Distribusi Masalah Psikososial dan Lingkungan pada Pasien Gangguan Bipolar

(1)

DISTRIBUSI MASALAH PSIKOSOSIAL DAN LINGKUNGAN

PADA PASIEN GANGGUAN BIPOLAR

TESIS

AGUSSYAH PUTRA

107106003 / ILMU KEDOKTERAN JIWA

PROGRAM MAGISTER KEDOKTERAN KLINIK SPESIALIS ILMU KEDOKTERAN JIWA

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

DISTRIBUSI MASALAH PSIKOSOSIAL DAN LINGKUNGAN

PADA PASIEN GANGGUAN BIPOLAR

TESIS

Untuk memperoleh gelar Magister Kedokteran Klinik di Bidang Ilmu Kedokteran Jiwa / M.Ked (KJ) pada Fakultas Kedokteran

Universitas Sumatera Utara

AGUSSYAH PUTRA

107106003 / ILMU KEDOKTERAN JIWA

PROGRAM MAGISTER KEDOKTERAN KLINIK SPESIALIS ILMU KEDOKTERAN JIWA

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(3)

Judul Penelitian : Distribusi Masalah Psikososial dan Lingkungan pada Pasien Gangguan Bipolar

Nama Mahasiswa : Agussyah Putra Nomor Induk Mahasiswa : 107106003

Program Magister : Magister Kedokteran Klinik Konsentrasi : Ilmu Kedokteran Jiwa

Menyetujui, Komisi Pembimbing

Dr. Dapot P. Gultom, Sp.KJ

Ketua Program Studi Magister

Prof. dr. H. Chairuddin P. Lubis DTM&H, Sp.A (K)

Ketua TKP-PPDS

Dr. Zainuddin Amir, Sp.P (K)


(4)

Telah diuji pada

Tanggal : 14 Juli 2012

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : dr. Dapot P. Gultom, Sp.KJ ... Anggota : Prof. dr. Bahagia Loebis, Sp.KJ (K) ... Prof. dr. H. M. Joesoef Simbolon, Sp.KJ (K)-AR ... dr. Elmeida Effendy, Sp.KJ ...


(5)

PERNYATAAN

DISTRIBUSI MASALAH PSIKOSOSIAL DAN LINGKUNGAN PADA PASIEN GANGGUAN BIPOLAR

TESIS

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah dituliskan atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali secara tertulis mengacu dalam naskah ini dan disebutkan di dalam daftar rujukan.

Medan, Juli 2012


(6)

UCAPAN TERIMA KASIH

Alhamdulillah, segala puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah subhanahu wataala, tuhan semesta alam, karena atas berkah dan kasih sayang-Nya maka penulisan tesis ini dapat diselesaikan.

Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-sebesarnya kepada semua pihak yang telah membantu selama penulis mengikuti Program Magister Kedokteran Klinik Spesialis Ilmu Kedokteran Jiwa.

Dengan selesainya tesis ini, perkenankanlah penulis menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada :

1. Rektor Universitas Sumatera Utara, Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, Ketua Tim Koordinasi Pendidikan Program Pendidikan Dokter Spesialis, dan Ketua Program Studi Magister Kedokteran Klinik Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan kepada penulis kesempatan untuk mengikuti Program Magister Kedokteran Klinik Spesialis Ilmu Kedokteran Jiwa di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

2. dr. Mustafa Mahmud Amin, Sp.KJ, selaku Ketua Departemen Psikiatri FK USU, sebagai guru dan pembimbing penulis dalam penyusunan tesis ini yang telah membimbing, mengoreksi, dan


(7)

memberi masukan-masukan berharga kepada penulis sehingga tesis ini dapat diselesaikan.

3. Dr. Elmeida Effendy, Sp.KJ, selaku Ketua Program Studi PPDS-I Psikiatri FK USU, sebagai guru yang telah banyak memberikan bimbingan, pengarahan, dan memberi masukan-masukan yang berharga kepada penulis sehingga tesis ini dapat diselesaikan. 4. (Alm) Prof. dr. H. Syamsir BS, Sp.KJ (K), sebagai guru yang telah

banyak memberikan bimbingan, pengetahuan serta dorongan selama penulis mengikuti Program Magister Kedokteran Klinik Spesialis Ilmu Kedokteran Jiwa.

5. Prof. dr. Bahagia Loebis, Sp.KJ (K), selaku guru penulis, yang banyak memberikan bimbingan, pengetahuan, dorongan serta pengarahan yang berharga kepada penulis sehingga tesis ini dapat diselesaikan.

6. dr. H. Harun Taher Parinduri, Sp.KJ (K), selaku guru penulis, yang banyak memberikan bimbingan, pengetahuan, dorongan serta pengarahan yang berharga kepada penulis sehingga tesis ini dapat diselesaikan.

7. Prof. dr. H. M. Joesoef Simbolon, Sp.KJ (K) AR, selaku guru penulis, yang banyak memberikan bimbingan, pengetahuan, dorongan serta pengarahan yang berharga kepada penulis sehingga tesis ini dapat diselesaikan.


(8)

8. dr. Vita Camelia, Sp.KJ, selaku guru penulis, yang banyak memberikan bimbingan, pengetahuan, dorongan serta pengarahan yang berharga kepada penulis sehingga tesis ini dapat diselesaikan.

9. dr. Muhammad Surya Husada, Sp.KJ, selaku guru penulis, yang banyak memberikan bimbingan, pengetahuan, dorongan serta pengarahan yang berharga kepada penulis sehingga tesis ini dapat diselesaikan.

10. dr. Dapot Parulian Gultom, Sp.KJ, M.Kes, selaku Direktur Badan Layanan Umum Daerah RSJ Propinsi Sumatera Utara yang telah memberikan izin, kesempatan, fasilitas, dan pengarahan kepada penulis selama mengikuti Program Magister Kedokteran Klinik Spesialis Ilmu Kedokteran Jiwa; dan selaku guru penulis, yang banyak memberikan bimbingan, pengetahuan, dorongan serta pengarahan yang berharga kepada penulis sehingga tesis ini dapat diselesaikan.

11. dr. Juskitar, Sp.KJ, selaku guru penulis, yang banyak memberikan bimbingan, pengetahuan, dorongan serta pengarahan yang berharga kepada penulis sehingga tesis ini dapat diselesaikan.

12. dr. Herlina Ginting, Sp.KJ, selaku guru penulis, yang banyak memberikan bimbingan, pengetahuan, dorongan serta pengarahan yang berharga kepada penulis sehingga tesis ini dapat diselesaikan.


(9)

13. dr. Mawar Gloria Tarigan, Sp.KJ, selaku guru penulis, yang banyak memberikan bimbingan, pengetahuan, dorongan serta pengarahan yang berharga kepada penulis sehingga tesis ini dapat diselesaikan.

14. dr. Freddy S. Nainggolan, Sp.KJ, selaku guru penulis, yang banyak memberikan bimbingan, pengetahuan, dorongan serta pengarahan yang berharga kepada penulis sehingga tesis ini dapat diselesaikan.

15. dr. Donald F. Sitompul, Sp.KJ; dr. Hj. Sulastri Effendi, Sp.KJ; dr Rosminta Girsang, Sp.KJ; dr. Artina R. Ginting, Sp.KJ; dr. Mariati, Sp.KJ; dr. Evawati Siahaan, Sp.KJ; dr. Paskawani Siregar, Sp.KJ; dr. Citra J. Tarigan, Sp.KJ; dr. Vera RB. Marpaung, Sp.KJ; dr. Victor Eliezer P, Sp.KJ; dr. Siti Nurul Hidayati, Sp.KJ; dr. Lailan Sapinah, Sp.KJ; dr. Silvy Agustina Hasibuan, Sp.KJ; dan dr. Ira Aini Dania, M.Ked (KJ), Sp.KJ sebagai senior yang telah memberikan semangat dan dorongan selama penulis mengikuti Program Magister Kedokteran Klinik Spesialis Ilmu Kedokteran Jiwa.

16. Direktur Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan, Direktur Rumah Sakit Haji Medan dan Direktur Rumah Sakit Umum Daerah dr. Pirngadi Medan atas izin, kesempatan dan fasilitas yang diberikan kepada penulis untuk belajar dan bekerja selama penulis


(10)

mengikuti Program Magister Kedokteran Klinik Spesialis Ilmu Kedokteran Jiwa.

17. Rekan-rekan sejawat peserta PPDS-I Psikiatri FK USU: dr. Herny Taruli Tambunan, M.Ked (KJ); dr. Mila Astari Harahap, M.Ked (KJ); dr. Baginda Harahap, M.Ked (KJ); dr. Muhammad Yusuf, M.Ked (KJ); dr. Ricky Wijaya Tarigan, M.Ked (KJ); dr. Superida Ginting Suka, M.Ked (KJ); dr. Saulina Dumaria Simanjuntak, M.Ked (KJ); dr. Hanip Fahri, M.Ked (KJ); dr. Ferdinan Leo Sianturi, M.Ked (KJ); dr. Andreas Xaverio Bangun, M.Ked (KJ); dr. Dian Budianti A, M.Ked (KJ); dr. Tiodoris Siregar, M.Ked (KJ); dr. Duma M. Ratnawati, M.Ked (KJ); dr. Nauli Aulia Lubis, M.Ked (KJ); dr. Nanda Sari Nuralita, M.Ked (KJ); dr. Wijaya Taufik Tiji, M.Ked (KJ); dr. Alfi Syahri Rangkuti, M. Ked (KJ); dr. Rini Gusya Liza, M.Ked (KJ); dr. Lenni Crisnawati Sihite, dr. Endang Sutry Rahayu, dr. Gusri Girsang, dr. Dessi Wahyuni, dr. Ritha Mariati Sembiring, dr. Reny Fransiska Barus, dr. Susiati, dr. Annisa Fransiska, dr. Dessy Mawar Zalia, dr. Nazli Mahdinasari Nasution, dr. Andi Syahputra Siregar, dr. Nining Gilang Sari, dr. Rossa Yunilda, dr. Arsusy Widyastuty, dan dr. Poltak Jeremias Sirait yang banyak memberikan masukan berharga kepada penulis melalui diskusi-diskusi kritis dalam berbagai pertemuan formal maupun informal, serta selalu memberikan dorongan yang membangkitkan semangat


(11)

kepada penulis dalam menyelesaikan Program Magister Kedokteran Klinik Spesialis Ilmu Kedokteran Jiwa.

18. Para perawat dan pegawai di BLUD RSJ Provinsi Sumatera Utara, RSUD dr. Pirngadi Medan, RSUP H. Adam Malik Medan dan RS Haji Medan yang telah banyak membantu selama penulis mengikuti Program Magister Kedokteran Klinik Spesialis Ilmu Kedokteran Jiwa.

19. Kedua orang tua penulis yang tercinta, ayahanda Jalidun Keruas dan ibunda Halimah Harahap yang dengan penuh kesabaran telah membesarkan, memberikan dorongan, dan dukungan dalam segala hal kepada penulis, serta doa restu sejak lahir hingga saat ini. 20. Kedua mertua, H. Azwar Zain, S.E dan Hj. Animah Selian yang

selalu memberikan semangat dan doa kepada penulis selama menjalani program Magister Kedokteran Klinik Spesialis Ilmu Kedokteran Jiwa.

21. Seluruh saudara kandung saya, Bripka (Pol) Harmensyah, Sesmaya Putri, dan Briptu (Pol) Budi Apriansyah yang telah banyak memberikan bantuan lahir, batin dan doa kepada penulis selama menjalani Magister Kedokteran Klinik Spesialis Ilmu Kedokteran Jiwa.

22. Buat istri dan anak-anakku tercinta, Aida Warni, SSi; Sharliza Talita Fayha (Liza), dan Azka Rafansyah Keruas (Dek Ka), terima kasih atas segala doa dan dukungan, kesabaran dan pengertian yang


(12)

mendalam serta pengorbanan atas segala waktu dan kesempatan yang tidak dapat penulis habiskan bersama-sama dalam sukacita dan keriangan selama penulis menjalani Magister Kedokteran Klinik Spesialis Ilmu Kedokteran Jiwa dan menyelesaikan tesis ini. Tanpa semua itu, penulis tidak akan mampu menyelesaikan Program Magister Kedokteran Klinik Spesialis Ilmu Kedokteran Jiwa dan tesis ini dengan baik.

Akhirnya penulis hanya mampu berdoa dan memohon semoga Allah subhanahu wataala memberikan rahmat-Nya kepada seluruh keluarga, sahabat, dan handai tolan yang tidak dapat penulis sebut satu persatu, baik secara langsung maupun tidak langsung yang telah banyak memberikan bantuan, baik moril maupun materil, penulis ucapkan terima kasih.

Medan, Juli 2012


(13)

DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG

BLUD : Badan Layanan Umum Daerah

DSM-IV-TR : Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders 4th edition Text Revised

RSUD : Rumah Sakit Umum Daerah SD : Sekolah Dasar

SMP : Sekolah Menengah Pertama SMA : Sekolah Menegah Atas ˂ : Lebih kecil dari


(14)

DAFTAR ISI

Lembaran Persetujuan Pembimbing ... i

Ucapan Terima Kasih ... ii

Daftar Singkatan dan Lambang ... xi

Daftar Isi ... xii

Daftar Tabel ... xiv

Abstrak ... xv

BAB 1. PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 3

1.3. Tujuan Penelitian ... 3

1.4. Manfaat Penelitian ... 3

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ... 5

2.1. Gangguan Bipolar ... 5

2.1.1. Definisi ... 5

2.1.2 Epidemiologi ... 5

2.1.3. Etiologi ... 7

2.1.4. Klasifikasi ... 8

2.1.5. Diagnosis Banding ... 8

2.2. Masalah Psikososial dan Lingkungan ... 11

2.3. Kerangka Konseptual ... 14

BAB. 3 METODE PENELITIAN ... 15

3.1. Desain Penelitian ... 15

3.2. Tempat dan Waktu Penelitian ... 15

3.2.1. Tempat Penelitian ... 15

3.2.2. Waktu Penelitian ... 15

3.3. Populasi Penelitian ... 15

3.3.1. Populasi Target ... 15

3.3.2. Populasi Terjangkau ... 15


(15)

3.4. Perkiraan Besar Sampel ... 16

3.5. Kriteria Inklusi dan Ekslusi ... 16

3.5.1. Kriteria Inklusi ... 16

3.5.2. Kriteria Ekslusi ... 16

3.6. Izin Subjek Penelitian ... 16

3.7. Etika Penelitian... 16

3.8. Cara Kerja ... 16

3.9. Kerangka Kerja... 18

3.10. Definisi Operasional ... 19

3.11. Rencana Manajemen dan Analisis Data ... 20

BAB. 4 HASIL PENELITIAN ... 21

BAB 5. PEMBAHASAN ... 28

BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN ... 33

6.1. Kesimpulan ... 33

6.2. Saran ... 34

DAFTAR REFERENSI ... 35 Lampiran

1. Lembaran Penjelasan kepada Calon Subjek Penelitian 2. Data Subjek Penelitian

3. Surat Persetujuan Ikut dalam Penelitian

4. Surat Persetujuan Panitia Tetap Etik Penelitian 5. Biaya dan Jadwal Penelitian

6. Riwayat Hidup Peneliti 7. Data Pasien


(16)

DAFTAR TABEL

Tabel 2. 1. 2. Angka prevalensi dari gangguan bipolar I,

bipolar II, gangguan siklotimik dan hipomania pada seumur hidup dalam 1 tahun dan sekarang (1 bulan) Tabel 4. 1. 1. Distribusi karakteristik sosiodemografik subjek

penelitian berdasarkan usia

Tabel 4. 1. 2. Distribusi karakteristik sosiodemografik subjek penelitian berdasarkan jenis kelamin

Tabel 4. 1. 3. Distribusi karakteristik sosiodemografik subjek penelitian berdasarkan tingkat pendidikan Tabel 4. 1. 4. Distribusi karakteristik sosiodemografik subjek

penelitian berdasarkan status pekerjaan

Tabel 4. 1. 5. Distribusi karakteristik sosiodemografik subjek penelitian berdasarkan status perkawinan Tabel 4. 2. 1. Proporsi ada dan tidak adanya masalah

psikososial dan lingkungan pada pasien gangguan bipolar

Tabel 4. 2. 2. Proporsi jenis masalah psikososial dan pada pasien gangguan bipolar

Tabel 4. 2. 3 Proporsi jenis masalah dengan primary support group pada pasien gangguan bipolar

Tabel 4. 2. 4. Proporsi jenis masalah ekonomi pada pasien gangguan bipolar

Tabel 4. 2. 5. Proporsi jenis masalah pekerjaan pada pasien gangguan bipolar

Tabel 4. 2. 6. Proporsi jenis masalah berkaitan dengan lingkungan sosial pada pasien gangguan bipolar

Tabel 4. 2. 7. Proporsi jenis masalah berkaitan dengan lingkungan sosial pada pasien gangguan bipolar


(17)

ABSTRAK

Latar Belakang: Masalah psikososial dan lingkungan diketahui memainkan peranan penting dalam hal etiologi, pemeliharaan, dan penatalaksanaan sejumlah gangguan jiwa.

Tujuan Penelitian: Untuk mengetahui distribusi masalah psikososial dan lingkungan pada penderita gangguan bipolar dan mengetahui karakteristik pasien gangguan bipolar berdasarkan faktor sosiodemografik (usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, status pekerjaan dan status perkawinan). Metode penelitian: Penelitian deskriptif dengan pendekatan cross-sectional, teknik pengambilan sampel dengan menggunakan teknik nonprobability sampling jenis consecutive sampling, jumlah sampel 39 orang pasien yang memiliki diagnosis aksis I gangguan bipolar sesuai dengan Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders 4th edition Text Revision (DSM-IV-TR) yang datang ke poliklinik psikiatri dalam periode antara 1 Februari sampai dengan 29 Februari 2012. Kriteria inklusi adalah pasien laki-laki atau perempuan dengan diagnosis aksis I gangguan bipolar. Kriteria eksklusi adalah pasien gangguan bipolar dengan ketergantungan zat (narkotika, alkohol dan zat adiktif, kecuali kafein dan nikotin).

Hasil Penelitian: Usia subjek penelitian terbanyak adalah pada usia 20-˂ 30 tahun, yaitu sebanyak 14 orang (35,9%); subjek penelitian terbanyak adalah perempuan, sebanyak 21 yaitu orang (53,9%); tingkat pendidikan subjek penelitian terbanyak adalah tingkat pendidikan tinggi, yaitu sebanyak 29 orang (74,4%); berdasarkan status pekerjaan, subjek penelitian terbanyak adalah tidak bekerja, yaitu sebanyak 29 orang (74,4%); dari status perkawinan subjek penelitian terbanyak adalah tidak kawin, yaitu sebanyak 26 orang (66,7%). Proporsi adanya masalah psikososial dan lingkungan yang mendahului awitan pada pasien gangguan bipolar sebanyak 34 orang (87,2%). Masalah psikososial dan lingkungan yang ditemukan berdasarkan jenisnya adalah: masalah


(18)

dengan primary support group sebanyak 12 orang (35,3%), masalah ekonomi sebanyak 10 orang (29,4%), masalah pekerjaan sebanyak 5 orang (14,7%), masalah berkaitan dengan lingkungan sosial sebanyak 4 orang (11,8%), dan masalah pendidikan sebanyak 3 orang (8,8%).

Kesimpulan: Masalah psikososial dan lingkungan yang paling sering pada pasien gangguan bipolar adalah masalah dengan primary support group, yang mencakup kekacauan dalam keluarga akibat perselisihan dengan orang tua sebesar 66,7%; bertengkar dengan pasangan hidup sebesar 16,7%; kematian orang tua sebesar 8,3%; dan kebandelan anak-anak sebesar 8,3%.

Kata kunci : Masalah psikososial dan lingkungan, gangguan bipolar, DSM-IV-TR


(19)

BAB 1. PENDAHULUAN

1. 1. Latar Belakang

Stresor psikososial diketahui dengan baik memainkan peranan penting dalam hal etiologi, pemeliharaan, dan penatalaksanaan sejumlah gangguan jiwa.1 Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders 4th edition Text Revision (DSM-IV-TR) menyebutnya sebagai masalah psikososial dan lingkungan (psychosocial and environmental problems).2

Stres merupakan sebuah konsep yang umum dalam masyarakat dan dipercaya berkaitan dengan terjadinya suatu penyakit.3 Stres merujuk kepada proses adaptasi dari individu segera setelah ia mendapatkan tantangan internal dan eksternal. Ketidakmampuan beradaptasi terhadap stres akan mengubah fungsi otak dan fisiologi perifer dan dapat meningkatkan terjadinya masalah psikologi yang luas (misalnya gangguan depresi, burnout, ansietas, nyeri) dan gangguan somatik.4

Suatu peristiwa dalam kehidupan seseorang dapat dilewati oleh orang itu sebagai peristiwa yang wajar dalam kehidupannya, sedangkan peristiwa yang sama oleh orang lain dapat menjadi suatu problem sesaat; sedangkan untuk orang lain lagi, peristiwa yang sama itu dapat menjadi sumber konflik yang berkepanjangan, sehingga peristiwa itu menjadi suatu stresor yang bermakna. Tidak semua orang yang mengalami stresor akan mengalami gangguan jiwa; demikian pula, stresor yang sama yang dialami oleh beberapa orang dapat menimbulkan gangguan jiwa yang


(20)

berbeda. Gangguan jiwa yang sama pada beberapa orang belum tentu disebabkan oleh stresor yang sama; ada orang yang gangguan jiwanya timbul tanpa stresor, sedangkan pada orang lain timbulnya oleh satu atau lebih stresor dan pada orang lain lagi gangguan jiwa yang sama timbul oleh stresor yang berbeda.5

Jika pada seseorang terdapat lebih dari satu masalah psikososial dan lingkungan, dokter dapat menuliskannya sepanjang masalah-masalah tersebut dipertimbangkan relevan. Secara umum, dokter seharusnya hanya menuliskan masalah psikososial dan lingkungan yang terdapat selama setahun belakangan sejak evaluasi sekarang, namun dokter boleh memilih untuk mencatat masalah psikososial dan lingkungan yang terjadi pada tahun-tahun sebelumnya jika masalah-masalah itu secara nyata mempunyai peranan terhadap gangguan jiwa.2

Faktor masalah psikososial dan lingkungan dapat juga mempengaruhi bagaimana seseorang bisa melakukan coping terhadap penyakit dan sebaik apa respons mereka terhadap pengobatan. Informasi masalah psikososial dan lingkungan ini menjadi penting khususnya bagi penderita dengan gangguan mood saat stresor lingkungan dapat menjadi faktor pencetus penting bagi sebuah episode penyakit.6

Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian mengenai distribusi masalah psikososial dan lingkungan pada pasien gangguan bipolar.


(21)

1. 2. Rumusan Masalah

Dengan memperhatikan latar belakang diatas, dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimana distribusi masalah psikososial dan lingkungan pada pasien gangguan bipolar?

2. Bagaimana karakteristik sosiodemografik pasien gangguan bipolar berdasarkan usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, status pekerjaan dan status perkawinan?

1. 3. Tujuan Penelitian a. Tujuan Umum

Mengetahui gambaran (deskripsi) tentang distribusi masalah psikososial dan lingkungan pada pasien gangguan bipolar.

b. Tujuan Khusus

1. Mengetahui hal-hal apa saja yang menjadi masalah psikososial dan lingkungan pada pasien gangguan bipolar

2. Mengetahui karakteristik sosiodemografik pasien gangguan bipolar berdasarkan usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, status pekerjaan, dan status perkawinan.

1. 4. Manfaat Penelitian

1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperluas pengetahuan tentang masalah psikososial dan lingkungan pada pasien


(22)

gangguan bipolar dan bermanfaat sebagai masukan bagi petugas kesehatan dalam penatalaksanaan pasien gangguan bipolar secara komprehensif;

2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi penelitian selanjutnya atau penelitian yang sejenis.


(23)

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

Gangguan bipolar dulunya dikenal sebagai gangguan manik depresif, yaitu gangguan kronik dari regulasi mood yang dihasilkan pada episode depresi dan mania. Gejala psikotik mungkin muncul pada “kutub” depresi atau mania. Seperti pada depresi mayor (unipolar), gangguan bipolar kemungkinan dipengaruhi oleh penyakit medis atau penyalahgunaan zat. Tidak seperti depresi mayor, hampir seluruh pasien dari kasus gangguan bipolar cenderung mengalami episode depresi dan manik dalam kehidupannya.7

2. 1. Gangguan Bipolar 2. 1. 1. Definisi

Gangguan bipolar menurut Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders-Text Revision edisi ke-4 (DSM-IV-TR) adalah gangguan mood yang terdiri dari paling sedikit satu episode manik, hipomanik atau campuran yang biasanya disertai dengan adanya riwayat episode depresi mayor.2

2. 1. 2. Epidemiologi

Gangguan bipolar merupakan gangguan jiwa berat yang prevalensinya cukup tinggi. Studi di berbagai negara menunjukkan bahwa risiko untuk terjadinya gangguan bipolar sepanjang kehidupan adalah sekitar 1-2%.8,9 Studi Epidemiologic Catchment Area (ECA) menemukan bahwa prevalensi sekali seumur hidup gangguan bipolar adalah antara


(24)

0,6%-1,1% (antara 0,8%-1,1% pada pria dan 0,5%-1,3% pada wanita).10 Studi-studi yang dilakukan di Eropa menunjukkan bahwa angka prevalensi gangguan bipolar mungkin mencapai 5%.11 Angka prevalensi dari keseluruhan spektrum gangguan bipolar pada seumur hidup adalah 2,6-7,8%.12

Tabel 2. 1. 2. Angka prevalensi dari gangguan bipolar I, bipolar II, gangguan siklotimik dan hipomania pada seumur hidup, dalam 1 tahun dan sekarang (1 bulan)

Prevalensi seumur hidup (%) Prevalensi dalam 1 tahun (%) Prevalensi sekarang (%)

Gangguan bipolar I 0-2,4 0,9-1,3 0,4-0,5

Gangguan bipolar II 0,3-4,8 1,6 0,8

Siklotimia 0,5-6,3 0,5-1,4 -

Hipomania 2,6-7,8 - -

Spektrum bipolar seluruhnya 2,6-7,8 0,5-1,4 0,4-0,5 Sumber : Rihmer Z, Angst J. Mood disorder: epidemiology. In:

Sadock BJ, Sadock VA. editors. Kaplan & sadock’s comprehensive textbook of psychiatry. vol. II. 9nd ed. Philadelphia: Lippincott Williams &

Wilkins; 2009. p. 1645- 52

Walaupun dalam buku-buku teks tradisional disebutkan bahwa gangguan bipolar memiliki awitan pada usia yang relatif tua, namun bukti-bukti pada saat sekarang menunjukkan puncak terjadinya gangguan


(25)

bipolar adalah pada usia 20 hingga 25 tahun. Beberapa survei menunjukkan gejala-gejala premorbid bahkan bisa dimulai lebih awal, pada masa remaja. Jarang awitan di atas usia 60 tahun.8

Berbeda dengan depresi unipolar, gangguan bipolar terjadi pada laki-laki dan perempuan dengan prevalensi yang seimbang, kira-kira 1:1 (tidak seperti depresi, di mana kejadian pada perempuan diperkirakan dua kali lebih sering dibandingkan laki-laki).7,12

Gangguan depresif mayor dan gangguan bipolar frekuensinya lebih tinggi pada kejadian perceraian, perpisahan dan pada janda.12

2. 1. 3. Etiologi

Dalam usaha memahami etiologi gangguan bipolar, para peneliti terus melakukan penelitian untuk mencari hubungan antara manifestasi penyakit yang sangat kompleks dengan dasar biologinya. Gangguan bipolar dihubungkan dengan berbagai gangguan otak seperti gangguan struktur, fungsi, kimia, neurokimia, neuroendokrin, dan transduksi sinyal otak.9 Stres yang terjadi dalam peristiwa kehidupan sering mengawali terjadinya episode pertama gangguan mood. Peristiwa-peristiwa seperti itu dapat menyebabkan perubahan neuronal permanen yang menjadi predisposisi pada seseorang bagi terjadinya rentetan episode gangguan mood.13


(26)

2. 1. 4. Klasifikasi

Berdasarkan DSM-IV-TR klasifikasi gangguan bipolar adalah sebagai berikut:2

a. Gangguan bipolar I.

Ditandai oleh satu atau lebih episode manik atau campuran yang biasanya disertai oleh episode-episode depresi mayor;

b. Gangguan bipolar II

Gambaran utama ditandai oleh terjadinya satu atau lebih episode depresi mayor yang disertai oleh paling sedikit satu episode hipomanik;

c. Gangguan siklotimik

Ditandai paling sedikit dua tahun dari sejumlah periode waktu gejala hipomanik yang tidak memenuhi kriteria episode manik dan sejumlah periode gejala depresif yang tidak memenuhi kriteria depresif mayor;

d. Gangguan bipolar yang tidak terinci

Gangguan ini mencakup gambaran bipolar yang tidak memenuhi kriteria di atas.

2. 1. 5. Diagnosis Banding

Gangguan bipolar didiagnosis banding dengan cara sebagai berikut:7


(27)

Beberapa kondisi medis dapat menginduksi terjadinya mania,

termasuk penyakit Cushing (di mana tubuh menghasilkan

kortikosteroid yang berlebih), hipertiroidisme, stroke, epilepsi lobus temporal, tumor otak (khususnya mempengaruhi ventrikel ketiga), trauma kepala, infeksi HIV, gangguan jaringan ikat seperti systemic lupus erythematosus atau multiple sclerosis.

2. Menyingkirkan obat yang dapat menginduksi terjadinya mania Penggunaan obat stimulan seperti metamfetamin atau kokain dapat menyebabkan terjadinya agitasi, berpikir yang cepat, flight of ideas

atau gejala psikotik yang dengan mudah dapat menjadi episode

manik. Saat pasien sedang menggunakan obat ini “crash” dan

pengalaman mood swing akan muncul mengikuti perjalanan mood

swing yang tampak pada bipolar. Obat antidepresan dapat menginduksi episode manik pada individu yang rentan terhadap perkembangan gangguan bipolar. Suatu episode dari mania yang berespons terhadap obat antidepresan dipertimbangkan sebagai diagnosis dari gangguan bipolar primer. Perbedaannya, perkembangan mania yang berespon pada obat-obatan lain tidak ditempatkan pada pasien yang berisiko tinggi pada perkembangan gangguan bipolar. Satu contoh yang paling sering dari obat-obatan yang terlibat pada mania sekunder adalah prednison, suatu kortikosteroid yang dapat menyebabkan mania pada beberapa pasien. Simetidin dapat juga menyebabkan terjadinya mania,


(28)

psikosis atau depresi. Obat-obatan lain yang terlibat menghasilkan

mania termasuk levodopa (L-Dopa) dan bromocriptine

(kemungkinan aksi dasarnya dalam meningkatkan aktivitas dopaminergik pada otak), obat relaksasi otot seperti baclofen dan obat antituberkulosis seperti isoniazid.

3. Menyingkirkan gangguan psikiatri

Mood swing merupakan gejala yang sering terdapat pada beberapa kondisi psikiatri, seperti:

a. Gangguan skizoafektif

Pasien yang mengalami gangguan skizoafektif sering mempunyai riwayat depresi dan episode manik. Bagaimanapun juga, pasien ini mempunyai gejala psikotik yang kronis dari skizofrenia, seperti delusi dan halusinasi, meskipun selama periode mood yang normal.

b. Gangguan kepribadian

Pasien yang mempunyai gangguan kepribadian

kemungkinan mempunyai mood yang tidak stabil. Hal ini

khususnya terjadi pada gangguan kepribadian kelompok B,

yaitu: histrionik, borderline, narsistik dan antisosial.

Perubahan mood ini dapat dihubungkan dengan siklotimia, tetapi lebih sering berhubungan dengan faktor lingkungan. Pasien yang mempunyai gangguan kepribadian sering salah didiagnosis sebagai gangguan bipolar.


(29)

c. Skizofrenia

Pasien dengan gangguan bipolar terkadang didiagnosis sebagai pasien dengan skizofrenia, kemungkinan hal ini disebabkan oleh munculnya gejala psikotik pada mania dan awitan pada usia muda yang menyerupai skizofrenia. Salah diagnosis juga terjadi ketika pasien dan dokter berasal dari etnis yang berbeda.

2. 2. Masalah Psikososial dan Lingkungan

Stresor psikososial, yang di dalam DSM-IV-TR disebut sebagai “Masalah Psikososial dan Lingkungan”, adalah faktor nonorganik (predisposisi atau pencetus) yang dapat mempengaruhi timbulnya penyakit.1,2,14 Masalah psikososial dan lingkungan dicatat pada aksis IV pada diagnosis multiaksial dalam DSM-IV-TR. 2

Sistem multiaksial mencakup penilaian pada beberapa aksis, tiap-tiap aksis merujuk kepada bidang informasi yang berbeda yang dapat membantu klinisi merencanakan penatalaksanaan dan memperkirakan hasilnya. Terdapat 5 aksis pada klasifikasi multiaksial menurut DSM-IV:2

Aksis I : Gangguan Klinis

Gangguan Lain yang Menjadi Fokus Perhatian Klinis Aksis II : Gangguan kepribadian


(30)

Aksis III : Kondisi Medik Umum

Aksis IV : Masalah Psikososial dan Lingkungan Aksis V : Penilaian Fungsi Secara Global

Dalam praktik, kebanyakan masalah psikososial dan lingkungan akan ditunjukkan pada aksis IV, namun apabila masalah psikososial dan lingkungan tersebut menjadi fokus perhatian utama klinis, maka ia dicatat sebagai aksis I dengan kode yang diambil dari "Gangguan Lain yang Menjadi Fokus Perhatian Klinis".2

Untuk mempermudah, masalah psikososial dan lingkungan tersebut dikelompokkan bersama sesuai kategori:2

1. Masalah dengan primary support group, misalnya: kematian anggota keluarga; masalah kesehatan dalam keluarga; kekacauan keluarga disebabkan oleh perpisahan, perceraian, atau kerenggangan; pengusiran dari rumah; orang tua menikah lagi; kekerasan secara fisik dan seksual; proteksi yang berlebihan dari orang tua; menyia-nyiakan anak; disiplin yang lemah; perselisihan dengan saudara kandung; kelahiran saudara kandung

2. Masalah berkaitan dengan lingkungan sosial, misalnya: kehilangan atau kematian teman; dukungan sosial yang lemah; hidup sendiri; kesulitan dalam akulturasi; diskriminasi; penyesuaian pada transisi siklus kehidupan (misalnya masa pensiun)


(31)

3. Masalah pendidikan, misalnya: buta huruf, masalah akademis, perselisihan dengan guru atau teman sekelas; lingkungan sekolah yang tidak memadai

4. Masalah pekerjaan, misalnya: pengangguran, ancaman kehilangan pekerjaan, jadwal kerja yang membuat stres, kondisi kerja yang sulit; ketidakpuasan pada pekerjaan; perubahan pekerjaan; perselisihan dengan atasan atau rekan sekerja

5. Masalah perumahan, misalnya: tidak memiliki rumah, perumahan yang tidak layak, hubungan dengan tetangga yang tidak nyaman, perselisihan dengan tetangga atau pemilik tanah

6. Masalah ekonomi, misalnya: kemiskinan yang ekstrem; keuangan yang tidak memadai; dukungan kesejahteraan yang buruk

7. Masalah akses ke pelayanan kesehatan, misalnya: pelayanan kesehatan yang tidak memadai; tidak tersedia alat transportasi ke fasilitas pelayanan kesehatan; asuransi kesehatan yang tidak cukup

8. Masalah berkaitan interaksi dengan hukum/kriminal, misalnya: penahanan; penuntutan hukum; korban tindakan kriminal

9. Masalah psikososial dan lingkungan lain, misalnya: terkena bencana alam, perang, kekerasan lain; perselisihan dengan pengasuh yang bukan anggota keluarga seperti konselor, pekerja sosial atau dokter; tidak tersedia lembaga pelayanan sosial


(32)

Aksis IV mencakup stresor psikososial yang dapat memicu episode ke tingkat yang lebih tinggi di awal terjadinya gangguan bipolar dan menjadi menjadi lebih rendah tingkatannya pada perjalanan penyakit di kemudian hari.15

Stres yang terjadi dalam peristiwa kehidupan sering mengawali terjadinya episode pertama gangguan mood. Peristiwa-peristiwa tersebut dapat menyebabkan perubahan neuronal permanen yang menjadi predisposisi pada seseorang bagi terjadinya rentetan episode gangguan mood.13

Stresor yang terdapat pada manusia bisa disebabkan oleh banyak hal, mulai dari kehilangan orang yang dicintai, bencana yang tidak terduga (angin topan, tornado, banjir, perang, kecelakaan), dan masalah keuangan atau bisa juga berupa rangkaian dari pengalaman yang mengganggu dari hari ke hari.16

2. 3. Kerangka Konseptual

Pasien poliklinik

psikiatri

Pasien Gangguan

Bipolar

Faktor

sosiodemografik: - Usia

- Jenis kelamin - Tingkat pendidikan - Status pekerjaan - Status perkawinan


(33)

BAB 3. METODE PENELITIAN

3. 1. Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif menggunakan pendekatan cross-sectional.

3. 2. Tempat dan Waktu Penelitian 3. 2. 1. Tempat Penelitian:

Poliklinik psikiatri pada BLUD RSJ Provinsi Sumatera Utara, RSUD dr. Pirngadi Medan, RSUP Haji Adam Malik, dan RS Haji Medan

3. 2. 2. Waktu Penelitian: 1-29 Februari 2012

3. 3. Populasi Penelitian 3. 3. 1. Populasi Target:

Pasien gangguan bipolar di poliklinik psikiatri 3. 3. 2. Populasi Terjangkau:

Pasien gangguan bipolar di poliklinik psikiatri BLUD RSJ Provsu, RSUD dr. Pirngadi Medan, RSUP-HAM dan RS Haji Medan yang didiagnosis sebagai pasien gangguan bipolar berdasarkan DSM-IV-TR


(34)

3. 3. 3. Sampel Penelitian:

Pasien gangguan bipolar di poliklinik psikiatri yang memenuhi kriteria inklusi

3. 4. Perkiraan Besar Sampel

Teknik penarikan sampel dilakukan melalui penarikan secara nonprobability sampling jenis penarikan consecutive sampling. Dipakai rumus besar sampel untuk penelitian deskriptif kategorik. Rumusnya adalah:17

Zα2PQ

n = --- d2

Keterangan:

n = besar sampel

α = kesalahan tipe 1: ditetapkan 5% = 0,05 Zα = α = 0,05  Zα = 1,96

P = proporsi (proporsi gangguan bipolar)  2,6%12

Q = 1-P

d = presisi: ditetapkan 5%


(35)

3. 5. Kriteria Inklusi dan Eksklusi 3. 5. 1. Kriteria Inklusi:

1. Laki-laki atau perempuan

2. Didiagnosis sebagai pasien dengan gangguan bipolar berdasarkan DSM-IV-TR

3. 5. 2. Kriteria Eksklusi:

Pasien dengan ketergantungan zat (narkotika, alkohol dan zat adiktif, kecuali kafein dan nikotin)

3. 6. Izin Subjek Penelitian

Semua subjek penelitian atau keluarganya akan diminta persetujuannya setelah terlebih dahulu diberi penjelasan menyangkut hal-hal yang berkaitan dengan penelitian ini.

3. 7. Etika penelitian

Penelitian ini telah mendapatkan persetujuan dari Komite Etik Penelitian, Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

3. 8. Cara Kerja

• Pasien-pasien yang telah didiagnosis sebagai gangguan bipolar yang datang ke poliklinik psikiatri RSUD dr. Pirngadi Medan, BLUD RSJ Provsu, RSUP-HAM dan RS Haji Medan diwawancarai oleh peneliti mengenai serangan pertama penyakitnya.


(36)

• Data yang meliputi: nama, usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, status pekerjaan, status perkawinan dan masalah psikososial dan lingkungan pada saat serangan pertama penyakitnya dicatat, kemudian data diolah dan dibuat tabulasi.

3. 9. Kerangka Kerja

Inklusi Pasien Gangguan Bipolar

Ekslusi

Faktor

sosiodemografik: - Usia

- Jenis kelamin - Tingkat pendidikan - Status pekerjaan - Status perkawinan

Masalah psikososial dan lingkungan:

• Masalah dengan primary support group

• Masalah berkaitan dengan lingkungan sosial

• Masalah pendidikan

• Masalah pekerjaan

• Masalah perumahan

• Masalah ekonomi

• Masalah akses ke pelayanan kesehatan

• Masalah berkaitan interaksi dengan hukum/kriminal


(37)

3. 10. Definisi Operasional

• Rekam medis adalah berkas yang berisikan catatan dan dokumen tentang identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan pelayanan lain yang telan diberikan kepada pasien (menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 269/Menkes/Per/III/2008.18

• Masalah psikososial dan lingkungan adalah diagnosis aksis IV pada sistem diagnosis multiaksial menurut DSM-IV-TR, di mana yang dimaksud dengan masalah psikososial dan lingkungan pada penelitian ini adalah masalah psikososial dan lingkungan yang terdapat pada pasien pada saat serangan pertama penyakitnya.

• Gangguan bipolar adalah diagnosis aksis I pada sistem diagnosis multiaksial menurut DSM-IV-TR

• Usia adalah lamanya hidup sejak lahir yang dinyatakan dalam satuan tahun. Usia dibagi dalam:

˂ 20 tahun 20 - ˂ 30 tahun 30 - ˂ 40 tahun 40 - ˂ 50 tahun 50 - ˂ 60 tahun ≥ 60 tahun


(38)

• Tingkat pendidikan adalah jenjang pendidikan yang telah diikuti atau sedang dijalani oleh subjek melalui pendidikan formal. Terbagi atas tingkat:

Tingkat pendidikan rendah (SD dan SMP)

Tingkat pendidikan tinggi (SMA dan perguruan tinggi)

• Status pekerjaan: bekerja dan tidak bekerja

• Status perkawinan: ditentukan apakah subjek masih dalam ikatan perkawinan atau tidak dalam ikatan perkawinan (tidak kawin, janda/duda)

3. 11. Rencana Manajemen dan Analisis Data

Data-data yang terkumpul akan diolah dan disajikan dalam bentuk tabel. Analisis yang dipakai adalah analisis frekuensi dan persentase.19


(39)

BAB 4. HASIL PENELITIAN

4.1 Karakteristik sosiodemografik subjek penelitian

Karakteristik demografik subjek penelitian didapatkan:

Tabel 4.1.1 Distribusi karakteristik sosiodemografik subjek penelitian berdasarkan usia

No. Usia (tahun) Jumlah Persentase

1. ˂ 20 2 5,1%

2. 20 - ˂ 30 14 35,9%

3. 30 - ˂ 40 9 23,1%

4. 40 - ˂ 50 7 17,9%

5. 50 - ˂ 60 6 15,4%

6. ≥ 60 1 2,6%

Jumlah 39 100%

Dari tabel di atas usia subjek penelitian terbanyak adalah pada usia 20 -˂ 30 tahun, yaitu sebanyak 14 orang (35,9%).

Tabel 4.1.2 Distribusi karakteristik sosiodemografik subjek penelitian berdasarkan jenis kelamin

No. Jenis kelamin Jumlah Persentase

1. Laki-laki 18 46,1%

2. Perempuan 21 53,9%


(40)

Dari tabel di atas jenis kelamin subjek penelitian terbanyak adalah perempuan, yaitu sebanyak 21 orang (53,9%).

Tabel 4.1.3 Distribusi karakteristik sosiodemografik subjek penelitian berdasarkan tingkat pendidikan

No. Tingkat pendidikan Jumlah Persentase 1. Tingkat pendidikan rendah 10 25,6% 2. Tingkat pendidikan tinggi 29 74,4%

Jumlah 39 100%

Dari tabel di atas tingkat pendidikan subjek penelitian terbanyak adalah dengan tingkat pendidikan tinggi, yaitu sebanyak 29 orang (74,4%).

Tabel 4.1.4 Distribusi karakteristik sosiodemografik subjek penelitian berdasarkan status pekerjaan

No. Status pekerjaan Jumlah Persentase

1. Bekerja 10 25,6%

2. Tidak bekerja 29 74,4%

Jumlah 39 100%

Dari tabel di atas status pekerjaan subjek penelitian terbanyak adalah tidak bekerja, yaitu sebanyak 29 orang (74,4%).


(41)

Tabel 4. 1. 5 Tabel distribusi karakteristik sosiodemografik subjek penelitian berdasarkan status perkawinan

No. Status perkawinan Jumlah Persentase

1. Kawin 13 33,3%

2. Tidak kawin 26 66,7%

Jumlah 39 100%

Dari tabel di atas status perkawinan subjek penelitian terbanyak adalah tidak kawin, yaitu sebanyak 26 orang (66,7%).

4. 2. Proporsi masalah psikososial dan lingkungan pada pasien gangguan bipolar

Tabel 4. 2. 1 Proporsi ada dan tidak adanya masalah psikososial dan lingkungan pada pasien gangguan bipolar

No. Masalah psikososial dan lingkungan

Jumlah Persentase

1. Ada 34 87,2%

2. Tidak ada 5 12,8%

Jumlah 39 100%

Dari tabel di atas dapat dilihat proporsi adanya masalah psikososial dan lingkungan pada pasien gangguan bipolar adalah sebanyak 34 orang (87,2%). Proporsi pasien gangguan bipolar yang awitannya tidak didahului oleh suatu masalah psikososial dan lingkungan atau tidak diketahui apa


(42)

yang menjadi masalah psikososial dan lingkungan sebanyak 5 orang (12,8%).

Tabel 4. 2. 2 Proporsi jenis masalah psikososial dan lingkungan pada pasien gangguan bipolar

No. Jenis masalah psikososial dan lingkungan Jumlah Persentase 1. Masalah dengan primary support group 12 35,3%

2. Masalah ekonomi 10 29,4%

3. Masalah pekerjaan 5 14,7%

2. Masalah berkaitan dengan lingkungan sosial 4 11,8%

3. Masalah pendidikan 3 8,8%

5. Masalah perumahan 0 0,0%

7. Masalah akses ke pelayanan kesehatan 0 0,0% 8. Masalah berkaitan interaksi dengan

hukum/criminal

0 0,0%

9. Masalah psikososial dan lingkungan lain 0 0,0%

Jumlah 34 100%

Dari tabel di atas dapat dilihat proporsi jenis masalah psikososial dan lingkungan pada pasien gangguan bipolar yang terbesar adalah masalah dengan primary support group, yaitu sebanyak 12 orang (35,3%), disusul oleh masalah ekonomi sebanyak 10 orang (29,4%), masalah pekerjaan sebanyak 5 orang (14,7%), masalah berkaitan dengan lingkungan sosial sebanyak 4 orang (11,8%) dan masalah pendidikan sebanyak 3 orang (8,8%). Pada penelitian ini tidak ditemukan adanya masalah psikososial dan lingkungan berupa masalah akses ke pelayanan kesehatan, masalah berkaitan interaksi dengan hukum/kriminal dan masalah psikososial dan lingkungan lain (misalnya terkena bencana alam, perang dan lain-lain).


(43)

Tabel 4. 2. 3 Proporsi jenis masalah dengan primary support group pada pasien gangguan bipolar

No. Jenis masalah dengan primary support group Jumlah Persentase 1. Perselisihan dengan orang tua 8 66,7% 2. Bertengkar dengan pasangan hidup 2 16,7%

3. Kematian orang tua 1 8,3%

4. Kebandelan anak-anak 1 8,3%

Jumlah 12 100%

Pada penelitian ini, dari 12 orang yang mengalami masalah dengan primary support group, jenis permasalahan yang dihadapi terdiri dari: kekacauan dalam keluarga akibat perselisihan dengan orang tua sebanyak 8 orang (66,7%); bertengkar dengan pasangan hidup sebanyak 2 orang (16,7%); kematian orang tua sebanyak 1 orang (8,3%) dan akibat dari kebandelan anak-anak sebanyak 1 orang (8,3%).

Tabel 4. 2. 4 Proporsi jenis masalah ekonomi pada pasien gangguan bipolar

No. Jenis masalah ekonomi Jumlah Persentase

1. Kekurangan uang 6 60%

2. Terbelit hutang 2 20%

3. Usaha bangkrut 1 10%

4. Piutang tidak dibayar 1 10%


(44)

Masalah ekonomi yang ditemui dalam penelitian ini terdiri dari: kekurangan uang sebanyak 6 orang (60%); terbelit hutang sebanyak 2 orang (20%); usaha bangkrut sebanyak 1 orang (10%); dan piutang tidak dibayar sebanyak 1 orang (10%).

Tabel 4. 2. 5 Proporsi jenis masalah pekerjaan pada pasien gangguan bipolar

No. Jenis masalah pekerjaan Jumlah Persentase

1. Dipecat 3 60%

2. Gagal tes 1 10%

3. Tertekan di tempat kerja 1 10%

Jumlah 5 100%

Masalah pekerjaan yang ditemui dalam penelitian ini terdiri dari: dipecat (pemutusan hubungan kerja) sebanyak 3 orang (60%); gagal dalam tes penerimaan kerja sebanyak 1 orang (20%) dan merasa tertekan di tempat kerja sebanyak 1 orang (20%).

Tabel 4. 2. 6. Proporsi jenis masalah berkaitan dengan lingkungan sosial pada pasien gangguan bipolar

No. Jenis masalah berkaitan dengan lingkungan sosial

Jumlah Persentase

1. Memasuki masa pensiun 2 50%

2. Putus pacar 2 50%


(45)

Masalah berkaitan dengan lingkungan sosial yang ditemui dalam penelitian terdiri dari: memasuki masa pensiun sebanyak 2 orang (50%); dan putus pacar sebanyak 2 orang (50%)

Tabel 4. 2. 7. Proporsi jenis masalah pendidikan pada pasien gangguan bipolar

No. Jenis masalah pendidikan Jumlah Persentase 1. Perselisihan dengan teman 2 67,7%

2. Masalah akademik 1 33,3%

Jumlah 3 100%

Masalah pendidikan yang ditemui dalam penelitian terdiri dari: perselisihan dengan teman sebanyak 2 orang (66,7%) dan stres karena masalah akademik sebanyak 1 orang (33,3%).


(46)

BAB 5. PEMBAHASAN

Dari hasil penelitian ini didapatkan usia subjek penelitian terbanyak adalah pada usia 20-˂ 30 tahun, yaitu sebanyak 14 orang (35,9%). Hasil ini sesuai dengan literatur yang menyatakan bahwa bukti-bukti pada saat sekarang menunjukkan puncak terjadinya gangguan bipolar adalah pada usia 20 hingga 25 tahun.8 Hasil penelitian dari beberapa studi berbeda yang dilakukan antara tahun 1969-1984 menunjukkan bahwa dari 1.304 pasien dengan gangguan bipolar, usia yang paling sering adalah pada usia 20-29 tahun.6

Dari hasil penelitian ini didapatkan bahwa berdasarkan jenis kelamin subjek penelitian yang terbanyak adalah pada perempuan, yaitu sebanyak 21 orang (53,9%), sedangkan laki-laki sebanyak 18 orang (46,1%). Berdasarkan literatur, gangguan bipolar terjadi pada laki-laki dan perempuan dengan prevalensi yang seimbang, kira-kira 1:17,12 dan bisa sedikit lebih tinggi pada perempuan.13

Berdasarkan tingkat pendidikan subjek penelitian terbanyak adalah pada subjek dengan tingkat pendidikan tinggi (SMA dan perguruan tinggi), yaitu sebanyak 29 orang (74,4%). Tidak ada data mengenai hubungan antara tingkat pendidikan dengan gangguan bipolar, namun tingkat pendidikan berkaitan dengan masalah kemiskinan.20 Frekuensi gangguan


(47)

bipolar lebih tinggi pada orang yang tidak menikah dan berpendidikan rendah.21

Berdasarkan status pekerjaan, subjek penelitian terbanyak adalah tidak bekerja, yaitu sebanyak yaitu sebanyak 29 orang (74,4%). Meskipun sebagian besar penderita gangguan bipolar pada periode antarepisode bisa kembali ke kemampuan fungsional semula, sekitar 20-30% penderita mungkin tetap memperlihatkan ketidakstabilan emosi, serta mengalami kesulitan dalam pekerjaan maupun relasi interpersonal.22 Perjalanan gangguan bipolar berlangsung kronik dan sering kambuh, meskipun dalam keadaan sedang menggunakan obat-obatan, angka kekambuhan masih tetap tinggi yaitu dalam setahun sebanyak 40% dan dalam dua tahun sebanyak 60% dan dalam empat hingga lima tahun sebanyak 73-88,7%. Seringnya kekambuhan dapat mengganggu fungsi keluarga, sosial dan pekerjaan.9

Dari status perkawinan subjek penelitian terbanyak adalah tidak kawin, yaitu sebanyak 26 orang (66,7%). Sesuai dengan literatur, gangguan bipolar frekuensinya lebih tinggi pada kejadian perceraian, perpisahan dan pada janda.12

Dari hasil penelitian didapatkan proporsi adanya masalah psikososial dan lingkungan pada pasien gangguan bipolar sebanyak 34 orang (87,2%). Proporsi pasien gangguan bipolar yang awitannya tidak didahului oleh suatu masalah psikososial dan lingkungan sebanyak 5


(48)

orang (12,8%). Sebanyak 5 orang (12,8%) subjek yang awitannya tidak didahului oleh suatu masalah psikososial dan lingkungan ini kemungkinan disebabkan oleh kurang jelasnya masalah psikososial dan lingkungan karena awitan terjadinya gangguan sudah lama atau peneliti kurang mampu menggali masalah psikososial dan lingkungan yang ada. Bisa pula memang pada subjek betul-betul tidak memiliki masalah psikososial dan lingkungan sebagai dasar gangguan yang dialaminya. Episode manik dan episode depresif pada gangguan bipolar seringkali menyusul peristiwa hidup yang penuh stres atau trauma mental lain, akan tetapi adanya stres tidak esensial untuk penegakan diagnosis.23 Suatu peristiwa dalam kehidupan seseorang dapat dilewati oleh orang itu sebagai peristiwa yang wajar dalam kehidupannya, sedangkan peristiwa yang sama oleh orang lain dapat menjadi suatu problem sesaat; sedangkan untuk orang lain lagi, peristiwa yang sama itu dapat menjadi sumber konflik yang berkepanjangan, sehingga peristiwa itu menjadi suatu stresor yang bermakna. Tidak semua orang yang mengalami stresor akan mengalami gangguan jiwa; demikian pula stresor yang sama yang dialami oleh beberapa orang, dapat menimbulkan gangguan jiwa yang berbeda. Gangguan jiwa yang sama pada beberapa orang, belum tentu disebabkan oleh stresor yang sama: ada orang yang gabgguan jiwanya timbul tanpa stresor, sedangkan pada orang lain timbulnya oleh satu atau lebih stresor, dan pada orang lain lagi gangguan jiwa yang sama timbul oleh stresor yang berbeda. Dengan perkataan lain: suatu stresor tidak secara linear


(49)

(dalam arti kata hubungan sebab-akibat) akan menimbulkan suatu gangguan jiwa tertentu.5

Studi-studi klinis dengan jelas menyatakan bahwa kemalangan yang dialami pada usia dini seperti meninggalnya orang tua dan kekerasan di dalam keluarga memiliki efek jangka panjang bagi kesehatan mental.24 Stresor kehidupan yang paling sering terkait dengan depresi adalah kematian orang tua sebelum usia 11 tahun dan faktor lingkungan yang sering terkait dengan depresi adalah kematian pasangan hidup. Faktor-faktor psikososial seperti bermacam-macam stres kehidupan biasanya hanya berperan pada awitan sakit pertama dan kurang bermakna pada kekambuhan selanjutnya.22

Masalah ekonomi, mencakup: kemiskinan yang ekstrem, keuangan yang tidak memadai dan dukungan kesejahteraan yang buruk.2 Kemiskinan, yang berperan sebagai stresor dalam masalah ekonomi lebih mungkin mendahului terjadinya gangguan mental, sehingga menjadikannya sebagai faktor risiko penting bagi terjadinya gangguan mental. Kesulitan ekonomi juga berpengaruh terhadap kemampuan individu dengan gangguan mental untuk berintegrasi kembali di dalam masyarakat. Faktor-faktor seperti pendidikan dan pekerjaan mempunyai hubungan timbal-balik dengan kemiskinan. Tidak adanya pekerjaan menyebabkan kemiskinan, dan kemiskinan menyebabkan berkurangnya peluang untuk mendapatkan pekerjaan. Kemiskinan juga mengurangi


(50)

kesempatan untuk memperoleh perumahan dan akomodasi yang layak sehingga mempengaruhi sikap emosional.20

Hasil penelitian dari Setyawan, Amri dan Sosromihardjo (2008) pada 115 karyawan di bagian redaksi suatu perusahaan surat kabar didapatkan kesimpulan bahwa prevalensi stres kerja dan gejala gangguan mental emosional sebesar 58%. Stres kerja memiliki hubungan yang bermakna dengan kecenderungan gejala gangguan mental emosional melalui stresor pengembangan karir.25

Dari penelitian Nasution (2007) tentang stres pada remaja didapatkan kesimpulan bahwa stres pada remaja itu disebabkan oleh berbagai faktor, tetapi faktor yang paling banyak mempengaruhi remaja berhubungan dengan orang tua, akademik dan teman sebaya.26

Masa pensiun melibatkan banyak perubahan hal, termasuk masalah keuangan dan aspek-aspek sosial kehidupan. Stres pada masa pensiun dapat diakibatkan oleh delapan bidang sumber, yaitu: uang, kesehatan, proses menjadi tua, mencari kegiatan yang berarti, bekerja dalam masa pensiun, status perkawinan, pemeliharaan anggota keluarga yang lain misalnya cucu atau orang tua, dan relokasi.27


(51)

BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN

6. 1. Kesimpulan

Masalah psikososial dan lingkungan yang paling sering pada pasien gangguan bipolar adalah masalah dengan primary support group, yang mencakup kekacauan dalam keluarga akibat perselisihan

dengan orang tua sebesar 66,7%; bertengkar dengan pasangan hidup sebesar 16,7%; kematian orang tua sebesar 8,3%; dan kebandelan anak-anak sebesar 8,3%. Masalah dengan primary support group ini terdiri dari stresor yang menetap, yaitu: perselisihan dengan orang tua, bertengkar dengan pasangan hidup dan kebandelan anak-anak; serta stresor yang tidak menetap, yaitu kematian orang tua. Stresor yang menetap akan terus-menerus dihadapi oleh pasien sehingga akan mempengaruhi perjalanan penyakitnya. Seperti masalah dengan primary support group, stresor yang menetap pada masalah psikososial dan lingkungan yang lain juga akan mempengaruhi perjalanan penyakit.

6. 2. Saran

Masalah psikososial dan lingkungan atau faktor stresor yang menetap akan terus-menerus dihadapi oleh pasien sehingga akan mempengaruhi perjalanan penyakitnya. Untuk itu peneliti menyarankan agar dalam penatalaksanaan gangguan bipolar dilakukan secara komprehensif dengan memperhatikan masalah psikososial dan


(52)

lingkungan yang dihadapi oleh pasien dan memberikan psikoedukasi keluarga.


(53)

DAFTAR REFERENSI

1. First MB. Psychiatric classification. In: Tasman A, Kay J, Lieberman JA, First MB, Maj M. editors. Psychiatry. Vol. 1. 3rd ed. West Sussex: John Wiley & Sons Ltd; 2008. p. 666-78

2. American Psychiatric Association. Diagnostic and statistical manual of mental disorders. 4th ed. Arlington: American Psychiatric Association; 2000

3. Baron D, Hardie T, Roemer R. Stress and coping. In: Baron D, Sholevar E. editors. Psychiatry and behavioral science - an introduction and study guide for medical students. Philadelphia: Temple University Press; 2009. p. 109-20

4. Hellhammer DH, Hellhammer J. Neurobehavioral medicines and stress-related disorders. In: Hellhammer DH, Hellhammer J. editors. Stress-the brain-body connection. Basel: Karger; 2008. p. 1-9

5. Mangindaan L. Diagnosis psikiatrik. Dalam: Elvira SD, Hadisukanto G. editor. Buku ajar psikiatri. Jakarta: Badan Penerbit FKUI; 2010. h. 71-98

6. Mondimore FM. Bipolar disorder-a guide for patients and families. 2nd ed. Baltimore: The John Hopkins University Press; 2006

7. Elkin D. Mood disorders: bipolar disorder. In: Elkin D, editor. Introduction to clinical psychiatry. London: Prentice Hall International; 1999. p. 75-86

8. Reus VI. Mood disorders. In: Goldman HH, editor. Review of general psychiatry. 4th ed. London: Prentice Hall International; 1995. p. 246-66

9. Amir N. Gangguan mood bipolar: kriteria diagnostik dan tatalaksana dengan obat antipsikotika atipik. Jakarta: Badan Penerbit FKUI; 2010


(54)

10. Loosen PT et. al. Mood disorders. In: Ebert MH, Loosen PT, Nurcombe B, editors. Current diagnosis & treatment in psychiatry. Singapore: McGraw-Hill; 2000. p. 290-327

11. Noll R. The encyclopedia of schizophrenia and other psychotic disorders. 3rd ed. New York: Facts On File Inc.; 2007

12. Rihmer Z, Angst J. Mood disorder: epidemiology. In: Sadock BJ, Sadock VA. editors. Kaplan & sadock’s comprehensive textbook of psychiatry. vol. II. 9nd ed. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins; 2009. p. 1645-52

13. Sadock BJ, Sadock VA. Kaplan & sadock’s pocket handbook of clinical psychiatry. 3rd ed. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins; 2001

14. Ayd FJ. Lexicon of psychiatry, neurology, and the neurosciences. Baltimore: Lippincott Williams & Wilkins; 1995

15. Ketter TA. Principles of assessment and treatment of bipolar disorders. In: Ketter TA. editor. Handbook of diagnosis and treatment of bipolar disorders. Arlington: American Psychiatric Publishing Inc.; 2010. p. 1-9

16. Craighead WE, Nemeroff CB. editors. The concise corsini encyclopedia of psychology and behavioral sciences. 3rd ed. New Jersey: John Wiley & Sons Inc.; 2004

17. Madiyono B, Moeslichan S, Sastroasmoro S, Budiman I, Purwanto SH. Perkiraan besar sampel. Dalam: Sastroasmoro S, Ismael S. editor. Dasar-dasar metodologi penelitian klinis, edisi ke-3. Jakarta: CV. Sagung Seto; 2008. h. 302-30

18. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 269/Menkes/Per/III/2008

19. Notoatmodjo S. Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta: PT. Rineka Cipta; 2005

20. Kuruvilla A, Jacob KS. Poverty, social stress and mental health. Indian J Med Res . 2007; 126: 273-78


(55)

21. Hirschfield RMA, Weissman MM. Risk factor for major depression and bipolar disorders. Neuropsychopharmacology: The Fifth Generation of Progress. 2002; 1017-25

22. Kolegium Psikiatri Indonesia. Modul gangguan psikiatri II. 3-9. Jakarta: Kolegium Psikiatri Indonesia; 2008

23. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Pedoman penggolongan dan diagnosis gangguan jiwa di Indonesia. Jakarta: Departemen Kesehatan; 1993

24. Kessler RC. Contribution of the sociocultural science. In: Sadock BJ, Sadock VA. editors. Kaplan & sadock’s comprehensive textbook of psychiatry. vol. II. 9nd ed. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins; 2009. p. 707-53

25. Setyawan ZY, Amri Z, Sosrosumihardjo D. Stres kerja dan kecenderungan gejala gangguan mental emosional pada karyawan redaksi surat kabar x di Jakarta. Majalah kedokteran Indonesia. 2008; 8 vol. 58: 278-283

26. Nasution IK. Stres pada remaja. Medan: Universitas Sumatera Utara; 2007.

27. Oniye AO. Retirement stress and management strategies among retired civil servant in Kwara State: councelling implication and intervention.available from: www.docstoc.com/docs/14905722/RE-EN


(56)

Lampiran 1

LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON SUBJEK PENELITIAN

Bapak / Ibu / Saudara / Saudari Yth.

Saya, dr .Agussyah Putra, mahasiswa FK-USU yang sedang menjalani Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) di bagian Ilmu Kedokteran Jiwa. Saat ini saya akan membuat suatu penelitian tentang Distribusi Masalah Psikososial dan Lingkungan pada Pasien Gangguan Bipolar. Masalah psikososial dan lingkungan adalah hal-hal atau peristiwa yang dapat memicu terjadinya serangan penyakit, termasuk penyakit berupa gangguan bipolar. Masalah psikososial dan lingkungan bisa berupa masalah dalam keluarga, masalah ekonomi, masalah pekerjaan, masalah pendidikan, masalah perumahan, masalah kesehatan, bencana alam dan lain-lain. Gangguan bipolar adalah salah satu nama penyakit pada ilmu kedokteran jiwa. Ciri-cirinya, pada suatu saat pasien merasa gembira yang berlebihan dan di saat yang lain bisa merasa sedih yang berlebihan pula, dan di antara waktu merasa gembira yang berlebihan dan merasa sedih yang berlebihan itu pasien terlihat normal. Saya akan mewawancarai Bapak / Ibu / Saudara / Saudari mengenai masalah apa yang ada setahun sebelum Bapak / Ibu / Saudara / Saudari atau keluarga Bapak / Ibu / Saudara / Saudari mengalami gejala penyakit seperti sekarang ini. Kita akan melakukan wawancara lebih kurang selama 30 menit.

Saat wawancara nanti Bapak / Ibu / Saudara / Saudari akan diberi kue sebanyak 3 (tiga) potong dan air mineral 220 cc sebagai ungkapan terima kasih saya karena Bapak / Ibu / Saudara / Saudari telah bersedia meluangkan waktunya untuk ikut dalam penelitian ini.

Partisipasi Bapak / Ibu / Saudara / Saudari dalam penelitian ini bersifat suka rela dan tanpa paksaan maupun tekanan dari pihak manapun. Seandainya Bapak / Ibu / Saudara / Saudari menolak untuk


(57)

berpartisipasi dalam penelitian ini, maka tidak akan ada akibat apa pun. Setelah memahami berbagai hal yang menyangkut penelitian ini, diharapkan Bapak / Ibu / Saudara / Saudari yang terpilih sebagai sukarelawan dalam penelitian ini, dapat mengisi lembar persetujuan turut serta dalam penelitian yang telah disiapkan.

Jika seandainya nanti ada hal-hal yang ingin ditanyakan, Bapak / Ibu / Saudara / Saudari dapat menghubungi saya melalui telepon dengan nomor 081360649596. Terimakasih.

Medan, Februari 2012 Hormat saya,

dr. Agussyah Putra


(58)

Lampiran 2

DATA SUBJEK PENELITIAN No. Rekam Medik :

Nama :

Usia : tahun

Jenis kelamin : lk/pr

Tingkatan pendidikan : rendah/tinggi

Status pekerjaan : bekerja/tidak bekerja Status perkawinan : kawin/tidak kawin Diagnosis aksis IV :


(59)

Lampiran 3

SURAT PERSETUJUAN IKUT DALAM PENELITIAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama :

JenisKelamin : Lk/Pr

Umur : tahun

Alamat :

Status : Pasien / keluarga pasien

Setelah mendapat keterangan secara terperinci dan jelas mengenai penelitian ”Distribusi Masalah Psikososial dan Lingkungan pada Pasien Gangguan Bipolar” dan setelah mendapat kesempatan tanya-jawab tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan penelitian tersebut, termasuk risikonya, maka dengan ini saya secara sukarela dan tanpa paksaan menyatakan bersedia menjadi peserta dalam penelitiantersebut.

Medan, ... 2012


(60)

Lampiran 4


(61)

Lampiran 5

BIAYA DAN JADWAL PENELITIAN

1. Biaya Penelitian

No. Kegiatan Biaya (Rp)

1. Persiapan 500.000,-

2. Pelaksanaan 500.000,-

3. Penyusunan laporan 1.500.000,-

4. Seminar hasil 1.500.000,-

Total biaya 4.000.000,-

2. Jadwal Penelitian

No. Waktu kegiatan Januari 2012

Februari 2012

Maret 2012 1. Persiapan

2. Pelaksanaan

3. Penyusunan laporan 4. Seminar hasil


(62)

Lampiran 6

RIWAYAT HIDUP PENELITI Data Pribadi

Nama : dr. Agussyah Putra

Jenis Kelamin : Laki-laki

Tempat/Tanggal lahir : Lawe Sigalagala/12 Agustus 1976

Agama : Islam

Alamat : Jl. Karya Gg. Wonosobo No. 13 B, Karang Berombak, Medan

Telepon : 081360649596

Email :

Riwayat Pendidikan

Tahun 1982-1983 : SD Negeri 3 Kutacane, Aceh Tenggara Tahun 1983-1989 : SD Negeri Babussalam, Aceh Tenggara Tahun 1989-1991 : SMP Negeri 1 Kutacane, Aceh

Tenggara

Tahun 1991-1994 : SMA Negeri 3 Banda Aceh

Tahun 1994-2003 : FK Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh

Tahun 2010-sekarang : Program Pendidikan Dokter Spesialis bidang Ilmu Kedokteran Jiwa FK USU, Medan

Riwayat Pekerjaan

Tahun 2003-2005 : Dokter PTT di Kabupaten Nagan Raya, Aceh

Tahun 2005-sekarang : PNS di lingkup Pemkab Nagan Raya, Aceh


(63)

Lampiran 7 Data Pasien

No. Inisial RS No. MR Usia

(tahun) Jenis kelamin Tingkat pendidikan Status pekerjaan Status perkawinan Masalah psikososial dan lingkungan

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

1. ARA RSHAM 428378 57 laki-laki S1 Tidak bekerja Kawin Masalah ekonomi

2. AS RSJ 015352 36 laki-laki SMP Tidak bekerja Tidak kawin Masalah pekerjaan

3. AH RSPM 769769 25 perempuan S1 Tidak bekerja Tidak kawin Masalah berkaitan

dengan lingkungan sosial

4. ADL RSPM 804940 34 laki-laki SMP Tidak bekerja Tidak kawin Masalah ekonomi

5. A RSJ 026628 27 perempuan S1 Bekerja Tidak kawin Masalah pekerjaan

6. AD RSJ 030458 22 perempuan SMA Tidak bekerja Kawin Masalah pekerjaan

7. DK RSJ 025483 24 perempuan SMA Tidak bekerja Tidak kawin Masalah dengan

primary support group

8. EFS RSPM 006200 41 laki-laki SMA Tidak bekerja Tidak kawin Tidak jelas

9. E RSJ 026284 17 perempuan SMP Tidak bekerja Tidak kawin Tidak jelas

10. ED RSJ 024954 28 perempuan SMA Tidak bekerja Tidak kawin Masalah dengan

primary support group

11. FH RSPM 571929 42 laki-laki SMA Bekerja Tidak kawin Masalah dengan

primary support group

12. Fa RSPM 687256 21 perempuan SMA Tidak bekerja Tidak kawin Masalah dengan

primary support group

13. Fi RSPM 783582 28 laki-laki Tidak tamat

SD

Bekerja Tidak kawin Masalah dengan

primary support group

14. HS RSPM 666068 31 laki-laki SMA Tidak bekerja Tidak kawin Masalah dengan

primary support group

15. Her RSPM 509427 29 laki-laki SMP Tidak bekerja Tidak kawin Masalah ekonomi

16. IE RSJ 015616 35 perempuan SMP Tidak bekerja Tidak kawin Masalah ekonomi

17. JES RSPM 756183 44 laki-laki SMA Bekerja Kawin Masalah dengan

primary support group

18. LS RSPM 755732 59 perempuan SMP Tidak bekerja Kawin Masalah dengan

primary support group

19. MYA RSPM 761349 29 laki-laki SMA Tidak bekerja Tidak kawin Masalah pekerjaan

20. MS RS Haji 156249 64 laki-laki SMA Tidak bekerja Kawin Masalah berkaitan

dengan lingkungan sosial

21. Mar RSPM 604826 54 laki-laki SMA Tidak bekerja Kawin Masalah berkaitan

dengan lingkungan sosial

22. NH RSPM 602970 38 perempuan SMA Tidak bekerja Tidak kawin Masalah pekerjaan

23. NS RSPM 786298 53 perempuan S1 Bekerja Kawin Masalah ekonomi

24. Nov RSJ 012412 42 perempuan D3 Tidak bekerja Kawin Masalah ekonomi

25. Nur RSJ 030101 16 perempuan SMP Tidak bekerja Tidak kawin Masalah berkaitan

dengan lingkungan sosial

26. NL RSPM 603826 55 perempuan SMP Tidak bekerja Tidak kawin Masalah ekonomi

27. RJ RSPM 666523 26 laki-laki S1 Bekerja Tidak kawin Masalah pendidikan

28. R RSJ 016711 32 laki-laki SMA Tidak bekerja Kawin Masalah ekonomi

29. RS RSPM 825662 24 laki-laki SMA Bekerja Tidak kawin Masalah pendidikan

30. Ron RSPM 575856 29 laki-laki D3 Tidak bekerja Kawin Masalah ekonomi

31. S RSJ 023895 31 perempuan SMP Bekerja Kawin Masalah dengan

primary support group

32. SR RSJ 028834 40 perempuan S1 Bekerja Kawin Masalah dengan

primary support group

33. Sur RSPM 623214 45 perempuan D3 Tidak bekerja Tidak kawin Masalah dengan

primary support group


(64)

primary support group

35. TH RSHAM 400608 59 laki-laki SMA Tidak bekerja Kawin Masalah ekonomi

36. VNS RSPM 506646 38 perempuan SMA Tidak bekerja Tidak kawin Tidak jelas

37. WW RSJ 028812 22 perempuan SMA Tidak bekerja Tidak kawin Tidak jelas

38. Y RS Haji 160452 22 perempuan SMA Tidak bekerja Tidak kawin Tidak jelas


(1)

SURAT PERSETUJUAN IKUT DALAM PENELITIAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama

:

JenisKelamin

:

Lk/Pr

Umur

:

tahun

Alamat

:

Status

:

Pasien / keluarga pasien

Setelah mendapat keterangan secara terperinci dan jelas mengenai

penelitian ”Distribusi Masalah Psikososial dan Lingkungan pada Pasien

Gangguan Bipolar” dan setelah mendapat kesempatan tanya-jawab

tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan penelitian tersebut,

termasuk risikonya, maka dengan ini saya secara sukarela dan tanpa

paksaan menyatakan bersedia menjadi peserta dalam penelitiantersebut.

Medan, ... 2012


(2)

Lampiran 4


(3)

BIAYA DAN JADWAL PENELITIAN

1. Biaya Penelitian

No.

Kegiatan

Biaya (Rp)

1.

Persiapan

500.000,-

2.

Pelaksanaan

500.000,-

3.

Penyusunan laporan

1.500.000,-

4.

Seminar hasil

1.500.000,-

Total biaya

4.000.000,-

2. Jadwal Penelitian

No.

Waktu kegiatan

Januari

2012

Februari

2012

Maret

2012

1. Persiapan

2. Pelaksanaan

3. Penyusunan laporan

4. Seminar hasil


(4)

Lampiran 6

RIWAYAT HIDUP PENELITI

Data Pribadi

Nama

:

dr. Agussyah Putra

Jenis Kelamin

:

Laki-laki

Tempat/Tanggal lahir

:

Lawe Sigalagala/12 Agustus 1976

Agama

:

Islam

Alamat

:

Jl. Karya Gg. Wonosobo No. 13 B,

Karang Berombak, Medan

Telepon

:

081360649596

Email

:

Riwayat Pendidikan

Tahun 1982-1983

:

SD Negeri 3 Kutacane, Aceh Tenggara

Tahun 1983-1989

:

SD Negeri Babussalam, Aceh Tenggara

Tahun 1989-1991

:

SMP Negeri 1 Kutacane, Aceh

Tenggara

Tahun 1991-1994

:

SMA Negeri 3 Banda Aceh

Tahun 1994-2003

:

FK Universitas Syiah Kuala, Banda

Aceh

Tahun 2010-sekarang

:

Program Pendidikan Dokter Spesialis

bidang Ilmu Kedokteran Jiwa FK

USU, Medan

Riwayat Pekerjaan

Tahun 2003-2005

:

Dokter PTT di Kabupaten Nagan Raya,

Aceh

Tahun 2005-sekarang

:

PNS di lingkup Pemkab Nagan Raya,

Aceh


(5)

Lampiran 7

Data Pasien

No. Inisial RS No. MR Usia (tahun) Jenis kelamin Tingkat pendidikan Status pekerjaan Status perkawinan Masalah psikososial dan lingkungan

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

1. ARA RSHAM 428378 57 laki-laki S1 Tidak bekerja Kawin Masalah ekonomi

2. AS RSJ 015352 36 laki-laki SMP Tidak bekerja Tidak kawin Masalah pekerjaan 3. AH RSPM 769769 25 perempuan S1 Tidak bekerja Tidak kawin Masalah berkaitan dengan lingkungan sosial

4. ADL RSPM 804940 34 laki-laki SMP Tidak bekerja Tidak kawin Masalah ekonomi

5. A RSJ 026628 27 perempuan S1 Bekerja Tidak kawin Masalah pekerjaan

6. AD RSJ 030458 22 perempuan SMA Tidak bekerja Kawin Masalah pekerjaan

7. DK RSJ 025483 24 perempuan SMA Tidak bekerja Tidak kawin Masalah dengan

primary support group 8. EFS RSPM 006200 41 laki-laki SMA Tidak bekerja Tidak kawin Tidak jelas

9. E RSJ 026284 17 perempuan SMP Tidak bekerja Tidak kawin Tidak jelas

10. ED RSJ 024954 28 perempuan SMA Tidak bekerja Tidak kawin Masalah dengan

primary support group

11. FH RSPM 571929 42 laki-laki SMA Bekerja Tidak kawin Masalah dengan

primary support group 12. Fa RSPM 687256 21 perempuan SMA Tidak bekerja Tidak kawin Masalah dengan

primary support group 13. Fi RSPM 783582 28 laki-laki Tidak tamat

SD

Bekerja Tidak kawin Masalah dengan primary support group 14. HS RSPM 666068 31 laki-laki SMA Tidak bekerja Tidak kawin Masalah dengan

primary support group 15. Her RSPM 509427 29 laki-laki SMP Tidak bekerja Tidak kawin Masalah ekonomi 16. IE RSJ 015616 35 perempuan SMP Tidak bekerja Tidak kawin Masalah ekonomi

17. JES RSPM 756183 44 laki-laki SMA Bekerja Kawin Masalah dengan

primary support group

18. LS RSPM 755732 59 perempuan SMP Tidak bekerja Kawin Masalah dengan

primary support group 19. MYA RSPM 761349 29 laki-laki SMA Tidak bekerja Tidak kawin Masalah pekerjaan

20. MS RS Haji 156249 64 laki-laki SMA Tidak bekerja Kawin Masalah berkaitan

dengan lingkungan sosial

21. Mar RSPM 604826 54 laki-laki SMA Tidak bekerja Kawin Masalah berkaitan

dengan lingkungan sosial

22. NH RSPM 602970 38 perempuan SMA Tidak bekerja Tidak kawin Masalah pekerjaan

23. NS RSPM 786298 53 perempuan S1 Bekerja Kawin Masalah ekonomi

24. Nov RSJ 012412 42 perempuan D3 Tidak bekerja Kawin Masalah ekonomi

25. Nur RSJ 030101 16 perempuan SMP Tidak bekerja Tidak kawin Masalah berkaitan dengan lingkungan sosial

26. NL RSPM 603826 55 perempuan SMP Tidak bekerja Tidak kawin Masalah ekonomi

27. RJ RSPM 666523 26 laki-laki S1 Bekerja Tidak kawin Masalah pendidikan

28. R RSJ 016711 32 laki-laki SMA Tidak bekerja Kawin Masalah ekonomi

29. RS RSPM 825662 24 laki-laki SMA Bekerja Tidak kawin Masalah pendidikan

30. Ron RSPM 575856 29 laki-laki D3 Tidak bekerja Kawin Masalah ekonomi

31. S RSJ 023895 31 perempuan SMP Bekerja Kawin Masalah dengan

primary support group

32. SR RSJ 028834 40 perempuan S1 Bekerja Kawin Masalah dengan

primary support group 33. Sur RSPM 623214 45 perempuan D3 Tidak bekerja Tidak kawin Masalah dengan

primary support group


(6)

primary support group

35. TH RSHAM 400608 59 laki-laki SMA Tidak bekerja Kawin Masalah ekonomi

36. VNS RSPM 506646 38 perempuan SMA Tidak bekerja Tidak kawin Tidak jelas 37. WW RSJ 028812 22 perempuan SMA Tidak bekerja Tidak kawin Tidak jelas 38. Y RS Haji 160452 22 perempuan SMA Tidak bekerja Tidak kawin Tidak jelas