sekurang-kurangnya meliputi hal-hal sebagai berikut.
a. Pemahaman wawasan atau landasan kependidikan.
b. Pemahaman terhadap peserta didik.
c. Pengembangan kurikulum atau silabus.
d. Perangcangan pembelajaran.
e. Pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis.
f. Pemanfaatan teknologi pembelajaran.
g. Evaluasi hasil belajar (EHB).
h. Pengembangan peserta untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang
dimilikinya.
Sehingga dapat dikatakan kompetensi pedagogik ini adalah kompetensi tentang
kemampuan seorang guru bagaimana ia bisa mengelola kelas dengan baik, mengatur
dan menjaga kondisi kelas tetap kondusif dan dapat memastikan peserta didik
belajar dan mendapatkan suatu pembelajaran dari setiap kegiatan pembelajaran yang
dilakukan. Sebagai seorang guru fisika kompetensi pedagogik ini dirasa sangat wajib
dimiliki, hal tersebut karena fisika yang oleh sebagian peserta didik dianggap
sebagai pelajaran yang membosankan karena mereka menganggapnya sulit. Hal
inilah yang menjadi tantangan bagi setiap calon guru fisika kedepannya maupun
guru fisika saat ini untuk mengubah pola pemikiran peserta didik tentang seperti apa
fisika itu. Seorang guru fisika harus dapat menunjukan seberapa menariknya fisika
dari segi konsep, dengan mengutip dari salah satu dosen kami yang mengatakan
bahwa “yang membuat peserta didik tidak menyukai fisika karena terlalu
ditonjolkannya rumus-rumus matematisnya dan perhitungan matematisnya, jika saja
kita lebih menekankan pada keindahan konsepnya, maka bisa jadi hal tersebut tidak
akan terjadi”, maka mungkin dengan mencoba untuk mengajarkan fisika dengan
lebih menarik dan lebih mengedapankan konsep fisikanya daripada matematisnya
akan mengubah pola pemikiran peserta didik dengan pelajaran fisika.

2. Kompetensi Kepribadian

Menurut Standar Nasional Pendidikan, yang dimaksud dengan kompetensi
kepribadian yang harus dimiliki oleh guru adalah kemampuan kepribadian yang
mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik, dan
berakhlak mulia. Kepribadian guru ini sangat penting mengingat dalam masyarakat
indonesia dianut budaya yang menempatkan guru sebagai contoh sentral dalam
kehidupan masyarakat. Ini tercermin dari pemahaman masyarakat Indonesia yang
melihat guru sebagai contoh yang ditiru. Oleh sebab itu sebagaimana diingatkan oleh
Mulyasa (h.: 117): “ Pribadi guru memiliki andil yang sangat besar terhadap
keberhasilan pendidikan . “karena”.... sangat besar pengaruhnya terhadap
pertumbuhan dan perkembangan kepribadian peserta didik.”
3. Kompetensi Sosial
Dalam Standar Nasional Pendidikan yang berkenaan

dengan

tenaga

kependidikan, dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan kompetensi sosial yang
harus dimiliki oleh seorang guru adalah kemampuan guru sebagai bagian dari
masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik,
sesama pendidik, dan masyarakat sekitar. Sebagaimana dikutip oleh Mulyasa (h.:
173), dalam RPP Guru, ditegaskan bahwa kompetensi sosial tersebut sekurang
kurangnya meliputi kemampuan dalam:
a. Berkomunikasi secara lisan, tulisan, dan isyarat.
b. Menggunakan teknologi komunikasi dan informasi secara fungsional.
c. Bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik.
d. Bergaul secara santun dengan masyarakat sekitar.
4. Kompetensi Profesional
Sebagaimana dijelaskan dalam Standar Nasional Pendidikan, yang dimaksud
dengan kompetensi profesional adalah kemampuan penguasaan materi pembelajaran
secara luas dan mendalam yang memungkinkan membimbing peserta didik memenuhi
standar kompetensi yang ditetapkan dalam Standar Nasional pendidikan. Terkait
dengan itu ruang lingkup dari kompetensi profesional yang harus dikuasai oleh
seorang guru meliputi:
a.

Landasan-landasan pendidikan yang meliputi filosofis, psikologis, fisiologis,
ideologis, metodologis, dan sosiologis yang diperlukan untuk memahami pribadi

b.

peserta didik guna memberikan layanan pendidikan yang terbaik kepadanya
Teori dan aplikasi praktis dari materi ajar atau bidang studi yang menjadi
tanggung jawabnya dalam tugas penyelenggaraan kegiatan belajar dan

pembelajaran sesuai dengan tuntutan perkembangan ilmu pengetahuan dan
c.

teknologi yang aktual.
Teori dan aplikasi praktis manajemen dan teknologi pendidikan modern dan
relevan yang diperlukan untuk menciptakan kegiatan belajar dan pembelajaran
yang kondusif bagi siswa dalam mencapai hasil belajar yang maksimal sesuai
dengan potensi yang dimiliki oleh siswa.
Sebagai seorang guru fisika dengan memiliki kompetensi profesional yang

baik sangat penting karena jika seorang guru fisika ataupun guru bidang studi lainnya
tidak memiliki pengetahuan memadai maka akan cenderung menyampaikan konsepkonsep yang salah. Konsep-konsep yang salah ini akan menjadi miskonsepsi dan jika
telah masuk kedalam ingatan dan keyakinan peserta didik maka akan sangat sulit
untuk diperbaiki. Oleh karena itu sebagai seorang calon guru fisika maupun guru
fisika harus benar-benar menguasai materi-materi yang akan atau sedang diajarkan
kepada peseta didiknya untuk menghindarkan miskonsepsi atau pemahaman yang
salah pada peserta didik.

2.3 Peran Utama atau Tugas Pokok Guru dalam Kegiatan Belajar dan Pembelajaran
Tugas seorang guru secara umum meliputi tiga aspek yaitu sebagai berikut.
a. Tugas Mendidik
Tugas mendidik berarti bahwa guru bertugas dalam hal membantu peserta
didik untuk mengembangkan nilai-nilai yang bermanfaat bagi kehidupan dan masa
depan peserta didik sebagai individu dan sebagai anggota masyarakat.
b. Tugas Membelajarkan
Tugas membelajarkan berarti bahwa guru bertugas untuk memfasilitasi dan
memberi peluang belajar dengan merancang suasana yang kondusif dan mendukung
proses belajar peserta didik.
c. Tugas Melatih
Tugas melatih berkaitan dengan upaya membantu peserta didik dalam
mengembangkan keterampilan-keterampilan yang berkaitan dengan kebutuhan
hidupnya.
Dalam PP No. 19 pasal 18 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan
disebutkan bahwa proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara
interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk

berpartisipasi aktif, serta memberi ruang yang cukup bagi prakarsa, kreatifitas, dan
kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologi peserta
didik. Dalam proses pembelajaran, guru harus memberikan keteladanan kepada peserta
didik. Dalam hal ini guru bertugas untuk melakukan hal-hal sebagai berikut.
1. Merencanangkan Pembelajaran
Pada tahap ini guru harus benar-benar mempersiapkan segala perangkat dan
stategi pembelajaran yang akan dilakukan dalam kegiatan pembelajaran fisika .
Adapun langkah-langkah yang harus dilakukan guru dalam hal merencanakan
pembelajaran yaitu:
a. Merumuskan tujuan pembelajaran dalam bentuk indikator pencapain kompetensi.
Indikator-indikator yang dikembangkan harus disesuaikan dengan kebutuhan
peserta didik dan dengan lingkungan belajar di sekolah. Dalam hal ini, guru
dituntut untuk kreatif, aktif, dan inovatif dalam merancang pembelajaran tanpa
meninggalkan isi kurikulum yang sedang berlaku. Bagi calon guru maupun guru
Fisika akan lebih baik dalam merancang pembelajaran, rancangannya lebih
disesuaikan dengan materi yang disampaikan.
b. Merancang model asesmen dan alat evaluasi. Asesmen yang diterapkan untuk
pembelajaran sains tidak hanya dalam bentuk tes tulis (paper and pencil test)
tetapi guru perlu juga mengembangkan model asesmen kreatif seperti portofolio
dan proyek dari peserta didik. Adapun evaluasi dapat berupa evaluasi formatif
(untuk memperbaiki pembelajaran) dan evalusi sumatif (untuk mengukur tingkat
keberhasilan belajar).
c. Memilih materi pembelajaran yang essensial. Pemilihan materi pembelajaran
hendaknya disesuaikan dengan kebutuhan atau kompetensi yang dibutuhkan
peserta didik. Dalam hal ini, guru harus mampu menganalisi karakter materi
pelajaran yang akan dipelajari oleh peserta didik.
d. Berdasarkan karakteristik materi pelajaran maka guru kemudian memilih strategi
pembelajaran yang tepat untuk memberikan pengalaman belajar pada peserta
didik. Pada tahap ini guru akan menetapkan pendekatan, model, metode, dan
media pembelajaran.
2. Menyiapkan Kegiatan Belajar dan Pembelajaran
Setelah rencana kegiatan disusun, tugas guru selanjutanya adalah menyiapkan
berbagai keperluan yang akan digunakan dalam kegiatan belajar dan pembelajaran.
Keperluan ini meliputi administrasi, bahan ajar, peralatan, dan saran non fisik seperti

kesiapan psikologis dan intelektual guru dalam menyajikan materi pembelajaran serta
mengevaluasi hasil belajar peserta didik.
3. Melaksanakan Proses Pembelajaran
Mengacu pada persiapan pembelajaran yang telah dirancang secara matang dan
operasional, selanjutnya guru melaksanakan pembelajaran. Pola komunikasi di dalam
kelas pada saat pembelajaran berlangsung secara interaktif. Suatu kegiatan
pembelajaran dapat melibatkan beberapa pola interaksi. Interaksi merupakan pola
komunikasi yang direncanakan guru untuk mencapai tujuan pembelajaran. Pola
interaksi di kelas dapat terjadi satu arah, dua arah, dan multi arah. Bila interaksi kelas
didominasi oleh penyaji informasi oleh guru, maka interaksi dikategorikan
berlangsung searah atau dua arah.

1. Gambar 1.1. Pola Pembelajaran yang Didominasi oleh Peran Guru
Jika guru menyajikan materi dibantu dengan media dan metode pembelajaran
yang bervariasi dan pengorganisasian peserta didik dalam kelompok-kelompok kecil,
maka interaksi pembelajaran dapat berlangsung multi arah. Dalam kegiatan
pembelajaran dengan pola ini guru lebih cenderung berperan sebagai pembimbing
atau fasilitator bagi proses belajar peserta didik.

Gambar 1.2. Pola Interaksi dimana Guru Berperan Sebagai Fasilitator
Pembelajaran
Perlu diperhatikan bahwa pola pembelajaran yang direncanakan oleh guru,
harus relevan dengan tujuan, materi dan metode pelaksanaan pembelajaran yang
dipilih. Masih banyak pola-pola interaksi atau komunikasi pembelajaran yang dapat
dirancang dan diterapkan oleh guru.
4. Mengevaluasi Proses dan Hasil Belajar
Melakukan evaluasi terhadap proses dan hasil belajar peserta didik merupakan
bagian penting lain dari tugas guru. Merancang alat evaluasi merupakan langkah yang
tidak terpisahkan dalam perencanaan pembelajaran. Melalui evaluasi yang benar guru
dapat menentukan keberhasilan peserta didik dalam mencapai tujuan pembelajaran.
Alat evaluasi untuk mengukur ketercapaian tujuan atau indikator harus telah
dirancang pada saat persiapan.
Evalusi yang dilakukan dapat berupa evalusi proses pembelajaran ataupun
evaluasi hasil belajar. Evaluasi proses belajar dapat dilakukan melalui portofolio
peserta didik. Portofolio adalah suatu bentuk evaluasi alternatif yang menggambarkan
upaya peserta didik dalam memahami materi pelajaran ataupun proses latihan
menguasai suatu ketrampilan. Disamping itu, evaluasi juga dapat dilakukan secara
lisan maupun tulisan, dapat dilakukan sebelum, pada saat, dan setelah proses
pembelajaran. Setiap satuan pendidikan melakukan perencanaan proses, pelaksanaan
proses, dan penilai hasil pembelajaran, serta pengawasan proses pembelajaran untuk
terlaksananya proses pembelajaran yang efektif dan efisien.

2.4 Peran Guru Dalam Pembelajaran
A. Narasumber
Peran sebagai sumber belajar berkaitan erat dengan penguasaan materi
pelajaran . Guru dikategorikan baik apabila ia menguasai dengan baik segala sesuatu
yang terkait dengan materi pelajaran yang diajarkannya , dan sebaliknya seorang guru
yang kurang menguasai materi pelajarannya dikatakan sebagai guru yang kurang baik
Dalam hal ini , guru juga harus dapat berperan sebagai bagian dari sumber informasi
bagi proses belajar peserta didik . Sebagai sumber informasi guru di tuntut agar
memiliki wawasan yang luas terkait dengan materi pelajaran yang diajarkannya . Oleh
karena itu, seorang guruyang professional harus mau dan mampu belajar terus dan
harus dapat memanfaatkan berbagai media dan sumber belajar untuk memperjelas
informasi yang disampaikan kepada peserta didik .
Berperannya guru sebagai sumber informasi porsinya sangat tergantung pada
tingkatan pendidikan . Pada jenjang sekolah dasar guru hamper sepenuhnya bertindak
sebagai sumber informasi . Sedangkan pada tingkatan kelas dan tingkatan pendidikan
yang lebih tinggi , maka peran guru sebagai sumber informasi ini semakin berkurang .
Sebagai sumber belajar dalam proses pembelajaran hendaknya guru melakukan halhal sebagai berikut :
a) Guru harus memiliki bahan referensi yang lebih banyak dari peserta didik.
Agar guru tidak ketinggalan perkembangan informasi dan teknologi,
sebaiknya guru harus mengakses sumber informasi lebih banyak dibandingkan
peserta didik .
b) Guru dapat menunjukan atau menyarankan sumber belajar bagi peserta didik
yang memiliki kecepatan belajar yang berbeda dengan peserta didik yang lain.
c) Guru perlu melakukan pemetaan materi pelajaran, misalnya dengan
menentukan mana materi inti yang wajib dipelajari peserta didik dan mana
materi yang harus di ingat kembali karena pernah di bahas dan lain
sebagainya. Apalagi dalam pembelajaran Fisika yang biasanya antara materi
satu dan materi lainnya sering memiliki keterkaitan konsep sehingga perlu
selalu dipastikan dan diingatkan kepada peserta didiknya agar informasi yang
didapatkan menjadi lebih efektif
B. Manajer atau Pengelola Kelas
Guru berperan sebagai pengelola lingkungan pembelajaran, sehingga guru harus
mampu mengelola lingkungan belajar yang kondusif. Dalam hubungannya dengan

pengelolaan pembelajaran , menurut Alvin Eurich ada beberapa prinsip belajar yang
harus diperhatikan oleh guru yakni :
a) Peserta didik harus di fasilitasi untuk mengkonstruksi pengetahuan dan
keterampilannya sendiri.
b) Setiap peserta didik yang belajar memiliki kecepatan dan potensi individual.
c) Seorang peserta didik yang diberikan reinforcement akan belajar lebih banyak.
Peserta didik akan lebih termotivasi apabila diberi tanggung jawab.
d) Belajar secara keseluruhan akan lebih berarti.
Dalam melaksanakan pengelolaan pembelajaran ada dua macam kegiataan yang
harus dilakukan yaitu mengelola sumber belajar dan melaksanakan peran sebagai
sumber belajar itu sendiri. Sebagai pengelola kegiatan pembelajaran, guru memiliki 4
fungsi umum yaitu :
1. Merancang atau merencanakan tujuan belajar
Fungsi merencanakan merupakan fungsi yang sangat penting bagi
seorang manajer.
2. Mengorganisasi berbagai sumber belajar untuk mewujudkan tujuan belajar
Fungsi mengorganisasikan melibatkan penciptaan secara sengaja suatu
lingkungan pembelajaran yang kondusif serta melakukan pendelegasian
tanggung jawab dalam rangka mewujudkan tujuan program pendidkan yang
telah di rencanakan.
3. Memimpin, memotivasi, mendorong dan menstimulasi peserta didik agar
belajar
Fungsi memimpin atau mengarahkan adalah fungsi yang lebih bersifat
pribadi yang melibatkan gaya tertentu. Tugas memimpin ini adalah
berhubungan dengan membimbing, mendorong dan mengawasi peserta didik.
4. Mengawasi segala sesuatu dalam rangka pencapaian tujuan
Fungsi mengawas bertujuan untuk mengusahakan peristiwa-peristiwa
yang sesuai dengan rencana yang telah di susun.

Gambar 1.3. Saling Keterkaitan Fungsi Guru sebagai Manajer
C. Fasilitator Pembelajaran
Peran guru sebagai fasilitator pembelajaran berarti bahwa guru harus dapat
memfasilitasi interaksi belajar antar peserta didik. Di samping itu guru juga dapat
memberikan berbagai fasilitas lainnya yang diperlukan oleh peserta didik, antara lain
berupa alat bantu atau media pembelajaran yang menunjang, serta melengkapi
fasilitas yang diperlukan untuk terjadinya pembelajaran yang optimal. Sebagai
contoh, seorang guru bidang studi fisika yang merencanakan untuk memberikan
pengalaman praktikum bagi peserta didik dalam materi fluida. Agar kegiatan
praktikum dapat berjalan dengan baik , maka guru harus menyiapkan fasilitas
penunjang untuk keberlangsungan kegiatan eksperimen fluida yaitu misalnya
menyiapkan air, wadah, beban, dan sebagainya.
Sebelum memulai proses pembelajaran guru fisika (maupun guru pelajaran yang
lain) yang baik akan bertanya pada diri sendiri tentang bagaimana menyajikan
pelajaran secara efektif dengan cara memikirkan materi apa yang sesuai dengan
metode pelajaran tertentu. Hal ini penting dilakukan agar keinginan guru agar proses
pembelajaran dapat berlangsung aktif, inovatif, efektif dan menyenangkan (PAIKEM)
sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai dapat terlaksana. Hakikat sesungguhanya
dari peran guru sebagai fasilitator adalah peran guru dalam hal memikirkan tentang
bagaimana cara peserta didik akan belajar dalam rangka agar tujuan pembelajaran
dapat tercapai. Ada beberapa hal yang perlu dipahami sehubungan dengan peran guru
sebagai fasilitator, khususnya tentang pemanfaatan berbagai media dan sumber
pembelajaran

1.) Guru perlu mengetahui fungsi dan jenis pembelajaran. Pengetahuan dan
pemahaman tentang hal tersebut sangat diperlukan karena pengguanaan media
akan sangat bermanfaat jika sesuai dengan karakteristik materi pelajaran.
Suatu media belum tetu cocok digunakan untuk menyajikan materi pelajaran.
Misalnya media pembelajaran yang digunakan untuk menyajikan materi fluida
yaitu digunakan media berupa air, wadal dan sebaginya , media tersebut belum
tentu cocok dengan materi fisika yang lainnya. Setiap jenis media
pembelajaran memiliki karakteristik yang berbeda.
2.) Guru perlu memiliki ketrampilan dalam merancang suatu media. Kemampuan
merancang suatu media merupakan salah satu kompetensi yang harus dimiliki
oleh guru profesional. Perancangan dan pemanfaatan media pembelajaran
yang relevan, akan dapat memudahkan proses pembelajaran dan membantu
tercapainya tujuan pembelajaran secara optimal.
3.) Guru harus mampu mengorganisasikan berbagai jenis media serta dapat
memanfaatkan

berbagai

sumber

belajar.

Guru

memiliki

kompetensi

profesional harus mampu beradaptasi dengan perkembangan informasi dan
tehnologi yang pesat yag memungkinkan guru dapat menggunakan berbagai
pilihan media pembelajaran.
4.) Guru harus memiliki kemampuan dalam berkomunikasi dan berinteraksi
dengan peserta didik. Hal ini sangat penting, karena kemampuan
berkomunikasi secara efektif dapat memudahkan peserta didik menangkap
pesan sehingga dapat meningkatkan motovasi belajar mereka.
D. Pembimbing Peserta Didik dalam Pembelajaran
Peserta didik adalah makhluk yang unik, memiliki karakteristik dan kemampuan
yang berbeda-beda. Meskipun secara fisik mungkin ada peserta didik yang
mempunyai kemiripan, tetapi pada hakikatnya mesti berbeda dalam hal bakat, minat,
kemampuan akademik, kemampuan sosial dan sebagainya. Disamping itu setiap
individu peserta didik juga adalah manusia yang sedang berada dalam proses
perkembangan menuju kedewasaan. Meskipun usianya relatif sama, irama
perkembangan antar individu tentu tidak sama persis. Perbedaan itulah yang menuntut
guru harus dapat berperan sebagai pembimbing. Guru harus mampu membimbing
mereka agar dapat melakukan hal hal berikut ini.
1) Mengembangkan berbagai potensi yang dimilikinya sebagai bekal hidupnya.
2) Membimbing peserta didik agar dapat mencapai dan melaksanakan tugas-tugas
perkembangan mereka.

3) Membimbing peserta didik agar dapat tumbuh dan berkembang sebagai manusia
mandiri.
Agar guru dapat berperan sebagai pembimbing yang baik, maka guru harus
memiliki hal hal berikut ini.
1) Pemahaman tentang peserta didik yang dibimbingnya, misalnya pemahaman
tentang gaya dan kebiasaan belajar serta pemahaman tenatng potensi dan bakat
peserta didik. Pemahaman ini sangat penting artinya, sebab akan menentukan
tehnik dan jenis bimbingan yang harus diberikan kepada peserta didik.
2) Pemahaman dan keterampilan merencanakan tujuan dan proses pembelajaran.
Proses bimbingan akan dapat dilakukan dengan baik apabila guru telah
merencanakan hendak dibawa kemana peserta didik dan merencanakan apa yang
harus dilakukan. Untuk merumuskan tujuan yang sesuai, guru harus memahami
segala sesuatu yang berhubungan baik dengan sistem nilai masyarakat maupun
dengan kondisi psikologis dan fisiologis peserta didik. Kesemuanya itu
terkandung dalam kurikulun sebagai pedoman dalam merumuskan tujuan dan
kompetensi yang harus dimiliki. Di samping itu, guru harus mampu merencanakan
dan mengimplementasikan proses pembelajaran yang melibatkan peserta didik
secara penuh. Proses membimbing adalah proses memberikan bantuan kepada
peserta didik. Oleh karena itu, hal yang terpenting dalam proses pembelajaran
adalah peserta didik itu sendiri.
E. Demonstrator Keterampilan
Peran guru sebagai demonstrator dapat berarti bahwa guru adalah model bagi
peserta didik khususnya dalam melakukan suatu keterampilan yang harus dipelajari
oleh peserta didik. Guru harus berperan untuk menunjukan kepada peserta didik
segala sesuatu yang dapat membuat peserta didik lebih mengerti dan memahami
setiap pesan yang disampaikan. Dalam mengajarkan materi-materi fisika calon guru
atau guru fisika materi-materi yang diajarkan dapat didemostrasikan melalui mediamedia tertentu, praktikum, vidio, slide dan sebagainya sesuai dengan materi fisika
yang sedang diajarkan. Ada dua konteks guru sebagai demonstrator yaitu sebagai
berikut.
1) Guru harus menunjukan sikap-sikap yang terpuji, karena dalam setiap aspek
kehidupan, guru merupakan sosok ideal peserta didik. Dalam konteks ini guru
berperan sebagai model dan teladan bagi setiap peserta didik.

2) Guru sebagai demonstrator harus dapat menunjukan bagaimana caranya agar
semua materi pelajaran dapat lebih dipahami dan dihayati oleh setiap peserta
didik.
F. Motivator
Dalam proses pembelajran motivasi merupakan salah satu aspek dinamis yang
sangat penting. Sering terjadi peserta didik yang kurang berprestasi bukan disebabkan
oleh kemampuannya yang kurang, akan tetapi dikarenakan tidak adanya motivasi
untuk belajar sehingga ia tidak berusaha untuk mengerahkan segala kemampuannya.
Dengan demikian, dapat dikatakan peserta didik yang berprestasi rendah belum tentu
disebabkan oleh kemampuannya yang rendah pula, akan tetapi mungkin disebabkan
oleh tidak adanya dorongan atau motivasi.
Kemudian apa yang disebut motivasi itu? Woodwort (1955) mengatakan: "A
motive is a set predisposes the individual of certain activities and for seeking certain
goals". Suatu motif adalah suatu set yang dapat membuat individu melakukan
kegiatan-kegiatan tertentu untuk mencapai tujuan. Dengan demikian, perilaku atau
tindakan yang ditunjukkan seseorang dalam upaya mencapai tujuan tertentu sangat
tergantungdari motive yang dimilikinya. Arden (1957) menegaskan "motives as
internal condition arouse sustain, direct and determain the intensity of learning effort,
and also define the set satisfying or unsatisfying consequences of goal"
Berdasarkan definisi tersebut di atas maka jelaslah bahwa kuat Iemahnya
usaha yang dilakukan seseorang untuk mecapai suatu tujuan akan ditentukan oleh
kuat lemahnya motif yang dimiliki orang tersebut. Motif dan motivasi merupakan dua
hal yang tidak dapat dipisahkan. Motivasi merupakan penjelmaan dari motif-motif
yang terlihat dari perilaku seseorang. Hilgard mengatakan bahwa motivasi adalah
suatu keadaan yang terdapat dalam diri seseorang yang menyebabkan orang tersebut
melakukan kegiatan tertentu untuk mencapai tujuan tertentu.
Motivasi sangat erat hubugannya dengan kebutuhan sebab motivasi muncul
karena adanya kebutuhan. Seseorang akan terdorong untuk bertindak manakala dalam
dirinya ada kebutuhan. Kebutuhan ini menimbulkan keadaan ketidakseimbangan
(ketidak puasaan) yaitu ketegangan-ketegangan dan ketegangan itu akan hilang
manakala kebutuhan itu telah terpenuhi. Proses pembelajaran akan berhasil manakala

peserta didik memiliki motivasi dalam belajar. Oleh sebab itu guru perlu
menumbuhkan motivasi belajar peserta didik. Untuk memperoleh hasil belajar yang
optimal, guru dituntut kreatif membangkitkan motivasi belajar peserta didik.
Beberapa hal penting yang perlu dilakukan oleh guru untuk membangkitkan motivasi
belajar peserta didik adalah sebagai berikut.
a.

Menyampaikan Tujuan yang Ingin Dicapai
Kejelasan tujuan yang ingin dicapai dapat membuat peserta didik
memahami arah proses pembelajaran. Pemahaman peserta didik tentang tujuan
pembelajaran dapat menumbuhkan minat belajar yang selanjutnya akan
berdampak pada peningkatan motivasi belajarnya. Semakin jelas tujuan yang
ingin dicapai, maka akan semakin kuat motivasi belajar peserta didik. Oleh sebab
itu sebelum proses pembelajaran dimulai hendaknya guru menjelaskan terlebih
dahulu tujuan yang ingin dicapai.

b. Membangkitkan Minat Peserta Didik
Peserta didik akan terdorong untuk belajar, apabila peserta didik memiliki
minat untuk belajar. Mengembangkan minat belajar peserta didik merupakan salah
satu teknik dalam mengembangkan motivasi belajar. Beberapa cara untuk
membangkitkan minat belajar peserta didik antara lain ialah:


Guru mengubungkan bahan pelajaran dengan kebutuhan peserta didik.
Minat peserta didik akan tumbuh apabila mereka tahu bahwa materi
pelajaran itu berguna untuk kehidupannya. Dalam hal ini, guru perlu



menjelaskan keterkaitan materi pelajaran dengan kebutuhan peserta didik.
Guru menyesuaikan materi pelajaran dengan pengalaman dan
kemampuan peserta didik. Oleh karena itu, guru perlu memahami hal-hal
yang menjadi prasyarat pengetahuan peserta didik sebelum membahas
materi tertentu. Materi pelajaran yang terlalu sulit tidak akan dapat diikuti
dengan baik sehingga peserta didik mungkin akan gagal mencapai hasil
yang optimal. Kegagalan tersebut dapat meniadakan minat peserta didik
untuk belajar. Minat belajar biasanya akan tumbuh kalau peserta didik



merasa berhasil dalam belajar.
Guru harus mampu menggunakan strategi dan metode pembelajaran yang
bervariasi dan terpadu. Beberapa contoh strategi pembelajaran dalam
bidang sains antara lain ialah strategi inkuiri, strategi kooperatif, strategi

c.

ekspositori.
Menciptakan Suasana Menyenangkan dalam Belajar
Peserta didik hanya mungkin dapat belajar dengan baik, manakala ada
dalam suasana yang menyenangkan, merasa aman bebas dari rasa takut. Dalam
hal ini guru harus berusaha menciptakan suasana kelas yang hidup dan segar,
terbebas dari rasa tegang. Untuk itu guru sekali-sekali dapat melakukan hal-hal
yang lucu. Dalam istilah Robert Tucker, kemampuan menciptakan kenyamanan
dalam kelas merupakan salah satu tantangan bagi guru dalam abad ke 21 ini.

d. Memberi Penguatan Terhadap Keberhasilan Peserta Didik
Motivasi akan tumbuh bila peserta didik merasa dihargai. Memberikan
pujian yang wajar merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan untuk
memberikan penghargaan. Pujian tidak selamanya harus dengan kata-kata, justru
ada anak yang merasa tidak senang dengan kata-kata. Pujian sebagai penghargaan
bisa dilakukan dengan isyarat misalnya senyuman dan anggukan yang wajar, atau
mungkin dengan tatapan mata yang meyakinkan.
e.

Memberikan Penilaian dengan Objektif
Banyak peserta didik yang belajar karena ingin memperoleh nilai bagus.
Oleh karena itu mereka akan berusaha belajar dengan giat. Bagi sebagian peserta
didik nilai dapat menjadi motivasi ekstrinsik yang kuat untuk belajar. Oleh karena
itu penilaian harus dilakukan dengan segera, agar peserta didik secepat mungkin
mengetahui hasil kerjanya. Penilaian harus dilakukan secara objektif sesuai
dengan kemampuan peserta didik masing-masing.

f.

Memberi Komentar Terhadap Hasil Pekerjaan Peserta Didik
Sebagai manusia, peserta didik membutuhkan penghargaan. Penghargaan
bisa dilakukan dengan memberikan komentar yang positif. Setelah peserta didik
selesai mengerjakan suatu tugas, sebaiknya berikan komentar secepatnya
misalnya dengan memberikan tulisan "bagus", atau "teruskan pekerjanmu" dan
lain sebagainya. Komentar yang positif dapat meningkatkan motivasi belajar
peserta didik.

g.

Membangun Suasana Kerja Sama dan Kompetisi yang Sehat
Persaingan yang sehat dapat memberikan pengaruh yang baik untuk
keberhasilan proses pembelajaran. Melalui persaingan dengan sesamanya peserta

didik akan berusaha dengan sungguh-sungguh untuk memperoleh hasil yang
terbaik. Oleh sebab itu guru harus mendesain pembelajaran yang memungkinkan
peserta didik untuk bersaing baik antar kelompok maupun antar individu. Perlu
disadari pula bahwa persaingan tidak selamanya menguntungkan, khususnya
untuk peserta didik yang merasa tidak mampu bersaing. Strategi pembelajaran
kooperatif {cooperative learning) merupakan salah satu hal yang harus dikuasai
dan dapat diterapkan oleh guru untuk menciptakan nuansa persaingan positif
antar kelompok.
Selain beberapa petunjuk tentang cara membangkitkan motivasi belajar seperti
di atas, adakalanya motivasi dapat dibangkitkan dengan cara-cara lain yang sifatnya
negatif seperti memberikan hukuman, teguran dan kecaman, memberikan tugas yang
menantang. Namun teknik-teknik semacam itu hanya dapat digunakan dalam kasuskasus tertentu. Beberapa ahli mengatakan upaya membangkitkan motivasi dengan
cara-cara semacam itu lebih banyak merugikan peserta didik. Untuk itulah seandainya
masih bisa dengan cara-cara yang positif sebaiknya membangkitkan motivasi dengan
cara negative harus dihindari.
G. Penilai dan Evaluator
Sebagai evaluator guru berperan untuk mengumpulkan data atau informasi
tentang keberhasilan pembelajaran yang telah dilakukan. Ada 2 fungsi utama guru
dalam kaitan dengan perannya sebagai evaluator yaitu sebagi berikut.
a) Menentukan keberhasilan peserta didik dalam mencapai tujuan yang telah
ditentukan atau menentukan keberhasilan peserta didik dalam menyerap materi
pelajaran sesuai dengan kurikulum dan
b)
Menentukan keberhasilan guru dalam melaksanakan kegiatan yang telah
diprogramkan.
1. Evaluasi untuk Menentukan Keberhasilan Peserta Didik
Evaluasi memegang peranan yang sangat penting, dalam upaya untuk
menilai keberhasilan peserta didik. Melalui proses evaluasi, pendidik dapat
menentukan apakah peserta didiknya sudah menguasai kompetensi yang
diharapkan atau belum. Jika sudah, maka mereka layak diberikan pembelajaran
dengan materi baru. Tetapi jika belum, maka perlu diberikan program perbaikan
atau remidial. Seringkali pendidik beranggapan bahwa evaluasi sama dengan

melakukan tes, artinya guru telah melakukan evaluasi apabila telah melaksanakan
tes. Hal ini tentu kurang tepat. Evaluasi adalah suatu proses untuk menentukan
nilai atau makna tertentu pada sesuatu yang dievaluasi. Dengan demikian
teshanya salah satu cara yang dapat dilakukan untuk menentukan makna tersebut.
Misalnya seorang peserta didik yang bernama “A” katakana telah menguasai
seluruh program pembelajaran berdasarkan hasil dari serangkaian evaluasi.
Berdasarkan hasil tes, si A mendapat skor dengan kategori bagus, berdasarkan
hasil observasi dia telah dapat menerapkan ilmunya dalam kehidupan sehari-hari,
berdasarkan hasil wawancara diabenar-benar tidak mengalami kesulitan tentang
bahan pelajaran yang telah dipelajarinya. Atas dasar pertimbangan yang mengacu
pada rangkaian proses evaluasi tersebut, maka guru dapat menentukan bahwa si
“A” pantas dapat melanjutkan pelajarannya kemateri pelajaran yang selanjutnya.
Sebaliknya, walaupun berdasarkan hasil tes seorang peserta didik telah dapat
menguasai kompetensi seperti yang diharapkan, akan tetapi berdasarkan hasil
wawancara dan observasi dia tidak menunjukkan perubahan perilaku yang
signifikan, maka guru dapat mengambil keputusan bahwa peserta didik tersebut
belum berhasil. Kelemahan yang sering terjadi sehubungan dengan pelaksanaan
evaluasi selama ini adalah bahwa pendidik indikator yang dipergunakan untuk
menentukan keberhasilan 'peserta didik terbatas pada hasil tes yang biasa
dilakukan secara tertulis saja. Akibatnya sasaran pembelajaran hanya terbatas
pada kemampuan peserta didik untuk menjawab soal-soal yang diujikan dengan
instrument berupa tes tertulis itu saja. Dalam rangka meningkatkan kualitas
pembelajaran, evaluasi sebaiknya dilakukan bukan hanya terhadap hasil belajar
akan tetapi juga terhadap proses belajar. Hal ini sangat penting sebab evaluasi
terhadap proses belajar pada dasarnya adalah evaluasi terhadap keterampilan
intelektual secara nyata.
2.

Evaluasi untuk Menentukan Keberhasilan Guru
Evaluasi dilakukan bukan hanya untuk peserta didik akan tetapi dapat
digunakan untuk menilai kinerja pendidik sendiri. Berdasarkan hasil evaluasi,
pendidik dapat memperoleh informasi tentang pelaksanaan proses pembelajaran,
misalnya apakah telah sesuai dengan perencanaan atau belum, hal-hal apa saja
dari komponen perencanaan yang masih perlu diperbaiki. Evaluasi untuk
menentukan keberhasilan pendidik, tentu saja tidak serumit proses dan alat

evaluasi untuk menilai keberhasilan peserta didik baik dilihat dari aspek waktu
pelaksanaan maupun dilihat dari aspek pelaksanaan. Evaluasi keberhasilan
pendidik dapat dilakukan sebagai wujud dari refleksi diri seorang pendidik yang
dilakukan setelah setiap proses pembelajaran berakhir.

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Peran guru dalam menentukan keberhasilan pendidikan adalah sangat penting.
Bahkan dengan peningkatan profesional guru dalam melaksanakan tugasnya termasuk
melalui peningkatan sistem pendidikan guru dapat mengatasi kegagalan pendidikan. Hal
tersebut karena dalam belajar dan pembelajaran guru berperan sebagai aktor, sutradara,
manajer, sekaligus merangkap sebagai penilai. Guru merupakan titik strategi
pembangunan sistem pendidakan di Indonesia. Agar dapat menjalankan semua peran
guru secara optimal maka seorang guru harus memiliki empat kompetensi yaitu
kompetensi pedagogik, kompetensi sosial, kompetensi kepribadian dan kompetensi
profesional. Keempat kompetensi harus dimiliki agar guru dapat menjalankan peran
utama atu tugas pokoknya dalam kegitan belajar dan pembelajarannya denga peserta
didik. Dimana yang dimaksud dengan peran utama atau tugas pokok guru dalam kegiatan
belajar dan pembelajaran adalah merencanakan pembelajaran, menyiapkan kegiatan
belajar dan pembelajaran, melaksanakan proses pembelajaran, dan mengevaluasi proses
dan hasil pembelajaran. Sedangakan peran guru pembelajaran adalah sebagai
narasumber, manajer atau pengelola kelas, fasilitator pembelajaran, pembimbing peserta
didik dalam pembelajaran, demonstrator keterampilan, motivator dan sebagai penilai
atau evaluator.
3.2 Saran
Agar terwujudnya pendidikan nasional Indonesia secara optimal dan seperti yang
direncanakan maka semua calon guru atau guru fisika maupun bidang studi lainnya harus
menyadari perannya dalam menunjang keberhasilan pendidikan nasional.

DAFTAR PUSTAKA

Gintings, Abdorrakhman.2012. Esensi Praktis: Belajar dan Pembelajaran. Bandung:
Humaniora.
Jufri, A. Wahab. 2010. Belajar dan Pembelajaran Sains. Lombok: Arga Puji Press.
Peraturan Pemerintah No. 19 Pasal 18 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional
Pendidikan.
RPP No. 19 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan
Dosen.