BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA - Distribusi Masalah Psikososial dan Lingkungan pada Pasien Gangguan Bipolar

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA Gangguan bipolar dulunya dikenal sebagai gangguan manik

  depresif, yaitu gangguan kronik dari regulasi mood yang dihasilkan pada episode depresi dan mania. Gejala psikotik mungkin muncul pada “kutub” depresi atau mania. Seperti pada depresi mayor (unipolar), gangguan bipolar kemungkinan dipengaruhi oleh penyakit medis atau penyalahgunaan zat. Tidak seperti depresi mayor, hampir seluruh pasien dari kasus gangguan bipolar cenderung mengalami episode depresi dan

  7 manik dalam kehidupannya.

  2. 1. Gangguan Bipolar 2. 1. 1. Definisi

  Gangguan bipolar menurut Diagnostic and Statistical Manual of

  Mental Disorders-Text Revision edisi ke-4 (DSM-IV-TR) adalah gangguan mood yang terdiri dari paling sedikit satu episode manik, hipomanik atau

  campuran yang biasanya disertai dengan adanya riwayat episode depresi

  2 mayor.

  2. 1. 2. Epidemiologi

  Gangguan bipolar merupakan gangguan jiwa berat yang prevalensinya cukup tinggi. Studi di berbagai negara menunjukkan bahwa risiko untuk terjadinya gangguan bipolar sepanjang kehidupan adalah

  8,9

  sekitar 1-2%. Studi Epidemiologic Catchment Area (ECA) menemukan bahwa prevalensi sekali seumur hidup gangguan bipolar adalah antara

  10 0,6%-1,1% (antara 0,8%-1,1% pada pria dan 0,5%-1,3% pada wanita).

  Studi-studi yang dilakukan di Eropa menunjukkan bahwa angka prevalensi

  11

  gangguan bipolar mungkin mencapai 5%. Angka prevalensi dari keseluruhan spektrum gangguan bipolar pada seumur hidup adalah 2,6-

  12 7,8%.

  Tabel 2. 1. 2. Angka prevalensi dari gangguan bipolar I, bipolar II, gangguan siklotimik dan hipomania pada seumur hidup, dalam 1 tahun dan sekarang (1 bulan)

  Prevalensi Prevalensi Prevalensi seumur dalam 1 sekarang hidup tahun (%)

  (%) (%) Gangguan bipolar I 0-2,4 0,9-1,3 0,4-0,5 Gangguan bipolar II 0,3-4,8 1,6 0,8

  • Siklotimia 0,5-6,3 0,5-1,4
  • Hipomania 2,6-7,8 Spektrum bipolar seluruhnya 2,6-7,8 0,5-1,4 0,4-0,5

  Sumber : Rihmer Z, Angst J. Mood disorder: epidemiology. In: Sadock BJ, Sadock VA. editors. Kaplan & sadock’s comprehensive textbook of psychiatry. vol. II. nd

  

9 ed. Philadelphia: Lippincott Williams &

Wilkins; 2009. p. 1645-

  52 Walaupun dalam buku-buku teks tradisional disebutkan bahwa

  gangguan bipolar memiliki awitan pada usia yang relatif tua, namun bukti- bukti pada saat sekarang menunjukkan puncak terjadinya gangguan bipolar adalah pada usia 20 hingga 25 tahun. Beberapa survei menunjukkan gejala-gejala premorbid bahkan bisa dimulai lebih awal,

  8 pada masa remaja. Jarang awitan di atas usia 60 tahun.

  Berbeda dengan depresi unipolar, gangguan bipolar terjadi pada laki-laki dan perempuan dengan prevalensi yang seimbang, kira-kira 1:1 (tidak seperti depresi, di mana kejadian pada perempuan diperkirakan dua

  7,12 kali lebih sering dibandingkan laki-laki).

  Gangguan depresif mayor dan gangguan bipolar frekuensinya lebih

  12 tinggi pada kejadian perceraian, perpisahan dan pada janda.

  2. 1. 3. Etiologi

  Dalam usaha memahami etiologi gangguan bipolar, para peneliti terus melakukan penelitian untuk mencari hubungan antara manifestasi penyakit yang sangat kompleks dengan dasar biologinya. Gangguan bipolar dihubungkan dengan berbagai gangguan otak seperti gangguan struktur, fungsi, kimia, neurokimia, neuroendokrin, dan transduksi sinyal

  9

  otak. Stres yang terjadi dalam peristiwa kehidupan sering mengawali terjadinya episode pertama gangguan mood. Peristiwa-peristiwa seperti itu dapat menyebabkan perubahan neuronal permanen yang menjadi predisposisi pada seseorang bagi terjadinya rentetan episode gangguan

  13 mood.

  2. 1. 4. Klasifikasi

  Berdasarkan DSM-IV-TR klasifikasi gangguan bipolar adalah

  2

  sebagai berikut: a. Gangguan bipolar I.

  Ditandai oleh satu atau lebih episode manik atau campuran yang biasanya disertai oleh episode-episode depresi mayor; b. Gangguan bipolar II

  Gambaran utama ditandai oleh terjadinya satu atau lebih episode depresi mayor yang disertai oleh paling sedikit satu episode hipomanik;

  c. Gangguan siklotimik Ditandai paling sedikit dua tahun dari sejumlah periode waktu gejala hipomanik yang tidak memenuhi kriteria episode manik dan sejumlah periode gejala depresif yang tidak memenuhi kriteria depresif mayor; d. Gangguan bipolar yang tidak terinci

  Gangguan ini mencakup gambaran bipolar yang tidak memenuhi kriteria di atas.

  2. 1. 5. Diagnosis Banding Gangguan bipolar didiagnosis banding dengan cara sebagai

  7 berikut:

1. Menyingkirkan kondisi medis umum

  Beberapa kondisi medis dapat menginduksi terjadinya mania, termasuk penyakit Cushing (di mana tubuh menghasilkan

kortikosteroid yang berlebih), hipertiroidisme, stroke, epilepsi lobus

temporal, tumor otak (khususnya mempengaruhi ventrikel ketiga),

trauma kepala, infeksi HIV, gangguan jaringan ikat seperti systemic

lupus erythematosus atau multiple sclerosis.

  2. Menyingkirkan obat yang dapat menginduksi terjadinya mania

Penggunaan obat stimulan seperti metamfetamin atau kokain dapat

menyebabkan terjadinya agitasi, berpikir yang cepat, flight of ideas

atau gejala psikotik yang dengan mudah dapat menjadi episode

manik. Saat pasien sedang menggunakan obat ini “crash” dan

pengalaman mood swing akan muncul mengikuti perjalanan mood

swing yang tampak pada bipolar. Obat antidepresan dapat

menginduksi episode manik pada individu yang rentan terhadap

perkembangan gangguan bipolar. Suatu episode dari mania yang

berespons terhadap obat antidepresan dipertimbangkan sebagai

diagnosis dari gangguan bipolar primer. Perbedaannya,

perkembangan mania yang berespon pada obat-obatan lain tidak

ditempatkan pada pasien yang berisiko tinggi pada perkembangan

gangguan bipolar. Satu contoh yang paling sering dari obat-obatan

yang terlibat pada mania sekunder adalah prednison, suatu

kortikosteroid yang dapat menyebabkan mania pada beberapa

pasien. Simetidin dapat juga menyebabkan terjadinya mania,

  

psikosis atau depresi. Obat-obatan lain yang terlibat menghasilkan

mania termasuk levodopa (L-Dopa) dan bromocriptine

(kemungkinan aksi dasarnya dalam meningkatkan aktivitas

dopaminergik pada otak), obat relaksasi otot seperti baclofen dan

obat antituberkulosis seperti isoniazid.

3. Menyingkirkan gangguan psikiatri

  

Mood swing merupakan gejala yang sering terdapat pada

beberapa kondisi psikiatri, seperti:

  a. Gangguan skizoafektif Pasien yang mengalami gangguan skizoafektif sering mempunyai riwayat depresi dan episode manik. Bagaimanapun juga, pasien ini mempunyai gejala psikotik yang kronis dari skizofrenia, seperti delusi dan halusinasi, meskipun selama periode mood yang normal.

  b. Gangguan kepribadian Pasien yang mempunyai gangguan kepribadian kemungkinan mempunyai mood yang tidak stabil. Hal ini khususnya terjadi pada gangguan kepribadian kelompok B, yaitu: histrionik, borderline, narsistik dan antisosial. Perubahan mood ini dapat dihubungkan dengan siklotimia, tetapi lebih sering berhubungan dengan faktor lingkungan.

  Pasien yang mempunyai gangguan kepribadian sering salah didiagnosis sebagai gangguan bipolar. c. Skizofrenia Pasien dengan gangguan bipolar terkadang didiagnosis sebagai pasien dengan skizofrenia, kemungkinan hal ini disebabkan oleh munculnya gejala psikotik pada mania dan awitan pada usia muda yang menyerupai skizofrenia. Salah diagnosis juga terjadi ketika pasien dan dokter berasal dari etnis yang berbeda.

  2. 2. Masalah Psikososial dan Lingkungan

  Stresor psikososial, yang di dalam DSM-IV-TR disebut sebagai “Masalah Psikososial dan Lingkungan”, adalah faktor nonorganik (predisposisi atau pencetus) yang dapat mempengaruhi timbulnya

  1,2,14

  penyakit. Masalah psikososial dan lingkungan dicatat pada aksis IV

  2 pada diagnosis multiaksial dalam DSM-IV-TR.

  Sistem multiaksial mencakup penilaian pada beberapa aksis, tiap- tiap aksis merujuk kepada bidang informasi yang berbeda yang dapat membantu klinisi merencanakan penatalaksanaan dan memperkirakan

  2

  hasilnya. Terdapat 5 aksis pada klasifikasi multiaksial menurut DSM-IV: Aksis I : Gangguan Klinis

  Gangguan Lain yang Menjadi Fokus Perhatian Klinis Aksis II : Gangguan kepribadian

  Retardasi Mental Aksis III : Kondisi Medik Umum Aksis IV : Masalah Psikososial dan Lingkungan Aksis V : Penilaian Fungsi Secara Global

  Dalam praktik, kebanyakan masalah psikososial dan lingkungan akan ditunjukkan pada aksis IV, namun apabila masalah psikososial dan lingkungan tersebut menjadi fokus perhatian utama klinis, maka ia dicatat sebagai aksis I dengan kode yang diambil dari "Gangguan Lain yang

2 Menjadi Fokus Perhatian Klinis".

  Untuk mempermudah, masalah psikososial dan lingkungan tersebut

  2

  dikelompokkan bersama sesuai kategori:

  1. Masalah dengan primary support group, misalnya: kematian anggota keluarga; masalah kesehatan dalam keluarga; kekacauan keluarga disebabkan oleh perpisahan, perceraian, atau kerenggangan; pengusiran dari rumah; orang tua menikah lagi; kekerasan secara fisik dan seksual; proteksi yang berlebihan dari orang tua; menyia-nyiakan anak; disiplin yang lemah; perselisihan dengan saudara kandung; kelahiran saudara kandung

  2. Masalah berkaitan dengan lingkungan sosial, misalnya: kehilangan atau kematian teman; dukungan sosial yang lemah; hidup sendiri; kesulitan dalam akulturasi; diskriminasi; penyesuaian pada transisi siklus kehidupan (misalnya masa pensiun)

  3. Masalah pendidikan, misalnya: buta huruf, masalah akademis, perselisihan dengan guru atau teman sekelas; lingkungan sekolah yang tidak memadai

  pekerjaan

  4. Masalah , misalnya: pengangguran, ancaman kehilangan pekerjaan, jadwal kerja yang membuat stres, kondisi kerja yang sulit; ketidakpuasan pada pekerjaan; perubahan pekerjaan; perselisihan dengan atasan atau rekan sekerja

  5. Masalah perumahan, misalnya: tidak memiliki rumah, perumahan yang tidak layak, hubungan dengan tetangga yang tidak nyaman, perselisihan dengan tetangga atau pemilik tanah

  6. Masalah ekonomi, misalnya: kemiskinan yang ekstrem; keuangan yang tidak memadai; dukungan kesejahteraan yang buruk

  7. Masalah akses ke pelayanan kesehatan, misalnya: pelayanan kesehatan yang tidak memadai; tidak tersedia alat transportasi ke fasilitas pelayanan kesehatan; asuransi kesehatan yang tidak cukup

  8. Masalah berkaitan interaksi dengan hukum/kriminal, misalnya: penahanan; penuntutan hukum; korban tindakan kriminal

  9. Masalah psikososial dan lingkungan lain, misalnya: terkena bencana alam, perang, kekerasan lain; perselisihan dengan pengasuh yang bukan anggota keluarga seperti konselor, pekerja sosial atau dokter; tidak tersedia lembaga pelayanan sosial

  Aksis IV mencakup stresor psikososial yang dapat memicu episode

ke tingkat yang lebih tinggi di awal terjadinya gangguan bipolar dan

menjadi menjadi lebih rendah tingkatannya pada perjalanan penyakit di

  15 kemudian hari.

  Stres yang terjadi dalam peristiwa kehidupan sering mengawali terjadinya episode pertama gangguan mood. Peristiwa-peristiwa tersebut dapat menyebabkan perubahan neuronal permanen yang menjadi predisposisi pada seseorang bagi terjadinya rentetan episode gangguan

  13 mood.

  Stresor yang terdapat pada manusia bisa disebabkan oleh banyak hal, mulai dari kehilangan orang yang dicintai, bencana yang tidak terduga (angin topan, tornado, banjir, perang, kecelakaan), dan masalah keuangan atau bisa juga berupa rangkaian dari pengalaman yang

  16 mengganggu dari hari ke hari.

  2. 3. Kerangka Konseptual

  Faktor sosiodemografik:

  • Usia Pasien Pasien - Jenis kelamin poliklinik

  Gangguan

  • Tingkat pendidikan psikiatri

  Bipolar

Dokumen yang terkait

Distribusi Masalah Psikososial dan Lingkungan pada Pasien Gangguan Bipolar

3 53 64

Gambaran Gangguan Penggunaan Alkohol Pada Pasien Gangguan Bipolar I

2 54 62

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1.Sistem Saraf - Gambaran Psikologis dan Kognitif pada Pasien Gangguan Sistem Saraf di RSUP H. Adam Malik Medan

0 1 18

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1Periode Gigi Geligi 2.1.1Periode Gigi Desidui - Distribusi Maloklusi pada Pasien di Departemen Ortodonsia RSGMP FKG USU Tahun 2009-2013

0 1 26

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Hormon tirod - Hubungan Berat Badan Lahir dan Usia Gestasi Terhadap Terjadinya Gangguan Fungsi Tiroid pada Neonatus Sakit yang Dirawat di NICU

0 0 10

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gangguan Jiwa 2.1.1 Pengertian Gangguan Jiwa - Pengaruh Pemberdayaan Keluarga Melalui Edukasi Terhadap Kemampuan Merawat Pasien Gangguan Jiwa di Kota Medan pada Rumah Sakit Jiwa Provinsi Sumatera Utara Tahun 2013

0 0 50

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Masalah Keperawatan - Karakteristik dan Gambaran Masalah Keperawatan Pasien Dengan Kasus Kecelakaan Lalulintas di IGD RSUP HAM Medan Januari-Desember 2011

0 0 8

  BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sepsis dan Gagal Sistem Organ Multipel - Hubungan Nilai Red Cell Distribution Width dengan Mortalitas pada Pasien Sepsis di Unit Perawatan Intensif Anak

0 0 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Identifikasi Peningkatan Keberfungsian Sosial Dan Penurunan Risiko Bunuh Diri Bagi Penderita Gangguan Kesehatan Mental Bipolar Disorder Di Kota Medan Melalui Terapi Pendampingan Psikososial

0 0 61

BAB I PENDAHULUAN - Identifikasi Peningkatan Keberfungsian Sosial Dan Penurunan Risiko Bunuh Diri Bagi Penderita Gangguan Kesehatan Mental Bipolar Disorder Di Kota Medan Melalui Terapi Pendampingan Psikososial

0 0 13