Kewirausahaan Dalam Konteks Global. docx

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam konteks persaingan global yang semakin terbuka seperti saat ini, banyak
tantangan yang harus dihadapi. Setiap negara harus bersaing dengan menonjolkan
keunggulan sumber daya masing-masing. Negara-negara yang unggul dalam sumber
dayanya akan memenangkan persaingan. Sebaliknya, negara-negara yang tidak memiliki
keunggulan bersaing dalam sumber daya akan kalah dalam persaingan dan tidak akan
mencapai banyak kemajuan. Negara-negara yang memiliki keunggulan bersaing adalah
negara-negara yang dapat memberdayakan sumber daya ekonomi dan sumber daya
manusianya secara nyata. Sumber-sumber ekonomi dapat diberdayakan apabila manusia
memiliki keterampilan kreatif dan inovatif. Di Indonesia, sumber daya manusia betulbetul menghadapi tantangan dan persaingan yang kompleks.
Tantangan persaingan global, pertumbuhan penduduk, pengangguran, tanggung jawab
sosial, keanekaragaman ketenagakerjaan, etika, kemajuan teknologi dan ilmu
pengetahuan, dan gaya hidup beserta kecenderungannya merupakan tantangan yang
saling terkait. Dalam persaingan global, semua sumber daya antarnegara akan bergerak
bebas melewati batas-batas yang ada. Hanya sumber daya yang memiliki keunggulanlah
yang dapat bertahan dalam persaingan. Demikian juga pertumbuhan penduduk dunia
yang cepat disertai persaingan yang tinggi akan menimbulkan berbagai angkatan kerja
yang kompetitif dan pengangguran bagi sumber daya manusia yang tidak memiliki
keunggulan dan daya saing yang kuat.

Untuk menghadapi berbagai tantangan tersebut diperlukan sumber daya berkualitas
yang dapat menciptakan berbagai keunggulan, baik keunggulan komparatif maupun
keunggulan kompetitif, di antaranya melalui proses kreatif dan inovatif berwirausaha.
Untuk dapat bersaing di pasar global sangat diperlukan barang dan asa yang berdaya
saing tinggi, yaitu barang dan jasa yang memiliki keunggulan-keunggulan tertentu. Untuk
menghasilkan barang dan jasa yang berdaya saing tinggi diperlukan tingkat efisiensi yang
tinggi. Tingkat efisiensi yang tinggi ditentukan oleh kualitas sumber daya manusia yang
tinggi, yaitu sumber daya manusia yang profesional dan terampil yang dapat menciptakan
nilai tambah baru dan mampu menjawab tantangan baru. Selanjutnya, kualitas sumber
daya manusia yang tinggi tersebut hanya dapat ditentukan oleh sistem pendidikan yang
menghasilkan sumber daya yang kreatif dan inovatif. Sumber daya kreatif dan inovatif
1

hanya terdapat dalam wirausaha. Oleh sebab itu, wirausahalah yang mampu menciptakan
keunggulan bersaing melalui kemampuan menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda .
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa saja tantangan global kewirausahaan?
2. Bagaiamana proses menuju pasar internasional?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui tantangan global kewirausahaan

2. Mengetahui proses menuju pasar internasional

2

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Tantangan Global Kewirausahaan
Skema Tantangan Global Sumber Daya Kewirausahaan

Persaingan Global

Pertumbuhan Penduduk

Pengangguran

TANTANGAN KEWIRAUSAHAAN

Keanekaragaman angkatan kerja

Tanggung Jawab Sosial


Kemajuan Teknologi

Tantangan Etika

Gaya hidup dan kecenderungannya

2.1.1 Tantangan Pengangguran
Pengangguran merupakan masalah yang tiada ujungnya dan menjadi salah
satu masalah mendasar dalam bangunan perekonomian. Berdasarkan data BPS
yang baru dirilis, jumlah penganggur per Agustus 2009 sebesar 13,08% dari total
angkatan kerja yang mencapai 113,83 juta orang. Dalam jumlah itu, pengangguran
terdidik yang berasal dari lulusan perguruan tinggi naik menjadi 14,89 juta
dibandingkan dengan 14,09 juta orang pada periode yang sama tahun sebelumnya
(Simanjuntak, 2009). Kondisi tersebut disebabkan oleh sukarnya ketersediaan
lapangan kerja dan adanya gap antara kebutuhan dunia usaha dengan kualitas
lulusan perguruan tinggi. Oleh karenanya, kewirausahaan merupakan alternatif
agar

lulusan


yang

dihasilkan

perguruan
3

tinggi

dapat

memberdayakan

kemampuannya dengan membangun lahan usahanya sendiri. Dengan demikian,
kewirausahaan tidak saja mengatasi pengangguran tetapi dapat membuka lahan
pekerjaan yang kemudian mampu mengurangi pengangguran lainnya.
Struktur Pengangguran
Model pembangunan ekonomi yang menekankan pada tradable goods
menyebabkan lulusan perguruan tinggi yang tidak memiliki kualifikasi memadai

tidak terserap di pasar tenaga kerja. Dengan adanya ledakan jumlah penduduk,
maka beban penduduk juga semakin bertambah. Lulusan pendidikan tinggi dapat
berdiri pada dua jalur yaitu sebagai sumber daya produktif atau malah menjadi
beban penduduk. Lulusan yang memiliki kemampuan memadai dan mampu
bersaing dalam dunia usaha akan menjadi sumber daya produktif yang dapat
mewarnai dunia usaha sehingga mampu berkontribusi pada perekonomian,
sebaliknya lulusan yang tidak memiliki skill sehingga menjadi pengangguran
justru menjadi beban bagi perekonomian.
Model Kewirausahaan
Terdapat berbagai pengertian pada kewirausahaan, yang secara umum
menekankan pada penciptaan organisasi baru, menjalankan kombinasi (kegiatan)
yang baru, eksplorasi berbagai peluang, menghadapi ketidakpastian, dan
mendapatkan secara bersama-sama faktor-faktor produksi. Schumpeter (1934)
mengkaitkan wirausaha dengan konsep inovasi yang diterapkan dalam konteks
bisnis serta mengkaitkannya dengan kombinasi sumber daya. Pelakunya dinilai
sebagai inovator yang mengimplementasikan perubahan-perubahan di dalam pasar
melalui kombinasi-kombinasi baru. Kombinasi baru tersebut bisa dalam bentuk:
(1) memperkenalkan produk baru atau dengan kualitas baru,
(2) memperkenalkan metoda produksi baru,
(3) membuka pasar yang baru (new market),

(4) Memperoleh sumber pasokan baru dari bahan atau komponen baru, atau
(5) Menjalankan organisasi baru pada suatu industri. Inti dari kewirausahaan
adalah kemandirian yang meliputi kemandirian berpikir, bertindak, dan
mengendalikan apa yang mereka lakukan tersebut.

2.1.2 Tantangan Tanggungjawab Sosial
4

Wirausaha yang unggul merasa bertanggungjawab secara pribadi atas hasil
usaha yang dia lakukan. Mereka lebih dapat mengendalikan sumberdaya
sumberdaya yang dimiliki dan menggunakan sumberdaya tersebut untuk mencapai
cita-cita. Wirausaha yang berhasil dalam jangka panjang haruslah memiliki rasa
tanggung jawab atas usaha yang dilakukan. Kemampuan untuk menanggung
risiko usaha seperti: risiko keuangan, risiko teknik adakalanya muncul, sehingga
wirausaha harus mampu meminimalkan risiko.
2.1.3 Tantangan Kemajuan Teknologi
Jiwa

kewirausahaan


yang

berbasis

teknologi

atau

biasa

disebut technopreneurship merupakan satu alternatif mutakhir untuk menjawab
tantangan itu. Proses pengembangan unit usaha dan produksi dengan memanfaatkan
teknologi dapat melipatgandakan hasil sekaligus performa dari unit usaha tersebut.
Untuk itu, sekiranya ada beberapa tahapan sederhana yang bisa dilakukan untuk
mengembangkan wirausaha berbasis teknologi ini.
Yang pertama, perlu dilakukan sosialisasi sekaligus pelatihan kepada
masyarakat terutama penggerak UMKM dalam teknologi yang aplikatif
dan multi-producting.

Salah


satunya,

pemerintah

bisa

menampilkan prototype pemanfaatan limbah-limbah produksi menjadi barang
yang bernilai jual. Misalnya, pada unit usaha sektor industri pengolahan pangan,
dapat digunakan teknologi vermicomposting sederhana yang mampu mengolah
secara alami sampah organik dengan menggunakan cacing untuk menghasilkan
pupuk kompos. Metode ini dapat menghasilkan sekaligus produk pupuk dan
cacing ternak tanpa menggunakan biaya produksi yang lebih besar. Tahapan ini
merupakan penanaman aspek-aspek teknologis di dalam unit usaha.
Yang kedua, dapat dilakukan pengembangan usaha tersebut dengan
menggunakan teknologi dalam jaringan, terutama dunia maya. Hal ini dapat
memberikan keuntungan dalam meningkatkan kualitas pemasaran dari produk
serta memperluas pangsa pasar dari usaha tersebut. Dalam hal ini, diupayakan
pengembangan unit usaha tersebut menjadi berlipat-lipat melalui pemanfaatan
teknologi.


2.1.4 Tantangan Gaya hidup dan kecenderungannya
5

Para wirausaha adalah orang-orang yang mempunyai kemampuan melihat dan
menilai kesempatan-kesempatan bisnis, mengumpulkan sumber daya-sumber daya
yang di butuhkan guna mengambil keuntungan dari padanya dan mengambil
tindakan yang tepat guna memastikan sukses.Para wirausaha adalah individuindividu yang berorientasi kepada tindakan, dan bermotivasi tinggi yang
mengambil resiko dalam mengejar tujuannya.
Ciri-ciri dan sifat dari wirausaha :
1. Percaya diri: keyakinan, ketidak tergantungan, individualitas, optimisme.
2. Berorientasikan tugas dan hasil : kebutuhan akan prestasi berorientasi laba,
ketekunan dan ketabahan, tekad kerja keras, mempunyai dorongan kuat, dan
inisiatif.
3. Pengambil resiko : kemampuan mengambil resiko, suka pada tantangan.
4. Kepemimpinan : bertingkah laku sebagai pemimpin dapat bergaul dengan
orang lain menanggapi saran-saran dan kritik.
5. Keorisinilan : inovatif dan kreatif fleksible, punya banyak sumber rerba bisa.
6. Berorientasi ke masa depan.
a. Falsafah Wirausaha

Keberhasilan sebagai wirausaha tergantung kepada kesediaan anda untuk
bertanggung jawab atas pekerjaan anda sendiri. Kejarlah tujuan-tujuan yang
berhubungan dengan kemampuan-kemampuan dan keterampilan anda. Jika
anda secara jujur dan agresif mengejar tujuan-tujuan ini, anda akan dapat
mencapai hasil-hasil yang positif.
b. Wirausaha Sebagai Pribadi
Setiap orang adalah individu yang unik, semua orang mempunyai
pengalaman masa lampu yang berbeda, hidup dalam situasi kehidupan yang
berlainan, mempunyai ikatan dan tanggung jawab yang berlainan, dan
mempunyai tujuan hidup yang berlainan.
c. Menjadi Wirausaha Ditempat Kerja Anda
Berwirausaha adalah suatu gaya hidup dan prinsip-prinsip tertentu akan
mempengaruhi karir anda. Bersifat lah fleksibel dan imaginatif, mampu
merencanakan, mengambil resiko, mengambil keputusan-keputusan dan
mengambil tindakan untuk mencapai tujuan. Anda haruslah bersedia
berkerja dalam keadaan konflik, perubahan dan keragu-raguan. Anda harus
6

menyusun prioritas dalam sasaran karir, dan hasil-hasil yang di inginkan
harus berkaitan dengan tujuan-tujuan yang dapat diukur dan berarti. Sebuah

ciri wirausaha yang penting adalah bahwa anda menawarkan sesuatu yang
berguna bagi orang lain.
d. Sifat Mental
Para wirausaha memiliki pandangan hidup yang sehat. Mereka
merupakan individu-individu yang matang yang telah mengembangkan
suatu cara menilai pengalaman-pengalaman secara sehat. Sikap mental yang
tepat terhadap pekerjaan sangatlah penting parawirausaha yang berhasil
menikmati pekerjaan mereka dan berdedikasi total terhadap apa yang
mereka lakukan. Sikap mental positif mereka mengubah pekerjaan mereka
menjadi pekerjaan yang menggairahkan, menarik dan memberi kepuasan.
e. Pentingnya Sikap Positif
Sikap mental positif memudahkan anda unuk memfokus pada kegiatankegiatan dan kejadian-kejadian atas hasil-hasil yang ingin anda capai.
f. Kebiasaan dan Sikap
Jika anda mengerti bahwa andalah yang bertanggung jawab atas
tindakan-tindakan anda, seharusnya anda bersedia meninjau kembali
kebiasaan-kebiasaan dalam hubungannya dengan tujuan-tujuan masa depan.
Wirausaha sejati adalah orang yang selalu berubah dan berkembang.
Mempunyai sikap-sikap yang positif dan citra diri yang sehat penting bagi
semua wirausaha.
2.1.5 Tantangan Etika
Etika ialah suatu studi mengenai yang benar dan yang salah dan pilihan moral
yang dilakukan seseorang. Keputusan etika ialah suatu hal yang benar mengenai
perilaku standar. Etika bisnis mencakup hubungan antara perusahaan dengan
orang yang menginvestasi uangnya dalam perusahaan, dengan konsumen, pegawai
kreditur, saingan dan sebagainya. Orang – orang bisnis diharapkan bertindak etis
dalam berbagai aktivitasnya di masayarakat.
Menjaga etika adalah suatu hal yang sangat penting untuk melindungi reputasi
perusahaan. Masalah etika ini selalu dihadapi oleh para manajer dalam keseharian
kegiatan bisnis, namun harus selalu dijaga terus menerus, sebab reputasi sebagai
perusahaan yang etis tidak dibentuk dalam waktu pendek, tapi akan terbentuk

7

dalam jangka panjang. Dan ini merupakan asset yang tak ternilai sebagai goodwill
bagi sebuah perusahaan.
Dalam menciptakan etika bisnis, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan,
antara lain ialah:
1. Pengendalian diri
2. Pengembangan tanggung jawab sosial (social responsibility)
3. Mempertahankan jati diri dan tidak mudah untuk terombang-ambing oleh
pesatnya perkembangan informasi dan teknologi
4. Menciptakan persaingan yang sehat
5. Menerapkan konsep “pembangunan berkelanjutan"
6. Menghindari sifat 5K (Katabelece, Kongkalikong, Koneksi, Kolusi dan
Komisi)
7. Mampu menyatakan yang benar itu benar
8. Menumbuhkan sikap saling percaya antara golongan pengusaha kuat dan
golongan pengusaha kebawah
9. Konsekuen dan konsisten dengan aturan main yang telah disepakati bersama
10. Menumbuhkembangkan kesadaran dan rasa memiliki terhadap apa yang telah
disepakati
11. Perlu adanya sebagian etika bisnis yang dituangkan dalam suatu hukum positif
yang berupa peraturan perundang-undangan
2.1.6 Tantangan Keanekaragaman Angkatan Kerja
Secara umum dan singkat tipe kepribadian manusia menurut Psikolog dari
Amerika yang terkenal dengan JL Holland dapat dibedakan dengan 6 macam:
1. Tipe Kepribadian Konvensional
Ciri ciri dari kepribadian konvensional adalah bersikat hati-hati, mengikuti
arus, metodis, efisien, cermat, tidak fleksibel, pemalu, tidak mau menonjolkan
diri, patuh, teratur, tekun, praktis, cermat, sopan, dan tidak imajinatif.
Pekerjaan yang cocok untuk tipe konvensional adalah : resepsionis, sekretaris,
klerek, operator komputer atau akuntan.
2. Tipe Kepribadian Sosial
Ciri-ciri kepribadian konvensional adalah: menyukai orang, menikmati
pergaulan, ramah, dermawan, suka menolong, baik hati, mudah berempati,
persuasif, sabar, suka bekerja sama, bertanggungjawab bijaksana, dan hangat.

8

Pekerjaan yang cocok untuk tipe ini adalah: Guru, ibu rumah tangga, atau
konsultan manajemen.
3. Tipe Kepribadian Investigative
Ciri-ciri Kepribadian investigative adalah rasional, analitis, kompleks, selalu
ingin tahu, teliti, senang menyendiri, isntrospektif, pemalu, penuh kehatihatian, tidak terburu-buru, tidak terbawa emosi, dan tidak terlalu disukai
orang.
Pekerjaan yang cocok untuk tipe ini: ilmuwan, dokter, penerjemah, surveyor,
peneliti, atau dosen.
4. Tipe Kepribadian Artisitik
Ciri-ciri Tipe Kepribadian artisitik adalah tidak rapi, emosional, impulsive,
tiakpraktis, mandiri, instrospektif, imajinatif, orisional, tidak senang,
mengikuti arus, intuitif, peka, terbuka, dan disukai banyak orang.
Pekerjaan yang cocok untuk tipe ini adalah: penulis, musisi, jurnalis, seniman,
disainer, actor, atau kritikus seni.
5. Tipe Kepribadian Realistis
Ciri-ciri kepribadian realistis adalah tidak suka omong kosong, tidak suka
mengumbar janji atau kata-kata, keras kepala, materialistis, praktis, menjauhi
diri dari pergaulan social, sedikit bergaul, bersikap wajar tidak dibuat-buat,
berterus terang, cenderung mengikuti arus, fleksibel, tekun, dan cermat.
Pekerjaan yang cocok untuk tipe ini antara lain : sopir, pilot, mekanik, juru
masak, atau petani.
6. Tipe Kepribadian Pengusaha
Ciri-ciri tipe kepribadian pengusaha adalah gigih, ambisius, menyenangkan,
mendominasi, menyukai petualangan, suka coba-coba, terkadang bertindak
berlebihan, suka berbicara, penuh rasa percaya diri, sangat optimis, dan siap
mencoba apapun.
Pekerjaan yang cocok untuk kepribadian ini adalah : penjual, eksekutif,
manajer, atau wiraswasta/wirausahawan.
2.1.7 Tantangan Pertumbuhan Penduduk
Pertumbuhan penduduk dapat menimbulkan dampak yang sangat luas, apalagi
jika pertumbuhan penduduk yang terjadi di indonesia, yang cenderung berdampak
negatif , hal ini di sebabkan karena pertumbuhan penduduk yang terjadi tidak di
imbangi oleh saran dan prasaran yang memadai, banyak sekali dampak negatif
yang dapat di timbulkan, khususnya yang akan kita bahas adalah dampak di
9

bidang ekonomi, pertumbuhan penduduk yang cepat tidak di imbangi oleh
lapangan pekerjaan yang tersedia, sehingga menimbulkan pengangguran dimanamana, apalagi di perparah dengan pemusatan-pemusatan lapangan kerja yang
cenderung berada di daerah kota-kota besar.
2.1.8 Tantangan Persaingan Global
Sumberdaya manusia (SDM) merupakan salah satu faktor kunci dalam
persaingan global, yakni bagaimana menciptakan SDM yang berkualitas dan
memiliki keterampilan serta berdaya saing tinggi dalam persaingan global yang
selama ini kita abaikan. Globalisasi yang sudah pasti dihadapi oleh bangsa
Indonesia menuntut adanya efisiensi dan daya saing dalam dunia usaha. Dalam
globalisasi yang menyangkut hubungan intraregional dan internasional akan
terjadi persaingan antarnegara. Indonesia dalam kancah persaingan global
menurut World Competitiveness Report menempati urutan ke-45 atau terendah
dari seluruh negara yang diteliti, di bawah Singapura (8), Malaysia (34), Cina
(35), Filipina (38), dan Thailand (40).
Terkait dengan kondisi sumber daya manusia Indonesia yaitu adanya
ketimpangan antara jumlah kesempatan kerja dan angkatan kerja. Jumlah
angkatan kerja nasional pada krisis ekonomi tahun pertama (1998) sekitar 92,73
juta orang, sementara jumlah kesempatan kerja yang ada hanya sekitar 87,67 juta
orang dan ada sekitar 5,06 juta orang penganggur terbuka (open unemployment).
Angka ini meningkat terus selama krisis ekonomi yang kini berjumlah sekitar 8
juta.
Kedua, tingkat pendidikan angkatan kerja yang ada masih relatif rendah.
Struktur pendidikan angkatan kerja Indonesia masih didominasi pendidikan dasar
yaitu sekitar 63,2 %.
Kedua masalah tersebut menunjukkan bahwa ada kelangkaan kesempatan
kerja dan rendahnya kualitas angkatan kerja secara nasional di berbagai sektor
ekonomi.
Pengaruh IPTEK terhadap peningkatan SDM Indonesia khususnya dalam
persaingan global dewasa ini meliputi berbagai aspek dan merubah segenap
tatanan masyarakat. Aspek-aspek yang dipengaruhi, adalah sebagai berikut :
1. Dampak yang ditimbulkan oleh teknologi dalam era globalisasi, khususnya
teknologi informasi dan komunikasi, sangat luas. Teknologi ini dapat
menghilangkan batas geografis pada tingkat negara maupun dunia.
10

2. Aspek Ekonomi.
Dengan adanya IPTEK, maka SDM Indonesia akan semakin meningkat
dengan pengetahuan-pengetahuan dari teknologi tersebut. Dengan kemajuan
SDM ini, tentunya secara tidak langsung akan mempengaruhi peningkatan
ekonomi di Indonesia. Berkaitan dengan pasar global dwasa ini, tidaklah
mungkin jika suatu negara dengan tingkat SDM rendah dapat bersaing, untuk
itulah penguasaan IPTEK sangat penting sekali untuk dikuasai. Selain itu,
tidak dipungkiri globalisasi telah menimbulkan pergeseran nilai dalam
kehidupan masyarakat di masa kini akibat pengaruh negatif dari globalisasi.
3. Aspek Sosial Budaya.
Globalisasi juga menyentuh pada hal-hal yang mendasar pada kehidupan
manusia, antara lain adalah masalah Hak Asasi Manusia (HAM), melestarikan
lingkungan hidup serta berbagai hal yang menjanjikan kemudahan hidup yang
lebih nyaman, efisien dan security pribadi yang menjangkau masa depan,
karena didukung oleh kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dampak
yang timbul diakibatkannya ikatan-ikatan tradisional yang kaku, atau dianggap
tidak atau kurang logis dan membosankan. Akibat nyata yang timbul adalah
timbulnya fenomena-fenomena paradoksal yang muaranya cenderung dapat
menggeser paham kebangsaan/nasionalisme.
2.2 Menuju Pasar Internasional
2.2.1 Ekspor
Persoalan ekspor menyangkut bagaimana barang-barang yang akan di jual
di luar negeri sam pai ke konsumen. Menurut Peggy Lambing (2000:79-80)
ada dua pendekatan yang mencakup hal-hal berikut.
1. Ekspor Tidak Langsung (indirect exporting)
Karena wirausahawan memiliki keterbatasan waktu, usaha, sumbersumber, dan semua tugas-tugas yang akan dilakukan secara independen, para
wirausahawan biasanya melakukan kegiatan ekspor secara tidak langsung,
yaitu dengan menggantikan proses ekspor kepada suatu perusahaan
manajemen ekspor (export management company_EMC).
Fungsi EMC adalah:
a. melakukan riset pasar
b. mengembangkan jejaring distribusi
c. melakukan kontak-kontak berharga bagi perusahaan
d. mengidentifikasi beberapa aspek gangguan yang berhubungan dengan
negara tertentu
EMC ini dibayar ehingga perlu dipertimbangkan keahliannya. Akibatnya,
ada beberapa tambahan pembiayaan (cost) ekspor berikut.
11

a. Biaya waktu pengumpulan yang panjang (longer collection time),
misalnya biaya lama pengapalan, pembayaran ekspor, dan pemesanan
ekspor yang lebih lama di dalam negeri.
b. Biaya asuransi (insurance), menyangkut dua asuransi, yaitu asuransi atas
tunggakan yang tidak dibayar oleh pelanggan (nonpayment by the
customers), dan asuransi yang berhubungsn drngsn ketidakstabilan
pemerintah.
c. Pajak (taxes) yang dibayarkan kepada pemerintahan di luar negeri.
d. Biaya beban administrasi (administrative burden), yaitu pembiayaan yang
diperlukan untuk biaya staf administrasi. Ini banyak bentuknya. Semua
biaya tammbahan waktu, usaha-uasaha, dan staf tersebut sudah barang
tentu akan terefleksikan pada harga produk.
2. Ekspor Langsung (direct exporting)
Perusahaan itu sendiri yang alngsung membawa dan memasarkan
produknya di pasar luar negeri. Biasanya menggunakna beberapa perwakilan
pwenjualan yang tersusun secara sederhana dan langsung. Perwakilan
penjualan tersebut merupakan agen independen yang diberi komisi.
Perusahaan akan memberikan bantuan pelatihan dan referensi promosi, sampel
2.2.2

penjualan, dsb.
Impor
Menurut Peggy Lambing (2000:85) dalam persoalan impor ada dua rute utama
yang dapat diidentifikasi, yaitu: rute sumber-sumber dan penempatan peluan
(opportunity-spotting).
Rute sumber-sumber meruakan salah satu yang harus dicari oleh
wirausahawan terutama yang berhubungan dengan produk yang sudah tersedia
secara domestik (di dalam negeri). Produk – produk yang harus dicari adalah
produk-produk yang memiliki kualitas yang relative lebh tinggi dan ongkos
yang lebih murah dibanding produk-produk yang ditawarkan oleh pemasok di
dalam negeri. Untuk memperendah ongkos produk barang yang ditawarkan
oleh pemasok dalma negeri, wirausahawan pengimpor dapat mempertinggi
kualitas produk dengan cara mencari produk-produk berkualitas dalam bentuk
desain

yang

unggul

(superior),

ketahanan

(durability),

penampilan

(appearance), dan beberapa elemen lainnya yangb diperlukan oleh pembeli.
Dengan demikian, untuk memulai bisnis dalam bidang impor diperlukan halhal berikut.
1. Pengetahuan tentang pasar yang sudah tersedia.

12

2. Kemampuan untuk melakukan pencarian industri yang ada pada lingkup
global.
3. Pemahaman tentang perdagangan internasional dan sangat mengenal
proses impor.
Selain rute sumber-sumber yang tidak kalah penting, wirausahawan harus
mengetahui tentang pencarian (tempat) peluang (opportunity) spotting).
Opportunity spotting lebih berorientasi dan menggambarkan produk-produk
konsumen. Peluang tersebut lebih rendah pada beberapa item yang tidak
tersedia di dalam negeri. Peluang ini sering kali diperoleh dalam perjalann
dengan melihat majalah-majalah atau referensi-referensi dari sumber luar
negeri. Dari sumber-sumber itu diperoleh sesuatu kebaruan, ketidakbiasaaan,
dan kekaguman sehingga timbul gagasan untuk memulai bisnis baru impor
produk.
Setelah terjadi kesepakatan dan transaksi, langkah berikutnya adalah
bagaimana barang-barang bisa masuk ke dalam negeri. Ada beberapa langkah:
1. Entry
Untukmemasukkan barang, diperlukan beberapa dokumen sebagai berikut
(Peggy Lambing, 2000:86).
a. A bill of lading, airway bill, or carrier’s sertificate
Ini merupakan dokumen khusus pengimpor (inporter) sebaai pembeli
untuk menunjukkan bahwa pengiriman/pengangkutan/ekspedisi telah
menerima barang dagangan (merchandise) dan telah mengontrak untuk
mengirim ke tempat tujuan (destination).
b. A commercial invoice
Diperoleh dari penjualan, yaitu dokumen tentang nilai dan deskripsi
barang-barang dagangan.
c. Entry manifest
Yaitu suatu daftar yang terperinci (itemized list) tentang kargo yang
masuk ke suatu negara.
d. Packing list
Jika dapat diterapkan (if applicable).
2. Appraisal
Appraisal penting untuk melihat keakuratan nilai barang yang akan dikirim
dengan penerima atau nilai transaksi.
3. Classification
Pengklasifikasin produk yang akan diinpor sangat penting untuk
menentukan batasa tariff.
4. Liquidation
13

Likuidasi merupakan langkah terakhir masunya barang untuk dibayar yang
dissuaikan dengan biaya dan nilai barng yang telah dinilai. Setelah barang
masuk, cara yang paling sederhana untuk menjual barang—barang impor
adalah kepada keluarga, tema, dan asosiasi.

BAB III
KESIMPULAN

Dalam konteks persaingan global yang semakin terbuka sekarang ini, banyak
tantangan yang harus dihadapi. Setiap negara dan bangsa harus bersaing dengan menonjolkan
keunggulan sumber dayanya, negara-negara yang unggul dalam sumber dayanya akan
memenangkan persaingan. Sebaliknya negara-negara yang tidak memiliki keunggulan
bersaing dalam sumber dayanya akan kalah dalam persaingan dan tidak akan banyak
kemajuan yang dicapainya. Negara-negara yang memiliki keunggulan bersaing adalah negara
yang dapat memberdayakan sumber daya ekonominya dan dapat memberdayakan sumber
daya manusianya secara nyata. Sumber ekonomi dapat diberdayakan apabila sumber daya
manusia memiliki keterampilan kreatif dan inovatif

14

DAFTAR PUSTAKA
Surayana. Edisi 4. KEWIRAUSAHAAN Kiat dan Proses Menuju Sukses. Penerbit Salemba
Empat.
Lambing, peggy, C.R Kuehl. 2000. Entrepreneurship. New Jersey: Prentice Hall, inc.
http://karinagastropoda.blogspot.co.id/2011/10/kewirausahaan.html

15