Review RPIJM Kabupaten Labuhanbatu Utara (2014-2018) Pemerintah Kabupaten Labuhanbatu Utara Badan Perencanaan Pembangunan Daerah ( BAPPEDA )

  Pemerintah Kabupaten Labuhanbatu Utara Review RPIJM

  Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Labuhanbatu Utara (2014-2018) ( BAPPEDA ) Bab

  3 KETERPADUAN STRATEGI PENGEMBANGAN

  23 KABUPATEN LABUHANBATU UTARA

  3

3.1 Arahan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Labuhanbatu Utara

  Arahan pemanfaatan ruang merupakan perwujudan rencana tata ruang yang dijabarkan ke dalam indikasi program utama penataan/ pengembangan Kabupaten Labuhanbatu Utara dalam jangka waktu perencanaan 5 (lima) tahun sampai akhir tahun perencanaan 20 (dua puluh) tahun. Arahan pemanfaatan ruang wilayah berfungsi:

  a.

  Sebagai acuan bagi pemerintah dan masyarakat dalam pemrograman penataan/ pengembangan wilayah Kabupaten Labuhanbatu Utara;

  b.

  Sebagai arahan untuk sektor dalam penyusunan program (besaran, lokasi, sumber pendanaan, instansi pelaksana, dan waktu pelaksanaan);

  c.

  Sebagai dasar estimasi kebutuhan pembiayaan setiap jangka waktu 5 (lima) tahun; d. Sebagai acuan bagi masyarakat dalam melakukan investasi.

  Dalam menentukan prioritas program-program pembangunan Kabupaten Labuhanbatu Utara dilandasi oleh beberapa pertimbangan, seperti: a. Pemenuhan Kebutuhan

  Alokasi sarana dan prasarana wilayah pada setiap tahapan didasarkan pada peningkatan jumlah penduduknya, tentunya sesuai dengan kebutuhan yang diperlukan pada setiap tahapan.

  b. Keterpaduan Seluruh program pembangunan yang dilaksanakan pada setiap tahapan harus terintegrasi baik secara sektoral maupun tata ruang sehingga memberikan manfaat yang optimal.

  Pemerintah Kabupaten Labuhanbatu Utara Review RPIJM

  Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Labuhanbatu Utara (2014-2018) ( BAPPEDA )

  c. Efek Ganda Setiap sektor/sub sektor pembangunan yang dilaksanakan pada setiap tahapan harus mampu merangsang pembangunan pada tahap berikutnya atau pada lokasi-lokasi lainnya.

  d. Pemecahan Masalah Program pembangunan yang dilakukan pada setiap tahapan harus dapat menyelesaikan persoalan yang dihadapi.

  Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, Pasal 11 ayat (2), mengamanatkan bahwa pemerintah kabupaten/kota berwenang dalam melaksanakan penataan ruang wilayah kabupaten/kota yang meliputi perencanaan tata ruang wilayah kabupaten/kota, pemanfaatan ruang wilayah kabupaten/kota, dan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah kabupaten/kota. Sebagai acuan dalam penataan ruang, pemerintah kabupaten/kota menyusun RTRW Kabupaten/Kota untuk mewujudkan keterpaduan pembangunan dalam wilayah kabupaten/kota maupun dengan wilayah sekitarnya. RTRW Kabupaten Labuhanbatu Utara mempunyai fungsi sebagai : a.

  Acuan dalam penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD); b. Acuan dalam pemanfaatan ruang/pengembangan wilayah Kabupaten Labuhanbatu Utara; c. Acuan untuk mewujudkan keseimbangan pembangunan dalam wilayah Kabupaten Labuhanbatu Utara; d. Acuan lokasi investasi dalam wilayah Kabupaten Labuhanbatu Utara yang dilakukan pemerintah, masyarakat, dan swasta;

  e.

  Pedoman untuk penyusunan rencana rinci tata ruang; f. Dasar pengendalian pemanfaatan ruang dalam penataan/ pengembangan wilayah kota yang meliputi penetapan peraturan zonasi, perijinan, pemberian insentif dan disinsentif, serta pengenaan sanksi; dan g. Acuan dalam administrasi pertanahan.

  Pemerintah Kabupaten Labuhanbatu Utara Review RPIJM

  Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Labuhanbatu Utara (2014-2018) ( BAPPEDA )

3.1.1 RTRW Kabupaten Labuhanbatu Utara Merupakan Acuan Spasial Dalam Pembangunan Kabupaten Labuhanbatu Utara

  RPIJM sesuai kedudukannya perlu mengacu pada RTRW yang telah disusun pemerintah Kabupaten Labuhanbatu Utara. Dalam hal ini RPIJM perlu mengutip intisari dari muatan RTRW yang meliputi tujuan, kabijakan dan strategi Penataan Ruang Wilayah.

3.1.2 Tujuan, Kebijakan Dan Strategi Penataan Ruang Wilayah

3.1.2.1 Tujuan Penataan Ruang Wilayah

  Sesuai dengan amanah UU Penataan Ruang No. 26 Tahun 2007, dinyatakan bahwa tujuan penataan ruang adalah :

  • Aman; masyarakat dapat menjalankan aktivitas kehidupannya dengan terlindungi dari berbagai ancaman
  • Nyaman; memberi kesempatan yang luas bagi masyarakat untuk mengartikulasikan nilai- nilai sosial budaya dan fungsinya sebagai manusia dalam suasana yang tenang dan damai. Produktif; proses produksi dan distribusi berjalan secara efisien sehingga mampu
  • memberikan nilai tambah ekonomi untuk kesejahteraan masyarakat sekaligus meningkatkan daya saing.
  • Berkelanjutan; kualitas lingkungan fisik dapat dipertahankan bahkan dapat ditingkatkan, tidak hanya untuk kepentingan generasi saat ini, namun juga generasi yang akan datang.

  Tujuan penataan ruang wilayah kabupaten Labuhanbatu Utara dirumuskan berdasarkan pertimbangan berikut :

  • Visi Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kabupaten Labuhanbatu Utara 2025, yaitu “LABUHANBATU UTARA MAJU DAN SEJAHTERA”;
  • Karakteristik wilayah Kabupaten Labuhanbatu Utara;
  • Isu dan strategis kabupaten Labuhanbatu Utara;  Kondisi objektif yang diinginkan.

  Pemerintah Kabupaten Labuhanbatu Utara Review RPIJM

  Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Labuhanbatu Utara (2014-2018) ( BAPPEDA )

  Karakteristik Wilayah Kabupaten Labuhanbatu Utara adalah :

  1. Pola ruang eksisiting wilayah perencanaan dapat dikelompokkan menjadi 4 karakteristik spesifik, yaitu : a. Kawasan pesisir dengan potensi sumber daya laut, pertanian pangan, dan hutan produksi.

  b. Kawasan lahan perkebunan dengan dominasi pemanfaatan ruang untuk perkebunan, pertanian holtikultura dan sebagian kecil tanaman pangan.

  c. Kawasan pegunungan yang sebagian mempunyai fungsi lindung yang terdapat di bagian barat pada wilayah perbatasan dengan Kabupaten Tapanuli Utara, Kabupaten Tapanuli Selatan, dan Kabupaten Padang Lawas Utara.

  2. Struktur ruang Kabupaten Labuhanbatu Utara terdiri dari;

  a. Pusat Kegiatan Lokal terdiri dari 1 PKL yaitu Aek Kanopan yang berfungsi sebagai pusat pengembangan Kabupaten, perikanan dan pertanian pangan. Ada dua PKLp yaitu “Tanjung Leidong” dikembangkan sebagai kawasan pelabuhan laut, dan “Aek Korsik” diarahkan untuk pusat pengembangan agro industri untuk komoditas unggulan Kabupaten Labuhanbatu Utara.

  b. Sistem jaringan transportasi utama terdiri dari jalan nasional (Jalan Lintas Sumatera) yang membujur dari selatan (Kecamatan Marbau dan Na IX-X) ke arah Utara (Kecamatan Kualuh Hulu),

  Berdasarkan data dan hasil analisa, maka untuk merumuskan tujuan penataan ruang Kabupaten Labuhanbatu Utara, hal penting yang dijadikan masukan utama dan pertimbangan dasar adalah :

  • Adanya kesadaran kolektif dan kemauan politik yang kuat untuk membangun

  Labuhanbatu Utara dengan potensi daerah yang dimiliki;

  • Terbatasnya luas lahan budidaya, terjadinya kecenderungan penurunan luas pertanian serta penurunan rasio ketersediaan lahan, maka perlu didorong perubahan struktur ekonomi dari kegiatan yang berbasis lahan ke arah yang tidak berbasis lahan dengan tetap meningkatkan produktivitas lahan. Pemikiran ini bersesuaian dengan data yang menginformasikan bahwa sektor usaha yang berkontribusi besar terhadap PDRB adalah kegiatan primer (sektor pertanian/perkebunan) yang diikuti kegiatan tersier yaitu sektor usaha perdagangan, hotel, restoran dan jasa;
  • Tersedianya modal dasar yang sangat potensial untuk dijadikan basis ekonomi wilayah

  (masyarakat) yaitu (intensifikasi) lahan pertanian, perkebunan dan kehutanan yang dapat

  Pemerintah Kabupaten Labuhanbatu Utara Review RPIJM

  Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Labuhanbatu Utara (2014-2018) ( BAPPEDA )

  ditingkatkan produktivitasnya, sumber daya kelautan dan perikanan serta pengembangan kegiatan industri, jasa dan perdagangan berbasis agro (agribisnis, agroindustri, dan agrowisata). RTRW Kabupaten Labuhanbatu Utara 2011 – 2031 secara khusus dimaksudkan sebagai pedoman dan arahan pelaksanaaan pembangunan di Kabupaten Labuhanbatu Utara, dengan mewujudkannya dalam aspek keruangan wilayah kabupaten yang senantiasa berwawasan lingkungan, efisien dalam alokasi investasi, bersinergi dan dapat dijadikan acuan dalam penyusunan program pembangunan untuk tercapainya kesejahteraan masyarakat. Dengan berdasarkan pada kondisi dan potensi dari Kabupaten Labuhanbatu Utara, maka dapat disimpulkan bahwa:

  “Tujuan penataan ruang Kabupaten Labuhanbatu Utara adalah Terwujudnya Kabupaten Labuhanbatu Utara dengan pemanfaatan ruang yang serasi dengan berbasis pada Agroindustri”.

3.1.2.2 Kebijakan Penataan Ruang

  Kebijakan penataan ruang wilayah kabupaten merupakan arah tindakan yang harus ditetapkan untuk mencapai tujuan penataan ruang wilayah kabupaten. Penataan ruang sebagai suatu sistem perencanaan, pemanfaatan, dan pengendalian pemanfaatan ruang merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan antara satu dengan lainnya, sehingga pelaksanaannya harus dilakukan sesuai dengan kaidah penataan ruang sehingga diharapkan:

  a. Dapat mewujudkan pemanfaatan ruang yang berhasil guna dan berdaya guna serta mampu mendukung pengelolaan lingkungan hidup yang berkelanjutan; b. Tidak terjadi pemborosan pemanfaatan ruang; dan c. Tidak menyebabkan terjadinya penurunan kualitas ruang.

  Untuk mencapai tujuan penataan ruang yang telah dirumuskan, maka dengan demikian, kebijakan penataan ruang wilayah Kabupaten Labuhanbatu Utara adalah: a. Pengembangan pusat-pusat pengembangan wilayah melalui program-program pembangunan yang bersifat strategis sehingga memberikan pengaruh terhadap kawasan di sekitarnya;

  b. Pengembangan keterkaitan antara kawasan perkotaan dengan kawasan perdesaan;

  Review RPIJM Kabupaten Labuhanbatu Utara (2014-2018) Pemerintah Kabupaten Labuhanbatu Utara Badan Perencanaan Pembangunan Daerah ( BAPPEDA )

  c. Pengembangan kawasan perkebunan dan pertanian;

  d. Pembangunan kawasan agro industri sebagai pendukung terhadap kemajuan dan pertumbuhuan ekonomi di Kabupaten Labuhanbatu Utara; e. Pengembangan sistem prasarana wilayah yang akan mendukung struktur ruang wilayah

  Kabupaten Labuhanbatu Utara secara terpadu, dengan dibangunnya infrastruktur wilayah;

  f. Peningkatan fungsi dan daya dukung lingkungan hidup untuk mempertahankan dan meningkatkan keseimbangan ekosistem, melestarikan keanekaragaman hayati, mempertahankan dan meningkatkan fungsi perlindungan kawasan;

  g. Pengembangan pemanfaatan sumber daya alam guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat; dan h. Peningkatan fungsi kawasan untuk pertahanan dan keamanan negara.

3.1.2.3 Strategi Penataan Ruang

  1. Pengembangan pusat-pusat pengembangan wilayah melalui program-program pembangunan yang bersifat strategis sehingga memberikan pengaruh terhadap kawasan di sekitarnya dengan cara :

  a. Memperkuat fungsi kawasan perdesaan dan kawasan perkotaan sesuai potensi wilayah, dan hirarki kawasan.

  b. Meningkatkan aksesibilitas yang seimbang menuju pusat-pusat kegiatan, baik dari arah utara-selatan maupun barat-timur;

  2. Pengembangan keterkaitan antara kawasan perkotaan dengan kawasan perdesaan dengan cara : a. Pembangunan jalan penghubung antara perkotaan dengan perdesaan;

  b. Meningkatkan kapasitas jaringan jalan melalui pembangunan jalan baru terutama pada daerah-daerah yang terpencil dan pemeliharaan terhadap jalan yang sudah ada;

  c. Pembangunan dan peningkatan prasarana perhubungan yang menghubungkan antar desa dengan pusat-pusat kegiatan.

  3. Pengembangan kawasan perkebunan dan kawasan pertanian dengan cara :

  a. Menetapkan kawasan perkebunan di daerah dataran tinggi meliputi Kecamatan Kualuh Hulu, Kecamatan Kualuh Selatan, Kecamatan Aek Natas, Kecamatan

  Review RPIJM Kabupaten Labuhanbatu Utara (2014-2018) Pemerintah Kabupaten Labuhanbatu Utara Badan Perencanaan Pembangunan Daerah ( BAPPEDA )

  Na IX-X, Kecamatan Aekkuo, serta sebagian Kecamatan Kualuh Hilir dan Kecamatan Kualuh Leidong;

  b. Menetapkan kawasan pertanian di daerah dataran rendah meliputi Kecamatan Kualuh Hilir dan Kecamatan Kualuh Leidong;

  4. Pembangunan kawasan agroindustri dengan cara :

  a. Menetapkan kawasan Aekkuo sebagai kawasan agroindustri;

  b. Pembangunan infrastruktur yang terkait terhadap pengembangan kawasan agro industri, meliputi:

  • Pembangunan pelabuhan pengumpan di Tanjung Leidong;
  • Pembangunan pergudangan dan terminal di Aekkanopan; dan
  • • Pembangunan sarana dan prasarana lainnya yang mendukung kawasan

    agro industri di Aek Korsik.

  5. Pengembangan sistem prasarana wilayah yang akan mendukung struktur ruang wilayah Kabupaten Labuhanbatu Utara secara terpadu, dengan dibangunnya infrastruktur wilayah dengan cara :

  a. Melengkapi kebutuhan fasilitas umum dan fasilitasi sosial sesuai dengan hirarki pelayanannya, serta mengembangkan dan meningkatkan utilitas; b. Meningkatkan pelayanan sistem angkutan umum dan fasilitas terminal ;

  c. Meningkatkan keterpaduan antar moda transportasi darat dan laut serta prasarana penunjangnya seperti terminal angkutan dan pelabuhan/dermaga; d. Membangun Instalasi Pengelolaan Air minum dan jaringan distribusinya hingga kedaerah yang sulit penyediaannya; e. Mengatur penyebaran fasilitas agar pelayanan fasilitas semakin merata;

  f. Pembangunan tempat pembuangan akhir sampah (TPA) di Kecamatan Kualuh Selatan seluas 20 ha dan Tempat Pembuangan Sampah sementara (TPS) di tiap Kecamatan.

  6. Peningkatan fungsi dan daya dukung lingkungan hidup untuk mempertahankan dan meningkatkan keseimbangan ekosistem, melestarikan keanekaragaman hayati, mempertahankan dan meningkatkan fungsi perlindungan kawasan dengan cara pemulihan fungsi kawasan lindung yang meliputi hutan lindung, kawasan yang memberikan perlindungan terhadap bawahannya, kawasan perlindungan setempat, kawasan suaka alam, kawasan rawan bencana, dan kawasan lindung lainnya;

  Review RPIJM Kabupaten Labuhanbatu Utara (2014-2018) Pemerintah Kabupaten Labuhanbatu Utara Badan Perencanaan Pembangunan Daerah ( BAPPEDA )

  7. Pengembangan pemanfaatan sumber daya alam guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan cara : a. Pengkajian terhadap prospek pengembangan sumberdaya alam batu bara di

  Kecamatan Kualuh Selatan, Granit di Kecamatan Na IX-X, dan minyak bumi di Kecamatan Merbau; b. Peningkatan keterlibatan masyarakat di dalam pengelolaan sumberdaya alam yang memberikan nilai tambah terhadap perekonomian rakyat.

  8. Peningkatan fungsi kawasan untuk pertahanan dan keamanan negara dengan cara :

  a. Mendukung penetapan kawasan peruntukan pertahanan dan keamanan;

  b. Mengembangkan budidaya secara selektif di dalam dan di sekitar kawasan untuk menjaga fungsi pertahanan dan keamanan; c. Mengembangkan kawasan lindung dan/atau kawasan budidaya tidak terbangun di sekitar kawasan pertahanan dan keamanan negara sebagai zona penyangga; dan; d. Turut serta memelihara dan menjaga aset-aset pertahanan dan keamanan.

3.1.3 Rencana Struktur Ruang (Sistem Jaringan Prasarana Bidang Cipta Karya)

  3.1.3.1 Prasarana air baku untuk air bersih

  Kabupaten Labuhanbatu Utara banyak memiliki sumber air kecil dan besar, serta memiliki cadangan air tanah yang cukup besar di seluruh daerah rawan air baku untuk air bersih di setiap kecamatan, mengingat adanya kawasan gunung (bukit barisan) dan kawasan yang mampu meresapkan air. Pola ini menjadikan terdapat beberapa potensi untuk memanfaatkan air tanah diantaranya untuk pemenuhan kebutuhan air minum. Meskipun demikian diperlukan pengaturan bila akan mengambil potensi air bawah tanah dalam jumlah besar, karena hal ini akan sangat mempengaruhi persediaan air pada bagian bawah. Dengan demikian diperlukan kajian kemampuan cadangan air bawah tanah disertai dengan AMDAL jika akan melakukan eksplorasi dan eksploitasi.

  3.1.3.2 Sistem pengendalian banjir

  Untuk mengendalikan banjir di daerah rawan banjir akibat meluapnya sungai-sungai besar dan akibat pasang naik di sekitar pesisir pantai, maka dibangun tanggul atau benteng. Untuk

  Pemerintah Kabupaten Labuhanbatu Utara Review RPIJM

  Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Labuhanbatu Utara (2014-2018) ( BAPPEDA )

  mengurangi erosi akibat arus air yang menghantam tanggul, maka pada lekukan sungai-sungai dibuat terusan atau bronjong dari batu atau beton. Tanggul atau benteng sebagian dibangun di kiri – kanan sungai kualuh, sungai aekkuo, sungai marbau di Desa Tubiran dan sepanjang pesisir pantai Kecamatan Kualuh Leidong dan pesisir pantai Kecamatan Kualuh Hilir serta Desa Ujung Padang Kecamatan Natas. Tanggul di kiri - kanan sungai Kualuh masih dikelola oleh Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air Provinsi Sumatera Utara Unit Pengelolaan Teknis Daerah Cabang Kualuh – Barumun menurut kewenangannya.

3.1.3.3 Sistem jaringan persampahan

  Pola penanganan sampah di Kabupaten Labuhanbatu Utara pada saat ini sebagian besar dari masing-masing rumah tangga di kumpulkan lalu dibakar atau dibuang ke suatu tempat atau lubang dan sungai bagi rumah tangga yang posisinya berdekatan dengan sungai. Cara penanganan sampah seperti tersebut di atas dapat berakibat pada polusi Udara atau pendangkalan sungai. Sedangkan pola penanganan sampah yang dilakukan Pemerintah Kabupaten Labuhanbatu Utara melalui Dinas Kebersihan adalah sampah dari Tempat Pembuangan Sementara (TPS) dan Tong Sampah dibawa dengan Dump Truck ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Rencana pengelolaan sampah di Kabupaten Labuhanbatu Utara, dilakukan melalui proses berikut :

  • Sistem Pewadahan, yaitu melalui penyediaan tong-tong sampah di setiap rumah maupun bangunan sarana kota, dengan ukuran 40 - 100 liter. Tong sampah di setiap rumah disediakan sendiri oleh masing-masing keluarga, sedangkan tong-tong sampah pada sarana kota di sediakan oleh pemerintah. Untuk mempermudah pengolahan, diperkenalkan 2 macam tong sampah untuk setiap rumah, yaitu tong untuk sampah organik seperti sayuran, kertas dan lain-lain serta tong untuk sampah non organik seperti plastik, styrofoam, dan lain-lain.
  • Sistem Pengumpulan, yaitu proses pengumpulan sampah dapat dilakukan baik secara individual maupun secara komunal melalui bak-bak penampungan yang disediakan di setiap unit lingkungan perumahan maupun pada unit kegiatan komersial dan pemerintahan/perkantoran. Sampah domestik tersebut kemudian diangkut memakai
  • 3 gerobak sampah ukuran 1 m ke lokasi Transfer Depo atau Tempat Penampungan

      Sementara (TPS) oleh pengelola swadaya masyarakat di masing-masing unit lingkungan.

      Pemerintah Kabupaten Labuhanbatu Utara Review RPIJM

      Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Labuhanbatu Utara (2014-2018) ( BAPPEDA )

      Sedangkan sampah dari kegiatan komersial dan pemerintahan/perkantoran serta yang berada di sepanjang jalan utama dikelola oleh instansi terkait.

    • Sistem Pemindahan dan Pengangkutan, yaitu kontainer sampah maupun sampah dari tiap lokasi TPS atau Transfer Depo diangkut oleh kendaraan truk sampah maupun arm roll

      

    truck/dump truck ke lokasi tempat pembuangan akhir (TPA), yang dikelola oleh

    Pemerintah Daerah.

    • Sistem Pembuangan/Pengolahan, yaitu sistem pengolahan sampah yang dilakukan di

      TPA dengan cara sistem lahan urug (sanitary land fill) yang dilengkapi sarana sistem drainase permukaan maupun bawah permukaan, system pembuangan gas yang dihasilkan oleh proses dekomposisi sampah dan sumur (pipa) pemantau leachate (cairan yang ditimbulkan oleh sampah). Selain untuk mewujudkan lingkungan yang bersih dan sehat serta terciptanya mekanisme pengelolaan sampah yang efektif dan efisien, rencana pengelolaan sampah juga mempertimbangkan segi estetika dan dampak negatif yang mungkin terjadi dari penanganan sampah.

    • Pola pengelolaan

      Khusus untuk kawasan perdagangan di daerah perencanaan, pengelolaan persampahannya langsung ditangani oleh pihak yang terkait. Pengelolaan tersendiri untuk kawasan perencanaan ini dapat meringankan beban pengelolaan oleh petugas sebagai lembaga yang berwenang.

    • Pola pelayanan

      Rencana pola pelayanan persampahan di kawasan perencanaan, yaitu pelayanan individual langsung dan pelayanan individual tak langsung. Pelayanan individual langsung sebagian besar dipakai untuk kawasan sepanjang jalan utama dan kawasan komersial. Sedangkan untuk pelayanan individual tak langsung, dapat dipakai untuk kawasan pemukiman.

    • Peran serta masyarakat dan swasta

      Dalam pelaksanaan pelayanan sampah kota, perlu adanya peran serta masyarakat dan swasta dalam sistem pewadahan hingga pengangkutan.

      Dalam pembangunan TPA di Kabupaten Labuhanbatu Utara, kriteria yang harus dipenuhi antara lain :

      1. Kondisi geologi

      a. Tidak berlokasi di zona holocene fault; serta b. Tidak boleh di zona bahaya geologi.

      Pemerintah Kabupaten Labuhanbatu Utara Review RPIJM

      Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Labuhanbatu Utara (2014-2018) ( BAPPEDA )

      2. Kondisi hidrogeologi

      a. Tidak boleh mempunyai muka air tanah < 3 m;

      b. Tidak boleh keluasan tanah lebih besar 10- 6cm/det;

      c. Jarak terhadap sumber air minum harus lebih besar dari 100 meter di hilir aliran;

      d. Dalam hal tidak ada zona yang memenuhi kriteria-kriteria tersebut diatas, maka harus diadakan masukkan teknologi.

      3. Kemiringan zona harus kurang dari 20 %.

      4. Jarak dari lapangan terbang harus lebih besar dari 3000 meter untuk penerbangan turbo jet dan harus lebih besar dari 1500 meter untuk jenis lain.

      5. Tidak boleh berada pada daerah lindung/cagar alam dan daerah banjir dengan periode ulang 20 tahun.

    3.1.3.4 Sistem Jaringan Air Limbah

      Air buangan domestik merupakan buangan yang berasal dari kegiatan rumah tangga, salah satu ciri khas air buangan domestik yaitu kandungan zat organik dan angka BOD yang cukup tinggi. Kebiasaan membuang air buangan ke saluran drainase atau sungai akan sangat membahayakan kesehatan lingkungan, selain dapat menimbulkan bau yang tidak sedap, pembuangan buangan domestik tanpa dilakukan pengolahan terlebih dahulu juga dapat menimbulkan pencemaran terhadap air tanah. Sistem pengelolaan air buangan yang akan diterapkan di kawasan perencanaan terbagi dalam dua sistem, yaitu :

    • On site sanitation system

      Sistem on site biasanya diterapkan pada daerah yang masih memiliki ketersediaan lahan yang cukup dan kemampuan ekonomi masyarakat yang masih rendah untuk membiayai sistem on site. Teknologi yang dianjurkan dalam sistem on site sanitation adalah pembuatan tangki septik dengan bidang resapan. Hal yang harus diperhatikan dalam pemilihan teknik ini adalah peletakannya agar tidak mencemari sumber air penduduk.

    • Off site sanitation system

      Sistem ini diterapkan karena keterbatasan lahan yang tersedia dan masyarakat sudah mampu untuk membiayai konstruksi dan operasional sistem ini. Teknik yang dipilih dalam sistem ini adalah pengembangan shallow sewer. Shallow sewer adalah sewerage yang kecil dan dangkal dengan kemiringan yang lebih landai dibandingkan sewerege konvensional,

      Pemerintah Kabupaten Labuhanbatu Utara Review RPIJM

      Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Labuhanbatu Utara (2014-2018) ( BAPPEDA )

      shallow sewer sangat tergantung pada pembilasan air buangan untuk mengalirkan buangan padat, sehingga pada penerapan teknik ini membutuhkan ketersediaan air yang cukup memadai. Dalam pemilihan teknologi yang tepat dalam pengelolaan air buangan domestik harus memperhatikan faktor berikut ini, yaitu :

      1. Kepadatan penduduk bruto.

      Kepadatan penduduk erat kaitannya dengan ketersediaan lahan untuk tempat pengolahan air buangan. Untuk daerah dengan kepadatan rendah diarahkan untuk mengembangkan metode on site sanitation pribadi, untuk kepadatan sedang diarahkan untuk mengembangkan metode on site sanitation bersama, dan untuk daerah dengan kepadatan tinggi disarankan untuk menerapkan sistem off site sanitation.

      2. Penyediaan air bersih.

      Ketersediaan air bersih erat hubungannya dengan tingkat ekonomi masyarakat dan kemampuan masyarakat untuk membiayai teknologi yang akan diterapkan. Tingkat pelayanan air bersih diklasifikasikan sebagai berikut :

    • Tinggi > 60 %
    • Sedang 30 - 60 %
    • Rendah < 30 %

      Semakin tinggi tingkat pelayanan air bersih masyarakat menandakan bahwa tingkat ekonomi masyarakat tersebut juga tinggi.

      3. Kemiringan Tanah.

      Berdasarkan data yang ada, maka kemiringan lahan di wilayah perencanaan didominasi antara 0 - 8%, dari data tersebut bila akan diterapkan sistem sewerage konvensional untuk penanganan air buangan masih memungkinkan.

      4. Permeabilitas Tanah Untuk tanah yang sangat kedap disarankan agar air buangan rumah tangga tidak dialirkan ke tangki septik yang akan membuat tangki septik cepat penuh dengan air buangan.

    3.1.3.5 Rencana Sistem Drainase

      Secara umum, drainase di Kabupaten Labuhanbatu Utara pada saat ini mengikuti pola jaringan jalan eksisting dan memanfaatkan sungai sebagai saluran primer. Drainase tersebut tidak hanya

      Pemerintah Kabupaten Labuhanbatu Utara Review RPIJM

      Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Labuhanbatu Utara (2014-2018) ( BAPPEDA )

      berfungsi untuk penyaluran air hujan tetapi juga digunakan untuk penyaluran air limbah baik limbah domestik dan non domestik. Sungai-sungai yag ada saat ini merupakan saluran drainase makro yang ditetapkan sebagai saluran primer. Pengaliran air ke saluran primer ditentukan mengikuti karakteristik pengaliran yang ada, dengan peningkatan dan penambahan saluran sekunder dan tersier untuk kawasan-kawasan permukiman. Untuk mendukung rencana penanganan sistem drainase di Kabupaten Labuhanbatu Utara, maka diperlukan :

    • Pengaturan kembali sistem jaringan drainase yang berhirarki dan terpadu sesuai fungsinya

      baik secara kuantitas maupun kualitas

    • Normalisasi dan rehabilitasi saluran-saluran pembuangan akhir agar tidak terjadi luapan

      sungai akibat air sungai tidak dialirkan dengan cepat

    • Pengembangan sistem drainase primer selebar 2-3 meter sesuai topografinya dapat

      menampung limpasan air hujan dari saluran sekunder dan tersier yang selanjutnya dialirkan ke sungai atau cacthment area untuk mengisi air tanah;

    • Pembuatan sistem jaringan drainase tersier selebar 0,5-1 meter yang pengembangannya saling terintegrasi dan terpadu dengan sistem jaringan drainase wilayahnya, terutama di wilayah pemukiman yang belum ada jaringan drainasenya, dan di wilayah permukiman baru. Saluran ini terdapat pada jalan-jalan kecil, yang menyalurkan air hujan ke saluran yang lebih besar.

      Jenis saluran yang akan dikembangkan dapat berupa drainase sistem tertutup yang biasanya dikembangkan di pusat pemerintahan, perdagangan, dan jasa. Sedangkan drainase sistem terbuka sebagian besar dikembangkan di lingkungan permukiman.

    3.1.3.6 Sistem Air Minum

      Pengembangan layanan air minum bagi masyarakat yang ada di Kabupaten Labuhanbatu Utara sangat perlu dilakukan mengingat fungsi dari air minun tersebut yang sangat penting. Instalasi Pengelolaan Air minum yang sudah dibangun di Kabupaten Labuhanbatu Utara, 1 unit di Marbau Kecamatan Marbau dan 1 unit di Guntingsaga Kecamatan Kualuh Selatan. Tahun 2011 akan dibangun Instalasi Pengelolaan Air minum untuk memenuhi kebutuhan air minum di Aekkanopan Kecamatan Kualuhhulu. Selanjutnya direncanakan pembangunan Instalasi Pengelolaan Air minum untuk memenuhi kebutuhan air minum di Tanjungleidong Kecamatan

      Pemerintah Kabupaten Labuhanbatu Utara Review RPIJM

      Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Labuhanbatu Utara (2014-2018) ( BAPPEDA )

      Kualuh Leidong dan Kampung Mesjid Kecamatan Kualuh Hilir. Jika telah dibangun Instalasi Pengelolaan Air minum, perlu segera dibentuk Perusahaan Daerah Air Minum yang akan mengelola pengoperasiannya. Perusahaan Daerah Air Minum agar melibatkan pihak swasta dan masyarakat, sehingga operasional kegiatannya lebih optimal.

      Untuk memenuhi kebutuhan akan air minum, perlu adanya peningkatan sarana dan prasarana pendukung seperti pipa, tandon, reservoir, dan prasarana pendukung lainnya. Upaya penanganan untuk meningkatkan layanan fasilitas air minum di Kabupaten Labuhanbatu Utara seperti : 1.

      Perlindungan terhadap sumber-sumber mata air dan daerah resapan air; 2. Perluasan daerah tangkapan air; 3. Peningkatan pelayanan dan pengelolaan air bersih oleh PDAM dengan peningkatan sistem jaringan air minum hingga ke wilayah perdesaan.

      Arahan pengembangan air bersih adalah dengan pengembangan saluran perpipaan air bersih yang dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Labuhanbatu Utara untuk menyediakan suatu penyediaan air bersih secara komunal. Untuk itu, perlu adanya rencana pengembangan air bersih yang meliputi:

      1. Pembangunan penampung air hujan dan hidran umum;

      2. Mengembangkan sistem sumur resapan pada lokasi-lokasi tertentu yang mempunyai aquifer tanah dalam yang mampu menahan air;

      3. Pengembangan air bersih dengan sistem perpipaan 4. Program penghematan pemakaian air.

      Ketinggian dan kontur tanah sangat berperan pada sistem transmisi dan distribusi air minum. Dengan kontur yang relatif stabil, maka ada sistem distribusi yang tidak diperlukan banyak peralatan tambahan, misalnya alat untuk menurunkan tekanan yang berlebihan (Pressure Reducing

      Valve) akibat adanya beda ketinggian tanah yang sangat besar. Perpipaan distribusi adalah sistem

      penyaluran air bersih dari reservoar distribusi ke daerah pelayanan dan merupakan sistem yang paling penting dalam penyediaan air minum. Pada sistem distribusi sejauh mungkin menghindari terjadinya kebocoran, dan menjaga tekanan dalam pengaliran yang dapat menjangkau seluruh daerah pelayanan walaupun yang paling kritis sekalipun. Pengembangan jaringan pipa distribusi disesuaikan dengan pentahapan pengembangan sistem secara keseluruhan. Penentuan kapasitas pipa distribusi didasarkan kepada debit jam puncak.

      Pemerintah Kabupaten Labuhanbatu Utara Review RPIJM

      Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Labuhanbatu Utara (2014-2018) ( BAPPEDA )

      Untuk lokasi-lokasi yang secara teknis maupun non teknis tidak dapat dilayani dengan sistem perpipaan maka akan diarahkan untuk dilayani dengan sistem penyediaan air minum berbasis masyarakat (PAMSIMAS). Disini, Pemerintah Kabupaten Labuhanbatu Utara hanya memfasilitasi pembangunan sumur pantek atau sumur dalam serta prasarananya, sedangkan pengelolaannya diserahkan ke masyarakat. Rencana kebutuhan air minum Kabupaten Labuhanbatu Utara sampai tahun 2031 dapat dilihat pada tabel III-1

      P a g e 3 - 16 Review RPIJM Kabupaten Labuhanbatu Utara (2014-2018) Pemerintah Kabupaten Labuhanbatu Utara Badan Perencanaan Pembangunan Daerah ( BAPPEDA )

    Tabel III-1

    Analisis Kebutuhan Air Minum Kabupaten Labuhanbatu Utara Sampai Tahun 2031

      (130 lt/org/hr) Total

      8 Kualuh Leidong 61.678 37.007 3.885.714 1.110.204 4.995.918 999.184 5.995.102 599.510 76,33 Jumlah 696.557 417.934 43.883.091 12.538.026 56.421.117 11.284.223 67.705.340 6.770.534 861,99

      7 Kualuh Hulu 134.270 80.562 8.459.010 2.416.860 10.875.870 2.175.174 13.051.044 1.305.104 166,16

      6 Kualuh Hilir 70.606 42.364 4.448.178 1.270.908 5.719.086 1.143.817 6.862.903 686.290 87,37

      5 Kualuh Selatan 112.840 67.704 7.108.920 2.031.120 9.140.040 1.828.008 10.968.048 1.096.805 139,64

      4 Aeknatas 68.170 40.902 4.294.710 1.227.060 5.521.770 1.104.354 6.626.124 662.612 84,36

      3 Aekkuo 64.276 38.566 4.049.388 1.156.968 5.206.356 1.041.271 6.247.627 624.763 79,54

      2 Marbau 85.724 51.434 5.400.612 1.543.032 6.943.644 1.388.729 8.332.373 833.237 106,08

      1 Na IX-X 98.993 53.396 6.236.559 1.781.874 8.018.433 1.603.687 9.622.120 962.212 122,50

      (ltr/hr)

      Kebutuhan Domestik

      100-110 lt/org/hr Kran umum

      No Kecamatan Jumlah

      Sambungan Langsung

      Kebutuhan Air (ltr/dtk)

      Air (10%) Total

      Domestik Kebocoran

      Domestik dan Non

      Domestik) Jumlah

      Domestik (20%

      Domestik Non

      60% Kebutuhan Air Minum

      Tingkat Pelayanan

      Penduduk (Jiwa)

      Sumber: Hasil Analisis, Tahun 2010

      Review RPIJM Kabupaten Labuhanbatu Utara (2014-2018) Pemerintah Kabupaten Labuhanbatu Utara Badan Perencanaan Pembangunan Daerah ( BAPPEDA )

    3.1.3.7 Rencana Jalur Evakuasi Bencana

      Rencana jalur evakuasi bencana di Kabupaten Labuhanbatu Utara terdiri atas

      a. Pengembangan jalur evakuasi bencana tanah longsor, ke ruas jalan dan/atau jalan darurat yang aman; b. Pengembangan jalur evakuasi bencana gelombang pasang, ke jalan menuju kawasan perbukitan; dan c. Pengembangan jalur evakuasi bencana banjir, ke jalan menuju balai desa/kantor/ stadion dan gedung sosial lainnya.

      Tabel III-2 Rencana Pola Ruang Berdasarkan Klasifikasi Ruang Kabupaten Labuhanbatu Utara Tahun 2031 No Jenis Penggunaan Lahan Luas (Ha) KAWASAN LINDUNG

      1 Hutan Suaka Alam 742

      2 Hutan Lindung 34.189

      3 Mangrove 7.220

      4 Sempadan pantai 232

      5 Sempadan sungai 4.014

      6 Kawasan rawan bencana alam 138.109

    KAWASAN BUDIDAYA

      2 Hutan Produksi Terbatas 37.105

      4 Hutan Rakyat 23.526

      5 Perkebunan 125.469

      6 Tanaman Pangan (lahan basah) 9.795

      7 Holtikultura (lahan kering ) 53.214

      8 Peternakan 1.231

      9 Perikanan 236

      10 Kawasan Industri 509

      11 Permukiman Perkotaan 18.004

      12 Permukiman Perdesaan 2.792

      Sumber: Hasil Rencana, Tahun 2011

      1 Hutan Produksi Tetap 16.562

      3 Hutan Produksi Konversi 27.320

      Pemerintah Kabupaten Labuhanbatu Utara Review RPIJM

      Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Labuhanbatu Utara (2014-2018) ( BAPPEDA )

    3.1.3.8 Kawasan Peruntukan Permukiman

      Rencana pengembangan permukiman dan perumahan bertujuan untuk :

      a. Mendorong distribusi perkembangan fisik, kependudukan dan keramaian ke arah bagian selatan Kabupaten Labuhanbatu Utara.

      b. Menyediakan lahan untuk memenuhi kebutuhan akan permukiman di seluruh wilayah Kabupaten Labuhanbatu Utara dan proyeksinya di masa mendatang

      c. Menciptakan pusat-pusat pertumbuhan/kegiatan yang baru bagi Kabupaten Labuhanbatu Utara untuk menghidupkan Kabupaten Labuhanbatu Utara bagian selatan.

      d. Pengelolaan kawasan permukiman dilakukan untuk menyediakan tempat bermukim yang sehat dan aman dari bencana alam serta dapat memberikan lingkungan yang sesuai untuk pengembangan masyarakat dengan tetap memperhatikan kelestarian nilai-nilai budaya adat istiadat, mutu dan keindahan lingkungan alam untuk mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan.

    A. Peruntukan permukiman perkotaan

      Dalam rencana permukiman perkotaan ini, ada beberapa aspek yang perlu diperhatikan antara lain: a. Setiap perumahan harus dilayani oleh satu sistem permukiman yang didasarkan pada karakteristikfisik, sosial, budaya dan ekonomi yang layak, sehingga dapat menunjang dan menyatukankehidupanpendudukdidalamnya.

      b. Permukiman perkotaan harus bersifat mandiri, dalam arti penyediaan fasilitas sosial dan fasilitas umum harus disediakan di kawasan permukiman tersebut sesuai skala pelayanannya.

      c. Untuk perkembangan sebuah permukiman menjadi suatu pusat kegiatan maupun menjadi suatu kota, permukiman tersebut harus melalui suatu tahapan. Contohnya permukiman menjadi desa, desa menjadi kota kecil, kota kecil menjadi kota menengah, kota menengah menjadi kota besar dan seterusnya.

      Pengembangan kawasan permukiman perkotaan diarahkan untuk menopang kegiatan-kegiatan produksi yang berlangsung. Dimana kedekatan jarak antara permukiman dan kegiatan produksi merupakan kebutuhan yang perlu difasilitasi. Untuk itu dapat dikembangkan sistem permukiman yang tersebar pada pusat-pusat pertumbuhan di sekitar satuan-satuan perkebunan. Penyediaan

      Pemerintah Kabupaten Labuhanbatu Utara Review RPIJM

      Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Labuhanbatu Utara (2014-2018) ( BAPPEDA )

      lahan permukiman yang disediakan berdasarkan struktur pusat pertumbuhan yang luasannya diarahkan sesuai dengan satuan wilayah perkebunan yang dilayani.

      Ketersediaan areal pemukiman dan mendayagunakan prasarana dan sarana investasi yang ada di daerah sekitarnya sehingga dapat mendorong kegiatan lain yang ada di sekitarnya. Persyaratan lain dari pengembangan permukiman perkotaan ini adalah pengembangan permukiman tidak mengganggu fungsi lindung dan tidak mengganggu upaya kelestarian sumber daya alam. Perhitungan luas areal kawasan permukiman yang disediakan adalah dengan asumsi setiap kepala 2 keluarga membutuhkan luas lahan permukiman sebesar 500 m . Pengembangan dilakukan dengan penyediaan sarana dan prasarana: pendidikan, kesehatan, kerohanian, air bersih, listrik dan komunikasi pada wilayah perkotaan sesuai dengan kebutuhan rencana.

      Sesuai dengan arahan rencana struktur ruang, maka permukiman perkotaan yang direncanakan di Kabupaten Labuhanbatu Utara mempunyai luas kurang lebih 18.004 (delapanbelas ribu empat) hektar, meliputi:

      a.

      Kecamatan Aekkuo seluas kurang lebih 1.245 (seribu duaratus empatpuluh lima) hektar; b. Kecamatan Kualuh Hilir seluas kurang lebih 962 (Sembilan ratus enampuluh dua) hektar; c. Kecamatan Hulu seluas kurang lebih 6.817 (enam ribu delapan ratus tujuh belas) hektar; d. Kecamatan Kualuh Leidong seluas kurang lebih 960 (Sembilan ratus enampuluh) hektar; e. Kecamatan Kualuh Selatan seluas kurang lebih 5.531 (lima ribu lima ratus tiga puluh satu) hektar;

      f.

      Kecamatan Marbau seluas kurang lebih 1.148 (seribu seratus empat puluh delapan) hektar; dan

      g.

      Kecamatan Na IX-X seluas kurang lebih 1.342 (seribu tiga ratus empat puluh dua) hektar.

    B. Peruntukan permukiman perdesaan

      Permukiman perdesaan di Kabupaten Labuhanbatu Utara umumnya permukiman ini dihuni oleh para pemukim yang bermata pencaharian sebagai petani, kehutanan, dan perikanan dan sudah lama menetap di desa tersebut. Permukiman perdesaan ini umumnya sederhana namun sudah cukup layak untuk dihuni.

      Pengembangan permukiman kampung direncanakan dengan pendekatan pemberdayaan masyarakat desa yang merupakan suatu program pembangunan desa berangkat dari bawah (bottom

      Pemerintah Kabupaten Labuhanbatu Utara Review RPIJM

      Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Labuhanbatu Utara (2014-2018) ( BAPPEDA ) up approach). Adapun langkah-langkah yang perlu diambil, adalah : pemilihan obyek pembinaan,

      proses pelaksanaan kegiatan, penyaluran bantuan dan pemantauan atau evaluasi. Pengembangan permukiman perkampungan melalui pemberdayaan masyarakat desa harus disesuaikan dengan karakteristik kegiatan sosial ekonomi dan sosial budaya masyarakat kampung yang sangat terkait dengan obyek pembinaan. Oleh karena itu, pengembangan permukiman perdesaan ini diharapkan mampu tumbuh dengan tetap mempertahankan produktifitas lahan usaha pertanian atau peternakan atau perikanan di pekarangannya sehingga dapat menopang kebutuhan hidupnya.

      Sesuai dengan arahan rencana struktur ruang, maka permukiman perkotaan yang direncanakan di Kabupaten Labuhanbatu Utara mempunyai luas kurang lebih 2.792 (dua ribu tujuhratus enampuluh satu) hektar, meliputi:

      a.

      Kecamatan Aekkuo seluas kurang lebih 49 (empat puluh sembilan) hektar; b. Kecamatan Aekanatas seluas kurang lebih 604 (enamratus empat) hektar; c. Kecamatan Kualuh Hilir seluas kurang lebih 666 (enamratus enam puluh enam) hektar; d. Kecamatan Hulu seluas kurang lebih 365 (tigaratus enampuluh lima) hektar; e. Kecamatan Kualuh Leidong seluas kurang lebih 443 (empatratus empatpuluh tiga) hektar; f. Kecamatan Selatan seluas kurang lebih 88 (delapanpuluh delapan) hektar; g. Kecamatan Marbau seluas kurang lebih 454 (empat ratus lima puluh empat) hektar; dan h. Kecamatan Na IX-X seluas kurang lebih 122 (seratus dua puluh dua) hektar.

    3.1.3.9 Kawasan Peruntukan Pertanian

      Pengembangan kawasan budidaya pertanian diarahkan pada lahan dengan kemiringan kurang dari 45 % dan berada di bawah ketinggian 1.500 meter Dari Permukaan Laut. Kawasan budidaya pertanian terdiri atas tanaman pangan, perkebunan dan holtikultura.

    A. Tanaman Pangan

    1. Peruntukan pertanian lahan basah

      Kawasan pengembangan Pertanian lahan basah di Kabupaten Labuhanbatu Utara diarahkan pada kawasan yang memiliki kesesuaian lahan untuk pertanian lahan basah, berada di daerah dataran rendah, seperti pantai dan/atau daerah hilir.

      Pemerintah Kabupaten Labuhanbatu Utara Review RPIJM

      Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Labuhanbatu Utara (2014-2018) ( BAPPEDA )

      Daerah aliran sungai, serta memiliki potensi untuk dapat dilalui jaringan irigasi alam dan buatan. Kemudian setelah kriteria teknis tersebut dipenuhi, aspek berikutnya yang dipertimbangkan adalah ketersediaan lahannya. Lahan-lahan yang diutamakan adalah lahan-lahan yang sudah tidak berhutan atau bukan merupakan kawasan hutan. Setelah itu, baru dipertimbangkan kawasan hutan yang memiliki fungsi sebagai hutan produksi konversi (HPK) yang memang jenis tanah dan kesesuaian lahannya memadai untuk dikembangkan sebagai kawasan pertanian lahan basah. Khusus untuk lahan-lahan potensial yang berada di kawasan lindung, tidak dijadikan salah satu kawasan pengembangan. Kawasan peruntukan pertanian lahan basah mempunyai luas kurang lebih 9.795 (sembilan ribu tujuhratus sembilanpuluh lima) hektar, meliputi: a. Kecamatan Kualuh Selatan seluas kurang lebih 1.161 (seribu seratus enampuluh satu) hektar; b. Kecamatan Aeknatas seluas kurang lebih 437 (empatratus tigapuluhtujuh) hektar;

      c. Kecamatan Kualuh Hilir seluas kurang lebih 6.141 (enam ribu seratus empatpuluh satu) hektar; d. Kecamatan Kualuh Leidong seluas kurang lebih 1.785 (seribu tujuhratus delapanpuluh lima) hektar; dan e. Kecamatan Kualuh Hulu seluas kurang lebih 272 (duaratus tujuhpuluh dua) hektar.

      Adapun arahan pengembangan usaha masyarakat pertanian lahan basah di Kabupaten Labuhanbatu Utara adalah sebagai berikut : a.

      Dapat dilakukan melalui sistem penataan permukiman desa, penyuluhan dan pembinaan, terutama untuk desa yang basis kegiatan usaha masyarakatnya adalah petani.

      b.

      Pengembangan ekstensifikasi pertanian dilakukan melalui pencetakan sawah pada lahan-lahan yang terdapat di wilayah Kecamatan Kualuh Hilir.

      c.

      Pengelolaan pertanian lahan basah di Kabupaten Labuhanbatu Utara juga harus mempertimbangkan faktor-faktor di bawah ini, yaitu : 1) Faktor-faktor sosio-ekonomis :

    • Memberikan kemudahan pemasaran, baik dalam bentuk pemasaran lokal dan eksternal, pedagang dan koperasi, dan aksesibilitas.

      Pemerintah Kabupaten Labuhanbatu Utara Review RPIJM

      Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Labuhanbatu Utara (2014-2018) ( BAPPEDA )

    • Memberikan kemudahan jasa-jasa pendukung, baik dalam bentuk kredit/sarana produksi dan penyuluhan.