BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Penilaian Kemampuan Dan Kepatutan Direksi Di Industri Keuangan Bank Oleh Otoritas Jasa Keuangan Berdasarkan Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lembaga keuangan atau perusahaan yang bergerak dibidang jasa keuangan

  merupakan perusahaan yang aktivitasnya mengelola uang masyarakat. Artinya, uang masyarakat yang dikelola lembaga keuangan harus dikelolah secara baik, jangan sampai terjadi penyimpangan yang dapat merugikan masyarakat. Dana atau uang masyarakat harus dilindungi dan dikelola secara baik sehingga memberikan keuntungan yang maksimal. Secara teoritis dikenal dua macam lembaga leuangan yakni lembaga keuangan bank dan lembaga keuangan Non- Bank. Adapun peran utama kedua lembaga ini relatif sama yaitu sebagai perantara keuangan (financial intermediation) antar surplus unit (ultimate lenders) dengan deficit unit (ultimate borrowers).

  Industri atau lembaga keuangan bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkan kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan hidup rakyat banyak Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 jo Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan (selanjutnya disebut UU Perbankan).

  Kondisi ekonomi di Indonesia memang belum sepenuhnya pulih. Setelah krisis ekonomi yang diikuti dengan krisis perbankan terjadi di pertengahan tahun 1997, bangsa ini sedikit demi sedikit mencoba untuk mengembalikan kepercayaan Hilangnya kepercayaan masyarakat terhadap dunia perbankan pada masa krisis berawal dari keputusan pemerintah untuk menutup 16 bank yang dianggap kurang sehat, sesuai dengan rekomendasi dari International Monetary Fund (IMF). Peristiwa inilah yang menjadi sumber menurunnya kepercayaan masyarakat

  

  terhadap perbankan nasional. Kondisi tingkat kepercayaan kepada bank yang semakin rendah sebagai akibat penutupan 16 bank, justru semakin buruk karena keputusan pemerintah yang hanya memberi jaminan terhadap simpanan yang dibatasi hanya sampai Rp.20.000.000,00 (dua puluh juta rupiah) per rekening. Hal tersebut otomatis semakin memicu ketidakpercayaan yang lebih tinggi terhadap perbankan nasional dan menimbulkan anggapan bahwa Bank tidak lagi dapat dijadikan tempat yang aman untuk menyimpan dana nasabah. Beberapa pengamat asing berpendapat bahwa langkah kebijakan penutupan 16 bank yang diambil tanpa disertai kriteria penutupan yang jelas dan transparan, serta tidak tersedia informasi mengenai kesehatan bank-bank yang belum ditutup ini, ternyata hanya menimbulkan kebingungan. Padahal, selama ini bank dipercaya sebagai salah satu media lalu lintas keuangan.

  Bank sebagai lembaga intermediasi dalam menjalankan kegiatan usahanya bergantung pada tingkat kepercayaan masyarakat untuk bersedia menyimpan dana pada suatu bank. Dewasa ini kompleksitas kegiatan usaha bank semakin meningkat seiring perkembangan teknologi informasi dan perkembangan jenis produk dan jasa.

1 Rachmiamrinal.blogspot.com/2009/06/penilaian-kemampuan-dan-kepatutan-fit.html

  Pemerintah terus melakukan berbagai upaya untuk memulihkan perekonomian nasional. Pemulihan sektor perbankan sebagai salah satu aset terbesar industri keuangan pun menjadi prioritas utama program pemerintah dalam mereformasi perbankan agar masyarakat kembali tertarik untuk menggunakan jasa perbankan. Apabila kepercayaan masyarakat membaik maka membawa dampak besar bagi perekonomian, karena secara otomatis bank dapat kembali menjalankan fungsi utamanya sebagai penghimpun dana penyalur dana masyarakat sebagaimana disebutkan dalam Pasal 3 UU Perbankan.

  Peningkatan kompleksitas kegiatan usaha bank memberikan dampak yang sangat besar terhadap eksposur risiko yang akan dihadapi oleh bank, sehingga untuk itu diperlukan kompetensi semua organ organisasi yang ada pada bank dalam melakukan upaya untuk meminimalisir risiko kegiatan usaha bank. Suatu bank yang tidak dikelola dengan baik, sudah pasti akan memicu munculnya risiko-risiko yang dihadapi bank dan akan mengakibatkan kerugian pada bank

   serta kepada pihak-pihak yang berkepentingan pada bank (stakeholders).

  Bank sebagai lembaga intermediasi dalam menjalankan kegiatan usahanya bergantung pada tingkat kepercayaan masyarakat untuk bersedia menyimpan dana pada suatu bank. Dewasa ini kompleksitas kegiatan usaha bank semakin meningkat seiring perkembangan teknologi informasi dan perkembangan jenis produk dan jasa.

  Pada dasarnya kata fit dan proper dalam bahasa Inggris adalah kata sifat yang memiliki arti sama, yaitu pantas, patut atau layak. Sehingga secara sederhana banyak yang mengartikan Fit and Proper Test (selanjutnya disebut Penilaian Kemampuan dan Kepatutan) sebagai tes kepantasan, kepatutan atau kelayakan

  

  yang dipadatkan pada kalimat tes kemampuan dan kepatutan. Pengertian tentang Penilaian Kemampuan dan Kepatutan atau yang disebut Penilaian Kemampuan dan Kepatutan dalam PBI No. 12/23/PBI/2010 tentang Penilaian Kemampuan dan Kepatutan adalah : hasil proses evaluasi secara berkala atau setiap waktu apabila dianggap perlu oleh Bank Indonesia terhadap integritas pemegang saham pengendali, serta integritas dan kompetensi dari pengurus dan pejabat eksekutif dalam mengelola kegiatan operasional.

  Secara singkat Penilaian Kemampuan dan Kepatutan yaitu hasil dari proses evaluasi secara berkala atau setiap waktu apabila dianggap perlu oleh Bank Indonesia, terhadap integritas pemegang saham pengendali serta integritas, kompetensi dan reputasi keuangan dewan komisaris, direksi dan pejabat eksekutif bank dalam mengelola kegiatan operasional bank.

  Membangun industri keuangan bank yang sehat maupun menyediakan pelayanan terbaik pada masyarakat dimana dapat memenuhi integritas, kompetensi dan reputasi keuangan yang baik seperti yang diharapkan maka dilakukan proses Penilaian Kemampuan dan Kepatutan melalui penelitian adminitratif yang lebih efektif dalam proses wawancara yang lebih efisien, dengan tetap memperhatikan pemenuhan persyaratan yang ditetapkan. Pelaksanaan 3 Hasanudin Rahman Daeng Naja, Manajemen Fit and Profer Test (Yogyakarta: Pustaka Penilaian Kemampuan dan Kepatutan merupakan salah satu upaya dalam meningkatkan tata kelola yang baik (Good Governance) dalam industri perbankan.

  Lembaga keuangan bank secara operasional dibina dan diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan (selanjutnya disebut OJK) dan Bank Indonesia. Dengan adanya OJK akan memberi perlindungan dan rasa aman atas penyimpanan dana atau transaksi yang dijalankan lewat lembaga jasa keuangan bank. OJK pada dasarnya memuat ketentuan tentang organisasi dan tata kelola (governance) dari lembaga yang memiliki otoritas pengaturan dan pengawasan terhadap sektor jasa keuangan. Artinya OJK akan memberikan pengelolahan secara baik dan benar dalam lembaga keuangan bank. Bentuk pengawasan yang ada dapat berupa bentuk penilaian kemampuan dan kepatutan direksi lembaga keuangan bank. Penilaian kemampuan dan kepatutan itu dilakukan agar tidak terjadi penyimpangan atas aktivitas pengelola uang masyarakat dalam kegiatan usaha yang dapat menimbulkan kerugian bagi masyarakat dan pemerintah.

  Penjelasan Pasal 7 OJK pengaturan dan pengawasan mengenai kelembagaan, kesehatan, aspek kehati-hatian dan pemeriksaan bank merupakan lingkup pengaturan dan pengawasan microprudential yang menjadi tugas dan wewenang OJK. Adapun lingkup pengaturan dan pengawasan macroprudential OJK yakni pengaturan dan pengawasan selain hal yang diatur dalam pasal ini merupakan tugas dan wewenang Bank Indonesia. Dalam rangka pengaturan dan pengawasan macroprudential, OJK membantu Bank Indonesia untuk melakukan himbauan moral (moral suasion) kepada perbankan.

  Kriteria hasil Penilaian Kemampuan dan Kepatutan berbeda antara calon pemilik dan pengurus bank dengan pemilik dan pengurus bank yang telah menduduki jabatannya. Hasil Penilaian Kemampuan dan Kepatutan terhadap calon pemilik dan pengurus bank dibagi menjadi 2 (dua) predikat, yaitu lulus dan tidak lulus Pasal 32 ayat (1) PBI No. 12/23/PBI/2010 tentang Uji Kemampuan dan Kepatutan (selanjutnya disebut PBI No. 12/23/PBI/2010).

  Calon pemilik dan pengurus yang memperoleh predikat lulus dianggap telah memenuhi persyaratan dan dapat diduduki jabatannya sebagai komisaris atau direksi, sedangkan bagi calon pemilihan atau pengurus yang memperoleh predikat tidak lulus dianggap tidak memenuhi persyaratan sehingga dianggap belum mampu untuk menjadi komisaris atau direksi.

  Idealnya, Penilaian Kemampuan dan Kepatutan dilakukan terhadap calon pemilik dan atau pengurus bank, namun tidak menutup kemungkinan terhadap pemilik dan atau pelaksanaannya tunduk pada aturan-aturan yang berhubungan dengan perbankan yaitu UU Perbankan, No. 3 Tahun 2004 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1999 Tentang Bank Indonesia (selanjutnya disebut UUBI)

  Undang-Undang Bank Indonesia (selanjutnya disebut UUBI) dan peraturan-peraturan lain yang menyangkut kegiatan operasional perbankan. Sama halnya dengan sebuah Perseroan Terbatas (selanjutnya disebut PT), aturan yang melandasi kegiatan sebuah bank yang berbentuk Perseroan Terbatas juga harus memperhatikan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroaan Terbatas (selanjutnya disebut UU PT), dimana dalam implementasinya tidak boleh terjadi benturan antara undang-undang.

  Salah satu usaha yang dapat dilakukan untuk menghasilkan struktur manajemen yang baik adalah melalui proses seleksi manajemen, terhadap pemilik dan pengurus (direksi dan komisaris) pada semua bank yang dilakukan melalui Penilaian Kemampuan dan Kepatutan. Hal tersebut dianggap perlu oleh berbagai pihak karena banyak kalangan menilai bahwa kemampuan manusia menjadi faktor utama dalam menjalankan prinsip kehati-hatian, yang pada akhirnya akan menentukan keberhasilan suatu bank. Oleh karena itu, Bank Indonesia sebagai bank sentral yang memiliki fungsi pokok menjaga kestabilan moneter, keamanan sistem pembayaran nasional, dan pengaturan serta pengawasan bank merasa perlu untuk mengeluarkan peraturan kebijakan tentang Penilaian Kemampuan dan Kepatutan. Dikeluarkannya peraturan kebijakan oleh Bank Indonesia mengenai Penilaian Kemampuan dan Kepatutan ini juga didasarkan pada hasil pengamatan bahwa sebagian besar penutupan bank yang terjadi pada masa krisis karena adanya kesalahan dalam pengelolaan, baik yang bersifat kelemahan maupun penyimpangan biasa. Hal ini sebagai akibat tidak diterapkannya suatu tata kelola perusahaan yang baik atau dengan istilah "Good Corporate Governance", selanjutnya disebut GCG, yang mengakibatkan banyak terjadi praktik-praktik menyimpang pada bank dalam menjalankan usahanya karena tidak ditangani oleh pengelola yang mampu dan patut dalam praktek usaha.

  Keharusan untuk menjalankan Penilaian Kemampuan dan Kepatutan bagi calon pemilik dan pengurus bank memang tidak disebutkan secara eksplisit dalam UU Perbankan maupun UU Perseroan Terbatas. Namun, demikian, berdasarkan ketentuan yang termuat dalam Pasal 2 PBI No. 5/25/PBI/2003 sebagaimana telah disempurnakan dengan PBI No.12/23/PBI/2010 (selanjutnya disebut PBI No.12/23/PBI/2010) calon pemilik dalam hal ini calon pemegang saham yang akan mengendalikan suatu bank diharuskan untuk menjalankan Penilaian Kemampuan dan Kepatutan terlebih dahulu penilaian ini juga dilaksanakan terhadap calon pengurus bank, dalam hal ini direksi maupun komisaris.

  Konsekuensi yang diberikan terhadap calon pemilik dan pengurus yang tidak lulus Penilaian Kemampuan dan Kepatutan sangat jelas menurut ketentuan yang ada dalam PBI. No. 12/23/PBI/2010, artinya sehubungan dengan ketidaklulusan calon tersebut maka yang bersangkutan secara tegas dilarang untuk menduduki jabatannya dalam industri perbankan.

  Berdasarkan uraian di atas maka judul Penilaian Kemampuan dan Kepatutan Direksi Di Industri Keuangan Bank Oleh Otoritas Jasa Keuangan Berdasarkan Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011, menjadi hal yangh perlu diteliti.

B. Perumusan Masalah

  Sebagaimana telah diuraikan pada pendahuluan, permasalahan yang akan diangkat yaitu :

  1. Bagaimanakah standar penilaian kemampuan dan kepatutan direksi dalam industri keuangan bank?

  2. Siapa pihak yang terlibat dalam penilaian kemampuan dan kepatutan direksi dalam industri keuangan bank?

  3. Bagaimanakah akibat hukum bagi direksi pada industri keuangan bank yang melanggar aturan pelaksanaan penilaian kemampuan dan kepatutan yang diatur dalam Undang-Undang Otoritas Jasa Keuangan (OJK)? C.

   Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.

  Tujuan penelitian Adapun yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah a. Untuk mengetahui standar penilaian kemampuan dan kepatutan direksi dalam industri keuangan bank.

  b.

  Untuk mengetahui pihak yang terlibat dalam penilaian kemampuan dan kepatutan direksi dalam industri keuangan bank c.

  Untuk mengetahui akibat hukum bagi direksi pada industri keuangan bank yang melanggar aturan pelaksanaan penilaian kemampuan dan kepatutan yang diatur dalam Undang-Undang Otoritas Jasa Keuangan (OJK)? 2. Manfaat penelitian

  Adapun manfaat hasil penelitian skripsi ini terhadap rumusan permasalahan yang sudah diuraikan dapat dibagi menjadi dua jenis manfaat, yaitu: a.

  Manfaat teoritis Secara teoritis, skripsi ini diharapkan dapat mampu memperkaya khasanah perkembangan Ilmu hukum apada umumnya dan hukum perdata pada khususnya, serta dapat bermanfaat selain sebagai bahan informasi juga sebagai literatur atau bahan informasi sehingga dapat memberikan sumbangan pemikiran guna membangun argumentasi ilmiah mengenai Penilaian Kemampuan dan Kepatutan Direksi Di Industri Keuangan Oleh Otoritas Jasa Keuangan Berdasarkan Undang- Undang Nomor 21 Tahun 2011.

  b.

  Manfaat praktis Secara praktis penulisan skripsi ini juga diharapkan dapat memberikan masukan atau sumbangan pemikiran kepada pihak-pihak terkait mengenai Penilaian Kemampuan dan Kepatutan Direksi Di Industri Keuangan Bank Oleh Otoritas Jasa Keuangan.

D. Keaslian Penelitian

  Berdasarkan pemeriksaan yang telah dilakukan oleh peneliti di perpustakaan Universitas Sumatera Utara diketahui bahwa penelitian tentang penilaian kemampuan dan kepatutan direksi di Industri keuangan bank oleh Otoritas Jasa Keuangan berdasarkan Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2001, yang diangkat sebagai judul skripsi ini telah diperiksa dan diteliti secara administrasi dan judul tersebut belum pernah ditulis di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara sebelumnya. Sehingga penulisan dan pembahasan skripsi ini dengan mengangkat judul rasional dan objektif serta terbuka. Semua ini merupakan implikasi ciri dari proses menemukan kebenaran ilmiah Sehingga penelitian ini dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya secara ilmiah dan terbuka atas segala kritikan dan masukan yang sifatnya membangun guna

E. Tinjauan Pustaka

  Pasal 1 UU OJK, OJK, adalah lembaga yang independen dan bebas dari campur tangan pihak lain, yang mempunyai fungsi, tugas, dan wewenang pengaturan, pengawasan, pemeriksaan, dan penyidikan sebagaimana dimaksud dalam undang-undang ini. “ Dengan kata lain, dapat diartikan bahwa OJK adalah sebuah lembaga pengawasan jasa keuangan seperti industri perbankan, pasar modal, reksadana, perusahaan pembiayaan, dana pensiun dan asuransi. Pada dasarnya UU OJK ini hanya mengatur mengenai pengorganisasian dan tata pelaksanaan kegiatan keuangan dari lembaga yang memiliki kekuasaan didalam pengaturan dan pengawasan terhadap sektor jasa keuangan. Oleh karena itu, dengan dibentuknya OJK diharapkan dapat mencapai mekanisme koordinasi yang lebih efektif didalam penanganan masalah-masalah yang timbul didalam sistem keuangan. Dengan demikian dapat lebih menjamin tercapainya stabilitas sistem keuangan dan adanya pengaturan dan pengawasan yang lebih terintegrasi.

  Otoritas Jasa Keuangan (OJK) melaksanakan tugas pengaturan dan pengawasan terhadap: a.

  Kegiatan jasa keuangan di sektor perbankan; b. Kegiatan jasa keuangan di sektor pasar modal; dan c. Kegiatan jasa keuangan di sektor perasuransian, dana pensiun, lembaga pembiayaan, dan lembaga jasa keuangan lainnya.

  Berdasarkan PBI No. 12/23/PBI/2010 direksi dalam Pasal 1 butir 9 poin a bagi bank berbentuk badan hukum perseroan terbatas adalah direksi sebagaimana dimaksud dalam UUPT. Direksi adalah organ perseroan yang bertanggung jawab penuh atas pengurusan perseroan untuk kepentingan dan tujuan perseroan serta mewakili perseroan baik di dalam maupun diluar pengadilan sesuai dengan ketentuan anggaran dasar Pasal 1 angka 4 UUPT.

  Direksi adalah organ perseroan yang berwenang dan bertanggung jawab penuh atas pengurusan Perseroan untuk kepentingan Perseroan, sesuai dengan maksud dan tujuan Perseroan serta mewakili perseroan, baik di dalam maupun di

  

  luar pengadilan sesuai dengan ketentuan anggaran dasar. Persyaratan Pengangkatan Direksi, antara lain : direksi diangkat oleh RUPS, direksi perseroan terdiri atas 1 (satu) orang anggota direksi atau lebih, yang dapat diangkat menjadi anggota Direksi adalah orang perseorangan yang cakap melakukan perbuatan hukum dan tidak pernah dinyatakan pailit atau dihukum karena merugikan negara dalam waktu 5 (lima) tahun sebelum pengangkatan.

   Direksi dalam menjalankan perseroan memiliki, tugas-tugas, yaitu : 1.

  Direksi wajib dengan itikad baik dan penuh tanggung jawab menjalankan tugas pengurusan perseroan dengan tetap memperhatikan keseimbangan. kepentingan seluruh pihak yang berkepentingan dengan aktivitas perseroan.

  2. Direksi wajib tunduk pada ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku, anggaran dasar dan keputusan RUPS dan memastikan seluruh aktivitas perseroan telah sesuai dengan ketentuan peraturan-peraturan 4 5 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, Pasal 1 diakses perundang-undangan yang berlaku, anggaran dasar, keputusan RUPS serta peraturan-peraturan yang ditetapkan oleh perseroan.

  3. Direksi dalam memimpin dan mengurus perseroan semata-mata hanya untuk kepentingan dan tujuan perseroan dan senantiasa berusaha meningkatkan efisiensi dan efektivitas perseroan.

  4. Direksi senantiasa memelihara dan mengurus kekayaan perseroan secara amanah dan transparan. Untuk itu direksi mengembangkan sistem pengendalian internal dan sistem manajemen resiko secara terstruktural dan komprehensif.

5. Direksi akan menghindari kondisi dimana tugas dan kepentingan perseroan berbenturan dengan kepentingan pribadi.

   Kewajiban direksi di dalam perseroan, yaitu :

  1. Direksi wajib bertanggung jawab penuh atas pengurusan perseroan untuk kepentingan dan tujuan perseroan serta mewakili perseroan baik di dalam maupun di luar pengadilan. Sebagai organ yang wajib bertanggungjawab, Direksi mempertanggungjawabkan kepengurusan itu kepada RUPS.

  2. Direksi wajib membuat dan memelihara daftar pemegang saham, risalah RUPS dan risalah rapat direksi, menyelenggarakan pembukuan Perseroan; melaporkan kepemilikan sahamnya dan keluarga yang dimiliki pada perseroan atau perseroan lain.

  3. Direksi wajib menyiapkan laporan tahunan (termasuk pertanggung jawaban tahunan) untuk RUPS.

  4. Direksi wajib memberikan keterangan kepada RUPS mengenai segala sesuatu yang berkaitan dengan kepentingan perseroan.

  5. Direksi menyelenggarakan RUPS tahunan atau RUPS lain yang dianggap perlu (termasuk melakukan pemanggilan dan lain-lain).

  6. Direksi wajib meminta persetujuan RUPS untuk mengalihkan atau menjadikan jaminan sebagian besar atau seluruh kekayaan Perseroan.

  7. Direksi wajib menyiapkan rencana penggabungan, peleburan atau pengambilalihan untuk diajukan kepada RUPS.

  Penilaian Kemampuan dan Kepatutan menurut adalah hasil proses evaluasi secara berkala atau setiap waktu apabila dianggap perlu oleh Bank Indonesia terhadap integritas pemegang saham pengendali serta integritas dan kompetensi dari pengurus dan pejabat eksekutif dalam mengelola kegiatan. Pada dasarnya kata fit dan proper dalam bahasa Inggris adalah kata sifat yang memiliki arti sama, yaitu pantas, patut atau layak. Sehingga secara sederhana banyak yang mengartikan Fit and Proper Test (selanjutnya disebut Penilaian Kemampuan dan Kepatutan) sebagai tes kepantasan, kepatutan atau kelayakan yang dipadatkan

  

  pada kalimat tes kemampuan dan kepatutan. Pengertian tentang Penilaian Kemampuan dan Kepatutan atau yang disebut Penilaian Kemampuan dan Kepatutan dalam PBI No. 12/23/PBI/2010 tentang Penilaian Kemampuan dan Kepatutan adalah : hasil proses evaluasi secara berkala atau setiap waktu apabila dianggap perlu oleh Bank Indonesia terhadap integritas pemegang saham

7 Hasanudin Rahman Daeng Naja, Manajemen Fit and Profer Test (Yogyakarta: Pustaka

  pengendali, serta integritas dan kompetensi dari pengurus dan pejabat eksekutif dalam mengelola kegiatan operasional.

  Secara singkat Penilaian Kemampuan dan Kepatutan yaitu hasil dari proses evaluasi secara berkala atau setiap waktu apabila dianggap perlu oleh Bank Indonesia, terhadap integritas pemegang saham pengendali serta integritas, kompetensi dan reputasi keuangan dewan komisaris, direksi dan pejabat eksekutif bank dalam mengelola kegiatan operasional bank.

F. Metode Penelitian 1.

  Spesifikasi penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah yuridis normatif. Penelitian yuridis normatif adalah metode penelitian yang mengacu

   pada norma-norma hukum yang terdapat dalam peraturan perundang-undangan.

  Spesifikasi penelitian ini adalah penelitian deskriptif analitis. Penelitian ini melakukan analisis hanya sampai pada taraf deskripsi, yaitu menganalisis dan menyajikan fakta secara sistematis sehingga dapat lebih mudah untuk dipahami dan disimpulkan. Deskriptif dalam arti bahwa dalam penelitian ini, bermaksud untuk menggambarkan dan melaporkan secara rinci, sistematis dan menyeluruh, mengenai segala sesuatu yang berkaitan dengan Penilaian Kemampuan dan Kepatutan Direksi Di Industri Keuangan Oleh Otoritas Jasa Keuangan Bank Berdasarkan UU OJK.

8 Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif: Suatu Tinjauan

  Pendekatan penelitian yang digunakan adalah bersifat kualitatif, dengan cara menganalisis bahan hukum secara komprehensif baik bahan hukum primer maupun bahan hukum sekunder yang diperoleh selama melakukan penelitian. Selain itu juga dilakukan secara deskriptif yaitu penulis berkeinginan untuk memberikan gambaran atau pemaparan atas subjek dan objek penelitian dikaitkan dengan peraturan perundang-undangan dan teori-teori yang berkaitan dengan Penilaian Kemampuan dan Kepatutan Direksi Di Industri Keuangan Oleh Otoritas Jasa Keuangan Bank Berdasarkan UU OJK.

2. Data penelitian

  Jenis sumber data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah berupa data sekunder. Menurut Ronny Hanitijo Soemitro data sekunder adalah:

   a.

  Bahan hukum primer yaitu bahan hukum yang bersifat mengikat yang terdiri dari: Penelitian ini yang dijadikan data sekunder adalah data yang bersumber dari: 1)

  Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan.

  2) Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan

  3) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas

4) Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2009 tentang Bank Indonesia.

  b.

  Bahan hukum sekunder yaitu bahan hukum yang memberikan penjelasan mengenai bahan hukum primer yang terdiri dari: hasil karya para ahli 9 Ronny Hanitijo Sumitro, Metode Penelitian Hukum dan Jurimetri (Jakarta: Ghalia hukum berupa buku-buku, pendapat-pendapat sarjana, yang berhubungan dengan pembahasan skripsi ini.

  3. Teknik pengumpulan data Untuk memperoleh suatu kebenaran ilmiah dalam penulisan skripsi, maka

  

  digunakan metode pengumpulan data dengan cara: studi kepustakaan, yaitu mempelajari dan menganalisis secara digunakan sistematis buku-buku, surat kabar, makalah ilmiah, majalah, internet, peraturan perundang-undangan dan bahan-bahan lain yang berhubungan dengan materi yang dibahas dalam skripsi ini.

  4. Analisis data Analisis data pada penelitian ini dilakukan secara kualitatif, yaitu dari data yang diperoleh kemudian disusun secara sistematis kemudian dianalisis secara normatif kualitatif untuk mencapai kejelasan masalah yang dibahas. Pengertian analisis di sini dimaksudkan sebagai suatu penjelasan dan penginterpretasian secara logis, sistematis. Logis sistematis menunjukkan cara berfikir deduktif- induktif dan mengikuti tata tertib dalam penulisan laporan-laporan penelitian ilmiah.

  Setelah analisis data selesai maka hasilnya akan disajikan secara deskriptif, yaitu dengan menuturkan dan menggambarkan apa adanya sesuai

  

  dengan permasalahan yang diteliti. Dari hasil tersebut kemudian ditarik suatu kesimpulan yang merupakan jawaban atas permasalahan ini. 10 11 Soejano Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum (Jakarta: UI Press, 1986), hlm. 24.

  H.B. Sutopo, Metode Penelitian Kualitatif Bagian II (Surakarta: UNS Press, 1988),

G. Sistematika Penulisan

  Untuk memudahkan penulisan skripsi ini agar permasalahan yang diangkat dengan pembahasan skripsi sesuai, maka diperlukan adanya sistematika penulisan yang teratur yang saling berkaitan satu sama lain. Tiap bab terdiri dari setiap sub bab dengan maksud untuk mempermudah dalam hal-hal yang dibahas dalam skripsi ini. Adapun sistematika penulisan skripsi ini adalah :

  BAB I PENDAHULUAN Pendahuluan merupakan pengantar. Didalamnya termuat mengenai gambaran umum tentang penulisan skripsi yang terdiri dari latar belakang penulisan skripsi, permasalahan, tujuan penulisan, manfaat penulisan, keaslian penulisan, metode penelitian dan sistematika penulisan.

  BAB II STANDAR PENILAIAN KEMAMPUAN DAN KEPATUTAN DIREKSI DI INDUSTRI KEUANGAN BANK Bab ini berisikan mengenai faktor-faktor dalam penilaian kemampuan dan kepatutan industri keuangan bank, alasan perlunya dilakukan penilaian kemampuan dan kepatutan di industri keuangan dan pengaturan berdasarkan Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 mengenai penilaian kemampuan dan kepatutan industri keuangan bank.

  BAB III PIHAK YANG TERLIBAT DALAM PENILAIAN KEMAMPUAN DAN KEPATUTAN DIREKSI DALAM INDUSTRI KEUANGAN BANK

  Bab ini berisikan mengenai direksi bank yang dipersyaratkan untuk mengikuti penilaian kemampuan dan pihak-pihak yang berhak memberikan penilaian dalam proses penilaian kepatutan Direksi Bank serta hal-hal yang harus dipenuhi dalam pelaksanaan proses penilaian kemampuan dan kepatutan.

  BAB IV AKIBAT HUKUM BAGI DIREKSI PADA INDUSTRI KEUANGAN BANK YANG MELANGGAR ATURAN PELAKSANAAN PENILAIAN KEMAMPUAN DAN KEPATUTAN YANG DIATUR DALAM UNDANG-UNDANG OTORITAS JASA KEUANGAN (OJK) Bab ini berisikan mengenai pelanggaran yang dapat terjadi dalam pelaksanaan penilaian kemampuan dan kepatutan dan akibat hukum bagi direksi pada industri keuangan bank yang melanggar aturan pelaksanaan penilaian kemampuan dan kepatutan.

  BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini merupakan bagian terakhir dari penulisan skripsi ini. Bab ini berisi kesimpulan dari permasalahan pokok dari keseluruhan isi. Kesimpulan bukan merupakan rangkuman ataupun ikhtisar. Saran merupakan upaya yang diusulkan agar hal-hal yang dikemukakan dalam pembahasan permasalahan dapat lebih berhasil guna berdaya guna.

Dokumen yang terkait

Penilaian Kemampuan Dan Kepatutan Direksi Di Industri Keuangan Bank Oleh Otoritas Jasa Keuangan Berdasarkan Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011

0 46 95

Sistem Koordinasi Antara Otoritas Jasa Keuangan Dengan Lembaga Penjamin Simpanan Dalam Penanganan Bank Gagal Berdasarkan Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 Tentang Otoritas Jasa Keuangan

5 79 130

Pengawasan Lembaga Keuangan Mikro Oleh Otoritas Jasa Keuangan (Analisis Terhadap Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2013)

3 19 210

Tinjauan Hukum Tentang Peralihan Pengawasan Perbankan Dari Bank Indonesia Kepada Otoritas Jasa Keuangan Dihubungkan Dengan Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 Tentang Otoritas Jasa Keuangan

0 4 71

Kewenangan Bank Indonesia Setelah Disahkan Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 Tentang Otoritas Jasa Keuangan

0 0 11

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Analisis Yuridis Terhadap Pengurangan Pungutan Oleh Otoritas Jasa Keuangan Sebagai Akibat dari Kepailitan

0 1 18

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Pengawasan Terhadap Lembaga Dana Pensiun Setelah Berlakunya Undang-Undang No.21 Tahun 2011 Tentang Otoritas Jasa Keuangan

0 0 17

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Identifikasi Transaksi Keuangan Mencurigakan Oleh Penyedia Jasa Keuangan Bank Sebagai Upaya Pencegahan Dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang

0 0 25

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Analisis Yuridis Penanganan Dugaan Penyimpangan Kredit Perbankan Oleh Otoritas Jasa Keuangan

0 0 18

BAB II STANDAR PENILAIAN KEMAMPUAN DAN KEPATUTAN DIREKSI DI INDUSTRI KEUANGAN BANK A. Pengaturan dan Pengawasan Bank oleh Otoritas Jasa Keuangan - Penilaian Kemampuan Dan Kepatutan Direksi Di Industri Keuangan Bank Oleh Otoritas Jasa Keuangan Berdasarkan

0 0 30