BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Dimensi Kepuasan Pelanggan - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Hubungan Prestasi Belajar SMP, Penggunaan TIK, dan Penghasilan Orang Tua dengan Kepuasan Siswa dalam Pembelajaran di SMAN I Pringsurat Tem

BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Dimensi Kepuasan Pelanggan
Ratminto & Winarsih (2013:28) berpendapat
bahwa

ukuran

keberhasilan

penyelenggaraan

pelayanan/jasa ditentukan oleh tingkat kepuasan
penerima
kepuasan

pelayanan.

Dengan


pelanggan

demikian

merupakan

derajat
tingkat

keterpenuhan harapan pelanggan yang diperoleh dari
penyedia

layanan.

Ini

berarti

bahwa


semakin

terpenuhi harapan siswa dalam menerima layanan
pembelajaran semakin tinggi kepuasn siswa atas
layanan pembelajaran. Semakin tinggi harapan siswa
semakin tinggi pula usaha yang harus dilakukan
sekolah dalam memenuhi kepuasan siswa.
Menurut

teori

consumer

behavior

(Naomi,2013), kepuasan lebih banyak didefinisikan
dari

perspektif


pengalaman

konsumen

setelah

mengkonsumsi atau menggunakan suatu produk
atau jasa. Salah satu definisi menyatakan bahwa
kepuasan sebagai persepsi terhadap produk atau
jasa yang telah memenuhi harapannya. Karena itu,
pelanggan

tidak

akan

puas,

apabila


pelanggan

mempunyai persepsi bahwa harapannya belum ter-

13

penuhi.

Pelanggan

akan

merasa

puas

jika

persepsinya sama atau lebih dari yang diharapkan.
Pendapat yang sama dikemukakann oleh Supranto

(2012:233) ,”tingkat kepuasan merupakan fungsi dari
perbedaan antara kinerja yang dirasaakan dengan
harapan.”

Jadi

jika

dikaitkan

dengan

layanan

pembelajaran kepuasan merupakan perasaan senang
atau

kecewa

siswa


yang

muncul

akibat

kesenjangan/gap antara harapan dengan kenyataan
pembelajaran yang dirasakan.
Ditinjau dari sisi mutu pembelajaran sebagai
proses pemberian layanan, indikator kinerja guru
sebagaimana termaktub dalam Permenpan & RB
tersebut merupakan komponen mutu yang telah
distandarkan (quality in fact) dan sekaligus menjadi
kewajiban

guru

pembelajaran


dalam

kepada

memberikan

pelanggan/siswa.

layanan
Dengan

demikian mutu pembelajaran dapat diukur dari
pemenuhan

indikator

kegiatan

guru


dalam

pembalajaran dan kadar kepuasan pelanggan yaitu
seberapa

puas

siswa

sebagai

pelanggan

utama

menerima layanan pembelajarn guru.
Dalam konteks pembelajaran kepuasan siswa
sebagai pelanggan utama ditentukan oleh kesesuaian
antara layanan yang diharapkan dengan layanan


14

yang

diterimanya.

Bila

siswa

memiliki

persepsi

bahwa layanan pembelajaran yang diterima sesuai
atau melampaui harapannya siswa akan merasa
puas atau sangat puas. Sebaliknya jika layanan
pembelajaran

yang


sesuai

dibawah

atau

diterima

dipersepsikan

harapannya

berarti

tidak
siswa

tersebut tidak puas atau sangat tidak puas. Ini juga
berarti bahwa layanan pembalajaran yang diberikan

guru

tidak

memuaskan

atau

sangat

tidak

memuaskan.
Untuk dapat memenuhi harapan pelanggan
Tjiptono (2005:128) memberikan tiga kunci dalam
memberikan layanan pelanggan yang unggul yaitu,
(1)

kemampuan

memahami

kebutuhan

dan

keinginan pelanggan termasuk tipe-tipe pelanggan,
(2)

pengembangan

database

yang

lebih

akurat

mencakup data kebutuhan dan keinginan setiap
segmen

pelanggan

dan

perubahan

kondisi

persaingan, dan (3) pemanfaatan informasi-informasi
yang diperoleh melalui riset dalam suatu kerangka
strategik.
Guru sebagai komponen penyedia dan pelaku
layanan pembelajaran harus memiliki kemampuan
memahami karakteristik siswa, kebutuhan siswa,
kemampuan siswa, termasuk gaya dan kemampuan

15

belajarnya. Dengan data dan informasi yang lengkap
tentang siswa guru akan mampu memberi layanan
secara

efektif

sesuai

harapan

siswa.

Dengan

demikian siswa akan merasa puas menerima layanan
pembelajaran tersebut.
Berkait gagasan di atas

Gojali &

Umiarso

(2011:256) menguatkan bahwa dalam menentukan
keberhasilan

suatu

strategi

pembelajaran

faktor

karakteristik siswa juga merupakan hal penting yang
harus diperhataikan dan dijadikan pertimbangan
oleh pendidik. Oleh karenanya, strategi pembelajaran
yang

dilakukan

oleh

pendidik

adalah

dengan

memperhatikan kecenderungan cara berpikir siswa
dalam pembelajaran.
Ini
perencanaan

membawa
dan

memperhatikan

implikasi

praktik

pentingnya

pembelajaran

karakteristik,

kondisi

dengan

fisik,

dan

psikologis siswa yang terjadi pada saat pembelajaran
berlangsung.

Guru

harus

memiliki

kemampuan

memahami karakter dan kondisi siswanya agar
pembelajaran yang dilaksanakan bisa efektif dan
bermakna.
Sebagai layanan jasa pembelajaran memiliki
empat

karakteristik

,

yaitu

1)

intangibility;

2)

16

inseparability; 3) variability; dan

4) Perishability

(Tjiptono, 2011; Gojali, 2012).
1.

Intagibility
Jasa merupakan sesuatu yang nirraga namun

tidak

nirrasa.

Artinya

jasa

tidak

ragawi/kebendaan yang bisa disentuh

bersifat

namun bisa

dirasakan melalui persepsi penggunanya. Di samping
itu jasa tidak bisa dimiliki sebelum dibeli serta tidak
mudah

didefinisikan,

sebelum

dirumuskan,

dirasakan.

pelaksanaannya

Meski

sebagian

dan

dinilai

demikian

besar

dalam

layanan

jasa

memerlukan dukungan yang berujud fisik sebagai
sarana

penunjangnya.

Demikian

juga

dengan

layanan jasa pembelajaran. Di era sekarang ini tidak
mungkin pembelajaran melepaskan diri dari sarana
prasarana dan media, termasuk keberadaan fisik
guru. Hal yang bersifat kebendaan itu meski bukan
esensi dari jasa pembelajaran namun kehadirannya
sangat

berhubungan

menurut

standar

pada

maupun

kualitas

jasa

menurut

baik

persepsi

pelanggannya.
2.

Inseparability
Layanan

dipisahkan

jasa

dari

pembelajaran
komponen

tidak

bisa

pendukungnya.

Pembelajaran dapat diikuti dan dirasakan secara

17

simultan yang melibatkan interaksi antarkomponen.
Pembelajaran

tidak

bisa

dipisahkan

dengan

pendidikan. Pendidikan tidak bisa terlepas dari
lembaga

pendidikan

sebagai

wadahnya.

Dengan

demikian pembelian jasa layanan pembelajaran juga
tidak dapat dilakukan tanpa melibatkan pendidikan
dan lembaga pendidikan.
3.

Variability
Jasa pembelajaran adalah kejadian/layanan

sesaat. Artinya proses pembelajaran itu tidak bisa
berulang dengan kondisi yang sama pada waktu dan
situasi

yang

pembelajaran

berbeda.
ditentukan

Proses
oleh

maupun
siapa,

hasil
kapan,

bagaimana, dan dalam situasi apa berlangsung.
Untuk mengantisipasi ketidakstabilan ini sekolah
perlu merumuskan standar-standar komponen yang
berhubungan dalam pembelajaran.
4.

Perishability
Jasa

pembelajaran

merupakan

jasa

yang

mudah musnah. Jasa ini tidak dapat disimpan
dalam kurun waktu tertentu. Oleh karena itu jika
jasa

pembelajaran

berkelanjutan

tidak

dalam

mengalami kendala.

dilaksanakan

secara

pelaksanaannya

akan

Fluktuasi permintaan layanan

18

pembelajaran akan

menyulitkan persiapan yang

harus dilakukan.
Sebagai

layanan

melibatkan

lima

dimensi

diutarakan

Zeithaml,

jasa

pembelajaran

layanan

sebagaimana

Parasuraman,

dan

Berry

(dalam Supranto, 2011:13; Tjiptono, 2005:14; Gojali,
2011:129).

Dimensi

tersebut

adalah

tangibles,

reliability, responsiveness, assurance, dan emphaty.
1.

2.

3.

4.

Tangibles
Yaitu meliputi fasilitas fisik, tata ruang kelas,
perabot,
perlengkapan,
guru
meliputi
penampilan fisik dan tata pakaian, dan sarana
maupun media pembelajaran.
Reliability
Yaitu kemampuan memberikan pelayanan
yang dijanjikan dengan segera atau cepat,
akurat dan memuaskan. Misalnya, mata
pelajaran yang benar-benar sesuai dengan
kebutuhan, pembelajaran sesuai jadwal,
proses pembelajaran yang akurat, penilaian
yang objektif, bimbingan dan penyuluhan,
serta aktivitas lain yang semuanya untuk
memperlancar proses pembelajaran
Responsivness
Yaitu kemampuan/kesediaan guru untuk
membantu para peserta didik dan memberikan
pelayanan cepat tangap. Misalnya guru
pembimbing mudah ditemui untuk konsultasi.
Proses
pembelajaran
interaktif
sehingga
memungkinkan
peserta
didik
lebih
memperluas
wawasan
berpikir
dan
kreativitasnya,
tanggapan
positif
guru
terhadap masalah yang muncul dalam
pembelajaran, informasi pembelajaran mudah
diakses.
Assurance
Yaitu mencakup pengetahuan, kompetensi,
kualifikasi pendidikan , kesopanan, respek

19

terhadap peserta didik,serta memiliki sifat
dapat dipercaya, bebas dari bahaya dan
keragu-raguan.
Empathy
Yaitu
kemudahan
dalam
melakukan
hubungan,
komunikasi
dengan
baik,
perhatian pribadi, dan memahami kebutuhan
peserta didiknya. Misalnya guru mengenali
dan memahami kondisi siswanya yang
mengikuti proses pembelajaran, guru bisa
benar-benar
berperan
sesuai
fungsinya,
perhatian yang tulus diberikan kepada para
siswanya berupa kemudahan mendapatkan
pelayanan, keramahan, komunikasi, serta
kemampuan memahami kebutuhan siswa.

5.

2.2

Prestasi Belajar
Harahap

merupakan

menyatakan
penilaian

bahawa

prestasi

pendidikan

tentang

perkembangan dan kemajuan murid berkait dengan
penguasaan bahan ajar yang telah disajikan sesuai
isi kurikulum. Tersirat dalam pernyataan tersebut
bahwa

prestasi

dapat

diketahui

melalui

proses

penilaian yang sebelumnya dilakukan pembelajaran
sesuai kurikulum yang berlaku (dalam Djamarah,
2012:21).
Selanjutnya

Djamarah

(2012:23)

memberi

batasan tentang prestasi belajar sebagai hasil yang
diperoleh

berupa

kesan

yang

mengakibatkan

perubahan perilaku atas aktivitas belajar yang telah
dilakukan. Kesan dan perilaku sabagai prestasi
belajar adalah yang merupakan dampak langsung

20

dari proses pembelajaran yang melibatkan berbagai
komponen.
Pendapat

senada

diungkapkan

Haryani

(2012:22) yaitu hasil belajar merupakan hasil yang
diperoleh pembelajaran setelah dilaksanakan proses
pembelajaran.
Secara singkat dapat disimpulkan bahwa
prestasi

belajar

pembelajaran.

merupakan

Hasil

tersebut

hasil

dari

berupa

proses

perubahan

perilaku sebagai akumulasi aaspek afektif, kognitif,
dan psikomotor. Pretasi tersebut dapat diketahui
berdasarkan

tujuan

pembelajaran

yang

telah

ditetapkan dalam rencana pelaksanaan pembelajaran
(RPP).
Dalam
tujuan

Kurikulum

ditentukan

minimal

(KKM).

berdasarkan

intake

indikator

dengan
KKM

ketercapaian

kriteria
tersebut

(kemampuan

ketuntasan
ditentukan

awal

siswa),

kompleksitas mata pelajaran, dan daya dukung yang
tersedia baik sarana prasana maupun kemampuan
guru mata pelajaran. Ketiga komponen tersebut
diberi

skor

kemudian

dirata-rata.

Hasil

rerata

tersebut menjadi kriteria ketuntasan minimal untuk
mata pelajaran tertentu.

21

Sebagaimana

taksonomi

Bloom

prestasi

belajar mencakup ranah pengetahuan, sikap, dan
keterampilan.

Prestasi belajar dapat diketahui

dengan evaluasi. Sedang evaluasi sendiri memiliki
berbagai teknik dan instrumen untuk mengukur
prestasi belajar. Teknik tersebut misalnya tes dan
nontes. Teknik tes dapat berupa tes tertulis, lisan,
penugasan, unjuk kerja, dan sebagainya.
Apapun

teknik

yang

digunakan

dalam

mengukur prestasi belajar siswa harus berpedoman
pada kompetensi yang akan diukur. Kompetensi
tersebut diterjemahkan ke dalam kisi-kisi yang akan
menjadi pedoman penyusunan instrumen soal dan
pedoman penilaiannya.
Dengan demikian prestasi belajar merupakan
angka

dan

kemampuan

atau

predikat

siswa

yang

dalam

menunjukkan

mencapai

tujuan

pembelajaran yang telah ditentukan dalam RPP.
Berdasarkan KKM prestasi siswa dapat dibedakan
menjadi tuntas dan tidak tuntas. Tuntas berarti hasil
belajar seorang siswa telah mencapai atau melebihi
KKM yang ditetapkan. Tidak tuntas berarti seorang
siswa

mencapai

ditentukan.

nilai

Dalam

di

bawah

Kurikulum

KKM

yang

Tingkat

Satuan

22

Pendidikan (KTSP) tidak ada pemeringkatan hasil
belajar antarsiswa.
Dalam penelitian ini prestasi belajar sebagai
variabel penelitian adalah hasil belajar siswa pada
jenjang sekolah sebelumnya yaitu SMP atau MTs
terutama berupa nilai Ujian Nasional dan prestasi
lain yang dipandang memiliki hubungan terhadap
tingkat kepuasan pembelajaran.
2.3 Penggunaan Teknologi Informasi
Komunikaasi bagi Siswa
Susanto (2002) berpendapat bahwa Teknologi
Informasi dan Komunikasi

adalah sebuah media

atau alat bantu yang digunakan untuk transfer data
baik itu untuk memperoleh suatu data / informasi
maupun memberikan informasi kepada orang lain
serta dapat digunakan untuk alat berkomunikasi
baik satu arah ataupun dua arah.
Senada dengan itu Deeson (2006) Teknologi
informasi

dan

Komunikasi

adalah

kebutuhan

manusia didalam mengambil dan memindahkan ,
mengolah dan memproses informasi dalam konteks
sosial

yang

menguntungkan

diri

sendiri

dan

masyarakat secara keseluruhan.
Mencermati batasan-batasan yang dijelaskan
sebelumnya dapat diambil pengertian secara umum

23

bahwa

teknologi

informasi

dan

komunikasi

merupakan segala bentuk perangkat lunak maupun
keras yang mendukung terjadinya penyimpanan,
penyebarluasan,

dan

penerimaan

informasi.

Perangkat tersebut dapat berupa alat-alat serta
program

yang

pengkomunikasian

meyebabkan
informasi

dapat

proses
berlangsung

dengan baik.
Komunikasi akan berlangsung dengan baik
jika didukung beberapa komponen. Diantaranya
adalah pelaku, alat, program, materi/informasi, serta
situasi yang melingkupi. Pelaku komunikasi adalah
orang baik individu maupun kelompok sebagai
pengolah dan pengirim informasi serta yang berperan
sebagai penerima dan perespon informasi.
Alat komunikasi berkaitan dengan benda
hasil teknologi seperti perangkat komputer, radio,
tape

recorder,

televisi,

telepon,

dan

perangkat

pendukung alat-alat lain. Perangkat komunikasi
adalah perangkat keras (hardware) yang dalam
pengoperasiannya membutuhkan adanya perangkat
lunak (software). Perangkat tersebut dapat berupa
program-program
VCD,

DVD,

dan

aplikasi

komputer,

perangkat

pita

teknologi

kaset,
sebagai

24

penyimpan data, pesan, maupun informasi baik
audio, visual, maupun audiovisual.
Komponen komunikasi tidak akan berfungsi
dengan

baik

komunikasi

tanpa

yang

didukung

kondusif.

dengan

Oleh

situasi

karena

yang

diperlukan agar proses komunikasi informasi dapat
berlangsung secara efektif dan efisien. Artinya para
pelaku komunikasi akan dapat mengolah, mengirim,
dan menerima informasi serta meresponnya dengan
baik (tepat) jika komunikasi tersebut berlangsung
dalam situasi yang mendukung.
Teknologi

komunikasi

yang

melibatkan

perangkat komputer dan telepon genggam pada era
sekarang menjadi kebutuhan hampir sebagian besar
manusia. Harian TI, Nov 15th, 2013 menyatakan
pengguna internet di Indonesia saat ini mencapai 63
juta orang. Dari angka tersebut, 95 persennya
menggunakan internet untuk mengakses jejaring
sosial.

Dari

sekian

banyak

pengguna

internet

tersebut menurut majalah online tekno berusia pasa
kisaran 12 – 34 tahun sebanyak 64 persen (Harian
TI, Nov 15th, 2013)
Dengan

demikian

para

siswa

termasuk

dalam dominasi pengguna TIK. Tidak terkecuali
siswa

SMA.

Apalagi

beberapa

pembelajaran

25

menuntut keterlibatan perangkat tersebut untuk
mendukung

penguasaan

materi

tertentu.

Media

internet dan jejaring sosial lainnya turut memacu
minat para siswa untuk mengakses informasi lintas
wilayah dan waktu dengan biaya dan teknik yang
cukup terjangkau.

2.4 Penghasilan
Sumardi dan Evers (2002) menyatakan bahwa


penghasilan

adalah

seluruh

penerimaan

baik

berupa uang maupun barang, baik dari pihak lain
maupun dari hasil sendiri dengan jalan dinilai
sejumlah uang atas harga yang berlaku pada saat
itu,” dengan bahasa yang lain Hasman (2009)
menyatakan ,” tingkat penghasilan orang tua adalah
range penghasilan orang tua, berupa upah, bunga,
sewa dan laba, sebagai akibat dari jasa-jasanya atau
aktivitas produktif. Dari penghasilan, orang tua
dapat

memenuhi

kebutuhan

rumah

tangganya”

(Rustriyarso, 2012).
Dua pendapat di atas menunjukkan adanya
kesamaan tentang wujud penghasilan yaitu berupa
uang dan atau barang yang dapat diukur/dinilai
dengan uang dan merupakan hak atas usaha-usaha
produktifnya.

Secara

umum

penghasilan

dapat

26

diukur

keseluruhan

penerimaan

dalam

rentang

waktu hari, pekan, bulan, tahun atau rentang
lainnya.
Gilarso

(1992:

63)

berpendapat

bahwa

“Pendapatan keluarga adalah segala bentuk balas
karya yang diperoleh sebagai imbalan atau balas
jasa atas sumbangan seseorang terhadap proses
produksi”. Selain itu Slameto (2010: 63) berpendapat
“Keadaan

bahwa:

ekonomi

keluarga

hubungannya dengan belajar anak.

erat

Anak

yang

sedang belajar selain harus terpenuhi kebutuhan
pokoknya,

misalnya

perlindungan

makan,

kesehatan,

minum,

juga

pakaian,

membutuhkan

fasilitas belajar seperti ruang belajar, meja, kursi,
penerangan, alat tulis menulis, buku dan lainlain. Fasilitas belajar itu hanya dapat terpenuhi
jika

orang

tua

anak hidup

mempunyai

dalam

cukup

keluarga

uang.

yang

Jika

miskin,

kebutuhan pokok anak kurang terpenuhi sehingga
belajar

anak

terganggu.

Akibat yang

lain

anak

selalu dirundung kesedihan sehingga anak merasa
minder

dengan

temannya,

hal

ini

juga

pasti

akan mengganggu belajar anak”.
Berdasarkan

definisi

di

atas

dapat

disimpulkan bahwa pendapatan/penghasilan orang

27

tua adalah seluruh pendapatan yang diterima oleh
seseorang

baik

yang

berasal

dari

keterlibatan

langsung dalam proses produksi atau tidak,

yang

dapat diukur dengan uang dan digunakan untuk
memenuhi

kebutuhan

perseorangan

bersama

maupun

pada suatu keluarga dalam satu

bulan.
2.5 Mutu Pendidikan
Pendidikan
manusia

untuk

adalah

aktivitas

dan

usaha

meningkatkan kepribadiannya

dengan jalan membina potensi –potensi pribadinya,
yaitu rohani (pikir, karsa, rasa, cipta dan budi
nurani). Pendididkan juga berarti lembaga yang
bertanggungjawab menetapkan cita – cita (tujuan)
pendidikan, isi, sistem dan organisasi pendidikan .
Lembaga – lembaga ini meliputi keluarga, sekolah
dan masyarakat (Ihsan Fuad, 2005).
Mutu

ialah

suatu

kondisi

dinamik

yang

berhubungan dengan produk, tenaga kerja, proses
dan tugas serta lingkungan yang memenuhi atau
melebihi harapan pelanggan. Dengan perubahan
mutu

tersebut,

perubahan

diperlukan

keterampilan

peningkatan

tenaga

kerja,

atau
proses

produksi dan tugas, serta perubahan lingkungan
perusahaan

agar

produk

dapat

memenuhi

dan

28

melebihi harapan konsumen (Garvi dan Davis, dalam
Hadis dan Nurhayati, 2010:86).Dalam pandangan
Zamroni ( 2007:2 ) dikatakan bahwa peningkatan
mutu sekolah adalah suatu proses yang sistematis
yang terus menerus meningkatkan kualitas proses
belajar mengajar dan faktor-faktor yang berkaitan
dengan itu, dengan tujuan agar menjadi target
sekolah dapat dicapai dengan lebih efektif dan
efisien.
Merosotnya mutu pendidikan di Indonesia
secara umum dan mutu pendidikan tinggi secara
sfesifik

dilihat

disebabkan

dari

oleh

persfektif

buruknya

makro

sistem

dapat

pendidikan

nasional dan rendahnya sumber daya manusia
(Hadis dan Nurhayati, 2010:2). Pendidikan pada
dasarnya merupakan suatu usaha pengembangan
sumber daya manusia (SDM), walaupun usaha
pengembangan SDM tidak hanya dilakukan melalui
pendidikan khususnya pendidikan formal ( sekolah ).
Tetapi sampai detik ini, pendidikan masih dipandang
sebagai

sarana

pengembangan

dan
SDM

wahana
yang

utama

dilakukan

untuk
dengan

sistematis, programatis, dan berjenjang.
Adanya

perubahan

tentang

Peraturan

Pemerintah Nomor 19 Tahun Tahun 2005 tentang

29

Standar Nasional Pendidikan Adapun pengganti PP
19 Tahun 2005 tersebut adalah PP Nomor 32 Tahun
2013 yang diterbitkan pada tanggal 7 Mei 2013.
Adapun mengenai penjelasan dari PP Nomor 32
Tahun 2013 adalah sebagai berikut : Peningkatan
mutu dan daya saing sumberdaya manusia Indonesia
hasil pendidikan telah menjadi komitmen nasional.
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional
2010 – 2014: ”menyebutkan bahwa salah satu
substansi

inti

program

aksi

bidang

pendidikan

adalah penataan ulang kurikulum sekolah sehingga
dapat

mendorong

penciptaan

hasil

didik

yang

mampu menjawab kebutuhan sumberdaya manusia
untuk

mendukung

pertumbuhan

nasional

dan

daerah”. Dengan demikian pemantapan Standar
Nasional Pendidikan dan pengaturan kurikulum
secara utuh sangat penting dan mendesak dilakukan
untuk mencapai tujuan tersebut.
Standar Nasional Pendidikan, yang diatur
dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005
tentang

Standar

Nasional

diselaraskan

dengan

masyarakat,

lokal,

Pendidikan

dinamika
nasional,

perlu

perkembangan
dan

globalguna

mewujudkan fungsi dan tujuan pendidikan nasional.
Standar Kompetensi Lulusan, Standar Isi, Standar

30

Proses, dan Standar Penilaian; yang bersama-sama
membangun kurikulum pendidikan; penting dan
mendesak untuk disempurnakan. Selain itu, ide,
prinsip dan norma yang terkait dengan kurikulum
dirasakan

penting

untuk

dikembangkan

secara

komprehensif dan diatur secara utuh pada satu
bagian tersendiri.

2.5 Dimensi Layanan Pembelajaran
Proses pembelajaran yang berlangsung di
sekolah, termasuk komponennya, tidak terlepas dari
regulasi standar nasional pendidikan di atas. Dengan
demikian keterpenuhan delapan standar tersebut
akan berhubungan pada mutu proses pembalajaran.
Majid,(2011:11)

menyatakan

bahwa

pembelajaran adalah upaya untuk membelajarkan
siswa. Secara lebih rinci Permenpan & RB No. 16 Th.
2009 tentang Jabatan Fungsional Guru dan Angka
Kreditnya

menerangkan

bahwa

kegiatan

pembelajaran adalah kegiatan guru dalam menyusun
rencana pembelajaran, melaksanakan pembelajaran
yang

bermutu,

pembelajaran,

menilai

dan

menyusun

mengevaluasi
dan

hasil

melaksanakan

program perbaikan dan pengayaan terhadap peserta
didik.

31

Menguatkan adanya aktivitas yang terencana
dalam

pembelajaran

Darmadi

(2009:139)

menyatakan, ”Pembelajaran merupakan aktualisasi
kurikulum yang menuntut keaktifan guru dalam
menciptakan dan menumbuhkan kegiatan peserta
didik

sesuai

dengan

rencana

yang

telah

diprogramkan”. Pendapat ini menyiratkan bahwa
pembelajaran menjadi kunci terwujudnya layanan
pendidikan kepada siswa sebagai pelanggan utama.
Kurikulum yang telah disusun dengan berbagai
pertimbangan tidak akan bisa terlaksana tanpa
pembelajaran yang nyata.
Di dalam pembelajaran terjadi interaksi positif
antara guru, siswa, sarana, dan lingkungan yang
dikelola

dengan

Sebagaimana

strategi
Dunkin

dan

metode

tertentu.

dan

Biddle

(dalam

Majid,2011:111-112) mengemukakan bahwa proses
pembelajaran berada dalam empat variabel interaksi,
yaitu: 1) variabel pertanda berupa pendidik; 2)
variabel konteks; 3) variabel proses; dan 4) variabel
produk berupa perkembangan peserta didik baik
dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Ini
menunjukkan

bahwa

pembelajaran

merupakan

sebuah proses yang melibatkan berbagai komponen
untuk mewujudkan

perubahan perilaku sebagai

32

hasil pengalaman. Hal ini senada dengan pernyataan
Maples dan Webster,” pembelajaran bisa diajarkan
sebagai „sebuah proses yang dengannya perubahan
perilaku terjadi sebagai hasil dari pengalaman (dalam
Smith,2010:39). Menurut Tjiptono (2005:28) proses
didefinisikan sebagai serangkaian aktivitas yang
dilakukan secara berulang-ulang dan bersama-sama
untuk

mentransformasi

input

yang

disediakan

pemasok menjadi output yang diterima pelanggan.
Dalam pembelajaran aktivitas yang berulang dan
dilakukan bersama-sama tersebut melibatkan yaitu
guru, siswa, materi, metode, sarana, lingkungan, dan
tahapan.
Pengalaman intelektual dalam belajar oleh
Bloom diklasifikasikan menjadi tiga domain yaitu,
kognitif, psikomotor, dan afektif. Pembelajaran pada
domain kognitif mengandung enam tingkatan yakni
pengetahuan,

pemahaman,

aplikasi,

analisis,

sintesis, dan evaluasi(Smith,2010:24-25).
Dalam

pembalajaran

guru

dan

siswa

merupakan pelaku utama yang didukung dengan
tersedianya

sarana,

sumber

belajar,

lingkungan

belajar dan metode. Guru adalah kunci keberhasilah
pendidikan dan pengajaran. Tanpa pengajaran yang
baik,

pendidikan

tidak

akan

berhasil

33

(Asmani,2009:66).
pembelajaran

Dengan

dalam

demikian

keefektifan

mewujudkan

perubahan

perilaku/tujuan dalam kurikulum bergantung pada
kompetensi guru dalam melayani siswa dan kesiapan
serta

keterlibatan

siswa

secara

fisik

maupun

intelektual. Kompetensi guru sangat diperlukan agar
dapat

mewujudkan

perannya

dalam

proses

pembelajaran.
Berkait

dengan

kompetensi

Surachmad

menyarankan kecakapan dan pengetahuan dasar
yang harus dimiliki guru antara lain; (1) mengenal
peserta didik yang dipercayakan kepadanya, (2)
memiliki kecakapan memberi bimbingan, (3) memiliki
dasar

pengetahuan

yang

jelas

tentang

tujuan

pendidikan di Indonesia pada umumnya sesuai
dengan tahap-tahap pembangunan,

(4) memiliki

pengetahuan yang bulat dan baru mengenai ilmi
yang diajarkan(dalam Darmadi, 2009:38).
2.6 Penelitian yang Relevan
Penelitian yang relevan dengan penelitian ini
adalah penelitian yang dilakukan Haryadi (2008)
berjudul “Analisis Hubungan Pembelajaran dan Kualitas.
Pelayanan terhadap Kepuasan Mahasiswa dan. Loyalitas
Mahasiswa.” Dari analisis kepuasan dapat diketahui

34

aspek-aspek layanan yang perlu dan masih bisa
ditingkatkan;
Dari
tingkat
kepuasan
pelanggan
(mahasiswa jurusan manajemen UBM) total
menunjukan bahwa mayoritas pelanggan belum
merasa puas atas segala sesuatu yang
berhubungan dengan pembelajaran secara e –
learning. Dari analisis Gap terlihat bahwa
pelanggan (mahasiswa jurusan manajemen UBM)
memiliki harapan yang tinggi atas kinerja
perusahaan, hal ini berarti bahwa kinerja
perusahaan masih dapat ditingkatkan untuk
mencapai kepuasan pelanggan yang lebih tinggi
lagi. Gap terbesar terdapat faktor Dosen malas
menggunakan e-learning dalam proses belajar
mengajar (indikator 7), sehingga indikator ini
dinilai paling tidak sesuai dengan harapan
pelanggan (http://www.ubm.ac.id) .
Hasil
penelitian
menunjukkan
adanya
hubungan positif penghasilan orang tua terhadap
prestasi belajar siswa. Hubungan positif tersebut
menunjukkan adanya hubungan positif antarvariabel
penelitian.
Wicaksono

(2011)

dalam

penelitiannya

berjudul “Hubungan Penghasilan Orang Tua dan
Kebiasaan Belajar Terhadap hasil
Pelajaran

IPS

Kelas

VIII

di

Belajar Mata

SMP

Negeri

2

Sumberpucung Kabupaten Malang Tahun Pelajaran
2010/2011” menunjukkan simpulan bahwa “Secara
parsial hasil data yang diperoleh menunjukkan ada

35

hubungan yang signifikan antara penghasilan orang
tua

terhadap

hasil

belajar,”

(http://karya-

ilmiah.um.ac.id).
Nastuti dan Ariadi (2010) memperkuat dengan
pernyataan bahwa kondisi ekonomi pada umumnya
berhubungan positif terhadap hasil belajar siswa
(http://ejournal.umm.ac.id).

Kondisi

ekonomi

tersebut misalnya kemampuan orang tuan dalam
menyediakan biaya pendidikan bagi anaknya.
Hasil

penelitian

yang

dilakukan

oleh

Rahmawati, Genjik, Rustriyarso tahun 2013 yang
berjudul

“Hubungan

Penghasilan

Orang

Tua

terhadap Pendidikan Anak”, menyatakan terdapat
hubungan

penghasilan

orang

tua

terhadap

pendidikan anak pada masyarakat nelayan di Desa
Penjajap Kecamatan Pemangkat
Senada dengan simpulan di atas

Nurisqi

(2012) dalam penelitiannya “Hubungan Penghasilan
Orang Tua, Uang Saku, dan Minat Belajar terhadap
Pengetahuan Dasar Ekonomi (Economic Literacy)
(Studi Kasus pada Siswa Kelas X Reguler SMA Negeri
1 Malang).” menyatakan bahwa “Ada hubungan
positif dan signifikan ketika penghasilan orang tua,
uang saku, dan minat belajar tinggi mengakibatkan
pengetahuan dasar ekonomi (economic literacy) siswa

36

kelas X reguler SMA Negeri 1 Malang juga tinggi atau
menerima Ha dan menolak Ho”.
Penelitian-penelitian di atas tidak ada yang
mengukur

hubungan

kepuasan

siswa

tingkat

penghasilan orang tuanya. Penelitian ini bermaksud
mengetahui

hubungan

penghasilan

orang

tua,

prestasi, belajar, dan kesempatan mengakses TIK
terhadap kepuasan siswa atas layanan pembelajaran
yang diterimanya.
2.7

Hipotesis Penelitian
Berdasar kajian teori di atas hipotesis

penelitian ini adalah
1. Ada hubungan yang signifikan antara
prestasi belajar siswa dengan tingkat
kepuasan siswa dalam pembelajaran di
SMAN I Pringsurat,
2.

Ada hubungan yang signifikan antara
penggunaan TIK dengan tingkat kepuasan
siswa dalam pembelajaran di SMAN I
Pringsurat,

3. Ada hubungan yang signifikan antara
prestasi belajar, penggunaan TIK, dan
penghasilan orang tua secara simultan
dengan tingkat kepuasan siswa dalam
pembelajaran di SMAN I Pringsurat.

37

38

Dokumen yang terkait

ANALISIS KOMPARATIF PENDAPATAN DAN EFISIENSI ANTARA BERAS POLES MEDIUM DENGAN BERAS POLES SUPER DI UD. PUTRA TEMU REJEKI (Studi Kasus di Desa Belung Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang)

23 307 16

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

DEKONSTRUKSI HOST DALAM TALK SHOW DI TELEVISI (Analisis Semiotik Talk Show Empat Mata di Trans 7)

21 290 1

MANAJEMEN PEMROGRAMAN PADA STASIUN RADIO SWASTA (Studi Deskriptif Program Acara Garus di Radio VIS FM Banyuwangi)

29 282 2

MOTIF MAHASISWA BANYUMASAN MENYAKSIKAN TAYANGAN POJOK KAMPUNG DI JAWA POS TELEVISI (JTV)Studi Pada Anggota Paguyuban Mahasiswa Banyumasan di Malang

20 244 2

PERANAN ELIT INFORMAL DALAM PENGEMBANGAN HOME INDUSTRI TAPE (Studi di Desa Sumber Kalong Kecamatan Wonosari Kabupaten Bondowoso)

38 240 2

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

DOMESTIFIKASI PEREMPUAN DALAM IKLAN Studi Semiotika pada Iklan "Mama Suka", "Mama Lemon", dan "BuKrim"

133 700 21

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24