Tindakan Bidan Dalam Pencegahan Hipotermi Bayi Baru Lahir di Klinik Bersalin Desa Bandar Khalipah Kecamatan Percut Sei Tuan Tahun 2014

(1)

TINDAKAN BIDAN DALAM PENCEGAHAN HIPOTERMI BAYI BARU LAHIR DI KLINIK BERSALIN DESA BANDAR KHALIPAH

KECAMATAN PERCUT SEI TUAN TAHUN 2014

MADYA PURNAMASARI

135102050

KARYA TULIS ILMIAH

PROGRAM D IV BIDAN PENDIDIK FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(2)

                                                   


(3)

                                                 


(4)

Tindakan Bidan Dalam Pencegahan Hipotermi Bayi Baru Lahir Di Klinik Bersalin Desa Bandar Khalipah Kecamatan Percut Sei Tuan

Tahun 2014

ABSTRAK Madya Purnamasari

Latar Belakang: Penelitian telah menunjukkan bahwa lebih dari 50 % kematian bayi terjadi dalam periode neonatal yaitu dalam bulan pertama kehidupan. Kurang baiknya penanganan bayi baru lahir sehat akan menyebabkan kelainan-kelainan yang dapat mengakibatkan cacat seumur hidup, bahkan kematian. Misalnya sebagai akibat hipotermi pada bayi baru lahir dapat terjadi cold stress yang selanjutnya dapat menyebabkan hipoksemia daan mengakibatkan kerusakan otak. Akibat selanjutnya adalah perdarahan otak, syok, dan keterlambatan tumbuh kembang.

Tujuan Penelitian : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tindakan bidan dalam pencegahan hipotermi bayi baru lahir.

Metodologi : Jenis penelitian ini adalah penelitian deksriptif. Teknik pengambilan sampel adalah total sampling yaitu 32 sampel penelitian. Tempat penelitian yang dipilih adalah di Klinik Bersalin Desa Bandar Khalipah Kecamatan Percut Sei Tuan tahun 2014. Analisa data digunakan analisa univariat yang disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan persentase.

Hasil : Hasil penelitian diperoleh bahwa tidak seluruh responden melakukan uraian tindakan pencegahan hipotermi bayi baru lahir, didapatkan sebanyak 21 (65,6%) responden yang tidak melakukan pengukuran suhu tubuh bayi baru lahir dan didapatkan sebanyak 17 (53,1%) responden yang tidak melakukan tindakan memakaikan pakaian pada saat penimbangan bayi atau menghindarkan kontak kulit bayi langsung ke dasar timbangan dalam upaya pencegahan hipotermi.

Kesimpulan : Dari hasil penelitian ini diperoleh hanya 5 (15,6%) responden yang kompeten, sedangkan terdapat 27 (84,4%) responden yang tidak kompeten dalam melakukan uraian tindakan pencegahan hipotermi. Dari hasil penelitian ini diharapkan bagi tenaga kesehatan terutama bidan dapat mengikuti training ataupun latihan dalam upaya pencegahan hipotermi

Kata Kunci: Tindakan Bidan, Pencegahan Hipotermi, Bayi baru lahir  


(5)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur peneliti panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah dengan judul “Tindakan Bidan Dalam Pencegahan Hipotermi Bayi Baru Lahir Di Klinik Bersalin Desa Bandar Khalipah Kecamatan Percut Sei Tuan Tahun 2014”. Dalam laporan penelitian ini, peneliti menyadari masih banyak kekurangan dan kesalahan, baik dari segi isi maupun bahasanya, namun demikian peneliti mengharapkan adanya masukan dan saran untuk perbaikan di masa yang akan datang. Kiranya tulisan ini dapat menambah perbendaharaan kepustakaan dan menjadi bahan bacaan bagi kita semua.

Dalam menyelesaikan karya tulis ini, peneliti banyak mendapat masukan, pengarahan, bantuan dan bimbingan, baik dalam bentuk moril maupun materi, Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima kasih yang terhormat kepada:

1. Bapak dr. Dedi Ardinata, M.Kes selaku dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Nur Asnah Sitohang, S.Kep, Ns, M.Kep selaku ketua program studi D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Erniyati, S.Kp, MNS selaku dosen pembimbing karya tulis ilmiah yang telah memberikan arahan dan bimbingan.

4. Bapak Misno selaku Kepala Desa, Desa Bandar Khalipah Kecamatan Percut Sei Tuan yang telah memberikan izin penelitian.

5. Seluruh dosen, staf dan pegawai administrasi program studi D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.


(6)

6. Teristimewa kepada kedua orang tuaku yang telah memberikan cinta dan kasih sayang serta dukungan moril, materil, dan spritual sehingga Karya Tulis Ilmiah ini dapat terselesaikan.

7. Kepada adikku tercinta yang telah memberikan dukungan dan semangat serta doa sehingga karya tulis ilmiah ini dapat diselesaikan.

8. Rekan-rekan mahasiswa D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara yang telah banyak membantu dalam menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.

9. Seluruh pihak yang turut ambil andil dalam menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.

Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah banyak membantu dalam penulisan dan penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini. Penulis berharap karya tulis ini berguna bagi pembaca. Semoga Tuhan Yang Maha Esa memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada kita semua (Amin).

Medan, Juni 2014

Peneliti,

MADYA PURNAMASARI NIM : 135102050

 


(7)

DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN Halaman

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR SKEMA ... vi

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Perumusan Masalah ... 3

C. Tujuan Penelitian ... 3

D. Manfaat Penelitian ... 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tindakan ... 5

B. Definisi Bidan ... 5

C. Bayi Baru Lahir ... 6

D. Prinsip Perawatan Bayi Baru Lahir ... 6

E. Tujuan Perawatan Bayi Baru Lahir ... 6

F. Perawatan Segera setelah Bayi Baru Lahir ... 7

BAB III KERANGKA PENELITIAN A. Kerangka Konsep ... 23


(8)

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian ... 25

B. Populasi dan Sampel ... 25

C. Tempat Penelitian ... 26

D. Waktu Penelitian ... 26

E. Pertimbangan Etik Penelitian ... 26

F. Instrumen Penelitian ... 26

G. UjiValiditas dan Uji Reabilitas ... 27

H. Prosedur Pengambilan Data ... 27

I. Analisa Data ... 28

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 29

B. Pembahasan ... 30

1. Interpretasi dan Diskusi Hasil ... 30

2. Keterbatasan Penelitian ... 32

3. Implikasi untuk Asuhan Kebidanan/Pendidikan Bidan... ... 33

BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 34

B. Saran ... 34

1. Bagi Peneliti ... 34

2. Bagi Profesi... ……… .. 35

3. Bagi Institusi... 35 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN 

 


(9)

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Defenisi Operasional...24

Tabel 5.1. Distribusi Frekuensi Tindakan Bidan dalam Pencegahan Hipotermi Bayi Baru Lahir di Klinik Bersalin Desa Bandar Khalipah Kecamatan Percut Sei Tuan Tahun 2014...29

Tabel 5.2. Distribusi Frekuensi Kompetensi Bidan dalam Pencegahan Hipotermi Bayi Baru Lahir di Klinik Bersalin Desa Bandar Khalipah Kecamatan Percut Sei Tuan Tahun 2014...30


(10)

DAFTAR SKEMA

Skema 1. Kerangka Konsep ... 23


(11)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Lembar Penjelasan Kepada Calon Responden

Lampiran 2 : Lembar Persetujuan Menjadi Responden

Lampiran 3 : Lembar Observasi

Lampiran 4 : Lembar Konsultasi Karya Tulis Ilmiah

Lampiran 5 : Master Data Penelitian

Lampiran 6 : Hasil Out Put Data Penelitian

Lampiran 7 : Surat Izin Data Penelitian dari Fakultas Keperawatan USU

Lampiran 8 : Balasan Surat Izin Penelitian


(12)

Tindakan Bidan Dalam Pencegahan Hipotermi Bayi Baru Lahir Di Klinik Bersalin Desa Bandar Khalipah Kecamatan Percut Sei Tuan

Tahun 2014

ABSTRAK Madya Purnamasari

Latar Belakang: Penelitian telah menunjukkan bahwa lebih dari 50 % kematian bayi terjadi dalam periode neonatal yaitu dalam bulan pertama kehidupan. Kurang baiknya penanganan bayi baru lahir sehat akan menyebabkan kelainan-kelainan yang dapat mengakibatkan cacat seumur hidup, bahkan kematian. Misalnya sebagai akibat hipotermi pada bayi baru lahir dapat terjadi cold stress yang selanjutnya dapat menyebabkan hipoksemia daan mengakibatkan kerusakan otak. Akibat selanjutnya adalah perdarahan otak, syok, dan keterlambatan tumbuh kembang.

Tujuan Penelitian : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tindakan bidan dalam pencegahan hipotermi bayi baru lahir.

Metodologi : Jenis penelitian ini adalah penelitian deksriptif. Teknik pengambilan sampel adalah total sampling yaitu 32 sampel penelitian. Tempat penelitian yang dipilih adalah di Klinik Bersalin Desa Bandar Khalipah Kecamatan Percut Sei Tuan tahun 2014. Analisa data digunakan analisa univariat yang disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan persentase.

Hasil : Hasil penelitian diperoleh bahwa tidak seluruh responden melakukan uraian tindakan pencegahan hipotermi bayi baru lahir, didapatkan sebanyak 21 (65,6%) responden yang tidak melakukan pengukuran suhu tubuh bayi baru lahir dan didapatkan sebanyak 17 (53,1%) responden yang tidak melakukan tindakan memakaikan pakaian pada saat penimbangan bayi atau menghindarkan kontak kulit bayi langsung ke dasar timbangan dalam upaya pencegahan hipotermi.

Kesimpulan : Dari hasil penelitian ini diperoleh hanya 5 (15,6%) responden yang kompeten, sedangkan terdapat 27 (84,4%) responden yang tidak kompeten dalam melakukan uraian tindakan pencegahan hipotermi. Dari hasil penelitian ini diharapkan bagi tenaga kesehatan terutama bidan dapat mengikuti training ataupun latihan dalam upaya pencegahan hipotermi

Kata Kunci: Tindakan Bidan, Pencegahan Hipotermi, Bayi baru lahir  


(13)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penatalaksanaan bayi baru lahir memiliki tiga tujuan utama yaitu untuk mendeteksi masalah medis sedini mungkin sehingga dapat diobati secara tepat, mempermudah adaptasi pada kehidupan ekstraueri, melindungi bayi baru lahir dari proses bahaya seperti hipotermi dan infeksi (Rudolph, 2006).

Angka kematian bayi di Indonesia masih tergolong tinggi jika dibandingkan dengan negara-negara anggota ASEAN lainnya. Indonesia menduduki ranking ke-6 setelah Thailand (20 per 1.000 kelahiran hidup), Vietnam (18 per 1.000 kelahiran hidup), Malaysia (10 per 1.000 kelahiran hidup), Brunei Darussalam (8 per 1.000 kelahiran hidup), dan Singapura (3 per 1.000 kelahiran hidup), (DepKes RI, 2008). Hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012, Angka Kematian Bayi (AKB) sebesar 32 kematian/1000 kelahiran hidup (Hendriyana, 2013).

Hasil survey Angka Kematian Bayi di provinsi Sumatera Utara yang dilaksanakan oleh Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara pada tahun 2010, mencatat AKB Sumatera Utara 23/1.000 kelahiran hidup. Kematian bayi 0-6 hari didominasi oleh gangguan kelainan pernapasan (35,9%), prematuritas (32,4%) dan sepsis (12%) (Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara, 2011).

Menurut (Riset Kesehatan Dasar) RISKESDAS 2007, penyebab kematian neonatal 0-6 hari adalah gangguan pernafasan (37%), prematurias (34%), sepsis (12%), hipotermi (7%), ikterus (6%) dan kelainan kongenital (1%) (http://pwskia.wordpress.com. kamis,12 november 2009)


(14)

Menurut DepKes RI, angka kematian sepsis neonaturum cukup tinggi 13-15 % dari angka kematian bayi baru lahir. Masalah yang sering timbul sebagai komplikasi sepsis neonaturum adalah meningitis, kejang, hipotermi, hiperbilirubin, gangguan nafas, dan minum (DepKes, 2007).

Penelitian telah menunjukkan bahwa lebih dari 50 % kematian bayi terjadi dalam periode neonatal yaitu dalam bulan pertama kehidupan. Kurang baiknya penanganan bayi baru lahir sehat akan menyebabkan kelainan-kelainan yang dapat mengakibatkan cacat seumur hidup, bahkan kematian. Misalnya sebagai akibat hipotermi pada bayi baru lahir dapat terjadi cold stress yang selanjutnya dapat menyebabkan hipoksemia dan mengakibatkan kerusakan otak. Akibat selanjutnya adalah perdarahan otak, syok, dan keterlambatan tumbuh kembang. Contoh lain misalnya, kurang baiknya pembersihan jalan nafas waktu lahir dapat menyebabkan masuknya cairan lambung kedalam paru-paru yang mengakibatkan kesulitan pernapasan (Prawirohardjo, 2009).

Pemeriksaan Bayi Baru Lahir (BBL) bertujuan untuk mengetahui sedini mungkin bila terdapat kelainan pada bayi atau bayi mengalami masalah kesehatan. Risiko terbesar kematian bayi baru lahir terjadi pada 24 jam pertama kehidupan, sehingga bila bayi lahir di fasilitas kesehatan sangat dianjurkan untuk tetap tinggal di fasilitas kesehatan selama 24 jam pertama (Depkes, 2011).

Pada PerMenKes nomor 1464/MENKES/PER/X/2010, pada pasal 11 ayat 1 pelayanan kesehatan anak sebagaimana dimaksud dalam pasal 9 huruf b diberikan pada bayi baru lahir, bayi, anak balita, dan anak pra sekolah. Dan pada ayat 2 berisi bahwa bidan dalam memberikan pelayanan kesehatan anak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berwenang untuk melakukan asuhan bayi baru lahir normal termasuk


(15)

resusitasi, pencegahan hipotermi, inisiasi menyusu dini, injeksi Vitamin K 1, perawatan bayi baru lahir pada masa neonatal (0-28 hari), dan perawatan tali pusat.

Berdasarkan data di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang Tindakan Bidan dalam Pencegahan Hipotermi Bayi Baru Lahir di Klinik BersalinDesa Bandar Khalifah Kecamatan Percut Sei Tuan Tahun 2014.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, dapat dirumuskan masalah penelitian ini adalah Tindakan Bidan dalam Pencegahan Hipotermi Bayi Baru Lahir di Klinik BersalinDesa Bandar Khalifah Kecamatan Percut Sei Tuan Tahun 2014.

C. Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui Tindakan Bidan dalam Pencegahan Hipotermi Bayi Baru Lahir di Klinik BersalinDesa Bandar Khalifah Kecamatan Percut Sei Tuan Tahun 2014.

D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Peneliti

Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan, pengetahuan dan pengalaman dan menerapkan ilmu pengetahuan yang diterima di bangku perkuliahan.

2. Bagi Profesi

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan perbandingan kepada tenaga kesehatan apabila pencegahan hipotermi bayi baru lahir segera dilakukan setelah bayi lahir.


(16)

3. Bagi Institusi

Penelitian ini diharapkan dapat menambah dan menjadi sumber bacaan perpustakaan di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.


(17)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tindakan

Praktik atau tindakan memiliki tingkatan meliputi persepsi, respon terpimpin, mekanisme, dan adopsi.

1. Persepsi (perception). Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan diambil merupakan praktik tingkat pertama. 2. Respon terpimpin ( guided respons). Hal ini berarti dapat melakukan sesuatu

sesuai urutan yang benar dan sesuai dengan contoh adalah merupakan indikator pada praktek tingkat kedua.

3. Mekanisme (mecanism) yaitu apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis, atau sesuatu itu merupakan kebiasaan maka ia sudah mencapai praktek tingkat ketiga.

4. Adaptasi (adaptation), dimana adaptasi adalah suatu praktik atau tindakan yang sudah berkembang dengan baik. Artinya tindakan itu sudah dimodifikasinya sendiri tanpa mengurangi kebenaran tindakan tersebut (Notoatmodjo, 2003).

B. Bidan

Defenisi Bidan menurut International Confederation of Midwives (ICM) tahun 2005 adalah seorang yang telah berhasil/sukses menyelesaikan pendidikan bidan yang terakreditasi dan diakui negara, telah memperoleh kualifikasi yang dibutuhkan untuk didaftarkan mendapat sertifikat atau secara resmi diberi lisensi untuk melakukan praktik kebidanan.


(18)

Menurut Permenkes Nomor.1464/MENKES/X/2010 dikatakan bahwa bidan adalah seorang perempuan yang lulus dari pendidikan bidan yang telah teregistrasi sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.

C. Bayi Baru Lahir

Masa neonatal adalah masa sejak lahir sampai dengan 4 minggu (28) usia kelahiran bayi. Neonatus adalah bayi yang berumur 0 (baru lahir) sampai dengan usia 1 bulan sesudah lahir. Neonatus dini adalah bayi berusia 0-7 hari. Neonatus lanjut adalah bayi yang berusia 7 -28 hari (Muslihatun, 2010).

D. Prinsip Perawatan Bayi Baru lahir

Saat kelahiran, tubuh bayi baru lahir mengalami berbagai adaptasi psikologis. Dari hal tersebut pada prinsipnya bayi yang baru lahir memerlukan pemantauan yang ketat untuk menentukan masa transisi kehidupannya ke kehidupan luar uterus berlangsung dengan baik. Bayi yang baru lahir juga membutuhkan asuhan bayi baru lahir yang dapat meningkatkan kesempatan menjalani masa transisinya dengan baik (Muslihatun, 2010).

E. Tujuan Perawatan Bayi Baru Lahir

Tujuan perawatan bayi baru lahir adalah memberikan asuhan secara komperhensif kepada bayi baru lahir pada saat masih diruang rawat serta mengajarkan kepada orang tua bayi dan memberi motivasi agar menjadi orang tua yang percaya diri (Muslihatun, 2010).


(19)

F. Perawatan Segera setelah Bayi Lahir

1. Suhu Tubuh

Bayi baru lahir memiliki kemungkinan besar untuk kehilangan sejumlah besar panas badannya setelah lahir. Saat lahir, kulit bayi diliputi oleh cairan amnion, bayi biasanya terpajan pada suhu rendah yang mengelilingi di ruang persalinan, dan sering kali dibiarkan tanpa diselimuti untuk memungkinkan observasi awal yang baik. Dengan demikian, bayi akan kehilangan panas badan melalui evaporasi, radiasi dan konveksi. Bayi merespon terhadap keadaan dingin ini melalui perangsangan metabolisme simpatis, yang meningkatkan produksi panas. Panas juga dipertahankan dengan mengurangi aliran darah kulit.

Selama beberapa jam pertama, suhu tubuh bayi harus berulang kali diukur dan dicatat. suhu pusat tubuh yang baik, tetapi sebuah alat pengukur suhu yang keras yang ditinggalkan di dalam rektum tanpa pengawasan konstan dapat menyebabkan perforasi usus besar. Pengukuran suhu aksila biasanya merupakan alternatif yang cocok dan aman. Suhu tubuh normal bila diukur dari aksila yaitu 36,5 -37, 4o C. Bila bayi ditempatkan di inkubator, suhu tubuh bayi sekaligus suhu lingkungan di dalam inkubator harus dipantau dan dicatat. Peningkatan suhu tubuh dapat disebabkan oleh meningkatnya suhu inkubator.

Bayi hipotermi harus dihangatkan di dalam inkubator. Umumnya, bayi paling baik dihangatkan kembali pada kecepatan sedang, biasanya 2 sampai 4 jam agar suhu inti mencapai 37o C. Upaya menghangatkan tubuh bayi secara cepat memerlukan lebih banyak panas eksternal, yang dapat menimbulkan apnoe. Penghangatan yang lambat akan disertai dengan hipoglikimia dan asidosis metabolik persisten.


(20)

Begitu bayi cukup bulan yang baru lahir mampu mempertahankan suhu yang stabil, mereka dapat dirawat diranjang terbuka, asalkan berpakaian dan dibungkus dengan selimut. Sebuah ruangan bebas angin dengan suhu 24-26oC akan memberi kondisi termal netral yang adekuat (Rudolfh, 2006).

Pada bayi baru lahir pengaturan suhu tubuh belum berfungsi sempurna, untuk itu perlu dilakukan upaya pencegahan kehilangan panas dari tubuh bayi karena bayi mempunyai resiko hipotermi yang dapat menyebabkan kematian. Hipotermi dapat terjadi apabila tubuh bayi dalam keadaan basah dan tidak segera dikeringkan.

Terdapat 4 mekanisme kemungkinan hilangnya panas tubuh dari bayi baru lahir yaitu :

a. Konduksi

Panas dihantarkan dari tubuh bayi ke benda sekitarnya yang kontak langsung dengan tubuh bayi. Contoh, menimbang bayi tanpa alas timbangan, tangan penolong yang dingin memegang bayi baru lahir, menggunakan stetoskop dingin untuk pemeriksaan bayi baru lahir.

b. Konveksi

Panas hilang dari tubuh bayi ke udara sekitarnya yang sedang bergerak (jumlah panas yang hilang tergantung kepada kecepatan dan suhu udara). Contoh, membiarkan atau menempatkan bayi baru lahir dekat jendela, membiarkan bayi baru lahir di ruang yang terpasang kipas angin.

c. Radiasi

Panas dipancarkan dari bayi baru lahir, keluar tubuhnya ke lingkungan yang lebih dingin ( pemindahan panas antara 2 objek yang mempunyai suhu berbeda). Contoh, bayi baru lahir di biarkan dalam keadaan telanjang, bayi


(21)

baru lahir di tidurkan berdekatan dengan ruang yang dingin misalnya dekat tembok.

d. Evaporasi

Panas hilang melalui proses penguapan tergantung kepada kecepatan dan kelembaban udara (perpindahan panas dengan cara merubah cairan menjadi uap). Evaporasi dipengaruhi oleh: jumlah panas yang dipakai, tingkat kelembaban udara, aliran udara yang melewati (Djami, 2013).

2. Penilaian Apgar Score

Menurut Djami (2013), segera setelah bayi lahir, bidan dapat melanjutkan proses perawatan dengan mengeringkan kulit, yang dapat menbantu meminimalkan kehilangan panas. Pada sebagian besar kasus, bayi dilahirkan dalam kondisi sehat sehingga dapat langsung diserahkan kepada orang tuanya. Baik kelahiran di rumah maupun di rumah sakit, bidan harus melakukan pengkajian kondisi umum bayi pada menit pertama dan ke-5 dengan menggunakan nilai apgar.

Pengkajian pada menit ke-5 lebih dapat dipercaya sebagai prediksi resiko kematian selama 28 hari pertama kehidupan, dan status neurologi anak serta resiko disabiitas mayor pada usia 1 tahun. Semakin tinggi nilai yang dicapai, semakin baik pula kondisi bayi. Nilai apgar harus didokumentasikan dengan lengkap dicatatan bayi.

Nilai Apgar yaitu:

A (Appearance) : Penampilan bayi (warna kulit).

P (Pols) : Nadi (frekuensi jantung).

G (Grimace) : Respon terhadap rangsangan


(22)

R (Respiratory) : Pernafasan. Tabel 1. Penilaian Apgar Score

Tanda Nilai

0 1 2

A (Appearance) :

Pemampilan bayi (warna kulit).

P (Pols) : Nadi (frekuensi jantung).

G (Grimace) :

Respon terhadap rangsangan

A (Active) :

Aktif (tonus otot).

R (Respiratory) :

Pernafasan. Biru, pucat Tidak Ada Tidak Ada Lunglai Tidak Ada Tubuh merah muda, ektremitas biru

Kurang dari 100 kali per menit Meringis minimal Fleksi ekstremitas Lambat,tidak teratur Seluruh tubuh merah muda. Lebih dari 100 menit Batuk atau bersin Aktif Baik atau Menangis

3. Pencegahan Infeksi

Menurut Djami (2013), bayi baru lahir sangat rentan terhadap infeksi yang disebabkan oleh paparan atau kontaminasi mikroorganisme selama proses persalinan berlangsung maupun beberapa saat setelah lahir. Sebelum menangani bayi baru lahir, pastikan penolong persalinan telah menerapkan upaya pencegahan infeksi, antara lain:


(23)

a. Cuci tangan secara efektif sebelum bersentuhan dengan bayi.

b. Gunakan sarung tangan yang bersih pada saat menangani bayi yang belum dimandikan.

c. Pastikan semua peralatan dan bahan yang digunakan, terutama klem, gunting, penghisap lendir DeLee dan benang tali pusat telah didesinfeksi tingkat tinggi atau steril. Gunakan bola karet yang baru dan bersih jika akan melakukan penghisapan lendir dengan alat tersebut.

d. Pastikan semua pakaian, handuk, selimut dan kain yang digunakan untuk bayi sudah dalam keadaan bersih. Demikian pula halnya timbangan, pita pengukur, termometer, stetoskop dan benda-benda lain yang bersentuhan dengan bayi, juga harus dalam keadaan bersih. Dekontaminasi dan cuci setiap kali setelah digunakan.

4. Merawat Tali Pusat

Menurut Djami (2013), pada perawatan tali pusat nasihat yang perlu diberikan pemberi pelayanan kesehatan kepada keluarga bayi yaitu :

1) Jangan membubuhkan apapun ke puntung tali pusat 2) Lipat popok dibawah ikatan tali pusat.

3) Jika puntung tali pusat kotor bersihkan dengan sabun dan air bersih serta segera keringkan dengan kain bersih, terutama setelah bayi buang air kecil/besar

4) Apabila tali pusat berwarna merah atau bernanah atau berdarah dan berbau, maka segera bawa bayi ke petugas pelayanan kesehatan.


(24)

5. Inisiasi Menyusui Dini (IMD)

Menurut Sodakh (2013), Inisiasi Menyusui Dini (IMD) merupakan bayi mulai menyusu sendiri segera setelah lahir.

Menurut Prawirohardjo (2011), segera setelah dilahirkan, bayi diletakkan di dada atau perut atas ibu selama paling sedikit satu jam untuk memberi kesempatan pada bayi untuk mencari dan menemukan puting bayi.

Manfaat IMD pada bayi adalah membantu stabilisasi pernapasan, mengendalikan suhu tubuh bayi lebih baik dibandingkan dengan inkubator, menjaga kolonisasi kuman yang aman untuk bayi dan mencegah infeksi nasokomial. Kadar bilirubin bayi juga lebih cepat normal karena pengeluaran mekonium lebih cepat sehingga dapat menurunkan insiden ikterus pada bayi baru lahir. Kontak kulit dengan ibu juga membuat bayi mendapatkan pola tidur yang lebih baik ini berdampak kepada meningkatnya berat badan pada bayi.

6. Pengukuran pada Bayi Baru Lahir a) Berat Badan

Menurut Chapman (2013), setelah dilaksanakannya IMD berat badan bayi harus segera ditimbang. Idealnya digunakan timbangan elektronik untuk mmendapatkan hasil yang paling akurat sesuaikan skala angka nol dan letakkan handuk didalam timbangan sebagai alas, agar kulit bayi tidak kontak langsung dengan timbangan. Bayi yang beratnya kurang dari 2,5 kg biasanya dianggap memiliki berat lahir rendah, berat lahir yang sangat rendah kurang dari 1, 5 kg. Menurut Sodakh (2013), berat badan bayi normal adalah 2500-4000 gram.


(25)

b) Panjang Badan

Menurut Jokinen (2002), bahwa pegukuran panjang badan sangat penting dilakukan untuk pengkajian pertumbuhan dan perkembangan kesejahteraan bayi dimasa yang akan datang. Sejumlah studi menunjukkan bahwa bidan dapat memperoleh hasil yang lebih baik jika menggunakan alat pengukur panjang badan yang lebih akurat, seperti matras gulung . Panjang badan normal untuk bayi cukup bulan yaitu 48-55 cm (Seidel, 2006).

c) Lingkar Kepala

Kepala harus diukur disekitar lingkar oksipitofrontal. Lingkar kepala untuk bayi cukup bulan yaitu 32-37 cm (Chapman, 2013).

7. Pencegahan Infeksi pada Mata

Menurut Djami (2013), pencegahan infeksi mata dapat diberikan segera setelah bayi lahir. Pencegahan infeksi pada mata dapat dilakukan dengan memberikan salep mata tetrasiklin 1 %. Salep antibiotika ini harus diberikan dalam waktu satu jam setelah kelahiran, pencegahan infeksi mata ini tidak efektif apabila diberikan lebih dari satu jam setelah kelahiran.

Cara pemberian profilaksis mata yaitu : a. Mencuci tangan secara efektif.

b. Jelaskan pada ibu dan keluarga tentang prosedur yang akan dilakukan dan minta persetujuan.

c. Berikan salep mata tetrasiklin 1 % dalam satu garis lurus mulai dari bagian mata paling dekat dengan hidup bayi menuju bagian luar mata.


(26)

e. Jangan menghapus salep mata dari mata bayi dan anjuran keluarga untuk tidak menghapus salep tersebut.

8. Pemberian Vitamin K

Menurut Djami (2013), semua bayi baru lahir harus segera diberikan vitamin K1 injeksi 1 mg intramuskular di paha kiri sesegera mungkin untuk mencegah perdarahan pada bayi bru lahir akibat defisiensi vitamin K yang dapat dialami oleh sebagian bayi baru lahir.

Menurut Rudolph (2006), semua bayi baru lahir harus mendapat satu dosis tunggal vitamin K1 dalam beberapa jam pertama setelah lahir untuk mencegah timbulnya penyakit perdarahan pada bayi baru lahir yang dapat mengakibatkan perdarahan gastrointestinal atau intrakranial serta suatu perdarahan menyeluruh. 1 mg vitamin K1 intramuskular mampu mendapatkan perlindungan penuh dibandingkan dengan dosis oral 2 mg yang mampu mempertahankan suatu koagulasi normal dalam beberapa hari pertama,tetapi harus diulang karena satu dosis tunggal mungkin tidak mempunyai efek perlindungan yang sama lamanya dengan pemberian vitanin K secara intramuskular.

9. Pemberian Imunisasi Hepatitis B

Menurut Djami (2013), imunisasi hepatitis B bermanfaat untuk mencegah infeksi Hepatitis B terhadap bayi, terutama jalur penularan ibu ke bayi. Terdapat 2 jadwal pemberian imunisasi Hepatitis B. Jadwal pertama, imunisasi hepatitis B sebanyak 3 kali pemberian, yaitu usia 0 hari (segera setelah lahir menggunakan uniject), 1 dan 6 bulan. Jadwal kedua, imunisasi hepatitis B sebanyak 4 kali


(27)

pemberian, yaitu pada 0 hari (segera setelah lahir) dan DPT + Hepatitis B pada 2, 3, dan 4 bulan usia bayi.

Tabel 2. Jadwal pemberian imunisasi hepatitis B IMUNISASI JUMLAH

PEMBERIAN

JADWAL

Regimen tunggal 3 kali Usia 0 hari (segera setelah lahir) Usia 1 bulan

Usia 6 bulan Regimen

kombinasi

4 kali Usia 0 hari (segera setelah lahir) Usia 2 bulan

Usia 3 bulan DPT + Hepatitis B Usia 4 bulan

Namun, dalam penulisan karya tulis ini penulis mengambil tindakan bidan dalam pencegahan hipotermi bayi baru lahir, yang akan dijabarkan sebagai berikut :

a. Hipotermi

Hipotermi merupakan penurunan suhu tubuh bayi di bawah 360C (Johariyah, 2012). Hipotermia adalah suatu keadaan dimana suhu tubuh berada dibawah 35ºC.

Gejala awal hipotermia adalah suhu < 36ºC atau kedua kaki dan tangan teraba dingin. Untuk mengukur suhu tubuh pada hipotermia diperlukan termometer ukuran rendah (low reading) sampai 25ºC. Disamping sebagai suatu gejala, hipotermia dapat merupakan awal penyakit yang berakhir dengan kematian.


(28)

Akibat-akibat yang ditimbulkan oleh hipotermia. Akibat yang bisa ditimbulkan oleh hipotermia yaitu:

1) Hipoglikemia, asidosis metabolik, karena vasokontriksi perifer dengan metabolisme anaerob.

2) Kebutuhan oksigen yang meningkat (hipoksia).

3) Metabolisme meningkat sehingga pertumbuhan terganggu.

4) Gangguan pembekuan sehingga mengakibatkan perdarahan pulmonal yang menyertai hipotermi berat.

5) Shock. 6) Apnea.

7) Perdarahan intra ventriculer. 8) Meningkatnya intake kalori. Penyebab dari hipotermi yaitu :

a. Pusat pengaturan suhu tubuh bayi belum berfungsi dengan sempurna. b. Jaringan lemak subkutan tipis.

c. Cadangan glikogen dan brown fat sedikit. d. Permukaan tubuh bayi relatif lebih luas.

e. Tubuh bayi terlalu kecil untuk memproduksi dan menyimpan panas.

f. Bayi belum mengatur posisi tubuh dan pakaiannya agar ia tidak kedinginan. g. Kurangnya pengetahuan perawat dalam pengelolaan bayi yang beresiko

tinggi mengalami hipotermi.

Hipotermi dapat saja terjadi apabila suhu disekeliling bayi rendah dan upaya mempertahankan suhu tubuh tidak diterapkan secara tepat, terutama pada stabilisasi yaitu 6- 12 jam pertama setelah lahir.


(29)

Gejala dari hipotermi :

1) Dengan menurunnya suhu tubuh, bayi menjadi kurang aktif, letargis, hipotonus, tidak kuat menghisap ASI dan menangis lemah,

2) Pernapasan megap-megap dan lambat, denyut jantung menurun.

3) Timbul sklerema : kulit mengeras kemerahan terutama dibagian punggung, tungkai dan lengan.

4) Muka bayi berwarna merah terang. 5) Menggigil

Tanda-tanda klinis hipotermia: a. Hipotermia Sedang

Bila seluruh tubuh bayi teraba dingin, maka bayi sudah mengalami hipotermia sedang (suhu 32ºC- <36ºC).

1) Kaki teraba dingin

2) Kemampuan menghisap lemah. 3) Tangisan lemah.

4) Kulit berwarna tidak rata atau disebut kutis marmorata. b. Hipotermia berat

1) Suhu tubuh <32ºC

2) Sama dengan hipotermia. 3) Pernapasan lambat tidak teratur. 4) Bunyi jantung lambat.

5) Mungkin timbul hipogikemia dan asidosi metabolik. c. Stadium lanjut hipotermia.

1) Muka, ujung kaki dan tangan berwarna merah terang. 2) Bagian tubuh lainnya pucat.


(30)

3) Kulit mengeras, merah dan timbul edema terutama pada punggung, kaki, dan tangan (sklerema).

b. Upaya mencegah terjadinya hipotermi

Menurut Djami, 2013 upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah kehilangan panas dar suhu tubuh bayi adalah :

1) Keringkan bayi secara seksama.

Pastikan tubuh bayi dikeringkan segera setelah lahir untuk mencegah kehilangan panas secara evaporasi. Selain untuk menjaga kehangatan tubuh bayi, mengeringkan dengan menyeka tubuh bayi juga merupakan rangsangan taktil yang dapat merangsang pernafasan bayi.

2) Selimuti bayi dengan selimut atau kain bersih, kering dan hangat.

Bayi yang diselimuti kain yang sudah basah dapat terjadi kehilangan panas secara konduksi. Untuk itu setelah mengeringkan tubuh bayi, ganti kain tersebut dengan selimut atau kain yang bersih, kering dan hangat.

3) Tutup bagian kepala bayi.

Bagian kepala bayi merupakan permukaan yang relatif luas dan cepat kehilangan panas.

4) Anjurkan ibu untuk memeluk dan menyusui bayinya.

Selain untuk memperkuat jalinan kasih sayang ibu dan bayi, kontak kulit antara ibu dan bayi akan menjaga kehangatan tubuh bayi. Untuk itu anjurkan ibu untuk memeluk bayinya yang dapat membuat bayi lebih tenang.

5) Perhatikan cara menimbang bayi.

Menimbang bayi tanpa alas timbangan dapat menyebabkan bayi mengalami kehilangan panas secara konduksi. Jangan biarkan bayi di timbang dalam


(31)

keadaan telanjang. Gunakan selimut atau kain, berat badan bayi dapat dihitung dari selisih berat bayi dengan berat kain yang digunakan.

6) Tempatkan bayi dilingkungan yang hangat.

Jangan tempatkan bayi di ruang yang ber AC dan terpapar kipas angin. Tempatkan bayi bersama ibu (rooming in).

7) Jangan segera memandikan bayi baru lahir.

Bayi baru lahir akan cepat dan mudah kehilangan panas karena sistem pengaturan panas didalam tubuhnya belum sempurna. Bayi sebaiknya dimandikan minimal enam jam setelah lahir. Memandikan bayi dalam beberapa jam pertama setelah lahir dapat menyebabkan hipotermi yang sangat membahayakan kesehatan bayi baru lahir.

Praktek memandikan bayi yang di anjurkan adalah:

a) Tunggu minimal enam jam setelah bayi lahir (lebih lama lagi apabila bayi mengalami asfiksia atau hipotermi).

b) Sebelum memandikan bayi, pastikan suhu bayi dalam keadaan stabil, (suhu aksila 36,5 – 37,5 ºC). Apabila suhu tubuh bayi berada di bawah 36, 5ºC, selimuti kembali tubuh bayi secara longgar, tutupi bagian kepala dan tempatkan bersama ibunya. Tunda memandikan bayi hingga suhu tubuhnya menjadi stabil dalam waktu minimal 1 jam. c) Sebelum bayi dimandikan, pastikan ruangan kamar mandi dalam

keadaan hangat dan tidak ada tiupan angin.

d) Siapkan handuk bersih dan kering untuk mengeringkan tubuh bayi dan beberapa lembar kain atau selimut bersih dan kering untuk menyelimuti tubuh bayi setelah dimandikan.


(32)

e) Mandikan bayi secara cepat dengan air bersih dan dalam keadaan hangat.

f) Segera keringkan bayi dengan menggunakan handuk bersih dan kering.

g) Gantikan handuk yang basah dengan selimut yang bersih dan kering, kemudian selimuti tubuh bayi secara longgar, pastikan bagian kepala diselimuti dengan baik.

h) Pakaikan popok dan pakaian bayi, kemudian bayi dapat diletakkan bersentuhan dengan kulit ibu.

i) Ibu dan bayi berada dalam 1 ruangan/ rawat gabung dan anjurkan ibu untuk menyusukan bayinya.

c. Pengobatan dan pengelolaan pada hipotermi

Menurut Maryanti 2011, pengobatan dan pegelolaan pada kasus hipotermia adalah sebagai berikut:

1. Bayi dibungkus dengan selimut dan kepalanya ditutup dengan topi. Jika bayi harus dibiarkan telanjang untuk keperluan observasi maupun pengobatan, maka bayi ditempatkan dibawa cahaya penghangat.

2. Pengelolaan menurut Indarso, F (2001), menyatakan bahwa pengelolaan bayi hipotermia :

a. Bayi cukup bulan

1) Letakkan Bayi Baru Lahir pada radiant warner.

2) Keringkan untuk menghilangkan panas melalui evaporasi. 3) Tutup kepala.


(33)

5) Bila stabil, dapat segera rawat gabung sedini mungkin setelah lahir bayi dapat disusukan

b. Bayi Sakit

1) Seperti prosedur diatas.

2) Tetap letakkan pada radiant warner sampai stabil. Bayi kurang bulan (prematur).

3) Masukkan ke inkubator dengan servo controle. c. Bayi yang sangat kecil

1) Dengan radian warner yang diatur dimana suhu kulit 36,5ºC .Tutup kepala. Kelembaban 40-50%. Dapat diberi plastik pada radiant warner.

2) Dengan servo controle suhu kulit abdomen 36,5ºC.

3) Kelembaban 40-50% atau lebih (bila kelembaban sangat tinggi, dapat dipakai sebagai sumber infeksi dan kehilangan panas berlebihan). Bila temperatur sulit dipertahankan, kelembaban dinaikkan. Temperatur lingkungan yang dibutuhkan sesuai umur dan berat bayi.

Menurut Diana 2011 dalam Departemen Kesehatan RI 2007, menghangatkan dan mempertahankan suhu tubuh bayi dapat dilakukan dengan cara melakukan kontak kulit, cara ini digunakan untuk semua bayi. Tempelkan kulit bayi langsung pada permukaan kulit ibu misalnya dengan merangkul, menempelkan payudara atau meneteki. Cara ini digunakan untuk menghangatkan bayi dalam waktu singkat atau menghangatkan bayi hipotermi (32-36,4ºC) apabila cara lain tidak mungkin dilakukan. Cara menghangatkan bayi dengan Kangaroo Mother Care (KMC) digunakan untuk menstabilkan bayi dengan berat badan <2,500 gram, terutama direkomendasikan untuk perawatan berkelanjutan bayi dengan berat badan <1,800 gram. Cara ini tidak untuk bayi yang sakit berat


(34)

(sepsis,gangguan nafas berat) dan tidak untuk ibu yang menderita penyakit berat yang tidak dapat merawat bayinya. Pada ibu yang sedang sakit, cara ini dapat dilakukan oleh keluarga (pengganti ibu) (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2007)

Menurut Diana 2011 dalam Departemen Kesehatan RI 2007, cara menghangatkan bayi dengan pemancar panas digunakan untuk bayi sakit atau bayi dengan berat 1,500 gram atau lebih untuk memeriksa awal bayi, selama dilakukan tindakan atau menghangatkan kembali bayi hipotermi.


(35)

BAB III

KERANGKA KONSEP

A. Kerangka Konsep

Kerangka konsep merupakan model konseptual yang berkaitan dengan bagaimana seorang peneliti menyusun teori atau menghubungkan secara logis beberapa faktor yang dianggap penting untuk masalah (Hidayat, 2010).

Konsep adalah abstraksi yang terbentuk oleh generalisasi dari hal-hal yang khusus. Kerangka konsep penelitian adalah suatu uraian dan visualisasi hubungan atau kaitan antara konsep satu terhadap konsep yang lainnya, atau variabel yang satu dengan variabel yang lain dari masalah yang ingin diteliti (Notoatmodjo, 2010).

Kerangka konsep dalam penelitian tindakan bidan dalam pencegahan hipotermi bayi baru lahir di klinik bersalin desa bandar khalipah kecamatan Percut sei tuan tahun 2014 yaitu:

Skema : Tindakan Bidan dalam Pencegahan Hipotermi Bayi Baru Lahir di Klinik Bersalin Desa Bandar Khalifah Kecamatan Percut Sei Tuan Tahun 2014 Tindakan Bidan.

 Dilakukan  Tidak dilakukan


(36)

B. Defenisi Operasional

Defenisi operasional adalah uraian tentang batasan variabel atau tentang apa yang diukur oleh variabel yang bersangkutan.

Variabel Penelitian

Defenisi Operasional Alat Ukur Cara Ukur

Hasil Ukur Skala ukur Tindakan Bidan dalam Pencegahan Hipotermi Bayi Baru Lahir Perbuatan nyata yang dilakukan bidan dalam pencegahan

hipotermi bayi baru lahir Lembar Observasi Checklist Apabila responden melakukan tindakan diberi skor = 1 dan apabila responden tidak melakukan tindakan diberi skor = 0 ordinal


(37)

BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian

Jenis penelitian ini adalah jenis penelitian deksriptif. Yang dimaksud dengan penelitian deksriptif yaitu suatu penelitian yang dilakukan untuk mendekskripsikan atau menggambarkan suatu fenomena yang terjadi di dalam masyarakat (Notoatmodjo,2010).

Jenis penelitian yang diambil diambil dalam penelitian ini bersifat dekskriptif dengan tujuan untuk mengetahui tindakan bidan dalam pencegahan hipotermi di klinik bersalin desa bandar khalipah kecamatan percut sei tuan tahun 2014.

B. Populasi dan Sampel

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek / subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian di tarik kesimpulannya. (Hidayat, 2011). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh bidan sebanyak 32 orang di klinik bersalin Desa Bandar Khalipah Kecamatan Percut Sei Tuan ( data dari profil desa bandar khalipah tahun 2012).

Sampel merupakan bagian populasi yang akan diteliti atau sebagian jumlah dari karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Hidayat, 2011). Teknik pengambilan sampel disini adalah total sampling yaitu 32 sampel penelitian.


(38)

C. Tempat Penelitian

Tempat penelitian yang dipilih dalam melakukan penelitian ini adalah di Klinik Bersalin Desa Bandar Khalifah Kecamatan Percut Sei Tuan tahun 2014.

D. Waktu Penelitian

Waktu penelitian dilakukan dalam penelitian ini yaitu bulan Maret – Juni 2014.

E. Pertimbangan Etik Penelitian

Menurut Notoatmodjo (2010), kode etik penelitian adalah suatu pedoman etika yang berlaku unuk setiap kegiatan penelitian yang melibatkan antara pihak peneliti, pihak yang diteliti dan masyarakaat yang akan memperoleh dampak hasil penelitian tersebut. Etika penelitian ini juga mencakup perilaku peneliti atau perlakuan peneliti terhadap subjek penelitian serta sesuatu yang dihasilkan oleh peneliti bagi masyarakat. Seorang peneliti adalah seseorang yang karena pendidikan dan kewenangannya memiliki kemampuan untuk melakukan investigasi ilmiah dalam suatu bidang keilmuan tertentu, dan atau keilmuan yang bersifat lintas disiplin. Sedangkan subjek yang diteliti adalah orang yang menjadi sumber informasi, baik masyarakat awam atau profesional berbagai bidang.

F. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat-alat yang akan digunakan untuk pengumpulan data (Notoatmodjo, 2010). Instrumen dalam penelitian ini dengan menggunakan alat ukur lembar observasi dengan cara ukur checklist.


(39)

G. Uji Validitas dan Reliabilitas

Alat ukur atau instrumen penelitian yang dapat diterima sesuai standar adalah alat ukur yang telah melalui uji validitas dan reliabilitas data (Hidayat, 2011). Validitas adalah suatu indeks yang menunjukkan alat ukur itu benar-benar mengukur apa yang diukur (Notoatmodjo, 2010)

Reliabilitas adalah adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Hal ini berarti menunjukkan sejauh mana hasil pegukuran itu tetap konsisten atau tetap asas bila dilakukan pengukuran dua kali atau lebih terhadap gejala yang sama, dengan menggunakan alat ukur yang sama (Notoatmodjo, 2010).

H. Prosedur Pengumpulan Data

Prosedur pengumpulan data yang dilakukan adalah mengajukan surat permohonan izin penelitian pada Institusi Pendidikan Program Studi D IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara, kemudian mengajukan surat permohonan izin penelitian yang telah didapat dari pendidikan tersebut ke bagian Kepala Desa Desa Bandar Khalipah Kecamatan Percut Sei Tuan dan mendapatkan tembusan surat untuk meneliti di Klinik Bersalin Desa Bandar Khalipah.

Setelah mendapat izin dari kepala desa, peneliti melaksanakan pengumpulan data pada bidan yang memilliki klinik bersalin. Setelah peneliti bertemu dengan calon responden, peneliti menjelaskan kepada responden tentang tujuan dan manfaat penelitian, serta bagaimana cara pengumpulan data oleh setiap responden.


(40)

Pada saat pengumpulan data peneliti mengobservasi tindakan bidan pada bayi yang baru lahir di klinik tersebut, dengan bantuan asisten peneliti tamatan akademi kebidanan dan asisten peneliti yang lainnya merupakan mahasiswa kebidanan yang praktik di klinik tersebut dengan catatan asisten peneliti telah diberitahu apa yang dinilai dan bagaimana cara penilaian dalam setiap uraian tindakan agar peneliti dan asisten memiliki satu pemahaman dalam penilaian yang terdapat dalam lembar observasi.

Setelah lembar observasi diisi dan data terkumpul semua dengan lengkap maka dilakukan analisis data.

I. Analisa Data

Analisa data dapat digunakan untuk mengolah data yang berbentuk angka, baik hasil pengukuran maupun hasil kuisoner. Analisa data ini dilakukan secara dekskriptif (menggambarkan) yaitu statistika yang membahas cara-cara meringkas, menyajikan dan mendeskripsikan data dengan tujuan agar mudah dimengerti dan lebih mempunyai makna (Hidayat, 2010).

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan analisis uivariat yakni menganalisis variabel-variabel yang ada secara deskriptif dengan melihat persentase data yang terkumpul denagn disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan dilanjutkan dengan membahas hasil penelitian dengan menggunakan teori dari kepustakaan yang ada. Analisa data dalam penelitian ini yaitu dengan menggunakan sistem program komputer (SPSS).


(41)

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Tindakan bidan dalam pencegahan hipotermi

Berdasarkan hasil penelitian mengenai Tindakan Bidan dalam Pencegahan Hipotermi Bayi Baru Lahir di Klinik Bersalin Desa Bandar Khalifah Kecamatan Percut Sei Tuan Tahun 2014 yang dilakukan pada Bulan Maret - Juni, yang telah dilakukan pengumpulan data dengan cara observasi kepada 32 responden dimana setelah dilakukan pengumpulan data dan pengolahan data maka diperoleh data sebagai berikut yang disajikan dalam bentuk tabel,

Tabel 5.1. Distribusi Frekuensi Tindakan Bidan dalam Pencegahan Hipotermi Bayi Baru Lahir di Klinik Bersalin Desa Bandar Khalifah Kecamatan Percut Sei Tuan Tahun 2014

NO Uraian Tindakan Dilakukan Tidak

Dilakukan f % f % 1. Bidan mengeringkan bayi segera setelah bayi

lahir dengan menggunakan kain kering.

32 100,0 0 0 2. Bidan menyelimuti bayi dengan kain bersih

dan kering pada bayi.

32 100,0 0 0 3. Bidan memakaikan topi pada bagian kepala

bayi.

13 40,6 19 59,4 4. Meletakkan bayi segera setelah lahir untuk

kontak kulit ke dada ibu dan melakukan Inisiasi Menyusu Dini (IMD).

32 100,0 0 0

5. Bidan mengukur suhu tubuh bayi setelah bayi lahir.

11 34,4 21 65,6 6. Bidan memakaikan pakaian pada saat

penimbangan pada bayi. Hindarkan kontak kulit bayi langsung ke dasar timbangan.

15 53,1 17 46,9

7. Bidan tidak memandikan bayi sampai 6 jam setelah bayi lahir.

32 100,0 0 0 8. Bidan tidak meletakkan bayi diruang yang

terpapar aliran udara bebas. Seperti, dekat jendela, tembok dan tempat yang terpasang kipas angin.


(42)

Tabel 5.1. menunjukkan bahwa seluruh responden yang telah diteliti dengan menggunakan lembar observasi melakukan uraian tindakan 1, 2, 4, 7, 8, sedangkan pada uraian tindakan 3, 5, dan 6 hanya < 50 % yang melakukan tindakan pencegahan hipotermi.

2. Kompetensi bidan dalam pencegahan hipotermi

Tabel 5.2. Distribusi Frekuensi Kompetensi Bidan dalam Pencegahan Hipotermi Bayi Baru Lahir di Klinik Bersalin Desa Bandar Khalifah Kecamatan Percut Sei Tuan Tahun 2014

No Kompetensi f %

1. 2. Kompeten Tidak Kompeten 5 27 15,6 84,4

Total 32 100%

 

Tabel 5.2. menunjukkan bahwa sebanyak 5 (15,6%) responden yang kompeten dalam melakukan uraian tindakan pencegahan hipotermi, sedangkan terdapat 27 (84,4%) responden yang tidak kompeten dalam melakukan uraian tindakan pencegahan hipotermi.

B. Pembahasan

1. Interpretasi dan diskusi hasil

Berdasarkan hasil analisis statistik univariat deskriptif dari masing-masing uraian tindakan didapatkan sebanyak 21 (65,6%) responden yang tidak melakukan pengukuran suhu tubuh bayi baru lahir dalam upaya pencegahan hipotermi.

Hal ini menunjukkan masih banyak bidan yang mengacuhkan pengukuran suhu pada bayi baru lahir, tindakan ini penting dilakukan agar setelah diperoleh suhu bayi kita dapat mengetahui dimana bayi akan diletakkan dan upaya yang selanjutnya dilakukan, ini membuktikan bahwa


(43)

bayi baru lahir sehingga dapat memberikan pelayanan yang maksimal dan mengurangi angka kematian bayi.

Menurut Sarwono 2007, bayi baru lahir belum mampu mengatur suhu tubuhnya secara langsung saat lahir dan dapat dengan cepat kedinginan, jika kehilangan panas tidak segera dicegah, bayi yang mengalami kehilangan panas kemudian terjadi hipotermi serta berisiko jatuh sakit dan meninggal. Hipotermia pada bayi baru lahir merupakan penurunan suhu tubuh bayi kurang dari 36oC. Untuk suhu tubuh normal pada bayi baru lahir adalah antara 36,5oC-37,5oC.

Menurut Rudolph 2006, selama beberapa jam pertama, suhu tubuh bayi harus berulang kali diukur dan dicatat. Suhu yang relevan adalah suhu pusat tubuh bayi. Pengukuran suhu pada aksila biasanya merupakan alternatif yamg cocok dan aman. Rentang suhu aksila normal adalah 36,5-37,4oC.

Menurut Widyas (2011), pada bayi baru lahir, akan memiliki mekanisme pengaturan suhu tubuh yang belum efisien dan masih lemah, sehingga penting untuk mempertahankan suhu tubuh agar tidak terjadi hipotermi.Proses kehilangan panas pada bayi dapat melalui proses konveksi, evaporasi, radiasi dankonduksi. Hal ini dapat dihindari bila bayi dilahirkan dalam lingkungan dengan suhu sekitar 25-28oC, dikeringkan dan dibungkus dengan hangat.Simpanan lemak yang tersedia dapat digunakan sebagai produksi panas. Intake makanan yang adekuat merupakan suatu hal yang penting untuk mempertahankan suhu tubuh. Jika suhu bayi menurun, lebih banyak energi yang digunakan untuk memproduksi panasdaripada untuk pertumbuhan dan terjadi peningkatan penggunaan O2. Bayi yang kedinginan akan terlihat kurang aktif dan akan mempertahankan panas tubuhnya dengan


(44)

posisi fleksi dan meningkatkan pernafasannya secara menangis, sehingga terjadi peningkatan penggunaan kalori yang mengakibatkan hipoglikemi yang timbul dari efek hipotermi, begitu juga hipoksia dan hiperbilirubin. Suhu yang tidak stabil juga mengidentifikasikan terjadinya infeksi, sehingga tindakan yang dilakukan harus menghindari terjadinya kehilangan panas pada bayi baru lahir. Suhu tubuh bayi yang normal sekitar 36,5-37oC.

Pada uraian tindakan 6 didapatkan sebanyak 17(53,1%) yamg tidak melakukan tindakan memakaikan pakaian pada saat penimbangan bayi atau menghindarkan kontak kulit bayi langsung ke dasar timbangan.

Hal ini menunjukkan responden yang tidak melakukan tindakan belum mengetahui 4 mekanisme kehilangan panas yang mengakibatkan hipotermi pada bayi baru lahir, sehingga masih banyak responden yang menimbang bayi tanpa menggunakan alas dan pakaian.

Menurut Djami 2013, salah satu mekanisme kehilangan panas pada bayi yaitu konduksi. Panas dihantarkan dari tubuh bayi ke benda sekitarnya yang kontak langsung dengan tubuh bayi. Contoh, menimbang bayi tanpa alas timbangan.

Hipotermi terjadi karena penurunan suhu tubuh yang disebabkan oleh berbagai keadaan, terutama karena tingginya kebutuhan oksigen dan penurunan suhu ruangan. Mempertahankan suhu tubuh dalam batas normal sangat penting untuk kelangsungan hidup dan pertumbuhan bayi baru lahir. Pengaturan suhu tubuh tergantung pada faktor penghasil panas dan pengeluarannya, sedangkan produksi panas sangat tergantung pada oksidasi biologis dan aktifitas metabolisme dari sel-sel tubuh waktu istirahat (Jensen, 2005).


(45)

Di RB Citra Insani pada bulan April terdapat 40 persalinan, dan dari studi pendahuluan yang dilakukan pada 8 bayi baru lahir yang dimandikan 6 jam pasca kelahiran, hampir seluruhnya mengalami penurunan suhu. Penurunan suhu terendah 0.5oC, pada bayi dengan berat badan 3500 gram dan penurunan suhu tertinggi 1,7oC, pada bayi dengan berat badan 3200 gram. Penurunan suhu ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu lingkungan, syok, infeksi, kurang gizi, obat-obatan, dan cuaca. Sehingga bayi mengalami mekanisme hilangnya panas seperti konduksi, konveksi, evaporasi, dan radiasi yang menyebabkan bayi mengalami hipotermia (Yaniedu, 2011).

2. Implikasi untuk Asuhan Kebidanan/ Pendidikan Bidan

Setelah hasil yang diperoleh dapat diketahui bahwa masih banyak bidan yang tidak melakukan upaya pencegahan hipotermi dengan baik yang dapat mengakibatkan kematian bayi baru lahir apabila tindakan ini diabaikan. Bagi pelayanan kebidanan diharapkan hasil penelitian ini menjadi masukan terhadap bidan agar lebih meningkatkan pengetahuannya dalam hal pencegahan hipotermi pada bayi baru lahir untuk mengetahui langkah-langkah yang harus diambil apabila hal tersebut terjadi.


(46)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian terhadap Tindakan Bidan dalam Pencegahan Hipotermi Bayi Baru Lahir Di Klinik Bersalin Desa Bandar Khalifah Kecamatan Percut Sei Tuan Tahun 2014 yang diperoleh dari hasil analisis data penelitian dari menunjukkan bahwa seluruh responden yang telah diteliti dengan menggunakan lembar observasi melakukan uraian tindakan 1, 2, 4, 7, 8, sedangkan pada uraian tindakan 3, 5, dan 6 hanya < 50 % yang melakukan tindakan pencegahan hipotermi.

Dari hasil penelitian ini diperoleh bahwa belum seluruhnya responden (32 orang) melakukan 8 uraian tindakan dalam pencegahan hipotermi bayi baru lahir, terdapat hanya 5 (15,6%) responden yang kompeten, sedangkan terdapat 27 (84,4%) responden yang tidak kompeten dalam melakukan uraian tindakan pencegahan hipotermi seperti yang terdapat dalam lembar observasi peneliti karena kurangnya pengetahuan bidan dalam upaya pencegahan hipotermi.

B. Saran

1. Bagi Peneliti

Diharapkan bagi peneliti selanjutnya untuk lebih mengetahui tindakan apa saja yang dapat dilakukan selain dari uraian tindakan dalam karya tulis ini, dalam pencegahan hipotermi bayi baru lahir agar nantinya kegunaannya dapat lebih dirasakan oleh berbagai pihak.


(47)

2. Bagi Profesi

Diharapkan bagi tenaga kesehatan terutama bidan dapat mengikuti training ataupun latihan dalam upaya pencegahan hipotermi agar dapat mengetahui dan melakukan tindakan pencegahan hipotermi bayi baru lahir dengan baik serta menurunkan angka kematian pada bayi.

3. Bagi Institusi

Diharapkan hasil penelitian ini dapat berguna bagi mahasiswa sebagai sumber bacaan di perpustakaan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.


(48)

DAFTAR PUSTAKA

Chapman,Vicky & Charles, Cathy. 2013. Asuhan Kebidanan Persalinan dan

Kelahiran. Jakarta: EGC.

Djami, Moudy & Indrayani. 2013. Asuhan Persalinan dan Bayi Baru Lahir. Jakarta : CV Trans Info Media.

Fraser, Diane M & Cooper, Margaret A. 2009. Buku Ajar Bidan Myles. Jakarta: EGC

Hendriyana. 2013. Angka Kematian Bayi di Kota Padang.

http://rangcaniago.wordpress.com/2012/12/29/angka-kematian-bayi-di-kota-padang/

Hidayat, A. Azis.2011. Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisa Data. Jakarta: Salemba Medika.

Johariyah. 2012. Asuhan Kebidanan Persalinan dan Bayi Baru Lahir. Jakarta : CV. Trans Info Media.

M, Diana. 2011. Penanganan Bayi Hipotermi. Karya Tulis Ilmiah Universitas Sumatera Utara.

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/23199/4/Chapter%20II.pdf Muslihatun, Wafi Nur. 2010. Asuhan Neonatus, Bayi dan Balita. Yogyakarta:

Fitramaya.

Notoatmodjo, Prof.Dr. Soekidjo. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.


(49)

Kerja Puskesmas Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang tahun 2012. http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/37295/5/Chapter%20I.pdf 

Pengaruh Inisiasi Menyusu Dini Terhadap Pencegahan Hipotermi pada Bayi Baru Lahir di Klinik bersalin Mariani Medan dan di Klinik Ramini Medan Tahun 2010. Karya Tulis Ilmiah Universitas Sumatera Utara.

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/19383/5/Chapter%20I.pdf Prawirohardjo, Sarwono. 2011. Ilmu Kebidanan. Jakarta : PT Bina Pustaka Sarwono

Prawirohardjo.

Rudolph, Abraham M, dkk. 2006. Buku Ajar Pediatri Rudolph Volume 1. Jakarta: EGC.

Sondakh, Jenny J.S. 2013. Asuhan Kebidanan Persalinan dan Bayi Baru Lahir. Penerbit Erlangga.  

Pengaruh Inisiasi Menyusu Dini Terhadap Pencegahan Hipotermi pada Bayi Baru Lahir di Klinik bersalin Mariani Medan dan di Klinik Ramini Medan Tahun 2010. Karya Tulis Ilmiah Universitas Sumatera Utara.

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/19383/5/Chapter%20I.pdf  Widyas, Rini. 2011. Thermoregulasi Bayi Baru Lahir

http://www.scribd.com/doc/77007228/BAB-I-Thermoregulasi-Pada-Bayi-Baru-Lahir


(50)

Lampiran1

LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON RESPONDEN

Assalammualaikum Wr. Wb/ Salam Sejahtera,

Dengan Hormat,

Nama Saya Madya Purnamasari, adalah mahasiswa yang sedang menjalani Program Pendidikan D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan USU. Saya sedang melakukan penelitian yang berjudul “Tindakan Bidan Dalam Pencegahan Hipotermi Bayi Baru Lahir Di Klinik Bersalin Desa Bandar Kalipah Kecamatan Percut Sei Tuan Tahun 2014”.

Dalam penatalaksanaan bayi baru lahir memiliki tiga tujuan utama yaitu untuk mendeteksi masalah medis sedini mungkin sehingga dapat diobati secara tepat, mempermudah adaptasi pada kehidupan ekstrauteri, melindungi bayi baru lahir dari proses bahaya seperti hipotermi dan infeksi.

Tujuan penelitian ini adalah Untuk mengetahui Tindakan Bidan Dalam Pencegahan Hipotermi Bayi Baru Lahir Di Klinik Bersalin Desa Bandar Khalipah Kecamatan Percut Sei Tuan Tahun 2014.

Saya akan melakukan observasi kepada responden tentang serangkaian tindakan dalam upaya pencegahan hipotermi bayi baru lahir.

Partisipasi responden bersifat sukarela dan tanpa paksaan. Setiap data yang ada dalam penelitian ini akan dirahasiakan untuk kepentingan penelitian. Responden


(51)

tidak akan dikenakan biaya apapun. Bila responden membutuhkan penjelasan, maka dapat menghubungi saya :

Nama : Madya Purnamasari

Alama t : Jl. Bunga Ester No. 62 C Padang Bulan

No.HP : 081370007797

Terimakasih kepada responden yang telah ikut berpartisipasi pada penelitian ini.Keikutsertaan Anda ini akan menyumbangkan sesuatu yang berguna bagi ilmu pengetahuan. Setelah memahami berbagai hal yang menyangkut penelitian ini diharapkan responden bersedia mengisi lembar persetujuan yang telah kami persiapkan.

Medan, Maret 2014

Peneliti


(52)

Lampiran 2

LEMBAR PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN (PSP)

Saya yang bertandatangan dibawah ini :

Nama :

Umur :

Alamat :

Telp/HP :

Setelah mendapat penjelasan dari penelitian “Tindakan Bidan Dalam Pencegahan Hipotermi Bayi Baru Lahir Di Klinik Bersalin Desa Bandar Khalipah Kecamatan Percut Sei Tuan Tahun 2014”. Maka dengan ini saya secara sukarela dan tanpa paksaan menyatakan bersedia ikut serta dalam penelitian tersebut.

Demikian surat pernyataan ini untuk dapat dipergunakan seperlunya.


(53)

Lampiran 3

TINDAKAN BIDAN DALAM PENCEGAHAN HIPOTERMI BAYI BARU LAHIR DI KLINIK BERSALIN DESA BANDAR KHALIPAH KECAMATAN

PERCUT SEI TUAN TAHUN 2014 No. Responden :

NO URAIAN TINDAKAN DILAKUKAN

YA TIDAK

1. Bidan mengeringkan bayi segera setelah bayi lahir dengan menggunakan kain kering.

2. Bidan menyelimuti bayi dengan kain bersih dan kering pada bayi.

3. Bidan memakaikan topi pada bagian kepala bayi. 4. Meletakkan bayi segera setelah lahir untuk kontak kulit

ke dada ibu dan melakukan Inisiasi Menyusu Dini (IMD).

5. Bidan mengukur suhu tubuh bayi setelah bayi lahir. 6. Bidan memakaikan pakaian pada saat penimbangan pada bayi. Hindarkan kontak kulit bayi langsung ke dasar timbangan.

7. Bidan tidak memandikan bayi sampai 6 jam setelah bayi lahir.

8. Bidan tidak meletakkan bayi diruang yang terpapar aliran udara bebas. Seperti, dekat jendela, tembok dan tempat yang terpasang kipas angin.


(54)

 


(55)

 

Lampiran 5

MASTER DATA TINDAKAN BIDAN DALAM PENCEGAHAN HIPOTERMI

No.Res P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8

1 1 1 0 1 0 0 1 1

2 1 1 0 1 0 0 1 1

3 1 1 0 1 0 1 1 1

4 1 1 1 1 1 1 1 1

5 1 1 1 1 1 1 1 1

6 1 1 1 1 1 1 1 1

7 1 1 1 1 1 1 1 1

8 1 1 1 1 1 1 1 1

9 1 1 0 1 0 1 1 1

10 1 1 0 1 0 1 1 1

11 1 1 0 1 0 0 1 1

12 1 1 0 1 1 0 1 1

13 1 1 0 1 0 0 1 1

14 1 1 1 1 0 1 1 1

15 1 1 1 1 0 1 1 1

16 1 1 0 1 1 0 1 1

17 1 1 1 1 0 0 1 1

18 1 1 1 1 0 0 1 1

19 1 1 0 1 1 1 1 1

20 1 1 1 1 0 0 1 1

21 1 1 0 1 0 0 1 1

22 1 1 0 1 0 1 1 1

23 1 1 0 1 0 0 1 1

24 1 1 0 1 0 1 1 1

25 1 1 0 1 0 1 1 1

26 1 1 1 1 1 0 1 1

27 1 1 1 1 0 0 1 1

28 1 1 0 1 0 1 1 1

29 1 1 1 1 0 0 1 1

30 1 1 0 1 1 0 1 1

31 1 1 0 1 0 0 1 1


(56)

Lampiran 6

Hasil Output Spss Tindakan Bidan dalam Pencegahan Hipotermi Berdasarkan Lembar Observasi

Pernyataan 1

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 1 32 100,0 100,0 100,0

Pernyataan 2

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 1 32 100,0 100,0 100,0

Pernyataan 3

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 0 19 59,4 59,4 59,4

1 13 40,6 40,6 100,0

Total 32 100,0 100,0

Pernyataan 4

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent


(57)

Pernyataan 5

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 0 21 65,6 65,6 65,6

1 11 34,4 34,4 100,0

Total 32 100,0 100,0

Pernyataan 6

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 0 17 53,1 53,1 53,1

1 15 46,9 46,9 100,0

Total 32 100,0 100,0

Pernyataan 7

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 1 32 100,0 100,0 100,0

Pernyataan 8

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent


(58)

 


(59)

                                                 


(60)

(61)

Lampiran 9

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

A. Identitas Pribadi

Nama : Madya Purnamasari

Tempat/Tanggal lahir : Negeri Lawan, 03 Mei 1993

Agama : Islam

Alamat : Negeri Lawan, Kec.Dolok Batu Nanggar Kab.Simalungun

B. Riwayat Pendidikan

Tahun 1998 – 2004 : SD N 096745 Dolok Merangir Kec.Dolok Batu Nanggar Kab.Simalungun.

Lulus dan Berijazah

Tahun 2004 – 2007 : SMP Negri 1 Dolok Batu Nanggar Kab. Simalungun

Lulus dan Berijazah

Tahun 2008 – 2010 : SMA Swasta Perguruan SULTAN AGUNG Pematang Siantar.

Lulus dan Berijazah

Tahun 2010 – 2013 : Program Studi D III Kebidanan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Medistra Lubuk Pakam.

Lulus dan Berijazah

Tahun 2013 – 2014 : Program Studi D IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.


(1)

Lampiran 6

Hasil Output Spss Tindakan Bidan dalam Pencegahan Hipotermi Berdasarkan

Lembar Observasi

Pernyataan 1

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid 1 32 100,0 100,0 100,0

Pernyataan 2

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid 1 32 100,0 100,0 100,0

Pernyataan 3

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid 0 19 59,4 59,4 59,4

1 13 40,6 40,6 100,0 Total 32 100,0 100,0

Pernyataan 4

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid 1 32 100,0 100,0 100,0


(2)

 

Pernyataan 5

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid 0 21 65,6 65,6 65,6

1 11 34,4 34,4 100,0 Total 32 100,0 100,0

Pernyataan 6

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid 0 17 53,1 53,1 53,1

1 15 46,9 46,9 100,0 Total 32 100,0 100,0

Pernyataan 7

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid 1 32 100,0 100,0 100,0

Pernyataan 8

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid 1 32 100,0 100,0 100,0


(3)

 


(4)

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 


(5)

(6)

 

Lampiran 9

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

A.

Identitas Pribadi

Nama

: Madya Purnamasari

Tempat/Tanggal lahir

: Negeri Lawan, 03 Mei 1993

Agama :

Islam

Alamat

: Negeri Lawan, Kec.Dolok Batu Nanggar

Kab.Simalungun

B.

Riwayat Pendidikan

Tahun 1998 – 2004

: SD N 096745 Dolok Merangir Kec.Dolok Batu

Nanggar Kab.Simalungun.

Lulus dan Berijazah

Tahun

2004

2007

: SMP Negri 1 Dolok Batu Nanggar Kab.

Simalungun

Lulus dan Berijazah

Tahun

2008

2010

: SMA Swasta Perguruan SULTAN AGUNG

Pematang Siantar.

Lulus dan Berijazah

Tahun 2010 – 2013

: Program Studi D III Kebidanan Sekolah Tinggi

Ilmu Kesehatan Medistra Lubuk Pakam.

Lulus dan Berijazah

Tahun 2013 – 2014

: Program Studi D IV Bidan Pendidik Fakultas

Keperawatan Universitas Sumatera Utara.


Dokumen yang terkait

Kepatuhan Pelaksanaan Manajemen Aktif Kala Tiga Oleh Bidan Dalam Upaya Mencegah Atonia Uteri Berdasarkan Catatan Medik di Klinik Bersalin Desa Bandar Khalipah Kecamatan Percut Sei Tuan Tahun 2014.

2 51 68

Hubungan Tingkat Pengetahuan Dengan Sikap Bidan Praktek Swasta Terhadap Pencegahan Infeksi Nosokomial di Bandar Khalipah Kecamatan Percut Sei Tuan

0 35 78

Pengaruh Inisiasi Menyusu Dini terhadap pencegahan Hipotermi pada bayi baru lahir di Klinik Bersalin Bidan Mariani dan Klinik Ramini Medan Tahun 2010

10 103 69

Hubungan Tingkat Pengetahuan Dengan Sikap Bidan Praktek Swasta Tentang Rawat Gabung Di Bandar Khalipah Kecamatan Percut Sei Tuan Tahun 2009

0 54 50

Faktor-Faktor Yang Menghambat pemberian ASI Eksklusif Pada Bayi 0 – 6 bulan di Desa Bandar Khalipah Kecamatan Percut Sei Tuan

0 56 63

Pengaruh Karakteristik Ibu dan Persepsi Program Pencegahan Diare Terhadap Tindakan Pencegahan Diare pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Bandar Khalipah Kecamatan Percut Sei Tuan tahun 2016

1 9 119

LANGUAGE SHIFT OF MANDAILINGNESE IN BANDAR KHALIPAH KECAMATAN PERCUT SEI TUAN.

0 6 24

Pengaruh Karakteristik Ibu dan Persepsi Program Pencegahan Diare Terhadap Tindakan Pencegahan Diare pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Bandar Khalipah Kecamatan Percut Sei Tuan tahun 2016

0 0 17

BILINGUALISME KEDWIBAHASAAN pada masyarakat 1

0 0 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tindakan - Tindakan Bidan Dalam Pencegahan Hipotermi Bayi Baru Lahir di Klinik Bersalin Desa Bandar Khalipah Kecamatan Percut Sei Tuan Tahun 2014

0 0 18