Slide Paparan Gub Musrenbang-RASINTEK

(1)

PENGARAHAN

GUBERNUR JAWA TIMUR

PADA RAPAT SINKRONISASI TEKNIS

PELAKSANAAN RENCANA PROGRAM DAN

ANGGARAN 2010

PENGARAHAN

GUBERNUR JAWA TIMUR

PADA RAPAT SINKRONISASI TEKNIS

PELAKSANAAN RENCANA PROGRAM DAN

ANGGARAN 2010

Oleh :

Dr. H. SOEKARWO Gubernur Jawa Timur


(2)

2 OUTLINE PENGARAHAN

1. Prolog

a. Aspek Legal Tugas Gubenur terkait Sinkronisasi Perencanaan Pembangunan Antar Kabupaten/Kota.

b.Substansi Sinkronisasi Pusat-Daerah terkait Program Kerja 100 hari Presiden

c. Aspek Sinkronisasi terkait urusan pemerintahan dan pendanaan antara APBN, APBD (Provinsi dan Kabupaten/Kota.

d.Sinkronisasi Internal Regional Jawa Timur. II. Kinerja Perencanaan Tahun 2009

III. Kinerja Penyelenggaraan Pemerintahan Terkait Kebijakan Insentif fiskal Pemerintah.

a. Provinsi yang mendapatkan Dana Insentif

b.Kriteria Daerah Yang Mendapatkan Dana Insentif.

III. Kinerja Pembangunan Terkait 5 Indikator Kinerja Utama RPJMD

a. Matrik evaluasi Kinerja 5 Indikator Utama 2008 dan Prediksi 2009 , 2010 dan Kinerja Tahun berjalan 2009.

b.Uraian Lebih rinci Kinerja Makro Sosial & Ekonomi

IV. Fokus Pendanaan Program Prioritas Provinsi 2010 Sebagai Solusi terhadap pencapaian 5 Kinerja Utama RPJMD 2009-2014.


(3)

PROLOG

PROLOG

ASPEK LEGAL SINKRONISASI

Ayat 4 Pasal 33 UU 25/2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN) : ASPEK LEGAL SINKRONISASI

Ayat 4 Pasal 33 UU 25/2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN) : Gubernur menyelenggarakan koordinasi, integrasi, sinkronisasi, sinergi perencanaan pembangunan antara kabupaten/kota Gubernur menyelenggarakan koordinasi, integrasi, sinkronisasi, sinergi perencanaan pembangunan antara kabupaten/kota KENAPA? KENAPA?

1. RESOURCE ENVELOPE terbatas  perlu komunikasi untuk mangakumulasi sumberdaya publik 

optimalkan target kinerja agregat (Growth, IPM, TPT, % Turun Maskin, dll)

2. Masih terjadi overlap pelaksanaan program/kegiatan Pusat-Prov-Kab/Kota .

3. Pemanfaatan Ruang masih kurang harmonis  PESAN UU 26/2007 : paling lama 3 tahun sejak diundangkan Perda RTRW harus sudah disesuaikan, sampai saat ini baru 2 ( Sidoarjo & Bangkalan)

1. RESOURCE ENVELOPE terbatas  perlu komunikasi untuk mangakumulasi sumberdaya publik 

optimalkan target kinerja agregat (Growth, IPM, TPT, % Turun Maskin, dll)

2. Masih terjadi overlap pelaksanaan program/kegiatan Pusat-Prov-Kab/Kota .

3. Pemanfaatan Ruang masih kurang harmonis  PESAN UU 26/2007 : paling lama 3 tahun sejak diundangkan Perda RTRW harus sudah disesuaikan, sampai saat


(4)

1. Pemberantasan Mafia Hukum

2. Revitalisasi Industri Pertahanan

3. Penanggulangan Terorisme

4. Listrik

5. Produksi dan Ketahanan Pangan

6. Perindustrian

7. Pemanfaatan Lahan dan Lahan Terlantar

8. Infrastruktur

9. UMKM dikaitkan dg Kredit Usaha Rakyat (KUR)

10. Financing dan Investasi

11. Perubahan Iklim dan Lingkungan

12. Reformasi Bidang Kesehatan

13. Bidang Pendidikan

14. Kesiagaan Penanggulangan Bencana

15. Hubungan Pusat dan Daerah

1. Pemberantasan Mafia Hukum

2. Revitalisasi Industri Pertahanan

3. Penanggulangan Terorisme

4. Listrik

5. Produksi dan Ketahanan Pangan

6. Perindustrian

7. Pemanfaatan Lahan dan Lahan Terlantar

8. Infrastruktur

9. UMKM dikaitkan dg Kredit Usaha Rakyat (KUR)

10. Financing dan Investasi

11. Perubahan Iklim dan Lingkungan

12. Reformasi Bidang Kesehatan

13. Bidang Pendidikan

14. Kesiagaan Penanggulangan Bencana

15. Hubungan Pusat dan Daerah

SINKRONISASI DENGAN PROGRAM NASIONAL

( Program Kerja 100 hari Presiden - dibahas pada National Summit 2009)


(5)

Di luar 6 Urusan Absolut

6 Urusan (Absolut) 1.Politik Luar Negeri 2.Pertahanan

3.Keamanan 4.Yustisi

5.Moneter dan Fiskal Nasional 6.Agama

Urusan Wajib (Obligatory)

Terkait dengan Penyelenggaraan Pelayanan Dasar, seperti Pendidikan, dan Kesehatan.

Urusan Pilihan (Optional)

Terkait dengan potensi unggulan seperti, Pertambangan, Perikanan, Pertanian, Perkebunan, Kehutanan, Pariwisata. Penyelengg araan Urusan Pemerintah an Yang Menjadi Kewenang an Pusat Yang Menjadi Kewenang an Daerah

Sebagian dapat

diselenggarakan Sendiri

oleh Pemerintah;

Sebagian dapat

diselenggarakan melalui asas Dekonsentrasi;

•Sebagian dapat

diselenggarakan melalui asas Tugas Pembantuan.

Diselenggarakan melalui asas Desentralisasi CONCURRENT (Urusan Bersama) diselenggarakanSendiri oleh Pemerintah

SINKRONISASI PENYELENGGARAAN URUSAN

PEMERINTAHAN

SINKRONISASI PENYELENGGARAAN URUSAN

PEMERINTAHAN


(6)

Penyelenggaraan Pemerintahan (UU 32/2004 Ps. 20)

Desentralisasi Tugas Pembantuan Dekonsentrasi

Kewenangan Daerah Kewenangan Pemerintah di Daerah

Konsekuensi Pendanaan

UU. 32/2004 Ps. 38 (Pendanaan Tugas Gub selaku Wakil Pem. dari APBN)

UU. 32/2004 Ps. 155 UU. 33/2004 Ps. 4

APBD APBN

-Koordinasi Penyelenggaraan urusan Pemerintahan di Daerah -Koordinasi BINWAS TP di Daerah

TUGAS GUBERNUR SBG WAKIL PEMERINTAH

SINKRONISASI PENDANAAN ANTARA URUSAN

PEMERINTAHAN DI PUSAT – DAERAH


(7)

SINKRONISASI DALAM WILAYAH

REGIONAL

SINKRONISASI DALAM WILAYAH

REGIONAL

1. Menyangkut Aspek Perencanaan, Pengendalian, Pengawasan dan Evaluasi

1. Menyangkut Aspek Perencanaan, Pengendalian, Pengawasan dan Evaluasi

2. Tujuan: untuk menjamin keterkaitan dan

konsistensi antara perencanaan, penganggaran, pelaksanaan maupun pengawasan di Provinsi dengan Kabupaten/Kota.

3. Diperlakan akurasi data untuk disepakati bersama antara Provinsi – Kabupaten/Kota ( misal : database penduduk miskin, 2010 :

Provinsi selesai pendataan penduduk miskin by name by addres )

2. Tujuan: untuk menjamin keterkaitan dan

konsistensi antara perencanaan, penganggaran, pelaksanaan maupun pengawasan di Provinsi dengan Kabupaten/Kota.

3. Diperlakan akurasi data untuk disepakati bersama antara Provinsi – Kabupaten/Kota ( misal : database penduduk miskin, 2010 :

Provinsi selesai pendataan penduduk miskin by name by addres )


(8)

HASIL

PERENCANAA N 2009

PERGUB 53 / 2009 TTG RKPD PROVINSI JATIM 2010

NOTA KESEPAKATAN PEMPROV-DPRD TTG KUA & PPAS APBD 2010 TGL 29 AGUSTUS 2009

R-APBD 2010  PERSETUJUAN BERSAMA TTG RAPERDA APBD 2010 TANGGAL 19 NOVEMVER 2009  EVALUASI DEPDAGRI SENIN 7 DESEMBER 2009

PERGUB 38 / 2009 TTG RPJMD PROV JATIM 2009-2014

KESIMPULAN : ASPEK ADM PENYUSUNAN APBD : TEPAT WAKTU (salah satu unsur untuk memperoleh dana insentif daerah)

KAB/KOTA ? Sampai dengan Senin 7 Desember baru Jember,

Kota Surabaya, Pacitan dan hari ini Lumajang. 8


(9)

Jawa Tengah

DAFTAR DAERAH BERPRESTASI TAHUN 2009

DAFTAR DAERAH BERPRESTASI TAHUN 2009

Sumatra Utara Sumatra Barat

Kepulauan Riau

Jawa Barat Jawa Timur

Kalimantan Selatan Kalimantan Tengah

Sulawesi Utara

Keputusan Menteri Keuangan Nomor 420/KMK.07/2009 Tanggal 30 Oktober 2009

9

KINERJA PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN TERKAIT KEBIJAKAN INSENTIF FISKAL PEMERINTAH


(10)

KRITERIA REWARD DANA INSENTIF DAERAH (DID) KRITERIA REWARD DANA INSENTIF DAERAH (DID)

1. Effort Daerah meningkatkan dan mempertahankan kualitas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) agar dapat memperoleh opini WTP (Wajar Tanpa Pengecualian) atau WDP (Wajar Dengan Pengecualian) dari BPK (25%)

2. Upaya dalam menyampaikan perda APBD secara tepat waktu setiap tahunnya (20%)

3. Upaya dalam memacu kenaikan PAD (Pendapatan Asli Daerah) di atas rata-rata kenaikan PAD nasional (20%)

4. Daerah dengan kapasitas fiskal di bawah rata-rata nasional namun IPM (Indeks Pembangunan Manusia) nya di atas rata-rata nasional. (35%) Kinerja Keu Drh (bobot 60%) Kinerja Keu Drh (bobot 60%) Kinerja Ek&Kesra (bobot 40 %) Kinerja Ek&Kesra (bobot 40 %)

1. Daerah yang mampu meningkatkan pertumbuhan ekonominya di atas rata-rata pertumbuhan nasional ( 25%)

2. Daerah yang dapat mengurangi tingkat kemiskinan di atas rata-rata pengurangan kemiskinan nasional (35%)

3. Daerah yang dapat mengurangi pengangguran di atas rata-rata pengurangan pengangguran nasional (25%)

4. Laju inflasi di bawah rata-rata inflasi nasional


(11)

EVALUASI KINERJA PEMBANGUNAN 2008,

PREDIKSI 2009 DAN 2010.

1. Jumlah Rumah Tangga Miskin : Tiga Juta Tujuh Puluh Sembilan Ribu Delapan Ratus Dua Puluh Dua Rumah Tangga Miskin (RTM) By Name By Address dengan 3 (tiga) katagori sangat miskin, miskin dan mendekati miskin.

Indikator

Realisa si 2008

Target 2009 2009 Target 2010 Trw I Trw II Trw III

IPM 68,92 68,90-69,00 69,00-69,50 Growth 5,9% 4,00-4,50 4,54 4,63 5,13 4,00-4,50

TPT 6,42% 6,20-6,40 6,00-6,20

Miskin 16,97% 16,50-16,90 15,50-16,50 Disparit as 115,61 115,10-115,30 114,70-115,10 2. Realisasi & Target Kinerja ( sumber : RPJMD Prov.

2009-2014)

Publik

(Pusat+Prov+38 kab/kota ) +

private

TAHUN BERJALAN 2009:

1. Posisi Agustus 2009 Pengangguran turun 25,43% dibanding agustus 2008

2. Posisi Sept 09: PMA : 25 Proy nilai Rp. 5,881 T; PMA 65 Proy , US $ 1,313 Milyar

3. Per Juni ‘09 Perdagangan surplus US $ 750,51 juta

TAHUN BERJALAN 2009:

1. Posisi Agustus 2009 Pengangguran turun 25,43% dibanding agustus 2008

2. Posisi Sept 09: PMA : 25 Proy nilai Rp. 5,881 T; PMA 65 Proy , US $ 1,313 Milyar

3. Per Juni ‘09 Perdagangan surplus US $ 750,51 juta


(12)

 Indeks Kesehatan Mengalami Kenaikan  ada peningkatan pelayanan kesehatan

 Indeks pendidikan 2008 sedikit menurun dibanding 2007  namun meningkat dibanding tahun 2006

 Indeks Daya Beli tahun 2008 meningkat dari tahun 2007

Secara umum IPM Jawa Timur terus meningkat Posisi Jatim di Nasional 2008 : Peringkat 20

No. Tahun

Komponen

IPM Indeks

Kesehatan PendidikanIndeks

Indeks Daya

Beli

1 2006 72,08 72,81 55,71 66,87

2 2007 72,81 73,97 57,40 68,06

3 2008 74,25 73,65 58,86 68,92

URAIAN DETAIL KINERJA MAKRO SOSIAL &

EKONOMI

URAIAN DETAIL KINERJA MAKRO SOSIAL &

EKONOMI

1. INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA

1. INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA


(13)

2. KINERJA SOSIAL PENDUKUNG IPM

NO INDIKATOR 2006 2007 2008

1. Angka Buta Huruf (ABH) umur 10-44 tahun (%) 3,11 3,54 2,29

2. APS SD/MI (%) 98,22 98,42 98,56

3. APS SLTP/MTs (%) 85,98 86,42 87,33

4. APS SMU/MA/SMK (%) 56,77 58,54 59,26

5. Angka Kematian Bayi (per 1000 kelahiran) 34,56 32,93 32,20

6. Angka Harapan Hidup (tahun) 68,25 68,69 69,55


(14)

14

No. S e k t o r Pertumbuhan (%)

2007 2008 *)

1 Pertanian 3,13 3,12

2 Pertambangan dan Penggalian 10,44 9,26

3 Industri Pengolahan 4,64 4,39

4 Listrik, Gas dan Air Bersih 11,81 3,13

5 Konstruksi 1,21 2,71

6 Perdagangan, Hotel dan Restoran 8,39 8,27

7 Pengangkutan dan Komunikasi 7,77 7,20

8 Keuangan, Persewaan dan Jasa

Perusahaan 8,47 8,05

9 Jasa-jasa 5,88 6,27

P D R B 6,11 5,90

3a. KINERJA Pertumbuhan Ekonomi 2007 &

2008

3a. KINERJA Pertumbuhan Ekonomi 2007 &

2008

Sumber : BPS Propinsi Jawa Timur *) angka sementara


(15)

15

No. S e k t o r Distribusi (%)

2007 2008 *)

1 Pertanian 16,72 16,57

2 Pertambangan dan Penggalian 2,11 2,17

3 Industri Pengolahan 28,75 28,49

4 Listrik, Gas dan Air Bersih 1,92 1,91

5 Konstruksi 3,36 3,34

6 Perdagangan, Hotel dan Restoran 28,81 29,36

7 Pengangkutan dan Komunikasi 5,55 5,32

8 Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 4,62 4,68

9 Jasa-jasa 8,15 8,15

P D R B 100,00 100,00

Sumber : BPS Propinsi Jawa Timur

3b.Distribusi Persentase PDRB ADHB

2007 & 2008

3b.Distribusi Persentase PDRB ADHB

2007 & 2008


(16)

4. TENAGA KERJA

4. TENAGA KERJA

No. Kegiatan 2007 2008

1. Angkatan Kerja (Orang) 20.117.924 20.178.590

a. Bekerja (Orang) 18.751.421 18.882.277

b. Tidak Bekerja (Juta Orang) 1.366.503 1.296.313

2. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK, %) 68,99 68,94

3. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT, %) 6,79 6,42

Sumber : BPS Jawa Timur

Jumlah angkatan kerja (2008) : 20.178.590 orang,  naik 60.666

orang dibandingkan 2007 (20.117.924 orang).

Jumlah penduduk bekerja (2008)  18.882.277  jumlah pengagguran

terbuka sebanyak 1.296.313 orang

TPT 2008 : 6,42%  turun dibanding 2007: 6,79%Struktur tenaga kerja  terbesar pertanian (+45%)


(17)

Penduduk miskin tahun 2007 (18,93%)  menurun pada tahun 2008 menjadi 16,97%. Instrumen / Kriteria Kemiskinan yang menjadi target rencana program/kegiatan :

5. KEMISKINAN

5. KEMISKINAN

1. Luas lantai > 8 m2

2. Jenis lantai dari semen/keramik/kayu bagus ; 3. Dinding rumah dari tembok/kayu bagus ;

4. Memiliki jamban keluarga ; 5. Memiliki fasilitas air bersih ;

6. Sumber penerangan listrik (PLN/non PLN) ; 7. Bahan bakar minyak/gas ;

8. Makan 3 kali sehari ;

9. Membeli daging/ayam/susu > 2 kali seminggu ; 10. Mampu membeli pakaian > 2 stel setahun ;

11. Berobat ke Puskesmas/Poliklinik ;

12. Kepala Rumah Tangga mempunyai pekerjaan

tetap ;

13. Kepala Rumah Tangga tamat SD atau sederajat ; 14. Memiliki asset di luar tanah dan tempat tinggal


(18)

18

SOLUSI PENINGKATAN IPM,

PERCEPATAN PERTUMBUHAN ,

PEMERATAAN EKONOMI ,

PENGURANGAN KEMISKINAN &

PENGANGGURAN


(19)

4 FOKUS UTAMA BELANJA APBD 2010 :

Peningkatan Aksesibilitas dan Kualitas Pelayanan Pendidikan dialokasikan di Dinas Pendidikan sebesar 985 milyar 391 juta rupiah lebih. Belanja di bidang pendidikan diarahkan untuk peningkatan target kinerja IPM sebesar 69-69,50 persen dengan skema sharing dengan kabupaten/kota dan fokus diarahkan pada :

1. Penuntasan buta huruf di tahun 2010 sebanyak 350 ribu orang, dengan analisis:

a. Angka buta huruf di Jawa Timur dari 2,9 juta jiwa diharapkan akan berkurang menjadi 2,6 juta jiwa.

b. Kontribusi pada peningkatan angka IPM Jawa Timur sebesar 0,25 persen;

1. Bantuan untuk Madrasah Diniyah Ula 15 ribu rupiah per siswa per bulan dan Wustho 25 ribu rupiah per siswa per bulan serta Bantuan Guru swasta dan guru Madrasah Diniyah peningkatan kualitas dalam kurikulum .

2. BOSDA bagi siswa miskin jenjang SLTA/SMK/MA untuk 100.000 siswa masing-masing mendapatkan 65 ribu rupiah per bulan,dengan analisis :

a. Diharapkan dapat meningkatkan Angka Partisipasi Sekolah di tingkat SLTA/SMK/MA dari 59 persen menjadi 61 persen

b. Angka rata-rata lama sekolah meningkat dari 68,92 menjadi 70 c. Kontribusi pada peningkatan IPM Jawa Timur sebesar 0,25 persen;

Peningkatan Aksesibilitas dan Kualitas Pelayanan Pendidikan dialokasikan di Dinas Pendidikan sebesar 985 milyar 391 juta rupiah lebih. Belanja di bidang pendidikan diarahkan untuk peningkatan target kinerja IPM sebesar 69-69,50 persen dengan skema sharing dengan kabupaten/kota dan fokus diarahkan pada :

1. Penuntasan buta huruf di tahun 2010 sebanyak 350 ribu orang, dengan analisis:

a. Angka buta huruf di Jawa Timur dari 2,9 juta jiwa diharapkan akan berkurang menjadi 2,6 juta jiwa.

b. Kontribusi pada peningkatan angka IPM Jawa Timur sebesar 0,25 persen;

1. Bantuan untuk Madrasah Diniyah Ula 15 ribu rupiah per siswa per bulan dan Wustho 25 ribu rupiah per siswa per bulan serta Bantuan Guru swasta dan guru Madrasah Diniyah peningkatan kualitas dalam kurikulum .

2. BOSDA bagi siswa miskin jenjang SLTA/SMK/MA untuk 100.000 siswa masing-masing mendapatkan 65 ribu rupiah per bulan,dengan analisis :

a. Diharapkan dapat meningkatkan Angka Partisipasi Sekolah di tingkat SLTA/SMK/MA dari 59 persen menjadi 61 persen

b. Angka rata-rata lama sekolah meningkat dari 68,92 menjadi 70 c. Kontribusi pada peningkatan IPM Jawa Timur sebesar 0,25 persen;

PERTAMA : TERKAIT UPAYA PENINGKATAN IPM


(20)

4. Peningkatan rasio SMK terhadap SMU melalui pembangunan 5 SMK baru, sehingga target rasio SMK : SMA sebesar 60 : 40 dapat tercapai;

5. Peningkatan Kualitas Pendidikan untuk SMK melalui pembangunan ruang kelas baru sebanyak 109 kelas masing-masing 100 juta rupiah, rehab kelas serta bantuan peralatan praktek kerja serta peralatan laboratorium sebanyak 64 sekolah masing-masing 75 juta rupiah, dengan bantuan ini diharapkan lulusan SMK dapat memiliki kompetensi yang benar-benar siap untuk terjun ke dunia kerja sesuai dengan kebutuhan pasar kerja yang ada.

4. Peningkatan rasio SMK terhadap SMU melalui pembangunan 5 SMK baru, sehingga target rasio SMK : SMA sebesar 60 : 40 dapat tercapai;

5. Peningkatan Kualitas Pendidikan untuk SMK melalui pembangunan ruang kelas baru sebanyak 109 kelas masing-masing 100 juta rupiah, rehab kelas serta bantuan peralatan praktek kerja serta peralatan laboratorium sebanyak 64 sekolah masing-masing 75 juta rupiah, dengan bantuan ini diharapkan lulusan SMK dapat memiliki kompetensi yang benar-benar siap untuk terjun ke dunia kerja sesuai dengan kebutuhan pasar kerja yang ada.

Lanjutan...

Plus pendidikan non formal dilaksanakan di beberapa SKPD non Dinas Pendidikan untuk pendidikan kemasyarakatan produktif 100 milyar rupiah termasuk pelaksanaan fungsi pendidikan di Biro Administrasi Kemasyarakatan.


(21)

Peningkatan Aksesibilitas dan Kualitas Pelayanan Kesehatan yang dialokasikan di Dinas Kesehatan sebesar 260 milyar rupiah 606 juta rupiah lebih termasuk belanja gaji dan ex rutin/operasional kantor dan alokasi dana dari cukai, dan belanja bantuan keuangan untuk fungsi kesehatan yang penggunaanya sudah ditentukan. Belanja di bidang kesehatan diarahkan untuk mendukung pencapaian target IPM 69-69,50 persen antara lain difokuskan pada :

1. Pelayanan kesehatan gratis bagi masyarakat miskin non quota jamkesmaskin kurang lebih sebanyak 1 juta 411 ribu 742 jiwa sharing dengan Kabupaten/Kota;

2. Revitalisasi Pondok bersalin desa menjadi Pondok Kesehatan Desa di 29 Kabupaten dan 1 kota;

3. Penuntasan peningkatan Puskesmas dan Puskesmas Pembantu layani Rawat Inap di 10 Puskesmas dan 50 Puskesmas Pembantu;

4. Penempatan tenaga dokter spesialis pada Puskesmas.

Lanjutan....

KEDUA : TERKAIT UPAYA PENINGKATAN IPM


(22)

Lanjutan....

Penciptaan lapangan kerja difokuskan antara lain pada :

1. Pembentukan lembaga keuangan mikro pedesaan:

a. Alokasi Belanja berupa Bantuan Keuangan untuk BOP dan Pendamping di Kabupaten/Kota dialokasikan 111 milyar 784 juta rupiah

b. Volume sebanyak 4.250 desa/unit dan per unit 25 juta rupiah pada tahun 2010 sedangkan pada tahun 2009 telah dibentuk sebanyak 3.750 desa/unit, dengan demikian pada ahkir tahun 2010, sudah dibentuk 8.000 desa/unit lembaga keuangan mikro di 8.000 desa/kelurahan.

c. Harapan Provinsi: masyarakat mempunyai kemudahan akses keuangan, disamping untuk memerangi bank-bank titil di pedesaan.

d. Pendukung kebijakan kapitasi ini, pada 2009 telah dibentuk pula Lembaga Penjaminan Kredit Daerah (LPKD) melalui PT Jamkrida dan telah disetor modal 50 Milyar rupiah dan 2010 sebesar 25 Milyar rupiah.

e. Dengan system kelembagaan kapitasi berupa penjaminan kredit dimaksud, diharapkan dapat memacu seKtor rill yang usahanya feasible namun belum bankable;

2. Padat karya dilaksanakan melalui bantuan keuangan kepada pemerintah desa untuk pembangunan sarana dan prasarana desa baik jalan poros desa maupun air bersih di 1.250 desa dialokasikan sebesar 75 milyar rupiah.

KETIGA : TERKAIT SOLUSI PENINGKATAN PERTUMBUHAN DAN

PEMERATAAN EKONOMI & PENGURANGAN TPT


(23)

3. Pengembangan Agrobisnis dan Agroindustri, diarahkan untuk mendekatkan industri/pasar ke produsen untuk memperbesar nilai tambah yang diterima petani. Kebijakan ini difokuskan antara lain pada:

a. Bidang Pertanian, dialokasikan 153 Milyar 593 juta lebih termasuk belanja hibah alat pengolah pupuk organik Rp. 20,04 Milyar.

b. Bidang Peternakan, dialokasikan 66 milyar 823 juta rupiah lebih

c. Bidang Perikanan & Kelautan, dialokasikan 145 milyar 803 juta rupiah lebih

d. Bidang Perkebunan, dialokasikan 38 milyar 671 juta rupiah lebih

e. Bidang Kehutanan, dialokasikan 37 milyar 156 juta rupiah lebih

f. Bidang Perindustrian dan Perdagangan dialokasikan 137 Milyar 586 juta rupiah lebih.

3. Pengembangan Agrobisnis dan Agroindustri, diarahkan untuk mendekatkan industri/pasar ke produsen untuk memperbesar nilai tambah yang diterima petani. Kebijakan ini difokuskan antara lain pada:

a. Bidang Pertanian, dialokasikan 153 Milyar 593 juta lebih termasuk belanja hibah alat pengolah pupuk organik Rp. 20,04 Milyar.

b. Bidang Peternakan, dialokasikan 66 milyar 823 juta rupiah lebih

c. Bidang Perikanan & Kelautan, dialokasikan 145 milyar 803 juta rupiah lebih

d. Bidang Perkebunan, dialokasikan 38 milyar 671 juta rupiah lebih

e. Bidang Kehutanan, dialokasikan 37 milyar 156 juta rupiah lebih

f. Bidang Perindustrian dan Perdagangan dialokasikan 137 Milyar 586 juta rupiah lebih.

Lanjutan....


(24)

3a. Fokus Agrobis di Bidang Pertanian

1. Diharapkan petani akan memiliki nilai tambah dari selisih harga gabah kering panen Rp. 2.400/Kg dan gabah kering giling Rp. 3.000/kg

2. Per hektar akan mampu dinikmati nilai tambah Rp. 3,54 juta per hektar (asumsi panen 2 kali se tahun, maka akan didapatkan nilai tambah Rp.7,08 juta / hektar / tahun (produksi padi rata-rata per hektar 5,9 ton). 3. Dengan demikian maka indeks harga yang diterima petani akan mampu

naik kurang lebih 20 persen, sehingga dengan asumsi saat ini NTP adalah 100, maka dengan demikian NTP mampu mencapai 120.

4. Kedepan, akan direncanakan untuk meningkatkan nilai tambah petani padi sebesar 70 persen, melalui fasilitasi dengan Rice Milling Unit (RMU), dengan analisis bahwa indeks harga yang diterima petani akan meningkat 70 persen jika petani menjual produk dalam bentuk beras dari pada gabah kering panen. Dengan demikian diharapkan NTP akan mampu mencapai 170, sehingga diharapkan kesejahteraan petani akan

semakin meningkat. 24

3a.1. Peningkatan Paska Panen Melalui Sarana Pengering Gabah (Lantai Jemur)


(25)

 Tahun Menjual dalam bentuk GKP menurun (%)

Menjual dalam bentuk beras

(%) (Ton)

2009 40 60 4,080,349

2010 35 65 4,826,651

2011 30 70 5,301,891

2012 25 75 5,794,209

2013 20 80 6,304,100

2014 15 85 6,832,068

25


(26)

3a.2. Pengembangan Peralatan Pengolahan Pupuk Organik (2009

600 unit ,Rp. 18 M, 2010 668 unit Rp. 20,040 Milyar)

1. Biaya produksi pupuk organik sebesar 310 rupiah per kilo gram, jika dibandingkan dengan harga pupuk organik subsidi sebesar 500 rupiah per kilo gram, maka nilai tambah petani jika memiliki alat sendiri mampu dihemat 190 rupiah / kg.

2. Jika kebutuhan pupuk organik 2000 kg per hektar, maka akan dihemat pengeluaran petani 380 ribu rupiah/hektar.

3. Disisi lain akan terjadi peningkatan pendapatan dari kenaikan produksi jika menggunakan pupuk organik sebesar 400 kg GKG/hektar atau senilai 1 juta 200 ribu rupiah per hektar, jadi per hektar untuk sekali tanam, petani mendapatkan tambahan keuntungan 1 juta 580 ribu rupiah / hektar.

4. Sebagai ilustrasi, apabila luas panen padi per tahun mencapai 1,8 juta hektar, maka tambahan pendapatan petani Jawa Timur mencapai sebesar

2 trilyun 800 juta rupiah, dengan asumsi semua petani padi menggunakan alat pengolah pupuk organik untuk kebutuhan sendiri.


(27)

Total Belanja Belanja 66 milyar 823 juta rupiah lebih, difokuskan pada :

1. Inseminasi Buatan Sapi Beranak lima juta dalam lima tahun.

a. Program ini sampai dengan 2014 akan dihasilkan 5,2 juta ekor sapi.

b. Secara ekonomis dengan harga anak sapi per ekor 6 juta rupiah, secara akumulasi akan didapatkan nilai 31,6 trilyun rupiah lebih.

c. Nilai tambah dari kotoran ternak sapi dimaksud yang dihasilkan adalah 60 juta ton, dengan harga per kg 100 rupiah d. Total akan didapatkan nilai ekonomi sebesar 6 trilyun rupiah, e. Fokus lokasi pada sentra-sentra ternak sapi antara lain :

Madura, Bondowoso, Bojonegoro, Pacitan, Ponorogo, Trenggalek.

Total Belanja Belanja 66 milyar 823 juta rupiah lebih, difokuskan pada :

1. Inseminasi Buatan Sapi Beranak lima juta dalam lima tahun.

a. Program ini sampai dengan 2014 akan dihasilkan 5,2 juta ekor sapi.

b. Secara ekonomis dengan harga anak sapi per ekor 6 juta rupiah, secara akumulasi akan didapatkan nilai 31,6 trilyun rupiah lebih.

c. Nilai tambah dari kotoran ternak sapi dimaksud yang dihasilkan adalah 60 juta ton, dengan harga per kg 100 rupiah d. Total akan didapatkan nilai ekonomi sebesar 6 trilyun rupiah, e. Fokus lokasi pada sentra-sentra ternak sapi antara lain :

Madura, Bondowoso, Bojonegoro, Pacitan, Ponorogo, Trenggalek.

3c. Fokus Agrobis Bidang Peternakan

3c. Fokus Agrobis Bidang Peternakan

27

2. Pengembangan kawasan ternak di Madura, dan beberapa kawasan Sapi Potong dan Sapi Perah melalui Pembangunan Pabrik Pakan Ternak Mini (Mini Feed Mill) 50 unit, dengan rincian 40 unit untuk sapi potong dan 10 unit untuk Sapi Perah.

2. Pengembangan kawasan ternak di Madura, dan beberapa kawasan Sapi Potong dan Sapi Perah melalui Pembangunan Pabrik Pakan Ternak Mini (Mini Feed Mill) 50 unit, dengan rincian 40 unit untuk sapi potong dan 10 unit untuk Sapi Perah.


(28)

3d. Fokus Agrobis Bidang Perikanan

Difokuskan pada peningkatan pelabuhan perikanan untuk meningkatkan status operasional pelabuhan-pelabuhan, antara lain Pelabuhan perikanan Mayangan di Probolinggo, Sendang Biru dikabupaten Malang, pelabuhan Tamperan di kabupaten Pacitan, pelabuhan Pasongsongan di kabupaten Sumenep, Bulu di kabupaten Tuban dan Muncar di kabupaten Banyuwangi.

Difokuskan pada peningkatan pelabuhan perikanan untuk meningkatkan status operasional pelabuhan-pelabuhan, antara lain Pelabuhan perikanan Mayangan di Probolinggo, Sendang Biru dikabupaten Malang, pelabuhan Tamperan di kabupaten Pacitan, pelabuhan Pasongsongan di kabupaten Sumenep, Bulu di kabupaten Tuban dan Muncar di kabupaten Banyuwangi.

Dengan status operasional semua pelabuhan perikanan,

nelayan akan mampu

memanfaatkan sarana

prasarana nilai tambah yang ada antara lain, TPI, Unit pengolahan Ikan, Unit pelelangan ikan dan cold storage  memberikan keadilan terhadap proses transaski jual beli.

Dengan status operasional semua pelabuhan perikanan,

nelayan akan mampu

memanfaatkan sarana

prasarana nilai tambah yang ada antara lain, TPI, Unit

pengolahan Ikan, Unit

pelelangan ikan dan cold storage  memberikan keadilan terhadap proses transaski jual beli.

Fokus kegiatan yang lain adalah bantuan

alat pengolahan ikan


(29)

3e. Fokus Agrobis Bidang Perkebunan

1. Belanja 38 milyar 671 juta rupiah lebih

a. Fokuskan pada kegiatan pembinaan dan bantuan sarana produksi serta alat paska panen tembakau di 21 Kabupaten

b. Bantuan benih dan alat paska panen komoditas strategis perkebunan yaitu kopi, kakao, tebu dan kelapa.

c. Melalui belanja di Dinas PU Ciptakarya sebesar Rp. 5 Milyar rupiah, dibangun Gudang Tembakau di Kabupaten Sampang yang diharapkan akan dapat meningkatkan kualitas penanganan pasca panen dan pasca panen bahan baku, penguatan kelembagaan kelompok petani tembakau serta mencegah jatuhnya harga jual tembakau yang sangat merugikan petani tembakau.


(30)

3f. Fokus Agrobis Bidang Kehutanan

Dialokkasikan Belanja 37 milyar 156 juta rupiah lebih, Fokus belanja diarahan pada :

a. Peningkatan partisipasi masyarakat melalui

pengelolaan hutan bersama masyarakat, khususnya pada usaha budidaya tanaman porang yang belum terpenuhi,

b. Pelatihan dan pemberian bantuan sarana dan prasarana kepada masyarakat sekitar hutan.

c. Penghijauan di sepanjang jalan Provinsi sebesar 1 Milyar yang akan dilaksanakan oleh Koramil – Koramil.


(31)

3g. Fokus Bidang Perindustrian dan Perdagangan

Dialokasikan belanja 137 milyar 586 juta rupiah ( termasuk gaji PNS), dengan fokus :

1. Membangun gudang-gudang keperluan Sistem Resi Gudang:

a. Lokasi sebanyak 3 unit di Kabupaten Banyuwangi, Lumajang dan Tulungagung.

b. Tahun 2009 dibangun Resi Gudang dari dana APBN sebanyak 11 unit di

delapan kabupaten, yaitu Kabupaten Sumenep, Pamekasan,

Probolinggo, masing-masing dua unit, sedangkan kabupaten Ngawi, Madiun, Nganjuk, Jombang, Pasuruan, masing-masing 1 unit.

c. Harapan : Berfungsi sebagai buffer stock, mempermudah akses

permodalan, dapat menekan praktek “ijon” mempercepat

swasembada pangan.

d. Berdasarkan analisis Resi Gudang Di Jombang , petani memperoleh tambahan pendapatan sebesar 160 rupiah per Kg per 3 bulan. Dengan demikian apabila 1 Ha memproduksi rata-rata 5,9 ton gabah kering giling, maka tambahan pendapatan yang diperoleh petani sebesar 944 ribu rupiah per Hektar per 3 bulan.

2. Mengoptimalkan pasar-pasar lelang agrobisnis untuk memperkuat posisi tawar petani untuk dapat menikmati harga jual komoditi yang diproduksinya.

3. Mengoptimalkan perdagangan antar pulau, dengan membangun perwakilan di 4 wilayah yaitu Mataram - NTB, Pekanbaru – Riau, Makasar-Sulawesi Selatan dan Samarinda-Kalimantan Timur.

4. Memberikan bantuan untuk penumbuhan IKM di Desa Miskin.

5. Pelatihan untuk peningkatan produktivitas IKM di 38 Kabupaten/Kota.


(32)

32 4. Bantuan Modal untuk UMKM, difokuskan melalui (1) kegiatan

bantuan perkuatan permodalan bagi 100 KSP/USP, (2) mengoptimalkan peran lembaga penjaminan kredit daerah, yang pada tahun 2009 telah dibentuk dengan modal disetor pada 2009 sebesar 50 milyar rupiah dan pada 2010 ditambah 25 milyar rupiah.

5. Pengembangan 4 BLK Standar Internasional di UPT PK Surabaya, UPT PK Singosari, UPT PK Kediri, dan UPT PK Jember Rp. 28 Milyar


(33)

Pengendalian Lingkungan Hidup yang dilaksanakan oleh BLH , termasuk Gaji PNS dialokasikan belanja sebesar 31 Milyar 812 juta rupiah lebih . Prioritas utama ini difokuskan pada:

1. Pengendalian pencemaran dan perusakan lingkungan hidup di lakukan pengawasan/inspeksi pada beberapa industri penghasil polutan, pengelolaan limbah B3 melalui pembangunan IPAL domestik komunal;

2. Rehabilitasi lingkungan dengan tanaman bermasa tumbuh cepat; 3. Penghijauan disepanjang jalan nasional dan jalan provinsi;

4. Peningkatan produksi penggunaan pupuk organik, sebagaimana telah saya sebutkan di atas, telah dilakukan sampai dengan rencana 2010 nanti sejak 2009 berjumlah 1268 unit;

5. Pengendalian banjir Bengawan Solo melalui kegiatan pengadaan tanah untuk mendukung program LSRIP II di Gresik dan Tuban, pemeliharaan sarana pengendali banjir;

6. Pembangunan embung-embung untuk mengatasi kelangkaan air di musim kemarau serta untuk pemanfaatan lain seperti perikanan yang didukung oleh APBN Tahun 2010.

KEEMPAT


(34)

KEBIJAKAN PROGRAM SHARING & NON SHARING

I. Untuk Program Pendidikan dan Kesehatan pada APBD Provinsi mengalokasikan 50% dari total kebutuhan, sedangkan Kabupaten/Kota agar mendukung 50%.

Untuk itu bagi kabupaten/kota yang sampai saat ini belum klir dan

porsinya tidak sampai 50% agar dapat didiskusikan pelaksanaan program ini.

II. Program-Program non sharing seperti Program pembentukan lembaga keuangan mikro pedesaan berupa Koperasi Wanita di 4.250 desa/kelurahan, program pembangunan sarana dan prasarana pedesaan di 1.250 desa, maupun bantuan hibah alat pengolah pupuk organik di 668 kelompok tani dan program-program melalui SKPD Provinsi agar dibangun pembagian tugas yang jelas baik sasaran target group maupun lokasi sasaran, sehingga belanja APBD Provinsi dan Kabupaten/Kota akan bersifat komplementer dalam merealisasikan target kinerja


(35)

III. Khusus untuk Belanja Bantuan Keuangan kepada Kabupaten/Kota dalam bidang infrastruktur dan sektor ekonomi produktif, tidak semua kabupaten/kota pada murni APBD 2010.

Hal ini didasarkan atas analisis rasional terkait : 1) Indeks kapasitas fiskal daerah;

2) Karakteristik khusus wilayah antara lain daerah-darah sentra produksi, kota yang berfungsi sebagai hinterland (penyangga) daerah sekitarnya, daerah rawan bencana, dan sebagainya; serta

3) faktor teknis dari masing-masing sektor.

III. Khusus untuk Belanja Bantuan Keuangan kepada Kabupaten/Kota dalam bidang infrastruktur dan sektor ekonomi produktif, tidak semua kabupaten/kota pada murni APBD 2010.

Hal ini didasarkan atas analisis rasional terkait :

1) Indeks kapasitas fiskal daerah;

2) Karakteristik khusus wilayah antara lain daerah-darah sentra produksi, kota yang berfungsi sebagai hinterland (penyangga) daerah sekitarnya, daerah rawan bencana, dan sebagainya; serta

3) faktor teknis dari masing-masing sektor.

Lanjutan...

Belanja Bantuan Keuangan dimaksud, akan mampu menstimulasi pertumbuhan ekonomi, yang sejak 2009 beberapa kabupaten/kota telah menjadi sasaran program ini, sehingga diharapkan akhir 2010 sudah dapat diukur kinerja hasilnya (outcomenya) termasuk prediksi dampak (impact) yaitu penurunan kemiskinan dan pengangguran untuk tahun 2010 nanti.

Belanja Bantuan Keuangan dimaksud, akan mampu menstimulasi pertumbuhan ekonomi, yang sejak 2009 beberapa kabupaten/kota telah menjadi sasaran program ini, sehingga diharapkan akhir 2010 sudah dapat diukur kinerja hasilnya (outcomenya) termasuk prediksi dampak (impact) yaitu penurunan kemiskinan dan pengangguran untuk tahun 2010 nanti.

Harapa n Provins

i


(36)

1.

Pembangunan

Jembatan

Nasional

Surabaya - Madura (selesai diresmikan

dan telah dioperasionalkan)

2.

Pembangunan Jalan Lintas Selatan Jawa

Timur

3.

Pembangunan Pasar Induk Agribisnis

(PIA)

4.

Pembangunan Jalan Tol

PROGRAM PENGUNGKIT JAWA TIMUR


(37)

1) TUJUAN :

• Meningkatkan pemerataan kesejahteraan masyarakat;

• Meningkatkan aksesibilitas antar kota dan antar

daerah terpencil dengan pusat-pusat pelayanan umum;

• Meningkatkan aksesibilitas pada koridor kawasan

produktif;

Membuka peluang untuk kegiatan ekonomi serta

membuka kawasan wisata potensial.

P

EMBANGUNAN JALAN LINTAS SELATAN JAWA

TIMUR


(38)

PROGRES REPORT : REALISASI FISIK DAN KEUANGAN :

1. Realisasi fisik sampai dengan tahun 2009 :

a. Perkerasan jalan sepanjang 100,61 km dari rencana sepanjang 618,80 km;

b. Pembangunan jembatan sepanjang 1.901 m dari rencana sepanjang 6.236 m.

2. Realisasi keuangan sampai dengan tahun 2009 sebesar Rp. 729,457 milyar dari rencana sebesar Rp. 7,5 triliun.

Pada tahun 2009 dan 2010, dana APBN dikonsentrasikan untuk mempercepat penuntasan ruas Pacitan-Trenggalek (trase Pacitan-Hadiwarno). Sedangkan untuk dana APBD Provinsi tahun 2010 diarahkan pada 8 (delapan) kabupaten yang telah memberikan sharing untuk pembebasan lahan. 38

P

EMBANGUNAN JALAN LINTAS SELATAN JAWA

TIMUR


(39)

1. Diperlukan upaya percepatan pembangunannya dalam rangka mewujudkan perbaikan akses petani ke pasar sehingga petani dapat menikmati hasil usaha dengan harga yang pantas dan ada motivasi meningkatkan kualitas produk. Disisi lain dapat mempersempit ruang gerak pedagang perantara dan memperkecil resiko produksi maupun pasca panen;

2. Pembangunan PIA telah diserahkan kepada PT. Jatim Graha Utama dan saat ini telah dilakukan penyusunan DED dan proses perekrutan investor;

3. Pemerintah Provinsi Jawa Timur tetap memberikan

kontribusi untuk pembangunan non komersial dan sarana prasarana utilitas lainnya.

PASAR INDUK AGRIBISNIS (PIA)


(40)

1. Ruas-ruas jalan tol yang telah dibangun dan telah dioperasikan :

a. Jalan Tol Surabaya-Gempol; b. Jalan Tol Surabaya-Gresik; c. Jalan Tol Waru-Juanda.

2. Ruas-ruas jalan tol yang dalam proses pembangunan : a. Jalan Tol Surabaya-Mojokerto;

b. Jalan Tol Mojokerto-Kertosono; c. Jalan Tol Gempol-Pandaan;

d. Jalan Tol Gempol-Pasuruan;

e. Relokasi Jalan Tol segmen Porong-Gempol.

P

EMBANGUNAN JALAN TOL


(41)

Pembangunan

berdasarkan

KEWILAYAHAN

A. Pengembangan Kawasan Agropolitan di 18 Kabupaten

1. Kab. Banyuwangi 10. Kab. Madiun 2. Kab. Mojokerto, 11. Kab. Ponorogo 3. Kab. Ngawi 12. Kab. Blitar 4. Kab. Lumajang 13. Kab. Pacitan 5. Kab. Tulungagung 14. Kab. Nganjuk 6. Kab. Bangkalan 15. Kab. Probolinggo 7. Kab. Trenggalek 16. Kab. Malang

8. Kab. Pamekasan 17. Kab. Lamongan 9. Kab. Pasuruan 18. Kota Batu

B. Pengembangan Kawasan Segitiga Emas 1.Bojonegoro

2.Tuban

3.Lamongan

C. Pengembangan Kawasan Gunung Wilis dan Ijen

1.Kab. Kediri

2.Kab. Tulungagung 2 3.Kab. Trenggalek 4.Kab. Ponorogo 5.Kab. Madiun 6.Kab. Nganjuk

7.Kab. Banyuwangi 8.Kab. Bondowoso 9.Kab. Situbondo


(42)

SEKIAN DAN TERIMAKASIH

SELAMAT MELAKSANAKAN

RASINTEK 2009


(43)

Soft Copy bahan dapat di

Unduh

di 

www.musrenbang-jatim.com


(1)

PROGRES REPORT : REALISASI FISIK DAN KEUANGAN :

1. Realisasi fisik sampai dengan tahun 2009 :

a. Perkerasan jalan sepanjang 100,61 km dari rencana sepanjang 618,80 km;

b. Pembangunan jembatan sepanjang 1.901 m dari rencana sepanjang 6.236 m.

2. Realisasi keuangan sampai dengan tahun 2009

sebesar Rp. 729,457 milyar dari rencana sebesar Rp. 7,5 triliun.

Pada tahun 2009 dan 2010, dana APBN dikonsentrasikan untuk mempercepat penuntasan ruas Pacitan-Trenggalek

P

EMBANGUNAN JALAN LINTAS SELATAN JAWA

TIMUR


(2)

1. Diperlukan upaya percepatan pembangunannya dalam rangka mewujudkan perbaikan akses petani ke pasar sehingga petani dapat menikmati hasil usaha dengan harga yang pantas dan ada motivasi meningkatkan kualitas produk. Disisi lain dapat mempersempit ruang gerak pedagang perantara dan memperkecil resiko produksi maupun pasca panen;

2. Pembangunan PIA telah diserahkan kepada PT. Jatim Graha Utama dan saat ini telah dilakukan penyusunan DED dan proses perekrutan investor;

3. Pemerintah Provinsi Jawa Timur tetap memberikan


(3)

1. Ruas-ruas jalan tol yang telah dibangun dan telah dioperasikan :

a. Jalan Tol Surabaya-Gempol; b. Jalan Tol Surabaya-Gresik; c. Jalan Tol Waru-Juanda.

2. Ruas-ruas jalan tol yang dalam proses pembangunan : a. Jalan Tol Surabaya-Mojokerto;

b. Jalan Tol Mojokerto-Kertosono; c. Jalan Tol Gempol-Pandaan;

d. Jalan Tol Gempol-Pasuruan;

e. Relokasi Jalan Tol segmen Porong-Gempol.


(4)

Pembangunan

berdasarkan

KEWILAYAHAN

A. Pengembangan Kawasan Agropolitan di 18 Kabupaten

1. Kab. Banyuwangi 10. Kab. Madiun 2. Kab. Mojokerto, 11. Kab. Ponorogo 3. Kab. Ngawi 12. Kab. Blitar 4. Kab. Lumajang 13. Kab. Pacitan 5. Kab. Tulungagung 14. Kab. Nganjuk 6. Kab. Bangkalan 15. Kab. Probolinggo 7. Kab. Trenggalek 16. Kab. Malang

8. Kab. Pamekasan 17. Kab. Lamongan 9. Kab. Pasuruan 18. Kota Batu

B. Pengembangan Kawasan Segitiga Emas

C. Pengembangan Kawasan Gunung Wilis dan Ijen

1.Kab. Kediri

2.Kab. Tulungagung 2 3.Kab. Trenggalek 4.Kab. Ponorogo 5.Kab. Madiun 6.Kab. Nganjuk

7.Kab. Banyuwangi 8.Kab. Bondowoso


(5)

SEKIAN DAN TERIMAKASIH

SELAMAT MELAKSANAKAN


(6)

Soft Copy bahan dapat di

Unduh

di 

www.musrenbang-jatim.com