Dosis dan Fermentasi Kulit Buah Markisa (Passiflora edulis var.edulis) oleh Phanerochaete chrysosporium Terhadap Kualitas Fisik dan Kimia Pakan

TINJAUAN PUSTAKA

Kulit Buah Markisa

Buah markisa yang digunakan dalam pembuatan sari buah adalah passiflora
edulis yang ada di Indonesia dikenal dengan nama sluh. Berbentuk agak lonjong

seperti telur ayam panjangnya 4-6 cm, kulitnya hijau muda bila sudah masak berubah
warna menjadi violet (purple), kulit buahnya tipis tahan benturan, buah mencapai
massa petik pada umur 60-80 hari setelah persarian berlangsung (Rismunandar,
1986).
Taksonomi tanaman markisa adalah sebagai berikut:
Divisio

: Spermatophyta

Sub Divisio

: Angiospermae

Kelas


: Dycotyledoneae

Ordo

: Parictalcs

Family

: Passifloraceae

Genus

: Passiflora

Spesies

: Passiflora edulis

(BPHL, 1983).

Kulit buah markisa merupakan salah satu limbah pengolahan buah markisa
menjadi produk minuman (sari markisa) yang mempunyai potensi yang cukup besar

4
Universitas Sumatera Utara

5
bila dilihat dari produksi maupun dari kandungan zat-zat makanan yang terdapat di
dalamnya. Secara nasional, sentra produksi markisa terletak di Sumatera Utara dan
Sulawesi Selatan. Di Sumatera Utara sendiri, industri pengolahan hortikultura
menjadi pangan cukup berkembang. Satu pabrik pengolahan buah markisa menjadi
produk minuman (sari markisa) mampu berproduksi 10-15 ton per hari dengan
limbah berupa biji dan kulit buah sebanyak 2-3 ton per hari. Limbah tersebut belum
dimanfaatkan dan malah membutuhkan biaya untuk penanganannya (Tangdinlintin
et al., 1994).

Dewasa ini pemanfaatan buah markisa masih terbatas pada daging buahnya.
Kalau biji masih dapat digunakan sebagai benih, maka kulit buah markisa sama
sekali belum dimanfaatkan, bahkan membutuhkan biaya untuk penangannya. Dari
buah markisa sari buah sebanyak 40,69% berat buah selebihnya adalah kulit buah

sebanyak 44,53% dan biji sebnayak 14,78%

(Palupi dan Tungadi, 1988).

Kulit buah markisa saat ini sudah diteliti untuk digunakan sebagai pakan
ternak. Hal ini disebabkan berdasarkan komposisi kimianya kulit buah markisa
cukup potensial untuk dimanfaatkan sebagai pakan ternak.
Tabel 4. Kandungan Kimiawi Kulit Buah Markisa tanpa dan fermentasi
Phanerochaete chrysosporium selama 15 hari
Kandungan Kimiawi

Kulit Buah Markisa

Kulit Buah Markisa Fermentasi

ME (Kkal/kg)

3575

3615


BK (%)

88,9

89,10

PK (%)

8,53

18,56

SK (%)

39,56

34,96

LK (%)


0,6

1,39

Sumber : Laboratorium Pengujian Mutu Pakan Loka Penelitian Kambing Potong (2015)

Universitas Sumatera Utara

6
Kandungan tannin yang terdapat pada kulit buah markisa diduga berperan
menurunkan retensi nitrogen, karena tannin dapat mengikat protein dan membentuk
senyawa tannin-protein yang tidak terdegradasi (Herrick, 1980).
Serat Kasar
Serat kasar suatu bahan pakan merupakan komponen kimia yang besar
pengaruhnya terhadap pencernaan (Tillman et al., 1989).
Menurut De Man (1997), serat kasar merupakan sisa makanan yang tinggal
setelah proses pencernaan asam dan basa. Serat kasar didefenisikan mencakup tiga
fraksi utama yaitu : 1) Polisakarida, berkaitan dengan dinding sel tumbuhan termasuk
selulosa, hemiselulosa dan pectin, 2) Nonpolisakarida struktur, terutama lignin, 3)

Polisakarida nonstruktur.
Lignin berasal dari bahasa latin ligmum yang artinya kayu. Lignin merupakan
senyawa komplek yang membentuk ikatan ether dengan selulosa dan hemiselulosa,
protein dan komponen lain dalam jaringan tanaman

dan selalu terdapat dalam

senyawa kompleks dinding sel (Boominathan dan Reddy, 1992).
Semakin tinggi kandungan lignin pada campuran pakan maka kecernaan NDF
semakin rendah, karena diduga lignin mempunyai pengaruh langsung terhadap
kecernaan

dinding

sel

dibandingkan

dengan


kecernaan

bahan

organik

(Van Soest, 1968).
Protein Kasar
Kadar protein pada analisa proksimat bahan pakan pada umunya mengacu
pada istilah protein kasar. Protein kasar memiliki pengertian banyaknya kandungan

Universitas Sumatera Utara

7
nitrogen (N) yang terkandung pada bahan tersebut dikali dengan 6,25. Definisi
tersebut berdasarkan asumsi bahwa rata-rata kandungan N dalam bahan pakan adalah
16 gram per 100 gram protein (NRC, 2001).
Tannin
Tannin adalah senyawa phenolic yang larut dalam air. Peranan tannin pada
tanaman


yaitu

untuk

melindungi

biji

dari

predator

burung,

melindungi

perkecambahan setelah panen dan melindungi dari jamur serta cuaca. , namun
kandungan anti nutrisi tannin (1,85%) yang menyebabkan rendahnya kecernaan zat
makanan (Astuti, 2008). Cara mengatasi pengaruh dari tannin dalam pakan yaitu

dengan mensuplementasi DL-metionin dan suplementasi agen pengikat tannin, yaitu
gelatin, polyvinylpyrrolidone (PVP) dan polyethyleneglycol yang mempunyai
kemampuan mengikat dan merusak tannin. Selain itu kandungan tannin pada bahan
pakan dapat diturunkan dengan berbagai cara seperti perendaman, perebusan,
fermentasi dan penyosohan kulit luar. (Buletin CP, 2007).
Fermentasi
Fermentasi merupakan aktivitas mikroorganisme baik aerob maupun anaerob
yang mampu mengubah senyawa-senyawa kompleks menjadi senyawa-senyawa
sederhana

sehingga

keberhasilan

fermentasi

tergantung

pada


aktivitas

mikroorganisme, sementara setiap mikroorganisme masing-masing memiliki syarat
hidup seperti pH tertentu, suhu tertentu dan sebagainya. Produk fermentasi selain
menghasilkan bio-massa dapat meningkatkan atau menurunkan komponen kimia
tertentu, tergantung kemampuan biokatalisnya (Rosningsih, 2000).

Universitas Sumatera Utara

8
Fermentasi menggunakan kapang pada umumnya membutuhkan waktu antara
2-5 hari. Dalam aktivitasnya kapang menggunakan karbohidrat sebagai sumber
karbon. Pemecahan karbohidrat akan diikuti pembebasan energi, karbondioksida dan
air. Panas yang dibebaskan menyebabkan suhu substrat meningkat (Winarno, 1980).
Selain dihasilkan enzim juga dihasilkan protein hasil metabolisme kapang
sehingga teejadi peningkatan kadar protein kasar (Sudarmadji dkk., 1989).
Kulit limbah buah markisa (KBM) secara fisik relatif tebal, cukup keras
karena itu perlu diubah menjadi tepung dan jika diberikan secara tunggal umumnya
kurang disukai ternak. Teknik silase merupakan suatu proses fermentasi mikroba
merubah pakan menjadi meningkat kandungan nutrisinya (protein dan energi) dan

disukai ternak karena rasanya relatif manis. Namun demikian akumulasi terhadap
kandungan anti nutrisi tetap penting diamati terutama dalam jangka panjang yang
kemungkinan dapat mempengaruhi gangguan kesehatan dan produksi ternak
(Sutardi, 1997).
Phanerochaete chrysosporium

Jamur Phanerochaete chrysosporium Burdsall, termasuk dalam kelompok
jamur pelapuk putih dan merupakan jamur kelas Basidiomycetes yang juga
menyerang holoselulosa, namun pilihan utamanya adalah lignin. Klasifikasi jamur ini
sebagai berikut, kelas Basidiomycetes, sub kelas Holobasidiomycetes, ordo
Aphylophorales, famili Certiciaceae, genus Phanerochaete dan spesies P.
chrysosporium Burdsall (Irawati, 2006).

Syarat tumbuh Phanerochaete chrysosporium adalah tumbuh pada suhu
tinggi 390C, (Cookson, 1995) dengan suhu optimum 370C (Wainwright,1992), pH

Universitas Sumatera Utara

9
berkisar antara 4- 4,5 (Messner et.al., 1988) dan memerlukan kandungan oksigen
tinggi (Eaton et. al., 1980).
Laconi (1998), menyebutkan bahwa fermentasi kulit buah kakao dengan
Phanerochaete chrysosporium mampu menurunkan kandungan serat kasar sebesar

18,36%. Melihat kemampuan Phanerochaete chrysosporium dalam menghasilkan
enzim lignolitik dan selulotik, kapang ini mampu menurunkan kandungan lignin
dengan meningkatkan pertumbuhan kapang dan aktivitas enzim ligninolitik.
Fermentasi Bungkil Inti Sawit (BIS) menggunakan kapang Phanerochaete
chrysosporium, hasil terbaik dari penelitian untuk fermentasi BIS adalah pada dosis

inokulum 5% dan waktu inkubasi 4 hari. Kandungan protein kasar meningkat dari
I5,14% menjadi 25,08%, kandungan lemak kasar menurun dari 1,25% menjadi
1,01%, kandungan energi bruto menurun dari 4.330 kkal/kg menjadi 4.178 kkal/kg,
kandungan serat kasar menurun dari 17,18% menjadi 13,64%, kandungan lignin
menurun dari 17,52% menjadi 12,64%, Kandungan selulosa menurun dari 21,39%
menjadi 19,84% dan kandungan hemiselulosa turun dari 50,37% menjadi 42,01%.
Kecernaan protein BIS tanpa fermentasi 46,53% meningkat menjadi 80,86%
(Sembiring, 2006).
Sifat Fisik Bahan Baku Pakan
Sifat fisik merupakan sifat dasar yang dimiliki oleh suatu bahan (material)
sehingga dapat menetapkan mutu pakan dan keefisienan proses produksi. Sifat fisik
untuk pangan telah banyak diketahui, tetapi data untuk sifat fisik bahan pakan masih
sangat terbatas. Sifat fisik pakan penting untuk diketahui dalam beberapa

Universitas Sumatera Utara

10
permasalahan dan perancangan alat-alat yang dapat membantu proses produksi pakan
serta membantu industri pengolahan hasil pertanian

(Handayani, 2010)

Berat Jenis (Spesific Gravity)
Berat jenis (BJ) juga disebut berat spesifik (specific gravity), merupakan
perbandingan antara berat bahan terhadap volumenya, satuannya adalah kg/m3. Berat
jenis memegang peranan penting dalam berbagai proses pengolahan, penanganan dan
penyimpanan. Berat jenis diukur dengan menggunakan prinsip Hukum Archimedes,
yaitu suatu benda di dalam fluida, baik sebagian ataupun seluruhnya akan
memperoleh gaya archimedes sebesar fluida yang dipindahkan dan arahnya ke atas
(Khalil, 1999a).
Kerapatan tumpukan (Bulk Density)
Kerapatan tumpukan adalah perbandingan antara berat bahan dengan volume
ruang yang ditempatinya dan satuannya adalah kg/m3. Kerapatan tumpukan memiliki
pengaruh terhadap daya campur dan ketelitian penakaran secara otomatis seperti
halnya dengan berat jenis. Sifat fisik ini memegang peranan penting dalam
memperhitungkan volume ruang yang dibutuhkan suatu bahan dengan berat jenis
tertentu seperti pada pengisian alat pencampur, elevator dan silo. Nilai kerapatan
tumpukan menunjukkan porositas dari bahan, yaitu jumlah rongga udara yang
terdapat diantara partikel-partikel bahan (Khalil, 1999a).
Kerapatan Pemadatan Tumpukan (Compacted Bulk Density)
Kerapatan Pemadatan Tumpukan adalah perbandingan antara berat bahan
terhadap volume ruang yang ditempatinya setelah melalui proses pemadatan seperti

Universitas Sumatera Utara

11
penggoyangan. Komposisi kimia bahan turut mempengaruhi sifat fisik, terutama
terhadap nilai kerapatan tumpukan, kerapatan pemadatan tumpukan dan berat jenis
(Khalil, 1999a).
Menurut Hoffman (1997), tingkat pemadatan serta densitas bahan sangat
menentukan kapasitas dan akurasi tempat penyimpanan seperti silo, kontainer dan
kemasan, dengan mengetahui nilai kerapatan pemadatan tumpukan bermanfaat pada
saat pengisian bahan ke dalam wadah yang diam tetapi bergetar.
Kerapatan pemadatan tumpukan dipengaruhi oleh bentuk dan ukuran partikel
bahan pakan (Gautama, 1998).
Kerapatan pemadatan tumpukan yang tinggi berarti bahan memiliki
kamampuan memadat yang tinggi dibandingkan dengan bahan yang lain. Semakin
rendah kerapatan pemadatan tumpukan yang dihasilkan maka laju alir semakin
menurun (Rikmawati, 2005).

Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Pemanfaatan Kulit Buah Markisa {Passiflora Edulis) Yang Difermentasi Dengan Aspergillus Niger Terhadap Karras Ayam Broiler Umur 8 Minggu

0 34 62

Pemanfaatan Kulit Buah Markisa (Passiflora edulis) Fermentasi (Aspergillus niger) dalam Ransum Terhadap Performans Ayam Broiler Umur 0-8 Minggu

1 31 60

Kecernaan Kulit Buah Markisa (Pasiflora edulis sims F.edulis) Difermentasi Phanerochaete chrysosporium padaDomba Lokal Fase Pertumbuhan

0 32 61

Dosis dan Lama Fermentasi Kulit Buah Markisa (Passiflora edulis var.edulis) oleh Phanerochaete chrysosporium Terhadap Kualitas Fisik dan Kimia Pakan

0 44 66

Dosis dan Lama Fermentasi Kulit Buah Markisa (Passiflora edulis var.edulis) oleh Phanerochaete chrysosporium Terhadap Kualitas Fisik dan Kimia Pakan

0 6 66

Dosis dan Fermentasi Kulit Buah Markisa (Passiflora edulis var.edulis) oleh Phanerochaete chrysosporium Terhadap Kualitas Fisik dan Kimia Pakan

0 0 12

Dosis dan Fermentasi Kulit Buah Markisa (Passiflora edulis var.edulis) oleh Phanerochaete chrysosporium Terhadap Kualitas Fisik dan Kimia Pakan

0 0 2

Dosis dan Fermentasi Kulit Buah Markisa (Passiflora edulis var.edulis) oleh Phanerochaete chrysosporium Terhadap Kualitas Fisik dan Kimia Pakan

0 0 3

Dosis dan Fermentasi Kulit Buah Markisa (Passiflora edulis var.edulis) oleh Phanerochaete chrysosporium Terhadap Kualitas Fisik dan Kimia Pakan

0 0 4

Dosis dan Fermentasi Kulit Buah Markisa (Passiflora edulis var.edulis) oleh Phanerochaete chrysosporium Terhadap Kualitas Fisik dan Kimia Pakan

0 0 12