BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Dimensi Kepuasan Pelanggan - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Hubungan Prestasi Belajar SMP, Penggunaan TIK, dan Penghasilan Orang Tua dengan Kepuasan Siswa dalam Pembelajaran di SMAN I Pringsurat Tem
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Dimensi Kepuasan Pelanggan
Ratminto & Winarsih (2013:28) berpendapat
bahwa
ukuran
keberhasilan
penyelenggaraan
pelayanan/jasa ditentukan oleh tingkat kepuasan
penerima
kepuasan
pelayanan.
Dengan
pelanggan
demikian
merupakan
derajat
tingkat
keterpenuhan harapan pelanggan yang diperoleh dari
penyedia
layanan.
Ini
berarti
bahwa
semakin
terpenuhi harapan siswa dalam menerima layanan
pembelajaran semakin tinggi kepuasn siswa atas
layanan pembelajaran. Semakin tinggi harapan siswa
semakin tinggi pula usaha yang harus dilakukan
sekolah dalam memenuhi kepuasan siswa.
Menurut
teori
consumer
behavior
(Naomi,2013), kepuasan lebih banyak didefinisikan
dari
perspektif
pengalaman
konsumen
setelah
mengkonsumsi atau menggunakan suatu produk
atau jasa. Salah satu definisi menyatakan bahwa
kepuasan sebagai persepsi terhadap produk atau
jasa yang telah memenuhi harapannya. Karena itu,
pelanggan
tidak
akan
puas,
apabila
pelanggan
mempunyai persepsi bahwa harapannya belum ter-
13
penuhi.
Pelanggan
akan
merasa
puas
jika
persepsinya sama atau lebih dari yang diharapkan.
Pendapat yang sama dikemukakann oleh Supranto
(2012:233) ,”tingkat kepuasan merupakan fungsi dari
perbedaan antara kinerja yang dirasaakan dengan
harapan.”
Jadi
jika
dikaitkan
dengan
layanan
pembelajaran kepuasan merupakan perasaan senang
atau
kecewa
siswa
yang
muncul
akibat
kesenjangan/gap antara harapan dengan kenyataan
pembelajaran yang dirasakan.
Ditinjau dari sisi mutu pembelajaran sebagai
proses pemberian layanan, indikator kinerja guru
sebagaimana termaktub dalam Permenpan & RB
tersebut merupakan komponen mutu yang telah
distandarkan (quality in fact) dan sekaligus menjadi
kewajiban
guru
pembelajaran
dalam
kepada
memberikan
pelanggan/siswa.
layanan
Dengan
demikian mutu pembelajaran dapat diukur dari
pemenuhan
indikator
kegiatan
guru
dalam
pembalajaran dan kadar kepuasan pelanggan yaitu
seberapa
puas
siswa
sebagai
pelanggan
utama
menerima layanan pembelajarn guru.
Dalam konteks pembelajaran kepuasan siswa
sebagai pelanggan utama ditentukan oleh kesesuaian
antara layanan yang diharapkan dengan layanan
14
yang
diterimanya.
Bila
siswa
memiliki
persepsi
bahwa layanan pembelajaran yang diterima sesuai
atau melampaui harapannya siswa akan merasa
puas atau sangat puas. Sebaliknya jika layanan
pembelajaran
yang
sesuai
dibawah
atau
diterima
dipersepsikan
harapannya
berarti
tidak
siswa
tersebut tidak puas atau sangat tidak puas. Ini juga
berarti bahwa layanan pembalajaran yang diberikan
guru
tidak
memuaskan
atau
sangat
tidak
memuaskan.
Untuk dapat memenuhi harapan pelanggan
Tjiptono (2005:128) memberikan tiga kunci dalam
memberikan layanan pelanggan yang unggul yaitu,
(1)
kemampuan
memahami
kebutuhan
dan
keinginan pelanggan termasuk tipe-tipe pelanggan,
(2)
pengembangan
database
yang
lebih
akurat
mencakup data kebutuhan dan keinginan setiap
segmen
pelanggan
dan
perubahan
kondisi
persaingan, dan (3) pemanfaatan informasi-informasi
yang diperoleh melalui riset dalam suatu kerangka
strategik.
Guru sebagai komponen penyedia dan pelaku
layanan pembelajaran harus memiliki kemampuan
memahami karakteristik siswa, kebutuhan siswa,
kemampuan siswa, termasuk gaya dan kemampuan
15
belajarnya. Dengan data dan informasi yang lengkap
tentang siswa guru akan mampu memberi layanan
secara
efektif
sesuai
harapan
siswa.
Dengan
demikian siswa akan merasa puas menerima layanan
pembelajaran tersebut.
Berkait gagasan di atas
Gojali &
Umiarso
(2011:256) menguatkan bahwa dalam menentukan
keberhasilan
suatu
strategi
pembelajaran
faktor
karakteristik siswa juga merupakan hal penting yang
harus diperhataikan dan dijadikan pertimbangan
oleh pendidik. Oleh karenanya, strategi pembelajaran
yang
dilakukan
oleh
pendidik
adalah
dengan
memperhatikan kecenderungan cara berpikir siswa
dalam pembelajaran.
Ini
perencanaan
membawa
dan
memperhatikan
implikasi
praktik
pentingnya
pembelajaran
karakteristik,
kondisi
dengan
fisik,
dan
psikologis siswa yang terjadi pada saat pembelajaran
berlangsung.
Guru
harus
memiliki
kemampuan
memahami karakter dan kondisi siswanya agar
pembelajaran yang dilaksanakan bisa efektif dan
bermakna.
Sebagai layanan jasa pembelajaran memiliki
empat
karakteristik
,
yaitu
1)
intangibility;
2)
16
inseparability; 3) variability; dan
4) Perishability
(Tjiptono, 2011; Gojali, 2012).
1.
Intagibility
Jasa merupakan sesuatu yang nirraga namun
tidak
nirrasa.
Artinya
jasa
tidak
ragawi/kebendaan yang bisa disentuh
bersifat
namun bisa
dirasakan melalui persepsi penggunanya. Di samping
itu jasa tidak bisa dimiliki sebelum dibeli serta tidak
mudah
didefinisikan,
sebelum
dirumuskan,
dirasakan.
pelaksanaannya
Meski
sebagian
dan
dinilai
demikian
besar
dalam
layanan
jasa
memerlukan dukungan yang berujud fisik sebagai
sarana
penunjangnya.
Demikian
juga
dengan
layanan jasa pembelajaran. Di era sekarang ini tidak
mungkin pembelajaran melepaskan diri dari sarana
prasarana dan media, termasuk keberadaan fisik
guru. Hal yang bersifat kebendaan itu meski bukan
esensi dari jasa pembelajaran namun kehadirannya
sangat
berhubungan
menurut
standar
pada
maupun
kualitas
jasa
menurut
baik
persepsi
pelanggannya.
2.
Inseparability
Layanan
dipisahkan
jasa
dari
pembelajaran
komponen
tidak
bisa
pendukungnya.
Pembelajaran dapat diikuti dan dirasakan secara
17
simultan yang melibatkan interaksi antarkomponen.
Pembelajaran
tidak
bisa
dipisahkan
dengan
pendidikan. Pendidikan tidak bisa terlepas dari
lembaga
pendidikan
sebagai
wadahnya.
Dengan
demikian pembelian jasa layanan pembelajaran juga
tidak dapat dilakukan tanpa melibatkan pendidikan
dan lembaga pendidikan.
3.
Variability
Jasa pembelajaran adalah kejadian/layanan
sesaat. Artinya proses pembelajaran itu tidak bisa
berulang dengan kondisi yang sama pada waktu dan
situasi
yang
pembelajaran
berbeda.
ditentukan
Proses
oleh
maupun
siapa,
hasil
kapan,
bagaimana, dan dalam situasi apa berlangsung.
Untuk mengantisipasi ketidakstabilan ini sekolah
perlu merumuskan standar-standar komponen yang
berhubungan dalam pembelajaran.
4.
Perishability
Jasa
pembelajaran
merupakan
jasa
yang
mudah musnah. Jasa ini tidak dapat disimpan
dalam kurun waktu tertentu. Oleh karena itu jika
jasa
pembelajaran
berkelanjutan
tidak
dalam
mengalami kendala.
dilaksanakan
secara
pelaksanaannya
akan
Fluktuasi permintaan layanan
18
pembelajaran akan
menyulitkan persiapan yang
harus dilakukan.
Sebagai
layanan
melibatkan
lima
dimensi
diutarakan
Zeithaml,
jasa
pembelajaran
layanan
sebagaimana
Parasuraman,
dan
Berry
(dalam Supranto, 2011:13; Tjiptono, 2005:14; Gojali,
2011:129).
Dimensi
tersebut
adalah
tangibles,
reliability, responsiveness, assurance, dan emphaty.
1.
2.
3.
4.
Tangibles
Yaitu meliputi fasilitas fisik, tata ruang kelas,
perabot,
perlengkapan,
guru
meliputi
penampilan fisik dan tata pakaian, dan sarana
maupun media pembelajaran.
Reliability
Yaitu kemampuan memberikan pelayanan
yang dijanjikan dengan segera atau cepat,
akurat dan memuaskan. Misalnya, mata
pelajaran yang benar-benar sesuai dengan
kebutuhan, pembelajaran sesuai jadwal,
proses pembelajaran yang akurat, penilaian
yang objektif, bimbingan dan penyuluhan,
serta aktivitas lain yang semuanya untuk
memperlancar proses pembelajaran
Responsivness
Yaitu kemampuan/kesediaan guru untuk
membantu para peserta didik dan memberikan
pelayanan cepat tangap. Misalnya guru
pembimbing mudah ditemui untuk konsultasi.
Proses
pembelajaran
interaktif
sehingga
memungkinkan
peserta
didik
lebih
memperluas
wawasan
berpikir
dan
kreativitasnya,
tanggapan
positif
guru
terhadap masalah yang muncul dalam
pembelajaran, informasi pembelajaran mudah
diakses.
Assurance
Yaitu mencakup pengetahuan, kompetensi,
kualifikasi pendidikan , kesopanan, respek
19
terhadap peserta didik,serta memiliki sifat
dapat dipercaya, bebas dari bahaya dan
keragu-raguan.
Empathy
Yaitu
kemudahan
dalam
melakukan
hubungan,
komunikasi
dengan
baik,
perhatian pribadi, dan memahami kebutuhan
peserta didiknya. Misalnya guru mengenali
dan memahami kondisi siswanya yang
mengikuti proses pembelajaran, guru bisa
benar-benar
berperan
sesuai
fungsinya,
perhatian yang tulus diberikan kepada para
siswanya berupa kemudahan mendapatkan
pelayanan, keramahan, komunikasi, serta
kemampuan memahami kebutuhan siswa.
5.
2.2
Prestasi Belajar
Harahap
merupakan
menyatakan
penilaian
bahawa
prestasi
pendidikan
tentang
perkembangan dan kemajuan murid berkait dengan
penguasaan bahan ajar yang telah disajikan sesuai
isi kurikulum. Tersirat dalam pernyataan tersebut
bahwa
prestasi
dapat
diketahui
melalui
proses
penilaian yang sebelumnya dilakukan pembelajaran
sesuai kurikulum yang berlaku (dalam Djamarah,
2012:21).
Selanjutnya
Djamarah
(2012:23)
memberi
batasan tentang prestasi belajar sebagai hasil yang
diperoleh
berupa
kesan
yang
mengakibatkan
perubahan perilaku atas aktivitas belajar yang telah
dilakukan. Kesan dan perilaku sabagai prestasi
belajar adalah yang merupakan dampak langsung
20
dari proses pembelajaran yang melibatkan berbagai
komponen.
Pendapat
senada
diungkapkan
Haryani
(2012:22) yaitu hasil belajar merupakan hasil yang
diperoleh pembelajaran setelah dilaksanakan proses
pembelajaran.
Secara singkat dapat disimpulkan bahwa
prestasi
belajar
pembelajaran.
merupakan
Hasil
tersebut
hasil
dari
berupa
proses
perubahan
perilaku sebagai akumulasi aaspek afektif, kognitif,
dan psikomotor. Pretasi tersebut dapat diketahui
berdasarkan
tujuan
pembelajaran
yang
telah
ditetapkan dalam rencana pelaksanaan pembelajaran
(RPP).
Dalam
tujuan
Kurikulum
ditentukan
minimal
(KKM).
berdasarkan
intake
indikator
dengan
KKM
ketercapaian
kriteria
tersebut
(kemampuan
ketuntasan
ditentukan
awal
siswa),
kompleksitas mata pelajaran, dan daya dukung yang
tersedia baik sarana prasana maupun kemampuan
guru mata pelajaran. Ketiga komponen tersebut
diberi
skor
kemudian
dirata-rata.
Hasil
rerata
tersebut menjadi kriteria ketuntasan minimal untuk
mata pelajaran tertentu.
21
Sebagaimana
taksonomi
Bloom
prestasi
belajar mencakup ranah pengetahuan, sikap, dan
keterampilan.
Prestasi belajar dapat diketahui
dengan evaluasi. Sedang evaluasi sendiri memiliki
berbagai teknik dan instrumen untuk mengukur
prestasi belajar. Teknik tersebut misalnya tes dan
nontes. Teknik tes dapat berupa tes tertulis, lisan,
penugasan, unjuk kerja, dan sebagainya.
Apapun
teknik
yang
digunakan
dalam
mengukur prestasi belajar siswa harus berpedoman
pada kompetensi yang akan diukur. Kompetensi
tersebut diterjemahkan ke dalam kisi-kisi yang akan
menjadi pedoman penyusunan instrumen soal dan
pedoman penilaiannya.
Dengan demikian prestasi belajar merupakan
angka
dan
kemampuan
atau
predikat
siswa
yang
dalam
menunjukkan
mencapai
tujuan
pembelajaran yang telah ditentukan dalam RPP.
Berdasarkan KKM prestasi siswa dapat dibedakan
menjadi tuntas dan tidak tuntas. Tuntas berarti hasil
belajar seorang siswa telah mencapai atau melebihi
KKM yang ditetapkan. Tidak tuntas berarti seorang
siswa
mencapai
ditentukan.
nilai
Dalam
di
bawah
Kurikulum
KKM
yang
Tingkat
Satuan
22
Pendidikan (KTSP) tidak ada pemeringkatan hasil
belajar antarsiswa.
Dalam penelitian ini prestasi belajar sebagai
variabel penelitian adalah hasil belajar siswa pada
jenjang sekolah sebelumnya yaitu SMP atau MTs
terutama berupa nilai Ujian Nasional dan prestasi
lain yang dipandang memiliki hubungan terhadap
tingkat kepuasan pembelajaran.
2.3 Penggunaan Teknologi Informasi
Komunikaasi bagi Siswa
Susanto (2002) berpendapat bahwa Teknologi
Informasi dan Komunikasi
adalah sebuah media
atau alat bantu yang digunakan untuk transfer data
baik itu untuk memperoleh suatu data / informasi
maupun memberikan informasi kepada orang lain
serta dapat digunakan untuk alat berkomunikasi
baik satu arah ataupun dua arah.
Senada dengan itu Deeson (2006) Teknologi
informasi
dan
Komunikasi
adalah
kebutuhan
manusia didalam mengambil dan memindahkan ,
mengolah dan memproses informasi dalam konteks
sosial
yang
menguntungkan
diri
sendiri
dan
masyarakat secara keseluruhan.
Mencermati batasan-batasan yang dijelaskan
sebelumnya dapat diambil pengertian secara umum
23
bahwa
teknologi
informasi
dan
komunikasi
merupakan segala bentuk perangkat lunak maupun
keras yang mendukung terjadinya penyimpanan,
penyebarluasan,
dan
penerimaan
informasi.
Perangkat tersebut dapat berupa alat-alat serta
program
yang
pengkomunikasian
meyebabkan
informasi
dapat
proses
berlangsung
dengan baik.
Komunikasi akan berlangsung dengan baik
jika didukung beberapa komponen. Diantaranya
adalah pelaku, alat, program, materi/informasi, serta
situasi yang melingkupi. Pelaku komunikasi adalah
orang baik individu maupun kelompok sebagai
pengolah dan pengirim informasi serta yang berperan
sebagai penerima dan perespon informasi.
Alat komunikasi berkaitan dengan benda
hasil teknologi seperti perangkat komputer, radio,
tape
recorder,
televisi,
telepon,
dan
perangkat
pendukung alat-alat lain. Perangkat komunikasi
adalah perangkat keras (hardware) yang dalam
pengoperasiannya membutuhkan adanya perangkat
lunak (software). Perangkat tersebut dapat berupa
program-program
VCD,
DVD,
dan
aplikasi
komputer,
perangkat
pita
teknologi
kaset,
sebagai
24
penyimpan data, pesan, maupun informasi baik
audio, visual, maupun audiovisual.
Komponen komunikasi tidak akan berfungsi
dengan
baik
komunikasi
tanpa
yang
didukung
kondusif.
dengan
Oleh
situasi
karena
yang
diperlukan agar proses komunikasi informasi dapat
berlangsung secara efektif dan efisien. Artinya para
pelaku komunikasi akan dapat mengolah, mengirim,
dan menerima informasi serta meresponnya dengan
baik (tepat) jika komunikasi tersebut berlangsung
dalam situasi yang mendukung.
Teknologi
komunikasi
yang
melibatkan
perangkat komputer dan telepon genggam pada era
sekarang menjadi kebutuhan hampir sebagian besar
manusia. Harian TI, Nov 15th, 2013 menyatakan
pengguna internet di Indonesia saat ini mencapai 63
juta orang. Dari angka tersebut, 95 persennya
menggunakan internet untuk mengakses jejaring
sosial.
Dari
sekian
banyak
pengguna
internet
tersebut menurut majalah online tekno berusia pasa
kisaran 12 – 34 tahun sebanyak 64 persen (Harian
TI, Nov 15th, 2013)
Dengan
demikian
para
siswa
termasuk
dalam dominasi pengguna TIK. Tidak terkecuali
siswa
SMA.
Apalagi
beberapa
pembelajaran
25
menuntut keterlibatan perangkat tersebut untuk
mendukung
penguasaan
materi
tertentu.
Media
internet dan jejaring sosial lainnya turut memacu
minat para siswa untuk mengakses informasi lintas
wilayah dan waktu dengan biaya dan teknik yang
cukup terjangkau.
2.4 Penghasilan
Sumardi dan Evers (2002) menyatakan bahwa
“
penghasilan
adalah
seluruh
penerimaan
baik
berupa uang maupun barang, baik dari pihak lain
maupun dari hasil sendiri dengan jalan dinilai
sejumlah uang atas harga yang berlaku pada saat
itu,” dengan bahasa yang lain Hasman (2009)
menyatakan ,” tingkat penghasilan orang tua adalah
range penghasilan orang tua, berupa upah, bunga,
sewa dan laba, sebagai akibat dari jasa-jasanya atau
aktivitas produktif. Dari penghasilan, orang tua
dapat
memenuhi
kebutuhan
rumah
tangganya”
(Rustriyarso, 2012).
Dua pendapat di atas menunjukkan adanya
kesamaan tentang wujud penghasilan yaitu berupa
uang dan atau barang yang dapat diukur/dinilai
dengan uang dan merupakan hak atas usaha-usaha
produktifnya.
Secara
umum
penghasilan
dapat
26
diukur
keseluruhan
penerimaan
dalam
rentang
waktu hari, pekan, bulan, tahun atau rentang
lainnya.
Gilarso
(1992:
63)
berpendapat
bahwa
“Pendapatan keluarga adalah segala bentuk balas
karya yang diperoleh sebagai imbalan atau balas
jasa atas sumbangan seseorang terhadap proses
produksi”. Selain itu Slameto (2010: 63) berpendapat
“Keadaan
bahwa:
ekonomi
keluarga
hubungannya dengan belajar anak.
erat
Anak
yang
sedang belajar selain harus terpenuhi kebutuhan
pokoknya,
misalnya
perlindungan
makan,
kesehatan,
minum,
juga
pakaian,
membutuhkan
fasilitas belajar seperti ruang belajar, meja, kursi,
penerangan, alat tulis menulis, buku dan lainlain. Fasilitas belajar itu hanya dapat terpenuhi
jika
orang
tua
anak hidup
mempunyai
dalam
cukup
keluarga
uang.
yang
Jika
miskin,
kebutuhan pokok anak kurang terpenuhi sehingga
belajar
anak
terganggu.
Akibat yang
lain
anak
selalu dirundung kesedihan sehingga anak merasa
minder
dengan
temannya,
hal
ini
juga
pasti
akan mengganggu belajar anak”.
Berdasarkan
definisi
di
atas
dapat
disimpulkan bahwa pendapatan/penghasilan orang
27
tua adalah seluruh pendapatan yang diterima oleh
seseorang
baik
yang
berasal
dari
keterlibatan
langsung dalam proses produksi atau tidak,
yang
dapat diukur dengan uang dan digunakan untuk
memenuhi
kebutuhan
perseorangan
bersama
maupun
pada suatu keluarga dalam satu
bulan.
2.5 Mutu Pendidikan
Pendidikan
manusia
untuk
adalah
aktivitas
dan
usaha
meningkatkan kepribadiannya
dengan jalan membina potensi –potensi pribadinya,
yaitu rohani (pikir, karsa, rasa, cipta dan budi
nurani). Pendididkan juga berarti lembaga yang
bertanggungjawab menetapkan cita – cita (tujuan)
pendidikan, isi, sistem dan organisasi pendidikan .
Lembaga – lembaga ini meliputi keluarga, sekolah
dan masyarakat (Ihsan Fuad, 2005).
Mutu
ialah
suatu
kondisi
dinamik
yang
berhubungan dengan produk, tenaga kerja, proses
dan tugas serta lingkungan yang memenuhi atau
melebihi harapan pelanggan. Dengan perubahan
mutu
tersebut,
perubahan
diperlukan
keterampilan
peningkatan
tenaga
kerja,
atau
proses
produksi dan tugas, serta perubahan lingkungan
perusahaan
agar
produk
dapat
memenuhi
dan
28
melebihi harapan konsumen (Garvi dan Davis, dalam
Hadis dan Nurhayati, 2010:86).Dalam pandangan
Zamroni ( 2007:2 ) dikatakan bahwa peningkatan
mutu sekolah adalah suatu proses yang sistematis
yang terus menerus meningkatkan kualitas proses
belajar mengajar dan faktor-faktor yang berkaitan
dengan itu, dengan tujuan agar menjadi target
sekolah dapat dicapai dengan lebih efektif dan
efisien.
Merosotnya mutu pendidikan di Indonesia
secara umum dan mutu pendidikan tinggi secara
sfesifik
dilihat
disebabkan
dari
oleh
persfektif
buruknya
makro
sistem
dapat
pendidikan
nasional dan rendahnya sumber daya manusia
(Hadis dan Nurhayati, 2010:2). Pendidikan pada
dasarnya merupakan suatu usaha pengembangan
sumber daya manusia (SDM), walaupun usaha
pengembangan SDM tidak hanya dilakukan melalui
pendidikan khususnya pendidikan formal ( sekolah ).
Tetapi sampai detik ini, pendidikan masih dipandang
sebagai
sarana
pengembangan
dan
SDM
wahana
yang
utama
dilakukan
untuk
dengan
sistematis, programatis, dan berjenjang.
Adanya
perubahan
tentang
Peraturan
Pemerintah Nomor 19 Tahun Tahun 2005 tentang
29
Standar Nasional Pendidikan Adapun pengganti PP
19 Tahun 2005 tersebut adalah PP Nomor 32 Tahun
2013 yang diterbitkan pada tanggal 7 Mei 2013.
Adapun mengenai penjelasan dari PP Nomor 32
Tahun 2013 adalah sebagai berikut : Peningkatan
mutu dan daya saing sumberdaya manusia Indonesia
hasil pendidikan telah menjadi komitmen nasional.
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional
2010 – 2014: ”menyebutkan bahwa salah satu
substansi
inti
program
aksi
bidang
pendidikan
adalah penataan ulang kurikulum sekolah sehingga
dapat
mendorong
penciptaan
hasil
didik
yang
mampu menjawab kebutuhan sumberdaya manusia
untuk
mendukung
pertumbuhan
nasional
dan
daerah”. Dengan demikian pemantapan Standar
Nasional Pendidikan dan pengaturan kurikulum
secara utuh sangat penting dan mendesak dilakukan
untuk mencapai tujuan tersebut.
Standar Nasional Pendidikan, yang diatur
dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005
tentang
Standar
Nasional
diselaraskan
dengan
masyarakat,
lokal,
Pendidikan
dinamika
nasional,
perlu
perkembangan
dan
globalguna
mewujudkan fungsi dan tujuan pendidikan nasional.
Standar Kompetensi Lulusan, Standar Isi, Standar
30
Proses, dan Standar Penilaian; yang bersama-sama
membangun kurikulum pendidikan; penting dan
mendesak untuk disempurnakan. Selain itu, ide,
prinsip dan norma yang terkait dengan kurikulum
dirasakan
penting
untuk
dikembangkan
secara
komprehensif dan diatur secara utuh pada satu
bagian tersendiri.
2.5 Dimensi Layanan Pembelajaran
Proses pembelajaran yang berlangsung di
sekolah, termasuk komponennya, tidak terlepas dari
regulasi standar nasional pendidikan di atas. Dengan
demikian keterpenuhan delapan standar tersebut
akan berhubungan pada mutu proses pembalajaran.
Majid,(2011:11)
menyatakan
bahwa
pembelajaran adalah upaya untuk membelajarkan
siswa. Secara lebih rinci Permenpan & RB No. 16 Th.
2009 tentang Jabatan Fungsional Guru dan Angka
Kreditnya
menerangkan
bahwa
kegiatan
pembelajaran adalah kegiatan guru dalam menyusun
rencana pembelajaran, melaksanakan pembelajaran
yang
bermutu,
pembelajaran,
menilai
dan
menyusun
mengevaluasi
dan
hasil
melaksanakan
program perbaikan dan pengayaan terhadap peserta
didik.
31
Menguatkan adanya aktivitas yang terencana
dalam
pembelajaran
Darmadi
(2009:139)
menyatakan, ”Pembelajaran merupakan aktualisasi
kurikulum yang menuntut keaktifan guru dalam
menciptakan dan menumbuhkan kegiatan peserta
didik
sesuai
dengan
rencana
yang
telah
diprogramkan”. Pendapat ini menyiratkan bahwa
pembelajaran menjadi kunci terwujudnya layanan
pendidikan kepada siswa sebagai pelanggan utama.
Kurikulum yang telah disusun dengan berbagai
pertimbangan tidak akan bisa terlaksana tanpa
pembelajaran yang nyata.
Di dalam pembelajaran terjadi interaksi positif
antara guru, siswa, sarana, dan lingkungan yang
dikelola
dengan
Sebagaimana
strategi
Dunkin
dan
metode
tertentu.
dan
Biddle
(dalam
Majid,2011:111-112) mengemukakan bahwa proses
pembelajaran berada dalam empat variabel interaksi,
yaitu: 1) variabel pertanda berupa pendidik; 2)
variabel konteks; 3) variabel proses; dan 4) variabel
produk berupa perkembangan peserta didik baik
dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Ini
menunjukkan
bahwa
pembelajaran
merupakan
sebuah proses yang melibatkan berbagai komponen
untuk mewujudkan
perubahan perilaku sebagai
32
hasil pengalaman. Hal ini senada dengan pernyataan
Maples dan Webster,” pembelajaran bisa diajarkan
sebagai „sebuah proses yang dengannya perubahan
perilaku terjadi sebagai hasil dari pengalaman (dalam
Smith,2010:39). Menurut Tjiptono (2005:28) proses
didefinisikan sebagai serangkaian aktivitas yang
dilakukan secara berulang-ulang dan bersama-sama
untuk
mentransformasi
input
yang
disediakan
pemasok menjadi output yang diterima pelanggan.
Dalam pembelajaran aktivitas yang berulang dan
dilakukan bersama-sama tersebut melibatkan yaitu
guru, siswa, materi, metode, sarana, lingkungan, dan
tahapan.
Pengalaman intelektual dalam belajar oleh
Bloom diklasifikasikan menjadi tiga domain yaitu,
kognitif, psikomotor, dan afektif. Pembelajaran pada
domain kognitif mengandung enam tingkatan yakni
pengetahuan,
pemahaman,
aplikasi,
analisis,
sintesis, dan evaluasi(Smith,2010:24-25).
Dalam
pembalajaran
guru
dan
siswa
merupakan pelaku utama yang didukung dengan
tersedianya
sarana,
sumber
belajar,
lingkungan
belajar dan metode. Guru adalah kunci keberhasilah
pendidikan dan pengajaran. Tanpa pengajaran yang
baik,
pendidikan
tidak
akan
berhasil
33
(Asmani,2009:66).
pembelajaran
Dengan
dalam
demikian
keefektifan
mewujudkan
perubahan
perilaku/tujuan dalam kurikulum bergantung pada
kompetensi guru dalam melayani siswa dan kesiapan
serta
keterlibatan
siswa
secara
fisik
maupun
intelektual. Kompetensi guru sangat diperlukan agar
dapat
mewujudkan
perannya
dalam
proses
pembelajaran.
Berkait
dengan
kompetensi
Surachmad
menyarankan kecakapan dan pengetahuan dasar
yang harus dimiliki guru antara lain; (1) mengenal
peserta didik yang dipercayakan kepadanya, (2)
memiliki kecakapan memberi bimbingan, (3) memiliki
dasar
pengetahuan
yang
jelas
tentang
tujuan
pendidikan di Indonesia pada umumnya sesuai
dengan tahap-tahap pembangunan,
(4) memiliki
pengetahuan yang bulat dan baru mengenai ilmi
yang diajarkan(dalam Darmadi, 2009:38).
2.6 Penelitian yang Relevan
Penelitian yang relevan dengan penelitian ini
adalah penelitian yang dilakukan Haryadi (2008)
berjudul “Analisis Hubungan Pembelajaran dan Kualitas.
Pelayanan terhadap Kepuasan Mahasiswa dan. Loyalitas
Mahasiswa.” Dari analisis kepuasan dapat diketahui
34
aspek-aspek layanan yang perlu dan masih bisa
ditingkatkan;
Dari
tingkat
kepuasan
pelanggan
(mahasiswa jurusan manajemen UBM) total
menunjukan bahwa mayoritas pelanggan belum
merasa puas atas segala sesuatu yang
berhubungan dengan pembelajaran secara e –
learning. Dari analisis Gap terlihat bahwa
pelanggan (mahasiswa jurusan manajemen UBM)
memiliki harapan yang tinggi atas kinerja
perusahaan, hal ini berarti bahwa kinerja
perusahaan masih dapat ditingkatkan untuk
mencapai kepuasan pelanggan yang lebih tinggi
lagi. Gap terbesar terdapat faktor Dosen malas
menggunakan e-learning dalam proses belajar
mengajar (indikator 7), sehingga indikator ini
dinilai paling tidak sesuai dengan harapan
pelanggan (http://www.ubm.ac.id) .
Hasil
penelitian
menunjukkan
adanya
hubungan positif penghasilan orang tua terhadap
prestasi belajar siswa. Hubungan positif tersebut
menunjukkan adanya hubungan positif antarvariabel
penelitian.
Wicaksono
(2011)
dalam
penelitiannya
berjudul “Hubungan Penghasilan Orang Tua dan
Kebiasaan Belajar Terhadap hasil
Pelajaran
IPS
Kelas
VIII
di
Belajar Mata
SMP
Negeri
2
Sumberpucung Kabupaten Malang Tahun Pelajaran
2010/2011” menunjukkan simpulan bahwa “Secara
parsial hasil data yang diperoleh menunjukkan ada
35
hubungan yang signifikan antara penghasilan orang
tua
terhadap
hasil
belajar,”
(http://karya-
ilmiah.um.ac.id).
Nastuti dan Ariadi (2010) memperkuat dengan
pernyataan bahwa kondisi ekonomi pada umumnya
berhubungan positif terhadap hasil belajar siswa
(http://ejournal.umm.ac.id).
Kondisi
ekonomi
tersebut misalnya kemampuan orang tuan dalam
menyediakan biaya pendidikan bagi anaknya.
Hasil
penelitian
yang
dilakukan
oleh
Rahmawati, Genjik, Rustriyarso tahun 2013 yang
berjudul
“Hubungan
Penghasilan
Orang
Tua
terhadap Pendidikan Anak”, menyatakan terdapat
hubungan
penghasilan
orang
tua
terhadap
pendidikan anak pada masyarakat nelayan di Desa
Penjajap Kecamatan Pemangkat
Senada dengan simpulan di atas
Nurisqi
(2012) dalam penelitiannya “Hubungan Penghasilan
Orang Tua, Uang Saku, dan Minat Belajar terhadap
Pengetahuan Dasar Ekonomi (Economic Literacy)
(Studi Kasus pada Siswa Kelas X Reguler SMA Negeri
1 Malang).” menyatakan bahwa “Ada hubungan
positif dan signifikan ketika penghasilan orang tua,
uang saku, dan minat belajar tinggi mengakibatkan
pengetahuan dasar ekonomi (economic literacy) siswa
36
kelas X reguler SMA Negeri 1 Malang juga tinggi atau
menerima Ha dan menolak Ho”.
Penelitian-penelitian di atas tidak ada yang
mengukur
hubungan
kepuasan
siswa
tingkat
penghasilan orang tuanya. Penelitian ini bermaksud
mengetahui
hubungan
penghasilan
orang
tua,
prestasi, belajar, dan kesempatan mengakses TIK
terhadap kepuasan siswa atas layanan pembelajaran
yang diterimanya.
2.7
Hipotesis Penelitian
Berdasar kajian teori di atas hipotesis
penelitian ini adalah
1. Ada hubungan yang signifikan antara
prestasi belajar siswa dengan tingkat
kepuasan siswa dalam pembelajaran di
SMAN I Pringsurat,
2.
Ada hubungan yang signifikan antara
penggunaan TIK dengan tingkat kepuasan
siswa dalam pembelajaran di SMAN I
Pringsurat,
3. Ada hubungan yang signifikan antara
prestasi belajar, penggunaan TIK, dan
penghasilan orang tua secara simultan
dengan tingkat kepuasan siswa dalam
pembelajaran di SMAN I Pringsurat.
37
38
LANDASAN TEORI
2.1 Dimensi Kepuasan Pelanggan
Ratminto & Winarsih (2013:28) berpendapat
bahwa
ukuran
keberhasilan
penyelenggaraan
pelayanan/jasa ditentukan oleh tingkat kepuasan
penerima
kepuasan
pelayanan.
Dengan
pelanggan
demikian
merupakan
derajat
tingkat
keterpenuhan harapan pelanggan yang diperoleh dari
penyedia
layanan.
Ini
berarti
bahwa
semakin
terpenuhi harapan siswa dalam menerima layanan
pembelajaran semakin tinggi kepuasn siswa atas
layanan pembelajaran. Semakin tinggi harapan siswa
semakin tinggi pula usaha yang harus dilakukan
sekolah dalam memenuhi kepuasan siswa.
Menurut
teori
consumer
behavior
(Naomi,2013), kepuasan lebih banyak didefinisikan
dari
perspektif
pengalaman
konsumen
setelah
mengkonsumsi atau menggunakan suatu produk
atau jasa. Salah satu definisi menyatakan bahwa
kepuasan sebagai persepsi terhadap produk atau
jasa yang telah memenuhi harapannya. Karena itu,
pelanggan
tidak
akan
puas,
apabila
pelanggan
mempunyai persepsi bahwa harapannya belum ter-
13
penuhi.
Pelanggan
akan
merasa
puas
jika
persepsinya sama atau lebih dari yang diharapkan.
Pendapat yang sama dikemukakann oleh Supranto
(2012:233) ,”tingkat kepuasan merupakan fungsi dari
perbedaan antara kinerja yang dirasaakan dengan
harapan.”
Jadi
jika
dikaitkan
dengan
layanan
pembelajaran kepuasan merupakan perasaan senang
atau
kecewa
siswa
yang
muncul
akibat
kesenjangan/gap antara harapan dengan kenyataan
pembelajaran yang dirasakan.
Ditinjau dari sisi mutu pembelajaran sebagai
proses pemberian layanan, indikator kinerja guru
sebagaimana termaktub dalam Permenpan & RB
tersebut merupakan komponen mutu yang telah
distandarkan (quality in fact) dan sekaligus menjadi
kewajiban
guru
pembelajaran
dalam
kepada
memberikan
pelanggan/siswa.
layanan
Dengan
demikian mutu pembelajaran dapat diukur dari
pemenuhan
indikator
kegiatan
guru
dalam
pembalajaran dan kadar kepuasan pelanggan yaitu
seberapa
puas
siswa
sebagai
pelanggan
utama
menerima layanan pembelajarn guru.
Dalam konteks pembelajaran kepuasan siswa
sebagai pelanggan utama ditentukan oleh kesesuaian
antara layanan yang diharapkan dengan layanan
14
yang
diterimanya.
Bila
siswa
memiliki
persepsi
bahwa layanan pembelajaran yang diterima sesuai
atau melampaui harapannya siswa akan merasa
puas atau sangat puas. Sebaliknya jika layanan
pembelajaran
yang
sesuai
dibawah
atau
diterima
dipersepsikan
harapannya
berarti
tidak
siswa
tersebut tidak puas atau sangat tidak puas. Ini juga
berarti bahwa layanan pembalajaran yang diberikan
guru
tidak
memuaskan
atau
sangat
tidak
memuaskan.
Untuk dapat memenuhi harapan pelanggan
Tjiptono (2005:128) memberikan tiga kunci dalam
memberikan layanan pelanggan yang unggul yaitu,
(1)
kemampuan
memahami
kebutuhan
dan
keinginan pelanggan termasuk tipe-tipe pelanggan,
(2)
pengembangan
database
yang
lebih
akurat
mencakup data kebutuhan dan keinginan setiap
segmen
pelanggan
dan
perubahan
kondisi
persaingan, dan (3) pemanfaatan informasi-informasi
yang diperoleh melalui riset dalam suatu kerangka
strategik.
Guru sebagai komponen penyedia dan pelaku
layanan pembelajaran harus memiliki kemampuan
memahami karakteristik siswa, kebutuhan siswa,
kemampuan siswa, termasuk gaya dan kemampuan
15
belajarnya. Dengan data dan informasi yang lengkap
tentang siswa guru akan mampu memberi layanan
secara
efektif
sesuai
harapan
siswa.
Dengan
demikian siswa akan merasa puas menerima layanan
pembelajaran tersebut.
Berkait gagasan di atas
Gojali &
Umiarso
(2011:256) menguatkan bahwa dalam menentukan
keberhasilan
suatu
strategi
pembelajaran
faktor
karakteristik siswa juga merupakan hal penting yang
harus diperhataikan dan dijadikan pertimbangan
oleh pendidik. Oleh karenanya, strategi pembelajaran
yang
dilakukan
oleh
pendidik
adalah
dengan
memperhatikan kecenderungan cara berpikir siswa
dalam pembelajaran.
Ini
perencanaan
membawa
dan
memperhatikan
implikasi
praktik
pentingnya
pembelajaran
karakteristik,
kondisi
dengan
fisik,
dan
psikologis siswa yang terjadi pada saat pembelajaran
berlangsung.
Guru
harus
memiliki
kemampuan
memahami karakter dan kondisi siswanya agar
pembelajaran yang dilaksanakan bisa efektif dan
bermakna.
Sebagai layanan jasa pembelajaran memiliki
empat
karakteristik
,
yaitu
1)
intangibility;
2)
16
inseparability; 3) variability; dan
4) Perishability
(Tjiptono, 2011; Gojali, 2012).
1.
Intagibility
Jasa merupakan sesuatu yang nirraga namun
tidak
nirrasa.
Artinya
jasa
tidak
ragawi/kebendaan yang bisa disentuh
bersifat
namun bisa
dirasakan melalui persepsi penggunanya. Di samping
itu jasa tidak bisa dimiliki sebelum dibeli serta tidak
mudah
didefinisikan,
sebelum
dirumuskan,
dirasakan.
pelaksanaannya
Meski
sebagian
dan
dinilai
demikian
besar
dalam
layanan
jasa
memerlukan dukungan yang berujud fisik sebagai
sarana
penunjangnya.
Demikian
juga
dengan
layanan jasa pembelajaran. Di era sekarang ini tidak
mungkin pembelajaran melepaskan diri dari sarana
prasarana dan media, termasuk keberadaan fisik
guru. Hal yang bersifat kebendaan itu meski bukan
esensi dari jasa pembelajaran namun kehadirannya
sangat
berhubungan
menurut
standar
pada
maupun
kualitas
jasa
menurut
baik
persepsi
pelanggannya.
2.
Inseparability
Layanan
dipisahkan
jasa
dari
pembelajaran
komponen
tidak
bisa
pendukungnya.
Pembelajaran dapat diikuti dan dirasakan secara
17
simultan yang melibatkan interaksi antarkomponen.
Pembelajaran
tidak
bisa
dipisahkan
dengan
pendidikan. Pendidikan tidak bisa terlepas dari
lembaga
pendidikan
sebagai
wadahnya.
Dengan
demikian pembelian jasa layanan pembelajaran juga
tidak dapat dilakukan tanpa melibatkan pendidikan
dan lembaga pendidikan.
3.
Variability
Jasa pembelajaran adalah kejadian/layanan
sesaat. Artinya proses pembelajaran itu tidak bisa
berulang dengan kondisi yang sama pada waktu dan
situasi
yang
pembelajaran
berbeda.
ditentukan
Proses
oleh
maupun
siapa,
hasil
kapan,
bagaimana, dan dalam situasi apa berlangsung.
Untuk mengantisipasi ketidakstabilan ini sekolah
perlu merumuskan standar-standar komponen yang
berhubungan dalam pembelajaran.
4.
Perishability
Jasa
pembelajaran
merupakan
jasa
yang
mudah musnah. Jasa ini tidak dapat disimpan
dalam kurun waktu tertentu. Oleh karena itu jika
jasa
pembelajaran
berkelanjutan
tidak
dalam
mengalami kendala.
dilaksanakan
secara
pelaksanaannya
akan
Fluktuasi permintaan layanan
18
pembelajaran akan
menyulitkan persiapan yang
harus dilakukan.
Sebagai
layanan
melibatkan
lima
dimensi
diutarakan
Zeithaml,
jasa
pembelajaran
layanan
sebagaimana
Parasuraman,
dan
Berry
(dalam Supranto, 2011:13; Tjiptono, 2005:14; Gojali,
2011:129).
Dimensi
tersebut
adalah
tangibles,
reliability, responsiveness, assurance, dan emphaty.
1.
2.
3.
4.
Tangibles
Yaitu meliputi fasilitas fisik, tata ruang kelas,
perabot,
perlengkapan,
guru
meliputi
penampilan fisik dan tata pakaian, dan sarana
maupun media pembelajaran.
Reliability
Yaitu kemampuan memberikan pelayanan
yang dijanjikan dengan segera atau cepat,
akurat dan memuaskan. Misalnya, mata
pelajaran yang benar-benar sesuai dengan
kebutuhan, pembelajaran sesuai jadwal,
proses pembelajaran yang akurat, penilaian
yang objektif, bimbingan dan penyuluhan,
serta aktivitas lain yang semuanya untuk
memperlancar proses pembelajaran
Responsivness
Yaitu kemampuan/kesediaan guru untuk
membantu para peserta didik dan memberikan
pelayanan cepat tangap. Misalnya guru
pembimbing mudah ditemui untuk konsultasi.
Proses
pembelajaran
interaktif
sehingga
memungkinkan
peserta
didik
lebih
memperluas
wawasan
berpikir
dan
kreativitasnya,
tanggapan
positif
guru
terhadap masalah yang muncul dalam
pembelajaran, informasi pembelajaran mudah
diakses.
Assurance
Yaitu mencakup pengetahuan, kompetensi,
kualifikasi pendidikan , kesopanan, respek
19
terhadap peserta didik,serta memiliki sifat
dapat dipercaya, bebas dari bahaya dan
keragu-raguan.
Empathy
Yaitu
kemudahan
dalam
melakukan
hubungan,
komunikasi
dengan
baik,
perhatian pribadi, dan memahami kebutuhan
peserta didiknya. Misalnya guru mengenali
dan memahami kondisi siswanya yang
mengikuti proses pembelajaran, guru bisa
benar-benar
berperan
sesuai
fungsinya,
perhatian yang tulus diberikan kepada para
siswanya berupa kemudahan mendapatkan
pelayanan, keramahan, komunikasi, serta
kemampuan memahami kebutuhan siswa.
5.
2.2
Prestasi Belajar
Harahap
merupakan
menyatakan
penilaian
bahawa
prestasi
pendidikan
tentang
perkembangan dan kemajuan murid berkait dengan
penguasaan bahan ajar yang telah disajikan sesuai
isi kurikulum. Tersirat dalam pernyataan tersebut
bahwa
prestasi
dapat
diketahui
melalui
proses
penilaian yang sebelumnya dilakukan pembelajaran
sesuai kurikulum yang berlaku (dalam Djamarah,
2012:21).
Selanjutnya
Djamarah
(2012:23)
memberi
batasan tentang prestasi belajar sebagai hasil yang
diperoleh
berupa
kesan
yang
mengakibatkan
perubahan perilaku atas aktivitas belajar yang telah
dilakukan. Kesan dan perilaku sabagai prestasi
belajar adalah yang merupakan dampak langsung
20
dari proses pembelajaran yang melibatkan berbagai
komponen.
Pendapat
senada
diungkapkan
Haryani
(2012:22) yaitu hasil belajar merupakan hasil yang
diperoleh pembelajaran setelah dilaksanakan proses
pembelajaran.
Secara singkat dapat disimpulkan bahwa
prestasi
belajar
pembelajaran.
merupakan
Hasil
tersebut
hasil
dari
berupa
proses
perubahan
perilaku sebagai akumulasi aaspek afektif, kognitif,
dan psikomotor. Pretasi tersebut dapat diketahui
berdasarkan
tujuan
pembelajaran
yang
telah
ditetapkan dalam rencana pelaksanaan pembelajaran
(RPP).
Dalam
tujuan
Kurikulum
ditentukan
minimal
(KKM).
berdasarkan
intake
indikator
dengan
KKM
ketercapaian
kriteria
tersebut
(kemampuan
ketuntasan
ditentukan
awal
siswa),
kompleksitas mata pelajaran, dan daya dukung yang
tersedia baik sarana prasana maupun kemampuan
guru mata pelajaran. Ketiga komponen tersebut
diberi
skor
kemudian
dirata-rata.
Hasil
rerata
tersebut menjadi kriteria ketuntasan minimal untuk
mata pelajaran tertentu.
21
Sebagaimana
taksonomi
Bloom
prestasi
belajar mencakup ranah pengetahuan, sikap, dan
keterampilan.
Prestasi belajar dapat diketahui
dengan evaluasi. Sedang evaluasi sendiri memiliki
berbagai teknik dan instrumen untuk mengukur
prestasi belajar. Teknik tersebut misalnya tes dan
nontes. Teknik tes dapat berupa tes tertulis, lisan,
penugasan, unjuk kerja, dan sebagainya.
Apapun
teknik
yang
digunakan
dalam
mengukur prestasi belajar siswa harus berpedoman
pada kompetensi yang akan diukur. Kompetensi
tersebut diterjemahkan ke dalam kisi-kisi yang akan
menjadi pedoman penyusunan instrumen soal dan
pedoman penilaiannya.
Dengan demikian prestasi belajar merupakan
angka
dan
kemampuan
atau
predikat
siswa
yang
dalam
menunjukkan
mencapai
tujuan
pembelajaran yang telah ditentukan dalam RPP.
Berdasarkan KKM prestasi siswa dapat dibedakan
menjadi tuntas dan tidak tuntas. Tuntas berarti hasil
belajar seorang siswa telah mencapai atau melebihi
KKM yang ditetapkan. Tidak tuntas berarti seorang
siswa
mencapai
ditentukan.
nilai
Dalam
di
bawah
Kurikulum
KKM
yang
Tingkat
Satuan
22
Pendidikan (KTSP) tidak ada pemeringkatan hasil
belajar antarsiswa.
Dalam penelitian ini prestasi belajar sebagai
variabel penelitian adalah hasil belajar siswa pada
jenjang sekolah sebelumnya yaitu SMP atau MTs
terutama berupa nilai Ujian Nasional dan prestasi
lain yang dipandang memiliki hubungan terhadap
tingkat kepuasan pembelajaran.
2.3 Penggunaan Teknologi Informasi
Komunikaasi bagi Siswa
Susanto (2002) berpendapat bahwa Teknologi
Informasi dan Komunikasi
adalah sebuah media
atau alat bantu yang digunakan untuk transfer data
baik itu untuk memperoleh suatu data / informasi
maupun memberikan informasi kepada orang lain
serta dapat digunakan untuk alat berkomunikasi
baik satu arah ataupun dua arah.
Senada dengan itu Deeson (2006) Teknologi
informasi
dan
Komunikasi
adalah
kebutuhan
manusia didalam mengambil dan memindahkan ,
mengolah dan memproses informasi dalam konteks
sosial
yang
menguntungkan
diri
sendiri
dan
masyarakat secara keseluruhan.
Mencermati batasan-batasan yang dijelaskan
sebelumnya dapat diambil pengertian secara umum
23
bahwa
teknologi
informasi
dan
komunikasi
merupakan segala bentuk perangkat lunak maupun
keras yang mendukung terjadinya penyimpanan,
penyebarluasan,
dan
penerimaan
informasi.
Perangkat tersebut dapat berupa alat-alat serta
program
yang
pengkomunikasian
meyebabkan
informasi
dapat
proses
berlangsung
dengan baik.
Komunikasi akan berlangsung dengan baik
jika didukung beberapa komponen. Diantaranya
adalah pelaku, alat, program, materi/informasi, serta
situasi yang melingkupi. Pelaku komunikasi adalah
orang baik individu maupun kelompok sebagai
pengolah dan pengirim informasi serta yang berperan
sebagai penerima dan perespon informasi.
Alat komunikasi berkaitan dengan benda
hasil teknologi seperti perangkat komputer, radio,
tape
recorder,
televisi,
telepon,
dan
perangkat
pendukung alat-alat lain. Perangkat komunikasi
adalah perangkat keras (hardware) yang dalam
pengoperasiannya membutuhkan adanya perangkat
lunak (software). Perangkat tersebut dapat berupa
program-program
VCD,
DVD,
dan
aplikasi
komputer,
perangkat
pita
teknologi
kaset,
sebagai
24
penyimpan data, pesan, maupun informasi baik
audio, visual, maupun audiovisual.
Komponen komunikasi tidak akan berfungsi
dengan
baik
komunikasi
tanpa
yang
didukung
kondusif.
dengan
Oleh
situasi
karena
yang
diperlukan agar proses komunikasi informasi dapat
berlangsung secara efektif dan efisien. Artinya para
pelaku komunikasi akan dapat mengolah, mengirim,
dan menerima informasi serta meresponnya dengan
baik (tepat) jika komunikasi tersebut berlangsung
dalam situasi yang mendukung.
Teknologi
komunikasi
yang
melibatkan
perangkat komputer dan telepon genggam pada era
sekarang menjadi kebutuhan hampir sebagian besar
manusia. Harian TI, Nov 15th, 2013 menyatakan
pengguna internet di Indonesia saat ini mencapai 63
juta orang. Dari angka tersebut, 95 persennya
menggunakan internet untuk mengakses jejaring
sosial.
Dari
sekian
banyak
pengguna
internet
tersebut menurut majalah online tekno berusia pasa
kisaran 12 – 34 tahun sebanyak 64 persen (Harian
TI, Nov 15th, 2013)
Dengan
demikian
para
siswa
termasuk
dalam dominasi pengguna TIK. Tidak terkecuali
siswa
SMA.
Apalagi
beberapa
pembelajaran
25
menuntut keterlibatan perangkat tersebut untuk
mendukung
penguasaan
materi
tertentu.
Media
internet dan jejaring sosial lainnya turut memacu
minat para siswa untuk mengakses informasi lintas
wilayah dan waktu dengan biaya dan teknik yang
cukup terjangkau.
2.4 Penghasilan
Sumardi dan Evers (2002) menyatakan bahwa
“
penghasilan
adalah
seluruh
penerimaan
baik
berupa uang maupun barang, baik dari pihak lain
maupun dari hasil sendiri dengan jalan dinilai
sejumlah uang atas harga yang berlaku pada saat
itu,” dengan bahasa yang lain Hasman (2009)
menyatakan ,” tingkat penghasilan orang tua adalah
range penghasilan orang tua, berupa upah, bunga,
sewa dan laba, sebagai akibat dari jasa-jasanya atau
aktivitas produktif. Dari penghasilan, orang tua
dapat
memenuhi
kebutuhan
rumah
tangganya”
(Rustriyarso, 2012).
Dua pendapat di atas menunjukkan adanya
kesamaan tentang wujud penghasilan yaitu berupa
uang dan atau barang yang dapat diukur/dinilai
dengan uang dan merupakan hak atas usaha-usaha
produktifnya.
Secara
umum
penghasilan
dapat
26
diukur
keseluruhan
penerimaan
dalam
rentang
waktu hari, pekan, bulan, tahun atau rentang
lainnya.
Gilarso
(1992:
63)
berpendapat
bahwa
“Pendapatan keluarga adalah segala bentuk balas
karya yang diperoleh sebagai imbalan atau balas
jasa atas sumbangan seseorang terhadap proses
produksi”. Selain itu Slameto (2010: 63) berpendapat
“Keadaan
bahwa:
ekonomi
keluarga
hubungannya dengan belajar anak.
erat
Anak
yang
sedang belajar selain harus terpenuhi kebutuhan
pokoknya,
misalnya
perlindungan
makan,
kesehatan,
minum,
juga
pakaian,
membutuhkan
fasilitas belajar seperti ruang belajar, meja, kursi,
penerangan, alat tulis menulis, buku dan lainlain. Fasilitas belajar itu hanya dapat terpenuhi
jika
orang
tua
anak hidup
mempunyai
dalam
cukup
keluarga
uang.
yang
Jika
miskin,
kebutuhan pokok anak kurang terpenuhi sehingga
belajar
anak
terganggu.
Akibat yang
lain
anak
selalu dirundung kesedihan sehingga anak merasa
minder
dengan
temannya,
hal
ini
juga
pasti
akan mengganggu belajar anak”.
Berdasarkan
definisi
di
atas
dapat
disimpulkan bahwa pendapatan/penghasilan orang
27
tua adalah seluruh pendapatan yang diterima oleh
seseorang
baik
yang
berasal
dari
keterlibatan
langsung dalam proses produksi atau tidak,
yang
dapat diukur dengan uang dan digunakan untuk
memenuhi
kebutuhan
perseorangan
bersama
maupun
pada suatu keluarga dalam satu
bulan.
2.5 Mutu Pendidikan
Pendidikan
manusia
untuk
adalah
aktivitas
dan
usaha
meningkatkan kepribadiannya
dengan jalan membina potensi –potensi pribadinya,
yaitu rohani (pikir, karsa, rasa, cipta dan budi
nurani). Pendididkan juga berarti lembaga yang
bertanggungjawab menetapkan cita – cita (tujuan)
pendidikan, isi, sistem dan organisasi pendidikan .
Lembaga – lembaga ini meliputi keluarga, sekolah
dan masyarakat (Ihsan Fuad, 2005).
Mutu
ialah
suatu
kondisi
dinamik
yang
berhubungan dengan produk, tenaga kerja, proses
dan tugas serta lingkungan yang memenuhi atau
melebihi harapan pelanggan. Dengan perubahan
mutu
tersebut,
perubahan
diperlukan
keterampilan
peningkatan
tenaga
kerja,
atau
proses
produksi dan tugas, serta perubahan lingkungan
perusahaan
agar
produk
dapat
memenuhi
dan
28
melebihi harapan konsumen (Garvi dan Davis, dalam
Hadis dan Nurhayati, 2010:86).Dalam pandangan
Zamroni ( 2007:2 ) dikatakan bahwa peningkatan
mutu sekolah adalah suatu proses yang sistematis
yang terus menerus meningkatkan kualitas proses
belajar mengajar dan faktor-faktor yang berkaitan
dengan itu, dengan tujuan agar menjadi target
sekolah dapat dicapai dengan lebih efektif dan
efisien.
Merosotnya mutu pendidikan di Indonesia
secara umum dan mutu pendidikan tinggi secara
sfesifik
dilihat
disebabkan
dari
oleh
persfektif
buruknya
makro
sistem
dapat
pendidikan
nasional dan rendahnya sumber daya manusia
(Hadis dan Nurhayati, 2010:2). Pendidikan pada
dasarnya merupakan suatu usaha pengembangan
sumber daya manusia (SDM), walaupun usaha
pengembangan SDM tidak hanya dilakukan melalui
pendidikan khususnya pendidikan formal ( sekolah ).
Tetapi sampai detik ini, pendidikan masih dipandang
sebagai
sarana
pengembangan
dan
SDM
wahana
yang
utama
dilakukan
untuk
dengan
sistematis, programatis, dan berjenjang.
Adanya
perubahan
tentang
Peraturan
Pemerintah Nomor 19 Tahun Tahun 2005 tentang
29
Standar Nasional Pendidikan Adapun pengganti PP
19 Tahun 2005 tersebut adalah PP Nomor 32 Tahun
2013 yang diterbitkan pada tanggal 7 Mei 2013.
Adapun mengenai penjelasan dari PP Nomor 32
Tahun 2013 adalah sebagai berikut : Peningkatan
mutu dan daya saing sumberdaya manusia Indonesia
hasil pendidikan telah menjadi komitmen nasional.
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional
2010 – 2014: ”menyebutkan bahwa salah satu
substansi
inti
program
aksi
bidang
pendidikan
adalah penataan ulang kurikulum sekolah sehingga
dapat
mendorong
penciptaan
hasil
didik
yang
mampu menjawab kebutuhan sumberdaya manusia
untuk
mendukung
pertumbuhan
nasional
dan
daerah”. Dengan demikian pemantapan Standar
Nasional Pendidikan dan pengaturan kurikulum
secara utuh sangat penting dan mendesak dilakukan
untuk mencapai tujuan tersebut.
Standar Nasional Pendidikan, yang diatur
dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005
tentang
Standar
Nasional
diselaraskan
dengan
masyarakat,
lokal,
Pendidikan
dinamika
nasional,
perlu
perkembangan
dan
globalguna
mewujudkan fungsi dan tujuan pendidikan nasional.
Standar Kompetensi Lulusan, Standar Isi, Standar
30
Proses, dan Standar Penilaian; yang bersama-sama
membangun kurikulum pendidikan; penting dan
mendesak untuk disempurnakan. Selain itu, ide,
prinsip dan norma yang terkait dengan kurikulum
dirasakan
penting
untuk
dikembangkan
secara
komprehensif dan diatur secara utuh pada satu
bagian tersendiri.
2.5 Dimensi Layanan Pembelajaran
Proses pembelajaran yang berlangsung di
sekolah, termasuk komponennya, tidak terlepas dari
regulasi standar nasional pendidikan di atas. Dengan
demikian keterpenuhan delapan standar tersebut
akan berhubungan pada mutu proses pembalajaran.
Majid,(2011:11)
menyatakan
bahwa
pembelajaran adalah upaya untuk membelajarkan
siswa. Secara lebih rinci Permenpan & RB No. 16 Th.
2009 tentang Jabatan Fungsional Guru dan Angka
Kreditnya
menerangkan
bahwa
kegiatan
pembelajaran adalah kegiatan guru dalam menyusun
rencana pembelajaran, melaksanakan pembelajaran
yang
bermutu,
pembelajaran,
menilai
dan
menyusun
mengevaluasi
dan
hasil
melaksanakan
program perbaikan dan pengayaan terhadap peserta
didik.
31
Menguatkan adanya aktivitas yang terencana
dalam
pembelajaran
Darmadi
(2009:139)
menyatakan, ”Pembelajaran merupakan aktualisasi
kurikulum yang menuntut keaktifan guru dalam
menciptakan dan menumbuhkan kegiatan peserta
didik
sesuai
dengan
rencana
yang
telah
diprogramkan”. Pendapat ini menyiratkan bahwa
pembelajaran menjadi kunci terwujudnya layanan
pendidikan kepada siswa sebagai pelanggan utama.
Kurikulum yang telah disusun dengan berbagai
pertimbangan tidak akan bisa terlaksana tanpa
pembelajaran yang nyata.
Di dalam pembelajaran terjadi interaksi positif
antara guru, siswa, sarana, dan lingkungan yang
dikelola
dengan
Sebagaimana
strategi
Dunkin
dan
metode
tertentu.
dan
Biddle
(dalam
Majid,2011:111-112) mengemukakan bahwa proses
pembelajaran berada dalam empat variabel interaksi,
yaitu: 1) variabel pertanda berupa pendidik; 2)
variabel konteks; 3) variabel proses; dan 4) variabel
produk berupa perkembangan peserta didik baik
dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Ini
menunjukkan
bahwa
pembelajaran
merupakan
sebuah proses yang melibatkan berbagai komponen
untuk mewujudkan
perubahan perilaku sebagai
32
hasil pengalaman. Hal ini senada dengan pernyataan
Maples dan Webster,” pembelajaran bisa diajarkan
sebagai „sebuah proses yang dengannya perubahan
perilaku terjadi sebagai hasil dari pengalaman (dalam
Smith,2010:39). Menurut Tjiptono (2005:28) proses
didefinisikan sebagai serangkaian aktivitas yang
dilakukan secara berulang-ulang dan bersama-sama
untuk
mentransformasi
input
yang
disediakan
pemasok menjadi output yang diterima pelanggan.
Dalam pembelajaran aktivitas yang berulang dan
dilakukan bersama-sama tersebut melibatkan yaitu
guru, siswa, materi, metode, sarana, lingkungan, dan
tahapan.
Pengalaman intelektual dalam belajar oleh
Bloom diklasifikasikan menjadi tiga domain yaitu,
kognitif, psikomotor, dan afektif. Pembelajaran pada
domain kognitif mengandung enam tingkatan yakni
pengetahuan,
pemahaman,
aplikasi,
analisis,
sintesis, dan evaluasi(Smith,2010:24-25).
Dalam
pembalajaran
guru
dan
siswa
merupakan pelaku utama yang didukung dengan
tersedianya
sarana,
sumber
belajar,
lingkungan
belajar dan metode. Guru adalah kunci keberhasilah
pendidikan dan pengajaran. Tanpa pengajaran yang
baik,
pendidikan
tidak
akan
berhasil
33
(Asmani,2009:66).
pembelajaran
Dengan
dalam
demikian
keefektifan
mewujudkan
perubahan
perilaku/tujuan dalam kurikulum bergantung pada
kompetensi guru dalam melayani siswa dan kesiapan
serta
keterlibatan
siswa
secara
fisik
maupun
intelektual. Kompetensi guru sangat diperlukan agar
dapat
mewujudkan
perannya
dalam
proses
pembelajaran.
Berkait
dengan
kompetensi
Surachmad
menyarankan kecakapan dan pengetahuan dasar
yang harus dimiliki guru antara lain; (1) mengenal
peserta didik yang dipercayakan kepadanya, (2)
memiliki kecakapan memberi bimbingan, (3) memiliki
dasar
pengetahuan
yang
jelas
tentang
tujuan
pendidikan di Indonesia pada umumnya sesuai
dengan tahap-tahap pembangunan,
(4) memiliki
pengetahuan yang bulat dan baru mengenai ilmi
yang diajarkan(dalam Darmadi, 2009:38).
2.6 Penelitian yang Relevan
Penelitian yang relevan dengan penelitian ini
adalah penelitian yang dilakukan Haryadi (2008)
berjudul “Analisis Hubungan Pembelajaran dan Kualitas.
Pelayanan terhadap Kepuasan Mahasiswa dan. Loyalitas
Mahasiswa.” Dari analisis kepuasan dapat diketahui
34
aspek-aspek layanan yang perlu dan masih bisa
ditingkatkan;
Dari
tingkat
kepuasan
pelanggan
(mahasiswa jurusan manajemen UBM) total
menunjukan bahwa mayoritas pelanggan belum
merasa puas atas segala sesuatu yang
berhubungan dengan pembelajaran secara e –
learning. Dari analisis Gap terlihat bahwa
pelanggan (mahasiswa jurusan manajemen UBM)
memiliki harapan yang tinggi atas kinerja
perusahaan, hal ini berarti bahwa kinerja
perusahaan masih dapat ditingkatkan untuk
mencapai kepuasan pelanggan yang lebih tinggi
lagi. Gap terbesar terdapat faktor Dosen malas
menggunakan e-learning dalam proses belajar
mengajar (indikator 7), sehingga indikator ini
dinilai paling tidak sesuai dengan harapan
pelanggan (http://www.ubm.ac.id) .
Hasil
penelitian
menunjukkan
adanya
hubungan positif penghasilan orang tua terhadap
prestasi belajar siswa. Hubungan positif tersebut
menunjukkan adanya hubungan positif antarvariabel
penelitian.
Wicaksono
(2011)
dalam
penelitiannya
berjudul “Hubungan Penghasilan Orang Tua dan
Kebiasaan Belajar Terhadap hasil
Pelajaran
IPS
Kelas
VIII
di
Belajar Mata
SMP
Negeri
2
Sumberpucung Kabupaten Malang Tahun Pelajaran
2010/2011” menunjukkan simpulan bahwa “Secara
parsial hasil data yang diperoleh menunjukkan ada
35
hubungan yang signifikan antara penghasilan orang
tua
terhadap
hasil
belajar,”
(http://karya-
ilmiah.um.ac.id).
Nastuti dan Ariadi (2010) memperkuat dengan
pernyataan bahwa kondisi ekonomi pada umumnya
berhubungan positif terhadap hasil belajar siswa
(http://ejournal.umm.ac.id).
Kondisi
ekonomi
tersebut misalnya kemampuan orang tuan dalam
menyediakan biaya pendidikan bagi anaknya.
Hasil
penelitian
yang
dilakukan
oleh
Rahmawati, Genjik, Rustriyarso tahun 2013 yang
berjudul
“Hubungan
Penghasilan
Orang
Tua
terhadap Pendidikan Anak”, menyatakan terdapat
hubungan
penghasilan
orang
tua
terhadap
pendidikan anak pada masyarakat nelayan di Desa
Penjajap Kecamatan Pemangkat
Senada dengan simpulan di atas
Nurisqi
(2012) dalam penelitiannya “Hubungan Penghasilan
Orang Tua, Uang Saku, dan Minat Belajar terhadap
Pengetahuan Dasar Ekonomi (Economic Literacy)
(Studi Kasus pada Siswa Kelas X Reguler SMA Negeri
1 Malang).” menyatakan bahwa “Ada hubungan
positif dan signifikan ketika penghasilan orang tua,
uang saku, dan minat belajar tinggi mengakibatkan
pengetahuan dasar ekonomi (economic literacy) siswa
36
kelas X reguler SMA Negeri 1 Malang juga tinggi atau
menerima Ha dan menolak Ho”.
Penelitian-penelitian di atas tidak ada yang
mengukur
hubungan
kepuasan
siswa
tingkat
penghasilan orang tuanya. Penelitian ini bermaksud
mengetahui
hubungan
penghasilan
orang
tua,
prestasi, belajar, dan kesempatan mengakses TIK
terhadap kepuasan siswa atas layanan pembelajaran
yang diterimanya.
2.7
Hipotesis Penelitian
Berdasar kajian teori di atas hipotesis
penelitian ini adalah
1. Ada hubungan yang signifikan antara
prestasi belajar siswa dengan tingkat
kepuasan siswa dalam pembelajaran di
SMAN I Pringsurat,
2.
Ada hubungan yang signifikan antara
penggunaan TIK dengan tingkat kepuasan
siswa dalam pembelajaran di SMAN I
Pringsurat,
3. Ada hubungan yang signifikan antara
prestasi belajar, penggunaan TIK, dan
penghasilan orang tua secara simultan
dengan tingkat kepuasan siswa dalam
pembelajaran di SMAN I Pringsurat.
37
38