Review RPIJM Kabupaten Labuhanbatu Utara (2014-2018) Pemerintah Kabupaten Labuhanbatu Utara Badan Perencanaan Pembangunan Daerah ( BAPPEDA )

  Bab

  4 ASPEK TEKNIS PER SEKTOR

  Rencana pembangunan infrastruktur bidang Cipta Karya mencakup empat sektor yaitu pengembangan permukiman, penataan bangunan dan lingkungan, pengembangan air minum, serta pengembangan penyehatan lingkungan permukiman yang terdiri dari air limbah, persampahan, dan drainase.

  Penjabaran perencanaan teknis untuk tiap-tiap sektor dimulai dari pemetaan isu-isu strategis yang mempengaruhi, penjabaran kondisi eksisting sebagai baseline awal perencanaan, serta permasalahan dan tantangan yang harus diantisipasi. Tahapan berikutnya adalah analisis kebutuhan dan pengkajian terhadap program-program sektoral, dengan mempertimbangkan kriteria kesiapan pelaksanaan kegiatan. Kemudian dilanjutkan dengan merumuskan usulan program dan kegiatan yang dibutuhkan. Empat sektor tersebut akan dijelaskan di bawah ini.

4.1 Pengembangan Permukiman

  Berdasarkan UU No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman, permukiman didefinisikan sebagai bagian dari lingkungan hunian yang terdiri atas lebih dari satu satuan perumahan yang mempunyai prasarana, sarana, utilitas umum, serta mempunyai penunjang kegiatan fungsi lain di kawasan perkotaan atau perdesaan.

  Kegiatan pengembangan permukiman terdiri dari pengembangan permukiman kawasan perkotaan dan kawasan perdesaan. Pengembangan permukiman kawasan perkotaan terdiri dari pengembangan kawasan permukiman baru dan peningkatan kualitas permukiman kumuh, sedangkan untuk pengembangan kawasan perdesaan terdiri dari pengembangan kawasan permukiman perdesaan, kawasan pusat pertumbuhan, serta desa tertinggal.

4.1.1 Arahan Kebijakan Dan Lingkup Kegiatan

A. Arahan Kebijakan

  Arahan kebijakan pengembangan permukiman mengacu pada amanat peraturan perundangan, antara lain:

  1. Undang-undang No. 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional

  Arahan RPJMN Tahap 3 (2015-2019) menyatakan bahwa pemenuhan kebutuhan hunian yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana pendukung bagi seluruh masyarakat terus meningkat, sehingga kondisi tersebut mendorong terwujudnya kota tanpa permukiman kumuh pada awal tahapan RPJMN berikutnya.

  2. Undang-Undang No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman

  Pasal 4 mengamanatkan bahwa ruang lingkup penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman juga mencakup penyelenggaraan perumahan (butir c), penyelenggaraan kawasan permukiman (butir d), pemeliharaan dan perbaikan (butir e), serta pencegahan dan peningkatan kualitas terhadap perumahan kumuh dan permukiman kumuh (butir f).

  3. Undang-Undang No. 20 Tahun 2011 tentang Rumah Susun

  Pasal 15 mengamanatkan bahwa pembangunan rumah susun umum, rumah susun khusus, dan rumah susun negara merupakan tanggung jawab pemerintah.

  4. Peraturan Presiden No.

  15 Tahun 2010 tentang Percepatan Penanggulangan Kemiskinan

  Peraturan ini menetapkan salah satunya terkait dengan penanggulangan kemiskinan yang diimplementasikan dengan penanggulangan kawasan kumuh.

  5. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 14/PRT/M/2010 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Tata Ruang

  Peraturan ini menetapkan target berkurangnya luas permukiman kumuh di kawasan perkotaan sebesar 10% pada tahun 2014. Terkait dengan tugas dan wewenang pemerintah dalam pengembangan permukiman maka UU No. 1/2011 mengamanatkan tugas dan wewenang sebagai berikut:

B. Tugas

  1. Pemerintah Pusat

  a. Merumuskan dan menetapkan kebijakan dan strategi nasional di bidang perumahan dan kawasan permukiman.

  b. Merumuskan dan menetapkan kebijakan nasional tentang penyediaan Kasiba dan Lisiba.

  c. Mengawasi pelaksanaan kebijakan dan strategi nasional di bidang perumahan dan kawasan permukiman.

  d. Menyelenggarakan fungsi operasionalisasi dan koordinasi pelaksanaan kebijakan nasional penyediaan rumah dan pengembangan lingkungan hunian dan kawasan permukiman.

  e. Memfasilitasi pelaksanaan kebijakan dan strategi pada tingkat nasional.

  2. Pemerintah Provinsi

  a. Merumuskan dan menetapkan kebijakan dan strategi pada tingkat provinsi di bidang perumahan dan kawasan permukiman dengan berpedoman pada kebijakan nasional.

  b. Merumuskan dan menetapkan kebijakan penyediaan Kasiba dan Lisiba lintas kabupaten/kota.

  c. Mengawasi pelaksanaan kebijakan dan strategi nasional pada tingkat provinsi di bidang perumahan dan kawasan permukiman.

  d. Menyelenggarakan fungsi operasionalisasi dan koordinasi pelaksanaan kebijakan provinsi penyediaan rumah, perumahan, permukiman, lingkungan hunian, dan kawasan permukiman.

  e. Menyusun rencana pembangunan dan pengembangan perumahan dan kawasan permukiman lintas kabupaten/kota.

  f. Memfasilitasi pengelolaan prasarana, sarana, dan utilitas umum perumahan dan kawasan permukiman pada tingkat provinsi.

  g. Memfasilitasi penyediaan perumahan dan kawasan permukiman bagi masyarakat, terutama bagi MBR.

  h. Memfasilitasi pelaksanaan kebijakan dan strategi pada tingkat provinsi.

3. Pemerintah Kabupaten

  a. Menyusun dan melaksanakan kebijakan dan strategi pada tingkat kabupaten/kota di bidang perumahan dan kawasan permukiman dengan berpedoman pada kebijakan dan strategi nasional dan provinsi.

  b. Menyusun dan rencana pembangunan dan pengembangan perumahan dan kawasan permukiman pada tingkat kabupaten/kota.

  c. Menyelenggarakan fungsi operasionalisasi dan koordinasi terhadap pelaksanaan kebijakan kabupaten/kota dalam penyediaan rumah, perumahan, permukiman, lingkungan hunian, dan kawasan permukiman.

  d. Melaksanakan pengawasan dan pengendalian terhadap pelaksanaan peraturan perundang-undangan, kebijakan, strategi, serta program di bidang perumahan dan kawasan permukiman pada tingkat kabupaten/kota.

  e. Melaksanakan kebijakan dan strategi pada tingkat kabupaten/kota.

  f. Melaksanakan melaksanakan peraturan perundang-undangan serta kebijakan dan strategi penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman pada tingkat kabupaten/kota.

  g. Melaksanakan peningkatan kualitas perumahan dan permukiman.

  h. Melaksanakan kebijakan dan strategi provinsi dalam penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman berpedoman pada kebijakan nasional. i. Melaksanakan pengelolaan prasarana, sarana, dan utilitas umum perumahan dan kawasan permukiman. j. Mengawasi pelaksanaan kebijakan dan strategi nasional dan provinsi di bidang perumahan dan kawasan permukiman pada tingkat kabupaten/kota. k. Menetapkan lokasi Kasiba dan Lisiba.

B. Wewenang

1. Pemerintah Pusat

  a. Menyusun dan menetapkan norma, standar, pedoman, dan criteria rumah, perumahan, permukiman, dan lingkungan hunian yang layak, sehat, dan aman.

  b. Menyusun dan menyediakan basis data perumahan dan kawasan permukiman.

  c. Menyusun dan menyempurnakan peraturan perundang-undangan bidang perumahan dan kawasan permukiman. d. Memberdayakan pemangku kepentingan dalam bidang perumahan dan kawasan permukiman pada tingkat nasional.

  e. Mengoordinasikan pengawasan dan pengendalian pelaksanaan peraturan perundang-undangan bidang perumahan dan kawasan permukiman.

  f. Mengevalusi peraturan perundang-undangan serta kebijakan dan strategi penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman pada tingkat nasional.

  g. Mengendalikan pelaksanaan kebijakan dan strategi di bidang perumahan dan kawasan permukiman.

  h. Memfasilitasi peningkatan kualitas terhadap perumahan kumuh dan permukiman kumuh. i. Menetapkan kebijakan dan strategi nasional dalam penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman. j. Memfasilitasi pengelolaan prasarana, sarana, dan utilitas umum perumahan dan kawasan permukiman.

2. Pemerintah Provinsi

  a. Menyusun dan menyediakan basis data perumahan dan kawasan permukiman pada tingkat provinsi.

  b. Menyusun dan menyempurnakan peraturan perundang-undangan bidang perumahan dan kawasan permukiman pada tingkat provinsi.

  c. Memberdayakan pemangku kepentingan dalam bidang perumahan dan kawasan permukiman pada tingkat provinsi.

  d. Mengoordinasikan pengawasan dan pengendalian pelaksanaan peraturan perundang-undangan, kebijakan, strategi, serta program di bidang perumahan dan kawasan permukiman pada tingkat provinsi.

  e. Mengevaluasi peraturan perundang-undangan serta kebijakan dan strategi penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman pada tingkat provinsi.

  f. Memfasilitasi peningkatan kualitas terhadap perumahan kumuh dan permukiman kumuh pada tingkat provinsi.

  g. Mengoordinasikan pencadangan atau penyediaan tanah untuk pembangunan perumahan dan permukiman bagi MBR pada tingkat provinsi.

  h. Menetapkan kebijakan dan strategi daerah provinsi dalam penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman berpedoman pada kebijakan nasional.

3. Pemerintah Kabupaten

  a. Menyusun dan menyediakan basis data perumahan dan kawasan permukiman pada tingkat kabupaten/kota.

  b. Menyusun dan menyempurnakan peraturan perundang-undangan bidang perumahan dan kawasan permukiman pada tingkat kabupaten/kota.

  c. Memberdayakan pemangku kepentingan dalam bidang perumahan dan kawasan permukiman pada tingkat kabupaten/kota.

  d. Melaksanakan sinkronisasi dan sosialisasi peraturan perundang-undangan serta kebijakan dan strategi penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman pada tingkat kabupaten/kota.

  e. Mencadangkan atau menyediakan tanah untuk pembangunan perumahan dan permukiman bagi MBR.

  f. Menyediakan prasarana dan sarana pembangunan perumahan bagi MBR pada tingkat kabupaten/kota.

  g. Memfasilitasi kerja sama pada tingkat kabupaten/kota antara pemerintah kabupaten/kota dan badan hukum dalam penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman.

  h. Menetapkan lokasi perumahan dan permukiman sebagai perumahan kumuh dan permukiman kumuh pada tingkat kabupaten/kota. i. Memfasilitasi peningkatan kualitas terhadap perumahan kumuh dan permukiman kumuh pada tingkat kabupaten/kota.

C. Lingkup Kegiatan

  Mengacu pada Permen PU No. 08/PRT/M/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pekerjaan Umum maka Direktorat Pengembangan Permukiman mempunyai tugas di bidang perumusan dan pelaksanaan kebijakan, pembinaan teknik dan pengawasan teknik, serta standardisasi teknis dibidang pengembangan permukiman. Adapun fungsi Direktorat Pengembangan Permukiman adalah: a. Penyusunan kebijakan teknis dan strategi pengembangan permukiman di perkotaan dan perdesaan; b. Pembinaan teknik, pengawasan teknik dan fasilitasi pengembangan kawasan permukiman baru di perkotaan dan pengembangan kawasan perdesaan potensial; c. Pembinaan teknik, pengawasan teknik dan fasilitasi peningkatan kualitas permukiman kumuh termasuk peremajaan kawasan dan pembangunan rumah susun sederhana; d. Pembinaan teknik, pengawasan teknik dan fasilitasi peningkatan kualitas permukiman di kawasan tertinggal, terpencil, daerah perbatasan dan pulau-pulau kecil termasuk penanggulangan bencana alam dan kerusuhan sosial;

  e. Penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria, serta pembinaankelembagaan dan peran serta masyarakat di bidang pengembangan permukiman; f. Pelaksanaan tata usaha Direktorat.

4.1.2 Isu Strategis Pengembangan Permukiman

  Isu strategis adalah kondisi atau hal yang harus diperhatikan atau dikedepankan dalam perencanaan pembangunan di kabupaten/kota dan dampaknya yang signifikan bagi kabupaten /kota. Isu-isu strategis di kabupaten/kota dirumuskan berdasarkan permasalahan-permasalahan pembangunan daerah, tantangan, dan potensi pembangunan daerah ke depan yang meliputi aspek fisik-lingkungan, sosial-budaya, ekonomi-keuangan dan legalitas kelembagaan. Berbagai isu strategis pengembangan permukiman di Kabupaten Labuhanbatu Utara dapat dilihat pada tabel IV - 1 di bawah ini.

  Tabel IV - 1 Isu-Isu Strategis Sektor Pengembangan Permukiman Kabupaten Labuhanbatu Utara No Isu Strategis Keterangan

  1. Adanya ketimpangan pengembangan antar wilayah (Kecamatan Kualuh Leidong dan Kecamatan Kualuh Hilir) dan sebagian (Kecamatan Aek Natas) yang relatif tertinggal terhadap bagian Tengah Kabupaten Labuhanbatu Utara yang dilintasi Jalan Negara, diantaranya disebabkan oleh keterkaitan yang rendah antara satu kawasan dengan kawasan lainnya serta keterisolasian wilayah akibat minimnya dukungan transportasi ( transportasi darat ).

  Adanya beberapa kawasan rawan bencana alam seperti longsor di daerah 2. dataran tinggi dan rawan banjir di daerah dataran rendah, sehingga berpengaruh terhadap kawasan permukiman

  Adanya alih fungsi lahan hutan menjadi Areal Penggunaan Lain (APL) 3. terutama di Kecamatan Kualuh Leidong yang berpotensi sebagai kawasan Sumber : RTRW Kabupaten Labuhanbatu Utara Tahun 2011-2031 ekonomi khusus.

4.1.3 Kondisi Eksisting Pengembangan Permukiman

  Bidang pengembangan permukiman bertujuan untuk mengembangkan kawasan kumuh di perkotaan, kawasan potensial dan daerah-daerah tertinggal dan terisolasi. Demi terwujudnya permukiman yang layak dalam lingkungan yang sehat, aman, serasi, teratur dan mengarahkan pertumbuhan wilayah untuk menunjang kegiatan ekonomi melalui kegiatan pengembangan permukiman khususnya bagi masyarakat yang berpenghasilan rendah, direncanakan di lokasi yang telah memenuhi syarat administrasi, fisik, ekologi dan tidak berdampak sosial negatif bagi masyarakat di sekitarnya. Adanya pertambahan jumlah penduduk mempengaruhi kebutuhan permukiman baru di Kabupaten Labuhanbatu Utara. Pembangunan permukiman baru di Kabupaten Labuhanbatu Utara telah banyak dilakukan oleh pihak swasta. Pada umumnya prasarana dan sarana permukiman baik permukiman baru maupun yang sudah ada sejak dahulu di Kabupaten Labuhanbatu Utara belum sepenuhnya tersedia.

  Berdasarkan status penguasaan tempat tinggal, pada tahun 2007 terdapat 78,22 % rumah tangga yang menempati rumah milik sendiri, sisanya 21,78 % menempati rumah yang bukan milik sendiri melainkan rumah kontrakan maupun rumah orang tua (keluarga). Proporsi rumah tangga yang menempati rumah bukan milik sendiri di perkotaan mencapai 32,98 % jauh lebih tinggi dibandingkan dengan di perdesaan yang jumlahnya sebesar 13,28 %. Berdasarkan kualitas fisik bangunan, pada tahun 2007 proporsi rumah tangga yang menempati rumah berlantai bukan tanah mencapai 86,29 %; beratap bukan daun sebanyak 98,8 %; dan berdinding permanen sebesar 87,6 %. Selain itu, berdasarkan kondisi bangunan tempat tinggal, rumah tangga yang menempati rumah dengan kondisi baik mencapai 45,94 %, kondisi sedang 43,94 %, kondisi rusak 9,25 %, dan kondisi rusak berat 0,87 %. Sekalipun telah dilakukan berbagai upaya peningkatan kualitas lingkungan permukiman, masih terdapat permukiman kumuh seluas 57.800 Ha pada akhir tahun 2009. Sementara itu, ditinjau dari aspek kepastian jaminan bermukim, rumah tangga yang menempati rumah milik sendiri dan telah didukung oleh bukti hukum tanah berupa sertifikat bank dari Badan Pertanahan Nasional (BPN), girik, maupun akta jual beli mengalami peningkatan dari 74,49 % pada tahun 2004 menjadi 77,94 % pada tahun 2007.

  Dari aspek kesenjangan antar wilayah terlihat, bahwa kondisi prasarana dan sarana penunjang antar wilayah sangat berbeda antara wilayah yang berada di pusat kegiatan dengan ciri perkotaan dengan wilayah yang berciri perdesaan. Implikasi dari kondisi tersebut terlihat dari tingkat kesejahteraan masyarakat, yang berbeda antara satu wilayah dengan wilayah lainnya. Apabila dilihat persentase keluarga miskin antar kecamatan, maka kecamatan yang memiliki persentase keluarga miskin tertinggi adalah pada Kecamatan Kualuh Leidong dengan persentase 60,43%, diikuti oleh Kecamatan Aek Natas 31,41% dan Kecamatan Kualuh Hilir 31,03%. Permasalahan kemiskinan di wilayah Kabupaten Labuhanbatu Utara mencakup keterbatasan kecukupan pangan dan mutu pangan, terbatasnya akses layanan kesehatan, terbatasnya akses layanan pendidikan, terbatasnya kesempatan kerja dan berusaha, terbatasnya akses layanan perumahan, terbatasnya akses hubungan transportasi, memburuknya kondisi Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup serta lemahnya partisipasi.

  Faktor lainnya yang menyebabkan terjadinya kesejangan disebabkan oleh kondisi masyarakat. Masyarakat yang berada di wilayah tertinggal pada umumnya masih belum banyak tersentuh oleh program–program pembangunan sehingga akses terhadap pelayanan sosial, ekonomi, dan politik masih sangat terbatas serta terisolir dari wilayah di sekitarnya. Oleh karena itu kesejahteraan kelompok masyarakat yang hidup di wilayah tertinggal memerlukan perhatian dan keberpihakan pembangunan yang besar dari pemerintah Kabupaten Labuhanbatu Utara.

4.1.3.1 Kondisi Eksisting Pengembangan Permukiman Di Perkotaan

  Kota Aek Kanopan sebagai ibukota Kabupaten Labuhanbatu Utara diapait oleh perkebunan BUMN dan swasta sehingga membatasi kebutuhan pengembangan lahan permukiman. Kondisi eksisting permukiman di Kota Aek Kanopan cukup padat dengan jalan-jalan lingkungan yang sempit. Sedangkan prasarana dan sarana infrastruktur sudah cukup memadai seperti jalan yang telah diaspal dan saluran drainase permanen pada sisi jalan. Namun demikian pada permukiman perkotaan di Kabupaten Labuhanbatu Utara terdapat kawasan-kawasan permukiman yang rawan banjir seperti di Kecamatan Kualuh Hilir, Kualuh Leidong, dan kawasan bencana longsor di Kecamatan Na IX-X, Aek Natas dan Kualuh Selatan.

  Data kondisi RSH di kawasan perkotaan di Kabupaten Labuhanbatu Utara dapat dilihat pada tabel berikut ini:

  

Tabel IV - 2

Data Identifikasi Kawasan Kumuh Kabupaten Labuhanbatu Utara Tahun 2013 Jumlah Luas Jumlah Rumah Jumlah Lokasi Kawasan Kumuh Rumah No Kawasan Semi Permanen Penduduk (Ha) Permanen (Ha) (Unit) (Jiwa) (Unit)

  1. Kecamatan Kualuh Hulu 3.225

  2. Kecamatan Aek Natas 1.570

  3. Kecamatan Marbau 1.074

  4. Kecamatan Aek Kuo 1.011

  5. Kecamatan Kualuh Leidong 1.419

  6. Kecamatan Kualuh Hilir 1.769

  7. Kecamatan NA IX-X 840

  8. Kecamatan Kualuh Selatan 949

  Total

  11.887 Sumber: Labuhanbatu Utara Dalam Angka 2012

  Data diambil dari banyaknya jumlah keluarga pra-sejahtera di Kabupaten Labuhanbatu Utara, dengan jumlah 11.887 keluarga pra-sejahtera., di mana yang terbanyak terdapat di Kecamatan Kualuh Hulu yaitu sebanyak 3.255 kk, sedangkan yang paling sedikit terdapat di Kecamatan NA

  IX-X yaitu sebanyak 840 rumah tangga/kk. Untuk penetapan kawasan Kumuh di Kabupaten Labuhanbatu Utara sampai saat ini belum ada SK penetapannya. Namun dilihat dari kondisi fisik dan sosialnya kawasan-kawasan tersebut di atas merupakan kawasan kumuh. Dalam penanganan masalah perumahan permukiman ini tidak terlepas dari peran pemerintah, baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. Hal ini tertuang dalam skema penanganan berupa kegiatan yang disesuaikan dengan karakteristik permasalahan yang ada. Di tiap daerah skema ini menjadi bagian dari program yang bersifat topdown ataupun hanya sebagai fasilitator bagi pemerintah daerah.

  Efektivitas pelaksanaan program-program penanganan ini sangat berbeda di tiap daerah, sesuai dengan tingkat permasalahan baik secara spasial ataupun adanya ketidaksesuaian arahan penanganan yang ada. Data kondisi eksisting pengembangan permukiman terkait dengan capaian Kabupaten Labuhanbatu Utara dalam menyediakan kawasan permukiman yang layak huni di perdesaan dapat dilihat pada tabel IV - 3 dan IV - 4 berikut ini:

  Tabel IV - 3 Data Program Perdesaan Kabupaten Labuhanbatu Utara Kegiatan Paket PIK Aek Natas Tahun 2013 No Program/Kegiatan Nama LKD Satuan Lokasi Tahun 2013

  Dusun Kuala Simpang Desa

  10. Perkerasan jalan Wirid Yasin Nurul Huda 2.8 x 310 m Dusun Sukajadi

  Dame Desa Ujung Padang

  Wirid Yasin Muttaqin 3 x 300 m Dusun Cinta

  Terang Bulan 9. Perkerasan jalan

  Dusun Kuala Indah Desa

  Perkerasan jalan L K M D 3 x 300 m

  Simpang Desa Terang Bulan 8.

  Tadarusan I Al-Furqon 3 x 330 m Dusun Kuala

  Terang Bulan 7. Perkerasan jalan

  Perkerasan jalan B K P R M I 3 x 330 m

  1. Perkerasan jalan Karang Taruna 2.5 x 350 m Dusun Stasion

  Desa Terang Bulan 6.

  P K K 3 x 260 m Dusun Simardum

  Bandar Durian 5. Perkerasan jalan

  Kelompok Tani Beringin 2.5 x 400 m Dusun Siamburo

  Torop 4. Perkerasan jalan

  Dusun Harapan Maju Desa Adian

  Perkerasan jalan L K M D 3 x 260 m

  Merah Adian Torop 3.

  Wirid Yasin Al-Huda 3 x 300 m Dusun Tanah

  Adian Torop 2. Perkerasan jalan

  Desa Ujung Padang Sumber : RISE Kabupaten Labuhanbatu Utara 2013

  Tabel IV - 4 Data Program Perdesaan Kabupaten Labuhanbatu Utara Kegiatan Paket PIK Marbau Tahun 2013 No Program/Kegiatan Nama LKD Satuan Lokasi Tahun 2013

  Mekar Sari 3 x 275 m Dusun V Desa

  10. Perkerasan jalan Makmur 3 x 240 m Dusun IV Pulo

  Bargot

  9. Perkerasan jalan Sentosa 3 x 275 m Dusun V Pulo

  Sipare-pare Hilir

  8. Perkerasan jalan Maju Bersama 3 x 240 m Dusun I Desa

  Sipare-pare Hilir

  7. Perkerasan jalan Cempaka 3 x 310 m Dusun I Desa

  Aek Tapa

  6. Perkerasan jalan Karang Taruna

  1. Dinding penahan tanah LKMD 75 m

  Perk. Brussel

  5. SaluranBeton Idaman Type 50 178 m Dusun II Desa

  Buluhingit

  4. Perkerasan jalan Karang Taruna Muda 4 x 215 m Dusun I Desa

  Aek Hetetoras

  3. Perkerasan jalan Pelita 3 x 275 m Dusun II Desa

  Aek Hetetoras

  2. Saluran Beton Anugrah type 50 178 m Dusun IX Desa

  Dusun II Desa Bulungihit

  Bargot Sumber : RISE Kabupaten Labuhanbatu Utara 2013

  

Tabel IV - 5

Data Program Perdesaan Kabupaten Labuhanbatu Utara

Kegiatan Paket PIK Aek Kuo Tahun 2013

No Program/Kegiatan Nama LKD Satuan Lokasi

  Tahun 2013 1.

  Dusun VI Desa Perkerasan P 3 M I 3 x 275 m

  Aek Korsik Dusun IIa Desa

  2. Perkerasan PKK 3 x 275 m Purworejo Dusun II Padang

  3. Perkerasan PKK 3 x 275 m Maninjau Dusun I Bandar

  4. Saluran Beton LMD type 50.210 m Selamat Dusun IX Bandar

  5. Perkerasan PKK 3 x 275 m Selamat Dusun XI Desa

  6. Perkerasan SAHATA 3 x 260 m Bandar Selamat

  Al-Wahyu Dusun II Bandar

  7. Perkerasan 3 x 330 m Parsuluman Selamat

  Karang Taruna Dusun III Bandar

  8. Perkerasan 3 x 260 m Selamat Jaya Selamat

  Perwiridan Al- Dusun V Bandar

  9. Saluran Beton type 50.175 m Mukhlisin Selamat

  Bunga Sejati Dusun VII Bandar

  10. Saluran Beton type 50.175 m Sumber : RISE Kabupaten Labuhanbatu Utara 2013 Kampung Sejati Selamat

  

Tabel IV - 6

Data Program Perdesaan Kabupaten Labuhanbatu Utara No Program/Kegiatan Lokasi Satuan Status Tahun 2010

  Pengembangan Infrastruktur

  1. Sosial Ekonomi Wilayah Kecamatan

  5 APBN (RISE) Tahun 2011

  Pengembangan Infrastruktur

  1. Sosial Ekonomi Wilayah Kecamatan Aek Kuo

  1 APBN (RISE) Pengembangan Infrastruktur

  2. Sosial Ekonomi Wilayah Kecamatan Merbau

  1 APBN (RISE) Pengembangan Infrastruktur

  3. Sosial Ekonomi Wilayah Kecamatan Aek Natas

  1 APBN (RISE) Pengembangan Infrastruktur

Kecamatan Kualuh

  4. Sosial Ekonomi Wilayah

  1 APBN

Leidong

(RISE) Pengembangan Infrastruktur

  

Kecamatan Kualuh

  5. Sosial Ekonomi Wilayah

  1 APBN

Hilir

(RISE)

  Tahun 2012 Pengembangan Infrastruktur

  1. Sosial Ekonomi Wilayah Kecamatan Aek Kuo

  1 APBN (RISE) Pengembangan Infrastruktur

  2. Sosial Ekonomi Wilayah Kecamatan Merbau

  1 APBN (RISE) Pengembangan Infrastruktur

Kecamatan. Aek

  3. Sosial Ekonomi Wilayah

  1 APBN

Natas

(RISE) Pengembangan Infrastruktur

  

Kecamatan Kualuh

  4. Sosial Ekonomi Wilayah

  1 APBN

Leidong

(RISE) Pengembangan Infrastruktur

  

Kecamatan Kualuh

  5. Sosial Ekonomi Wilayah

  1 APBN

Hilir

(RISE) Pengembangan Infrastruktur

  6. Sosial Ekonomi Wilayah Kecamatan Aek Kuo

  1 APBN (RISE) Tahun 2013

  Pengembangan Infrastruktur

  1. Sosial Ekonomi Wilayah KSK

  1 APBN Sumber : Evaluasi Satker Randal Sumatera Utara (RISE) Peranan swasta dalam penanganan perumahan permukiman kabupaten/kota ini sangat besar, terutama untuk penyediaan perumahan terorganisir. Namun dalam pelaksanaan program ini bersifat provit oriented, walaupun demikian pemerintah tetap memiliki peran untuk mengendalikan keberadaan pengembang melalui perizinan-perizinan. Terkait dengan skema dukungan pengembangan kawasan kumuh, maka Pemerintah Kabupaten Labuhanbatu Utara akan melakukan revitalisasi kawasan yang masyarakatnya secara umum berpenghasilan rendah, yaitu dengan mengikuti pola yang dikembangkan oleh Kementrian Negara Perumahan Rakyat cq. Kedeputian Bidang Perumahan swadaya, dimana untuk itu Pemerintah Kabupaten Labuhanbatu Utara akan membuat proposal dan telah diajukan, di mana diharapkan akan ada MOU antara Kementrian Negara Perumahan Rakyat dengan Pemerintah Kabupaten Labuhanbatu Utara.

  Bentuk kegiatan yang akan dikembangkan akan mengacu pada Pedoman yang telah diterbitkan melalui Pedoman Menpera No. 08/PERMEN/M/2006 Tahun 2006 tentang pedoman pelaksanaan pemberian stimulan untuk perumahan swadaya bagi masyarakat berpenghasilan rendah melalui lembaga keuangan mikro/lembaga keuangan non bank dan permenpera no. 10/permen/m/2007 tahun 2007 tentang bantuan stimulan prasarana, sarana dan utilitas umum perumahan dan permukiman, dimana bentuk dukungan tersebut dapat berupa :

  1. Pemberian Bantuan Stimulan Pembangunan Perumahan Swadaya (BSP2S) berupa :

  a. Peningkatan Kualitas rumah (PK) yang ditujukan untuk perbaikan/pemugaran rumah tidak layak huni, dengan dana maksimal Rp. 5.000.000,- /kk/unit rumah.

  b. Pembangunan Baru rumah/perumahan (PB) yang ditujukan untuk mengurangi backlog rumah, dengan dana maksimal Rp. 10.000.000,-/kk/unit rumah.

  2. Kegiatan Peningkatan Kualitas Perumahan (PKP) yang ditujukan untuk meningkatkan kualitas hidup melalui kelompok masyarakat pada perumahan/lingkungan kumuh perkotaan/perdesaan dengan besaran dana maksimal sebesar Rp. 3.300.000,- /kk/unit rumah, dan untuk PSU Rp. 2.000.000,- dan lebih ditekankan pada sasaran lingkungan perumahan kumuh dan berkelompok. Prioritas kegiatan yang akan diusulkan oleh Pemerintah Kabupaten Labuhanbatu Utara kepada Kementrian Perumahan Rakyat adalah kawasan yang termasuk dalam kriteria kumuh berat dan kawasan kumuh sedang.

4.1.3.2 Kondisi Eksisting Pengembangan Kawasan Perdesaan

  Permukiman perdesaan di Kabupaten Labuhanbatu Utara umumnya dihuni oleh para pemukim yang bermata pencaharian sebagai petani, perkebunan, dan perikanan dan sudah lama menetap di desa tersebut. Permukiman perdesaan ini umumnya sederhana namun sudah cukup layak untuk dihuni walaupun demikian masih banyak terdapat kawasan kumuh di permukiman perdesaan terutama permukiman yang berada di pesisir pantai. Di kabupaten Labuhanbatu Utara ada beberapa kawasan perdesaan yang berpotensi sebagai kawasan ekonomi khusus yaitu di Kecamatan Kualuh Leidong dan Kualuh Hilir. Kecamatan Kualuh Leidong dan Kualuh Hilir merupakan kecamatan di Kabupaten Labuhanbatu Utara yang berada di wilayah pantai dengan kepadatan penduduk 84 jiwa/Km². Sebagai Kecamatan yang berada di Wilayah pantai, berbagai macam permasalahan dan kendala yang dihadapi, hal ini disebabkan karena Jarak Kecamatan Kualuh Leidong dan Kualuh Hilir jauh dari fasilitas umum dan infrastrukturnya masih minim sehingga Kecamatan Kualuh Leidong dan Kualuh Hilir kurang terperhatikan dan bahkan ada kesan bahwa Kecamatan Kualuh Leidong dan Kualuh Hilir terasa dianaktirikan bila dibandingkan dengan Kecamatan di Wilayah Darat. Jenis jalan di Kecamatan Kualuh Leidong dan Kecamatan Kualih Hilir berdasarkan daftar jalan K1 dari Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Labuhanbatu Utara diketahui bahwa di Kecamatan Kualuh Leidong tidak ada jalan beraspal, yang ada hanya jalan perkerasan 11 km dan jalan tanah 42 km dengan kondisi 81,6% rusak. Kondisi yang hampir sama terjadi di Kecamatan Kualuh Hilir dimana jalan aspal 4,2 km, jalan dengan perkerasan 20,7 km dan jalan tanah 53,3 km dengan kondisi rusak 93,6%.

Gambar 4.1 Kondisi Jalan Akses Di Kecamatan Kualuh LeidongGambar 4.2 Kondisi Permukiman Di Kecamatan Kualuh Leidong Berbagai macam potensi yang terdapat di Kecamatan Kualuh Leidong diantaranya potensi pertanian, perkebunan, perikanan dan peternakan. Potensi Padi sawah yang dihasilkan Kecamatan Kualuh Leidong diolah dan dikenal sebagai Beras Leidong yang cukup terkenal di Sumatera Utara , bahkan Beras Leidong jenis KKB dan Ramos telah dipasarkan di Jakarta, Medan dan beberapa kota besar di Sumatera Utara.

  Sektor perikanan dan kelautan di Kecamatan Kualuh Leidong sangat berpotensi dibuktikan dengan hasil tangkapan dari nelayan berupa ikan dan udang segar maupun yang diolah menjadi ikan asin, produksi ikan dan udang maupun hasil olahannya dikirim ke Kota Tanjungbalai dan selanjutnya dikirim ke Jakarta maupun Medan. Kecamatan Kualuh Leidong juga memiliki potensi untuk mengembangkan budidaya udang dan ikan dengan model tambak, kerambah dan kolam. Produksi tambak udang diperkirakan ratusan ton pertahun dan potensi budidaya model kerambah belum dikembangkan secara profesional, sementara lahan untuk lokasi pembuatan kerambah sangat tersedia di sepanjang Sungai Air Hitam dan Sungai Kualuh. Di samping produksi ikan dan udang, potensi yang belum dimanfaatkan secara efektif adalah sarana Dermaga Tanjung Leidong yang cukup strategis menopang perekonomian masyarakat, terutama untuk dimanfaatkan sebagai pelabuhan penumpang dan barang dari dalam dan luar negeri.

  Meskipun Kecamatan Kualuh Leidong memiliki potensi sumber daya alam yang cukup banyak, namun kesejahteraan masyarakat masih banyak di bawah garis kemiskinan. Hal ini dapat dilihat pada tabel IV - 7 berikut.

  Tabel IV - 7 Data Rumah Tangga Miskin Menurut Data Raskin Kecamatan Kualuh Leidong No Desa/Kelurahan Jumlah RTS-PM (KK)

  1 Tanjung Leidong 929

  2 Simandulang 401

  3 Pangkalan Lunang 163

  4 Air Hitam 144

  5 Kelapa Sebatang

  64

  6 Teluk Pulai Dalam 363

  7 Teluk Pulai luar 154

  Jumlah 2218 Sumber : Kantor Camat Kecamatan Kualuh Leidong Gambar 4.3

  Kondisi Pasar Tradisional Di Kecamatan Kualuh Leidong

  Demikian pula halnya dengan Kecamatan Kualuh Hilir, dimana kecamatan ini merupakan kawasan minapolitan. Kawasan permukiman dominan berada di tepi pantai serta sangat minim dengan sarana dan prasarana infrastruktur. .

Gambar 4.4 Kondisi Jalan Akses Dan Jalan Lingkungan Di Kecamatan Kualuh Hilir Gambar 4.5 Kondisi Kawasan Permukiman di Kecamatan Kualuh Hilir

  Jumlah keluarga miskin di Kecamatan Kualuh Hilir masih banyak, sama halnya dengan di Kecamatan Kualuh Leidong, hal ini dapat dilihat pada tabel berikut ini.

  Tabel IV - 8 Data Rumah Tangga Miskin Menurut Data Raskin Kecamatan Kualuh Hilir No Desa/Kelurahan Jumlah Rts-Pm (Kk)

  1 Kuala Bangka 603

  2 Teluk Binjai 399

  3 Sungai Sentang 611

  4 Sungai Apung 451

  5 Kampung Mesjid 405

  6 Teluk Piai 429

  7 Tanjung Mangedar 564

  Jumlah 3462 Sumber : Kantor Camat Kecamatan Kualuh Hilir Gambar 4.6

  Kondisi Pasar Tradisional di Kampung Mesjid Kecamatan Kualuh Hilir

4.1.4 Permasalahan Dan Tantangan Pengembangan Permukiman

  4.1.4.1 Permasalahan Pengembangan Permukiman

  Permasalahan yang dijumpai dalam pembangunan permukiman di Kabupaten Labuhanbatu Utara adalah :

  1. Permasalahan pengembangan sarana dan prasarana kota akibat dominannya perkembangan perkebunan di Kabupaten Labuhanbatu Utara.

  2. Pola ruang pengembangan permukiman kota cenderung terkonsentrasi – linier dan masih bertumpu pada pusat-pusat kota yang mengakibatkan kepadatan penduduk yang tidak merata dan tidak meratanya pelayanan infrastruktur di Kabupaten Labuhanbatu Utara.

  3. Kawasan perkotaan yang rawan banjir.

  4. Semakin meluasnya permukiman kumuh. Dengan peningkatan 1,37% pertahun, luas permukiman kumuh meningkat dari 54.000 Ha pada tahun 2004 menjadi 57.800 Ha, pada tahun 2009 dan terus meningkat setiap tahunnya.

  5. Minimnya jumlah Pegawai Negeri Sipil di Kecamatan mempengaruhi tingkat Pelayanan Pemerintah, Pembangunan dan Pembinaan Kemasyarakatan dan kurangnya pendidikan kedinasan dalam rangka meningkatkan SDM.

  6. Permasalahan yang sangat serius di perdesaan adalah permasalahan Infrastuktur Jalan yang belum terselesaikan dengan baik dan tuntas, Infra stuktur jalan baik jalan protokol maupun jalan-jalan yang berada di desa dan lingkungan memberikan andil terhadap kualitas pelayanan kepada masyarakat.

  7. Fasilitas Pasar yang belum tersedia menjadi persoalan tersendiri bagi pedagang di perdesaan.

  8. Adanya biaya tranportasi yang cukup tinggi untuk memasarkan hasil perkebunan dan pertananian akibat dari infrastruktur yang kuran memadai.

  9. Belum berfungsinya Tempat Pelelangan Ikan (TPI) di kawasan minapolitan.

  4.1.4.2 Tantangan Pengembangan Permukiman

  Tantangan yang dijumpai dalam pembangunan permukiman di Kabupaten Labuhanbatu Utara adalah :

  1. Upaya peningkatan Kelembagaan dan kapasitas SDA di lingkungan Pemerintah Daerah Kabupaten Labuhanbatu Utara dengan melakukan pembinaan dan pelatihan.

  2. Upaya peningkatan sarana dan prasarana bidang Cipta Karya di Kabupaten Labuhanbatu Utara

  3. Upaya peningkatan kesejahteraan petani untuk meningkatkan produksi pertanian dengan meningkatkan sarana dan prasarananya.

  4. Upaya pembangunan yang sesuai dengan Tata Ruang. Seluruh upaya yang disebut di atas adalah merupakan tantangan bagi pemerintah Kabupaten Labuhanbatu Utara dalam pembangunan, khususnya pembangunan bidang Cipta Karya. Untuk mewujudkan pembangunan tersebut harus pula didukung oleh dana yang tidak sedikit. Untuk itu pemerintah Kabupaten Labuhanbatu Utara juga harus mengupayakan dengan menggali sumber- sumber pendanaan baik yang bersumber dari APBN, APBD Provinsi, Swasta, CSR, dan lain-lain.

4.1.5 Identifikasi Permasalahan Dan Tantangan

4.1.5.1 Identifikasi Alternatif Pemecahan Permasalahan Dan Tantangan

  Berdasarkan rumusan permasalahan yang dijumpai dalam hal pembangunan permukiman di Kabupaten Labuhanbatu Utara, perlu dicari jalan keluar agar dapat menjawab permasalahan dengan menganalisa permasalahan tersebut melalui identifikasi permasalahan dan tantangan pengembangan permukiman dengan beberapa alternatif solusi pemecahan masalah, seperti format tabel IV - 9 berikut ini.

1. Aspek Teknis

2. Jumlah penduduk

  P a g e 4 - 25

Tabel IV - 9

Identifikasi Permasalahan Dan Tantangan Pengembangan Permukiman Kabupaten Labuhanbatu Utara

  4. Masih lemahnya koordinasi, sinergi, dan kerjasama antar pelaku-pelaku pengembangan kawasan dalam upaya penentuan kebijakan, agenda perencanaan, pelaksanaan, monitoring, pengendalian dan Perkmukiman di Kabupaten Labuhanbatu Utara.

  7. Mempersiapkan ketersediaan dan keseimbangan SDA dengan kebutuhan pembangunan

  6. Membangun/meningkatkan/merehab prasarana pendukung untuk percepatan perbaikan kualitas permukiman dan infrastruktur pengembangan wilayah permukiman

  5. Meningkatkan koordinasi kerjasama antar pelaku pengembangan kawasan permukiman.

  4. Mencari dan mengusahakan dana dari sumber-sumber lain

  3. Pengembangan jaringan dan kemitraan dengan pihak swasta

  2. Melakukan pembinaan bagi wirausaha pelaku pengembangan permukiman

  1. Melakukan pemerataan pembangunan di perdesaan dan daerah tertinggal sebagai upaya untuk menghempang arus urbanisasi

  5. Belum optimalnya pemanfaatan kerangka kerjasama lintas wilayah untuk

  3. Keterbatasan anggaran pendanaan Pemerintah Kabupaten Labuhanbatu Utara untuk memfasilitasi saran dan prasarana infrastruktur permukiman.

  No. Aspek Pengembangan Permukiman Permasalahan yang Dihadapi Tantangan Pengembangan Alternatif Solusi

  2. Belum adanya peraturan Kasiba dan Lisiba di Kabupaten Labuhanbatu Utara.

  1. Masih terbatasnya pemahaman dan komitmen untuk melaksanakan pengembangan kawasan strategis dan cepat tumbuh di daerah

  4. Inisiatip proaktif yang masih pasif dalam mengatasi ketertinggalan daerah sesuai potensi, masalah dan kewenangan yang dimiliki. dan masih lemahnya koordinasi pemerintah dengan pelaku-pelaku pengembangan kawasan.

  3. Kurangnya anggaran pendanaan Pemerintah Kabupaten Labuhanbatu Utara untuk pembangunan sarana dan prasarana khususnya bidang Cipta Karya.

  2. Minimnya jumlah PNS terkait dengan pelayanan masyarakat dan masih rendahnya kualitas SDM, kelembagaan dan keterbatasan penggunaan teknologi.

  1. Keterbatasan sarana dan prasarana fisik dan ekonomi dalam mendukung pengembangan kawasan permukiman dan kawasan penghasil produk unggulan.

  6. Lapangan pekerjaan yang mungkin didapatkan di sekitar lokasi pengembangan permukiman.

  5. Ketersediaan prasarana dan sarana dasar

  4. Jarak permukiman terhadap akses ekonomi dan sosial

  3. Jumlah penduduk yang sudah memiliki rumah tinggal

  1. Luas daerah pengembangan permukiman

5. Kurangnya monitoring dan pengendalian

  pembangunan khususnya bidang Cipta mendukung peningkatan daya saing,

Karya produk unggulan dan penyediaan pasokan

sumber daya alam dengan kebutuhan pembangunan.

  6. masih rendahnya kualitas SDM serta belum optimalnya pengembangan potensi SDA, kelembagaan dan keterbatasan penggunaan teknologi.

  

2. Aspek Kelembagaan Masalah yang paling utama dalam Kelembagaan pengembangan perumahan Upaya peningkatan koordinasi antar lembaga

kelembagaan adalah koordinasi yang dan permukiman yang masih belum jelas. dengan mengefektifkan kembali fungsi Badan memerlukan kerjasama antar lintas Koordinasi Pembangunan dan Pengembangan kelembagaan.

  Perumahan dan Permukiman Nasional (BKP4N)

3. Aspek Pembiayaan Adapun pendapatan daerah terus mengalami Upaya meningkatkan sumber pendaanaan

  1. Upaya Peningkatan infrastruktur peningkatan namun pemerintah daerah melalui kerjasama dengan pihak swasta dan permukiman perkotaan dan peningkatan belum mampu untuk membiayai seluruh pemerintah pusat melalui dana APBN produksi pertanian maupun usaha pembangunan yang ada di Kabupaten pengembangan agrobisnis dengan labuhanbatu Utara ini. Pemerintah melengkapi prasarana pendukungnya, Kabupaten Labuhanbatu Utara masih perlu dengan pengembangan aspek pembiyaan didukung pemerintaha pusat dalam hal APBD Kabupaten Labuhanbatu Utara pembiayaan pembangunan di kabupatun dengan jaringan kemitraan dan kerjasama Labuhanbatu Utara. dengan pihak pihak swasta.

  P a g e 4 - 26

  2. Meningkatkan koordinasi dengan lembaga terkait pengembangan perumahan dan permukiman agar dapat memberikan stimulan sarana dan prasarana perumahan dan permukiman.

  4. Aspek Peran Serta Masyarakat/ Peran serta masyarakat dalam pembangunan Mengikutsertakan masyarakat dalam Melakukan pembinaan dan pelatihan Swasta sarana dan prasarana mash sangat minim, hal pembangunan di Kabupaten Labuhanbatu pengembangan SDM masyarakat dan adanya ini disebabkan oleh masih banyak masyarakat Utara untuk aktif mulai dari peremcanaan transparansi kepada masyarakat dalam yang berpenghasilan rendah dan tidak hingga pembangunan. pembangunan baik mulai dari perencanaannya mampu, dan masayarakat yang kurang peduli sampai pelaksanaannya agar masayarakat ikut dan masih menganggap pembangunan adalah merasakan keterlibatan pembangunan itu masalah dan tanggung jawab pemerintah saja. sendiri.

  

5. Aspek Lingkungan Permukiman Resiko sosial yang tidak diinginkan dalam Menjamin bahwa program investasi Dalam Pelaksanaan RPIJM, dilakukan promosi

alih fungsi kawasan akibat pembangunan. infrastruktur tidak membiayai investasi manfaat sosial dan pelaksanaan azas apapun yang dapat mengakibatkan dampak transparansi/keterbukaan serta konsultasi publik negatif yang serius yang tidak dapat dengan warga yang terkena dampak diperbaiki/dipulihkan. pemindahan.

  P a g e 4 - 27

4.1.6 Analisa Kebutuhan Pengembangan Permukiman

  Analisis kebutuhan merupakan tahapan selanjutnya dari identifikasi kondisi eksisting. Analisis kebutuhan mengaitkan kondisi eksisting dengan target kebutuhan yang harus dicapai. Terdapat arahan kebijakan yang menjadi acuan penetapan target pembangunan bidang Cipta Karya khususnya sektor pengembangan permukiman baik di tingkat Pusat maupun di tingkat kabupaten/kota. Berikut ini ada beberapa faktor yang mempengaruhi pengembangan permukiman di Kabupaten Labuhanbatu Utara yaitu:

1. Potensi Fisik Tata Ruang

  Ditinjau dari aspek fisik - tata ruang, potensi utama bagi pengembangan Kota Aek Kanopan adalah ketersediaan lahan dan posisi strategis dalam sistem kota-kota di Kabupaten Labuhanbatu Utara. Ketersediaan lahan bagi pengembangan kawasan perkotaan Aek Kanopan masih sangat besar dan diperkirakan mampu menampung kebutuhan pengembangan berbagai kegiatan perkotaan beserta sarana prasarana penunjangnya.

  Ketersediaan lahan bagi pengembangan budidaya perkotan ini berupa lahan kering yang dapat dikonversi penggunaannya yang berada di bagian selatan, barat dan timur kota. Meskipun ada kendala fisik di bagian timur kota (terutama terkait dengan lahan rawan banjir), masih dapat diatasi dengan membangun sistem drainase yang baik. Kendala lainnya adalah masalah pelepasan HGU PTPN III Perkebunan Mambang Muda, yang cukup sulit di era reformasi ini. Terkait dengan faktor aksesibilitas wilayah yaitu kemudahan Kota Aek Kanopan menuju wilayah lain, merupakan wilayah yang dilintasi oleh pergerakan regional, yaitu:

  • Aek Kanopan menuju ke Kota Medan (Pusat Pemerintahan Provinsi Sumatera Utara.
  • Aek Kanopan menuju Kota Pekanbaru (Provinsi Riau) Hal ini merupakan salah satu nilai positif dalam upaya mengembangkan Kota Aek Kanopan menjadi ibukota kabupaten.

  2. Potensi Pengembangan Perekonomian Kota

  Struktur perekonomian Kota Aek Kanopan masih menunjukkan pola yang bercampur yaitu campuran antara kegiatan-kegiatan yang bercirikan rural (pertanian) dengan kegiatan-kegiatan yang sudah mengarah ke kegiatan perkotaan (non-pertanian). Kedua jenis kegiatan tersebut sama-sama berkontribusi besar terhadap perekonomian kota. Apabila dilihat dari perkiraan perkembangan sektor-sektor perekonomian kota maka sektor-sektor strategis yang berpotensi dalam mendukung dan mendorong perkembangan Kota Aek Kanopan adalah sektor perkebunan, sektor perdagangan dan sektor jasa. Sektor-sektor strategis ini selain diharapkan dapat menopang perkembangan kota juga diharapkan dapat membuka kesempatan kerja bagi penduduk kota.

  3. Potensi Sumberdaya Manusia

  Diperkirakan pada masa-masa mendatang Kota Aek Kanopan akan menjadi wilayah penarik pergerakan penduduk dengan volume yang besar. Pertambahan jumlah penduduk tidak lepas dari adanya pemindahan pusat pemerintahan kabupaten yang implikasinya adalah pemindahan pegawai dan keluarganya ke wilayah Kota Aek Kanopan.

  Berdasarkan hasil perhitungan, diperkirakan penduduk perkotaan Aek Kanopan pada tahun 2017 sebesar 50.928 jiwa. Jumlah ini adalah hasil dari proyeksi pertumbuhan penduduk kota dengan menggunakan laju pertumbuhan rata-rata Kabupaten Labuhanbatu (data sensus 1990-2000). Dengan mempertimbangkan migrasi penduduk yang akan terjadi dalam waktu dekat adalah migrasi aparatur/pegawai pemerintah daerah akibat pemindahan pusat pemerintahan kabupaten di Kota Aek Kanopan, maka digunakan laju pertumbuhan penduduk sebesar 2,61 %, maka proyeksi penduduk sampai dengan tahun 2017 diperkirakan sebesar 58.239 jiwa.