Efektivitas Pelayanan Sosial Anak Di Panti Sosial Perpulungen Wilayah Sidikalang Oleh Dinas Kesejahteraan Dan Sosial Provinsi Sumatera Utara

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah
Permasalahan sosial secara umum di Indonesia mencakup berbagai jenis
masalah yang berkaitan dengan anak. Saat ini Departemen Sosial menangani 26 jenis
PMKS secara umum dan secara khusus menangani PMKS anak antara lain, anak
balita telantar, anak telantar, anak nakal, anak jalanan, anak korban tindak kekerasan,
serta anak penyandang cacat. Indonesia masih memiliki kompleksitas persoalan anak
yang hingga saat ini belum terselesaikan secara menyeluruh dan komprehensif. Hal
tersebut dapat terlihat pada jumlah kasus anak-anak yang mengalami gizi buruk,
anak-anak yang hidup dengan HIV/AIDS, anak cacat, anak yang harus bekerja siang
dan malam, anak yang menjadi prostitusi dan objek pornografi, banyaknya jumlah
anak terlantar, anak putus sekolah, anak berhadapan dengan hukum (ABH), anak
jalanan, kekerasan terhadap anak (termasuk kekerasan seksual), trafficking dan
sebagainya.
Semakin berkembangnya permasalahan yang berkaitan dengan anak
membuat upaya perlindungan anak semakin perlu untuk diperbaharui. Masalahmasalah anak di Indonesia memperlihatkan bahwa keluarga sebagai institusi utama
dalam perlindungan anak ternyata belum sepenuhnya mampu menjalankan
peranannya dengan baik. Kasus perceraian, disharmoni keluarga, keluarga miskin,
perilaku ayah atau ibu yang salah, dan berbagai permasalahan lainnya menjadi salah

satu pemicu terabaikannya hak-hak anak dalam keluarga.
Pada kenyataannya, berbagai persoalan pelanggaran hak anak kerap masih
terjadi dan dianggap biasa oleh masyarakat, bahkan jika diperkirakan cenderung

meningkat seiring dengan meningkatnya masalah kritis seperti kemiskinan,
ketidakadilan, sindikat perdagangan narkoba dan sebagainya. Berita dari berbagai
media baik media cetak, online maupun elektronik terhadap maraknya kasus-kasus
pada anak merupakan informasi yang tidak dapat disangkal bahwa kasus-kasus
tersebut sering menghiasi pemberitaan di media massa.
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengesahkan Konvensi Hak-hak Anak
(Convention On The Rights of The Child) untuk memberikan perlindungan terhadap
anak dan menegakkan hak-hak anak di seluruh dunia pada tanggal 20 Nopember
1989. Hak-hak anak menurut Konvensi Hak-hak Anak dikelompokkan dalam 6
kategori, yaitu : hak kelangsungan hidup, hak perlindungan, hak tumbuh kembang,
hak memperoleh pendidikan, hak mencapai standar hidup yang layak bagi
perkembangan fisik, mental, spiritual, moral dan sosial, serta hak berpartisipasi
(http://www.kontras.org/baru/Kovensi%20Hak%20Anak.pdf

diakses


pada

21

Oktober 2015 pukul 12.45)
Sebagai perwujudan komitmen pemerintah dalam meratifikasi Konvensi Hakhak Anak, pemerintah Indonesia telah mengesahkan Undang-undang Nomor 23
Tahun 2002 tentang perlindungan anak. Pembentukan UU No. 23 tahun 2002 tentang
perlindungan anak didasarkan pada pertimbangan bahwa perlindungan anak dalam
segala aspeknya merupakan landasan yuridis dan bagian kegiatan pembangunan
nasional, khususnya dalam mewujudkan kehidupan anak dalam berbangsa dan
bernegara. Sebelumnya perhatian terhadap hak dan kewajiban anak hanya terfokus
kepada para orang tua sebagai orang yang terdekat dan yang paling bertanggung
jawab terhadap tumbuh kembang anak. Namun sejalan dengan banyaknya perlakuan
tidak baik dan tidak manusiawi terhadap anak, baik di luar maupun di tengah-tengah

keluarganya sendiri, maka negara dalam hal ini pemerintah berkewajiban untuk
memberikan perlindungan hukum terhadap anak.
Menurut undang-undang Nomor 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak
terdapat pada Bab III, dari pasal 4 sampai pasal 19 hak anak sebagaimana mestinya
yaitu, setiap anak berhak untuk dapat hidup, tumbuh, berkembang, serta mendapat

perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi; setiap anak berhak memperoleh
pelayanan kesehatan dan jaminan sosial sesuai dengan kebutuhan fisik, mental,
spiritual, dan sosial; setiap anak berhak memperoleh pendidikan dan pengajaran
dalam rangka pengembangan pribadinya dan tingkat kecerdasannya sesuai dengan
minat dan bakatnya; setiap anak selama dalam pengasuhan orang tua, wali, atau
pihak lain mana pun yang bertanggung jawab atas pengasuhan, berhak mendapat
perlindungan dari perlakuan: diskriminasi; eksploitasi, baik ekonomi maupun
seksual; Penelantaran; Kekejaman, kekerasan, penganiayaan; dan Ketidakadilan.
Menurut Komisi Nasional Perlindungan Anak, permasalahan sosial dibidang
anak pada tahun ini berpusat pada kasus anak yang putus sekolah. Dimana, kasus
putus sekolah pada tingkat SMP yaitu 48 %, tingkat SD tercatat 23 %, sedangkan
persentase jumlah putus sekolah di tingkat SMA adalah 29%. Dengan kata lain,
jumlah anak usia remaja yang putus sekolah tahun ini tidak kurang dari 8 juta orang
(http://kpai.com(anak putus sekolah) Diakses 22 Oktober 2015 pukul 20.00)
Hampir disetiap tempat banyak anak-anak yang tidak mampu melanjutkan
pendidikan, atau pendidikan putus di tengah jalan disebabkan karena kondisi
ekonomi keluarga yang memprihatinkan. Kondisi ekonomi seperti ini menjadi
penghambat bagi seseorang untuk memenuhi keinginannya dalam melanjutkan
pendidikan. Sementara kondisi ekonomi seperti ini disebabkan berbagai faktor, di


antaranya anak kehilangan orang tua, orang tua tidak mempunyai pekerjaan tetap,
tidak mempunyai keterampilan khusus, keterbatasan kemampuan dan faktor lainnya.
Sebagaimana yang dijelaskan dalam Undang – Undang Republik Indonesia
Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak menimbang “Bahwa agar setiap
anak kelak mampu memikul tanggung jawab tersebut, maka ia perlu mendapat
kesempatan yang seluas-luasnya untuk tumbuh dan berkembang secara optimal, baik
fisik, mental maupun sosial, dan berakhlak mulia, perlu dilakukan upaya
perlindungan serta untuk mewujudkan kesejahteraan anak dengan memberikan
jaminan terhadap pemenuhan hak-haknya” dan “Bahwa untuk mewujudkan
perlindungan dan kesejahteraan anak diperlukan dukungan kelembagaan dan
peraturan

perundang-undangan

yang

dapat

menjamin


pelaksanaannya”

(http://sultra.kemenag.go.id/file/dokumen/UUNO23TH2002PerlindunganAnak.pdf
diakses pada 23 Oktober 2015 pukul 21.00).
Oleh karena itu, harus ada langkah-langkah konkrit yang diperbuat yaitu
melalui perencanaan terpadu dan membangun sinergitas dengan berbagai instansi
terkait seperti Kementerian Sosial, Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan
Perlindungan Anak, Kementerian Hukum dan HAM, dan Pusat Pelayanan Terpadu
Perlindungan Terhadap Perempuan dan Anak (P2TP2A) serta Komisi Perlindungan
Anak Indonesia (KPAI).
Sebagai

wujud

konkrit

usaha

dan


kepedulian

pemerintah

dalam

menanggulangi masalah anak, pemerintah mendirikan Lembaga Kesejahteraan Sosial
Anak seperti Pelayanan Sosial Anak yang menjadi tempat bagi anak terlantar dan
kurang mampu. Program ini memiliki fungsi sebagai tempat penampungan bagi
anak. Anak diberikan makan dan minum setiap hari serta diberikan biaya pendidikan,
tempat penampungan serta pelayanan alternatif yang mampu menggantikan fungsi

keluarga, sehingga gangguan keluarga dapat dibatasi semaksimal mungkin dan anak
akan merasa hidup dalam lingkungan keluarga sendiri.
Panti sosial sebagai lembaga pelayanan kesejahteran sosial yang memiliki
tugas dan fungsi untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan
memberdayakan penyandang masalah kesejahteraan kearah kehidupan normatif
secara fisik, mental dan sosial. Oleh sebab itu pelayanan melalui sistem panti pada
hakikatnya merupakan upaya-upaya yang bersifat pencegahan, penyembuhan,
rehabilitasi, dan pengembangan potensi klien, menjadi penting peranannya. Panti

sosial mempunyai tugas memberikan bimbingan dan pelayanan bagi anak yatim,
piatu, yatim piatu, kurang mampu, dan terlantar agar potensi dan kapasitas belajarnya
pulih kembali dan dapat berkembang secara wajar (Kepmensos No.50/HUK/2004)
(https://www.kemsos.go.id/modules.php?name=glosariumkesos&letter=pdiakses
pada 20 Oktober 2015 pukul 07.00).
Rencana Strategis 2010 - 2014 Kementerian Sosial RI menjelaskan bahwa
Unit Pelaksana Teknis (UPT) Panti Sosial merupakan pusat kesejahteraan sosial
yang berada di baris paling depan dalam pelaksanaan tugas dan fungsi
penyelenggaraan kesejahteraan sosial dan pilar intervensi pelayanan dan rehabilitasi
sosial bagi PMKS. UPT panti sosial adalah sebuah pilihan yang harus tersedia
disamping pilihan utama lainnya yakni pelayanan sosial berbasis keluarga dan
komunitas dan/atau swasta, sehingga masyarakat terutama PMKS memiliki pilihan
sesuai dengan kondisi mereka.
Panti sosial mempunyai fungsi utama sebagai tempat penyebaran layanan;
pengembangan kesempatan kerja; pusat informasi kesejahteraan sosial; tempat
rujukan bagi pelayanan rehabilitasi dari lembaga rehabilitasi tempat di bawahnya
(dalam sistem rujukan/referral system) dan tempat pelatihan keterampilan.

Sedangkan prinsip-prinsip dasar penyelenggaraan panti sosial dan atau lembaga
pelayanan sosial lain yang sejenis adalah: (1) memberikan kesempatan yang sama

kepada mereka yang membutuhkan untuk mendapatkan pelayanan; menghargai dan
memberi perhatian kepada setiap klien dalam kapasitas sebagai individu sekaligus
juga sebagai anggota masyarakat; (2) menyelenggarakan fungsi pelayanan
kesejahteraan yang bersifat pencegahan, perlindungan, pelayanan dan rehabilitasi
serta pengembangan; (3) menyelenggarakan fungsi pelayanan kesejahteraan sosial
yang dilaksanakan secara terpadu antara profesi pekerjaan sosial dengan profesi
lainnya yang berkesinambungan; (4) menyediakan pelayanan berdasarkan kebutuhan
klien guna meningkatkan fungsi sosialnya; dan (5) memberikan kesempatan kepada
klien untuk berpatisipasi secara aktif dalam usaha-usaha pertolongan yang diberikan
(Balatbangsos, 2004)
(http://puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/43573fa23197793c43d6c4f9e2ad4300fc.
pdf diakses pada 22 Oktober 2015 pukul 16.00).
Di dalam Keputusan Menteri Sosial RI Nomor 50/HUK/2005 tentang
Standarisasi Panti Sosial, ditegaskan bahwa salah satu jenis pelayanan yang
diberikan oleh panti sosial adalah pemenuhan kebutuhan dasar yang meliputi makan,
pakaian, tempat tinggal dan kesehatan. Khusus untuk memenuhi pemenuhan
kebutuhan makan klien, diharapkan pihak panti sosial melakukan konsultasi dengan
ahli gizi dari instansi kesehatan setempat guna memperoleh daftar menu makan yang
memenuhi standar gizi dan kesehatan. Melalui konsultasi ini maka pelayanan makan
bagi anak asuhan tidak hanya bermanfaat secara fisik, akan tetapi juga bermanfaat

dalam pengembangan inteligensi dan psikomotorik (http://puslit.kemsos.go.id/hasilpenelitian/186/penelitian-pelayanan-dan-rehabilitasi-sosial-anak-di-panti-sosial

marsudi-putra-(evaluasi-program-penanganan-anak-nakal)#sthash.8ukRixBS.dpbs
diakses pada 22 Oktober 2015 Pukul 21.00).
Menurut Anthony H. Pascal (dalam M.R. Siahaan, 2004) tujuan pelayanan sosial
antara lain: (1) memberikan perlindungan kepada orang yang kehilangan
kemampuan; (2) menyediakan pilihan-pilihan kepada penerima pelayanan; (3)
mengembangkan keberfungsian sosial; dan (4) meningkatkan keadilan untuk
memperoleh kesempatan
(http://puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/a87ed14f623352e3c00a335f85c866db.p
df diakses pada 22 Oktober 2015 Pukul 21.00).
Kementerian Sosial melalui Direktorat Jenderal Rehabilitasi Sosial (Rehsos)
memverifikasi keberadaan panti asuhan dan yayasan sosial di seluruh Indonesia.
Dalam catatan Direktorat Jenderal Rehabilitasi sosial di Indonesia saat ini terdapat
sekitar 8.000 panti sosial dan yayasan sosial milik pemerintah, daerah dan swasta,
2.000 diantaranya belum mengantongi izin resmi. Saat ini dari sekitar 8.000,
Kementerian sosial memiliki 10 panti sosial, daerah 200 dan sisanya yayasan atau
swasta. Dari jumlah itu, 6.000 panti memperoleh bantuan pemenuhan kebutuhan
anak setiap bulannya. Kementerian sosial sudah membuat regulasi tentang
pengasuhan anak dan kepantian melalui Peraturan Menteri Sosial No 30 Tahun 2011

Tentang Standar Nasional Pengasuhan Anak dalam Lembaga. Dimana didalamnya
diatur mengenai syarat sumber daya manusianya serta infrastruktur mendirikan panti
(http://www.beritasatu.com/pendidikan/168081-kemsos-verifikasi-keberadaanpanti-dan-yayasan-sosial.html diakses pada 20 Oktober 2015 pukul 22.56).
Salah satu lembaga pemerintah yang memberikan pelayanan dan pembinaan
bagi anak terlantar dan kurang mampu adalah panti sosial Perpulungen wilayah
Sidikalang. Lembaga yang berdiri sejak tahun 1975 ini merupakan unit pelaksana

teknis (UPT) Dinas Kesejahteraan dan Sosial Provinsi Sumatera Utara, yang secara
khusus memberikan pelayanan, pembinaan dan pengurangan angka putus sekolah
bagi anak terlantar dan kurang mampu.
Sesuai dengan Undang–Undang No. 4 tahun 1979 Kesejahteraan Anak
mengatakan bahwa tanggung jawab untuk memenuhi kebutuhan fisik, psikologis dan
sosial anak merupakan tanggung jawab utama orang tua. Namun, anak–anak yang
tidak memiliki orang tua mempunyai hak untuk diasuh oleh negara dan lembaga lain.
Panti sosial Perpulungen wilayah Sidikalang memiliki tugas dalam memberikan
pelayanan dan pembinaan bagi warga binaan dalam menjalankan fungsinya di
masyarakat. Selama menjadi warga binaan di UPT Panti Sosial Perpulungen wilayah
Sidikalang, anak mendapatkan proses sosialisasi atas nilai-nilai hidup dalam
bermasyarakat, nilai keagamaan, adat istiadat, dan pendidikan. Anak dipersiapkan
secara mental dan sosial untuk mampu hidup di masyarakat dan mencapai citacitanya sebagai penerus masa depan bangsa.

Panti Sosial Perpulungen wilayah Sidikalang memberikan pelayanan sosial
kepada 77 orang warga binaan, yang menjadi sasaran adalah anak SD hingga SLTA
yang berada di Kabupaten Dairi. Anak-anak tersebut dikategorikan dalam 4 kategori
yaitu, anak yatim berjumlah 10 orang, anak piatu berjumlah 5 orang, anak yatimpiatu berjumlah 2 orang, serta anak dari keluarga miskin berjumlah 60 orang.
Setiap harinya anak-anak asuh melaksanakan aktivitas sebagaimana anak-anak
normal yang tinggal bersama keluarga inti mereka, yaitu mereka melakukan
kegiataan bersekolah dan setiap anak menjalani pendidikan diberbagai sekolah yang
tersebar di Sidikalang. Selain kegiatan rutin yang dilaksanakan setiap harinya
sebagaimana kehidupan anak normalnya yang tinggal bersama orangtua, warga

binaan panti juga melaksanakan kegiatan mingguan dan bulanan yang dilaksanakan
di dalam panti.
Program yang diberikan oleh Panti sosial perpulungen wilayah Sidikalang
bertujuan menjadikan anak untuk hidup mandiri, mendapatkan pendidikan sesuai
umur serta memberikan keterampilan berbentuk pelatihan komputer yang diharapkan
mampu menjadi bekal keterampilan anak dimasa depan. Program pemberdayaan
yang diberikan oleh panti sosial Perpulungen wilayah Sidikalang diikuti oleh semua
warga binaan.
Kehadiran Pelayanan sosial anak (Panti Sosial) Perpulungen wilayah
Sidikalang diharapkan mampu mengembalikan fungsi sosial anak sehingga bisa
menjadi individu yang mandiri nantinya ketika sudah tinggal di lingkungan
masyarakat. Realisasi dari tujuan yang ingin dicapai tersebut diaplikasikan melalui
berbagai pelayanan yang diberikan panti sosial terhadap warga binaan. Pelayanan
yang diberikan dikategorikan dalam 3 bidang yaitu, pelayanan kesehatan, pelayanan
pelatihan keterampilan komputer, pelayanan bimbingan sosial dan spiritual.
Pelayanan kesehatan dilaksanakan sekali sebulan dimana panti sosial
perpulungen menjalin kerjasama dengan rumah sakit umum Sidikalang untuk
melakukan cek kesehatan kepada anak-anak asuhan dan memberikan vitamin yang
dapat mendukung tumbuh kembang anak asuhan. Pelayanan pelatihan keterampilan
komputer dilaksanakan sekali seminggu yaitu di akhir minggu. Pelatihan
dilaksanakan di ruang khusus laboratorium komputer dengan pelatih yang
didatangkan dari luar panti yang bertujuan untuk memperkenalkan kepada anak asuh
perkembangan zaman yang sudah menggunakan teknologi canggih. Pelayanan
bimbingan sosial dan spiritual dilaksanakan setiap sekali seminggu dimana warga
binaan baik yang beragama Kristen atau muslim diberikan bimbingan sosial dan

spiritual agar anak bisa tumbuh menjadi pribadi yang lebih baik di lingkungan
masyarakat nantinya.
Peneliti melakukan penelitian tentang efektivitas program pelayanan sosial anak
yang bertujuan untuk mengetahui sejauhmana tingkat ketercapaian tujuan program
pelayanan bagi warga binaan, memperoleh gambaran pelayanan yang ada, apakah
sudah sesuai dengan harapan warga binaan dan bermanfaat bagi warga binaan, serta
memberikan masukan dan rekomendasi kepada instansi atau lembaga terkait tentang
permasalahan-permasalahan anak sehingga dapat digunakan sebagai bahan
penyusunan program untuk peningkatan kualitas dan kuantitas pelayanan sosial bagi
anak.
Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan pada latar belakang, maka peneliti
tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Efektivitas Pelayanan Sosial
Anak

Di Panti Sosial Perpulungen Wilayah Sidikalang Oleh Dinas

Kesejahteraan dan Sosial Provinsi Sumatera Utara”.

1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dijelaskan sebelumnya,
adapun masalah penelitian ini dirumuskan sebagai berikut: “Apakah pelaksanaan
pelayanan sosial anak di Panti Sosial Perpulungen Wilayah Sidikalang oleh Dinas
Kesejahteraan dan Sosial Provinsi Sumatera Utara sudah efektif?”.

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.3.1 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektif tidaknya pelayanan sosial
anak yang dilaksanakan di Panti Sosial wilayah Perpulungen wilayah Sidikalang oleh
Dinas Kesejahteraan dan Sosial Provinsi Sumatera Utara.

1.3.2 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai referensi dalam
rangka:
a. Pengembangan teori-teori pemberdayaan program pelayanan sosial anak.
b. Pengembangan model-model pelayanan sosial anak.

1.4 Sistematika Penulisan
BAB I

: PENDAHULUAN
Bab ini berisikan latar belakang masalah, perumusan masalah,
tujuan dan manfaat penelitian, serta sistematika penelitian.

BAB II

: TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini berisikan uraian teoritis konsep dan teori yang
berkaitan dengan masalah objek yang akan diteliti, kerangka
pemikiran, defenisi konsep dan defensisi operasional.

BAB III

: METODE PENELITIAN
Bab ini berisikan tentang tipe penelitian, lokasi penelitian,
populasi dan sampel, teknik pengumpulan data, dan teknik
analisa data.

BAB IV

: DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN
Bab ini berisikan tentang gambaran umum tentang lokasi
dimana penulis melakukan penelitian.

BAB V

: ANALISIS DATA
Bab ini berisikan tentang uraian data yang diperoleh dalam
penelitian beserta analisisnya.

BAB VI

: PENUTUP
Bab ini berisikan kesimpulan dan saran dari hasil penelitian.