Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Meningkatkan Kemampuan Bercerita Anak Menggunakan Alat Peraga Boneka Tangan pada Anak Kelompok B TK Kanisius Gendongan Kota Salatiga

BAB IV
HASIL PENELITIAN

4.1 Gambaran Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di TK Kanisius Gendongan yang beralamat di
Jl. Muwardi No.4 Gendongan Salatiga. TK Kanisius Gendongan Kota
Salatigasudah berdiri sejak tahun 1981. Anak di TK Kanisius Gendongan
Kota Salatiga setiap tahunnya mengalami kenaikan, tahun ini berjumlah 39
anak. Anak dikelompokkan menjadi 2 kelas, yaitu 20 anak kelompok A dan
19 anak kelompok B. Kelompok A terdiri dari anak-anak yang berusia 4-5
tahun dan Kelompok B anak-anak yang berusia 5-6 tahun. Subjek dari
penelitian ini adalah 19 anak kelompok B yang terdiri dari 11 anak laki-laki
dan 8 anak perempuan. Model pembelajaran yang digunakan di kelas ini
adalah model pembelajaran kelas.
4.2 Deskripsi Kondisi Per Siklus
4.2.1 Tahap Pratindakan
Sebelum melakukan tindakan peneliti melakukan pengamatan
berupa kegiatan Pratindakan yang dilakukan pada tanggal 2Agustus
2016. Cerita yang ada di tahap Pratindakan berjudul” Hadiah untuk
Azi”. Cerita ini tentang seorang anak yang bernama Azi. Azi pulang
sekolah, di jalan Azi bertemu dengan seekor itik yang kehausan. Lalu

Azi menolong itik itu dengan memberi minum si itik. Azi lalu
mengantar itik itu kembali ke pemiliknya yaitu pak tani. Sesampainya

56

di rumah pak tani, Azi menyerahkan itik itu kepada pak tani. Tetapi pak
tani tidak mau menerimanya. Pak tani memberikan itik itu kepada Azi
karena Azi sudah menolong itik itu. Azi sangat senang dan berjanji
akan merawat itik itu dengan baik.
Dalam penelitian ini, kegiatan pratindakan kemampuan bercerita
dilakukan dengan menggunakan teknik pengumpulan data berupa
observasi. Adapun indikator yang dinilai dalam pratindakan yaitu
mampu menirukan suara binatang atau tokoh, mampu menceritakan
kembali cerita dengan lancar, dan mampu menjawab pertanyaan. Pada
kegiatan ini guru membawakan cerita dengan tanpa media. Pada saat
kegiatan tersebut berlangsung, sebagian besar anak asyik ngobrol
dengan teman yang lain. Pada saat anak diminta untuk menceritakan
kembali isi cerita, sebagian besar anak belum mampu menjabarkan
cerita. Bahkan ada beberapa anak yang tidak mau maju ke depan untuk
bercerita. Pada saat maju, anak belum mampu menceritakan kembali isi

cerita dengan lancar. Anak mampu menceritakan isi cerita setelah guru
memberikan

bantuan

berupa

pertanyaan

kepada

anak.

Anak

menceritakan isi cerita hanya sebatas yang ditanyakan oleh guru atau
anak bercerita berdasarkan pertanyaan guru. Anak hanya mengucapkan
kata atau frase saja belum berupa kalimat. Anak masih sering lupa
dengan isi cerita yang baru saja dibawakan guru. Hasil kemampuan
berceritaPratindakan disajikan dalam Tabel 4.1 sebagai berikut.


57

Tabel 4.1 Pencapaian Kemampuan Bercerita Pratindakan

Indikator

1
frekuensi
3
13
10

1
2
3

Persentase
15,8%
68,4%

52,7%

Nilai
2
frekuensi Persentase
9
47,3%
5
26,3%
6
31,6%

3
frekuensi
7
1
3

Persentase
36,9%

5,3%
15.7%

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui pencapaian kemampuan
bercerita pratindakan bahwa dari 19 anak yang pada indikator pertama
mendapatkan nilai 3 ada 7 anak (36,9%), nilai 2 ada 9 anak (47,3%) dan
nilai 1 ada 3 anak (15,8%). Pada indikator kedua diperoleh hasil anak
yang mendapatkan nilai 3 ada 1 anak (5,3%),

nilai 2 ada 5 anak

(26,3%) dan nilai 1 ada 13 anak (68,4%). Sedangkan pada indikator
ketiga diperoleh hasil anak yang mendapat nilai 3 ada 3 anak (15,7%),
nilai 2 ada 6 anak (31,6%) dan nilai 1 ada 10 anak (52,7%). Kondisi
tersebut dapat digambarkan pada diagram sebagai berikut.
Gambar 4.1 Diagram Persentase Prasiklus
80%
70%
60%
50%


Indikator 1

40%

Indikator 2

30%

Indikator 3

20%
10%
0%
Nilai 3

Nilai 2

58


Nilai 1

Pada gambar 4.1 hasil

yang

diperoleh

menunjukkan

kemampuan berceritabelum optimal, pada Pratindakan sebesar 57.9%.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kemampuan berceritaanak
Kelompok B TK Kanisius Gendongan belum berkembang secara
optimal.

4.2.2 Pelaksanaa Siklus I
a. Perencanaan Siklus I
Kegiatan yang dilakukan pada tahap perencanaan yaitu
sebagai berikut:
1) Menyusun Rencana Kegiatan Harian (RKH) bersama dengan

guru kelas. RKH disusun dengan indikator yang sesuai dengan
tema.
2) Menyiapkan instrumen pengamatan.
3) Menyiapkan perlengkapan dalam pembelajaran.
b. Pelaksanaan Siklus I
Pelaksanaan tindakan Siklus I dilaksanakan sebanyak dua
kali pertemuan.Pertemuan Pertama dilaksanakan pada hari Kamis,
25 Agustus 2016.Pertemuan Kedua dilaksanakan pada hari Sabtu,
27 Agustus 2016.Tema pembelajaran yang dikembangkan adalah
Lingkungan.Sebelum kegiatan bercerita dimulai, guru mengatur
tempat duduk anak. Guru mengajak anak bertepuk tangan sesuai
yang

tema

yang

dikembangkan

59


pada

hari

itu.

Guru

memperkenalkan boneka yang akan digunakan pada kegiatan
bercerita. Kegiatan pada Pertemuan Pertama yaitu bercerita tentang
“Rumah Binatang”.Cerita ini berisi tentang 5 ekor binatang yang
berbeda-beda. Ada itik, kelinci, monyet, katak dan anjing yang
hidup ditempat yang berbeda-beda.
Kegiatan pada pertemuan kedua yaitu bercerita tentang yaitu
bercerita tentang “Tempat Jual Beli”.Cerita ini tentang satu keluarga
yang terdiri dari ayah, ibu, dan anak.Ayahnya bernama bapak budi,
Ibunya bernama ibu Ani, dan anaknya bernama Sinta. Mereka pergi
kepasar untuk membeli agar-agar. Sesampainya di pasar pun
mereka langsung pergi ke toko jajanan milik Ibu Nini. Namun agaragar yang dingamkan pun sudah habis. Jadi ibu dan sinta pergi ke

toko yang lain yaitu toko jajanan milik Pak Tono.
c. Observasi Siklus I
Pengamatan atau observasi dilaksanakan oleh peneliti
beserta guru selama proses pembelajaran. Pada setiap pertemuan
observer mengamati, menilai, dan mendokumentasikan semua
tindakan yang dilakukan anak.Dalam kegiatan observasi, hal yang
diamati adalah kemampuan anak bercerita pada saat anak
menceritakan kembali isi cerita yang dibawakan guru.Indikator
yang diamati yaitu mampu menirukan berbagai macam suara
binatang atau tokoh, mampu menceritakan kembali cerita dengan
lancer dan runtut dan mampu menjawab pertanyaan.

60

Pada Siklus I pertemuan pertama, sebagian besar anak sudah
mulai antusias untuk mendengarkan cerita walaupun ada beberapa
anak yang ditengah-tengah cerita masih ramai dan mengganggu
anak yang lain. Tetapi saat diminta untuk menceritakan kembali
cerita di depan kelas, beberapa anak belum berani maju ke depan.
Ada beberapa anak yang enggan maju ke depan untuk bercerita.

Anak mau maju ke depan setelah dimotivasi oleh guru. Pada
pertemuan kedua anak antusias mendengarkan cerita dan anak
sudah berani maju kedepan untuk bercerita walaupun beberapa anak
belum lancar dalam membawakan cerita. Kalimat yang diucapkan
sudah runtut.
Hasil pengamatan pada Siklus I pertemuan pertama dan
pertemuan kedua mengenai kemampuan berceritapada anak dapat
dijelaskan sebagai berikut:
Tabel 4.2 Pencapaian Kemampuan Bercerita
Siklus 1 Pertemuan 1
Indikator
1
2
3

Nilai
2
frekuensi Persentase
11
61,1%
13
72,2%
16
88,9%

1
frekuensi
1
2
0

Persentase
5,6%
11,1%
0%

Berdasarkan

tabel

diatas

dapat

3
frekuensi
6
3
2

diketahui

Persentase
33,3%
16,7%
11,1%

pencapaian

kemampuan bercerita siklus 1 pertemuan pertama bahwa dari 18
anak yang pada indikator pertama mendapatkan nilai 3 ada 6 anak
(33,3%), nilai 2 ada 11 anak (61,1%) dan nilai 1 ada 1 anak (5,6%).

61

Pada indikator kedua diperoleh hasil anak yang mendapatkan nilai 3
ada 3 anak (16,7%), nilai 2 ada 13 anak (72,2%) dan nilai 1 ada
2anak (11,1%). Sedangkan pada indikator ketiga diperoleh hasil
anak yang mendapat nilai 3 ada 2 anak (11,1%), nilai 2 ada 16 anak
(88,9%) dan nilai 1 tidak ada. Kondisi tersebut dapat digambarkan
pada diagram sebagai berikut.
Gambar 4.2 Diagram Persentase
Siklus 1 Pertemuan 1
100%
90%
80%
70%
60%

Indikator 1

50%
Indikator 2
40%
Indikator 3
30%
20%
10%
0%
Nilai 1

Nilai 2

Pada gambar 4.2 hasil

Nilai 3

yang

diperoleh

menunjukkan

kemampuan berceritamengalami peningkatan, pada siklus 1
pertemuan 1 sebesar 67,9%, kemampuan berceritaanak Kelompok B
TK Kanisius menggunakan boneka tangan anak lebih tertarik.

62

Tabel 4.3 Pencapaian Kemampuan Bercerita
Siklus 1 Pertemuan 2
Indikator

Nilai
2
frekuensi Persentase
12
66,7%
16
84,2%
12
66,7%

1
frekuensi
0
0
0

1
2
3

Persentase
0%
0%
0%

Berdasarkan

tabel

diatas

dapat

3
frekuensi
6
2
6

diketahui

Persentase
33,3%
10,5%
33,3%

pencapaian

kemampuan bercerita siklus 1 pertemuan kedua bahwa dari 18 anak
yang pada indikator pertama mendapatkan nilai 3 ada 6 anak
(33,3%), nilai 2 ada 12 anak (66,7%) dan nilai 1 tidak ada. Pada
indikator kedua diperoleh hasil anak yang mendapatkan nilai 3 ada
2 anak (10,5%), nilai 2 ada 16 anak (84,2%) dan nilai 1 tidak ada.
Sedangkan pada indikator ketiga diperoleh hasil anak yang
mendapat nilai 3 ada 6 anak (33,3%), nilai 2 ada 12 anak (66,7%)
dan nilai 1 tidak ada. Kondisi tersebut dapat digambarkan pada
diagram sebagai berikut.
Gambar 4.3 Diagram Persentase
Siklus 1 Pertemuan 2
90%
80%
70%
60%
50%

Indikator 1

40%

Indikator 2

30%

Indikator 3

20%
10%
0%
Nilai 1

Nilai 2

63

Nilai 3

Berdasarkan
menunjukkan

gambar 4.3 hasil

yang

diperoleh

kemampuan berceritamengalami peningkatan, pada

siklus 1 pertemuan 2 sebesar 71,3%. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa kemampuan berceritaanak Kelompok B TK
Kanisius menggunakan boneka tangan anak lebih tertarik.
Berdasarkanhasil pada tabel 4.2 dantabel 4.3 diperoleh data
rata-rata kemampuan berceritaanak sebesar 69,6%. Dengan
demikian rata-rata kemampuan berceritaanak dalam pelaksanaan
tindakan Siklus I telah terjadi peningkatan sebesar 11,7%. Hal ini
dibuktikan rata-rata kemampuan berceritaanak dalam Pratindakan
hanya 57,9%.
d. Refleksi
Setelah Siklus I dalam proses peningkatan kemampuan
bercerita anak menggunakan media boneka tangan selesai
dilakukan, maka langkah selanjutnya adalah melakukan refleksi.
Refleksi pada Siklus I dilakukan oleh peneliti dan guru kelas pada
akhir Siklus I. Dalam refleksi ini membahas mengenai kendalakendala

yang ditemukan pada saat

pelaksanaan Siklus

I

berlangsung. Adapun kendala-kendala yang dihadapi dalam Siklus I
adalah sebagai berikut:
1) Pada saat anak maju ke depan untuk menceritakan kembali isi
cerita, anak

belum berani menceritakan kembali. Hal ini

64

disebabkan karena anak belum percaya diri untuk maju ke
depan.
2) Belum ada penghargaan yang konkret dan membuat anak
termotivasi untuk bercerita.
3) Masih ada anak yang ramai dan berbicara dengan temannya,
sehingga pembelajaran kurang kondusif. Hal ini disebabkan
karena posisi tempat duduk yang memungkinkan anak untuk
bisa berbicara dengan teman. Posisi tempat duduk anak ada
yang berada di belakang anak. Selain itu anak di tengah
pembelajaran anak kurang antusias dalam mendengarkan cerita.
Melihat kondisi pada Siklus I yang masih terdapat beberapa
kendala, maka perlu pembenahan dan penyempurnaan. Setelah
berdiskusi dengan guru kelas atau kolabolator, maka dapat disusun
suatu landasan sebagai pembenahan dan penyempurnaan pada
tindakan kelas siklus berikutnya:
1) Sebelum bercerita, guru memberikan motivasi agar anak berani
untuk bercerita
2) Guru mengatur tempat duduk anak. Anak yang banyak bicara
jangan duduk dengan anak yang banyak bicara juga.
3) Menggunakan panggung boneka agar anak lebih tertarik dalam
mendengarkan cerita.

65

4) Memberikan penghargaan yang semula hanya bintang yang
ditulis di papan tulis diganti dengan memberikan penghargaan
berupa kalung senyum.
Pada Siklus II ada penyempurnaan media yang digunakan.
Jika pada Siklus I hanya menggunakan media boneka tangan, maka
pada Siklus II media yang digunakan adalah boneka tangan dan
panggung boneka. Panggung boneka dapat membuat anak lebih
tertarik untuk mendengarkan cerita. Panggung boneka dapat
meningkatkan kualitas cerita dan performansi cerita. Selain itu,
Panggung boneka dapat menghidupkan latar cerita. Hal ini sesuai
dengan pendapat Tadzkiroatun Musfiroh (2005) bahwa walaupun
sederhana, kehadiran panggung boneka dapat bernilai positif yakni
menghidupkan latar cerita.
Berdasarkan uraian di atas dapat diajukan hipotesis Siklus II
sebagai berikut metode bercerita dengan media boneka tangan
disertai panggung boneka dengan didukung pengaturan tempat
duduk dan pemberian penghargaan berupa kalung senyum dapat
meningkatkan kemampuan berceritaanak Kelompok B TK Kanisius
Gendongan Salatiga.
4.2.3 Pelaksanaan Siklus II
Kegiatan

penelitian

Siklus

II

dilaksanakan

dengan

menindaklanjuti hasil penelitian pada kegiatan Siklus I. Adapun
deskripsi jalannya pelaksanaan pada Siklus II adalah sebagai berikut:

66

a. Perencanaan Siklus II
Perencanaan tindakan pada Siklus II dilaksanakan dengan
melihat dari refleksi pada Siklus I. Kendala-kendala yang ada pada
Siklus I harus dapat diatasi pada Siklus II agar proses pembelajaran
yang dilakukan dapat meningkat. Oleh karena itu, pada tahap
perencanaan ini tindakan yang dilakukan peneliti berdasarkan
refleksi pada Siklus I adalah sebagai berikut:
1) Membuat Rencana Kegiatan harian (RKH) yang berisi tentang
materi

yang

akan

disampaikan.

RKH

disusun

dan

dikonsultasikan kepada guru kelas dan kepala sekolah terlebih
dahulu.
2) Menyiapkan lembar observasi yang akan digunakan dalam
mengamati keterampilan bercerita anak menggunakan media
boneka tangan.
3) Menyiapkan kalung senyum sebagai penghargaan kepada anak
agar lebih termotivasi dalam bercerita.
4) Sebelum bercerita, guru memberikan motivasi agar anak lebih
berani dalam menceritakan kembali isi cerita yang dibawakan
guru.
5) Guru mengamati

anak

yang banyak bicara dan suka

mengganggu temannya.
6) Guru mengatur tempat duduk anak. Anak yang banyak bicara
jangan duduk dengan anak yang banyak bicara juga.

67

7) Menyiapkan panggung boneka yang akan digunakan dalam
bercerita agar anak lebih tertarik dalam mendengarkan cerita.
b. Pelaksanaan Siklus II
Sebelum kegiatan dilaksanakan guru menyiapkan semua
perlengkapan yang akan digunakan. Perlengkapan itu meliputi
boneka tangan, panggung boneka, penghargaan berupa kalung
senyum, dan instrumen. Setelah semua siap, guru mengkondisikan
anak-anak. Tempat duduk anak dibuat setengah lingkaran dan guru
berada di depan anak-anak. Guru juga mengatur tempat duduk anak
yang banyak bicara agar kegiatan berlangsung secara kondusif.
Dilakukan sebanyak dua kali pertemuan. Seperti pada Siklus
I, Pertemuan Pertama dilaksanakan pada hari Selasa, 30Agustus
2016 dan Pertemuan Kedua dilaksanakan pada hari Sabtu, 3
September 2016. Kegiatan pembelajaran pada hari Pertama
menceritakan tentang “Lingkungan Sekolah”. Cerita ini tentang
gedung dan halaman sekolahku. Anton, Fira, Dodi, Tini, dan Anwar
bercerita tentang gedung dan halaman sekolahnya.
Kegiatan pembelajaran pada Pertemuan Kedua masih
menceritakan tentang “Lingkungan Sekolah”. Cerita ini tentang
kebersihan

lingkungan.

Hujan

yang

turun

sangat

lebat

mengakibatkan banjir dimana-mana.Dijalan, halaman rumah,
sawah, semuanya tergenang air.Fina pun bertanya kepada ibu
“Apakah sekolahku juga banjir bu?”ibu pun berkata kepada fina,

68

“iya nak, semuanya tergenang air, maka dari itu kita harus menjaga
lingkungan, bumi dan seisinya. Lalu aku bertanya kepada ibu
“Bagaimana caranya bu? Aku kan masih kecil dan masih sekolah di
TK ?” ibu pun menjawab “ Awalilah dari hal yang terkecil nak,
misalnya membuang sampah pada tempatnya supaya tidak
menyumbat selokan, lalu tidak boleh merusak tanaman. Selain itu
agar lingkungan kita bersih, indah dan sehat kita juga harus rajin
membersihkan lingkungan sekitar kita, tidak hanya dirumah,
disekolah, dijalan, dan dimana saja kita kita harus menjaganya
terutama tanaman dihutan, kita tidak boleh menggunduli hutan
supaya tidak terjadi banjir dan tanah longsor”.
c. Pengamatan (Observasi) Siklus II
Seperti pada Siklus I, observasi pada Siklus II dilaksanakan
selama pembelajaran di kelas berlangsung dengan menggunakan
lembar observasi yang telah dibuat. Dalam kegiatan observasi,
indikator yang diamati adalah kemampuan berceritameliputi mampu
menirukan berbagai macam suara binatang atau tokoh, mampu
menceritakan kembali cerita dengan lancar, dan runtut dan mampu
menjawab pertanyaan. Hasil observasi menunjukkan bahwa
keterampilan bercerita anak mengalami perkembangan yang sangat
baik.
Hasil pengamatan pada Siklus II mengenai kemampuan
bercerita pada anak dapat disajikan sebagai berikut:

69

Tabel 4.4 Pencapaian Kemampuan Bercerita
Siklus 2 Pertemuan 1
Indikator
1
2
3

1
frekuensi
0
0
0

Persentase
0%
0%
0%

Berdasarkan

Nilai
2
frekuensi Persentase
8
42,1%
16
84,2%
11
57,9%

tabel

diatas

dapat

3
frekuensi
11
3
8

diketahui

Persentase
57,9%
15,8%
42,1%

pencapaian

kemampuan bercerita siklus 2 pertemuan pertama bahwa dari 19
anak yang pada indikator pertama mendapatkan nilai 3 ada 11anak
(57,9%), nilai 2 ada8 anak (42,1%) dan nilai 1 tidak ada. Pada
indikator kedua diperoleh hasil anak yang mendapatkan nilai 3 ada
3 anak (15,8%), nilai 2 ada 16 anak (84,2%) dan nilai 1 tidak ada.
Sedangkan pada indikator ketiga diperoleh hasil anak yang
mendapat nilai 3 ada 8 anak (42,1%), nilai 2 ada 11 anak (57,9%)
dan nilai 1 tidak ada. Kondisi tersebut dapat digambarkan pada
diagram sebagai berikut.
Gambar 4.4 Diagram Persentase
Siklus 2 Pertemuan 1
90%
80%
70%
60%
50%

Indikator 1

40%

Indikator 2

30%

Indikator 3

20%
10%
0%
Nilai 1

Nilai 2

70

Nilai 3

Berdasarkan gambar 4.4 hasil yangdiperoleh menunjukkan
kemampuan berceritamengalami peningkatan, pada siklus 2
pertemuan pertama sebesar 79,6%.
Tabel 4.5Pencapaian Kemampuan Bercerita
Siklus 2 Pertemuan2
Indikator
1
2
3

1
frekuensi
0
0
0

Persentase
0%
0%
0%

Berdasarkan

Nilai
2
frekuensi Persentase
5
26,3%
6
31,6%
4
21%

tabel

diatas

dapat

3
frekuensi
14
13
15

diketahui

Persentase
73,7%
68,4%
79%

pencapaian

kemampuan bercerita siklus 2 pertemuan kedua bahwa dari 19 anak
yang pada indikator pertama mendapatkan nilai 3 ada 14 anak
(73,7%), nilai 2 ada5 anak (26,3%) dan nilai 1 tidak ada. Pada
indikator kedua diperoleh hasil anak yang mendapatkan nilai 3 ada
13 anak (68,4%), nilai 2 ada 6 anak (31,6%) dan nilai 1 tidak ada.
Sedangkan pada indikator ketiga diperoleh hasil anak yang
mendapat nilai 3 ada15 anak (79%), nilai 2 ada 4 anak (21%) dan
nilai 1 tidak ada. Kondisi tersebut dapat digambarkan pada diagram
sebagai berikut.

71

Gambar 4.5 Diagram Persentase
Siklus 2 Pertemuan 2

90%
80%
70%
60%
50%

Indikator 1

40%

Indikator 2

30%

Indikator 3

20%
10%
0%
Nilai 1

Nilai 2

Berdasarkan
menunjukkan

Nilai 3

gambar 4.5 hasil

yang

diperoleh

kemampuan berceritamengalami peningkatan yang

sangat signifikan, pada siklus 2 pertemuan kedua sebesar 91,2%.
Dengan

demikian

dapat

disimpulkan

bahwa

kemampuan

berceritaanak Kelompok B TK Kanisius menggunakan boneka
tangan dan panggung boneka anak lebih tertarik.
Berdasarkanhasil pada tabel 4.4dantabel 4.5 diperoleh data
rata-rata kemampuan berceritaanak sebesar 85,4%. Dengan
demikian rata-rata kemampuan berceritaanak dalam pelaksanaan
tindakan Siklus I telah terjadi peningkatan sebesar 15,8%. Hal ini
dibuktikan

rata-rata kemampuan berceritaanak dalam Siklus I

hanya 69,6%.

72

d. Refleksi Siklus II
Refleksi pada Siklus II dilakukan oleh peneliti dan guru kelas
pada akhir Siklus II. Dalam refleksi ini dibahas mengenai proses
pembelajaran

yang

terjadi

saat

melakukan

tindakan.

Saat

pembelajaran berlangsung, anak antusias dalam mendengarkan
cerita. suasana lebih kondusif karena anak yang banyak bicara tidak
membuat ramai lagi. Anak juga antusias saat diminta untuk maju ke
depan untuk menceritakan kembali isi cerita yang baru saja
dibawakan.
Hal ini terbukti saat guru meminta anak untuk menceritakan
kembali, guru tidak perlu menunjuk siapa yang maju tetapi anak
sudah berlomba-lomba untuk maju. Selain itu anak lebih percaya
diri dan termotivasi untuk menceritakan kembali isi cerita dengan
baik karena adanya penghargaan berupa kalung senyum.Pada Siklus
II keterampilan bercerita anak sudah mengalami peningkatan dan
telah memenuhi indikator keberhasilan sehingga penelitian dirasa
cukup dan dihentikan sampai Siklus II.
4.2.4 Rekapitulasi Data Hasil Penelitian
Pada

Tabel

4.6

disajikan

rekapitulasi

hasil

keseluruhan

kemampuan berceritadengan media boneka tangan dari Pratindakan
sampai dua kali tindakan.

73

Tabel 4.6 Rekapitulasi Data Per Siklus
Pra Siklus
Nilai
1
2
3
15,8% 47,3% 36,9%
68,4% 26,3% 5,3%
52,7% 31,6% 15,7%

1
2
3

Siklus 1
Nilai
1
2
3
5,6% 63,9% 33,3%
11,1% 78,2% 13,6%
0%
77,8% 22,2%

1
0%
0%
0%

Siklus 2
Nilai
2
3
34,2% 65,8%
57,9% 42,1%
39,4% 60,6%

Gambar 4.6 Diagram Persentase
Data Per Siklus
90%
80%
70%
60%
50%

Pra Siklus

40%

Siklus 1

30%

Siklus 2

20%
10%
0%
Rata Rata Hasil

Berdasarkan hasil penelitian mengenai persentase kemampuan
anak maka indikator kinerja yang menandai berakhirnya siklus sudah
terpenuhi. Persentase rata-rata kemampuan berceritaanak meningkat
pada setiap siklusnya. Rata-rata kemampuan berceritaanak pada
Pratindakan sebesar 57,9% meningkat pada Siklus I menjadi 69,6% dan
pada Siklus II meningkat lagi menjadi 85,4%.
4.3 Pembahasan
Penelitian yang dilakukan merupakan penelitian tindakan kelas yang
dilakukan dalam dua siklus. Setiap siklus terdiri dari perencanaan, tindakan,

74

observasi, dan refleksi. Hasil yang diperoleh dalam penelitian merupakan
hasil dari pengamatan tentang kemampuan berceritayang mencakup tiga
indikator yaitu mampu menirukan berbagai macam suara binatang atau tokoh,
mampu menceritakan kembali cerita dengan runtut dan mampu menjawab
pertanyaan.
Bercerita dipilih karena pada dasarnya anak senang mendengarkan
cerita. Hal ini sesuai pendapat Sanders (dalam Tadzkirotun Musfiroh, 2005)
ada beberapa alasan penting mengapa anak perlu mendengarkan cerita. Salah
satunya karena mendengarkan cerita merupakan sesuatu yang menyenangkan
bagi anak. Anak dapat lebih bergairah untuk belajar karena pada dasarnya
anak

senang

mendengarkan

cerita.

Meningkatkan

kemampuan

berceritadengan bercerita saja ternyata tidak cukup. Diperlukan suatu media
yang dapat menarik perhatian anak pada saat bercerita.
Media yang digunakan tentunya disesuaikan dengan karakteristik anak.
Maka peneliti menggunakan media boneka karena sesuai dengan karakteristik
anak. Hal ini sesuai dengan pendapat Piaget (dalam Slamet Suyanto, 2005).
Anak usia 4-5 tahun berada pada masa Praoperasional. Pada masa ini anak
mampu mengadakan representatif dunia pada tingkatan yang konkret. Boneka
menjadi alat peraga yang dianggap mendekati naturalitas bercerita boneka ada
bermacam-macam di antaranya boneka tangan. Jika dibandingkan dengan
jenis boneka yang lain, boneka tangan lebih mudah digunakan dan lebih
leluasa bergerak sehingga anak bisa berinteraksi dengan boneka.

75

Hurlock (1978) mengemukakan bahwa bicara merupakan keterampilan
mental-motorik. Bicara tidak hanya berkaitan dengan keterampilan motorik
saja tetapi juga berkaitan dengan keterampilan mental yaitu untuk dapat
berbicara anak harus mempunyai keberanian untuk mengungkapkan apa yang
akan dibicarakannya itu. Maka sebelum meminta anak untuk menceritakan
kembali isi cerita, sebaiknya guru memberikan motivasi. Hal ini sesuai
dengan pendapat Nurbiana Dhieni, Lara Fridani, Gusti Yarmi, & Nany
Kusniaty (2005) yang menyebutkan bahwa dalam kegiatan pembelajaranakan
lebih baik apabila guru memberikan reinforcement

(penguat),

reward

(pujian, hadiah), stimulasi, dan model atau contoh yang baik dari orang
dewasa agar kemampuan berceritadapat berkembang secara maksimal.
Dalam hal ini peneliti menggunakan motivasi berupa bujukan dari guru
dan hadiah berupa kalung senyum. Pemilihan kalung senyum ini sesuai
dengan perkembangan kognitif anak usia 4-5 tahun. Perkembangan kognitif
anak usia 4-5 tahun berada pada masa praoperasional. Pada masa ini, anak
mampu mengadakan representatif dunia pada tingkatan yang konkret
(Tadzkirotun Musfiroh, 2008). Maka hadiah yang digunakan juga berupa
benda konkret.
Dari hasil refleksi Siklus II diketahui bahwa anak antusias dalam
mendengarkan cerita. Suasana lebih kondusif karena anak yang banyak bicara
tidak membuat ramai lagi. Anak juga antusias saat diminta untuk maju ke
depan untuk menceritakan kembali isi cerita yang baru saja dibawakan. Hal
ini terbukti saat guru meminta anak untuk menceritakan kembali, guru tidak

76

perlu menunjuk siapa yang maju tetapi anak sudah berlomba-lomba untuk
maju. Selain itu anak lebih percaya diri dan termotivasi untuk menceritakan
kembali isi cerita dengan baik karena adanya penghargaan berupa kalung
senyum.
Hasil yang diperoleh pada Siklus II selama 2 kali pertemuan
menunjukkan bahwa kemampuan berbicara meningkat menjadi 85,4%. Anak
yang mengalami peningkatan dalam kemampuan bercerita adalah anak yang
mampu menirukan suara tokoh atau binatang, mampu menceritakan kembali
isi cerita dengan lancar dan mampu membentuk kalimat dengan runtut dan
mampu menjawab pertanyaan.
Apabila mengacu pada indikator keberhasilan, maka tindakan pada
Siklus II dapat dikatakan berhasil. Keberhasilan tindakan Siklus II juga tidak
terlepas dari pengaruh penggunaan panggung boneka. Dengan panggung
boneka, kualitas cerita dan performansi cerita menjadi meningkat. Hal ini
sejalan dengan pendapat Tadzkirotun Musfiroh (2005) menyatakan bahwa
manfaat dari panggung boneka adalah untuk meningkatkan kualitas dan
performansi cerita. Panggung boneka yang digunakan adalah panggung
boneka yang terbuat dari kayu permanen. Ukuran panggung boneka kecil agar
anak-anak juga bisa menggunakan.
Dari hasil penelitian, 85,4% kemampuan berceritaanak masuk kriteria
baik. Akan tetapi masih ada anak yang kemampuan berceritahanya berkriteria
cukup. Hal ini disebabkan karena anak tersebut mengalami kesulitan bicara.
Anak tersebut tidak jelas dalam mengucapkan kata dan sering mengulangi

77

beberapa kata. Meskipun tindakan telah dihentikan pada Siklus II, penelitian
ini tidak berhasil 100%.
Berdasarkan data yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa bercerita
dengan media boneka tangan dapat meningkatkan kemampuan berceritaanak
Kelompok B TK Kanisius Gendongan Salatiga.
4.4 Keterbatasan Penelitian
Penelitian yang dilakukan pada anak Kelompok B TK Kanisius
Gendongan Salatiga
yang maksimal,

ini

telah

namun

diupayakan

pada

untuk

kenyataannya

memperoleh
masih

hasil

terdapat

kekurangankekurangan yang disebabkan oleh beberapa keterbatasan yaitu
keterampilan berbicara anak tidak hanya dipengaruhi aspek bahasa saja tetapi
juga dipengaruhi oleh aspek sosial-emosional anak. Dari segi boneka tangan
penelitian ini juga mempunyai keterbatasan yaitu dalam penggunaan boneka
tangan tidak bisa melibatkan banyak tokoh sekaligus karena jumlah tangan
yang digunakan untuk menggerakkan boneka hanya dua tangan.

78

Dokumen yang terkait

Keanekaragaman Makrofauna Tanah Daerah Pertanian Apel Semi Organik dan Pertanian Apel Non Organik Kecamatan Bumiaji Kota Batu sebagai Bahan Ajar Biologi SMA

26 317 36

FREKWENSI PESAN PEMELIHARAAN KESEHATAN DALAM IKLAN LAYANAN MASYARAKAT Analisis Isi pada Empat Versi ILM Televisi Tanggap Flu Burung Milik Komnas FBPI

10 189 3

SENSUALITAS DALAM FILM HOROR DI INDONESIA(Analisis Isi pada Film Tali Pocong Perawan karya Arie Azis)

33 290 2

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

DOMESTIFIKASI PEREMPUAN DALAM IKLAN Studi Semiotika pada Iklan "Mama Suka", "Mama Lemon", dan "BuKrim"

133 700 21

Representasi Nasionalisme Melalui Karya Fotografi (Analisis Semiotik pada Buku "Ketika Indonesia Dipertanyakan")

53 338 50

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24

Analisis Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Kerajinan Tangan Di Desa Tutul Kecamatan Balung Kabupaten Jember.

7 76 65

DAMPAK INVESTASI ASET TEKNOLOGI INFORMASI TERHADAP INOVASI DENGAN LINGKUNGAN INDUSTRI SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI (Studi Empiris pada perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2006-2012)

12 142 22