BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tindakan - Tindakan Bidan Dalam Pencegahan Hipotermi Bayi Baru Lahir di Klinik Bersalin Desa Bandar Khalipah Kecamatan Percut Sei Tuan Tahun 2014

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tindakan Praktik atau tindakan memiliki tingkatan meliputi persepsi, respon terpimpin, mekanisme, dan adopsi.

1. Persepsi (perception). Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan diambil merupakan praktik tingkat pertama.

  2. Respon terpimpin ( guided respons). Hal ini berarti dapat melakukan sesuatu sesuai urutan yang benar dan sesuai dengan contoh adalah merupakan indikator pada praktek tingkat kedua.

  3. Mekanisme (mecanism) yaitu apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis, atau sesuatu itu merupakan kebiasaan maka ia sudah mencapai praktek tingkat ketiga.

  4. Adaptasi (adaptation), dimana adaptasi adalah suatu praktik atau tindakan yang sudah berkembang dengan baik. Artinya tindakan itu sudah dimodifikasinya sendiri tanpa mengurangi kebenaran tindakan tersebut (Notoatmodjo, 2003).

B. Bidan

  Defenisi Bidan menurut International Confederation of Midwives (ICM) tahun 2005 adalah seorang yang telah berhasil/sukses menyelesaikan pendidikan bidan yang terakreditasi dan diakui negara, telah memperoleh kualifikasi yang dibutuhkan untuk didaftarkan mendapat sertifikat atau secara resmi diberi lisensi untuk melakukan praktik kebidanan.

  

5 Menurut Permenkes Nomor.1464/MENKES/X/2010 dikatakan bahwa bidan adalah seorang perempuan yang lulus dari pendidikan bidan yang telah teregistrasi sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.

  C. Bayi Baru Lahir

  Masa neonatal adalah masa sejak lahir sampai dengan 4 minggu (28) usia kelahiran bayi. Neonatus adalah bayi yang berumur 0 (baru lahir) sampai dengan usia 1 bulan sesudah lahir. Neonatus dini adalah bayi berusia 0-7 hari. Neonatus lanjut adalah bayi yang berusia 7 -28 hari (Muslihatun, 2010).

  D. Prinsip Perawatan Bayi Baru lahir Saat kelahiran, tubuh bayi baru lahir mengalami berbagai adaptasi psikologis.

  Dari hal tersebut pada prinsipnya bayi yang baru lahir memerlukan pemantauan yang ketat untuk menentukan masa transisi kehidupannya ke kehidupan luar uterus berlangsung dengan baik. Bayi yang baru lahir juga membutuhkan asuhan bayi baru lahir yang dapat meningkatkan kesempatan menjalani masa transisinya dengan baik (Muslihatun, 2010).

  E. Tujuan Perawatan Bayi Baru Lahir

  Tujuan perawatan bayi baru lahir adalah memberikan asuhan secara komperhensif kepada bayi baru lahir pada saat masih diruang rawat serta mengajarkan kepada orang tua bayi dan memberi motivasi agar menjadi orang tua yang percaya diri (Muslihatun, 2010).

F. Perawatan Segera setelah Bayi Lahir 1. Suhu Tubuh

  Bayi baru lahir memiliki kemungkinan besar untuk kehilangan sejumlah besar panas badannya setelah lahir. Saat lahir, kulit bayi diliputi oleh cairan amnion, bayi biasanya terpajan pada suhu rendah yang mengelilingi di ruang persalinan, dan sering kali dibiarkan tanpa diselimuti untuk memungkinkan observasi awal yang baik. Dengan demikian, bayi akan kehilangan panas badan melalui evaporasi, radiasi dan konveksi. Bayi merespon terhadap keadaan dingin ini melalui perangsangan metabolisme simpatis, yang meningkatkan produksi panas. Panas juga dipertahankan dengan mengurangi aliran darah kulit.

  Selama beberapa jam pertama, suhu tubuh bayi harus berulang kali diukur dan dicatat. suhu pusat tubuh yang baik, tetapi sebuah alat pengukur suhu yang keras yang ditinggalkan di dalam rektum tanpa pengawasan konstan dapat menyebabkan perforasi usus besar. Pengukuran suhu aksila biasanya merupakan alternatif yang cocok dan aman. Suhu tubuh normal bila diukur dari aksila yaitu 36,5

  o

  • 37, 4

  C. Bila bayi ditempatkan di inkubator, suhu tubuh bayi sekaligus suhu lingkungan di dalam inkubator harus dipantau dan dicatat. Peningkatan suhu tubuh dapat disebabkan oleh meningkatnya suhu inkubator.

  Bayi hipotermi harus dihangatkan di dalam inkubator. Umumnya, bayi paling baik dihangatkan kembali pada kecepatan sedang, biasanya 2 sampai 4 jam

  o

  agar suhu inti mencapai 37

  C. Upaya menghangatkan tubuh bayi secara cepat memerlukan lebih banyak panas eksternal, yang dapat menimbulkan apnoe.

  Penghangatan yang lambat akan disertai dengan hipoglikimia dan asidosis metabolik persisten.

  Begitu bayi cukup bulan yang baru lahir mampu mempertahankan suhu yang stabil, mereka dapat dirawat diranjang terbuka, asalkan berpakaian dan dibungkus dengan selimut. Sebuah ruangan bebas angin dengan suhu 24-26

  o

  C akan memberi kondisi termal netral yang adekuat (Rudolfh, 2006).

  Pada bayi baru lahir pengaturan suhu tubuh belum berfungsi sempurna, untuk itu perlu dilakukan upaya pencegahan kehilangan panas dari tubuh bayi karena bayi mempunyai resiko hipotermi yang dapat menyebabkan kematian. Hipotermi dapat terjadi apabila tubuh bayi dalam keadaan basah dan tidak segera dikeringkan.

  Terdapat 4 mekanisme kemungkinan hilangnya panas tubuh dari bayi baru lahir yaitu : a.

  Konduksi Panas dihantarkan dari tubuh bayi ke benda sekitarnya yang kontak langsung dengan tubuh bayi. Contoh, menimbang bayi tanpa alas timbangan, tangan penolong yang dingin memegang bayi baru lahir, menggunakan stetoskop dingin untuk pemeriksaan bayi baru lahir.

  b.

  Konveksi Panas hilang dari tubuh bayi ke udara sekitarnya yang sedang bergerak (jumlah panas yang hilang tergantung kepada kecepatan dan suhu udara).

  Contoh, membiarkan atau menempatkan bayi baru lahir dekat jendela, membiarkan bayi baru lahir di ruang yang terpasang kipas angin.

  c.

  Radiasi Panas dipancarkan dari bayi baru lahir, keluar tubuhnya ke lingkungan yang lebih dingin ( pemindahan panas antara 2 objek yang mempunyai suhu berbeda). Contoh, bayi baru lahir di biarkan dalam keadaan telanjang, bayi baru lahir di tidurkan berdekatan dengan ruang yang dingin misalnya dekat tembok.

  d.

  Evaporasi Panas hilang melalui proses penguapan tergantung kepada kecepatan dan kelembaban udara (perpindahan panas dengan cara merubah cairan menjadi uap). Evaporasi dipengaruhi oleh: jumlah panas yang dipakai, tingkat kelembaban udara, aliran udara yang melewati (Djami, 2013).

2. Penilaian Apgar Score

  Menurut Djami (2013), segera setelah bayi lahir, bidan dapat melanjutkan proses perawatan dengan mengeringkan kulit, yang dapat menbantu meminimalkan kehilangan panas. Pada sebagian besar kasus, bayi dilahirkan dalam kondisi sehat sehingga dapat langsung diserahkan kepada orang tuanya. Baik kelahiran di rumah maupun di rumah sakit, bidan harus melakukan pengkajian kondisi umum bayi pada menit pertama dan ke-5 dengan menggunakan nilai apgar.

  Pengkajian pada menit ke-5 lebih dapat dipercaya sebagai prediksi resiko kematian selama 28 hari pertama kehidupan, dan status neurologi anak serta resiko disabiitas mayor pada usia 1 tahun. Semakin tinggi nilai yang dicapai, semakin baik pula kondisi bayi. Nilai apgar harus didokumentasikan dengan lengkap dicatatan bayi. Nilai Apgar yaitu: A (Appearance) : Penampilan bayi (warna kulit).

  P (Pols) : Nadi (frekuensi jantung). G (Grimace) : Respon terhadap rangsangan A (Active) : Aktif (tonus otot).

  R (Respiratory) : Pernafasan.

  Tabel 1. Penilaian Apgar Score Tanda Nilai 0 1

  2 A (Appearance) : Biru, pucat Tubuh merah Seluruh tubuh Pemampilan bayi (warna muda, ektremitas merah muda. kulit). biru P (Pols) : Tidak Ada Kurang dari 100 Lebih dari Nadi (frekuensi kali per menit 100 menit jantung). Tidak Ada Meringis minimal Batuk atau G (Grimace) : bersin Respon terhadap Lunglai Fleksi ekstremitas rangsangan

  Aktif A (Active) : Tidak Ada Lambat,tidak Aktif (tonus otot). teratur Baik atau R (Respiratory) : Menangis Pernafasan.

3. Pencegahan Infeksi

  Menurut Djami (2013), bayi baru lahir sangat rentan terhadap infeksi yang disebabkan oleh paparan atau kontaminasi mikroorganisme selama proses persalinan berlangsung maupun beberapa saat setelah lahir. Sebelum menangani bayi baru lahir, pastikan penolong persalinan telah menerapkan upaya pencegahan infeksi, antara lain: a.

  Cuci tangan secara efektif sebelum bersentuhan dengan bayi.

  b.

  Gunakan sarung tangan yang bersih pada saat menangani bayi yang belum dimandikan.

  c.

  Pastikan semua peralatan dan bahan yang digunakan, terutama klem, gunting, penghisap lendir DeLee dan benang tali pusat telah didesinfeksi tingkat tinggi atau steril. Gunakan bola karet yang baru dan bersih jika akan melakukan penghisapan lendir dengan alat tersebut.

  d.

  Pastikan semua pakaian, handuk, selimut dan kain yang digunakan untuk bayi sudah dalam keadaan bersih. Demikian pula halnya timbangan, pita pengukur, termometer, stetoskop dan benda-benda lain yang bersentuhan dengan bayi, juga harus dalam keadaan bersih. Dekontaminasi dan cuci setiap kali setelah digunakan.

4. Merawat Tali Pusat

  Menurut Djami (2013), pada perawatan tali pusat nasihat yang perlu diberikan pemberi pelayanan kesehatan kepada keluarga bayi yaitu : 1)

  Jangan membubuhkan apapun ke puntung tali pusat

2) Lipat popok dibawah ikatan tali pusat.

  3) Jika puntung tali pusat kotor bersihkan dengan sabun dan air bersih serta segera keringkan dengan kain bersih, terutama setelah bayi buang air kecil/besar

  4) Apabila tali pusat berwarna merah atau bernanah atau berdarah dan berbau, maka segera bawa bayi ke petugas pelayanan kesehatan.

  5. Inisiasi Menyusui Dini (IMD)

  Menurut Sodakh (2013), Inisiasi Menyusui Dini (IMD) merupakan bayi mulai menyusu sendiri segera setelah lahir.

  Menurut Prawirohardjo (2011), segera setelah dilahirkan, bayi diletakkan di dada atau perut atas ibu selama paling sedikit satu jam untuk memberi kesempatan pada bayi untuk mencari dan menemukan puting bayi.

  Manfaat IMD pada bayi adalah membantu stabilisasi pernapasan, mengendalikan suhu tubuh bayi lebih baik dibandingkan dengan inkubator, menjaga kolonisasi kuman yang aman untuk bayi dan mencegah infeksi nasokomial. Kadar bilirubin bayi juga lebih cepat normal karena pengeluaran mekonium lebih cepat sehingga dapat menurunkan insiden ikterus pada bayi baru lahir. Kontak kulit dengan ibu juga membuat bayi mendapatkan pola tidur yang lebih baik ini berdampak kepada meningkatnya berat badan pada bayi.

  6. Pengukuran pada Bayi Baru Lahir

  a) Berat Badan

  Menurut Chapman (2013), setelah dilaksanakannya IMD berat badan bayi harus segera ditimbang. Idealnya digunakan timbangan elektronik untuk mmendapatkan hasil yang paling akurat sesuaikan skala angka nol dan letakkan handuk didalam timbangan sebagai alas, agar kulit bayi tidak kontak langsung dengan timbangan. Bayi yang beratnya kurang dari 2,5 kg biasanya dianggap memiliki berat lahir rendah, berat lahir yang sangat rendah kurang dari 1, 5 kg. Menurut Sodakh (2013), berat badan bayi normal adalah 2500- 4000 gram. b) Panjang Badan

  Menurut Jokinen (2002), bahwa pegukuran panjang badan sangat penting dilakukan untuk pengkajian pertumbuhan dan perkembangan kesejahteraan bayi dimasa yang akan datang. Sejumlah studi menunjukkan bahwa bidan dapat memperoleh hasil yang lebih baik jika menggunakan alat pengukur panjang badan yang lebih akurat, seperti matras gulung . Panjang badan normal untuk bayi cukup bulan yaitu 48-55 cm (Seidel, 2006).

  c) Lingkar Kepala

  Kepala harus diukur disekitar lingkar oksipitofrontal. Lingkar kepala untuk bayi cukup bulan yaitu 32-37 cm (Chapman, 2013).

7. Pencegahan Infeksi pada Mata

  Menurut Djami (2013), pencegahan infeksi mata dapat diberikan segera setelah bayi lahir. Pencegahan infeksi pada mata dapat dilakukan dengan memberikan salep mata tetrasiklin 1 %. Salep antibiotika ini harus diberikan dalam waktu satu jam setelah kelahiran, pencegahan infeksi mata ini tidak efektif apabila diberikan lebih dari satu jam setelah kelahiran.

  Cara pemberian profilaksis mata yaitu : a. Mencuci tangan secara efektif.

  b.

  Jelaskan pada ibu dan keluarga tentang prosedur yang akan dilakukan dan minta persetujuan.

  c.

  Berikan salep mata tetrasiklin 1 % dalam satu garis lurus mulai dari bagian mata paling dekat dengan hidup bayi menuju bagian luar mata.

  d.

  Ujung tabung salep mata tidak boleh menyentuh mata bayi. e.

  Jangan menghapus salep mata dari mata bayi dan anjuran keluarga untuk tidak menghapus salep tersebut.

  8. Pemberian Vitamin K

  Menurut Djami (2013), semua bayi baru lahir harus segera diberikan vitamin K1 injeksi 1 mg intramuskular di paha kiri sesegera mungkin untuk mencegah perdarahan pada bayi bru lahir akibat defisiensi vitamin K yang dapat dialami oleh sebagian bayi baru lahir.

  Menurut Rudolph (2006), semua bayi baru lahir harus mendapat satu dosis tunggal vitamin K1 dalam beberapa jam pertama setelah lahir untuk mencegah timbulnya penyakit perdarahan pada bayi baru lahir yang dapat mengakibatkan perdarahan gastrointestinal atau intrakranial serta suatu perdarahan menyeluruh. 1 mg vitamin K1 intramuskular mampu mendapatkan perlindungan penuh dibandingkan dengan dosis oral 2 mg yang mampu mempertahankan suatu koagulasi normal dalam beberapa hari pertama,tetapi harus diulang karena satu dosis tunggal mungkin tidak mempunyai efek perlindungan yang sama lamanya dengan pemberian vitanin K secara intramuskular.

  9. Pemberian Imunisasi Hepatitis B

  Menurut Djami (2013), imunisasi hepatitis B bermanfaat untuk mencegah infeksi Hepatitis B terhadap bayi, terutama jalur penularan ibu ke bayi. Terdapat 2 jadwal pemberian imunisasi Hepatitis B. Jadwal pertama, imunisasi hepatitis B sebanyak 3 kali pemberian, yaitu usia 0 hari (segera setelah lahir menggunakan uniject), 1 dan 6 bulan. Jadwal kedua, imunisasi hepatitis B sebanyak 4 kali pemberian, yaitu pada 0 hari (segera setelah lahir) dan DPT + Hepatitis B pada 2, 3, dan 4 bulan usia bayi.

  Tabel 2. Jadwal pemberian imunisasi hepatitis B

  IMUNISASI JUMLAH PEMBERIAN JADWAL Regimen tunggal 3 kali Usia 0 hari (segera setelah lahir)

  Usia 1 bulan Usia 6 bulan

  Regimen kombinasi 4 kali Usia 0 hari (segera setelah lahir)

  Usia 2 bulan Usia 3 bulan DPT + Hepatitis B Usia 4 bulan

  Namun, dalam penulisan karya tulis ini penulis mengambil tindakan bidan dalam pencegahan hipotermi bayi baru lahir, yang akan dijabarkan sebagai berikut :

a. Hipotermi

  Hipotermi merupakan penurunan suhu tubuh bayi di bawah 36 C (Johariyah, 2012). Hipotermia adalah suatu keadaan dimana suhu tubuh berada dibawah 35ºC.

  Gejala awal hipotermia adalah suhu < 36ºC atau kedua kaki dan tangan teraba dingin. Untuk mengukur suhu tubuh pada hipotermia diperlukan termometer ukuran rendah (low reading) sampai 25ºC. Disamping sebagai suatu gejala, hipotermia dapat merupakan awal penyakit yang berakhir dengan kematian.

  Akibat-akibat yang ditimbulkan oleh hipotermia. Akibat yang bisa ditimbulkan oleh hipotermia yaitu: 1)

  Hipoglikemia, asidosis metabolik, karena vasokontriksi perifer dengan metabolisme anaerob.

  2) Kebutuhan oksigen yang meningkat (hipoksia). 3) Metabolisme meningkat sehingga pertumbuhan terganggu. 4)

  Gangguan pembekuan sehingga mengakibatkan perdarahan pulmonal yang menyertai hipotermi berat.

  5) Shock. 6) Apnea. 7) Perdarahan intra ventriculer. 8) Meningkatnya intake kalori. Penyebab dari hipotermi yaitu : a. Pusat pengaturan suhu tubuh bayi belum berfungsi dengan sempurna.

  b.

  Jaringan lemak subkutan tipis.

  c.

  Cadangan glikogen dan brown fat sedikit.

  d.

  Permukaan tubuh bayi relatif lebih luas.

  e.

  Tubuh bayi terlalu kecil untuk memproduksi dan menyimpan panas.

  f.

  Bayi belum mengatur posisi tubuh dan pakaiannya agar ia tidak kedinginan.

  g.

  Kurangnya pengetahuan perawat dalam pengelolaan bayi yang beresiko tinggi mengalami hipotermi.

  Hipotermi dapat saja terjadi apabila suhu disekeliling bayi rendah dan upaya mempertahankan suhu tubuh tidak diterapkan secara tepat, terutama pada stabilisasi yaitu 6- 12 jam pertama setelah lahir.

  Gejala dari hipotermi : 1)

  Dengan menurunnya suhu tubuh, bayi menjadi kurang aktif, letargis, hipotonus, tidak kuat menghisap ASI dan menangis lemah, 2) Pernapasan megap-megap dan lambat, denyut jantung menurun. 3)

  Timbul sklerema : kulit mengeras kemerahan terutama dibagian punggung, tungkai dan lengan.

  4) Muka bayi berwarna merah terang. 5)

  Menggigil Tanda-tanda klinis hipotermia: a. Hipotermia Sedang

  Bila seluruh tubuh bayi teraba dingin, maka bayi sudah mengalami hipotermia sedang (suhu 32ºC- <36ºC).

  1) Kaki teraba dingin

  2) Kemampuan menghisap lemah. 3) Tangisan lemah. 4) Kulit berwarna tidak rata atau disebut kutis marmorata.

  b.

  Hipotermia berat 1)

  Suhu tubuh <32ºC 2) Sama dengan hipotermia. 3) Pernapasan lambat tidak teratur. 4) Bunyi jantung lambat. 5) Mungkin timbul hipogikemia dan asidosi metabolik.

  c.

  Stadium lanjut hipotermia.

  1) Muka, ujung kaki dan tangan berwarna merah terang. 2) Bagian tubuh lainnya pucat.

  3) Kulit mengeras, merah dan timbul edema terutama pada punggung, kaki, dan tangan (sklerema).

b. Upaya mencegah terjadinya hipotermi

  Menurut Djami, 2013 upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah kehilangan panas dar suhu tubuh bayi adalah : 1) Keringkan bayi secara seksama.

  Pastikan tubuh bayi dikeringkan segera setelah lahir untuk mencegah kehilangan panas secara evaporasi. Selain untuk menjaga kehangatan tubuh bayi, mengeringkan dengan menyeka tubuh bayi juga merupakan rangsangan taktil yang dapat merangsang pernafasan bayi.

  2) Selimuti bayi dengan selimut atau kain bersih, kering dan hangat.

  Bayi yang diselimuti kain yang sudah basah dapat terjadi kehilangan panas secara konduksi. Untuk itu setelah mengeringkan tubuh bayi, ganti kain tersebut dengan selimut atau kain yang bersih, kering dan hangat. 3) Tutup bagian kepala bayi.

  Bagian kepala bayi merupakan permukaan yang relatif luas dan cepat kehilangan panas.

  4) Anjurkan ibu untuk memeluk dan menyusui bayinya.

  Selain untuk memperkuat jalinan kasih sayang ibu dan bayi, kontak kulit antara ibu dan bayi akan menjaga kehangatan tubuh bayi. Untuk itu anjurkan ibu untuk memeluk bayinya yang dapat membuat bayi lebih tenang. 5) Perhatikan cara menimbang bayi.

  Menimbang bayi tanpa alas timbangan dapat menyebabkan bayi mengalami kehilangan panas secara konduksi. Jangan biarkan bayi di timbang dalam keadaan telanjang. Gunakan selimut atau kain, berat badan bayi dapat dihitung dari selisih berat bayi dengan berat kain yang digunakan.

  6) Tempatkan bayi dilingkungan yang hangat.

  Jangan tempatkan bayi di ruang yang ber AC dan terpapar kipas angin. Tempatkan bayi bersama ibu (rooming in). 7) Jangan segera memandikan bayi baru lahir.

  Bayi baru lahir akan cepat dan mudah kehilangan panas karena sistem pengaturan panas didalam tubuhnya belum sempurna. Bayi sebaiknya dimandikan minimal enam jam setelah lahir. Memandikan bayi dalam beberapa jam pertama setelah lahir dapat menyebabkan hipotermi yang sangat membahayakan kesehatan bayi baru lahir. Praktek memandikan bayi yang di anjurkan adalah:

  a) Tunggu minimal enam jam setelah bayi lahir (lebih lama lagi apabila bayi mengalami asfiksia atau hipotermi).

  b) Sebelum memandikan bayi, pastikan suhu bayi dalam keadaan stabil,

  (suhu aksila 36,5 – 37,5 ºC). Apabila suhu tubuh bayi berada di bawah 36, 5ºC, selimuti kembali tubuh bayi secara longgar, tutupi bagian kepala dan tempatkan bersama ibunya. Tunda memandikan bayi hingga suhu tubuhnya menjadi stabil dalam waktu minimal 1 jam.

  c) Sebelum bayi dimandikan, pastikan ruangan kamar mandi dalam keadaan hangat dan tidak ada tiupan angin.

  d) Siapkan handuk bersih dan kering untuk mengeringkan tubuh bayi dan beberapa lembar kain atau selimut bersih dan kering untuk menyelimuti tubuh bayi setelah dimandikan. e) Mandikan bayi secara cepat dengan air bersih dan dalam keadaan hangat.

  f) Segera keringkan bayi dengan menggunakan handuk bersih dan kering.

  g) Gantikan handuk yang basah dengan selimut yang bersih dan kering, kemudian selimuti tubuh bayi secara longgar, pastikan bagian kepala diselimuti dengan baik.

  h) Pakaikan popok dan pakaian bayi, kemudian bayi dapat diletakkan bersentuhan dengan kulit ibu. i)

  Ibu dan bayi berada dalam 1 ruangan/ rawat gabung dan anjurkan ibu untuk menyusukan bayinya.

c. Pengobatan dan pengelolaan pada hipotermi

  Menurut Maryanti 2011, pengobatan dan pegelolaan pada kasus hipotermia adalah sebagai berikut:

  1. Bayi dibungkus dengan selimut dan kepalanya ditutup dengan topi. Jika bayi harus dibiarkan telanjang untuk keperluan observasi maupun pengobatan, maka bayi ditempatkan dibawa cahaya penghangat.

  2. Pengelolaan menurut Indarso, F (2001), menyatakan bahwa pengelolaan bayi hipotermia : a.

  Bayi cukup bulan 1) Letakkan Bayi Baru Lahir pada radiant warner. 2) Keringkan untuk menghilangkan panas melalui evaporasi. 3) Tutup kepala. 4) Bungkus tubuh segera.

  5) Bila stabil, dapat segera rawat gabung sedini mungkin setelah lahir bayi dapat disusukan b.

  Bayi Sakit 1) Seperti prosedur diatas. 2)

  Tetap letakkan pada radiant warner sampai stabil. Bayi kurang bulan (prematur).

  3) Masukkan ke inkubator dengan servo controle.

  c.

  Bayi yang sangat kecil 1)

  Dengan radian warner yang diatur dimana suhu kulit 36,5ºC .Tutup kepala. Kelembaban 40-50%. Dapat diberi plastik pada radiant warner.

  2) Dengan servo controle suhu kulit abdomen 36,5ºC. 3)

  Kelembaban 40-50% atau lebih (bila kelembaban sangat tinggi, dapat dipakai sebagai sumber infeksi dan kehilangan panas berlebihan). Bila temperatur sulit dipertahankan, kelembaban dinaikkan. Temperatur lingkungan yang dibutuhkan sesuai umur dan berat bayi.

  Menurut Diana 2011 dalam Departemen Kesehatan RI 2007, menghangatkan dan mempertahankan suhu tubuh bayi dapat dilakukan dengan cara melakukan kontak kulit, cara ini digunakan untuk semua bayi. Tempelkan kulit bayi langsung pada permukaan kulit ibu misalnya dengan merangkul, menempelkan payudara atau meneteki. Cara ini

digunakan untuk menghangatkan bayi dalam waktu singkat atau menghangatkan bayi

hipotermi (32-36,4ºC) apabila cara lain tidak mungkin dilakukan. Cara menghangatkan bayi dengan Kangaroo Mother Care (KMC) digunakan untuk menstabilkan bayi dengan

berat badan <2,500 gram, terutama direkomendasikan untuk perawatan berkelanjutan

bayi dengan berat badan <1,800 gram. Cara ini tidak untuk bayi yang sakit berat

  

(sepsis,gangguan nafas berat) dan tidak untuk ibu yang menderita penyakit berat yang

tidak dapat merawat bayinya. Pada ibu yang sedang sakit, cara ini dapat dilakukan oleh

keluarga (pengganti ibu) (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2007) Menurut Diana 2011 dalam Departemen Kesehatan RI 2007, cara

menghangatkan bayi dengan pemancar panas digunakan untuk bayi sakit atau bayi

dengan berat 1,500 gram atau lebih untuk memeriksa awal bayi, selama dilakukan

tindakan atau menghangatkan kembali bayi hipotermi.

Dokumen yang terkait

Hubungan Kondisi Fisik Rumah dan Pekerjaan dengan Kejadian Tuberkuloso Paru di Desa Bandar Khalipah Kecamatan Percut Sei Tuan Tahun 2015

9 79 94

Kepatuhan Pelaksanaan Manajemen Aktif Kala Tiga Oleh Bidan Dalam Upaya Mencegah Atonia Uteri Berdasarkan Catatan Medik di Klinik Bersalin Desa Bandar Khalipah Kecamatan Percut Sei Tuan Tahun 2014.

2 51 68

Tindakan Bidan Dalam Pencegahan Hipotermi Bayi Baru Lahir di Klinik Bersalin Desa Bandar Khalipah Kecamatan Percut Sei Tuan Tahun 2014

0 24 61

Pengaruh Pengetahuan dan Sikap Terhadap Tindakan Bidan Praktik Swasta dalam Pemberian Vitamin K Pada Bayi Baru Lahir di Kecamatan Binjai Timur Kota Binjai Tahun 2014

2 68 91

Hubungan Tingkat Pengetahuan Dengan Sikap Bidan Praktek Swasta Terhadap Pencegahan Infeksi Nosokomial di Bandar Khalipah Kecamatan Percut Sei Tuan

0 35 78

Hubungan Tingkat Pengetahuan Dengan Sikap Bidan Praktek Swasta Tentang Rawat Gabung Di Bandar Khalipah Kecamatan Percut Sei Tuan Tahun 2009

0 54 50

Faktor-Faktor Yang Menghambat pemberian ASI Eksklusif Pada Bayi 0 – 6 bulan di Desa Bandar Khalipah Kecamatan Percut Sei Tuan

0 56 63

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tuberkulosis Paru 2.1.1 Pengertian Tuberkulosis - Hubungan Kondisi Fisik Rumah dan Pekerjaan dengan Kejadian Tuberkuloso Paru di Desa Bandar Khalipah Kecamatan Percut Sei Tuan Tahun 2015

0 0 22

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Tindakan - Tindakan Episiotomi pada Persalinan Primipara yang Bersalin di Bidan di Kelurahan Bela Rakyat Kecamatan Kuala Kabupaten Langkat Tahun 2013

0 0 13

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Bayi Baru Lahir - Gambaran Inisiasi Menyusu Dini (IMD) pada Bayi Baru Lahir di Ruang Rawat Inap di Klinik Bersalin Nd. Rina Berastagi Tahun 2014

0 0 25