BAB II PENDAFTARAN HAK CIPTA ARSITEKTUR YANG DIBUAT BERDASARKAN HUBUNGAN KERJA A. Dasar Hukum Hak Cipta Arsitektur - Status Kepemilikan Hak Cipta Arsitektur Yang Dibuat Berdasarkan Hubungan Kerja (Suatu Penelitian Di Kota Medan)

BAB II PENDAFTARAN HAK CIPTA ARSITEKTUR YANG DIBUAT BERDASARKAN HUBUNGAN KERJA A. Dasar Hukum Hak Cipta Arsitektur Berne Convention for the Protection of Artistic and Literary Works (Konvensi Bern tentang Perlindungan Karya Seni dan Sastra) atau yang biasa disebut secara

  singkat dengan “Konvensi Berne” saja, yang mulai berlaku di tahun 1886, merupakan ketentuan hukum internasional pertama mengatur masalah Hak Cipta antara negara-

  32

  negara berdaulat. Dalam konvensi ini, Hak Cipta diberikan secara otomatis kepada si pembuat karya cipta, dan pembuat tidak harus mendaftarkan karyanya untuk mendapatkan Hak Cipta. Segera setelah sebuah karya dicetak atau disimpan dalam satu media, si pencipta otomatis mendapatkan hak eksklusif Hak Cipta terhadap karya tersebut dan juga terhadap karya derivatif atau turunannya (karya-karya lain yang dibuat berdasarkan karya pertama), hingga si pencipta secara eksplisit menyatakan

  33 sebaliknya atau hingga masa berlaku Hak Cipta tersebut sudah habis.

  Melalui Konvensi Berne perlindungan Hak Cipta atas arsitektur masih berbentuk sederhana yaitu: plan, sketches, and plastics works, relatif to ...

  architecture (perencanaan, sketsa dan karya-karya plastik yang berkaitan dengan

  arsitektur) setelah mengalami evolusi melalui revisi-revisinya, Konvensi Berne memberikan konsep terbaru untuk hak cipta arsitektur, yakni sebagai: works of 32 Achmad Zen Umar Purba, Hak Kekayaan Intelektual Pasca Trips, Bandung , Alumni,

  2005, hal. 44 33 Haris Munandar dan Sally Sitanggang, Op Cit, hal. 21

  26

  architecture; ... illustrations, maps, sketches and three dimensional works relative to architecture (karya-karya arsitektur; ... ilustrasi, peta-peta, perencanaan, sketsa-sketsa 34 dan karya tiga dimensi yang berhubungan dengan karya arsitektur).

  Sejarah hak cipta di Indonesia bermula pada tahun 1958, bertolak dari nasionalisme ekonomi yang didengungkan Bung Karno. Perdana Menteri Djuanda menyatakan Indonesia keluar dari Konvensi Bern dan menyatakan semua ketentuan hukum tentang hak cipta tidak berlaku, agar para intelektual Indonesia bisa memanfaatkan hasil karya, cipta, dan karya asing tanpa harus membayar royalti. Dengan pertimbangan agar tidak menyulitkan Indonesia dalam pergaulan masyarakat internasional, sikap itu ditinjau kembali setelah Orde Baru berkuasa ketentuan lama zaman Belanda tentang hak cipta, yakni Auteurswet 1912 Staatsblad Nomor 600 Tahun 1912 (aturan kolonial pertama yang sudah disesuaikan dengan Konvensi Bern)

  35 berlaku lagi.

  Selanjutnya pada tahun 1982 Pemerintah Indonesia mencabut pengaturan tentang hak cipta berdasarkan Auteurswet 1912 Staatsblad Nomor 600 Tahun 1912, dan sebagai gantinya menetapkan UU Nomor 6 Tahun 1982 tentang Hak Cipta, yang merupakan undang-undang hak cipta pertama di Indonesia. UU itu yang kemudian direvisi dengan UU No. 7 Tahun 1987, setelah itu dirubah dengan UU No. 12 Tahun 1997, dan terakhir diganti dengan UU No. 19 Tahun 2002 (UUHC 2002) yang

  34 35 Belinda Rosalina, Op Cit, hal. 2 Ibid, hal 22

  36

  berlaku hingga saat ini. Perlindungan terhadap arsitektur telah diberikan oleh perundang-undangan Hak Cipta di Indonesia sejak diundangkan pertama sekali dalam UUHC 1982 dan pengaturannya masih diatur dalam UUHC 2002 sampai sekarang.

  Pergantian ketentuan hukum melalui pembaruan sejumlah undang-undang tersebut tidak lepas dari peran Indonesia dalam hubungan internasional. Pada tahun 1994 Indonesia telah meratifikasi pembentukan organisasi Perdagangan Dunia (World Trade Organization-WTO), yang mencakup pula perjanjian tentang Trade Re

  lated Aspects of Intellectual Propertyrights-TRIPs (Perdagangan yang Terkait dengan

  Hak Kekayaan Intelektual). Ratifikasi tersebut diwujudkan dalam bentuk UU Nomor

  7 Tahun 1994. Pada tahun 1997 Indonesia meratifikasi kembali Konvensi Bern melalui Keputusan Presiden Nomor 18 Tahun 1997. Yang tidak kalah pentingnya, Indonesia juga meratifikasi Copdiundnagnyrights Treaty (Perjanjian Hak cipta) yang disahkan oleh World Intellectual Property Organization (WIPO) melalui keputusan

37 Presiden Nomor 19 Tahun 1997

B. Pengaturan Hak Cipta Arsitektur Menurut Undang-Undang Hak Cipta Nomor 19 Tahun 2002

  Masalah hak cipta Arsitektur salah satu yang tidak terlepaskan dari pengaturan muatan materi hukum hak cipta dalam UUHC 2002. Hal ini dapat dilihat secara lengkap dalam ketentuan Pasal 12 ayat (1) UUHC yang menyatakan:

  Dalam undang-undang ini ciptaan yang dilindungi adalah ciptaan dalam bidang ilmu pengetahuan, seni, dan sastra yang mencakup: 36 37 Ibid Ibid a. Buku, program komputer, pamflet, perwajahan (lay out) karya tulis yang diterbitkan dan semua hasil karya tulis lain; b. Ceramah, kuliah, pidato dan ciptaan lain yang sejenis dengan itu;

  c. Alat peraga yang dibuat untuk kepentingan pendidikan dan ilmu pengetahuan;

  d. Lagu atau musik dengan atau tanpa teks;

  e. Drama atau drama musical, tari, koreografi, pewayangan dan pantonim;

  f. Seni rupa dalam segala bentuk seperti seni lukis, gambar, seni ukir, seni kaligrafi, seni pahat, seni patung, kolase dan seni terapan; g. Arsitektur ;

  h. Peta; i. Seni batik; j. Fotografi; k. Sinematografi; l. Terjemahan, tafsir, saduran, bunga rampai, database dan karya seni dari hasil pengalihwujudan.

  Yang dimaksud dengan arsitektur menurut Penjelasan Pasal 12 Ayat 1, Huruf

  g, antara lain meliputi: seni gambar bangunan, seni gambar miniatur, dan seni gambar maket bangunan.

  UUHC ini berisi 15 bab dan 78 pasal, dari sekian banyak bab dan pasal,

  38

  terdapat kata “arsitektur” sebanyak 4 (empat) buah yaitu pada: 38 Artikel non personal,

25 Januari 2008, Hak Cipta dan Karya Arsitektur, http://esubijono.wordpress.com., Internet, diakses tanggal 5 April 2012.

  1. Bab II Pasal 12, tentang Lingkup Hak Cipta salah satu diantaranya adalah arsitektur.

  2. Bab II Pasal 15, tentang pembatasan hak cipta arsitektur.

  3. Bab II Pasal 23, tentang mempertunjukkan Ciptaan arsitektur di dalam suatu pameran untuk umum atau memperbanyaknya dalam satu katalog.

  4. Bab III Pasal 29, tentang Masa Berlaku Hak Cipta arsitektur. Sementara di dalam Penjelasan UUHC ini terdapat 2 (dua) kata “arsitektur” yaitu pada:

  1. Penjelasan Pasal 12 Ayat 1, Huruf c, yang berbunyi: “Yang dimaksud dengan alat peraga adalah Ciptaan yang berbentuk dua ataupun tiga dimensi yang berkaitan dengan geografi, topografi, arsitektur, biologi atau ilmu pengetahuan lain.” , dan

  2. Penjelasan Pasal 12 Ayat 1, Huruf g, yang berbunyi: “Yang dimaksud dengan arsitektur antara lain meliputi: seni gambar bangunan, seni gambar miniatur, dan seni gambar maket bangunan.”

  Dalam UUHC Tahun 2002 tidak dijelaskan secara rinci bagaimana cakupan ruang lingkup dan tata cara perlindungannya, namun dalam penjelasan UUHC disebutkan bahwa arsitektur meliputi: seni gambar bangunan, miniatur, dan maket bangunan. Perlindungan ini lebih menjamin hak ekonomi dari para arsitek karena akan tertutupnya kedua alternatif sumber peniruan baik dari gambar bangunan maupun struktur bangunannya.

  Dalam UUHC juga tidak ada ditentukan kriteria atau batasan-batasan dan aspek-aspek apa sajakah yang dimiliki ciptaan arsitektur yang dapat dilindungi sebagai pedoman dalam berpraktek bagi para arsitek, disamping itu dalam undang- undang ini tidak disebutkan bagaimanakah kategori arsitektur yang mempunyai nilai

  39

  keaslian (originality) Untuk perlindungan arsitektur ini beberapa ketentuan yang perlu mendapat pengaturan lebih lanjut secara khusus adalah mengenai ruang lingkup pengertian arsitektur itu sendiri. Apakah pengertiannya meliputi arsitektur dua dimensi saja (seperti rencana, gambar, dan model bangunan) atau termasuk juga arsitektur tiga dimensi (bentuk atau struktur bagunan). Negara-negara peserta Konvensi Berne melindungi keduanya yaitu meliputi ciptaan dua dimensi maupun ciptaan tiga

  40 dimensi.

  Pada hak cipta arsitektur sebagaimana terhadap ciptaan lainnya juga terdiri dari hak ekonomi dan hak moral. Hak ekonomi adalah hak untuk mendapatkan manfaat ekonomi atas ciptaan serta produk terkait. Hak moral adalah hak yang melekat pada diri pencipta atau pelaku yang tidak dapat dihilangkan atau dihapus

  41 tanpa alasan apapun, walaupun hak cipta atau hak telah dialihkan.

39 L.K. Safrida Manik, Perlindungan Hukum Terhadap Karya Arsitektur Ditinjau dari

  

Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta (Studi di Kota Medan), Program Pasca

Sarjana Magister Kenotariatan Universitas Sumatera Utara, Medan, 2004, hal. 103 40 41 Sanusi Bintang, Op Cit, hal. 90 Departemen Kehakiman dan HAM, Kompilasi Undang-Undang Republik Indonesia di

  Bidang Hak Kekayaan Intelektual, Tangerang, 2002, hal. 266

  Muhammad Djumhana dan R. Djubaedillah memberikan definisi hak ekonomi adalah hak yang dimiliki seorang pencipta untuk mendapatkan keuntungan

  42 dari eksploitasi ciptaannya.

  43 Hak ekonomi terdiri dari komponen-komponen sebagai berikut :

  1. Hak reproduksi (menerbitkan/memperbanyak)

  2. Hak eksekusi (memainkan/mempertunjukkan) 3.

  Hak adaptasi (memindahkan/mengalihkan) dan 4. Hak interpretasi (menerjemahkan/mengalihbahasakan). Jenis hak ekonomi pada setiap klasifikasi HKI dapat berbeda-beda. Pada hak cipta, jenis hak ekonomi lebih banyak jika dibandingkan dengan paten dan merek.

  44 Abdulkadir Muhammad mengelompokkan hak ekonomi ke dalam 4 jenis yaitu :

1) Hak perbanyakan (penggandaan), yaitu penambahan jumlah ciptaan dengan

  pembuatan yang sama, hampir sama, atau meyerupai ciptaan tersebut dengan menggunakan bahan-bahan yang sama maupun tidak sama, termasuk mengalihwujudkan ciptaan.

  

2) Hak adaptasi (penyesuaian), yaitu penyesuaian dari satu bentuk ke bentuk

  lain, seperti penerjemahan dan satu bahasa ke bahasa lain, novel dijadikan sinetron, patung dijadikan lukisan, drama pertunjukan dijadikan drama radio.

  42 Muhammad Djumhana dan R. Djubaedillah, Hak Milik Intelektual (Sejarah, Teori dan Praktiknya di Indonesia), Citra Aditya bakti, Bandung, 1997, hal. 65 43 44 Ibid

  Abdul Kadir Muhammad, Kajian Hukum Ekonomi Hak Kekayaali Intelektual, PT Citra Aditya Bakti, Bandung. Hal 115

  3)

  Hak pengumuman (penyiaran), yaitu pembacaan, penyuaraan, penyiaran atau penyebaran ciptaan dengan menggunakan alat apa pun dan dengan cara sedemikian rupa, sehingga ciptaan dapat dibaca, didengar, dilihat, dijual, atau disewa oleh orang lain.

4) Hak pertunjukan (penampilan), yaitu mempertontonkan, mempertunjukan,

  mempergelarkan, memamerkan ciptaan di bidang seni oleh musisi, dramawan, seniman, peragawati.

  Muhammad Djumhana dan R. Djubaedillah menggemukakan lebih banyak

  45

  lagi, ada 8 jenis hak ekonomi yang melekat pada hak cipta, yaitu: 1 ) Hak reproduksi (reproduction right), yaitu hak untuk mengadakan ciptaan.

  Undang-undang Hak Cipta Indonesia menggunakan istilah hak perbanyakan.

  2 ) Hak adaptasi (adaptation right), yaitu hak untuk mengadakan adaptasi

  terhadap Hak Cipta yang sudah ada, misalnya penerjemahan dari sate bahasa ke bahasa lain, isi novel diubah menjadi isi skrenario flim. Hak ini diatur dalam Bern Convention clan Unversal Copyright Convention.

  3 ) Hak distribusi (distribution right), yaitu hak untuk menyebarkan kepada masyarakat setiap hasil ciptaan dalam bentuk penjualan atau penyewaan.

  Dalam Undang-undang Hak Cipta Indonesia, hak ini dimaksudkan dalam hak mengumumkan.

  4 ) Hak pertunjukan (performance right), yaitu hak untuk mengungkapkan karya 45 seni dalam bentuk pertunjukan atau penampilan oleh pemusik, dramawan, M. Djumhana dan R.Djubaedillah, Op.Cit., Hal 67-68 seniman, peragawati. Hak ini diatur dalam Bern Convention, Universal Copyright convention, Rome Convention.

  5 ) Hak penyiaran (broadcasting right), yaitu hak untuk menyiarkan ciptaan

  melalui transmisi dan transmisi ulang. Dalani Undang-undang Hak Cipta Indonesia, hak ini dimaksudkan dalam hak mengumumkan. Hak penyiaran diatur dalam Berne Convention, Universal Copyright Convention, Rome

  Corvention 1961, Brussel Convention 1974.

  6 )

  Hak programa kabel (cablecasting right), yaitu hak untuk menyiarkan ciptaan melalui kabel, misalnya siaran televisi melalui kabel kepada televisi pelanggan, yang bersifat komersial. Hak ini hampir sama dengan hak penyiaran. Tetapi tidak melalui transmisi melainkan kabel.

  7 ) Droit de suite, yaitu hak tambahan Pencipta yang bersifat Kebendaan, diatur dalam Bern Convention Revision Brusel 1948 and Revision Stockholm 1967.

  8 )

  Hak pinjam masyarakat (public lending right), yaitu hak Pencipta atas pembayaran ciptaan yang tersimpan di perpustakaan umum yang dipinjam oleh masyarakat. Hak ini berlaku di Inggris dan diatur dalam Public Lending

  Right Act 1979, The Public Lending Right Schenme 1982. hak ini telah banyak

  dianut oleh negara-negara lain, seperti Amerika Serikat,Belanda, Australia, Jerman, Denmark, Swedia.

  Di samping hak ekonomi, ada lagi aspek khusus yang lain pada HKI, yaitu hak moral (moral right). Hak moral adalah hak-hak yang melindungi kepentingan pribadi pencipta. Hak moral melekat pada pribadi pencipta. Tidak dapat dipisahkan dari penciptanya karena pribadi pencipta. Tidak dapat dipisahkan dari penciptanya karena bersifat pribadi dan kekal. Sifat pribadi menunjukkan ciri khas yang berkenaan dengan nama hak, kemampuan dan integritas yang hanya dimiliki oleh pencipta. Kekal artinya melekat pada pencipta selama hidup bahkan setelah

  46 meninggal.

  Hak moral berasal dari sistem hukum kontinental, yaitu dari Perancis. Menurut konsep hukum kontinental, hak pengarang (author right) terdiri dari hak ekonomi untuk mendapatkan keuntungan yang bernilai uang dan hak moral yang menyangkut perlindungan atas reputasi pencipta. Menurut Komen dan Verkade, hak

  47

  moral yang dimiliki pencipta meliputi : 1) Larangan mengadakan perubahan dalam ciptaan.

  2) Larangan mengubah judul. 3) Larangan mengubah penentuan pencipta. 4) Larangan untuk mengadakan perubahan.

  Hak moral tetap mempertahankan keaslian ciptaan meskipun hak ekonomi dari ciptaannya telah dialihkan. Pencipta berhak untuk menolak setiap perbuatan yang bersifat merusak atau merubah ciptaannya, karena hal tersebut akan berpengaruh buruk terhadap nama baiknya perbuatan demikian telah melanggar hak moral pencipta.

  46 47 Abdulkadir Muhammad, Op. Cit., hat 115.

  M. Djumhana dan R.Djubaedillah, Op.Cit., Hal 72

  48 Berikut ini adalah hak-hak yang termasuk hak moral:

  1) Hak untuk menuntut kepada pemegang hak cipta supaya nama pencipta tetap dicantumkan pada ciptaan.

  2) Hak untuk tak melakukan penambahan pada ciptaan tanpa persetujuan pencipta, atau ahli warisnya.

  3) Hak pencipta atau penemu untuk mengadakan penambahan pada ciptaan sesuai dengan tuntutan perkembangan dan kepatutan dalam masyarakat.

  Hak moral diatur dalam diatur dalam UUHC dan Konvensi Berne. Ketentuan

  Pasal 24 UUHC mengatur tiga esensi hak yang meliputi: hak pencipta untuk dicantumkan namanya dalam ciptaan, hak melarang melakukan perubahan dan hak

  49 Pencipta untuk merubah ciptaannya sesuai dengan kepatutan dalam masyarakat.

  Rumusan Pasal 24 UUHC selengkapnya tetulis sebagai berikut:

  1. Pencipta atau ahli waris berhak untuk menunutut kepada pemegang hak cipta supaya nama pencipta yang dicantumkan dalam ciptaanya.

  2. Suatu Ciptaan tidak boleh diubah walaupun Hak Ciptanya telah diserahkan

  kepada pihak lain, kecuali dengan persetujuan Pencipta atau dengan persetujuan ahli warisnya dalam hal Pencipta telah meninggal dunia.

  3. Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2), berlaku juga terhadap

  perubahan judul dan anak judul ciptaan, pencatuman dan perubahan nama 48 atau nama samaran pencipta. 49 Ibid

  

Henry Soelistyo, Hak Cipta Tanpa Hak Moral, Rajawali Pers, Jakarta, 2011, hal. 48

4. Pencipta tetap berhak mengadakan perubahan pada ciptaanya sesuai dengan kepatutan dalam masyarakat.

  Dengan demikian hak moral merupakan manifestasi dari pengakuan manusia

  50

  terhadap karya orang lain yang sifatnya non ekonomi. Hak moral ini diberikan untuk menjaga nama baik atau reputasi pencipta sebagai wujud lain terhadap pengakuan karya intelektualnya.

  Secara umum UUHC membagi jangka waktu perlindungan hak cipta ke dalam 5 (lima) kategori yang dihitung sejak 1 Januari untuk tahun berikutnya setelah ciptan tersebut diumumkan, diketahui oleh umum, diterbitkan atau setelah pencipta meninggal dunia, walaupun pada dasarnya hak tersebut sebagaimana ditegaskan dalam Pasal 34 UUHC telah dilindungi sejak lahirnya suatu ciptaan.

  Adapun perincian jangka waktu untuk Hak Cipta Arsitektur adalah sejak pertama kali diumumkan, berlaku selama hidup encipta dan terus berlangsung hingga 50 (lima puluh) tahun setelah pencipta meninggal dunia. Untuk ciptaan yang dimiliki oleh 2 (dua) orang atau lebih, Hak Cipta berlaku selama hidup pencipta yang meninggal dunia paling akhir dan berlangsung hingga 50 (lima puluh) tahun sesudahnya.

  Suatu arsitektur dapat pula dihasilkan oleh pegawai atau karyawan suatu

  51

  lembaga atau perusahan. Pemilikan hak ciptanya diatur dalam UUHC Pasal 8 sebagai berikut : 50 51 M. Djumhana dan R.Djubaedillah, Op.Cit., Hal 6 Sanusi Bintang, Op Cit, hal. 94

  (1) Jika suatu Ciptaan dibuat dalam hubungan dinas dengan pihak lain dalam lingkungan pekerjaannya, Pemegang Hak Cipta adalah pihak yang untuk dan dalam dinasnya Ciptaan itu dikerjakan, kecuali ada perjanjian lain antara kedua pihak dengan tidak mengurangi hak Pencipta apabila penggunaan Ciptaan itu diperluas sampai ke luar hubungan dinas. (2) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku pula bagi Ciptaan yang dibuat pihak lain berdasarkan pesanan yang dilakukan dalam hubungan dinas. (3) Jika suatu Ciptaan dibuat dalam hubungan kerja atau berdasarkan pesanan, pihak yang membuat karya cipta itu dianggap sebagai Pencipta dan Pemegang

  Hak Cipta, kecuali apabila diperjanjikan lain antara kedua pihak. Tidak hanya arsitektur nasional saja yang dilindungi UUHC, tetapi juga hak cipta internasional (asing). Menyangkut hak cipta asing ini pengaturannya terdapat dalam Pasal 76 huruf c yang menentukan bahwa semua semua ciptaan bukan warga negara Indonesia, bukan penduduk Indonesia, dan bukan badan hukum Indonesia yang diumumkan untuk pertama kali di Indonesia juga dilindungi, dengan ketentuan : (i) negaranya mempunyai perjanjian bilateral mengenai perlindungan hak cipta dengan Negara Republik Indonesia; atau (ii) negaranya dan Negara Republik Indonesia merupakan pihak atau peserta dalam perjanjian multilateral yang sama

  52 mengenai perlindungan hak cipta. 52 Ibid, hal. 94

C. Ruang Lingkup Perlindungan Hak Cipta Arsitektur

  Memahami perlindungan hak cipta harus diawali dengan pemahaman terhadap konsepsi dasar hak cipta. Di dalam hak cipta dikenal beberapa pelaku yang disebut dengan pencipta. Pencipta adalah seseorang atau beberapa orang secara bersama-sama yang atas inspirasinya melahirkan suatu ciptaan berdasarkan kemampuan pikiran, imajinasi, kecekatan, keterampilan atau keahlian yang dituangkan ke dalam bentuk yang khas dan bersifat pribadi. Dalam hal ini pencipta yang dimaksud adalah arsitek yang merupakan seseorang yang ahli dalam membuat

  53 rancang bangun dan yang memimpin konstruksinya.

  Pencipta apabila mengekspresikan kreativitas dan imajinasinya akan melahirkan apa yang disebut dengan Ciptaan. Menurut ketentuan Pasal 1 angka 3 UUHC, Ciptaan adalah hasil setiap karya pencipta yang menunjukkan keasliannya dalam lapangan ilmu pengetahuan, seni dan sastra. Suatu ciptaan yang telah diekspresikan secara nyata akan melahirkan hak cipta. Hak cipta merupakan dasar kepemilikan atas ciptaan yang telah diwujudkan oleh si pencipta. Pasal 1 ayat (1) UUHC menyebutkan bahwa “hak cipta adalah hak eksklusif bagi pencipta atau penerima hak untuk mengumumkan atau memperbanyak ciptaannya maupun memberi izin untuk itu, dengan tidak mengurangi pembatasan-pembatasan menurut

  54 perundang-undangan yang berlaku”.

  53 Budi Agus Riswandi, Perlindungan Data Base dalam Konteks Hukum Hak Cipta Indonesia, www.iprcentre.org/artikel/.pdf., Internet, diakses tanggal 6 April 2012. 54 Ibid

  Secara lengkap Pasal 2 ayat (1) UUHC menegaskan: “Hak Cipta merupakan hak ekslusif bagi pencipta atau pemegang hak cipta untuk mengumumkan atau memperbanyak ciptaannya, yang timbul secara otomatis setelah suatu ciptaan dilahirkan tanpa mengurangi pembatasan menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku”.

  Dari penjelasan pasal di atas, maka dapat dipertegas bahwa hak cipta pada hakekatnya merupakan hak eksklusif yang sifatnya monopoli, di mana hak itu didapat secara otomatis tatkala suatu ciptaan dilahirkan. Dalam hal ini O.K. Saidin berpendapat bahwa “eksklusif berarti khusus, spesifikasi, unik. Keunikan itu, sesuai

  55 dengan sifat dan cara melahirkan hak tersebut”.

  Biasanya pelanggaran hak cipta arsitektur itu dapat dilakukan melalui tiga cara, yaitu: (1) secara langsung mengcopy rencana-rencana yang dilindungi oleh hak cipta, (2) menggunakan rencana-rencana yang dilindungi hak cipta tanpa mengcopynya, dan (3) mengamati struktur bangunan yang dibangun dengan rencana

  56 yang dilindungi hak cipta untuk menciptakan rencana-rencana lainnya.

  Tidak dianggap sebagai pelanggaran hak cipta arsitektur jika yang ditiru itu adalah sebuah ide (pikiran, gagasan, cita-cita) atau sebuah gaya/corak mode (style).

  Peniruan teknik konstruksi pun tidak dianggap sebagai pelanggaran hak cipta, karena hal ini sudah merupakan alat ‘tool the trade’ untuk menghasilkan suatu karya cipta lainnya atau mengembangkan suatu karya cipta yang telah ada. Peniruan yang 55 O.K. Saidin, Aspek Hukum Hak Kekayaan Intelektual, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2004 Hal. 59. 56 Sanusi bintang, Op Cit, hal. 89

  demikian sudah lazim di dunia arsitektur. Yang dilindungi oleh hak cipta bukanlah ide, tetapi perwujudan dari ide tersebut dalam bentuk tertentu ‘expression of an idea’.

  Suatu ide baru mendapatan perlindungan apabila telah dituangkan dalam bentuk

  57 karya cipta tertentu misalnya gambar, model, rencana, atau bangunan itu sendiri.

  Disamping persyaratan di atas (melindungi ekspresi), persyaratan lainnya supaya suatu arsitektur mendapat perlindungan hukum adalah syarat keaslian (originality), yaitu suatu arsitektur itu benar-benar berasal dari arsitek yang bersangkutan, bukan hasil peniruannya dari karya pihak lain. Suatu karya yang dapat dikatakan asli, walaupun tidak khas/satu-satunya dari jenis itu (unique) karena yang terakhir ini sulit untuk dipenuhi dan sifatnya subjektif. Karena itu, terdapat kemungkinan dua ciptaan arsitektur yang secara kebetulan hampir sama atau sama yang keduanya dilindungi secara terpisah, asalkan tidak adanya unsur-unsur

  58 kesengajaan untuk melakukan peniruan.

  Berdasarkan UUHC dan studi dokumen atau penelitian terhadap hak cipta arsitektur yang telah dilakukan, dapat diambil pendekatan ruang lingkup perlindungan terhadap Hak Cipta Arsitektur meliputi arsitektur berbentuk dua ataupun tiga dimensi yaitu meliputi:

  1. Seni gambar bangunan, yaitu dokumen perencanaan berupa site plan, lay out plan, denah, tampak, potongan, dan lain-lain.

  57 58 Ibid, hal. 91 Ibid

  2. Seni gambar miniatur, dapat di ambil pendekatan sebagai gambar tiga dimensi, misalnya gambar interior dan eksterior dalam bentuk tiga dimensi, biasanya dibuat dengan sketsa tangan atau gambar komputer.

  3. Seni gambar maket bangunan, untuk maket dirasa kurang tepat penyebutan seni gambar karena maket adalah bentuk tiruan (gedung, kapal, pesawat terbang, dsb) dalam tiga dimensi dan skala kecil, biasanya dibuat dari kayu, kertas, tanah liat, dsb. Sehingga lebih tepat menyebutkan maket bangunan saja tanpa menambahkan seni gambar.

  4. Ciptaan/bentuk bangunan bangunan baik detail arsitektur maupun detail struktur.

  GAMBAR 1 - SENI GAMBAR BANGUNAN Sumber : Dokumentasi Pribadi

  GAMBAR 2 - SENI GAMBAR MINIATUR Sumber : Dokumentasi Pribadi GAMBAR 3 - MAKET BANGUNAN Sumber : Dokumentasi Pribadi

  

GAMBAR 4 - BANGUNAN GEDUNG

Sumber : Dokumentasi Pribadi

1. Pengertian Arsitek

  Seperti halnya dokter, akuntan pengacara dan notaris, arsitek adalah profesi yang menjual jasanya kepada masyarakat. Keberadaan arsitek diakui untuk mengurusi, segala permasalahan mengenai rancang bangun, mulai dari penyusunan konsep perancangan hingga pengawasan berkala sampai akhirnya menjadi sebuah produk arsitektural. Selain itu, seorang arsitek juga mempunyai tanggung jawab

  59 secara moral seumur hidup terhadap karya-karyanya.

  Peran arsitek di dalam kehidupan masyarakat sangat penting karena arsitek sebagai salah satu komponen masyarakat yang berperan di dalam pembentukan peradaban kehidupan manusia. Arsitek sebagai profesi yang menciptakan ruang bagi aktifitas dan kelangsungan hidup manusia dituntut selalu peka terhadap 59 Agung Dwiyanto, Op Cit perkembangan zaman dan teknologi serta sedapat mungkin selalu membela

  60 kepentingan masyarakat umum.

  Sebelum menjelaskan pengertian dari arsitektur, akan di jelaskan terlebih dahulu siapa yang menghasilkan karya arsitektur. Yang menghasilkan karya arsitektur adalah arsitek. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, arsitek adalah ahli

  61 dalam membuat rancang bangun dan memimpin konstruksi.

  Sedangkan menurut Keputusan Direktorat Jendral Cipta Karya Departemen Pekerjaan Umum Nomor 023/KPTS/CK/1992, yang disebut perencana/arsitek/ konsultan perencana/konsultan ahli adalah perorangan atau badan hukum yang melaksanakan tugas konsultasi dalam bidang perencanaan karya bangunan atau perencanaan lingkungan beserta kelengkapannya.

  Dalam buku Pedoman Hubungan Kerja Antara Arsitek dengan Pengguna Jasa (Ikatan Arsitek Indonesia, IAI) disebutkan bahwa Arsitek adalah sebutan ahli yang mempunyai latar belakang atau dasar pendidikan tinggi arsitektur dan/atau yang setara, mempunyai kompetensi yang diakui sesuai dengan ketentuan Ikatan Arsitek Indonesia, serta melakukan praktik profesi arsitek. Selanjutnya dijelaskan Profesi Arsitek adalah keahlian dan kemampuan penerapan dibidang perencanaan perancangan arsitektur dan pengelolaan proses pembangunan lingkungan binaan yang diperoleh melalui pendidikan tinggi arsitektur dan atau yang diakui oleh Organisasi

  60 Hendraningsih, Peran, Kesan, dan Bentuk-bentuk Arsitektur, Bandung, Djambatan, 1985, hal 5 61 Umi Chulsum, et.al., “Kamus Besar Bahasa Indonesia, Kashiko, Surabaya, 2006, Hal. 59 serta dari pengalaman penerapan pengetahuan ilmu dan seni tersebut, yang menjadi

  62 nafkah dan ditekuni secara terus-menerus dan berkesinambungan.

2. Pengertian Arsitektur

  Tidak ada suatu seni yang begitu dekat dengan kehidupan sehari-hari kita manusia selain daripada Arsitektur, untuk musik saja seseorang harus pergi ketempat pertunjukan musik, suatu konser atau paling harus menyetel televisi atau radio. Untuk menikmati suatu karya sastra seseorang harus membaca dan membaca dengan tekun.

  Dan untuk menikmati atau melihat lukisan harus pergi ke museum, sedangkan arsitektur selalu ada di depan dan di sekitar kita, sepanjang tahunbahkan sepanjang hayat. Jelas bahwa arsitek mempunyai kedudukan dan peranan penting dalam

  63 masyarakat.

  Kata arsitektur sendiri berasal dari bahasa Yunani yakni dari kata arche dan

  tektoon. Arche yang berarti yang asli, yang utama, yang awal; sedangkan tektoon

  64

  menunjuk pada suatu yang berdiri kokoh, tidak roboh, dan stabil. Didalam profesi arsitek tergabung kedua bidang kegiatan tersebut.

  Definisi arsitektur menurut kamus bahasa indonesia adalah “seni dan ilmu merancang serta membuat konstruksi bangunan atau metode dan gaya rancang suatu

  62 Ikatan Arsitek Indonesia, Pedoman hubungan Kerja antara Arsitek Dengan Pengguna jasa, Jakarta, IAI, 2001, hal. 9 63 Eko Budihardjo, Arsitek Bicara tentang Arsitektur Indonesia, Alumni, bandung, 1987, hal.

  148 64 Y.B mangunwijaya, Wastu Citra: Pengantar ke ilmu Budaya bentuk Arsitektur; Sendi-sendi Filsafatnya beserta Contoh-Contoh Praktis, jakarta, Gramedia Pustaka Utama, 1995, hal 327.

  65

  konstruksi bangunan”. Sedangkan pengertian arsitektur dalam kalangan para arsitek umumnya didefinisikan sebagai “seni penciptaan ruang dan bangunan untuk memberikan wadah kepada kehidupan bersama”. Pengertian ini mempunyai arti yang sempit dimana hanya ruang dan bangunan yang mempunyi kaedah-kaedah arsitektural (fungsional baik, struktural benar, dan penampilan indah) yang dapat

  66 merupakan hasil arsitektur yang baik, sedangkan yang lain “bukan arsitektur”.

  Sedangkan menurut Hasan Purbahadiwidjojo pengertian arsitektur memiliki makna yang lebih luas meliputi pembangunan lingkungan binaan yang merupakan bagian dari lingkungan semesta yang telah diubah oleh manusia dalam rangka menunjang

  67 kehidupan.

  Sejarah arsitektur diawali dari adanya kebutuhan menusia akan perlindungan dari alam, binatang, dan manusia lainnya. Tempat perlindungan ini diistilahkan dalam bahasa Inggris sebagai shelter. Pada saat itu manusia mencari tempat perlindungan, umumnya akan muncul suatu wujud tempat yang membuat manusia merasa terlindungi didalamnya. Wujud tempat ini memunculkan bentuk yang memiliki ruang, bentuk ruang memiliki unsur tiga dimensi. Disinilah mengapa vitruvius merumuskan trinitas arsitektur yakni firmitas (kekuatan), utilitas (kegunaan) dan venustas (keindahan) sebagai teori yang paling utama dalam merancang arsitektur.

  Fimitas hadir karena keinginan akan kekokohan atau kekuatan dari tempat 65 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka,

  Jakarta, 1989 66 67 Eko Budiaharjo, Opcit, hal. 75 Sanusi Bintang, Op Cit, hal. 88-89 berlindung, utilitas karena adanya kebutuhan akan ruang-ruang berdasarkan fungsinya, dan venustas agar memenuhi unsur kesenangan/ keindahan pada saat tempat berlindung itu dihuni. Pada karya arsitektur, ruang dan bentuk menjadi

  68 sesuatu yang tidak dapat dipisahkan karen saling melengkapi satu sama lain.

  Suatu ruang bisa diilustrasikan dalam bentuk gambar, tetapi kehadiran suatu ruang baru dapt dirasakan apabila kita berada didalamnya. Disebabkan sifat keruangan ini, secara logika suatu arsitektur baru dapat disebut karya arsitektur

  69 apabila desain dalam bentuk gambar sudah diwujudkan ke dalam bentuk bangunan.

  Suatu ciptaan arsitektur tidaklah tercipta tanpa melalui suatu pemikiran. Keselarasan adalah pertimbangan yang paling penting agar suatu karya tersebut nyaman dihuni dan indah dilihat. Namun, pada intinya terdapat ciri-ciri visual bentuk dari suatu karya arsitektur yang menjadi komponon-komponen pembentuk nya,

  70

  antara lain:

  a. Wujud/bentuk (form)

  b. Dimensi (size)

  c. Warna (colour)

  d. Tekstur

  e. Posisi

  f. Orientasi, dan

  g. Visual Pengetahuan mengenai ciri visual arsitektur ini sangat diperlukan untuk menyadari bahwa arsitektur merupakan kumpulan dari unsur-unsur diatas. 68 69 Belinda Rosalina, Op Cit, hal. 56 70 Ibid

  Francis D.K. Ching, Architekture: form, space, and order, Canada: John Wiley&Sons, Inc., 1996, hal 34 Pemenuhan peniruan dari beberapa unsur karya arsitektur lain akan menghasilkan suatu karya arsitektur baru yang dapat serupa atau memiliki ide yang sama, tetapi ekspresi yang berbeda. Persamaan dapat berujung pada timbulnya pelanggaran Hak Cipta. Berapa besar persaaan yang dapat dikategorikan sebagai suatu pelanggaran hingga saat ini belum terumus. Namum dapat terlihat dari berapa banyak bagian pada komposisi arsitektur yang memiliki kesamaan.

  71 Proses pengerjaan arsitek harus melalui beberapa tahapan dari mulai

  persetujuan kerjasama antara arsitek, perusahan perencana, pengguna jasa, dan kontraktor atau pihak lain, kemudian arsitek akan memulai memikirkan ide, mendesain gambar, persetujuan gambar, mengoordinasikan konstruksi bangunan di lapangan sampai pembangunan selesai.

72 Dalam mendesain karya arsitektur diperlukan kelengkapan gambar-gambar

  yang mendukung, terdiri atas:

  73

  a. Gambar-gambar dua dimensi untuk gambar detail desain, gambar pelaksanaan atau gambar kerja (memiliki skala) seperti gambar Denah lay-out plan, siteplan, Denah, tampak, potongan, perspektif, detail struktural, detail arsitektural, gambar mekanikal-elektrical (gambar penentuan peletakan seperti saklar, stop kontak, titik lampu, titik AC), gambar utilitas ( perlengkapan toilet misalnya WC, urinal, shower, perlengkapan pemadam api seperti detektor,

  71 Belinda Rosalina, Op Cit, hal 61 72 Wulfram I. Ervianto, Manajemen, Proyek Konstruksi, Andi, Yogyakarta, 2003, hlm 15 73 Achmad Delianur, Ketua IAI Sumatera utara, wawancara, tanggal 5 Februari 2012 sprinkel, hidrant), gambar landskap, gambar eksterior dan interior dalam bentuk dua dimensi; b. Gambar tiga dimensi untuk acuan hasil akhir yang diinginkan (melihat ruang secara vertikal dan horizontal), misalnya gambar interior dan eksterior dalam bentuk tiga dimensi (biasanya dibuat dengan sketsa tangan atau gambar komputer seperti scetch up, 3dmax, maupun program sejenis) Tetapi yang terpenting dari kelengkapan gambar diatas, menurut Ketua IAI

  Kota Medan yang paling penting dalam suatu hak cipta ini adalah suatu ide atau konsep perancangan arsitektur, ketika arsitek merancang suatu bangunan ia akan memasukkan unsur seni, ilmu pengetahuan, ide, konsep-konsepnya kedalam rancangannya. Sehingga tidaklah tepat jika yang didaftarkan sebagai hak cipta adalah kelengkapan gambar seperti denah, tampak, dan seterusnya. karena kelengkapan gambar demikian contohnya denah rumah sakit, sudah ada standarnya sendiri, ruang operasinya harus sekian, ruang perawatannya harus sekian meter persegi, demikian juga dengan bangunan-bangunan lainnya sudah ada standar dan kebiasaan ruang dan bentuk masing-masing. Karena arsitek bukanlah tukang gambar ataupun pelukis, arsitek adalah orang yang tahu sedikit tentang banyak hal, ketika ia mendirikan rumah sakit ia mengetahui sedikit banyak tentang rumah sakit, ketika merancang pabrik ia mengerti sedikit tentang pabrik, arsitek dengan ilmunya dituntut bisa merancang berbagai bangunan, semua didapat dari pengalaman dan pembelajaran, cara berpikir arsitek juga tidak pernah linier, proses berpikirnya eksploratif mulai dari input, proses, maupun output. Sehingga kelengkapan gambar standar diatas tidak tepat jika didaftarkan tapi hanya boleh berupa lampiran. Dalam proses perencanaan arsitektural dikenal juga dengan konsep perancangan yang juga dituangkan dalam bentuk 2 dimensi atau gambar, bisa berbentuk sketsa tangan maupun gambar komputer, berupa gubahan/konsep bentuk, gubahan massa, pengaruh arah angin, posisi jalan, dan konsep lainnya, tetapi jarang dipublikasikan oleh arsitek. Konsep perancangan inilah yang biasanya berpengaruh terhadap hasil rancangan nantinya. Yang lebih tepat di daftarkan sebagai hak cipta ini seharusnya adalah ‘gambar konsep perancangan’ dan kelengkaan gambar (denah, tampak, potongan, siteplan, layout, detail) bisa menjadi

  74 lampiran saja untuk didaftarkan.

D. Konsep/ Bentuk Perlindungan Hukum yang dapat didaftarkan bagi Ciptaan Arsitektur

  Sebagai salah satu bentuk kepatuhan pada Konvensi Berne, Indonesia melalui UUHC memberikan perlindungan Hak Cipta untuk arsitektur. Ruang lingkup arsitektur yang dilindungi dalam UUHC tertera dalam Penjelasan Pasal 12 ayat 1 huruf (g) yaitu antara lain meliputi seni gambar bangunan, seni gambar miniatur, dan seni gambar maket bangunan. Selain itu, pada Pasal 12(c) juga disebutkan bahwa alat peraga merupakan objek perlindungan Hak Cipta.

  Pada pasal Penjelasan disebutkan Pengertian dari alat peraga itu sendiri adalah Ciptaan yang berbentuk dua atau tiga dimensi yang berkaitan diantaranya dengan arsitektur.

74 Achmad Delianur, ketua IAI Wilayah Sumatera Utara, wawancara, tanggal 5 Februari 2012

  Pengertian dari tiga dimensi sendiri menurut paul Klee sebagai mana dikutip

  75

  oleh Francis D.K. Ching dalam bukunya, adalah: Semua bentuk gamar berawal dari satu titik yang membuat suatu gerakan... titik itu bergerak... dan terbentuklah suatu garis – dikenal sebagai dimensi – pertama. Bila garis itu bergerak membentuk sebuah bidang, maka kita dapat menentukan sebuah unsur dua-dimensi. Selama perkembangannya dari bidang menjadi ruang, pertemuan bidang-bidang tadi melahirkan suatu badan (tiga- dimensi) . . Sebuah ringkasan mengenai energi kinetik yang menggerakkan sebuah titik menjadi garis, garis menjadi bidang dan bidang menjadi dimensi ruang. Definisi dari tiga dimensi diilustrasikan sebagai berikut:

  Sekumpulan titik-titik (x ,y, z) yang membentuk luasan-luasan (face: gabungan titik-titik yang membentuk luasan tertentu atau sering dinamakan

  76 dengan sisi) yang digabungkan menjadi satu kesatuan.

  Sehingga seni gambar dapat berwujud bidang maupun ruang sebagaimana didefinisikan oleh Paul Klee pada penjelasan di atas. Sebagaimana disebutkan dalam

  pasal 12 ayat 1 huruf (l), ‘terjemahan, tafsir, saduran, bunga rampai, database, dan karya lain dari hasil pengalihwujudan’ dilindungi sebagai objek Hak Cipta. Pengertian dari ‘pengalihwujudan’ menurut penjelasan pasal tersebut adalah ‘pengubahan bentuk, misalnya dari bentuk patung menjadi lukisan, cerita roman menjadi drama, drama menjadi sandiwara radio, dan novel menjadi film.’ Demikian juga dapat disimpulkan suatu bangunan merupakan pengalihwujudan dari suatu gambar arsitektur. 75 76 Francis D.K. Ching, Arsitektur: Bentik, Ruang, dan Tatanan, Jakarta, Erlangga, hal. 1 Achmad Basuki & Nana Ramadijanti. Graftk 3 Dimensi Negeri, http:// lecturer.eepis-

  its.edu/-basuki /lecture/Gtafik 3D.pdf; Internet, diakses tanggal 16 September 2012.

  Dari penjelasan diatas, peneliti mengambil kesimpulan bahwa penyebutan ‘arsitektur’ sebagaimana yang disebutkan dalam UUHC adalah dalam bentuk seni gambar atau dua dimensi. Sedangkan penyebutan ‘karya arsitektur’ setelah pengalihwujudan dari seni gambar menjadi sebuah bangunan dengan ruang-ruang berbentuk tiga dimensi.

  Arsitektur yang berbentuk dua dimensi merupakan ‘seni gambar’ seperti yang disebutkan dalam UUHC sehingga dapat digolongkan dan didaftarkan sebagai Hak Cipta, namun Arsitektur yang telah berwujud tiga dimensi yang merupakan ‘karya arsitektur’ bisa didaftarkan melalui hak cipta, paten, maupun desain industri.

1. Apakah semua bangunan dapat disebut sebagai Ciptaan Arsitektur?

  Apakah semua bangunan dapat dikatakan sebagai ciptaan arsitektur? UU No.28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung menyebutkan bahwa:

  Bangunan gedung adalah wujud fisik hasil pekerjaan kanstruksi yang menyatu dengan tempat kedudukannya, sebagian atau seluruhnya berada di atas dan/atau di dalam tanah dan/atau air, yang berfungsi sebagai tempat manusia melakukan kegiatannya, baik untuk hunian atau tempat tinggal, kegiatan keagamaan, kegiatan usaha, kegiatan sosial, budaya, maupun kegiatan khusus. Definisi dari undang-undang ini tidak memberikan petunjuk akan adanya persyaratan khusus untuk disebut sebagai bangunan, suatu konstruksi dapat disebut bangunan sepanjang memenuhi persyaratan menyatu dengan tempat kedudukannya atau dengan arti kata lain bukan merupakan konstruksi yang tidak permanen. Struktur selain bangunan seperti jembatan, bendungan, tenda, kendaraan rekreasi, rumah

  77 mobil dan kapal tidak dikategorikan sebagai ciptaan arsitektur.

  Bagaimana dengan toko di dalam sebuah mal, apakah dapat dianggap sebagai karya arsitektur? Belinda Rosalina dalam bukunya menyebutkan Pengadilan Amerika dalam kasus The Yankee Candle Co. v. New England Candle Co telah membuat suatu

  78 putusan berkaitan dengan pertanyaan ini.

  Yankee menyewa toko di dalam sebuah mal (Mal Holyone). Toko tersebut

  terdiri atas ornamen-ornamen standar seperti lemari display kayu warna tua, jendela- jendela multiplaned, ornamen-ornamen dari tembaga, pintu tipe perancis. Pemilik Yankee memperoleh kepemilikan atas desain toko ini dari arsitek, dan langsung mendaftarkan perencanaan arsitektur dan desain tokonya ke kantor Hak Cipta. New England juga membuka toko yang serupa dekat Mal Enfield Square. Melihat hal ini

  

Yankee menggugat New England telah melakukan pelanggaran Hak Cipta. New

England membela diri dengan mengatakan bahwa toko tidak dapat disebut sebagai

  karya arsitektur. Yankee berargumen bahwa tokonya lebih menyerupai struktur tradisional dan tidak bisa disamakan seperti gazebo ataupun pergola. Pengadilan mengatakan bahwa perlindungan Hak Cipta diperluas hingga bangunan yang bersifat

  free-standing. Hal ini menyamakan toko sebagai struktur dalam struktur seperti

  kantor dalam bangunan perkantoran. Hakim memutuskan bahwa New England telah melanggar Hak Cipta karena telah memiliki akses ke gambar perencanaan Yankee, 77 78 Belinda Rosalina, Op Cit, hal 227 Belinda Rosalina, Op Cit, hal 228 sehingga ditemukan kesamaan yang tinggi pada elemen non-utilitarian yang tidak dapat dijelaskan kesamaannya bahwa kesamaan ini disebabkan kreasi yang independen. Bahwa dalam kasus yankee ini dipertegas bahwa toko merupakan karya

  79 cipta arsitektur.

2. Bagaimana struktur yang dilindungi sebagai paten?

  Pengertian paten dalam UU No. 14 tahun 2001 tentang paten, adalah hak eksklusif yang diberikan oleh negara kepada inventor atas hasil invensinya di bidang

  80

  teknologi. Invensi artinya ide inventor yang dituangkan dalam suatu kegiatan pemecahan masalah yang spesifik di bidang teknologi dapat berupa produk atau

  81 proses, atau penyempurnaan dan pengembangan produk atau proses.

  Contoh dari paten adalah penemuan akan struktur bangunan tahan ledakan. (yang bernomor registrasi No. ID 0 012 397. No Paten: P-941368. Konsultan HKI: DR. Cita CN. tanggal 26 Oktober 2005). Dan juga seorang arsitek bernama Rem Koolhaas telah mendaftarkan paten atas dua temuan strukturnya yakni hyperbuilding (Bangkok, Thailand) dan CCTV (Beijing, China) yang mematenkan pengaturan penunjang menara agar dapat tinggi tanpa memerlukan dasar yang lebar sebagai penunjang.

  79 80 Ibid 81 Pasal 1 (1) UU. No. 14 tahun 2001 tentang paten

Pasal 1 (2) UU. No. 14 tahun 2001 tentang Paten

  MacDonald dalam bukunya berpendapat bahwa terdapat jenis-jenis hubungan antara struktur dan arsitektur, yakni ornamentasi struktur, dengan menggolongkan

  82 struktur sebagai ornamen dan struktur sebagai arsitektur.

  Pemisahan yang tegas diberikan dalam membedakan Paten dan hak Cipta Sementara, Paten berkaitan erat dengan teknologi dan struktur sebagai ornamen, pada posisi lain hak Cipta lebih memilih untuk melindungi struktur sebagai arsitektur yang

  83 berkaitan dengan seni.

  Arsitektur sebagai proses dapat ditinjau dari penerapan HaKI di Indonesia. HaKI adalah hak yang timbul bagi hasil olah pikir otak yang menghasilkan suatu produk atau proses yang berguna bagi manusia. Secara garis besar, HaKI dibagi dalam dua bagian perlindungan, yaitu Hak Cipta dan Hak Kekayaan Industri yang mencakup Hak Paten sebagai salah satu bagiannya. Antara Hak Cipta dan Hak Paten

  84 terdapat perbedaan mendasar yaitu mengenai materi perlindungannya.

  Hak Cipta melindungi karya intelektual dan seni dalam pola pikir dan kreasi manusia tanpa menyangkut teknologi. Selain itu juga melindungi bentuk ekspresi.

  Ekspresi yang dimaksud disini seperti dalam bentuk tulisan, gambar, suara, dan video. Perlindungan Hak Cipta muncul otomatis sejak produk akhir dihasilkan.

  82 83 Angus J. MacDonald, Struktur & Arsitektur, Jakarta, Erlangga, 2002, hal 1 84 Belinda rosalina, Op Cit, hal 229 Maureen Suryani, Otensitas dalam Proses Cipta Arsitektur, Jurnal Ilmiah Arsitektur Universitas Pelita harapan, vol V, No. 1, 2008, hal. 45

  Dalam arsitektur, yang dimaksud produk akhir dalam Hak Cipta adalah gambar dan

  85 miniatur bangunan.

  Sementara, Hak Paten melindungi hak seorang penemu/pencipta untuk penemuan suatu invensi teknologi baru. Invensi dapat berupa produk atau proses, atau penyempurnaan dan pengembangan produk atau proses, atau penyempurnaan dan pengembangan produk atau peoses. Paten perlu untuk diajukan dan didaftarkan terlebih dahulu sebelum menjadi hak seseorang untuk digunakan dalam keperluan

  86 ekonomi.

  Bila Hak Cipta lebih mengarah pada perlindungan produk akhir, Hak Paten mengarah pada perlindungan proses. Baik murni proses maupun produk yang digunakan dalam proses untuk menciptakan produk akhir. Paten diberikan untuk invensi yang baru (novelty), mengandung langkah inventif (inventive), dan dapat

  87 diterapkan dalam industri (applicable).

Dokumen yang terkait

Status Kepemilikan Hak Cipta Arsitektur Yang Dibuat Berdasarkan Hubungan Kerja (Suatu Penelitian Di Kota Medan)

0 46 147

Perlindungan Hukum Terhadap Hak Cipta Atas Karya Cipta Digital Di Indonesia

17 171 122

Sertifikasi Lisensi Hak Cipta Musik Dan Lagu Radio Siaran Swasta Nasional Oleh Yayasan Karya Cipta Indonesia (Suatu Penelitian di Kota Medan)

1 48 144

Perlindungan Hukum Terhadap Karya Arsitektur Ditinjau Dari Undang-Undang No 19 Tahun 2002 Tentang Hak Cipta (Studi Di Kota Medan)

1 29 128

Perlindungan Hukum Pemegang Hak Cipta Terhadap Pembajakan Hak Cipta Lagu Atau Musik

3 107 147

Perlindungan Hukum Terhadap,Karya Cipta Buku Menurutundang-Undang Hak Cipta Indonesia (Suatu Penelitian Di Kota Medan)

0 53 123

BAB II PENGATURAN HAK CIPTA DI INDONESIA DITINJAU DARI UU NO.28 TAHUN 2014 A. Pengertian Hak Cipta - Perlindungan Hukum Terhadap Pencipta atas Pembajakan Karya Seni Digital pada Jejaring Sosial Ditinjau dari UU No.28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta skripsi

0 0 30

BAB II PENGATURAN HAK CIPTA DI INDONESIA A. Konsep Dasar Hak Cipta - Pembatasan Pengalihan Hak Ekonomi Dalam Bentuk Jual-Putus Melalui Perlindungan Hak Cipta Di Indonesia

0 1 27

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HAK CIPTA A. Sejarah Hak Cipta 1. Sejarah Perkembangan Perlindungan Hak Cipta di Dunia - Pewarisan Hak Cipta Menurut KUHPerdata dan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta

0 0 31

A. Ruang Lingkup Hak Cipta - Perlindungan Hukum Hak Cipta Terhadap Industri Kreatif Di Indonesia

0 2 49