Peran Pendamping Program Keluarga Harapan (PKH) Dalam Pemberdayaan Masyarakat: Kreatifitas Terhadap Pemanfaatan Potensi Lokal di Kabupaten Serdang Bedagai

BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1. Sekilas Tentang Program Keluarga Harapan
Secara eksplisit negara melalui konstitusi mengamanatkan bahwa: “Negara
memelihara fakir miskin dan anak-anak yang terlantar,mengembangkan sistem
jaminan sosial bagi seluruh rakyat danmemberdayakan masyarakat yang lemah
dan tidak mampu sesuai denganmartabat kemanusiaan, serta bertanggung jawab
atas penyediaan fasilitaspelayanan sosial yang layak yang diatur dengan undangundang” UUD 1945).
Di samping UUD 1945, terdapat sejumlah peraturan perundang-undangan
yang menjamin hak kelompok masyarakat miskin. Sejalan dengan ketentuan
tersebut, kebijakan penanggulangan kemiskinan dilakukan dengan 4 (empat)
strategi

utama,

yaitu

perlindungan

sosial,


pemberdayaan

masyarakat,

pemberdayaan UKM dan pembangunan infrastruktur pedesaan.
Nainggolan (2012) menjelaskan bahwa Terdapat dua jenis bantuan tunai
yakni Bantuan Tunai Bersyarat atau Conditional Cash Transfers (CCT) dan tak
bersyarat. Perbedaannya adalah bahwa bantuan tunai tak bersyarat merupakan
bantuan bagi orang-orang/kelompok yang berbasis pada kriteria penerima yang
sebelumnya sudah ditentukan (pre determined eligibility). Transfer sosial semisal
pensiun bagi warga yang sudah tua, hambatan fisik, anak – anak, dan lain-lain,
merupakan bantuan tunai tanpa syarat yang lazim dijalankan pada berbagai
negara. CCT adalah bagian dari program pengembangan generasi baru yang
berusaha membantu peningkatan akumulasi modal manusia (human capital) pada

15
Universitas Sumatera Utara

orang muda sebagai cara untuk memutuskan siklus kemiskinan antar-generasi.

Seperti namanya, CCT memberikan uang kepada keluarga-keluarga miskin
dengan persyaratan investasi modal manusia seperti menyekolahkan atau
membawa anak ke pusat kesehatan secara reguler. Skema Bantuan Tunai
Bersyarat ini memberikan uang tunai secara langsung kepada rumah tangga
miskin sebagai tanggapan terhadap pemenuhan kondisi spesifik individu/rumah
tangga misalnya kehadiran bersekolah, dan/atau pemeriksaan kesehatan,
keikutsertaan dalam imunisasi dan semacamnya. Skema tersebut memberikan
insentif bagi rumah tangga agar menyesuaikan perilakunya dengan tujuan sosial
yang ditetapkan secara nasional.Dengan perkataan lain, PKH merupakan salah
satu upaya pemerintah dalam mengembangkan sistem perlindungan sosial dan
strategi intervensi pengentasan kemiskinan di Indonesia dengan mengadopsi
Bantuan Tunai Bersyarat (Conditional Cash Transfers) yang sudah banyak
diterapkan di berbagai negara.
Program Keluarga Harapan mulai dilaksanakan pemerintah di Indonesia pada
bulan Maret tahun 2007 dengan uji coba di tujuh provinsi (Sumatra Barat, DKI
Jakarta, Jawa Barat, Jawa Timur, NTT, Sulawesi Utara, dan Gorontalo). Menurut
Tim Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K) menilai sejumlah program
penanggulangan kemiskinan sudah memiliki dampak positif namun harus
dilakukan sejumlah perbaikan termasuk PKH.
Sebagaimana terlihat dalam Tabel 4. Tabel 4 menunjukkan bahwa PKH

berada pada klaster 1 dalam skema kebijakan nasional penanggulangan
kemiskinan.

16
Universitas Sumatera Utara

Tabel 4.
Skema Kebijakan Nasional Penanggulangan Kemiskinan

PKH merupakan salah satu upaya pemerintah dalam mengembangkan sistem
perlindungansosial di Indonesia. Sasaran PKH adalah Rumah Tangga Sangat
Miskin (RTSM) yang sesuai kriteria PKH yakni: memiliki ibu hamil, ibu
menyusui, memiliki anak balita dan anak usia sekolah setingkat SD – SMA. PKH
dijalankan sebagai pelaksanaan dari:
1.

UU No. 40 Tahun 2004 tentang jaminan sosial nasional,

2.


UU No. 11 Tahun 2009 tentang kesejahteraan sosial,

3.

Inpres No. 3 Tahun 2010 tentang Rencana Tindak Percepatan Pencapaian
Sasaran Program Pro-Rakyat, dan

4.

Perpres No. 15 Tahun 2010 tentang Percepatan Penanggulangan Kemiskinan.
Merujuk pada Sistem Jaminan Sosial Nasional berdasarkan UU No. 40 Tahun

2004 tersebut, PKH menjadi model jaminan yang unik. Di satu sisi, PKH
merupakan bantuan sosial yang dimaksudkan demi mempertahankan kehidupan

17
Universitas Sumatera Utara

(life survival) dalam kebutuhan dasar terutama pendidikan dan kesehatan. Di sisi
lain, PKH bernuansa pemberdayaan yakni menguatkan rumah tangga miskin agar

mampu keluar dari kemiskinannya melalui promosi kesehatan dan mendorong
anak bersekolah. Dana yang diberikan kepada RTSM secara tunai melalui Kantor
Pos dimaksudkan agar penerima dapat mengakses fasilitas pendidikan dan
kesehatan yakni anak-anak harus bersekolah hingga sekolah menengah pertama,
anak balita harus mendapatkan imunisasi, dan ibu hamil harus memeriksakan
kandungan secara rutin (berkala).

2.2. Pendamping PKH
Kelembagaan pelaksana Program Keluarga Harapan terdiri dari Unit
Pelaksana Program Keluarga Harapan (UPPKH). UPPKH di bentuk di setiap
kecamatan yang memiliki peserta PKH yang disebut dengan UPPKH kecamatan.
Pendamping PKH merupakan ujung tombak yang sama karena berhubungan
langsung dengan masyarakat penerima bantuan PKH. Personil UPPKH terdiri dari
pendamping PKH, jumlah pendamping PKH disesuaikan dengan jumlah peserta
PKH yang terdaftar disuatu kecamatan. Satu orang pendamping akan
mendampingi dengan rasio 300 – 500 RTSM/KSM peserta PKH yang disesuaikan
dengan kondisi daerah.
Berdasarkan buku kerja pendamping PKH (2012) pendamping adalah
seseorang yang direkrut dan ditetapkan oleh Kementerian Sosial RI untuk
melaksanakan tugas – tugas. Pendamping PKH merupakan mata dan telinga bagi

PKH untuk memberi jaminan dalam proses kerja di lapangan. Nilai etik
pendamping dalam pendampingan peserta PKH meliputi: bersikap sabar,

18
Universitas Sumatera Utara

mendengarkan dan tidak mendominasi, menghargai dan rendah diri, mau belajar,
bersikap sederajat, bersikap akrab dan melebur, tidak menggurui, berwibawa,
tidak memihak, menilai dan mengkritik, bersikap terbuka dan positif.
Pendamping PKH memiliki tugas yang sangat penting dalam pelaksanaan
program di lapangan, yang terdiri dari:
1. Tugas Pokok
2. Tugas pengembangan
3. Tugas penunjang.
1.

Tugas pokok
Tugas pokok meliputi tugas persiapan program, tugas rutin dan tugas dalam

proses pembayaran. Tugas persiapan program berupa sosialisasi program PKH

tingkat kecamatan, menyelenggarakan pertemuan awal kepada seluruh calon
peserta PKH dan tindak lanjut pertemuan awal. Tugas rutin pendamping adalah
tugas keseharian yang harus dilakukan secara intensif, tugas rutin ini dialokasikan
dalam waktu empat hari kerja antara senin s/d kamis. Tugas rutin meliputi:
a.

Melakukan pemutakhiran data

b.

Memfasilitasi dan menyelesaikan kasus pengaduan

c.

Mengunjungi rumah peserta PKH jika dalam pertemuan kelompok ada
peserta PKH yang tidak bisa datang atau tidak memenuhi komitmen

d.

Melakukan koordinasi dengan aparat setempat dan pemberi layanan

pendidikan dan kesehatan

e.

Melakukan pertemuan bulanan dengan ketua kelompok dan seluruh peserta
PKH

19
Universitas Sumatera Utara

f.

Melakukan temu kunjung bulanan dengan petugas kesehatan dan pendidikan
di lokasi pelayanan

g.

Memberikan motivasi kepada peserta PKH dalam menjalani komitmen.

h.


Melakukan upaya yang sinergi antara pendamping PKH dengan pemberi
layanan pelayanan kesehatan dan pendidikan.

i.

Melakukan pencatatan dan pelaporan.

2.

Tugas pengembangan
Tugas pengembangan yang dilakukan pendamping PKH meliputi:

a.

Melakukan koordinasi atau kerjasama dengan tokoh – tokoh adat dan atau
keagamaan dalam sesi – sesi komunikasi ritual dalam rangka meneguhkan
nilai – nilai ritual dan spiritual bagi keluarga peserta PKH

b.


Melakukan kerjasama dengan tim penggerak PKK dan atau LK3 dalam upaya
penyadaran pentingnya fungsi – fungsi keluarga bagi peserta PKH

c.

Menumbuhkan semangat kewirausahaan keluarga melalui usaha ekonomi
produktif

d.

Memotifasi dan advokasi anggota keluarga peserta PKH yang mengalami
disabilitas (berkebutuhan khusus) untuk memperoleh kemudahan dalam
mengakses pelayanan sosial

e.

Memfasilitasi ketersediaan media konsultasi bagi keluarga yang mengalami
ketidakharmonisan


f.

Menggugah kesadaran keluarga peserta PKH tentang pentingnya menjaga,
memelihara dan melestarikan lingkungan sekitarnya

g.

Mengidentifikasi potensi dan sumber daya yang ada di wilayah kerja
pendamping untuk melihat kemungkinan dapat dimanfaatkan dalam

20
Universitas Sumatera Utara

membantu mendukung penanggulangan kemiskinan, penanganan masalah
atau kebutuhan khusus yang dialami peserta PKH.
h.

Pendamping dapat bersinergi dengan program Kelompok Usaha Bersama
(KUBE) dari Kementrian Sosial, Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga
Akseptor (UPPKA) dari Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional,
Program Pengembangan Usaha Ekonomi Produktif dari Kementrian
Pertanian.

i.

Berperan serta dalam menunjang sosialisasi program keluarga berencana.

3.

Tugas Penunjang
Tugas penunjang Pendamping PKH berupa:

a.

Mengembangkan

kapasitas

diri

dalam

berkomunikasi,

bernegosiasi,

membangun relasi dan jejaring kerja berdasarkan pengalaman selama
bertugas dilapangan dan atau secara mandiri.
b.

Mendokumentasikan setiap kegiatan penting terkait dengan tugas dan fungsi
sebagai pendamping PKH

c.

Melatih diri dalam kegiatan tulis menulis berkaitan dengan pengalaman
selama mendampingi peserta PKH

2.3. Konsep Perlindungan Sosial (Social Protection)
Perlindungan sosial (social protection) secara tradisional dijalankan di negara
sejahtera (welfare state) dan mulai dilembagakan secara formal pada akhir abad
ke-19 dan awal abad ke-20 di Benua Eropa. Perlindungan sosial berkembang di
Inggris dan Jerman di kalangan kelas pekerja dengan adanya asuransi bagi para
pekerja untuk melindungi resiko para yang dihapai para pekerja dalam

21
Universitas Sumatera Utara

menjalankan pekerjaannya. Sementara itu di Amerika Serikat, perlindungan sosial
dijalankan beberapa tahun setelah Great Depression yang ditujukan untuk
meringankan beban bagi mereka yang jatuh miskin dalam periode Depresi Besar
tersebut.
Definisi perlindungan sosial adalah seperangkat kebijakan dan program
kesejahteraan sosial yang dirancang untuk mengurangi kemiskinan dan
kerentanan

(vulnerability)

melalui

perluasan

pasar

kerja

yang

efisien,

pengurangan resiko-resiko kehidupan yang senantiasa mengancam manusia, serta
penguatan kapasitas masyarakat dalam melindungi dirinya dari berbagai bahaya
dan gangguan yang dapat menyebabkan terganggunya atau hilangnya pendapatan.
Dewasa ini, perlindungan sosial mencakup berbagai aspek dan tujuan yang
terkait dengan tujuan pembangunan itu sendiri. Di negara – negara berkembang,
perlindungan sosial digunakan sebagai pendekatan kebijakan untuk mengatasi
persoalan kemiskinan persisten dan berbagai penyebab struktural yang
menyebabkan kemiskinan. Kebijakan perlindungan sosial kemudian didisain
untuk benar – benar mengangkat penduduk miskin ke luar dari kubangan
kemiskinan ketimbang hanya untuk melindungi penduduk miskin terhadap
berbagai resiko kontijensi.
Berbagai bukti empiris di negara – negara berkembang memperlihatkan peran
dari perlindungan sosial yang dapat mengatasi persoalan kemiskinan, mendorong
pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan efektivitas strategi pertumbuhan
ekonomi inklusif untuk pengurangan kemiskinan. Untuk mencapai hal tersebut,
kebijakan perlindungan sosial dapat menjadi suatu kebijakan yang mengiringi
pertumbuhan ekonomi yang berkesinambungan yang memberikan ruang manfaat

22
Universitas Sumatera Utara

ekonomi yang lebih luas dan mempromosikan hasil – hasil pembangunan
utamanya untuk kalangan miskin dan kelompok masyarakat yang selama ini
terekslusi dari manfaat pertumbuhan ekonomi.
Perlindungan sosial untuk pertumbuhan inklusif terdiri dari serangkaian aksi
yang di danai oleh pemerintah yang ditujukan untuk:
1. mendukung individu dan keluarga dalam mengatasi kerentanan hidup
mereka;
2. Untuk membantu, terutama warga miskin dan rentan, membangun
ketahanan dalam mengatasi krisis/ancaman/guncangan, termasuk ancaman
lingkungan.
3. Untuk mengembangkan inklusi sosial dan membantu masyarakat, terutama
mereka yang lebih rentan terhadap kemiskinan, untuk membangun modal
SDM dan sosial melalui pemberian fasilitas untuk memperlancar
pendapatan/konsumsi dan mendorong/memastikan akses atas barang dan
jasa sosial dasar;
4. Untuk mendukung produktivitas secara menyeluruh melalui peningkatan
kemampuan, hak-hak, dan kesempatan warga miskin dan marginal, serta
mereka yang bekerja di sektor formal agar juga mendapatkan keuntungan
dari pertumbuhan.
Pengertian

tersebut

menggabungkan

fitur

tradisional

pengertian

perlindungan/keamanan sosial, yaitu:
1. asuransi sosial
2. bantuan sosialdan
3. kebijakan pasar tenaga kerja yang aktif (Soares 2013).

23
Universitas Sumatera Utara

Skema 1.
Perlindungan Sosial, Proses Pembangunan, Dan Pengurangan Kemiskinan
(Norton 2001)
Berbasis luas,
Pembangunan yang
merata

Dimensi penting lainnya
dari
pembangunan
masyarakat, sektor swasta,
dan
masyarakat
sipil,
pelayana (sosial produktif),
infrastruktur, dll

Kerukunan sosial dan
stabilitas perkembangan
manusia yang di perkuat
untuk Rumah Tangga
Sangat Miskin

Keefektifan,
Pemerintahan
yang
dapat di pertanggung
jawabkan

Kebijakan
perlindungan sosial
yang efektif dan
pelaksanaanya.

Perlindungan sosial mengacu pada tindakan publik dalam menanggapi tingkat
kerentanan,risiko dan kekurangan yang dianggap secara sosial tidak dapatditerima
dalam pemerintahan tertentu ataumasyarakat. Menurut pemahaman ini, penawaran
perlindungan sosial dengan baik mutlak diberikan kepada yang paling miskin, dan
juga dengan kebutuhan non-miskin untuk keamanan dalam menghadapi
guncangan dan kebutuhan tertentu dari berbagai tahap siklus hidup (misalnya
kehamilan dan pemeliharaan anak – anak, pernikahan, kematian dan
pemakaman). Karena itu, sebagai intinya meliputi dua bidang utama mekanisme
respon yang luas, yaitu bantuan sosial dan asuransi sosial.

24
Universitas Sumatera Utara

a.

Bantuan Sosial didefinisikan sebagai manfaat dalam bentuk uang atau dalam
jenis yang dibiayai olehnegara (nasional atau lokal) dan sebagian besar
disediakan atas dasar sarana atau pendapatan. Konsep ini juga mencakup
skema manfaat universal, yaitu mereka yang berbasis mengenakan
pajaknamun tidak menggunakan nya.

b.

Asuransi sosial adalah jaminan sosial yang dibiayaioleh kontribusi dan
didasarkan pada prinsip asuransi. Inti dari asuransidipahami di sini untuk
menjadi penghapusan risiko pasti kerugian bagi individu ataurumah tangga
dengan menggabungkan sejumlah besar individu yang sama ataurumah
tangga ke dalam dana umum baik yang membuat kerugian yang disebabkan
untuk salah satu anggota.
Deskripsi ini tidak spesifik mengenai identitas lembaga yang menyediakan

asuransi berbasisperlindungan sosial, tetapi mengidentifikasi negara sebagai
penyedia

bantuan

sosial. Mengingat

pentingnyatransfer

informal

dalam

penghidupan masyarakat miskin (yaitu, transfer dari masyarakat, kerabat,
agamakelompok dll), dan sesuai dengan definisi yang luas dari perlindungan
sosial bahwa konsep bantuan sosial tidak harus dibatasi untuk transfer yang
didanai negara, tetapi berlaku untuksegala bentuk aksi publik yang dirancang
untuk mentransfer sumber daya untuk kelompok yang dianggap memenuhi syarat
karenaperampasan.

2.3.1. Pemerintahan dan perlindungan sosial
Literatur tentang perlindungan sosial memiliki sebagian besarkarakter
teknokratis. Fokus diskusi memusatkan pada bentukkekurangan, dan berbagai

25
Universitas Sumatera Utara

teknisinstrumen kebijakan yang dapat digunakan untukmencapai tujuan. Secara
keseluruhan kurangadanya pertimbangan cara di mana tujuantersebut ditetapkan
oleh masyarakat yang bersangkutan. Namun jelas dari negara-negara maju bahwa
tujuan pengaturan ini adalah proses yang sangat diperebutkan, di mana
keterampilan politik yang besar diperlukan untuk memfasilitasi konsensus pada
tingkat dimana masyarakat luas bersedia untuk melihat sumber pajak yang
dihabiskan untuk mendanai perlindungan orang miskin, orang tua, anak-anak atau
kelompok lainnya. Sementara kelompok masyarakat sipil (misalnya kelompok
penekan dan media) memainkan peran yang sangat signifikandalam perdebatan
ini, literatur tentang perlindungan sosial umumnya menganalisa peran masyarakat
sipil dalamperlindungan sosial hanya sebagai mekanisme pengiriman yang
bertujuan untuk kebijakan yang ditentukan oleh teknokrat. Inijelas bahwa
kelompok-kelompok ini juga berfungsi untuk menuntut pertanggungjawaban
daripenyedia, dan jiwa media publik untuk mengembangkan pendekatan
kebijakan yang efektif dan mengalokasikan sumber daya. Bantuan teknis
daribadan-badan pembangunan perlu untuk dihubungkan dengan peningkatan
kapasitas untuk menganalisis perlindungan sosialdalam perawatan isu-isu
pemerintahan dan kebijakan publik. (Andy Norton: 2001).

2.4. Konsep Power Foucault
Konsep Kekusasan Foucault dipengaruhi oleh Nietzsche. Foucault menilai
bahwa filsafat politik tradisional selalu berorientasi pada soal legitimasi.
Kekuasaan adalah sesuatu yang dilegitimasikan secara metafisis kepada negara
yang memungkinkan negara dapat mewajibkan semua orang untuk mematuhinya.

26
Universitas Sumatera Utara

Namun menurut Foucault, kekuasaan adalah satu dimensi dari relasi. Di mana ada
relasi, di sana ada kekuasaan.
Kekuasaan menurut Foucault ada di mana-mana. Hal pertama yang akan
dibahas di sini yaitu tentang hubungan antara kekuasaan dan diskursus ilmu
pengetahuan. Menurut Foucault kehendak untuk kebenaran sama dengan
kehendak untuk berkuasa. Dalam Kegilaan dan Peradaban Foucault melukiskan
bagaimana kegilaan itu didefinisikan dari berbagai kelompok yang dominan pada
masa tertentu. Karena itu dia meragukan legitimasi eliminasi kegilaan dari
kebudayaan yang resmi (Arie, 2011).
Jim Ife, 1996(dalam Arie, 2011)mengatakan inti dari empowerment adalah
power, yaitu:
a.

Memberi daya/kekuatan kepada individu atau kelompok

b.

Memungkinkan mereka untuk mengambil kekuasaan ke tangan mereka
sendiri

c.

Mendistribusikan kekuasaan dari yang kaya ke yang miskin.

Jenis Power (type of power):
a.

kekuasaan atas pilihan pribadi dan kesempatan hidup

b.

kekuasaan atas kebutuhan

c.

kekuasaan atas ide

d.

kekuasaan atas lembaga

e.

kekuasaan atas sumber daya

f.

kekuasaan atas kegiatan ekonomi

g.

kekuasaan atas reproduksi

27
Universitas Sumatera Utara

2.5. Konsep Pemberdayaan
MerriamWebster dan Oxford English Dictionary mengemukakan defenisi
pemberdayaan dalam arti sempit yang berkaitan dengan sistem pengajaran bahwa
kata “empower” mengandung dua arti yaitu to give power ofauthority dan
pengertian kedua berarti to give ability to or enable .dalam pengertian pertama
diartikan

sebagai

memberi

kekuasaan,mengalihkan

kekuasaan,

atau

mendelegasikan otoritas ke pihak lain.Sedangkan, dalampengertian kedua,
diartikan

sebagai

upaya

untukmemberikan

kemampuan

atau

keberdayaan.Sedangkan proses pemberdayaan dalam konteks aktualisasidiri
berkaitan dengan upaya untuk meningkatkan kemampuanindividu dengan
menggali segala potensi yang dimiliki oleh individutersebut baik menurut
kemampuan keahlian (skill) ataupunpengetahuan (knowledge).
Pemberdayaanadalah membantu seseorang atau kelompok untukmemperoleh
daya untuk mengambil keputusan dan menentukantindakan yang akan dilakukan
terkait dengan diri mereka termasukmengurangi hambatan pribadi dan sosial. Hal
ini dilakukan untukmeningkatkan kemampuan dan rasa percaya diri untuk
menggunakandaya

yang

dimiliki

antara

lain

dengan

transfer

daya

darilingkunganya.
a.

Tujuan Pemberdayaan
Tujuan yang ingin dicapai dari pemberdayaan adalah untukmembentuk

individu dan masyarakat menjadi mandiri. Kemandiriantersebut meliputi
kemandirian berfikir, bertindak dan mengendalikanapa yang mereka lakukan
tersebut. Kemandirian masyarakat adalahmerupakan suatu kondisi yang dialami
oleh masyarakat yangditandai oleh kemampuan untuk memikirkan, memutuskan

28
Universitas Sumatera Utara

sertamelakukan sesuatu yang dipandang tepat demi mencapai pemecahanmasalahmasalah yang dihadapi dengan mempergunakan dayakemampuan dengan
mengerahkan sumberdaya yang dimiliki oleh lingkungan internal masyarakat
tersebut.Terjadinya

keberdayaan

akan

dapat

memberikan

kontribusi

padaterciptanya kemandirian masyarakat yang dicita-citakan, dalammasyarakat
akan terjadi kecukupan wawasan, yang dilengkapidengan kecakapan-keterampilan
yang memadai, diperkuat oleh rasamemerlukan pembangunan dan perilaku sadar
akan kebutuhantersebut.
b. Tahap-tahap Pemberdayaan
Menurut Sumodingningrat (2004:41) pemberdayaan tidakbersifat selamanya,
melainkan sampai target masyarakat mampuuntuk mandiri, dan kemudian dilepas
untuk mandiri, meski dari jauhdijaga agar tidak jatuh lagi. Dilihat dari pendapat
tersebut berartipemberdayaan melalui suatu masa proses belajar, hingga
mencapaistatus, mandiri. Meskipun demikian dalam rangka menjagakemandirian
tersebut tetap dilakukan pemeliharaan semangat,kondisi, dan kemampuan secara
terus

menerus

supaya

tidakmengalami

kemunduran

lagi.Sebagaimana

disampaikan dimuka bahwa proses belajardalam rangka pemberdayaan akan
berlangsung secara bertahap.
Tahap-tahap yang harus dilalui tersebut adalah meliputi:
1

Tahap penyadaran dan pembentukan perilaku menuju perilakusadar dan
peduli sehingga merasa membutuhkan peningkatankapasitas diri.

2

Tahap transformasi kemampuan berupa wawasan pengetahuan,kecakapan
keterampilan agar terbuka wawasan dan memberikanketerampilan dasar
sehingga dapat mengambil peran di dalampembangunan.

29
Universitas Sumatera Utara

3

Tahap

peningkatan

intelektual,

kecakapan

keterampilansehingga

terbentuklah inisiatif dan kemampuan inovatif untukmehantarkan pada
kemandirian.
c.

Sasaran pemberdayaan
Schumacher memiliki pandangan pemberdayaansebagai suatu bagian dari

masyarakat miskin dengan tidak harusmenghilangkan ketimpangan struktural
lebih dahulu. Masyarakatmiskin sesungguhnya juga memiliki daya untuk
membangun, dengandemikian memberikan“kail jauh lebih tepat daripada
memberikanikan”.
d. Pendekatan Pemberdayaan
Akibat dari pemahaman hakikat pemberdayaan yang berbeda-beda, maka
lahirlah dua sudut pandang yang bersifat kontradiktif, kedua sudut pandang
tersebut memberikan implikasi atas pendekatan yang berbeda pula di dalam
melakukan langkah pemberdayaan masyarakat. Pendekatan yang pertama
memahamipemberdayaan

sebagai

suatu

sudut

pandang

konfliktual.

Munculnyacara pandang tersebut didasarkan pada perspektif konflik antarapihak
yang memiliki daya atau kekuatan di satu sisi, yangberhadapan dengan pihak yang
lemah di sisi lainya. Pendapat inidiwarnai oleh pemahaman bahwa kedua pihak
yang berhadapantersebut sebagai suatu fenomena kompetisi untuk mendapatkan
daya,yaitu pihak yang kuat berhadapan dengan kelompok lemah.Penuturan yang
lebih sederhana dapat disampaikan, bahwa prosespemberian daya kepada
kelompok lemah berakibat padaberkurangnya daya kelompok lain. Sudut ini lebih
di pandangpopular dengan istilah zero-sum.Pandangan kedua bertentangan dengan
pandangan pertama.Jika pada pihak yang berkuasa, maka sudut pandang

30
Universitas Sumatera Utara

keduaberpegang pada prinsip sebaliknya. Maka terjadi prosespemberdayaan dari
yang berkuasa/berdaya kepada pihak yang lemahjustru akan memperkuat daya
pihak pertama. Dengan demikiankekhawatiran yang terjadi pada sudut pandang
kedua. Pemberi dayaakan memperoleh manfaat positif berupa peningkatan daya
apabilamelakukan proses pemberdayaan terhadap pihak yang lemah. Olehkarena
itu keyakinan yang dimiliki oleh sudut pandang ini adanhyapenekanan aspek
generative. Sudut pandang demikian ini populerdengan nama positive-sum.

2.6. Teori Tindakan Sosial
Tindakan sosial bagi Weber adalah tindakan yang nyata-nyata diarahkan
kepada orang lain. Tindakan sosial dapat berupa tindakan yang bersifat membatin
atau bersifat subjektif yang mungkin terjadi karena pengaruh positif dari situasi
tertentu atau merupakan tindakan perulangan dengan sengaja sebagai akibat dari
pengaruh situasi yang serupa atau berupa persetujuan secara pasif dalam situasi
tertentu (Weber dalam Ritzer 2011).
Weber mengemukakan lima ciri pokok tindakan sosial, yaitu:
1.

Tindakan manusia, yang menurut si aktor mengandung makna yang
subyektif. Ini meliputi berbagai tindakan nyata.

2.

Tindakan nyata dan yang bersifat membatin sepenuhnya dan bersifat
subyektif.

3.

Tindakan yang meliputi pengaruh positif dari suatu situasi, tindakan yang
sengaja diulang serta tindakan dalam bentuk persetujuan secara diam – diam.

4.

Tindakan itu diarahkan kepada seseorang atau kepada beberapa individu.

31
Universitas Sumatera Utara

5.

Tindakan itu memperhatikan tindakan orang lain dan terarah kepada orang
lain itu.
Dilihat dari segi sasarannya, maka pihak yang menjadi sasaran tindakan

sosial dapat berupa seorang individu atau sekumpulan orang. Weber juga
membedakan tindakan sosial kedalam empat tipe, yaitu Tindakan rasionalitas
instrumental (Zwerk rational), Tindakan rasional nilai (werktrasional action),
Tindakan afektif (Affectual action), dan Tindakan tradisional (Traditional action).
1.

Tindakan Rasionalitas Instrumental (Zwerk Rational)
Tindakan ini merupakan suatu tindakan sosial yang dilakukan seseorang
didasarkan atas pertimbangan dan pilihan sadar yang berhubungan dengan
tujuan tindakan itu dan ketersediaan alat yang dipergunakan untuk
mencapainya.

2.

Tindakan Rasional Nilai (Werktrasional Action)
Tindakan rasional yang berorientasi nilai yaitu tindakan yang lebih
memperhatikan manfaat atau nilai daripada tujuan yang hendak dicapai.
Tindakan religious merupakan bentuk dasar dari rasionalitas yang
berorientasi nilai.

3.

Tindakan Afektif (Affectual Action)
Tipe tindakan sosial ini lebih didominasi perasaan atau emosi tanpa refleksi
intelektual atau perencanaan sadar. Tindakan ini sukar dipahami. Tindakan ini
kurang atau tidak rasional.

32
Universitas Sumatera Utara

4.

Tindakan Tradisional (Traditional Action)
Dalam tindakan jenis ini, seseorang memperlihatkan perilaku tertentu karena
kebiasaan yang diperoleh dari nenek moyang, tanpa refleksi yang sadar atau
perencanaan.
Dalam penelitian ini, tindakan sosial yang dilakukan oleh Pendamping PKH

masuk kedalam tipe tindakan rasionalitas instrumental (zwerk rational), yaitu
pendamping PKH disini sebagai aktor memiliki tujuan untuk mengembangkan
potensi masyarakat peserta PKH demi memajukan perekonomian masyarakat dan
menjadikan peserta PKH sbagai masyarakat produktif melalui berbagai kreatifitas
pemberdayaan dari para aktor sebagai instrumen dalam mencapai tujuan.

2.7. Penelitian Yang Relevan
Untuk mendukung penelaahan yang lebih mendetail, penulis berusaha
melakukan kajian terhadap beberapa pustaka ataupun karya yang relevan dengan
topik penelitian ini. Buku – buku dan karya ilmiah yang sebelumnya pernah
ditulis dan ditelusuri sebagai bahan perbandingan maupun rujukan dalam
penulisan karya ilmiah ini, yaitu:
Sulasmiyati (dalam Puspitasari, 2013) membahas tentang peran pendamping
dalam industri kerajinan dan juga dampak pendampingan terhadap ekonomi
rumah tangga. Dipaparkan bahwa adanya peran pendamping di industri gerabah
ini benar – benar sangat membantu pengusaha gerabah. Peran pendamping disini
bertugas memberikan penyuluhan kepada para pengusaha serta memberikan
motivasi kepada semua pengusaha gerabah supaya mereka tetap menekuni
pembuatan gerabah. Tanpa adanya peran pendamping industri gerabah di Desa

33
Universitas Sumatera Utara

Panjangrejo tidak dikenal oleh masyarakat luar, dan tanpa adanya pendamping,
industri gerabah ini mungkin sudah berhenti atau gulung tikar. Dengan adanya
motivasi dan penyuluhan oleh para pendamping, maka industri gerabah di Desa
Panjangrejo, Kecamatan Pundong Kabupaten Bantul ini masih tetap eksis sampai
sekarang ini.
Puspitasari (2013) membahas bagaimana peranan pendamping PKH di
Kabupaten Bantul., Yogyakarta. Ia mengatakan bahwa pendamping PKH sudah
memainkan perannya sebagai community worker, yaitu peran dan keterampilan
fasilitatif, edukasional, perwakilan masyarakat dan teknis meskipun tidak semua
peran – peran tersebut dilaksanakan oleh pendamping PKH karena peran – peran
tersebut dipengaruhi oleh kondisi dan situasi lingkungan sehingga kualitas dan
fleksbilitas pendamping PKH mempengaruhi keberhasilan pelaksanaan PKH di
lapangan selain itu peranan yang ditampilkan oleh pendamping PKH tidak terikat
oleh satu bentuk peranan akan tetapi berbagai peranan sering muncul dan harus
dilakukan dalam situasi dan waktu yang sama.
Kedua penelitian tersebut sama – sama mengkaji mengenai peran
pendamping sosial dalam hal pengembangan masyarakat melalui motivasi
maupun penyuluhan dan pelatihan. Penelitian – penelitian tersebut cukup relavan
dengan penelitian yang dilakukan oleh penulis, yaitu mengenai peran pendamping
sosial dalam memberdayakan masyarakat. dalam penelitian ini penulis ingin
meneliti lebih dalam mengenai peranan pendamping PKH dalam memberdayakan
masyarakat peserta PKH di Kabupaten Serdang Bedagai.

34
Universitas Sumatera Utara