Peran Pendamping Program Keluarga Harapan (PKH) Dalam Pemberdayaan Masyarakat: Kreatifitas Terhadap Pemanfaatan Potensi Lokal di Kabupaten Serdang Bedagai

(1)

LAMPIRAN

Foto Bersama Koordinator Pendamping PKH, Operator PKH Dan Pejabat Dinas Sosial


(2)

Wawancara Dengan Peserta PKH


(3)

DAFTAR PUSTAKA

Adnin, Raila. 2014. Peran Pendamping Dalam Pemberdayaan Masyarakat Miskin Melalui Program Keluarga Harapan (PKH). Institut Pertanian Bogor.

Arie. 2011. Konsep Kekuasaan Michel Foucault

Asher Mukul G. & Revathi Rajan. 2002. Social Protection in Singapore. Published by Friedrich Ebert Stiftung Office for Regional Co-operation in Southeast Asia: Singapore.

Astuti, Mulia. 2012. Pemberdayaan Perempuan Miskin Berbasis Pemanfaatan Sumberdaya Lokal Melalui Pendekatan Sosial Enterpreneurship. Jurnal Sosiokonsepsia Vol. 17, No. 03.

Bahua,Mohamad Ikbal. 2016. Pemanfaatan Sampah Rumah Tangga Untuk Pembuatan Pupuk Kompos Di Desa Bululi Kecamatan Asparaga Kabupaten Gorontalo. Laporan KKS Pengabdian Lembaga Pengabdian Masyarakat. Universitas Negeri Gorontalo.

Bappeda Serdang Bedagai. 2013. Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Serdang Bedagai.Katalog BPS No :12182.12.008. Diakses Pada 14 Desember 2015.

Barrientos, Armando. 2011. Social Protection And Poverty. University Of Manchester: UK. International Journal Of Social Welfar.Issn 1369-6866. Baulch, Bob. Dkk. 2006. Developing a Social Protection Index For Asia. Institute

of Development Studies at the University of Sussex, Brighton, BN1 9RE: UK.

Bungin, Burhan. 2007. Penelitian Kualitatif Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan Ilmu Sosial Lainnya. Jakarta : Kencana.

Cameron, Lisa. 2011. Mistargeting of Cash Transfers, Social Capital Destruction, and Crime in Indonesia. Department of Econometrics, Monash University, Clayton 3800 Victoria, Australia.


(4)

Chen, Martha. 2008. Informality And Social Protection: Theories And Realities. Institute of Development Studies at the University of Sussex: UK. IDS Bulletin Volume 39 Number 2 May 2008.

Davies, Mark. Dkk. 2008. ‘Adaptive Social Protection’: Synergies for Poverty Reduction. Institute Development Studies: UK. IDS Bulletin Volume 39 Number 4 September 2008.

Davies, Mark. Dkk. 2008. Social Protection and Climate Change Adaptation. Intitute of Development Studies: UK. Briefing Note for Expert Group to the Commission on Climate Change andDevelopment, Ministry for Foreign Affairs, Sweden.

Devereux, Stephen. 2001. Livelihood Insecurity And Social Protection: A Re-Emerging Issue In Rural Development.Institute of Development Studies at the University of Sussex: UK.

Direktorat jenderal perlindungan dan jaminan sosial Kementerian sosial RI. 2015. Buku kerja Pendamping dan Operator PKH.

Dzung, Nguyen Huu. & Dao Quang Vinh. 2002. Social Protection in Vietnam. Published by Friedrich Ebert Stiftung Office for Regional Co-operation in Southeast Asia: Singapore.

Ellis, Frank. 2008. Social Protection Research Scoping Study. Overseas Development Group, University Of East Anglia: Norwich, UK.

Euzéby, Alain. 2004. Social protection: Values to be defended. Institut d’études politiques, Grenoble, France. International Social Security Review, Vol. 57, 2/2004.

Faisal, Sanafiah. 2007. Format – Format Penelitian Sosial. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Gentilini, Ugo. 2009. Social Protection in the ‘Real World’: Issues, Models and Challenges. Journal compilation. Overseas Development Institute. Published by Blackwell Publishing, Oxford OX4 2DQ, UK and 350 Main Street, Malden, MA 02148, USA.

Gonzalez, Eduardo T. & Rosario Gregorio-Manasan. 2002. Social Protection in the Philippines. Published by Friedrich Ebert Stiftung Office for Regional Co-operation in Southeast Asia: Singapore.


(5)

Graha, Andi Nu. 2009. Pengembangan Masyarakat Pembangunan Melalui Pendampingan Sosial Dalam Konsep Pemberdayaan Di Bidang Ekonomi. Jurnal Ekonomi Modernisasi Volume 5, Nomor 2 . Fakultas Ekonomi – Universitas Kanjuruhan: Malang.

Habibullah & Noviana Ivo. 2013. Kebijakan Pendamping Program Keluarga Harapan. Jakarta: P3KS Press.

Hasan,Ani M. & Elya Nusantari. 2016. Pemberdayaan Ibu-Ibu Rumah Tangga Melalui Pengolahan Nira Aren Menjadi Komoditas Ekonomi Produktif Di Desa Pilomonu Kecamatan Mootilango Kabupaten Gorontalo. Universitas Negeri Gorontalo.

Hatu, Rauf A. 2010. Pemberdayaan Dan Pendampingan Sosial Dalam Masyarakat. Inovasi, Jurnal Volume 7, Nomor 4, Desember 2010 Issn 1693-9034.

Hauff, Michael Von. 2002. The Relevance of Social Security for Economic Development. Published by Friedrich Ebert Stiftung Office for Regional Co-operation in Southeast Asia: Singapore.

Holzmann, Robert. 2001. Risk And Vulnerability: The Forward Looking Role Of Social Protection In A Globalizing World. Asian Development Bank, Manila. Sp Discussion Paper No.0109.

Imron, Ibrahim. 2013. Pemberdayaan Masyarakat Miskin Melalui Kelompok Usaha Bersama. Jurnal Administrasi Publik (Jap), Vol. 2, No. 3.

John, Marey. 2002. Social Protection In Southeast And East Asia – Towards A Comprehensive Picture. Published by Friedrich Ebert Stiftung Office for Regional Co-operation in Southeast Asia: Singapore.

Kementrian Sosial. 2015. Buletin Program Keluarga Harapan

Khomsan, Ali. 2010. Pembangunan Perdesaan Dalam Rangka Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat. Bogor: IPB Press.

Lesmana, Teddy. Perlindungan Sosial dan Kemiskinan.


(6)

Magdalena, Dame. 2011. IndikatorKesejahteraan Rakyat Kabupaten Serdang Bedagai 2011. Serdang Bedagai: Badan Pusat Statistik Sosial Kabupaten Serdang Bedagai.

Muhtar. 2012. Pengembangan Masyarakat Dengan Memanfaatkan Aset Lokal. Jurnal Sosiokonsepsia Vol. 17, No. 01.

Nainggolan, Togiaratua, Dkk. 2012. Program Keluarga Harapan Di Indonesia: Dampak Pada Rumah Tangga Sangat Miskin Di Tujuh Provinsi. Jakarta: P3KS Press.

Nandra, Dikka. 2014. Teori Tindakan Sosial Max Weber.

Naway, Fory. & Novianty Djafri. 2016. Pemberdayaan Masyarakat Pengrajin Karawo Di Desa Bumela Kecamatan Boliyohuto Kabupaten Gorontalo. Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Gorontalo.

Norton, Andy. Dkk. 2011. Social Protection Concepts And Approaches: Implications For Policy And Practice In International Development.Overseas Development Institute 111 Westminster Bridge Road London SE1 7JD UK. Diakses pada 13 April 2016.

Pongsapich, Amara. Dkk. 2002. Social Protection in Thailand. Published by Friedrich Ebert Stiftung Office for Regional Co-operation in Southeast Asia: Singapore.

Pramudia, Joni Rahmat. Konsep Dasar Pemberday

Puspitasari, Fitri. 2013. Peran Pendamping Dalam Program Keluarga Harapan Di Kabupaten Bantul. Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Jogjakarta. Diakses Pada 28 Maret 2016.

Ritzer, George. 2011. Sosiologi Ilmu Pengetahuan Berparadigma Ganda. Jakarta: Rajawali Press.

Rostyaningsih, Dewi. 2015. Implementasi Program Penarikan Pekerja Anak – Program Keluarga Harapan (PPA-PKH) Di Kabupaten Magelang.


(7)

Jurnal Manajemen Dan Kebijakan Publik Vol. 1, No. 1, Oktober 2015. Administrasi Publik Fisip – Uniersitas Diponegoro.

Salim, Agus. 2006. Teori dan Paradigma Penelitian Sosial. Yogyakarta: Tiara Wacana.

Saragih, Khairula. 2014. Tindakan Sosial Menurut Max Weber.

Silvia, Mareta Mega. 2015. Evaluasi Program Pendidikan Dan Pelatihan (Diklat) Pendamping Program Keluarga Harapan (PKH) Angkatan VIII Di Balai Besar Pendidikan Dan Pelatihan Kesejahteraan Sosial (BBPPKS) Yogyakarta. Artikel Jurnal. Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta.

Sisvianda, Devina Kristie. 2013. Strategi Komunikasi Pendamping PNPM-MPD Dalam Upaya Pemberian Pemahaman Program Kepada Masyarakat. Skripsi. Universitas Brawijaya Malang.

Sitorus, Henry & Sebastian E. Saragih. 2011. Exploring The Linkage Between Social Protection And Small-Farmers In Indonesia. Research Report. Koperasi Pengembangan Sumber Daya Masyarakat Sipil, Circle Indonesia.

Soares, Fabio Veras. 2013. Perlindungan Sosial dan Inklusi

Sosial

Soekanto, Soerjono. 2013. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Soekirman. 2013. Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Kabupaten Serdang Bedagai. Sei Rampah.

_________. 2013. Serdang Bedagai Kampung Kami. Yogyakarta: Bangun Bangsa.

Suharto, Edi. 2012. Pendampingan Sosial Dalam Pengembangan Masyarakat. 12 agustus 2016.


(8)

Sunyoto. 1998. Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat.Yogyakarta: PustakaPelajar.

Supriana, Tavi. 2016. Metode Penelitian Sosial Ekonomi. Medan: USU Press. Tae Jung, Young. & Shin, Dong-Myeon. 2002. Social Protection in South Korea.

Published by Friedrich Ebert Stiftung Office for Regional Co-operation in Southeast Asia: Singapore.

Tambunan, Tulus T. H. & Bambang Purwoko. 2002. Social Protection in Indonesia. Published by Friedrich Ebert Stiftung Office for Regional Co-operation in Southeast Asia: Singapore.

Thompson, Kenneth. 2002. Social Protection in Lao PDR. Published by Friedrich Ebert Stiftung Office for Regional Co-operation in Southeast Asia: Singapore.

Tim Penyusun Pedoman Umum PKH Lintas Kementerian dan Lembaga. 2007. Pedoman Umum PKH. Jakarta: Badan Informasi Publik, Pusat Informasi Kesejahteraan Rakyat, Departemen Komunikasi dan Informatika.

Unit Pelaksana Program Keluarga Harapan. 2016. Laporan Program Keluarga Harapan Kabupaten Serdang Bedagai 2013 – 2016. Medan: Direktorat Jaminan Sosial, Kementrian Sosial RI.

Utomo, Arif Setyo. 2013. Peran Pendamping Dalam Pengembangan Potensi Sumber Daya Lokal Kube. Skripsi. Universitas Gadjah Mada: Yogyakarta.

Widyastuti Lucia Erna & Wahyuni Dwi Asih Septi. 2014. Serdang Bedagai Dalam Angka 2014. Katalog BPS: 1102001.1218. Serdang Bedagai: Badan Pusat Statistik Kabupaten Serdang Bedagai.

Zin, Ragayah Haji Mat. Dkk. 2002. Social Protection in Malaysia. Published by Friedrich Ebert Stiftung Office for Regional Co-operation in Southeast Asia: Singapore.


(9)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1.Jenis Penelitian

Dalam melakukan penelitian ini, peneliti menggunakan jenis penelitian kualitatif dengan metode deskriptif. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi objek alamiah dimana peneliti merupakan instrumen kunci. Pada penelitian sosial dengan menggunakan format deskriptif bertujuan untuk menggambarkan, meringkaskan bebagai kondisi, berbagai situasi berbagai fenomena realitas sosial yang ada didalam masyarakat sebagai objek penelitian (Bungin, 2007:68). Jenis pendekatan kualitatif juga berfungsi untuk meneliti lebih dalam lagi masalah yang akan di teliti. Dengan menggunakan metode deskriptif, dalam hal ini peneliti mencoba menggambarkan bagaimana peranan para pendamping PKH dalam mengembangkan masyarakat penerima bantuan PKH di kabupaten Serdang Bedagai, serta bagai mana para pendamping ini membengun pola interaksi pada masyarakat yang menerima bantuan PKH tersebut.

3.2.Lokasi Penelitian

Lokasi yang dipilih peneliti dalam melakukan penelitian ini berada di Kabupaten Serdang Bedagai. Adapun yang menjadi alasan mengapa Kabupaten Serdang Bedagai dipilih adalah dikarenakan Kabupaten Serdang Bedagai merupakan kabupaten dimana sebagian besar wilayah nya merupakan kawasan pedesaan yang memiliki cukup banyak peserta penerima bantuan PKH dan


(10)

memiliki cukup potensi yang dapat dikembangkan baik dari segi potensi alam maupun sumber daya manusia nya melalui para pendamping sosial seperti pedamping Program Keluarga Harapan.

3.3. Unit Analisis Data dan Informan

Unit analisis data adalah satuan penentu yang diperhitungkan sebagai subjek pada penelitian. Dalam penelitian ini yang menjadi unit analisis data adalah para Pendamping Program Keluarga Harapan Kabupaten Serdang Bedagai serta masyrakat penerima bantuan PKH di Kabupaten Serdang Bedagai. Sedangkan informan adalah orang yang menjadi sumber informasi dalam penelitian ini. Informan terbagi menjadi dua, yaitu informan kunci dan informan biasa.

a. Informan kunci

Dalam penelitian ini yang menjadi informan kunci (key informant) adalah para pendamping Program Keluarga Harapan di Kabupaten Serdang Bedagai dan masyarakat peserta Program Keluarga Harapan.

b. Informan biasa

Informan biasa adalah orang yang dijadikan sebagai informan pendukung atau sebagai pelengkap dari informasi yang dibutuhkan. Dalam penelitian ini yang menjadi informan biasa adalah Koordinator Pendamping Program Keluarga Harapan Kabupaten.

3.4. Teknik Pengumpulan Data

Teknik – teknik yang dilakukan oleh peneliti dalam hal untuk memperolah data yang diperlukan adalah:


(11)

3.4.1.Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari informan yang ditemukan di lapangan. Langkah – langkah dalam memperoleh data primer adalah:

a. Observasi

Observasi atau pengamatan adalah kegiatan keseharian manusia dengan menggunakan pancaindra mata sebagai alat bantu utamanya selain pancaindra lainnya seperti telinga, penciuman, mulut, dan kulit. Observasi adalah merupakan suatu pengamatan yang dilakukan secara langsung terhadap objek yang diteliti untuk mendapatkan gambaran yang tepat mengenai objek penelitian. Menurut Faisal (2001), pengamatan dapat juga dilakukan terhadap benda, keadaan, kondisi, situasi, kegiatan, proses, dan penampilan tingkah laku seseorang. Disini dimaksudkan bahwa peneliti ikut turun langsung kelapangan untuk dapat memahamai fenomena yang terjadi dilapangan. Dalam melakukan penelitian ini, peneliti langsung melakukan pengamatan di kabupaten Serdang Bedagai. Tepatnya di kecamatan – kecamatan dan desa - desa untuk melihat langsung bagaimana pendamping PKH melakukan proses pengembangan masyarakat pada peserta PKH. Kemudian hasil observasi ini dituangkan dalam catatan lapangan.

b. Wawancara Mendalam

Secara umum, wawancara mendalam adalah proses memperoleh informasi, keterangan, atau data untuk kepentingan penelitian melalui tanya jawab secara langsung dengan informan atau orang yang diwawancarai dengan atau tanpa menggunakan pedoman. Namun agar wawancara itu lebih terarah sebaiknya


(12)

menggunaka pedoman wawawncara, berupa urutan – urutan daftar pertanyaan sebagai acuan bagi peneliti untuk memperoleh data yang diperlukan. Tujuan dari wawancara ini adalah untuk mendapatkan informasi yang akurat dari narasumber. Dalam penelitian ini yang menjadi sumber informasi atau narasumber melalui wawancara secara mendalam adalah para pendamping serta peserta penerima bantuan Program Keluarga Harapan.

3.4.2. Data sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung dari objek penelitian atau sumber data lain, yaitu seperti dokumentasi. Dokumentasi adalah suatu teknik pengumpulan data yang tidak langsung ditujukan kepada subjek penelitian, namun melalui dokumen, seperti laporan, buku, jurnal, majalah, surat kabar, dan internet yang dianggap relevan dengan penelitian yang dilakukan.

3.5.Interpretasi Data

Interpretasi data adalah merupakan suatu tahapan proses pengolahan data yang dimulai dari tahap pengeditan data sesuai dengan pokok permasalahan yang diteliti. Kemudian di olah secara deskriptif sesuai dengan apa yang terjadi dilapangan. Data yang telah terkumpul dari hasil penelitian ini dijabarkan dengan kata – kata atau kalimat – kalimat yang dipisahkan menurut kategori tertentu dan menguraikan serta menafsirkannya sesuai teori – teori yang relevan utnuk memudahkan dalam mendapatkan suatu kesimpulan. Dalam penelitian ini peneliti akan menggambarkan tentang bagaimana upaya pengembangan dan


(13)

pemberdayaan yang dilakukan pendamping PKH sebagai upaya taraf kesejahteraan masyarakat.

3.6.Jadwal Kegiatan

No Kegiatan Bulan Ke-

1 2 3 4 5 6 7 8 9

1 Pra Observasi

2 Acc Judul Penelitian 3 Penyusunan Proposal

4 Seminar Proposal

5 Revisi Proposal

6 Penelitian Lapangan

7

Pengumpulan dan Analisis

Data

8 Bimbingan Skripsi

9 Penulisan Laporan


(14)

BAB IV

TEMUAN DATA DAN INTERPRETASI DATA PENELITIAN

4.1. Deskripsi Wilayah Penelitian

4.1.1. Sejarah Kabupaten Serdang Bedagai

Keinginan untuk dimekarkannya Kabupaten Deli Serdang sebenarnya telah cukup lama muncul di kalangan masyarakat Kabupaten Deli Serdang dari tahun 1992.Hal tersebut telah menjadi kajian tersendiri bagi Pemerintah Kabupaten Deli Serdang pada masa itu. Dasarpertimbangan untuk dilakukannya pemekaran adalah luas wilayah danjumlah penduduk yang begitu besar untuk suatu Kabupaten.

Kajian terhadap pemekaran wilayah pada masa itu telah sampai pada dikeluarkannya Keputusan DPRD Kabupaten Deli Serdang Nomor : 02/DPRD/1992 tanggal 17 Februari 1992 tentang Persetujuan Pemekaran Wilayah Kabupaten Daerah Tingkat II Deli Serdang yang menetapkan Kabupaten Deli Serdang dimekarkan menjadi 2 (dua) wilayah, yaitu Kabupaten Deli dan Kabupaten Serdang.

Perencanaan pemekaran tersebutterhenti dan kembali bergulir pada saat reformasi terjadi tahun 1998.Lahirnya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentangPemerintahan di Daerah dan Peraturan Pemerintah Nomor : 129 Tahun2000 tentang Persyaratan Pembentukan dan Kriteria Pemekaran,Penghapusan dan Penggabungan Daerah, memberikan ruang yang semakinterbuka terhadap keinginan masyarakat untuk melakukan pemekaran.Beberapa kelompok masyarakat yang terbentuk dalam upayapemekaran Kabupaten Deli Serdang yakni :


(15)

1. Badan Pendukung Pemekaran Kabupaten Deli Serdang (BPPKDS)Tahun 1992.

2. Panitia Pembentukan Kabupaten Deli (PPKD) Tahun 1992.

3. Panitia Pembentukan Pemekaran Kabupaten Serdang Bedagai (P3KSB)Tahun 2002.

BPPKDS merencanakan Kabupaten Deli Serdang dibagi menjadi dua Kabupaten sesuai dengan konsep Pemekaran Tahun 1992 dengan usulan ibukota Kabupaten Pemekaran antara lain : Dolok Masihul, Sei Rampah dan Perbaungan. PPKD lebih menekankan pada pembentukan Kabupaten baru yakni Kabupaten Deli dengan ibukota Patumbak, sehingga tujuan dari diadakannya pemekaran tidak tampak, tetapi lebih pada keinginan untuk memisahkan diri dari Kabupaten Deli Serdang. P3KSB mengajukan konsep pemekaran Kabupaten Deli Serdang menjadi 2 (dua) yakni Kabupaten Deli Serdang sebagai Kabupaten Induk dan Kabupaten Serdang Bedagai sebagai Kabupaten Pemekaran dengan ibukota Sei Rampah.

Keinginan yang begitu besar dari masyarakat disikapi dengan arif bijaksana oleh Pemerintah Kabupaten Deli Serdang dengan menyusun konsep dasar pemekaran Kabupaten dan melakukan kajian-kajian dalam rangka pemekaran tersebut. Berdasarkan penelitian dan masukan dari berbagai elemen masyarakat, Pemerintah Kabupaten deli Serdang mengusulkan Kabupaten Deli Serdang dimekarkan menjadi 3 (tiga) yaitu Kabupaten Deli Serdang sebagai Kabupaten Induk, Kabupaten Deli dan Kabupaten Serdang Bedagai sebagai Kabupaten Pemekaran.


(16)

Perjalanan panjang proses pemekaran Kabupaten Deli Serdangsecara hukum dimulai dari ditetapkannya Keputusan DPRD Kabupaten DeliSerdang Nomor : 13/KP/Tahun 2002 tanggal 2 Agustus 2002 tentangPersetujuan Pembentukan/Pemekaran Kabupaten Deli Serdang.Selanjutnya DPRD Propinsi Sumatera Utara melalui keputusan Nomor :18/KP/2002 tanggal 21 Agustus 2002 menetapkan Persetujuan PemekaranKabupaten Deli serdang.

DPRD Kabupaten Deli Serdang melalui Keputusan Nomor : 26/K/DPRD/2003 tanggal 10 Maret 2003 menetapkan Persetujuan Usul Rencana Pemekaran Kabupaten Deli Serdang menjadi 2 (dua) Kabupaten yaitu Kabupaten Deli Serdang sebagai Kabupaten Induk dan Kabupaten Serdang Bedagai sebagai Kabupaten Pemekaran dengan ibukota Sei Rampah. Pertimbangan nama Kabupaten Serdang Bedagai disasarkan pada sejarah dimana wilayah ini dahulu berada dalam wilayah Kesultanan Serdang dan Kesultanan Bedagai.

Menindaklanjuti Keputusan yang ada, Gubernur Sumatera Utara melalui Surat Nomor : 136/6777 tanggal 30 Agustus 2002 meneruskan usul Pemekaran Kabupaten Deli Serdang, Nias dan Toba Samosir kepada Menteri Dalam Negeri di Jakarta. Berdasarkan Persetujuan DPR RI, Presiden Republik Indonesia menerbitkan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2003 tentang Pembentukan Kabupaten Samosir dan Kabupaten Serdang Bedagai di Propinsi Sumatera Utara.

Tanggal 6 Januari 2004 Menteri Dalam Negeri mengeluarkan Keputusan Nomor 131.21-26 Tahun 2004 tentang Pengangkatan Pejabat Bupati Serdang Bedagai Propinsi Sumatera Utara dan Mengangkat Bapak Drs. Chairullah, S.IP, M.AP sebagai Pejabat Bupati Serdang Bedagai. Atas nama Menteri Dalam Negeri Tanggal 15 januari 2004 Gubernur Sumatera Utara Bapak T. Rizal Nurdin


(17)

melantik Bapak Drs. Chairullah, S.IP, M.AP sebagai Pejabat Bupati Serdang Bedagai. Setelah Masa Transisi 1 (satu) tahun diangkat kembali Pejabat Bupati Drs. H. Kasim Siyo, M.Si pada tanggal 3 Maret 2005 yang ditugaskan untuk melaksanakan Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) secara langsung maka terpilihlah pasangan H. T. Erry Nuradi dan H. Soekirman menjadi Bupati dan Wakil Bupati Serdang Bedagai masa bakti 2005 – 2010. Dan melalui pemilihan umum kepala daerah yang baru saja dilaksanakan, maka terpilih lah H. Soekirman sebagai Bupati Serdang Bedagai(Widyastuti dan Dwi, 2014).

Kabupaten Serdang Bedagai pada saat didirikan terdiri dari 11 kecamatan sebagai berikut:

1 Kecamatan Kotarih

2 Kecamatan Dolok Masihul 3 Kecamatan Sipispis

4 Kecamatan Dolok Merawan 5 Kecamatan Tebing Tinggi 6 Kecamatan Bandar Khalipah

7 Kecamatan Tanjung Beringin 8 Kecamatan Sei Rampah 9 Kecamatan Teluk Mengkudu 10 Kecamatan Perbaungan 11 Kecamatan Pantai Cermin

Berdasarkan Perda No. 6 Tahun 2006 dan Perda No. 10 Tahun 2006 tanggal 17 Oktober 2006, Kabupaten Serdang Bedagai dimekarkan menjadi 17 kecamatan sebagai berikut:

1 Kecamatan Kotarih

2 Kecamatan Dolok Masihul 3 Kecamatan Sipispis

4 Kecamatan Dolok Merawan 5 Kecamatan Tebing Tinggi

6 Kecamatan Bandar Khalipah 7 Kecamatan Tanjung Beringin 8 Kecamatan Sei Rampah 9 Kecamatan Teluk Mengkudu 10 Kecamatan Perbaungan


(18)

11 Kecamatan Pantai Cermin 12 Kecamatan Silinda

13 Kecamatan Bintang Bayu 14 Kecamatan Serbajadi

15 Kecamatan Tebing Syahbandar 16 Kecamatan Sei Bamban

17 Kecamatan Pegajahan

4.1.2. Keadaan Geografis dan Demografis Kabupaten Serdang Bedagai

a. Keadaan Geografis

Secara geografis Kabupaten Serdang Bedagai terletak antara 03001’2,5” – 03046’33” Lintang Utara dan 98044’22” – 99019’01” Bujur Timur dengan luas wilayah berkisar 1.900,22 km2 atau 2,65 % dari luas Provinsi Sumatera Utara.Serdang Bedagai merupakan salah satu Kabupaten yang berada di kawasan pantai timur Sumatera Utara. Batas – batas wilayah meliputi Selat Malaka di sebelah Utara, Kabupaten Simalungun di sebelah Selatan, Kabupaten Asahan dan Simalungun di sebelah Timur, serta Kabupaten Deli Serdang di sebelah Barat.

Serdang Bedagai secara umum terletak pada daerah bertopografi datar dan bergelombang dengan ketinggian berkisar anatara 0 - 500 meter di atas permukaan laut. Terdapat banyak sungai yang selain dapat dipergunakan untuk irigasi dan sumber energi, juga dikelola untuk bahan baku industri air mineral dan air minum. Iklimnya termasuk tropis dengan kelembaban udara perbulan sekitar 83 %, curah hujan berkisar antara 27 – 248 mm. Rata – rata kecepatan angin berkisar 1,8 m/dt dengan tingkat penguapan sekitar 3,8 mm/hari. Temperatur udara perbulan minimum 23,70 C dan maksimum 34,20 C.


(19)

Kampung – kampung atau desa di Serdang Bedagai ada dalam hamparan wilayah seluas 190.000 ha, yang disunakan untuk perkebunan besar sekitar 100.000 ha. Persawahan sekitar 41.000 ha, selebihnya untuk pemukiman, industry, tegalan, rawa, sungai, jalan, dan hutan. Secara dominan produk daerah ini adalah sektor pertanian, industri dan perdagangan/jasa. Dari angka Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) geliat ekonomi kabupaten ini disumbang sector pertanian 40.62%, sector industry 19.04% dan sektor perdagangan/jasa 14.74%. dengan situasi itu sesungguhnya tidak terlihat jelas differesnsiasi (perbedaan) produk unggulan di desa – desa pertanian yang didominasi padi, palawija, dan hasil perkebunan seperti tanaman keras kelapa sawit, karet, kakao, kelapa (Soekirman, 2013).

Rincian wilayah administrasi Kabupaten Serdang Bedagai per-Kecamatan, jumlah desa dan wilayah seperti pada tabel berikut :

Tabel 5.

Wilayah Administrasi Jumlah Desa dan Luas Wilayah Per-Kecamatan Se-Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2013

No Kecamatan Jumlah

Desa/Kelurahan

Luas Wilayah (km2)

1. Kotarih 11 Desa 78,024

2. Silinda 9 Desa 56,740

3. Bintang Bayu 19 Desa 95,586

4. Dolok Masihul 27 Desa/ 1 Kelurahan 237,417

5. Serba Jadi 10 Desa 50,690

6. Sipispis 20 Desa 145,259

7. Dolok Merawan 17 Desa 120,600

8. Tebing Tinggi 14 Desa 182,291

9. Tebing Syahbandar 10 Desa 120,297

10. Bandar Khalifah 5 Desa 116,000


(20)

12. Sei Rampah 17 Desa 198,900

13. Sei Bamban 10 Desa 72,260

14. Teluk Mengkudu 12 Desa 66,950

15. Perbaungan 24 Desa/ 4 Kelurahan 111,620 16. Pegajahan 12 Desa/ 1 Kelurahan 93,120

17. Pantai Cermin 12 Desa 80,296

JUMLAH 237 Desa/ 6 Kelurahan 1,900,220

Sumber: LAKIP Serdang Bedagai, 2013

b. Keadaan Demografi kabupaten Serdang Bedagai

Kepadatan penduduk Kabupaten Serdang Bedagai pada tahun 2013 adalah sebesar 319 jiwa/km2. Kepadatan penduduk terbesar adalah di Kecamatan Perbaungan yaitu sebesar 913 jiwa/km2, disusul kecamatan Teluk Mengkudu 625 jiwa/km2, Sei Bamban 602 jiwa/km2. Sedangkan kecamatan dengan kepadatan penduduk terendah adalah kecamatan Kotarih 104 jiwa/km2, dan Kecamatan Bintang Bayu 113 jiwa/Km2.

Tabel 6.

Banyaknya Penduduk menurut Kecamatan, 2013

No Kecamatan Jumlah Penduduk

1 Kotarih 8.147

2 Silinda 8.498

3 Bintang Bayu 10.776

4 Dolok Masihul 49.134

5 Serba Jadi 19.928

6 Sipispis 32.225

7 Dolok Merawan 17.354


(21)

9 Tebing Syahbandar 32.777

10 Bandar Khalifah 25.255

11 Tanjung Beringin 37.576

12 Sei Rampah 64.568

13 Sei Bamban 43.521

14 Teluk Mengkudu 41.851

15 Perbaungan 101.889

16 Pegajahan 27.337

17 Pantai Cermin 43.735

Jumlah 605.583

Sumber : Serdang Bedagai in Figures 2014

Ditinjau dari segi persebaran penduduk, jumlah penduduk terbanyak adalah di Kecamatan Perbaungan yaitu sebesar 101.889 jiwa atau sebesar 16,82 persen dari seluruh penduduk Kabupaten Serdang Bedagai. Jumlah penduduk terendah ada di Kecamatan Kotarih yaitu sebesar 8.147 jiwa atau 1,35 persen.

Tabel 7.

Jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin menurut kecamatan, 2013

No Kecamatan Laki – Laki Perempuan Jumlah

1 Kotarih 4.126 4.021 8.147

2 Silinda 4.276 4.222 8.498

3 Bintang Bayu 5.453 5.323 10.776

4 Dolok Masihul 24.271 24.863 49.134

5 Serba Jadi 9.844 10.084 19.928

6 Sipispis 16.424 15.801 32.225

7 Dolok Merawan 8.716 8.638 17.354


(22)

9 Tebing Syahbandar 16.424 16.353 32.777 10 Bandar Khalifah 12.549 12.706 25.255 11 Tanjung Beringin 19.184 18.392 37.576

12 Sei Rampah 32.529 32.039 64.568

13 Sei Bamban 21.747 21.774 43.521

14 Teluk Mengkudu 21.078 20.773 41.851

15 Perbaungan 51.037 50.852 101.889

16 Pegajahan 13.810 13.527 27.337

17 Pantai Cermin 22.056 21.679 43.735

Jumlah 303.960 301.623 605.583

Sumber: Serdang Bedagai in Figures 2014

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa jumlah penduduk Kabupaten Serdang Bedagai jika dilihat menurut jenis kelamin pada tahun 2013 adalah laki – laki sebanyak 303.960 jiwa dan perempuan sebanyak 301.623 jiwa.

Tabel 8.

Jumlah penduduk berdasarkan golongan umur dan jenis kelamin di Kabupaten Serdang Bedagai, 2013.

No Golongan Umur Laki - Laki Perempuan Jumlah

1 0 – 4 35.096 33.259 68.335

2 5 – 9 32.226 30.933 63.199

3 10 – 14 30.124 28.629 58.753

4 15 – 19 28.384 26.295 54.679

5 20 – 24 25.191 23.585 48.776

6 25 – 29 24.227 24.068 48.295

7 30 – 34 22.362 22.752 45.114

8 35 – 39 20.907 21.314 42.221


(23)

10 45 – 49 17.966 19.069 37.035

11 50 – 54 15.813 16.044 31.857

12 55 – 59 12.129 12.384 24.513

13 60+ 19.210 23.102 42.312

Jumlah 303.963 301.620 60. 583

Sumber: Serdang Bedagai in Figures 2014

Dilihat dari kelompok umur, persentase penduduk usia 0-14tahun sebesar 31,43 persen, 15-59 tahun sebesar 61,59 persen, dan 60 tahun keatas sebesar 6,99 persen yang berarti jumlah penduduk usia produktif lebih besar dibandingkan usia non produktif dengan rasio beban ketergantungan sebesar 62,37 artinya setiap 100 orang penduduk usia produktif menanggung 62-63 orang penduduk usia non produktif.

4.1.3. Sarana dan Prasarana Di Kabupaten Serdang Bedagai 1. Sarana Pendidikan

Salah satu upaya untuk meningkatkan partisipasi sekolah dan kualitas pendidikan masyarakat adalah dengan menyediakan sarana fisik pendidikan dan jumlah guru yang memadai.


(24)

Tabel 9.

Jumlah Sarana Pendidikan di Kabupaten Serdang Bedagai, 2013

No Kecamatan SD SMP SMA SMK

Neg. Sw. Neg. Sw. Neg. Sw. Neg. Sw.

1 Kotarih 6 1 1 2 1 - - -

2 Silinda 7 1 - 1 1 - - -

3 Bintang Bayu 13 - 1 1 1 - - -

4 Dolok Masihul 39 - 3 1 1 2 1 2

5 Serba Jadi 15 1 1 1 1 - - -

6 Sipispis 34 - 3 5 1 2 1 2

7 Dolok Merawan 19 - 2 1 1 - - - 8 Tebing Tinggi 38 2 2 2 1 - - - 9 Tebing

Syahbandar 22 1 3 3 1 1 - 1

10 Bandar Khalifah 26 - 2 1 1 - - - 11 Tanjung

Beringin 22 1 4 2 1 1 - -

12 Sei Rampah 40 9 4 6 1 4 2 5

13 Sei Bamban 36 6 3 3 1 2 - 2

14 Teluk Mengkudu 27 - 3 2 1 - 1 1

15 Perbaungan 43 5 3 12 2 7 1 8

16 Pegajahan 19 - 3 2 1 2 - 3

17 Pantai Cermin 24 2 2 2 1 - 1 -

Jumlah 430 29 40 47 18 21 8 24

459 87 39 32

Sumber: Serdang Bedagai in Figures 2014 Keterangan: SD (Sekolah Dasar)

SMP (Sekolah Menengah Pertama) SMA (Sekolah Menengah Kejuruan) Neg. (Negeri)


(25)

Pada tahun 2013 terdapat 146 Taman Kanak – Kanak (TK)dengan jumlah murid 7942 orang dan jumlah guru 505 orang. Untuk Sekolah Dasar (SD) terdapat 459 sekolah dengan jumlah murid 78.350 orang dan jumlah guru 4.255 orang. Untuk Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) terdapat 87 sekolah, 24.769 orang murid dan 1.823 orang guru. Sementara itu untuk Sekolah Menengah Umum (SMU) terdapat 39 sekolah, jumlah murid dan guru masing-masing 10.405 orang dan 901 orang. Pada tahun yang sama, SLTA Kejuruan terdapat 32 sekolah, 765 guru dan 7.824 siswa. Rasio murid terhadap guru untuk tingkat SD adalah 17 murid per guru. Untuk SLTP rasio murid terhadap sekolah adalah 12 murid per guru. Sementara untuk tingkat SLTA (SMU + SMK) rasio murid terhadap sekolah adalah 11 murid per guru. Selain itu, di Kabupaten Serdang Bedagai juga terdapat sekolah agama yang setara dengan sekolah umum yaitu,

1. 34 Madrasah Ibtidaiyah (MI) dengan 3.514 murid dan 234 guru. 2. 58 Madrasah Tsanawiyah (MTs) dengan 9.340 murid dan 707 guru. 3. 24 Madrasah Aliyah (MA) dengan 2.704 murid dan 220 guru.

2. Sarana Transportasi

Jalan merupakan sarana yang penting untuk memperlancar dan mendorong roda perekonomian. Kondisi jalan yang baik akan meningkatkan mobilitas penduduk dan distribusi barangbarang dari satu daerah ke daerah lain. Panjang jalan di seluruh Kabupaten Serdang Bedagai pada tahun 2013 mencapai 1.434,750 km. Setiap tahunnya baik prasarana jalan maupun jembatan selalu mendapatkan prioritas untuk perbaikan dengan menggunakan berbagai sumber dana yang


(26)

tersedia. Jumlah armada dari bus umum penumpang sebanyak 78, sedangkan jumlah armada dari perusahaan angkutan barang sebanyak 25. Adapun jumlah armada becak motor tahun 2013 mengalami penurunan yaitu dari 408 unit menjadi 330 unit(Widyastuti dan Dwi, 2014).

Tabel 10.

Daftar Nama Perusahaan Mobil Angkutan (MPU)/BusUmum Penumpang Terdaftar dan Jumlah Armadanya di Kabupaten Serdang Bedagai, 2013

No Nama Perusahaan Jumlah Armada

1 CV. Citra 13

2 KPU. Rajawali 60

3 Rahmad Global Mandiri 4

4 Taxi Citra 1

Jumlah 78

Sumber: Serdang Bedagai in Figures 2014

Angkutan umum yang paling utama digunakan di Serdang Bedagai adalah Rajawali dengan rute Kota Tebing Tinggi – Kota Perbaungan. Namun ada juga KPU Rajawali yang melayani rute dari Kota Tebing Tinggi – Kota Medan. Selain Rajawali terdapat juga angkutan umum citra yang melayani rute dari Kota Tebing Tinggi menuju Kecamatan Tanjung Beringin dan Sei Rampah. Namun karena keterbatasan jumlah armada maka untuk menggunakan angkutan ini penumpang harus menunggu cukup lama untuk menggunakan angkutan ini. Selain angkutan umum diatas, terdapat juga angkutan umum jenis becak bermotor (Betor) yang juga diminati oleh beberapa masyarakat di Serdang Bedagai dikarenakan masyarakat tidak perlu menunggu lama untuk naik angkutan umum dan tidak


(27)

harus berdesakan didalam angkutan umum. Namun, masyarakat harus membayar lebih mahal untuk naik becak bermotor.

Tabel 11.

Daftar Nama Perusahaan Becak Bermotor (Betor) dan Jumlah Armada Terdaftar di Kabupaten Serdang Bedagai, 2013

No Nama Perusahaan Jumlah Armada

1 CV. Komegoro 15

2 CV. Bedagai Deli Trans 36

3 CV. Roda Prima 2

4 CV. Chandra Pratama Mandiri 270

5 CV. Cendrawasih 6

6 KSU. BSN Bhineka Tunggal Ika 3

Jumlah 332

Sumber: Serdang Bedagai in Figures 2014

3. Sarana Peribadatan

Pelayanan terhadap kegiatan yang bersifat keagamaan harus senantiasa ditingkatkan. Kehidupan beragama yang baik di masyarakat dapat dijadikan benteng dalam menghadapi berbagai permasalahan yang mungkin timbul dalam kehidupan sehari-hari.

Tabel 12.

Jumlah Tempat Peribadatan di Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2013

No Jenis Tempat Ibadah Jumlah

1 Mesjid 648


(28)

3 Gereja Katolik 48

4 Gereja Protestan 451

5 Pura 2

6 Vihara 17

Sumber: Serdang Bedagai In Figures 2014

Dari data diatas dapat dilihat bahwa tempat peribadatan terbanyak adalah Mesjid sebanyak 648 unit. Ini menandakan bahwa mayoritas masyarakat Kabupaten Serdang Bedagai beragama Islam. Jumlah jemaah haji yang berangkat ke tanah suci yang dikoordinir oleh pemerintah sebanyak 137 orang, yang terdiridari 61 jemaah laki-laki dan 76 jemaah perempuan.

4. Sarana Kesehatan

Kesehatan merupakan salah satu hal terpenting dalam kehidupan manusia. Tersedianya sarana dan prasarana kesehatan yang memadai sangat membantu dalam upaya meningkatkan kesehatan masyarakat sekaligus meningkatkan kualitas sumber daya manusia.

Tabel 13.

Fasilitas kesehatan di Kabupaten Serdang Bedagai, 2013

No Fasilitas Kesehatan Jumlah

1 Rumah Sakit 6

2 Rumah Bersalin 9

3 Puskesmas 20

4 Posyandu 863

5 Klinik/Balai Kesehatan 170

6 Polindes/Praktek Bidan 225


(29)

Dari data di atas dapat dilihat bahwa sarana kesehatan di Kabupaten Serdang Bedagai cukup memadai.Pada tahun 2013 tercatat 6 rumah sakit, 5 rumah bersalin, 20 puskesmas, 863 posyandu, 170 klinik/balai kesehatan, dan 225 polindes.

5. Sarana Sosial

Di Kabupaten Serdang Bedagai terdapat 7 panti sosial dengan jumlah penghuninya sebanyak 503 orang, 4.392 orang jompo dan 34 pembimbing sosial masyarakat. Jumlah penderita cacat menurut Dinas Sosial tahun 2013 ada sebanyak 3.602 orang, terdiri dari 2.476 cacat tubuh, 474 cacat mental, 413 tuna netra, dan 239 tuna rungu. Banyaknya anggota karang taruna tahun 2013 sebanyak 1.793 terdiri dari 1.422 berjenis kelamin laki-laki dan 371 perempuan (Widyastuti dan Dwi, 2014).

4.2. Profil Informan

1. Informan Pertama (Koordinator Pendamping PKH)

Nama : Sulaiman, S.Pd

Jenis Kelamin : Laki - Laki

Usia :29 Tahun

Alamat : Teluk Mengkudu

Bapak Sulaiman S.Pd merupakan Koordinator Pendamping PKH di Kabupaten Serdang Bedagai. Ayah dari dua anak ini memulai karirnya di Program Keluarga Harapan sejak pertama kali PKH masuk di Serdang Bedagai yaitu tahun 2013. Pada awalnya ia merupakan Pendamping PKH, namun semenjak tahun 2015 Ia dipilih menjadi Koordinator Pendamping PKH yang bertugas mengawasi kerja para Pendamping PKH. Sebagai Koordinator, pak sulaiman diwajibkan


(30)

untuk mengetahui kegiatan yang dilakukan oleh para pendamping PKH setiap harinya.

Setiap hari, pendamping wajib menginformasikan apa saja kegiatan yang akan dilakukannya di setiap daerah. Dan mereka harus mendokumentasikannya kemudian melaporkannya kepada Pak Sulaiman. Dari laporan para pendamping inilah Pak sulaiman mendatangi para pendamping untuk memastikan apakah para pendamping benar sedang melakukan pendampingan atau tidak. Dan apabila ternyata pendamping berbohong maka akan dikenakan sanksi.

Pak sulaiman mengatakan bahwa jika dilihat dari tugas seorang koordinator kabupaten memang mudah hanya mengawasi jalannya PKH. Namun sebenarnya tidak semudah itu. Karena yang bertugas mengawasi jalannya PKH serta kinerja para pendamping hanya Pak Sulaiman sendiri dan tidak dibantu oleh orang lain. Luasnya Kabupaten Serdang Bedagai menjadi kendalanya dalam mengawasi. Dikarenakan dia harus mendatangi setiap lokasi para pendamping ketika melakukan pendampingan. Namun dia mengatakan bahwa hanya lokasi yang dapat dijangkau saja yang Ia datangi dan juga karena tidak semua pendamping melakukan pendampingan di hari yang sama. Saat penyaluran bantuan adalah saat terberat nya menjalani tugas sebagai koordinator kabupaten. Karena penyaluran bantuan dilakukan serentak di setiap Kecamatan. Pak sulaiman wajib mengawasi jalannya penyaluran bantuan di kantor pos agar dana yang diterima peserta PKH sesuai dengan jumlah yang didapat peserta.

Dalam mengawasi kinerja Pendamping PKH, Pak sulaiman juga berperan dalam melakukan pelatihan – pelatihan terhadap peserta PKH. Hal ini dilakukan


(31)

agar peserta lebih mandiri dalam memanfaatkan potensi – potensi yang ada di sekitar lokasi tempat tinggal peserta PKH. Pak sulaiman mengatakan bagi daerah yang tidak memungkinkan untuk memanfaatkan potensi SDA nya, maka SDM nya yang diberdayakan dengan membuat pelatihan – pelatihan berbagai produk yang tidak bersumber dari daerah lokal.

2. Informan Ke dua (Pendamping PKH)

Nama : Fuad Azizi, SH

Jenis Kelamin :Laki - Laki

Usia : 27 Tahun

Alamat : Pasar Bengkel

Mendampingi di Kecamatan : Pantai Cermin

Bapak Fuad Azizi merupakan Pendamping PKH baru di Kabupaten Serdang Bedagai. Pak Fuad baru sekitar 10 bulan sebagai pendamping PKH di Serdang Bedagai dikarenakan pendamping sebelumnya memutuskan untuk tidak melanjutkan kontrak kerja dengan PKH. Alasan mengapa Pak Fuad menjadi pendamping PKH karena ia ingin membantu masyarakat miskin atau keluarga miskin untuk memperbaiki kehidupannya.

Sebagai pendamping baru, Pak Fuad masih beradaptasi dengan masyarakat peserta PKH yang Ia damping dan sejauh ia melakukan pendampingan Ia tidak menemukan kendala dalam bekerja. Namun, karena masih baru Ia belum melakukan pemberdayaan kepada masyarakat peserta PKH yang Ia damping. Rencana – rencana masih didalam kepalanya namun belum terealisasikan. Ini dikarenakan Pak Fuad sebagai pendamping baru harus beradaptasi dan melanjutkan tugas pendamping sebelumnya yang masih di pemutakhiran data


(32)

KSM untuk memperbarui data peserta PKH. Pak Fuad masih di sibukkan dengan tugas pendataan KSM untuk di usulkan menerima Kartu Keluarga Sejahtera (KKS), Kartu Indonesia Sehat (KIS) dan menyusul Kartu Indonesia Pintar (KIP) yang keseluruhan bantuan tersebut adalah Program Kebijakan Presiden Jokowi. Ini yang menjadi alasannya belum melakukan kegiatan pemberdayaan apapun pada KSM dampingannya.

3. Informan Ketiga (Pendamping PKH)

Nama : Asmawati Hasibuan, SE Jenis Kelamin : Perempuan

Usia : 45 Tahun

Alamat : Jl. Waringin gg. Manggis Perbaungan Mendampingi di Kecamatan : Pantai Cermin

Ibu Asmawati merupakan aktivis perempuan dari berbagai LSM salah satunya LSM Lembaga Pendidikan dan Ekonomi Kerakyatan yang sudah berpengalaman melakukan pendampingan dan sudah biasa membentuk kelompok - kelompok perempuan sehingga saat terbukanya peluang kerja sebagai pendamping PKH dari Kementrian Sosial Ia merasa bahwa ini merupakan pekerjaannya sehari – hari sehingga ia bisa menerapkan ilmu dan pengalamannya di LSM pada peserta PKH terutama untuk para perempuan karena PKH ini diberikan kepada KSM yang di wakili oleh para Ibu Rumah Tangga.

Sebagai aktivis yang juga berasal dari organisasi – organisasi perempuan, Bu Asmawati ingin lebih memberdayakan kaum perempuan peserta PKH oleh sebab itu setiap kali ada pelatihan atau seminar – seminar di LSM atau Organisasi nya Bu Asmawati juga turut mengajak perempuan KSM dampingannya untuk


(33)

mengikuti kegiatan tersebut untuk meningkatkan SDM mereka. Namun tidak semua ibu – ibu KSM diajak oleh beliau, hanya diwakilkan oleh setiap ketua kelompok saja. Kegiatan – kegiatan itu antara lain seperti seminar tentang HIV/AIDS, tentang politik, kebijakan birokrasi, dan lain sebagainya. Karena itu mereka butuhkan untuk menambah wawasan mereka seperti misalnya seminar yang baru saja di hadiri oleh Bu Asmawati dengan beberapa ketua kelompok KSM yaitu seminar tentang politik, menurut Bu Asmawati sebagai pemilih perempuan, ibu – ibu KSM peserta PKH juga harus cerdas dalam memilih. Kemudian seperti seminar tentang kebijakan birokrasi, para perempuan terutama bagi ibu – ibu KSM juga harus paham mengenai kebijakan pemerintah salah satunya mengenai Program PKH ini.

Bu Asmawati merupakan pendamping PKH yang mendampingi di Kecamatan Pantai Cermin. Menurutnya pendamping PKH ini adalah orang – orang yang memang siap untuk kerja di lapangan. Orang – orang yang memang siap untuk menerima segala tugas baik itu tugas memberdayakan maupun tugas yang datang tiba – tiba dari pusat. Bagi Bu Asmawati jika keadaan ini terjadi seperti tugas pendataan KSM yang harus siap satu hari sedangkan begitu banyak KSM yang harus di datanya juga karena rumah antara 1 kelompok dengan kelompok yang lain berjauhan serta luasnya wilayah dampingannya, Bu Asmawati mengatasinya dengan meminta bantuan suami nya yang juga pekerja sosial namun bukan merupakan pendamping PKH untuk membantunya dalam mendata KSM. Tugas mendadak dari pusat seperti ini yang menjadi kendala nya dalam mengemban tugas sebagai pendamping PKH.


(34)

Tantangan sebagai Pendamping PKH menurut Bu Asmawati adalah ketika harus berhadapan dengan masyarakat dan pemerintah daerah berkaitan dengan PKH ini. PKH ini merupakan sebuah bantuan, masyarakat menganggap bahwa para pendamping lah yang memberikan bantuan, dan data – data penerima berasal dari pendamping. Sehingga pendamping menjadi tempat yang di salahkan karena pemberian bantuan ini belum sepenuhnya tepat sasaran. Padahal para pendamping hanya mendampingi masyarakat dalam menerima bantuan ini.

4. Informan Keempat (Pendamping PKH)

Nama : Tengku Irfa Febriyani, SE Jenis Kelamin : Perempuan

Usia : 35 Tahun

Alamat : Dusun 11 Firdaus Sei Rampah Mendampingi di Kecamatan : Sei Bamban

Ibu Tengku Irfa Febriyani merupakan pendamping PKH yang sudah bekerja hampir tiga tahun di PKH dan mendampingi di wilayah Kecamatan Sei Bamban. Yang memotivasi nya untuk bekerja sebagai pendamping PKH adalah melihat kondisi masyarakat miskin atau KSM yang memprihatinkan sehingga hatinya tergerak untuk ingin membantu mereka melalui Program Keluarga Harapan ini.

Ibu dari satu anak ini menjelaskan bagaimana proses pendampingan yang dilakukan nya yang menghadapi cukup banyak kendala. Yaitu dalam menghadapi masyarakat pedalaman yang tidak memiliki cukup banyakwawasan serta pendidikan mereka yang sangat rendah sehingga sangat sulit untuk membuat mereka paham dengan apa yang dimaksud atau di sampaikan oleh Ibu Irfa. Juga kendala bahasa yang digunakan oleh masyarakat yang menggunakan bahasa


(35)

daerah sehingga cukup sulit untuk menjalin komunikasi diantara mereka. Ini peneliti lihat ketika peneliti ikut serta dalam pendampingan bersamaIbu Irfa. Belum lagi protes dari masyarakat yang tidak memperoleh bantuan PKH kepadanya yang membuatnya tak jarang di hadang oleh masyarakat saat ia melakukan tugas pendampingan. Dalam mengendalikan masalah ini Bu Irfa berusaha menjalin komunikasi yang baik dengan masyarakat yang tidak mendapat bantuan, namun satu hal yang tidak boleh dilakukan oleh pendamping yaitu memberikan janji kepada masyarakat.

Pemberdayaan yang dilakukan oleh Bu Irfa tidak kepada seluruh kelompok KSM dampingannya. Ia mengatakan tidak semua masyarakat mau mengadakan kegiatan – kegiatan pemberdayaan. Karena mereka sangat menyayangkan waktu mereka uantuk kegiatan tersebut yang seharusnya waktu mereka bisa digunakan untuk bekerja. Meskipun Bu Irfa sudah menjelaskan bahwa kegiatan – kegiatan itu cukup penting, namun tetap saja mereka tidak ingin melakukannya. Dalam hal ini pendamping tidak boleh memaksakan harus melakukan kegiatan pemberdayaan. Semua dikembalikan lagi kepada kelompok KSM.

5. Informan Kelima (Pendamping PKH)

Nama : Nurmala, SPd

Jenis Kelamin : Perempuan

Usia : 30 Tahun

Alamat : Dusun 3 Pasar Baru, Teluk Mengkudu Mendampingi di Kecamatan : Teluk Mengkudu

Ibu Nurmala merupakan pendamping PKH yang mendampingi di wilayah Kecamatan Teluk Mengkudu. Kecamatan Teluk Mengkudu merupakan kecamatan


(36)

yang wilayahnya di sekitar pantai. Melihat masyarakat Teluk Mengkudu yang membutuhkan bimbingan menjadi alasan mengapa Bu Nurmala menjadi pendamping PKH dan PKH menunjang untuk hal itu walaupun sebenarnya PKH belum mencakup seluruh KSM karena masih ada masyarakat miskin yang tidak terdaftar sebagai penerima bantuan PKH.

Kendala dalam melakukan pekerjaan sosial ini bagi Bu Nurmala adalah luasnya wilayah yang didampinginya karena cukup jauh lokasi dampingan dengan jalan besar (Jalan Negara). Lokasi ini didapatnya karena sebelum menikah Bu Nurmala memang tinggal di Kecamatan Teluk Mengkudu. Karena pendamping PKH memang mendapatkan lokasi dampingan di sekitar tempat tinggal mereka. Namun setelah menikah Bu Nurmala tinggal di Kecamatan Sei Bamban. Sedangkan jarak antara Kecamatan Sei Bamban dengan Kecamatan Teluk Mengkudu sangat jauh. Selain itu protes dari masyarakat yang tidak mendapat bantuan juga menjadikan Bu Nurmala untuk pintar – pintar dalam menangani masalah tersebut. Hal ini sebenarnya tidak dialami oleh Bu nurmala saja. Tetapi juga terjadi kepada seluruh Pendamping PKH.

Pemberdayaan yang dilakukan oleh Bu Nurmala kepada KSM dampingannya dengan memanfaatkan potensi yang ada di lokasi tempat ia damping. Namun tidak sesuai lokasi memiliki potensi untuk di kembangkan. Hal ini menjadi tantangan nya untuk bagaimana kegiatan itu tetap ada.


(37)

6. Informan Keenam (Pendamping PKH)

Nama : Nurjannah Am.Keb

Jenis Kelamin : Perempuan

Usia : 23 Tahun

Alamat : Dusun 2 Silau Rakyat Mendampingi di Kecamatan : Tanjung Beringin

Sama seperti Pak Fuad, Bu Nurjannah juga merupakan pendamping baru di PKH Serdang Bedagai. Karena itu ia masih proses adaptasi dengan lokasi dan KSM dampingannya. Berlatar belakang pendidikan kebidanan membuat Bu Nurjannah ingin membantu para KSM khususnya di bidang kesehatan Karena PKH ini merupakan bantuan dibidang kesehatan dan pendidikan. Ia ingin membantu masyarakat miskin atau KSM agar memperoleh hak kesehatan melalui Program Keluarga Harapan ini.

Pada awal menjadi pendamping PKH, Bu Nurjannah masih di bimbing oleh pendamping sebelumnya dalam menjalankan tugas pendampingan. Ia hanya melanjutkan apa yang sudah ada yang di laksanakan oleh pendamping sebelumnya yang pada saat itu masih tahap verifikasi dan pemutakhiran data. Bertempat tinggal di Desa Silau Rakyat yang letaknya cukup jauh dari kota, dan juga jauh dari lokasi pendampingan menjadi tantangan tersendiri bagi Bu Nurjannah.

Kegiatan – kegiatan yang dilakukan oleh Bu Nurjannah dalam menggali potensi SDM para ibu – ibu KSM belum begitu banyak dikarenakan masih menjadi pendamping baru. Namun Bu Nurjannah tetap berusaha melakukan pelatihan – pelatihan dalam membuat berbagai produk pada KSM agar bermanfaat bagi mereka untuk menjadi modal yang bisa mereka kembangkan.


(38)

7. Informan Ke tujuh (Peserta PKH)

Nama : Aminem

Jenis Kelamin : Perempuan

Usia : 43 Tahun

Alamat : Wonosari dusun 5 Pantai Cermin Komponen Bantuan PKH : Kesehatan Dan Pendidikan

Ibu Aminem merupakan peserta PKH yang telah menerima bantuan selama hampir 3 tahun dimulai saat pertama kali PKH diluncurkan di Kabupaten Serdang Bedagai. Beliau memperole komponen bantuan PKH di bidang kesehatan dan pendidikan. Di bidang pendidikan beliau mendapatkan bantuan dari komponen anak SD sebanyak 2 orang dan di bidang kesehatan bantuan yang didapatkannya dari komponen balita 1 orang. Keseharian Bu Aminem adalah sebagai ibu rumah tangga.Adanya bantuan PKH ini sangat membantu sekali bagi keluarga Bu Aminem. Beliau jadi bisa memperbaiki pendidikan anak – anaknya dengan memberikan fasilitas yang baik juga bisa memperhatikan kesehatan anak – anaknya. Beliau berharap agar bantuan ini bisa terus berlangsung dan pemerintah bisa menaikkan jumlah bantuan yang di berikan.

8. Informan Ke delapan (Peserta PKH)

Nama : Salbiah

Jenis Kelamin : Perempuan

Usia : 36 Tahun

Alamat : Dusun 3 Kota Pari Pantai Cermin Komponen Bantuan PKH : Kesehatan dan Pendidikan

Ibu Salbiah merupakan peserta PKH yang mendapatkan 3 komponen bantuan yaitu bantuan pendidikan untuk anak SD sebanyak 1 orang, SMA sebanyak 1 orang, dan di bidang kesehatan untuk anak balita sebanyak 1 orang. Ibu Salbiah


(39)

hanya seoarang ibu rumah tangga. Bantuan PKH ini sangat membantu nya dalam membiyayai pendidikan anak – anaknya. Juga kegiatan yang diadakan pendamping PKH membuatnya menjadi memiliki kegiatan di saat waktu nya senggang.

Kegiatan membuat anyaman tikar juga cukup membantunya untuk mendapatkan penghasilan tambahan. Peserta PKH di Kota Pari memang banyak yang melakukan kegiatan produksi anyaman tikar. Selain anyaman tikar, kegiatan yang dilakukan oleh pendamping membuatnya menjadi memiliki wawasan mengenai berbagai hal. Karena pendamping PKH sering mengajak nya mengikuti pelatihan atau seminar tentang berbagai hal.

9. Informan Ke sembilan (Peserta PKH)

Nama : Martha br.Limbong

Jenis Kelamin : Perempuan

Usia : 33 Tahun

Alamat : Tanah Merah, Sei Bamban Komponen Bantuan PKH : Kesehatan dan Pendidikan

Ibu Marta br. Limbong merupakan peserta PKH di wilayah Kecamatan Sei Bamban tepatnya di Desa Gempolan. Beliau memperoleh bantuan di bidang pendidikan untuk anak SD sebanyak 1 orang, dan di bidang kesehatan untuk balita sebanyak 1 orang. Bantuan PKH ini menurutnya sangat membantu sekali dalam pendidikan dan kesehatan anak – anaknya. Keseharian Bu Marta adalah sebagai petani membantu suami nya. Sehingga beliau terkadang tidak sempat untuk mengikuti kegiatan yang dilakukan oleh pendamping begitu juga dengan pertemuan kelompok. Karena menurutnya waktunya lebih baik digunakan untuk


(40)

bekerja agar memperoleh penghasilan. Namun bukan berarti beliau tidak setuju jika ada berbagai kegiatan yang dilakukan oleh pendamping PKH.

10.Informan Ke sepuluh (Peserta PKH)

Nama : Nuraifa

Jenis Kelamin : Perempuan

Usia : 45 Tahun

Alamat :Jln. Perintis Kemerdekaan Tanjung Beringin Komponen Bantuan PKH :Pendidikan

Ibu Nuraifa adalah peserta PKH yang memperoleh bantuan PKH di bidang pendidikan dengan komposisi komponen anak SD 1 orang dan SMA 1 orang. Ibu rumah tangga ini menjadi peserta PKH sejak tahun 2013. Bantuan ini sangat membantu bagi pendidikan anak – anaknya karena jika mengandalkan gaji suami nya yang hanya seorang nelayan saja tidak cukup. Sebagian besar suami para peserta PKH yang tinggal di Kecamatan Tanjung Beringin berprofesi sebagai nelayan karena Tanjung Beringin berada di kawasan pantai.

Dengan adanya Program Keluarga Harapan ini, selain sangat membantu juga dapat menciptakan berbagai kegiatan bagi Ibu Nuraifa. Beliau berharap agar bantuan ini tetap ada dan lebih tepat sasaran karena masih ada tetangganya yang sangat butuh bantuan ini tetapi tidak terdaftar sebagai penerima bantuan PKH.

11.Informan Ke sebelas (Peserta PKH)

Nama : Nurlela Simorangkir Jenis Kelamin : Perempuan

Usia : 40 Tahun

Alamat : Dusun 2 Desa Sialang Buah Komponen Bantuan PKH : Kesehatan


(41)

Ibu Nurlela merupakan peserta PKH yang memperoleh bantuan di bidang pendidikan dengan komposisi anak SD 2 orang dan anak SMP 1 orang. Menjadi perangkat desa membuat UPPKH bimbang apakah Ibu Nurlela berhak mendapat bantuan atau tidak karena menurut data statistik Ibu Nurlela masuk dalam peserta PKH. Namun Ibu Nurlela menjelaskan bahwa menjadi perangkat desa bukan berarti kehidupannya lebih baik. Ibu Nurlela membuktikannya dengan memperlihatkan rumahnya yang nyaris roboh.

Aktif di perangkat desa, membuat Bu Nurlela memiliki wawasan yang bisa dibagikan pada teman – teman peserta PKH lainnya. Hal ini membuat Bu Nuelela dipilih sebagai ketua kelompok PKH oleh teman – temannya. Bersama pendamping, dia menyemangati teman – temannya bahwa sebagai ibu rumah tangga juga bisa melakukan sesuatu yang bisa menghasilkan. Karena menurutnya mereka tidak bisa hanya mengandalkan penghasilan suami dari melaut. Karena suami mereka juga tidak setiap hari melaut. Apabila cuaca buruk maka suami mereka tidak bekerja. Saat bekerja pun belum tentu mereka memperoleh hasil tangkapan ikan yang banyak. Oleh karena itu, Bu Nurlela berusaha untuk bagaimana para ibu – ibu peserta PKH ini bisa melakukan kegiatan yang menghasilkan sesuatu yang memiliki nilai ekonomis.

4.3. Analisa Perkembangan Program Keluarga Harapan Di Serdang Bedagai.

Pelaksanaan Program Keluarga Harapan di Indonesia dimulai sejak Tahun 2007, di Sumatera Utara dimulai sejak tahun 2008 dan di Kab. Serdang bedagai


(42)

sendiri baru dimulai pada Tahun 2013. Pelaksanaan PKH di Kab. Serdang Bedagai diawali dengan pengajuan usulan daerah, tanpa adanya usulan proposal dari pemerintah Kabupaten Serdang Bedagai, maka program PKH tidak akan dilaksanakan di Kabupaten Serdang Bedagai. Pada Tahun 2013, jumlah kecamatan awal wilayah PKH di Kab. Serdang Bedagai sebanyak 12 Kecamatan dari 17 Kecamatan sehingga masih ada 5 kecamatan yang belum menjadi wilayah PKH (30%). Pada Tahun 2014 penambahan 4 Kecamatan pengembangan yakni Kecamatan Dolok Merawan, Bintang Bayu, Silinda dan Pegajahan. Sehingga keseluruhan kecamatan di Kab. Serdang bedagai yang tersentuh Program Keluarga Harapan (PKH) hingga saat ini berjumlah 16 kecamatan. Di Tahun 2016 ini di Kabupaten Serdang Bedagai masih menyisakan 1 Kecamatan lagi yang belum tersentuh Program Keluarga Harapan yaitu Kecamatan Kotarih yang saat ini sudah diajukan ke Kementerian Sosial untuk mendapatkan Program Keluarga Harapan (PKH).

Di tahun ketiga, peserta PKH di Kab. Serdang bedagai berjumlah 7667 KSM dengan total keseluruhan dana bantuan Program Keluarga Harapan yang masuk ke Kabupaten Serdang Bedagai hingga Tahun ketiga ini mencapai 42 Milyar Rupiah. Manfaat yang secara langsung dapat dirasakan oleh RTSM adalah terbantunya pendapatan keluarga sangat miskin yang selama ini tidak tercukupi melalui bantuan tunai bersyarat (UPPKH, 2016).


(43)

Tabel 14.

Kecamatan di Kab. Serdang bedagai yang merupakan pelaksana Program Keluarga Harapan (PKH) dari Tahun 2013-2016.

No Kecamatan Jumlah Desa

Jumlah Kecamatan

Tahun

Pengembangan Keterangan

1 Sei Bamban 9 534 2013

2 Sipispis 19 442 2013

3 Dolok Masihul 25 425 2013

4 Tebing

Syahbandar 10 219 2013

5 Sei Rampah 14 685 2013

6 Teluk

Mengkudu 12 972 2013

7 Pantai Cermin 12 725 2013

8 Tanjung

Beringin 8 1483 2013

9 Bandar

Khalifah 5 609 2013

10 Tebing Tinggi 14 251 2013

11 Serbajadi 9 159 2013

12 Perbaungan 28 678 2013

13 Dolok

Merawan 13 113 2014

14 Bintang Bayu 19 121 2014

15 Pegajahan 13 115 2014

16 Silinda 9 136 2014

17 Kotarih 0 0

Belum Wilayah PKH


(44)

0 5 10 15 20

2013

2014

2015

2016

12 16 16

16

Ju

m

lah

K

ec

am

at

an

Tahun

Grafik 2.

Perkembangan Kecamatan terjangkau PKH di Kab. Serdang Bedagai

Jumlah 219 7667

Sumber: Laporan PKH Serdang Bedagai 2013-2016

Berdasarkan grafik di atas, terlihat bahwa sejak tahun 2014 hampir semua Kecamatan di Kabupaten Serdang Bedagai sudah terjangkau PKH. Dari 17 Kecamatan yang ada di Kabupaten Serdang Bedagai, hingga tahun 2016 hanya Kecamatan Kotarih yang belum terjangkau program ini. Semakin meningkatnya jumlah Kecamatan yang dijangkau PKH tentunya mempengaruhi jumlah RTSM yang memanfaatkan program ini.

4.3.1. Jumlah Keluarga Sangat Miskin (KSM) Program Keluarga Harapan Di Kabupaten Serdang Bedagai

Sepanjang tahun 2013, pelaksanaan Program Keluarga Harapan di Kab. Serdang bedagai Provinsi Sumatera Utara berjalan lancar. Pada tahun ini jumlah kecamatan menjadi 16 (Enam Belas) lokasi implementasi Program Keluarga Harapan yang sebelumnya hanya 12 (Dua Belas) Kecamatan. Pengembangan 4


(45)

Kecamatan lokasi PKH merupakan bagian dari kepercayaan UPPKH Pusat dan UPKKH Provinsi Sumatera Utara mengembangkan PKH di Kabupaten Serdang Bedagai hingga sisa 1 kecamatan yang belum menjadi wilayah PKH.

Tabel 15.

Jumlah Penerima PKH di Kabupaten Serdang Bedagai per-Kecamatan

No Kecamatan Jumlah KSM

1 Pegajahan 115

2 Tebing Tinggi 251

3 Perbaungan 678

4 Dolok Merawan 113

5 Bintang Bayu 121

6 Silinda 136

7 Sipispis 443

8 Bandar Kahlifah 609

9 Pantai Cermin 725

10 Sei Rampah 685

11 Teluk Mengkudu 972

12 Dolok Masihul 425

13 Serbajadi 159

14 Tanjung Beringin 1483

15 Sei Bamban 534

16 Tebing Syahbandar 218

Jumlah 7667


(46)

Tabel 16.

Data Perkembangan Komponen PKH Tahun 2013-2016.

T a h u n T a h a p K S M Jumlah Komponen Jumlah Opera-tor S D S M P S M A Ibu

Hamil Balita

Jumlah Penda mping

2013 IV 7337 9493 3226 0 375 5695 30 2

2014

I 7402 9523 3264 0 278 5953 29 2

II 7746 10109 3988 0 309 5551 29 2

III 7393 9513 3263 0 325 6057 33 2

IV

7305 9491 3690 0 243 5124

33

2 488 654 237 0 8 313

2015

I 7750 10118 3996 0 302 5476 31 2

II 7747

10109 3988 1304 309 5551

31

2

0 0 1304 0 0

III 7741 10101 4012 1337 323 5537 34 2

IV 7709 9893 4447 1778 349 4634 34 2

2016 I 7667 9823 4358 1928 293 4633 34 2 Sumber: Laporan PKH Serdang Bedagai 2013-2016


(47)

0

7402 7750 7667

7337 7793 7709

0 1000 2000 3000 4000 5000 6000 7000 8000 9000

2013 2014 2015 2016

J um la h R T SM Tahun Grafik 3.

Perkembangan Jumlah RTSM PKH Kab. Serdang Bedagai Tahun 2013-2016

Tahap I Tahap II Tahap III Tahap IV

Berdasarkan grafik di atas, terlihat penambahan jumlah RTSM pada Tahap IV Tahun 2014. Hal ini dikarenakan pada tahun tersebut terdapat pengembangan 4 kecamatan pada program ini, di mana jika pada tahun 2013, Kecamatan yang terjangkau masih berjumlah 12 Kecamatan maka pada tahun 2014 dilakukan pengembangan dengan penambahkan empat Kecamatan baru sehingga menjadi 16 Kecamatan. Pertambahan ini tentunya secara langsung akan berpengaruh juga terhadap jumlah awal RTSM PKH di Kabupaten Serdang Bedagai.

Pada tahun 2013 realisasi penyaluran bantuan di Kabupaten Serdang Bedagai pertama kali dilakukan dilakukan di Tahap IV. Yang dianggarkan kepada 7.337 RTSM/KSM berdasarkan Validasi yang dilakukan pendamping, anggaran yang dialokasikan sebesar Rp. 5.208.225.000 yang dilakukan di 12 Kecamatan. Pada Tahun 2014 di lakukan 4 Kali penyaluran Bantuan PKH. Pada Tahap IV Tahun 2014 PKH di Serdang Bedagai mengalami pengembangan 4 Kecamatan baru penerima PKH.


(48)

Penyaluran Bantuan PKH di Kabupaten Serdang Bedagai dilakukan di Kantor Pos dan 2 Kecamatan (Kecamatan Sei Bamban dan

Kecamatan Tanjung Beringin) dilakukan secara

Komunitas (Dikantor Desa / Kantor Camat).Apabila terdapat Dana bantuan yang sudah dianggarkan oleh UPPKH Pusat namun tidak diambil oleh penerima bantuan PKH (KSM) maka pendamping/Kantor Pos wajib membuat laporan dan mengembalikan uang bantuan tersebut ke Kas Negara.

Setelah dilakukan penyaluran bantuan, pendamping harus mengarahkan dan memantau penggunaan dana PKH agar penggunaan dana PKH di fokuskan untuk keperluan pendidikan, kesehatan dan kebutuhan pokok anak dan keluarga. Program Keluarga Harapan (PKH) tidak hanya memberikan pendampingan di bidang sosial akan tetapi juga di bidang pendidikan dan Kesehatan.

4.4. Peran Pendamping Program Keluarga HarapanDalam Pemberdayaan Masyarakat.

Jumlah pendamping di Kabupaten Serdang Bedagai adalah 34 Pendamping 2 operator. Kegiatan internal dengan pendamping secara rutin dilakukan pertemuan bulanan antara Koordinator Kabupaten (Korkab), Operator, pendamping, Ketua UPPKH Kabupaten Serdang Bedagai dan UPPKH Provinsi, Pertemuan kelompok antara Pendamping dan KSM, Pemutahiran data, Verifikasi Fasilitas kesehatan –


(49)

Fasilitas pendidikan, dan penyaluran Bantuan PKH yang dilakukan per Tiga Bulan. Pendamping harus melakukan pertemuan rutin dengan kelompok dampingannya guna membantu masyarakat dampingannya mendapatkan akses layanan pendidikan dan kesehatan serta mempersiapkan masyarakat dampingannya untuk keluar dari kategori keluarga sangat miskin.

Tabel 17.

Nama Pendamping dan Lokasi Dampingan di Kabupaten Serdang Bedagai

No Nama Lokasi Pendampingan

1 Sulaiman, S.Pd Koordinator Kabupaten 2 Eka Syahputra S.Psi Silinda

3 Ayu Irmayani SST Bintang Bayu 4 Dian Mayasari Sitanggang S.Pd Dolok Merawan 5 Sri Wahyuni S.Pdi Tebing Syahbandar

6 Surya Darma SE Pegajahan

7 Dian Br. Tarigan S.Sos Sipispis 8 Friska Winati Sianturi S.Sos Sipispis

9 Budiman S.Pdi Sei Rampah

10 Nofita Br. Sitepu S.sos Sei Rampah 11 Zulkifli Hsb SE Sei Rampah

12 Indra Gunawan Sei Bamban

13 Tengku Irfa Febriani SE Sei Bamban 14 Bima Ayu Sitepu Am.Keb Dolok Masihul 15 Rika Nopita Am.Keb Dolok Masihul 16 Novita Natalia SP Teluk Mengkudu

17 Nurmala S.pd Teluk Mengkudu

18 Zulfikri Habib Nst. S.Pd Teluk Mengkudu 19 Ike Trisnawati Mardiana STP Tebing Tinggi 20 Nurdiansyah Amd.Kom Serbajadi


(50)

21 Abdul Hadi S.Sos Perbaungan 22 Rani Parlina Am.Keb Perbaungan 23 Suci Addhayati Hrp. Am.Keb Perbaungan 24 Asmawati Hsb. SE Pantai Cermin 25 Suprayetno S.Kom Pantai Cermin 26 Fuad Azizi SH Pantai Cermin 27 Indranisah S.Pdi Bandar Khalifah 28 Rahmiyani Jannah S.Pd Bandar Khalifah 29 Zulkifli Qodri Hrp. M.pd Bandar Khalifah 30 Emma Siswanti Jupri Pagan A.md Tanjung Beringin 31 Erwin Eko Putra SE Tanjung Beringin 32 Nurdiann Suraiya S.Si Tanjung Beringin 33 Wagino Firto Spd Tanjung Beringin 34 Nur Jannah Am.Keb Tanjung Beringin

Pendamping akan melakukan pertemuan kelompok pada setiap bulannya, melakukan pemuktahiran data dan serta juga melakukan sosialisasi PKH pada tingkat layanan service provider. Secara formal sosialisasi PKH pada layanan fasilitas kesehatan dan fasilitas pendidikan juga dilakukan dalam upaya meningkatkan pemahaman layanan ini terhadap akses yang harus diberikan kepada seluruh KSM penerima bantuan PKH.

Kegiatan formal peningkatan kapasitas pendamping juga dilakukan melalui kegiatan Bimbingan teknologi, kegiatan ini difokuskan pada inventarisir permasalahan Pendamping, dan kemudian dilakukan pembahasan. Beberapa point yang sering menjadi topik dalam hasil diskusi terkait dengan pemuktahiran data, Data PKH dan dukungan layanan kesehatan dan pendidikan.


(51)

Seperti yang telah dipaparkan dalam bab sebelumnya, pendamping juga mempunyai tugas yang telah ditetapkan di dalam pedoman pokok pendamping PKH. Selanjutnya pendamping juga mempunyai tugas yaitu menumbuhkan sikap mandiri pada KSM yang didampinginya. Hal ini tentunya sangat dibutuhkan oleh para KSM agar KSM bisa lebih produktif dan tidak hanya mengandalkan bantuan yang diberikan oleh pemerintah. Pemberdayaan yang dilakukan menurut pendamping wajib mereka lakukan seperti yang diungkapkan oleh Ibu Asmawati Hsb, S.E berikut:

“…Wajib. Pendamping PKH itu wajib mempunyai pengetahuan bagaimana meningkatkan SDM dampingannya masyarakat miskin ini. Jadi meningkatkan SDM mereka itu penting bukan hanya sekedar jadi pendamping, jadi bagaimana meningkatkan SDM nya, peluang usaha nya, meningkatkan ekonomi nya, jadi ini adalah tugas wajib, kalau tidak wajib saya pikir itu kan jadi kerja nya nunggu gaji aja lah yakan, karena memang syarat pemberdayaan masyarakat mereka ini harus punya pengalaman untuk pemberdayaan masyarakat, memberdayakan ya bukan memperdaya, beda juga…” (Hasil Wawancara 18 Mei 2016)

Sejalan dengan Bu Asmawati yang menganggap pemberdayaan itu wajib dilakukan oleh setiap pendamping agar kualitas SDM para KSM meningkat dengan menangkap peluang usaha agar meningkat pula ekonomi nya, Bu Nurmala selaku Pendamping PKH juga berpendapat yang sama seperti yang di ungkapkannya berikut:

“…Wajib lah. Memang harus itu tugasnya, supaya bisa lebih meningkatkan taraf hidup. Kita dorong juga masyarakatnya supaya buat kreatifitas biar menghasilkan sendiri. Ibaratnya kan gak ngasi ikannya, ngasi pancing nya gitu…”(Hasil wawancara 20 Mei 2016)


(52)

Dalam hal ini, pemberdayaan yang dilakukan pendamping sebenarnya merupakan suatu kewajiban. Karena penting untuk meningkatkan kualitas SDM pra KSM, yang tentunya hal ini berada di tangan para pekerja yang seharunya sudah ada pengalaman dalam hal pemberdayaan. Jadi pendmping tidak hanya sekedar menunggu gaji dalam bekerja. Meskipun begitu tidak semua pendamping melakukan pemberdayaan dikarenakan faktor – faktor tertentu. Seperti yang di ungkapkan oleh Pak Fuad Azizi, SH berikut:

“…Seharusnya wajib. Karena kita juga memberi mereka supaya ada kegiatan sama penghasilan juga..” (Hasil wawancara 18 Mei 2016)

Namun karena masih pendamping baru, Pak Fuad belum melakukan kegiatan apapun. Pak Fuad masih di sibukkan dengan pemutakhiran data dan adaptasi dengan masyarakat KSM dan lokasi dampingannya serta meninjau potensi apa yang dapat dikembangkan. Kegiatan pemberdayaan ini tidak hanya inisiatif para pendamping saja. Para KSM juga antusias akan adanya pemberdayaan bagi mereka. Kegiatan – kegiatan yang bersifat produktif juga sangat diinginkan mereka. Karena setiap kegiatan yang akan dilakukan oleh para pendamping dikembalikan lagi kepada KSM apakah mereka mau membuat kegiatan – kegiatan tersebut atau tidak. Seperti Ibu Aminem yang antusias agar diadakannya pemberdayaan di daerah mereka karena belum adanya kegiatan yang dilakukan oleh pendamping. Berikut pemaparan Bu Aminem selaku peserta PKH:

“…Belum ada kegiatan apa – apa. Karena pendamping nya ganti – ganti aja. Satu tahun ganti, satu tahun ganti, udah tiga kali ganti. Ini lah kami mau ngurus lagi kayaknya biar ada kegiatan gitu. Kemaren mau bikin usaha kelompok. Biar ada


(53)

usaha nya, kayak emping, udah buat proposal juga kami..”(Hasil wawancara 18 Mei 20016)

Dari hasil pemaparan Ibu Aminem di atas bahwa para peserta juga sebenarnya menginginkan adanya kegiatan untuk menambah keterampilan serta wawasan masyarakat. Terlebih lagi jika kegiatan tersebut mendapatkan pemasukan bagi mereka.

Kegiatan pemberdayaan menjadi tugas wajib bagi pendamping PKH. Pengawasan dari koordinator terhadap kerja para pendamping membuat para pendamping tidak bisa untuk tidak melakukan tugas mereka dengan serius. Karena setiap kegiatan ataupun saat para pendamping ingin melakukan kegiatan atau pertemuan kelompok, para pendamping harus melaporkan nya kepada koordinator Kabupaten melalui aplikasi WhatsApp, seperti yang di ungkapkan Pak Sulaiman, S.Pd selaku koordinator Kabupaten berikut ini:

“…Dari program yang lain, PKH itu lebih terorganisir, karena tiap hari dia itu lapor. Lagi dimana, mau kemana, misalnya hari ini jam sekian pertemuan disini, itu dia lapor. Nanti misalnya kegiatannya jam 2, nanti jam 8 dia melapor nanti jam 2 pertemuan di desa ini, yaudah itu laporannya. Jadi nanti beberapa titik kita datangi, tapi gak semua hanya yang bisa kita jangkau aja..”(Hasil wawancara 24 Mei 2016).

Dari laporan itu kemudian koordinator mendatangi para pendamping yang melakukan kegiatan. Namun tidak semua lokasi yang didatangi. Hanya yang bisa terjangkau saja karena mengingat luasnya Kabupaten Serdang Bedagaidank arena tidak setiap hari para pendamping melakukan pertemuan kelompok.


(54)

4.4.1. Pemanfaatan Potensi Lokal Dalam Kegiatan Pemberdayaan.

Pemberdayaan masyarakat diupayakan melalui pemberian fasilitas, dorongan atau bantuan kepada masyarakat pedesaan dalam memanfaatkan sumber daya alam secara lestari. Potensi daerah adalah segala kemampuan yang ada pada suatu daerah yang dapat dikembangkan. Serdang Bedagai merupakan daerah dimana terdapat area persawahan, pesisir pantai, dan perkebunan.

Program Keluarga Harapan sebagai program bantuan tunai bersyarat yang juga memberikan kegiatan pemberdayaan berupa kegiatan – kegiatan pelatihan atau kegiatan produksi salah satunya dengan memanfaatkan sumber daya alam sekitar di Kabupaten Serdang Bedagai. Dengan memanfaatkan potensi SDA lokal, para pendamping berusaha memberdayakan masyarakat peserta PKH dengan melakukan kegiatan – kegiatan produksi. Namun tidak hanya memanfaatkan potensi yang ada di daerah lokal, pendamping juga berusaha melakukan pemberdayaan terhadap KSM yang tinggal di daerah yang tidak memiliki potensi lokal untuk dikembangkan.

Segala bentuk kegiatan produksi yang dilakukan oleh pendamping PKH saat ini telah diwacanakan dalam suatu kelompok usaha yang disebut Kelompok Usaha Bersama (KUBE PKH) seperti yang di ungkapkan Bapak Sulaiman, S.Pd selaku koordinator Pendamping PKH berikut:

“…Pemberdayaan itu dia di akhir. Dia sebenarnya tugas pokok nya bagaimana masyarakat yang gak mampu jadi mampu. Bagaimana konsepnya itu makanya di akhir. Di perjuangkan dulu yang wajib – wajib dulu. Pemberdayaan itu di KUBE. Tujuan pemberdayaan potensi daerah itu kemandirian ekonomi kan, jadi itu larinya kan ke KUBE. Makanya sekarang pendamping larinya ke KUBE. Jadi sekarang mereka mau bergerak di mana, di bidang apa, itu


(55)

terserah dari masyarakatnya. Pendamping tugas nya mendampingi mereka mau apa”(Hasil Wawancara 20 Mei 2016)

KUBE PKH mulai di uji coba pada tahun ini yang beranggotakan 10 orang peserta PKH di setiap KUBE. Jadi produk – produk hasil kreatifitas peserta PKH baik itu yang memanfaatkan potensi daerah atau tidak di masukkan ke dalam KUBE tersebut. Namun, apapun yang ingin di kembangkan dan dijadikan usaha di dalam KUBE dikembalikan lagi kepada keinginan dari masyarakat peserta PKH itu sendiri. Dalam kegiatan pemberdayaan, disini para pendamping berperan sebagai fasilitator dan pengajar untuk setiap kegiatan yang tidak dikuasai oleh peserta PKH serta ikut andil dalam mempromosikan produk yang dibuat oleh peserta PKH.

4.4.1.1. Kreativitas Pendamping Dalam Melakukan Pemberdayaan. a. Produk – Produk Hasil Pemanfaatan Potensi Lokal.

Sumber Daya Alam yang terdapat di setiap daerah di Kabupaten Serdang Bedagai coba di manfaatkan oleh para pendamping untuk memberdayakan para KSM peserta PKH. Hal ini dimaksudkan agar nantinya KSM bisa lebih mandiri lagi ketika mereka sudah tidak lagi menjadi peserta PKH. Produk – produk tersebut di antaranya:

1. Berbagai Produk Hasil Olahan dari Kulit Kerang.

Desa Sialang Buah berada di Kecamatan Teluk Mengkudu tepatnya terletak di daerah pesisir pantai selat malaka. Hal ini dimanfaatkan oleh pendamping


(56)

untuk memproduksi sesuatu yang bernilai ekonomis tentunya melalui tangan – tangan kreatif para KSM.

Gambar tersebut merupakan produk hasil kreatifitas peserta PKH di Kecamatan Teluk Mengkudu.

Produk hasil olahan kulit kerang tersebut tidak hanya dibuat oleh masyarakat desa Sialang Buah yang letaknya di pesisir pantai, tetapi juga masyarakat di Kecamatan Tanjung beringin. Masyarakat dan pendamping mencoba memanfaatkan kulit kerang dan kemudian mengubah nya menjadi sesuatu yang indah berupa bunga, burung, tempat tisu, miniatur kura – kura, dan lain sebagainya. Kulit kerang yang diperoleh berasal dari pengepul kulit kerang, atau masyarakat yang mencari langsung di pantai. Kulit kerang yang diperoleh dari pengepul dibeli masyarakat dengan harga yang lebih murah. Biasanya mereka menghargai kulit kerang yang dibeli dari para pengepul dengan harga sekitar Rp. 10.000 atau lebih tergantung banyaknya kulit kerang. Banyaknya kulit kerang juga tidak dihitung berdasarkan berat tetapi tergantung banyaknya kulit kerang saja. Dahulu hanya kulit kerang kipas saja yang mereka gunakan sebagai

Foto 3. Beberapa hasil kreatifitas peserta PKH di Kecamatan Teluk Mengkudu

Foto 4. Produk - Produk Yang Berbahan Kulit Kerang


(57)

bahan dasar untuk membuat kerajinan. Namun saat ini semua jenis kulit kerang bahkan cangkang siput juga mereka gunakan sebagai bahan dasar untuk membuat kerajinan.

Berbagai jenis karya kerajinan ini mereka buat tanpa adanya pelatihan khusus. Pendamping hanya memfasilitasi apa yang ingin di buat masyarakat. Apa yang mereka buat adalah benar hasil karya masyarakat yang kreatif karena tidak melalui pelatihan terlebih dulu seperti yang di ungkapkan oleh Ibu Nurlela Simorangkir yang juga peserta PKH berikut:

“…Kami berbuat sebelumnya tanpa pelatihan. Apa yang bisa kami buat, kami buat. Tapi untuk memenuhi standar nantinya kedepan, dan untuk menjalankan program pemerintahan juga karena ada dana sisa kemaren itu dari pemerintah, saya pergunakan itu, kami mengambil pelatihan untuk ini gitu…”(Hasil wawancara 20 Mei 2016)

Pembuat kerajinan kulit kerang tersebut membuat suatu kelompok yang pengrajinnya adalah masyarakat peserta PKH. Namun mereka tidak menutp kesempatan jika ada masyarakat lain diluar peserta PKH yang ingin bergabung dengan mereka. Kegiatan ini dilakukan para ibu – ibu maupun bapak – bapak. Biasanya para ibu – ibu akan melakukan kegiatan ini setelah menyelesaikan pekerjaan rumah tangga mereka atau di waktu – waktu senggang mereka. Dan untuk para bapak – bapak biasanya melakukan kegiatan ini saat mereka sudah pulang melaut atau sedang tidak melaut.

Pembuatan kerajinan kulit kerang ini dimulai dari pencucian kulit kerang dengan cara direndam, kemudian setelah kulit kerang kering, kulit kerang diamplas menggunakan kertas pasir agar terlihat lebih halus. Namun ada juga


(58)

kulit kerang yang langsung diolah tanpa dihaluskan. Tergantung dari bentuk apa yang ingin dibuat. Kemudian setelah selesai dibentuk, kulit kerang tersebut di cat dengan menggunakan cat semprot.Lama pengerjaannya sekitar 1 minggu atau lebih tergantung dari ukuran. Harga yang ditawarkan untuk setiap hasil kerajinan kerang bervariasi. Dimulai dari Rp. 30.000 sampai ratusan ribu rupiah. Tergantung dari jenis bentuk dan ukurannya.

Saat ini hasil kerajinan ini hanya dipajang di pinggir jalan tempat pembuatan olahan kulit kerang. Karena daerah Sialang Buah merupakan daerah wisata sehingga akan banyak orang yang melalui jalan utama di daerah Sialang Buah dan melihat hasil olahan kulit kerang tersebut. Dan apabila ada ada yang ingin membeli hasil kerajinan ini bisa langsung mendatangi tempat produksi kerajinan olahan kulit kerang di Desa Sialang Buah Kecamatan Teluk Mengkudu atau menghubungi pendamping PKH yang mendampingi di Kecamatan Teluk Mengkudu yaitu ibu Nurmala.

2. Miniatur – Miniatur Yang Berasal Dari Bahan Kayu Pohon Rumbia

Gambar disamping merupakan hasil kerajinan yang dibuat oleh peserta PKH di Kecamatan Tanjung Beringin tepatnya di desa Pekan Tanjung Beringin yang mayoritas masyarakatnya bersuku melayu. Didampingi oleh pendamping PKH

Ibu Nurjannah, Am.Keb para KSM mencoba memanfaatkan SDA sekitar salah

Foto 5. Miniatur yang berasal dari kayu rumbia


(59)

satunya pohon rumbia yang cukup banyak terdapat di area persawahan di Desa Pekan Tanjung Beringin. Mereka memanfaatkan kayu nya untuk di buat menjadi mainan miniatur yang unik yang memiliki nilai ekonomis.

Salah satu pengrajin kreativitas dari kayu pohon rumbia ini adalah peserta PKH Ibu Sutri. Bahan baku diperoleh dari area persawahan yang terletak di belakang rumahnya. Kayu – kayu rumbia yang diperoleh kemudian dikupas kulit luarnya dan di potong – potong sedemikian rupa tergantung dari bentuk yang akan dibuat. Kayu – kayu tersebut dibentuk dan disatukan dengan cara di lem menggunakan lem tembak dan setelah jadi kemudian hasil dari kerjinan tersebut di cat mengguanakan cat minyak agar terlihat lebih cantik. Berbicara mengenai harga, Bu Sutri belum bisa mematok harga untuk setiap produk. Dia dan suaminya hanya menghitung dari modal bahan – bahannya, bentuk, ukuran, serta tingkat kesulitannya. Untuk bentuk sampan/perahu ukuran yang besar di hargai Rp.200.000 dan yang sedang seharga Rp. 75.000. Saat ini Bu Sutri dan suaminya hanya membuat nya sesuai pesanan pelanggan. Dan apabila ada yang ingin membeli harus memesan jauh – jauh hari karena yang membuat produk tersebut adalah suaminya yang bekerja sebagai nelayan. Sehingga suaminya akan membuat nya apabila sedang tidak pergi melaut. Lama pembuatannya hanya sekitar 1 minggu apabila suami Bu Sutri tidak melaut. Cara pemesanan nya bisa langsung menghubungi Bu Sutri atau pendamping PKH yang mendampingi di Kecamatan Teluk Mengkudu yaitu Ibu Nurjannah atau bisa juga melalui peneliti skripsi ini.


(60)

Selain pohon rumbia, mereka juga memanfaatkan batang lidi yang berada di tengah daun pohon kelapa sawituntuk dibuat menjadi piring, dan memproduksi sapu lidi. Melalui pelatihan yang dilakukan oleh pendamping PKH mereka, Ibu Nurjannah,

mereka belajar bagaimana cara membuat piring yang berbahan dasar batang lidi dari pohon kelapa sawit. Sebagai pendamping baru, Bu Nurjannah belum banyak membuat kegiatan produksi. Tetapi beliau berusaha untuk terus mengembangkan potensi yang ada di Kecamatan Tanjung Beringin untuk membuat kegiatan – kegiatan produksi seperti yang di ungkapkan salah satu peserta PKH di Kecamatan Tanjung beringin, Ibu Nuraifa berikut:

“…Memang belum banyak, masih berbahan dasar lidi. Sapu lidi. Cuma ini masih mau dikembangkan lagi lah…”(Hasil wawancara 19 Mei 2016)

Tidak hanya produk diatas, Bu Nurjannah juga telah membuat kegiatan produksi berbahan dasar kulit kerang seperti yang dilakukan di Kecamatan Teluk mengkudu. Beliau bekerja sama dengan pendamping lain untuk membuat kegiatan serupa kepada KSM di Tanjung Beringin karena letak Kecamatan Tajung Beringin yang juga di sekitar pesisir pantai seperti yang di utarakan Bu Nurjannah berikut ini:

“…Kerajinan kami udah pernah buat, cuma kita masih hanya belajar – belajar saja dulu gitu, belum berkembang. Kita kemarin itu buat yang dari lidi itu, terus sabun. …Ini kan pesisir. Buat kerajinan dari kerang atau apa. Kalau di dusun 3

Foto 6. Produk dari bahan batang lidi kelapa sawit


(1)

vii

DAFTAR GRAFIK

Grafik 1 : Persentase Kemiskinan & Tingkat Pertumbuhan Ekonomi

Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2013-2015……… 8 Grafik 2 : Perkembangan Kecamatan Terjangkau PKH Di

Kabupaten Serdang Bedagai ……… 70 Grafik 3 : Perkembangan Jumlah RTSM PKH Kabupaten Serdang Bedagai


(2)

DAFTAR GAMBAR

Foto 1 : Pembinaan Kube PKH……….. 10

Foto 2 : Proses Pencairan Dana Bantuan ………. 74

Foto 3 : Hasil Kreatifitas Olahan Kulit Kerang Di Kecamatan Teluk Mengkudu ………... 82

Foto 4 : Produk – Produk Yang Berbahan Kulit Kerang ………. 82

Foto 5 : Miniature Yang Berasal Dari Kayu Rumbia ……….. 84

Foto 6 : Produk Yang Berasal Dari Batang Lidi Kelapa Sawit ………….... 86

Foto 7 : Produk Anyaman Tikar Masyarakat Pantai Cermin ……… 87

Foto 8 : Produk Sabun Cuci Piring Cair ……….. 89

Foto 9 : Kegiatan Pembuatan Sabun Cuci Piring Cair Bersama Pendamping PKH ……… 90

Foto 10 : Proses Pembuatan Keset Kaki ……… 91

Foto 11 : Produk Tas Yang Berasal Dari Pelastik ……….. 92

Foto 12 : Produk Bunga Yang Berbahan Dasar Botol Plastik ………... 92

Foto 13 : Miniatur Berbahan Dasar Triplek ……….. 93

Foto 14 : Vas Bunga Berbahan Dasar Kertas Bekas ……….. 94

Foto 15 : Keranjang Berbahan Kertas Koran ………. 95

Foto 16 : Stand PKH Dalam Acara Ulang Tahun Serdang Bedagai 2016…...97

Foto 17 : Pertemuan Rutin Pendamping Dengan Ksm Di Kecamatan Perbaungan ………. 100


(3)

ix

Milik KSM ………. 103 Foto 20 : Kegiatan Pencairan Dana Bantuan PKH ……… 104 Foto 21 : Kegiatan Yang Dilakukan Pendamping Bersama KSM………… 104


(4)

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, yang mana atas segala limpahan rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Skripsi yang berjudul “Peran Pendamping Program Keluarga Harapan (PKH) Dalam Pemberdayaan Masyarakat: Kreatifitas Terhadap Pemanfaatan Potensi Lokal Di Kabupaten Serdang Bedagai”, disusun sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar sarjana pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara. Secara ringkas skripsi ini menarasikan tentang bagaimana kreatifitas pendamping Program Keluarga Harapan dalam memberdayakan peserta PKH dengan memanfaatkan potensi lokal serta bagaimana strategi yang dibangun dalam menjalankan pemberdayaan tersebut.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa tanpa dukungan dari berbagai pihak skripsi ini tidak akan terselesaikan. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar – besarnya kepada seluruh pihak yang telah membantu dengan sepenuh hati, baik berupa ide, semangat, doa, bantuan moril maupun materil sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. Penghargaan yang tinggi dan ucapan terima kasih yang sebesar – besarnya dan tiada henti – hentinya penulis ucapkan kepada kedua orang tua tercinta Abah Mulyadi dan Mama Masitah yang telah merawat dan membesarkan serta mendidik penulis dengan penuh kasih sayang serta pengorbanan dan kesabaran. Semangat, pengorbanan, tetesan keringat, ketulusan, keikhlasan, serta cinta yang mengalir setiap detik kepada anak –


(5)

xi

anaknya menjadi motivasi yang tak pernah putus. Akhirnya inilah persembahan yang dapat saya berikan sebagai tanda ucapan terima kasih dan tanda bakti saya.

Dalam penulisan ini penulis menyampaikan penghargaan yang tulus dan ucapan terima kasih yang mendalam kepada pihak – pihak yang telah membantu menyelesaikan skripsi ini kepada:

1. Bapak Dr. Muryanto Amin, S.Sos, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial

dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Dra. Lina Sudarwati, M.Si, selaku ketua jurusan Sosiologi Fakultas Ilmu

Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Prof. Riza Buana M.Phil, Ph.d selaku dosen wali sekaligus

pembimbing skripsi yang telah banyak mencurahkan waktu, tenaga, ide – ide dan pemikiran dalam membimbing penulis dari awal perkuliahan hingga penyelesaian skripsi ini.

4. Bapak Henri Sitorus M.Si selaku penguji yang telah banyak membantu dalam

memberikan masukan data, serta bimbingan hingga skripsi ini dapat terselesaikan.

5. Segenap dosen, staff, dan seluruh pegawai Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik Universitas Sumatera Utara.

6. Koordinator Pendamping PKH, Bapak Sulaiman, seluruh pendamping PKH,

Operator PKH, Ketua UPPKH, dan masyarakat kabupaten serdang bedagai yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini.

7. Paling teristimewa penulis ucapkan terima kasih bahkan tak terucap rasa


(6)

mendoa kan, mendidik, menasehati dan tak pernah lelah berjuang demi anak – anak nya.

8. Terkhusus untuk kedua kakak saya, kak Lia dan Kak Liza serta adik saya

Rafli yang tak henti – henti nya memberikan doa, nasehat, pengajaran dukungan moril dan materil serta masukan ide – ide dalam penyelesaian skripsi ini.

9. Teman – teman terbaik Rahmadina, Aini Dwi Rafita, Sri Wahyuni, Zamri,

Wanti, Monika, dan seluruh teman – teman Sosiologi 2012 yang tidak bisa saya sebutkan satu per satu.

10. Teman – teman seperjuangan Ratri, Kak Titi, Fahrul, Yayang, Rien, Cia, dan

seluruh teman – teman “Serdadu”. Serta teman – teman senior dan junior Hmi Komisariat Fisip USU.

Akhirnya hanya ini yang dapat penulis sampaikan. Terima kasih yang sebesarnya kepada seluruh pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.

Medan, 23 Agustus 2016