Gambaran Academic Self Management Pada Siswa Kelas Akselerasi SMP Harapan 2 dan SMP Al-Azhar Medan

BAB II
LANDASAN TEORI

A. Academic Self Management
1. Pengertian Academic Self Management
Menurut Gie (2000) Self Management berarti mendorong diri sendiri
untuk maju, mengatur semua unsur kemampuan pribadi, mengendalikan
kemampuan untuk mencapai hal-hal yang baik, dan mengembangkan berbagai
segi dari kehidupan pribadi agar lebih sempurna. Sedangkan menurut Astriyani
(2010) Self Management merupakan suatu kemampuan untuk mengatur berbagai
unsur di dalam diri individu seperti pikiran, perasaan, dan perilaku, selain itu Self
Management juga bermanfaat untuk merapikan diri individu seperti pikiran,
perasaan, perilaku individu dan juga lingkungan sekitarnya lebih memahami apa
yang menjadi prioritas, tidak membedakan dirinya dengan orang lain.
Menurut Dembo (2004) kata manajemen merupakan sebuah kunci untuk
menjelaskan seorang pelajar itu sukses. Manajemen diri merupakan suatu faktor
pengontrol yang mempengaruhi proses belajar. Hal itu membangun kondisi yang
optimal untuk belajar dan menghilangkan hambatan buruk yang mengganggu
dalam belajar. Academic Self Management merupakan suatu strategi-strategi yang
digunakan oleh pelajar-pelajar untuk mengontrol faktor-faktor yang menghambat
dalam belajar.

Dengan mengacu pada pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa
Academic Self Management adalah suatu strategi dalam pendidikan yang
11

Universitas Sumatera Utara

digunakan oleh pelajar secara sadar untuk dapat mengontrol cara belajarnya
sehingga dapat mencegah dan membuang faktor-faktor penghambat dalam
belajar.

2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Academic Self Management
Dembo (2004) menyatakan bahwa terdapat beberapa faktor yang
mempengaruhi Academic Self Management, yaitu :
a. Faktor personal dan sosiokultural
Faktor personal meliputi bagaimana sikap, keyakinan, dan pengalaman
siswa dibawa sampai ke perguruan tinggi berdasarkan pengalaman pribadi dan
sosial budaya mereka. Hal ini dapat mempengaruhi bagaimana motivasi, perilaku,
dan kelangsungan studi pelajar. Selain faktor personal, seseorang juga
dipengaruhi oleh faktor sosiokultural, dimana karakteristik sosiokultural seperti
level sosioekonomi, tingkat pendidikan orang tua, dan harapan orang tua dapat

mempengaruhi motivasi dan perilaku pelajar.
b. Faktor lingkungan kelas
Banyak faktor lingkungan kelas yang mempengaruhi Academic Self
Management. Dalam hal ini termasuk jenis tugas yang diberikan (kuis dan tugas
singkat (Short Assignment)), perilaku instruktur (dukungan yang diberikan kepada
mahasiswa), dan metode pembelajaran (pembentukan kelompok belajar di dalam
kelas baik sesama etnis atau dengan etnis lain, tutor) akan mempengaruhi
bagaimana Academic Self Management pelajar di dalam kelas. Bukan hanya

12

Universitas Sumatera Utara

lingkungan kelas, melainkan tanggung jawab pelajar terhadap diri sendiri juga
penting (Dembo, 2004).
c. Faktor internal
Faktor internal meliputi tujuan siswa, kepercayaan, perasaan dan persepsi
pelajar yang akan berpengaruh terhadap Academic Self management. Contohnya
jika pelajar menghargai sebuah tugas dan menganggap pelajar dapat
menguasainya, maka pelajar cenderung menggunakan strategi belajar yang

berbeda, berusaha lebih keras, dan bertahan sampai tugas terselesaikan (Dembo,
2004).

3. Komponen - Komponen Academic Self Management.
Menurut Zimmerman & Risemberg (dalam Dembo, 2004), ada beberapa
komponen yang dapat membantu mengontrol pembelajaran dan Academic Self
Management, yaitu:
a. Motivasi
Motivasi merupakan proses internal yang memberikan perilaku yang
berenergi dan terarah. Proses internal meliputi tujuan individu, keyakinan,
persepsi, dan harapan. Misalnya, ketekunan individu pada tugas sering
berhubungan dengan seberapa kompeten individu percaya untuk menyelesaikan
tugas. Serta, keyakinan individu tentang penyebab keberhasilan dan kegagalan
pada tugas-tugas ini mempengaruhi motivasi dan perilaku individu pada tugastugas di masa mendatang.

13

Universitas Sumatera Utara

Salah satu perbedaan yang utama dari pelajar yang sukses dan pelajar yang

tidak sukses adalah dimana dalam hal motivasi, pelajar yang sukses terlihat lebih
bisa memotivasi dirinya sendiri walaupun dia berada dalam situasi yang tidak
baik, sedangkan pelajar yang tidak sukses cenderung susah untuk mengontrol
motivasi mereka. Menjadi pelajar yang sukses, seharusnya pelajar mampu
berkonsentrasi dan yakin dengan banyak potensi dirinya dan pengaruh
lingkungan.
Selain hal yang sudah dijelaskan, salah satu hal yang menjadi masalah
dalam motivasi adalah ketekunan. Pelajar dapat saja memotivasi dirinya sendiri,
namun tidak tekun karena ada hal-hal yang mengganggu ketika motivasi sedang
dibangun. Terkadang, gangguan yang kecil dapat menyebabkan motivasi individu
menurun. Untuk menjadi pelajar yang sukses pelajar seharusnya mampu untuk
berkonsentrasi dan tanggap dengan lingkungan yang mengganggu. Pelajar
menggunakan banyak proses yang berbeda untuk mengontrol aspek perilakuknya.
Beberapa teknik Self Management yang bersifat motivasional antara lain :
1) Perencanaan tujuan. Penelitian menunjukkan bahwa individu yang
memiliki prestasi lebih sering menggunakan perencanaan tujuan dan lebih
konsisten daripada individu berprestasi rendah.
2) Self Verbalization atau Self Talk. Teknik ini memiliki banyak bentuk.
Misalnya, Penguatan verbal atau pujian dapat digunakan sebagai bentuk
perilaku yang diinginkan. Berbicara dengan diri sendiri (Self Talk) dapat

membantu individu mengontrol kecemasan, suasana hati, dan respon
emosional lainnya (Butler, dalam Dembo, 2004).
14

Universitas Sumatera Utara

Hal ini didasarkan

pada keyakinan bahwa apa yang individu

katakan kepada dirinya sendiri merupakan faktor penting dalam
menentukan sikap, perasaan, emosi, dan perilaku. Self Talk dapat bersifat
memotivasi dan ada juga yang menghambat pelajar di dalam
melaksanakan tugas.
3) Mengatur atau membayangkan hadiah atau hukuman untuk keberhasilan
atau ketidakberhasilan di dalam melakukan tugas akademik.
Pelajar

yang


mampu

untuk

mengontrol

motivasi

dengan

memberikan diri sendiri, sebuah Reward atau hukuman, memiliki
performansi akademik yang lebih baik daripada pelajar yang tidak
menggunakan teknik ini.
b. Metode belajar
Istilah lain untuk metode pembelajaran adalah strategi belajar. Strategi
belajar adalah metode yang digunakan pelajar untuk mendapatkan informasi.
Pelajar berprestasi tinggi menggunakan strategi belajar lebih banyak daripada
pelajar yang memiliki prestasi lebih rendah. Pelajar dapat menggunakan strategi
yang berbeda pada kondisi belajar yang berbeda juga. Menggaris bawahi,
meringkas, dan menguraikan merupakan tehnik dalam strategi belajar. Pelajar

yang sukses hendaknya memiliki strategi pembelajaran yang baik. Hal ini dapat
dengan memperlengkapi hal-hal yang dapat mempermudah pelajar dalam
memahami sesuatu. Seperti membuat catatan kecil ketika guru menjelaskan
sehingga ketika ujian dia tidak akan susah untuk menghafal bahan.

15

Universitas Sumatera Utara

c. Penggunaan waktu
Pelajar dengan kemampuan manajemen waktu yang lebih baik cenderung
memiliki rata-rata nilai lebih tinggi dibandingkan dengan pelajar dengan
keterampilan manajemen waktu yang tidak baik. Manajemen waktu sangat
dibutuhkan karena berdampak dengan manegemen diri pelajar. Jika seorang
pelajar mengalami kesulitan bergaul dengan waktu, dia tidak akan mengerti
bagian tugas yang harus diutamakan.
Masalah dari kebanyakan pelajar adalah dimana mereka tidak memiliki
banyak waktu untuk yang semestinya perlu untuk dikerjakan, karena dia tidak
memiliki kemampaun dalam mengatur waktunya. Ketika pelajar dapat mengatur
waktunya, maka dia dapat menganalisa waktunya dan bisa mempergunakan waktu

sebaik-baiknya tanpa ada waktu yang terbuang. Hal ini dapat dilihat bagaimana
pelajar merancang waktu belajarnya dengan baik.
d. Lingkungan fisik dan lingkungan sosial
Aspek penting dari Self Managemenet adalah kemampuan peserta didik
untuk merestrukturisasi lingkungan fisik dan sosial untuk memenuhi kebutuhan
pelajar. Ditemukan bahwa pelajar berprestasi tinggi lebih banyak melakukan
restrukturisasi lingkungan dan lebih mungkin untuk mencari bantuan orang lain
daripada pelajar yang berprestasi rendah. Untuk sebagian besar, Restrukturisasi
lingkungan fisik mencakup pencarian tempat belajar yang tenang atau bebas dari
gangguan. Self Management dari lingkungan sosial berkaitan dengan kemampuan
individu untuk menentukan kapan ia harus bekerja sendiri atau dengan orang lain,
atau ketika saatnya untuk mencari bantuan dari instruktur, tutor, teman sebaya,
16

Universitas Sumatera Utara

atau sumber daya nonsosial (seperti buku referensi). Mengetahui bagaimana dan
kapan untuk bekerja dengan orang lain merupakan keterampilan penting yang
sering tidak diajarkan di sekolah.
e. Performansi

Faktor terakhir adalah prestasi akademis. Dengan menulis makalah,
menyelesaikan ujian, atau membaca buku, individu dapat belajar bagaimana
menggunakan proses manajemen diri untuk mempengaruhi kualitas kinerja
individu. Salah satu fungsi penting dari tujuan (Goal) adalah menyediakan
kesempatan bagi individu untuk menganalisa kinerja individu tersebut.
Pada saat pelajar dapat mengamati pekerjaan dalam kondisi yang berbeda,
berarti pelajar memiliki kemampuan untuk mengubah perilakunya dalam belajar.
Hal ini sangat baik untuk menyukseskan dalam pendidikan. Pada saat pelajar
belajar bagaimana mengamati dan mengontrol setiap performansi (Performance),
pelajar dapat menjadi mentor diri sendiri. Pelajar dapat mempraktekkan
kemampuan yang dimilikinya, proses pengevaluasian diri, dan membuat
perubahan sehingga tujuan dapat tercapai.

4. Strategi dari Academic Self Management
Menurut Dembo (2004), strategi dari Academic Self Management dapat
dikelompokkan menjadi tiga bagian yaitu:
a. Strategi perilaku meliputi :

17


Universitas Sumatera Utara

1) Manajemen waktu. Tujuan dari manajemen waktu adalah untuk
memastikan kalau semua tugas penting telah terlaksana. Ada beberapa
strategi dalam memanajemen waktu :
a) Membuat jadwal belajar
b) Belajar di lingkungan yang bebas dari distraksi dan interupsi
c) Mengatur jam istirahat di dalam proses belajar
d) Rencanakan secara spesifik hal-hal yang akan dilakukan di setiap
waktu
e) Menyusun alternatif kegiatan yang akan dilakukan ketika waktu
belajar yang dimiliki berlebihan
f) Mengestimasi waktu yang dibutuhkan untuk mengerjakan setiap tugas
g) Membuat prioritas tugas
h) Kerjakan tugas dari mata pelajaran yang tidak disukai
i) Kerjakan tugas sedini mungkin
j) Bawalah kalender setiap saat dan tuliskan pertemuan apapun setelah
dibuat
Beberapa alat bantu yang dapat dipakai dalam memanajemen
waktu yaitu kalender semester, daftar tugas mingguan yang menjadi

prioritas, dan daftar tugas mingguan.
2) Pengaturan lingkungan fisik dan sosial. Manajemen dari lingkungan sosial
meliputi kemampuan untuk menentukan kapan pelajar harus bekerja
sendiri atau dengan orang lain, atau kapan waktunya untuk mencari
bantuan dari instruktur, tutor, teman sebaya dan sumber nonsosial seperti
18

Universitas Sumatera Utara

buku referensi, buku bacaan tambahan, atau internet. Lingkungan fisik dan
sosial merupakan distraktor eksternal di dalam proses belajar (Dembo,
2004). Ada beberapa cara untuk mengurangi distraktor eksternal:
a) Menciptakan lingkungan belajar yang minim distraksi
b) Melengkapi materi yang dibutuhkan untuk belajar
c) Mengendalikan level suara kebisingan
d) Duduk di barisan depan kelas
e) Mengurangi interupsi, misalnya : dengan memasang tanda “Ujian
Semester : Jangan Diganggu” di depan pintu kamar
f) Protes ketika gangguan muncul.
Kelompok belajar merupakan salah satu bentuk dukungan sosial di dalam
lingkungan belajar. Penelitian oleh Johnson & Johnson (1987) menyatakan
pembelajaran berbasis kooperatif dapat meningkatkan pencapaian akademik yang
lebih baik, kemampuan berpikir yang lebih baik, dan meningkatkan hubungan
pertemanan.
b. Strategi motivasi
Strategi motivasi meliputi :
1) Menyusun tujuan. Perencanaan tujuan meliputi proses membuat standar
untuk performansi. Tujuan dapat bersifat jangka pendek, jangka panjang
maupun jangka panjang sekali (Dembo, 2004). Tujuan membantu
memotivasi perilaku tetapi tujuan tidak dapat menyelesaikan semua tugas,
dikarenakan kualitas dari performansi juga dipengaruhi oleh faktor
nonmotivasional seperti kemampuan, latihan, dan Resources (Reeve,
19

Universitas Sumatera Utara

1996). Tujuan membantu pelajar untuk menjadi waspada (Aware) terhadap
nilai dan menentukan apa yang ingin dilakukannya. Sebagai hasilnya,
tujuan akan mempengaruhi sikap, motivasi, dan proses belajar.
Schunk (1991) mengatakan efek dari tujuan terhadap perilaku
tergantung dari tiga properti : kespesifikan, Proximity, dan tingkat
kesulitan. Tujuan yang spesifik membantu pelajar menentukan jumlah
usaha yang dibutuhkan untuk sukses dan mengarah pada perasaan puas
ketika tujuan itu tercapai. Tujuan Proximal merupakan tujuan yang dekat
atau tujuan yang akan tercapai dan meningkatkan motivasi terhadap
pencapaiannya. Persepsi pelajar mengenai mudah atau sulitnya tugas akan
mempengaruhi jumlah dari usaha yang perlu dikeluarkan untuk
menyelesaikan tugas.
2) Meregulasi emosi dan usaha. Emosi akademik mempengaruhi proses
belajar dan pencapaian. Emosi positif meningkatkan kontrol akan proses
belajar, sedangkan emosi negatif mengarah pada perilaku yang lebih pasif.
Emosi akademik pelajar berpengaruh terhadap proses belajar, kontrol diri,
dan pencapaian akademik (Pekrum, Goetz, Titz, & Perry, 2002).
Self Talk menjadi komponen utama dalam menentukan emosi. Self
Talk berfungsi sebagai motivator yang dapat memicu pelajar untuk
menjadi produktif atau tidak produktif di dalam belajar (Dembo, 2004).
Self Talk mempengaruhi kognisi (pemikiran) dan emosi, dan akhirnya
mengarahkan perilaku. Orang atau kejadian tidak secara langsung
mempengaruhi reaksi emosional seseorang melainkan Self Talk yang
20

Universitas Sumatera Utara

dihasilkan pelajar sehubungan dengan kejadian merupakan penyebab
utama dari sikap dan emosi (Dembo, 2004). Self Talk yang negatif dapat
diubah dengan cara menulis dan mengulang secara terus menerus
pernyataan positif yang secara langsung membuktikan kalau Self Talk
yang negatif tidak benar (Bourne, 1995).
c. Strategi cara belajar
Strategi cara belajar meliputi :
1) Belajar dari buku bacaan. Teknik menggarisbawahi bacaan merupakan
teknik yang kurang efektif dikarenakan informasi yang dibaca tidak akan
tersimpan di dalam ingatan jangka panjang (Dembo,2004). Pembaca yang
baik akan menggunakan beberapa strategi dalam memahami dan
mengingat apa yang dibaca, berikut ini adalah beberapa strategi tersebut
(Dole, Duffy, Roehler, & Person, 1991) :
a) Menentukan poin-poin penting : pembaca yang baik akan mengambil
intisari (poin penting) dari bacaan.
b) Meringkas informasi : pembaca yang baik akan meringkas informasi
dengan mengulang semua ide di bacaan atau bab, membedakan antara
informasi

yang

penting

dan

tidak

penting,

dan

kemudian

menggabungkan ide untuk menciptakan kalimat yang merepresentasi
bahan yang sedang dipelajari.
c) Membuat kesimpulan : pembaca yang baik akan membuat kesimpulan
dari bacaan yang dibaca.

21

Universitas Sumatera Utara

d) Memuculkan pertanyaan : ketika membaca, pembaca yang baik dapat
menimbulkan pertanyaan dan berusaha menjawab pertanyaan tersebut.
e) Memonitor pemahaman : pembaca yang baik tahu apa yang harus
dilakukan dan bagaimana cara melakukannya ketika pelajar tidak
memahami bacaan.
2) Belajar dari guru. Belajar dari guru akan berbeda dengan belajar dari buku
dimana ketika belajar dari buku, pelajar dapat mengontrol kecepatan dari
informasi yang masuk ke otak sedangkan sewaktu belajar dari guru. Guru
yang menjadi kunci di dalam menyalurkan informasi sehingga dibutuhkan
teknik belajar yang dapat membantu pelajar untuk mendapatkan informasi
dari guru. Salah satunya adalah dengan membuat catatan. Pelajar yang
membuat catatan dan mengulangnya ketika keluar dari kelas akan
mempelajari lebih banyak informasi daripada pelajar yang tidak membuat
catatan (Kiewra, 1989).
3) Mempersiapkan diri untuk ujian. Pelajar dapat mempersiapkan diri untuk
menghadapi ujian dengan menyusun rencana belajar. Rencana belajar
yang efektif meliputi apa, kapan, dan bagaimana materi belajar perlu
direview; mengorganisasikan dan memisahkan materi ke dalam bagian
kecil yang akan dipelajari untuk beberapa hari ke depan; dan mencakup
beragam strategi belajar cara belajar (Learning and Studying) yang dapat
digunakan pelajar untuk merespon dengan pertanyaan ujian level tinggi
atau level rendah (Dembo, 2004).

22

Universitas Sumatera Utara

4) Menjalani ujian. Strategi dalam menjalani ujian tergantung pada tipe soal
ujian. Salah satu strategi umum adalah mengulang pertanyaan ujian yang
lalu dan memahami kenapa kesalahan dibuat di ujian yang lalu, hal ini
akan mempengaruhi perubahan strategi belajar di ujian selanjutnya.
Strategi lain yang dapat diterapkan antara lain : membaca instruksi soal
dengan hati-hati, menggunakan waktu ujian secara efektif, membaca soal
dengan teliti (mengantisipasi satu soal essai yang memiliki dua
pertanyaan), dan lain-lain (Dembo, 2004).

B. Kelas Akselerasi
1. Pengertian Kelas Akselerasi
Kelas akselerasi merupakan kelas percepatan pembelajaran yang disajikan
kepada peserta didik yang memiliki kemampuan lebih atau istimewa dengan
materi-materi atau kurikulum yang padat sehingga dalam waktu lebih pendek
mereka dapat menyelesaikan pendidikannya (Ahmadi, 2011). Menurut Hamalik
(dalam Ahmadi, 2011) akselerasi berarti memberi kesempatan kepada siswa yang
bersangkutan untuk naik ketingkat kelas berikutnya lebih cepat satu atau dua
sekaligus. Hal ini tentu saja tidak dapat dipenuhi bagi semua siswa yang belajar
dan bagi yang mampu merupakan suatu kesempatan untuk mempercepat studinya
disekolah tersebut sehingga dapat mempersingkat waktu studinya.
Colangelo (dalam Hawadi, 2004) menyebutkan bahwa istilah akselerasi
menunjukkan pada pelayanan yang diberikan (Service Delivery), dan kurikulum
yang disampaikan (Curriculum Delivery). Sebagai model pelayanan, pengertian
23

Universitas Sumatera Utara

akselerasi termasuk juga taman kanak-kanak atau perguruan tinggi pada usia
muda, meloncat kelas, dan mengikuti pelajaran tertentu pada kelas diatasnya.
Sedangkan menurut Felhusen, Proctor, dan black (dalam Hawadi, 2004),
akselerasi diberikan untuk memelihara minat siswa terhadap sekolah, mendorong
siswa agar mencapai prestasi akademik yang baik, dan untuk menyelesaikan
pendidikan dalam tingkat yang lebih tinggi bagi keuntungan dirinya ataupun
masyarakat.
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa kelas akselerasi
berisikan seperangkat kegiatan pelayanan pendidikan yang dirancang khusus dan
diperuntukkan bagi siswa yang memiliki keberbakatan istimewa dengan
kecerdasan dan kemampuan, serta bakat dan minat luar biasa dibandingkan
dengan siswa lain (siswa biasa), sehingga kegiatan belajar dapat diselesaikan
sesuai dengan pemahaman materi sehingga ia dapat menempuh waktu studinya
lebih cepat dari waktu yang ditentukan pada kelas biasa.

2. Tujuan Kelas Akselerasi
Secara umum, penyelenggaraan program percepatan belajar bertujuan :
a. Memberikan pelayanan terhadap peserta didik yang memiliki karakteristik
khusus dari aspek kognitif dan efektifnya.
b. Memenuhi hak asasinya selaku peserta didik sesuai dengan kebutuhan
pendidikan dirinya.
c. Memenuhi minat intelektual dan perspektif masa depan peserta didik.
d. Menyiapkan peserta didik menjadi pemimpin masa depan.
24

Universitas Sumatera Utara

Sementara itu, program percepatan belajar memiliki tujuan khusus, yaitu :
a. Menghargai peserta didik yang memiliki kemampuan dan kecerdasan luar
biasa untuk dapat menyelesaikan pendidikan lebih cepat.
b. Memacu kualitas/mutu siswa dalam meningkatkan kecerdasan spiritual,
intelektual, dan emosional secara berimbang.
c. Meningkatkan efektivitas dan efisiensi proses pembelajaran peserta didik.

3. Manfaat Kelas Akselerasi
Southern dan Jones (dalam Hawadi, 2004) menyebutkan beberapa
keuntungan dari dijalankannya kelas akselerasi bagi anak berbakat.
a. Meningkatkan efisiensi
Siswa yang telah siap dengan bahan-bahan pengajaran dan menguasai
kurikulum pada tingkat sebelumnya akan belajar lebih baik dan lebih efisien.
b. Meningkatkan efektivitas
Siswa yang terikat belajar pada tingkat kelas yang dipersiapkan dan
menguasai keterampilan-keterampilan sebelumnya merupakan siswa yang paling
efektif.
c. Penghargaan
Siswa yang telah mampu mencapai tingkat tertentu sepantasnya
memperoleh penghargaan atas prestasi yang dicapainya.
d. Meningkakan waktu untuk karier
Adanya

pengurangan

waktu

untuk

belajar

akan

meningkatkan

produktivitas siswa, penghasilan, dan kehidupan pribadinya pada waktu yang lain.
25

Universitas Sumatera Utara

e. Membuka siswa pada kelompok barunya
Dengan program akselerasi, siswa dimungkinkan untuk bergabung dengan
siswa lain yang memiliki kemampuan intelektual dan akademis yang sama.
f. Ekonomis
Keuntungan bagi sekolah yaitu tidak perlu mengeluarkan bayak biaya
untuk mendidik guru khusus anak berbakat. Kelas akselerasi sangat esensial
dalam menyediakan kesempatan pendidikan yang tepat bagi siswa yang cerdas,
proses yang terjadi akan memungkinkan siswa untu memelihara semangat dan
gairah belajarnya. Kelas akselerasi membawa siswa pada tantangan yang
berkesinambungan yank akan menyiapkan mereka menghadapi kekakuan
pendidikan selanjutnya dan produktivitas selaku orang dewasa. Melalui program
akselerasi ini, siswa diharapkan akan memasuki dunia professional pada usia yang
lebih muda dan memperoleh kesempatan-kesempatan untuk bekerja produktif.

4. Kelemahan Kelas Akselerasi
Southern dan Jones (dalam Hawadi, 2004) menyebutkan empat hal yang
berpotensi negatif dalam proses akselerasi bagi anak berbakat.
a. Segi akademik
1) Bahan ajar terlalu tinggi bagi siswa akselerasi. Hal ini akan membuat
mereka menjadi siswa yang tertinggal dibelakang kelompok teman
barunya, dan akan menjadi siswa yang berprestasi sedang-sedang saja,
bahkan siswa akseleran yang gagal.

26

Universitas Sumatera Utara

2) Bisa jadi kemampuan siswa akseleran yang terlihat melebihi teman
sebayanya hanya bersifat sementara. Dengan berambah usianya, kecepatan
prestasi siswa menjadi biasa-biasa saja dan sama dengan teman sebayanya.
Hal ini menyebabkan kebutuhan akselerasi menjadi tidak perlu lagi dan
siswa akseleran lebih baik dilayani dalam kelompok kelas regular.
3) Meskipun memenuhi persyaratan dalam bidang akademis, siswa akseleran
kemungkinan imatur secara social, fisik, dan emosional dalam tigkatan
kelas tertentu.
4) Proses akselerasi menyebabkan siswa akseleran terikat pada keputusan
karir lebih dini. Agar siswa dapat berprestasi baik, dibutuhkan pelatihan
yang mahal dan tidak efisien untuk dirinya sebagai pemula. Bisa jadi
kemungkinan buruk yang terjadi adalah karir tersebut tidak sesuai bagi
dirinya.
5) Siswa akseleran mungkin mengembangkan kedewasaan yang luar biasa
tanpa adanya pengalaman yang dimiliki sebelumnya.
6) Pengalaman-pengalaman yang sesuai untuk anak seusianya tidak dialami
oleh siswa akseleran karena tidak merupakan bagian dari kurikulum.
7) Tuntutan sebagai siswa sebagain besar pada produk akademik konvergen
sehingga siswa aseleran akan kehilangan kesempatan mengembangkan
kemampuan berpikir kreatif dan divergen.
b. Segi penyesuaian sosial
1) Siswa akan didorong untuk berprestasi dalam bidang akademiknya
sehingga mereka kekurangan waktu beraktivitas dengan teman sebayanya.
27

Universitas Sumatera Utara

2) Siswa akan kehilangan aktivitas sosial yang penting dalam usia
sebenarnya.

Hal

ini

kesempatan

tersebut

menyebabkan
dan

akan

mereka

menyesal

mengarahkannya

kehilangan

dalam

Social

Maladjustment selaku orang dewasa kelak. Mereka akan mengalami
hambatan dalam bergaul dengan teman sebayanya.
3) Siswa sekelasnya yang lebih tua kemungkinan akan menolaknya,
sementara itu siswa akseleran akan kehilangan waktu bermain dengan
teman sabayanya. Akibatnya, siswa akan mengalami kekurangan jumlah
dan frekuensi pertemuan dengan teman-temannya.
4) Siswa sekelasnya yang lebih tua tidak mungkin setuju memberikan
perhatian dan respek pada teman sekelas nya yang lebih muda usia. Hal ini
menyebabkan akseleran akan kehilangan kesempatan dalam keterampilan
kepemimpinan yang dibutuhkannya dalam pengembangan karier dan
sosialnya dimasa depan.
5) Berkurangnya kesempatan kegiatan ekstrakurikuler. Kebanyakan aktivitas
ekstrakurikuler berkaitan erat dengan usia. Hal ini menyebabkan siswa
akseleran akan berhadapan dengan teman sekelasnya yang tua dan tidak
memberikannya keempatan. Hal ini menyebabkan siswa akan kehilangan
kesempatan yang penting dan berharga diluar kurikulum sekolah yang
normal. Akibatnya, mereka akan kehilangan pengalaman penting yang
berkaitan bagi karirnya dimasa depan

28

Universitas Sumatera Utara

c. Penyesuaian emosional
1) Siswa akseleran pada akhirnnya akan mengalami burn out dibawah
tekanan yang ada dan kemungkinan menjadi underachiever.
2) siswa akseleran akan mudah frustasi dengan adanya tekanan dan tuntutan
berprestasi. Siswa yang mengalami sedikit kesempatan untuk membentuk
persahabatan pada masanya akan menjadi terasing atau agresif terhadap
orang lain.
3) Adanya tekanan untuk berprestasi membuat siswa akseleran kehilangan
kesempatan untuk mengembangkan hobi.

5. Faktor - Faktor Yang Mempengaruhi Belajar Kelas Akselerasi
Sebelum seorang peserta didik dapat mencapai tujuan belajar, dalam
pencapaian itu ada beberapa faktor yang mempengaruhi. Menurut Slameto (dalam
Ahmadi, 2011) faktor yang berpengaruh pada proses belajar siswa dibagi menjadi
2, yaitu :
a. Faktor internal (faktor jasmaniah) terdiri dari :
1) Faktor kesehatan. Sehat berarti dalam keadaan baik segenap badan. Proses
belajar seseorang akan terganggu jika kesehatan seseorang sedang tidak baik.
Agar seseorang dapat belajar dengan baik maka seseorang tersebut haruslah
mengusahakan kesehatannya supaya tetap terjamin.
2) Cacat tubuh. Cacat tubuh adalah suatu faktor fisik yang kurang sempurna
keadaanya. Keadaan ini mempengaruhi proses belajar.

29

Universitas Sumatera Utara

3) Faktor psikologis. Faktor ini lebih bersifat kejiwaan pada seseorang yang
sedang melakukan proses belajar, diantaranya : inteligensi, perhatian, minat,
bakat, motivasi, dan kesiapan.
4) Faktor kelelahan. Kelelahan sangat mempengaruhi proses belajar, karena hal
ini dapat berdampak pada konsentrasi individu tersebut sehingga perlu
diusahakan kondisi yang sehat.
b. Faktor eksternal, terdiri dari :
1) Faktor keluarga
Cara orang tua mendidik anak dilingkungan keluarga akan sangat
mempengaruhi proses belajar siswa, selain itu hubungan antara anak dengan
orang tua, serta kondisi maupun suasana rumah tangga dan keadaan ekonomi
keluarga tersebut.
2) Faktor sekolah
Faktor sekolah yang mempengaruhi belajar siswa diantaranya metode
mengajar, kurikulum, hubungan guru dengan siswa, disiplin sekolah, standar
pembelajaran, keadaan gedung, dan tugas rumah.
3) Faktor masyarakat
Yang termasuk faktor masyarakat yang sangat mempengaruhi belajar
siswa, diantaranya : kegiatan siswa dimasyarakat, media masyarakat, teman
bergaul, dan bentuk kehidupan masyarakat.

30

Universitas Sumatera Utara

C. Gambaran Academic Self Management pada Siswa Kelas Akselerasi SMP
Harapan 2 dan SMP Al-Azhar Medan.
Tujuan dari dunia pendidikan adalah menghasilkan orang-orang yang
mampu untuk mengedukasi diri sendiri, sehingga pelajar harus mampu untuk
mengatur hidup sendiri, mengatur tujuan dan menyediakan penguat untuk diri
sendiri. Kehidupan yang penuh dengan tugas-tugas menuntut dibutuhkannya
kemampuan untuk melakukan manajemen diri (Kanfer & Gaelick dalam
Woolfolk, 2004).
Kelas akselerasi yang merupakan kelas percepatan pembelajaran yang
diperuntukkan bagi peserta didik yang memiliki kemampuan lebih atau istimewa
dengan materi-materi atau kurikulum yang padat sehingga dalam waktu lebih
pendek mereka dapat menyelesaikan pendidikannya (Ahmadi, 2011). Kurikulum
yang padat tersebut memberi kesempatan bagi siswa kelas akselerasi untuk belajar
manajemen diri sendiri (Dembo, 2004). Siswa yang memerlukan kemampuan
untuk menejemen diri sendiri termasuk siswa kelas akselerasi SMP Harapan 2
Medan dan SMP Al-Azhar Medan. Siswa kelas akselerasi tersebut tentunya
memiliki tuntutan dan harapan kurikulum yang membuat siswa kelas akselerasi
harus lebih bekerja keras, mandiri, disiplin, dan bertanggung jawab (Alsa, 2007).
Berdasarkan wawancara dengan beberapa siswa kelas akselerasi, terlihat
bahwa siswa lebih banyak menghabiskan waktunya untuk belajar disekolah dan
mengikuti bimbingan belajar disekolah maupun diluar. Tuntutan dari kurikulum
mengharuskan siswa untuk lebih bekerja keras. Siswa yang tidak mampu
memenuhi tuntutan tersebut memiliki prestasi akademik yang biasa-biasa saja
31

Universitas Sumatera Utara

bahkan rendah, bahkan terdapat beberapa siswa kelas akselerasi yang dipindahkan
ke kelas regular. Hal ini terjadi karena nilai mata pelajaran yang selalu menurun.
Kunci utama bagi keberhasilan siswa kelas akselerasi dalam dunia pendidikan
adalah kemampuan memanajemen diri yang baik dikarenakan pelajar yang sukses
akan mengatur diri sendiri atau mengontrol faktor-faktor yang mempengaruhi proses
belajar, menciptakan kondisi yang optimal untuk belajar, dan menghilangkan
rintangan yang dapat mengganggu proses belajar. Kemampuan tersebut dikenal
dengan istilah Academic Self Management (Dembo, 2004).
Academic Self Management adalah strategi-strategi yang digunakan pelajar
untuk mengontrol faktor-faktor yang mempengaruhi proses belajar (Dembo, 2004).
Strategi tersebut dikelompokkan menjadi tiga bagian yaitu strategi perilaku
(manajemen waktu dan pengaturan lingkungan fisik dan sosial), strategi motivasi
(menyusun tujuan dan meregulasi emosi dan usaha), dan strategi belajar cara belajar
(belajar dari buku bacaan, belajar dari dosen, mempersiapkan diri untuk ujian dan
menjalani ujian) (Dembo, 2004).
Siswa kelas akselerasi SMP Harapan 2 Medan dan SMP Al-Azhar Medan
dikatakan menerapkan strategi perilaku ketika mereka mampu memanajemen waktu
dan mengatur lingkungan fisik dan sosial. Manajemen waktu yang baik tercermin dari
bagaimana siswa kelas akselerasi tersebut mampu memanfaatkan waktu yang ada
secara efektif dan efisien. Pengaturan lingkungan fisik dan sosial tercermin dari
kemampuan siswa kelas akselerasi dalam menentukan tempat belajar yang tepat,
kapan waktunya untuk belajar sendiri atau dengan orang lain (Zimmerman &
Risemberg, 1997).

32

Universitas Sumatera Utara

Selain itu, siswa kelas akselerasi dikatakan menerapkan strategi motivasi
ketika mereka menyusun tujuan belajar dan meregulasi emosi dan usaha. Tujuan
belajar yang spesifik, dan memiliki tingkat kesulitan yang tinggi akan mempengaruhi
perilaku siswa kelas akselerasi dalam belajar (Dembo, 2004). Siswa kelas akselerasi
dapat memanajemen emosi melalui self-talk, seperti memberikan kata-kata semangat
kepada diri mereka ketika mereka menjumpai kendala di dalam proses belajar.
Terakhir, siswa kelas akselerasi dikatakan menerapkan strategi belajar cara
belajar ketika siswa tersebut mampu untuk menentukan strategi belajar seperti apa
yang harus diterapkan ketika mereka dihadapkan dengan media belajar yang berbeda,
misalnya : belajar dari buku, belajar dari dosen, mempersiapkan diri untuk ujian, dan
menjalani ujian (Dembo, 2004).
Salah satu faktor yang mempengaruhi Academic Self Management adalah
faktor internal meliputi tujuan siswa, kepercayaan, perasaan dan persepsi pelajar yang
akan berpengaruh terhadap Academic Self Management, misalnya jika pelajar
menghargai sebuah tugas dan menganggap pelajar dapat menguasainya, maka pelajar
cenderung menggunakan strategi belajar yang berbeda,berusaha lebih keras, dan
bertahan sampai tugas terselesaikan (Dembo, 2004). Hal ini dapat memotivasi siswa
kelas akselerasi dalam melakukan Academic Self Management di dalam proses
belajar.
Academic Self Management sangat diperlukan pada siswa kelas akselerasi
agar mereka mampu menghadapi beragam hambatan yang dijumpai di dalam proses
belajar. Kebiasaan memanajemen diri dalam proses belajar bagi siswa kelas
akselerasi akan berdampak positif terhadap masa depan siswa kelas akselerasi

33

Universitas Sumatera Utara

tersebut dikarenakan menurut Dembo (2004), banyak pelajar yang tidak menyadari
pentingnya kemampuan memanajemen diri di masa depan.
Tujuan program kelas akselerasi ialah memberikan pelayanan terhadap
peserta didik yang memiliki karakteristik khusus dari aspek kognitif dan afektifnya,
memenuhi minat intelektual dan perspektif masa depan peserta didik, menyiapkan
peserta didik menjadi pemimpin masa depan, dan memacu kualitas/mutu siswa dalam
meningkatkan kecerdasan spiritual, intelektual, dan emosional secara berimbang.
Agar tujuan tersebut dapat tercapai, siswa kelas akselerasi SMP Harapan 2 Medan
dan SMP Al-Azhar Medan diharapkan memiliki Academic Self Management yang
tinggi terutama dalam penerapan Academic Self Management dalam proses belajar.

34

Universitas Sumatera Utara