Penilaian Kemampuan Dan Kepatutan Direksi Di Industri Keuangan Bank Oleh Otoritas Jasa Keuangan Berdasarkan Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011

8

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Lembaga keuangan atau perusahaan yang bergerak dibidang jasa keuangan
merupakan perusahaan yang aktivitasnya mengelola uang masyarakat. Artinya,
uang masyarakat yang dikelola lembaga keuangan harus dikelolah secara baik,
jangan sampai terjadi penyimpangan yang dapat merugikan masyarakat. Dana
atau uang masyarakat harus dilindungi dan dikelola secara baik sehingga
memberikan keuntungan yang maksimal. Secara teoritis dikenal dua macam
lembaga leuangan yakni lembaga keuangan bank dan lembaga keuangan NonBank. Adapun peran utama kedua lembaga ini relatif sama yaitu sebagai perantara
keuangan (financial intermediation) antar surplus unit (ultimate lenders) dengan
deficit unit (ultimate borrowers).
Industri atau lembaga keuangan bank adalah badan usaha yang
menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkan
kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan bentuk-bentuk lainnya dalam rangka
meningkatkan hidup rakyat banyak Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 jo
Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan (selanjutnya disebut
UU Perbankan).

Kondisi ekonomi di Indonesia memang belum sepenuhnya pulih. Setelah
krisis ekonomi yang diikuti dengan krisis perbankan terjadi di pertengahan tahun
1997, bangsa ini sedikit demi sedikit mencoba untuk mengembalikan kepercayaan
masyarakat terhadap dunia perbankan guna rnenghadapi era globalisasi.

Universitas Sumatera Utara

9

Hilangnya kepercayaan masyarakat terhadap dunia perbankan pada masa krisis
berawal dari keputusan pemerintah untuk menutup 16 bank yang dianggap kurang
sehat, sesuai dengan rekomendasi dari International Monetary Fund (IMF).
Peristiwa inilah yang menjadi sumber menurunnya kepercayaan masyarakat
terhadap perbankan nasional. 1 Kondisi tingkat kepercayaan kepada bank yang
semakin rendah sebagai akibat penutupan 16 bank, justru semakin buruk karena
keputusan pemerintah yang hanya memberi jaminan terhadap simpanan yang
dibatasi hanya sampai Rp.20.000.000,00 (dua puluh juta rupiah) per rekening. Hal
tersebut otomatis semakin memicu ketidakpercayaan yang lebih tinggi terhadap
perbankan nasional dan menimbulkan anggapan bahwa Bank tidak lagi dapat
dijadikan tempat yang aman untuk menyimpan dana nasabah. Beberapa pengamat

asing berpendapat bahwa langkah kebijakan penutupan 16 bank yang diambil
tanpa disertai kriteria penutupan yang jelas dan transparan, serta tidak tersedia
informasi mengenai kesehatan bank-bank yang belum ditutup ini, ternyata hanya
menimbulkan kebingungan. Padahal, selama ini bank dipercaya sebagai salah satu
media lalu lintas keuangan.
Bank sebagai lembaga intermediasi dalam menjalankan kegiatan usahanya
bergantung pada tingkat kepercayaan masyarakat untuk bersedia menyimpan dana
pada suatu bank. Dewasa ini kompleksitas kegiatan usaha bank semakin
meningkat seiring perkembangan teknologi informasi dan perkembangan jenis
produk dan jasa.

1

Rachmiamrinal.blogspot.com/2009/06/penilaian-kemampuan-dan-kepatutan-fit.html
(diakses tanggal 10 Maret 2015).

Universitas Sumatera Utara

10


Pemerintah

terus

melakukan

berbagai

upaya

untuk

memulihkan

perekonomian nasional. Pemulihan sektor perbankan sebagai salah satu aset
terbesar industri keuangan pun menjadi prioritas utama program pemerintah
dalam mereformasi perbankan agar masyarakat kembali tertarik untuk
menggunakan jasa perbankan. Apabila kepercayaan masyarakat membaik maka
membawa dampak besar bagi perekonomian, karena secara otomatis Bank dapat
kembali menjalankan fungsi utamanya sebagai penghimpun dana penyalur dana

masyarakat sebagaimana disebutkan dalam Pasal 3 UU Perbankan.
Peningkatan kompleksitas kegiatan usaha bank memberikan dampak yang
sangat besar terhadap eksposur risiko yang akan dihadapi oleh bank, sehingga
untuk itu diperlukan kompetensi semua organ organisasi yang ada pada bank
dalam melakukan upaya untuk meminimalisir risiko kegiatan usaha bank. Suatu
bank yang tidak dikelola dengan baik, sudah pasti akan memicu munculnya satu
atau lebih risiko dari 8 (delapan) risiko yang dihadapi bank dan akan
mengakibatkan kerugian pada bank serta kepada pihak-pihak yang berkepentingan
pada bank (stakeholders). 2
Bank sebagai lembaga intermediasi dalam menjalankan kegiatan usahanya
bergantung pada tingkat kepercayaan masyarakat untuk bersedia menyimpan dana
pada suatu bank. Dewasa ini kompleksitas kegiatan usaha bank semakin
meningkat seiring perkembangan teknologi informasi dan perkembangan jenis
produk dan jasa.

2

http://www.bankina.co.id/admin/modul/laporan/ (diakses tanggal 10 Maret 2015)

Universitas Sumatera Utara


11

Pada dasarnya kata fit dan proper dalam bahasa Inggris adalah kata sifat
yang memiliki arti sama, yaitu pantas, patut atau layak. Sehingga secara sederhana
banyak yang mengartikan Fit and Proper Test (selanjutnya disebut Penilaian
Kemampuan dan Kepatutan) sebagai tes kepantasan, kepatutan atau kelayakan
yang dipadatkan pada kalimat tes kemampuan dan kepatutan. 3 Pengertian tentang
Penilaian Kemampuan dan Kepatutan atau yang disebut Penilaian Kemampuan
dan Kepatutan dalam No: 5/25 /PBI/2003 tentang Penilaian Kemampuan dan
Kepatutan Pasal 1 butir kesatu adalah : hasil proses evaluasi secara berkala atau
setiap waktu apabila dianggap perlu oleh Bank Indonesia terhadap integritas
pemegang saham pengendali, serta integritas dan kompetensi dari pengurus dan
pejabat eksekutif dalam mengelola kegiatan operasional.
Secara singkat Penilaian Kemampuan dan Kepatutan yaitu hasil dari
proses evaluasi secara berkala atau setiap waktu apabila dianggap perlu oleh Bank
Indonesia, terhadap integritas pemegang saham pengendali serta integritas,
kompetensi dan reputasi keuangan dewan komisaris, direksi dan pejabat eksekutif
bank dalam mengelola kegiatan operasional bank.
Membangun industri keuangan bank yang sehat maupun menyediakan

pelayanan terbaik pada masyarakat dimana dapat memenuhi integritas,
kompetensi dan reputasi keuangan yang baik seperti yang diharapkan maka
dilakukan proses Penilaian Kemampuan dan Kepatutan melalui penelitian
adminitratif yang lebih efektif dalam proses wawancara yang lebih efisien, dengan
tetap memperhatikan pemenuhan persyaratan yang ditetapkan. Pelaksanaan
3

Hasanudin Rahman Daeng Naja, Manajemen Fit and Profer Test (Yogyakarta: Pustaka
Widyatama, 2004), hlm. 116.

Universitas Sumatera Utara

12

Penilaian Kemampuan dan Kepatutan merupakan salah satu upaya dalam
meningkatkan tata kelola yang baik (Good Governance) dalam industri
perbankan.
Lembaga keuangan bank secara operasional dibina dan diawasi oleh
Otoritas Jasa Keuangan (selanjutnya disebut OJK) dan Bank Indonesia. Dengan
adanya OJK akan memberi perlindungan dan rasa aman atas penyimpanan dana

atau transaksi yang dijalankan lewat lembaga jasa keuangan bank. OJK pada
dasarnya memuat ketentuan tentang organisasi dan tata kelola (governance) dari
lembaga yang memiliki otoritas pengaturan dan pengawasan terhadap sektor jasa
keuangan. Artinya OJK akan memberikan pengelolahan secara baik dan benar
dalam lembaga keuangan bank. Bentuk pengawasan yang ada dapat berupa bentuk
penilaian kemampuan dan kepatutan direksi lembaga keuangan bank. Penilaian
kemampuan dan kepatutan itu dilakukan agar tidak terjadi penyimpangan atas
aktivitas pengelola uang masyarakat dalam kegiatan usaha yang dapat
menimbulkan kerugian bagi masyarakat dan pemerintah.
Penjelasan Pasal 7 OJK pengaturan dan pengawasan mengenai
kelembagaan, kesehatan, aspek kehati-hatian dan pemeriksaan bank merupakan
lingkup pengaturan dan pengawasan microprudential yang menjadi tugas dan
wewenang OJK. Adapun lingkup pengaturan dan pengawasan macroprudential
OJK yakni pengaturan dan pengawasan selain hal yang diatur dalam pasal ini
merupakan tugas dan wewenang Bank Indonesia. Dalam rangka pengaturan dan
pengawasan macroprudential, OJK membantu Bank Indonesia untuk melakukan
himbauan moral (moral suasion) kepada perbankan.

Universitas Sumatera Utara


13

Kriteria hasil Penilaian Kemampuan dan Kepatutan berbeda antara calon
pemilik dan pengurus bank dengan pemilik dan pengurus bank yang telah
menduduki jabatannya. Hasil Penilaian Kemampuan dan Kepatutan terhadap
calon pemilik dan pengurus bank dibagi menjadi 2 (dua) predikat, yaitu lulus dan
tidak lulus Pasal 32 ayat (1) PBI No. 12/23/PBI/2010 tentang Uji Kemampuan
dan Kepatutan (selanjutnya disebut PBI No. 12/23/PBI/2010).
Calon pemilik dan pengurus yang memperoleh predikat lulus dianggap
telah memenuhi persyaratan dan dapat diduduki jabatannya sebagai komisaris atau
direksi, sedangkan bagi calon pemilihan atau pengurus yang memperoleh predikat
tidak lulus dianggap tidak memenuhi persyaratan sehingga dianggap belum
mampu untuk menjadi komisaris atau direksi.
Idealnya, Penilaian Kemampuan dan Kepatutan dilakukan terhadap calon
pemilik dan atau pengurus bank, namun tidak menutup kemungkinan terhadap
pemilik dan atau pelaksanaannya tunduk pada aturan-aturan yang berhubungan
dengan perbankan yaitu UU Perbankan, No. 3 Tahun 2004 Tentang Perubahan
Atas Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1999 Tentang Bank
Indonesia (selanjutnya disebut UUBI)
Undang-Undang Bank Indonesia (selanjutnya disebut UUBI) dan

peraturan-peraturan lain yang menyangkut kegiatan operasional perbankan. Sama
halnya dengan sebuah Perseroan Terbatas (selanjutnya disebut PT), aturan yang
melandasi kegiatan sebuah bank yang berbentuk Perseroan Terbatas juga harus
memperhatikan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroaan

Universitas Sumatera Utara

14

Terbatas (selanjutnya disebut UU PT), dimana dalam implementasinya tidak
boleh terjadi benturan antara undang-undang.
Salah satu usaha yang dapat dilakukan untuk menghasilkan struktur
manajemen yang baik adalah melalui proses seleksi manajemen, terhadap pemilik
dan pengurus (direksi dan komisaris) pada semua bank yang dilakukan melalui
Penilaian Kemampuan dan Kepatutan. Hal tersebut dianggap perlu oleh berbagai
pihak karena banyak kalangan menilai bahwa kemampuan manusia menjadi faktor
utama dalam menjalankan prinsip kehati-hatian, yang pada akhirnya akan
menentukan keberhasilan suatu bank. Oleh karena itu, Bank Indonesia sebagai
bank sentral yang memiliki fungsi pokok menjaga kestabilan moneter, keamanan
sistem pembayaran nasional, dan pengaturan serta pengawasan bank merasa perlu

untuk mengeluarkan peraturan kebijakan tentang Penilaian Kemampuan dan
Kepatutan. Dikeluarkannya peraturan kebijakan oleh Bank Indonesia mengenai
Penilaian Kemampuan dan Kepatutan ini juga didasarkan pada hasil pengamatan
bahwa sebagian besar penutupan bank yang terjadi pada masa krisis karena
adanya kesalahan dalam pengelolaan, baik yang bersifat kelemahan maupun
penyimpangan biasa. Hal ini sebagai akibat tidak diterapkannya suatu tata kelola
perusahaan yang baik atau dengan istilah "Good Corporate Governance",
selanjutnya disebut GCG, yang mengakibatkan banyak terjadi praktik-praktik
menyimpang pada bank dalam menjalankan usahanya karena tidak ditangani oleh
pengelola yang mampu dan patut dalam praktek usaha.
Keharusan untuk menjalankan Penilaian Kemampuan dan Kepatutan bagi
calon pemilik dan pengurus bank memang tidak disebutkan secara eksplisit dalam

Universitas Sumatera Utara

15

UU Perbankan maupun UU Perseroan Terbatas. Namun, demikian, berdasarkan
ketentuan yang termuat dalam Pasal 2 PBI No. 5/25/PBI/2003 sebagaimana telah
disempurnakan dengan PBI No.12/23/PBI/2010 (selanjutnya disebut PBI

No.12/23/PBI/2010) calon pemilik dalam hal ini calon pemegang saham yang
akan mengendalikan suatu bank diharuskan untuk menjalankan Penilaian
Kemampuan dan Kepatutan terlebih dahulu penilaian ini juga dilaksanakan
terhadap calon pengurus bank, dalam hal ini direksi maupun komisaris.
Konsekuensi yang diberikan terhadap calon pemilik dan pengurus yang tidak lulus
Penilaian Kemampuan dan Kepatutan sangat jelas menurut ketentuan yang ada
dalam PBI. No. 12/23/PBI/2010, artinya sehubungan dengan ketidaklulusan calon
tersebut maka yang bersangkutan secara tegas dilarang untuk menduduki
jabatannya dalam industri perbankan.
Berdasarkan uraian di atas maka judul Penilaian Kemampuan dan
Kepatutan Direksi Di Industri Keuangan Bank Oleh Otoritas Jasa Keuangan
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011, menjadi hal yangh perlu
diteliti.

B. Perumusan Masalah
Sebagaimana telah diuraikan pada pendahuluan, permasalahan yang akan
diangkat yaitu :
1. Bagaimanakah standar penilaian kemampuan dan kepatutan direksi dalam
industri keuangan bank?

Universitas Sumatera Utara

16

2. Siapa pihak yang terlibat dalam penilaian kemampuan dan kepatutan direksi
dalam industri keuangan bank?
3. Bagaimanakah akibat hukum bagi direksi pada industri keuangan bank yang
melanggar aturan pelaksanaan penilaian kemampuan dan kepatutan yang
diatur dalam Undang-Undang Otoritas Jasa Keuangan (OJK)?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan penelitian
Adapun yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah
a. Untuk mengetahui standar penilaian kemampuan dan kepatutan direksi
dalam industri keuangan bank.
b. Untuk mengetahui pihak yang terlibat dalam penilaian kemampuan dan
kepatutan direksi dalam industri keuangan bank
c. Untuk mengetahui akibat hukum bagi direksi pada industri keuangan bank
yang melanggar aturan pelaksanaan penilaian kemampuan dan kepatutan
yang diatur dalam Undang-Undang Otoritas Jasa Keuangan (OJK)?
2. Manfaat penelitian
Adapun manfaat hasil penelitian skripsi ini terhadap rumusan
permasalahan yang sudah diuraikan dapat dibagi menjadi dua jenis manfaat, yaitu:
a. Manfaat teoritis
Secara teoritis, skripsi ini diharapkan dapat mampu memperkaya
khasanah perkembangan Ilmu hukum apada umumnya dan hukum
perdata pada khususnya, serta dapat bermanfaat selain sebagai bahan

Universitas Sumatera Utara

17

informasi juga sebagai literatur atau bahan informasi sehingga dapat
memberikan sumbangan pemikiran guna membangun argumentasi
ilmiah

mengenai Penilaian Kemampuan dan Kepatutan Direksi Di

Industri Keuangan Oleh Otoritas Jasa Keuangan Berdasarkan UndangUndang Nomor 21 Tahun 2011.
b. Manfaat praktis
Secara praktis penulisan skripsi ini juga diharapkan dapat memberikan
masukan atau sumbangan pemikiran kepada pihak-pihak terkait mengenai
Penilaian Kemampuan dan Kepatutan Direksi Di Industri Keuangan Bank
Oleh Otoritas Jasa Keuangan.

D. Keaslian Penelitian
Berdasarkan pemeriksaan yang telah dilakukan oleh peneliti di
perpustakaan Universitas Sumatera Utara diketahui bahwa penelitian tentang
penilaian kemampuan dan kepatutan direksi di Industri keuangan bank oleh
Otoritas Jasa Keuangan berdasarkan Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2001,
yang diangkat sebagai judul skripsi ini telah diperiksa dan diteliti secara
administrasi dan judul tersebut belum pernah ditulis di Fakultas Hukum
Universitas Sumatera Utara sebelumnya. Sehingga penulisan dan pembahasan
skripsi ini dengan mengangkat judul rasional dan objektif serta terbuka. Semua ini
merupakan implikasi ciri dari proses menemukan kebenaran ilmiah Sehingga
penelitian ini dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya secara ilmiah dan
terbuka atas segala kritikan dan masukan yang sifatnya membangun guna
penyempurnaan hasil penelitian.

Universitas Sumatera Utara

18

E. Tinjauan Pustaka
Berdasarkan PBI No. 12/23/PBI/2010 direksi dalam Pasal 1 butir 9 poin a
bagi bank berbentuk badan hukum perseroan terbatas adalah direksi sebagaimana
dimaksud dalam UUPT. Direksi adalah organ perseroan yang bertanggung jawab
penuh atas pengurusan perseroan untuk kepentingan dan tujuan perseroan serta
mewakili perseroan baik di dalam maupun diluar pengadilan sesuai dengan
ketentuan anggaran dasar Pasal 1 angka 4 UUPT.
Penilaian Kemampuan dan Kepatutan menurut PBI No. 12/23/PBI/2010
adalah hasil proses evaluasi secara berkala atau setiap waktu apabila dianggap
perlu oleh Bank Indonesia terhadap integritas pemegang saham pengendali serta
integritas dan kompetensi dari pengurus dan pejabat eksekutif dalam mengelola
kegiatan operasional bank.

F. Metode Penelitian
1. Spesifikasi penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah yuridis
normatif. Penelitian yuridis normatif adalah metode penelitian yang mengacu
pada norma-norma hukum yang terdapat dalam peraturan perundang-undangan. 4
Spesifikasi penelitian ini adalah penelitian deskriptif analitis. Penelitian ini
melakukan analisis hanya sampai pada taraf deskripsi, yaitu menganalisis dan
menyajikan fakta secara sistematis sehingga dapat lebih mudah untuk dipahami
dan disimpulkan. Deskriptif dalam arti bahwa dalam penelitian ini, bermaksud

4

Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif: Suatu Tinjauan
Singkat (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2009), hlm. 1.

Universitas Sumatera Utara

19

untuk menggambarkan dan melaporkan secara rinci, sistematis dan menyeluruh,
mengenai segala sesuatu yang berkaitan dengan Penilaian Kemampuan dan
Kepatutan Direksi Di Industri Keuangan Oleh Otoritas Jasa Keuangan Bank
Berdasarkan UU OJK.
Pendekatan penelitian yang digunakan adalah bersifat kualitatif, dengan
cara menganalisis bahan hukum secara komprehensif baik bahan hukum primer
maupun bahan hukum sekunder yang diperoleh selama melakukan penelitian.
Selain itu juga dilakukan secara deskriptif yaitu penulis berkeinginan untuk
memberikan gambaran atau pemaparan atas subjek dan objek penelitian dikaitkan
dengan peraturan perundang-undangan dan teori-teori yang berkaitan dengan
Penilaian Kemampuan dan Kepatutan Direksi Di Industri Keuangan Oleh Otoritas
Jasa Keuangan Bank Berdasarkan UU OJK.
2. Data penelitian
Jenis sumber data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah berupa
data sekunder. Menurut Ronny Hanitijo Soemitro data sekunder adalah: 5
Penelitian ini yang dijadikan data sekunder adalah data yang bersumber
dari:
a. Bahan hukum primer yaitu bahan hukum yang bersifat mengikat yang
terdiri dari:
1) Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa
Keuangan.
2) Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan
5

Ronny Hanitijo Sumitro, Metode Penelitian Hukum dan Jurimetri (Jakarta: Ghalia
Indonesia, 1998), hlm. 76.

Universitas Sumatera Utara

20

3) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas
4) Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2009 tentang Bank Indonesia.
b. Bahan hukum sekunder yaitu bahan hukum yang memberikan penjelasan
mengenai bahan hukum primer yang terdiri dari: hasil karya para ahli
hukum berupa buku-buku, pendapat-pendapat sarjana, yang berhubungan
dengan pembahasan skripsi ini.
3. Teknik pengumpulan data
Untuk memperoleh suatu kebenaran ilmiah dalam penulisan skripsi, maka
digunakan metode pengumpulan data dengan cara: 6 studi kepustakaan, yaitu
mempelajari dan menganalisis secara digunakan sistematis buku-buku, surat
kabar, makalah ilmiah, majalah, internet, peraturan perundang-undangan dan
bahan-bahan lain yang berhubungan dengan materi yang dibahas dalam skripsi
ini.
4. Analisis data
Analisis data pada penelitian ini dilakukan secara kualitatif, yaitu dari data
yang diperoleh kemudian disusun secara sistematis kemudian dianalisis secara
normatif kualitatif untuk mencapai kejelasan masalah yang dibahas. Pengertian
analisis di sini dimaksudkan sebagai suatu penjelasan dan penginterpretasian
secara logis, sistematis. Logis sistematis menunjukkan cara berfikir deduktifinduktif dan mengikuti tata tertib dalam penulisan laporan-laporan penelitian
ilmiah.

6

Soejano Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum (Jakarta: UI Press, 1986), hlm. 24.

Universitas Sumatera Utara

21

Setelah analisis data selesai maka hasilnya akan disajikan secara
deskriptif, yaitu dengan menuturkan dan menggambarkan apa adanya sesuai
dengan permasalahan yang diteliti. 7 Dari hasil tersebut kemudian ditarik suatu
kesimpulan yang merupakan jawaban atas permasalahan ini.
G. Sistematika Penulisan
Untuk memudahkan penulisan skripsi ini agar permasalahan yang diangkat
dengan pembahasan skripsi sesuai, maka diperlukan adanya sistematika penulisan
yang teratur yang saling berkaitan satu sama lain. Tiap bab terdiri dari setiap sub
bab dengan maksud untuk mempermudah dalam hal-hal yang dibahas dalam
skripsi ini. Adapun sistematika penulisan skripsi ini adalah :
BAB I

PENDAHULUAN
Pendahuluan merupakan pengantar. Didalamnya termuat mengenai
gambaran umum tentang penulisan skripsi yang terdiri dari latar
belakang penulisan skripsi, permasalahan, tujuan penulisan,
manfaat penulisan, keaslian penulisan, metode penelitian dan
sistematika penulisan.

BAB II

STANDAR PENILAIAN KEMAMPUAN DAN KEPATUTAN
DIREKSI DI INDUSTRI KEUANGAN BANK
Bab ini berisikan mengenai faktor-faktor dalam penilaian
kemampuan dan kepatutan industri keuangan bank, alasan perlunya
dilakukan penilaian kemampuan dan kepatutan di industri
keuangan dan pengaturan berdasarkan Undang-Undang Nomor 21
7

H.B. Sutopo, Metode Penelitian Kualitatif Bagian II (Surakarta: UNS Press, 1988), hlm.

37.

Universitas Sumatera Utara

22

Tahun 2011 mengenai penilaian kemampuan dan kepatutan
industri keuangan bank.
BAB III

PIHAK
YANG
TERLIBAT
DALAM
PENILAIAN
KEMAMPUAN DAN KEPATUTAN DIREKSI DALAM
INDUSTRI KEUANGAN BANK
Bab ini berisikan mengenai direksi bank yang dipersyaratkan untuk
mengikuti penilaian kemampuan dan pihak-pihak yang berhak
memberikan penilaian dalam proses penilaian kepatutan Direksi
Bank serta hal-hal yang harus dipenuhi dalam pelaksanaan proses
penilaian kemampuan dan kepatutan.

BAB IV

AKIBAT HUKUM BAGI DIREKSI PADA INDUSTRI
KEUANGAN BANK YANG MELANGGAR ATURAN
PELAKSANAAN
PENILAIAN
KEMAMPUAN
DAN
KEPATUTAN YANG DIATUR DALAM UNDANG-UNDANG
OTORITAS JASA KEUANGAN (OJK)
Bab ini berisikan mengenai pelanggaran yang dapat terjadi dalam
pelaksanaan penilaian kemampuan dan kepatutan dan akibat
hukum bagi direksi pada industri keuangan bank yang melanggar
aturan pelaksanaan penilaian kemampuan dan kepatutan.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini merupakan bagian terakhir dari penulisan skripsi ini. Bab
ini berisi kesimpulan dari permasalahan pokok dari keseluruhan isi.
Kesimpulan bukan merupakan rangkuman ataupun ikhtisar. Saran
merupakan upaya yang diusulkan agar hal-hal yang dikemukakan
dalam pembahasan permasalahan dapat lebih berhasil guna berdaya
guna.

Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Penilaian Kemampuan Dan Kepatutan Direksi Di Industri Keuangan Bank Oleh Otoritas Jasa Keuangan Berdasarkan Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011

0 46 95

Sistem Koordinasi Antara Otoritas Jasa Keuangan Dengan Lembaga Penjamin Simpanan Dalam Penanganan Bank Gagal Berdasarkan Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 Tentang Otoritas Jasa Keuangan

5 79 130

WEWENANG OTORITAS JASA KEUANGAN (OJK) DALAM PENGATURAN DAN PENGAWASAN TERHADAP BANK SYARIAH BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2011 TENTANG OTORITAS JASA KEUANGAN

8 98 57

Penilaian Kemampuan Dan Kepatutan Direksi Di Industri Keuangan Bank Oleh Otoritas Jasa Keuangan Berdasarkan Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011

0 4 92

SISTEM KOORDINASI ANTARA BANK INDONESIA DAN OTORITAS JASA KEUANGAN DALAM PENGAWASAN BANK SETELAH LAHIRNYA UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2011 TENTANG OTORITAS JASA KEUANGAN

0 0 8

Penilaian Kemampuan Dan Kepatutan Direksi Di Industri Keuangan Bank Oleh Otoritas Jasa Keuangan Berdasarkan Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011

0 0 7

Penilaian Kemampuan Dan Kepatutan Direksi Di Industri Keuangan Bank Oleh Otoritas Jasa Keuangan Berdasarkan Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011

0 0 30

Penilaian Kemampuan Dan Kepatutan Direksi Di Industri Keuangan Bank Oleh Otoritas Jasa Keuangan Berdasarkan Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011

0 0 2

BAB II STANDAR PENILAIAN KEMAMPUAN DAN KEPATUTAN DIREKSI DI INDUSTRI KEUANGAN BANK A. Pengaturan dan Pengawasan Bank oleh Otoritas Jasa Keuangan - Penilaian Kemampuan Dan Kepatutan Direksi Di Industri Keuangan Bank Oleh Otoritas Jasa Keuangan Berdasarkan

0 0 30

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Penilaian Kemampuan Dan Kepatutan Direksi Di Industri Keuangan Bank Oleh Otoritas Jasa Keuangan Berdasarkan Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011

0 0 19