BAB I PENDAHULUAN - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Penegakan Hukum terhadap Pembuatan TNKB (Tanda Nomor Kendaraan Bermotor) Ilegal di Kota Salatiga

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hukum pidana adalah himpunan kaidah yang mengatur hubungan hukum antara
seseorang dengan negara.Adapun tujuan Hukum Pidana adalah sebagai berikut :
1. Mengatur masyarakat agar hak dan kepentingannya terjamin.
2. Melindungi kepentingan masyarakat.
3. Melindungi masyarakat dari campur tangan penegak hukum yang menggunakan
hukum pidana sebagai sarana menanggulangi kejahatan.
Hukum pidana mempunyai sifat istimewa yaitu pada saat pelaksanaan hukum
pidana

justru

terjadi

perampasan

hak


terhadap

seseorang

yang

melanggar

hukum.Penjatuhan pidana harus diangap sebagai ultimum remedium,maksudnya
penjatuhan pidana atau penerapan hukum pidana merupakan jalan terakhir apabila
sanksi atau upaya upaya pada cabang hukum lainnya tidak dapat menyelesaikan suatu
permasalahan.1
Dewasa ini hukum pidana terus mengalami perkembangan seiring semakin
berkembangnya teknologi dan perubahan sosial dalam masyarakat yang tentunya turut
mempengaruhi peranan sejauh mana hukum dapat melayani kebutuhan masyarakat
yang selalu mengalami perubahan ,agar supaya hukum itu tidak akan menjadi

1


Sri Harini,Pengantar Hukum Indonesia,(Bogor;Ghalia Indonesia,2006),hlm.60.

ketinggalan oleh karena laju perkembangan masyarakat yang terus berkembang.2 Hal
tersebut sesuai dengan pendapat Friedmann yang menyatakan bahwa hukum adalah
termasuk dalam bidang yang paling terkena oleh adanya perubahan sosial.3
Jika dilihat secara jeli dalam kehidupan sehari hari baik dilihat dari lingkungan
sekitar kita,berita televisi,surat kabar,radio,dan jejaring sosial maka dari berbagai kasus
hukum,mulai dari kasus keperdataan,administrasi negara,dan pidana ,maka yang sering
dijumpai ialah kasus pidana .Berbagai macam delik pidana hampir terjadi setiap harinya
diberbagai wilayah,seperti kasus pencurian,kekerasan,pemerkosaan,penipuan,pemalsuan
dan delik khusus lainnya.Terdapat satu pemikiran dari penulis bahwa delik delik khusus
dalam hukum pidana lebih tepatnya KUHP akan semakin bertambah macam deliknya
seiring perkembangan masyarakat dan semakin rasionalya pemikiran setiap orang yang
membuat orang atau kelompok memiliki pemikiran untuk melawan hukum ,dimana
hukum tersebut belum diatur didalam sebuah peraturan khususnya KUHP.Seakan
masyarakat seperti membuat “terbosoan jenis kejahatan” baru yang belum diatur.Salah
satu yang patut dipertanyakan mengenai ke legalan-nya ialah mengenai maraknya
pemalsuan TNKB ilegal (Tanda Nomor Kendaraan Bermotor) di kota Salatiga
khususnya.Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) rumusan delik diartikan
sebagai “Perbuatan yang dapat dikenakan hukuman karena merupakan pelanggaran

terhadap undang – undang ; tindak pidana”.4
Adanya

pemalsuan

TNKB

ilegal

memperkuat

asumsi

penulis

bahwa

perkembangan masyarakat dan pemikiran setiap orang yang semakin rasional yang dapat
membuat “terobosan kejahatan baru”.Namun mungkin bukan rasional sajalah yang


2

Abdurahman,Tebaran Pikiran tentang Studi Hukum dan Masyarakat,(Jakarta;Media Sarana
Press,1986),hlm.47.
3
Friedmann,W,Legal Theory,(London;Steven & Sons Limited,1953),hlm.437
4
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan,Kamus Besar Bahasa Indonesia,Balai Pustaka,2001.

membuat

masyarakat

berinovasi

membuat

kejahatan

baru


melainkan

faktor

ketidaktahuan masyarakat akan hukum yang berlaku.Karena bagaimanapun juga kriteria
mengenai TNKB (Tanda Nomor Kendaraan Bermotor) sudah diatur dalam Undang –
undang No.22 tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan ,selain itu juga
terdapat Peraturan Kapolri No.5 tahun 2012 tentang Registrasi dan Identifikasi
Kendaraan Bermotor yang juga membahas lebih detail mengenai standarisasi pembuatan
TNKB (plat nomor).Dengan demikian bisa jadi pula pembuatan plat nomor palsu oleh
oknmum pembuat juga bisa dikategorikan sebagai Dolus (Kesengajaan) mengingat
sudah adanya peraturan yang mengatur namun tidak adanya kesdaran oleh oknum
terkait.Dalam hal ini Dolus sendiri merupakan kemauan untuk melakukan atau tidak
melakukan perbuatan – perbuatan yang dilarang atau diperintahkan oleh undang –
undang.5
Lebih detail lagi dalam menyikapi adanya pemalsuan pembuatan plat nomor
palsu oleh kios – kios pembuat plat nomor di Kota Salatiga ada ketentuan pasal yang
jelas jelas menyatakan ke ilegallan dan standarisasi pembuatan plat nomor palsu yang
tidak ditetapkan,dikeluarkan oleh Kapolri.Adapun pasal pasal yang menyatakan hal

tersebut adalah sebagai berikut :
i.

Bunyi pasal 64 ayat 3 UU No.22 tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan “Pengendalian dan pengawasan Kendaraan Bermotor yang
dioperasikan di Indonesia”.Hal tersebut dapat dijelaskan bahwa salah satu
unsur penting perlunya registrasi kendaraan dan pentingnya standarisasi
mengenai ketentuan plat nomor tidak lain juga dipergunakan untuk tujuan
pengendalian dan pengawasan Kendaraan Bermotor oleh kepolisian yang
berwenang. Asumsi tersebut diperkuat dengan bunyi pasal 64 ayat 4 UU

5

Leden Marpaung,Asas-Teori-Praktik Hukum Pidana,(Jakarta:Sinar Grafika,2005),hlm.13

No.22 tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan “Registrasi
Kendaraan Bermotor dilaksanakan oleh Kepolisian Negara Republik
Indonesia melalui sistem manajemaen registrasi Kendaraan Bermotor”.

ii.


Pasal 65 ayat 3 huruf C UU No.22 tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan yang dimaksudkan dengan registrasi sebagaimana dimaksud
pasal 64 ayat 2 UU No.22 tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan
meliputi kegiatan “Penerbitan Surat Tanda Kendaraan Bermotor dan Tanda
Nomor Kendaraan Bermotor”.

iii.

Pasal 68 ayat 3 UU No.22 tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan
yang menjelaskan bahwa Tanda Nomor Kendaraan Bermotor harus memuat
kode wilayah ,nomor registrasi dan masa berlaku selain itu Tanda Nomor
Kendaraan Bermotor harus memuhi syarat bentuk,ukuran ,bahan,warna dan
cara pemasangan.

iv.

Pasal 68 ayat 5 UU No.22 tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan
yang mengatakan bahwa ketentuan mengenai Surat Tanda Nomor Kendaraan
Bermotor daan Tanda Nomor Kendaraan Bermotor diatur oleh peraturan

Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia.Hal tersebut menjelaskan
bahwa standarisasi plat nomor sudah diatur oleh kepolisian melalui Peraturan
Kepala Kepolisian Republik Indonesia No.5 tahun 2012 tentang Registrasi
dan Identifikasi Kendaraan Bermotor.

v.

Pasal 10 ayat 1 Perkapolri No.5 tahun 2012 tentang Registrasi dan Identifikasi
Kendaraan Bermotor yang menerangkan bahwa Plat Nomor merupakan tanda
Registrasi Identitas Kendaraan Bermotor yang berfungsi sebagai bukti
legitimasi pengoprasian ranmor berupa pelat atau bahan lain dengan
spesifikasi tertentu yang diterbitkan Polri dan berisikan kode wilayah,nomor
registrasi serta masa berlaku dan dipasang di kendaraan bermotor.

vi.

Pasal 39 ayat 1 Perkapolri No.5 tahun 2012 tentang Registrasi dan Identifikasi
Kendaraan Bermotoryang menerangkan bahwa Plat Nomor yang digunakan
harus terbuat dari bahan yang mempunyai unsur – unsur pengamanan sesuai
spesifikasi teknis.


vii.

Pasal 39 ayat 4 dan 5 Perkapolri No.5 tahun 2012 Registrasi dan Identifikasi
Kendaraan Bermotor yang menegaskan bahwa Plat Nomor diadakan secara
terpusat oleh Korlantas Polri dan apabila Plat Nomor tidak dikeluarkan oleh
Korlantas Polri ,dinyatakan tidak sah dan tidak berlaku.
Dalam hal ini tentunya yang dirugikan adalah masyarakat selaku konsumen yang

mengenakan jasa pembuatan plat nomor palsu apalagi masyarakat awam yang kurang
mengerti hukum.Tanpa mereka sadari bahwa terdapat sanksi dibelakangnya jika
masyarakat mengenakan plat nomor palsu ,sebagaimana disebutkan dalam Pasal 280 UU
No.22 tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan yang menerangkan bahwa
“Setiap orang yang mengemudikan Kendaraan Bermotor di Jalan yang tidak dipasangi
Tanda Nomor Kendaraan Bermotor yang ditetapkan oleh Kepolisian Negara Republik
Indonesia sebagaimana dimaksud dalam pasal 68 ayat (1) dipidana dengan pidana

kurungan paling lama 2 (dua) bulan atau denda paling banyak Rp.500.000,- (lima ratus
ribu rupiah).
Sanksi hukuman tersebut juga dikuatkan dengan hadirnya asas – asas hukum

yang mengikat seperti asas :
i.

Nulla puna sine lege (setiap penjatuhan hukuman harus didasarkan pada
suatu undang-undang).

ii.

Nulla poena sine crimine (pernghukuman hanya dapat dilakukan jika
perbuatan itu telah diancam dalam suatu undang-undang).

iii.

Nullum crimen sine poela legali (perbuatan tersebut telah diancam oleh
suatu

undang-

undang


yang

berakibat

dijatuhkannya

hukuman

berdasarkan ketentuan dalam undang – undang dimaksud.6
Dengan adanya hal – hal tersebut maka hukum harus ditegakkan.Penegakan
hukum sendiri berkonstentrasi pada menciptakan ,memelihara dan mempertahankan
kedamaian.Penegakan hukum sebagai suatu proses pada hakikatnya merupakan
penerapan diskresi yang menyangkut membuat keputusan yang tidak secara ketat diatur
oleh kaidah hukum,akan tetapi mempunyai unsur penilaian pribadi (Wayne La-Favre
1964) ,pada intinya diskresi berada diantara hukum dan moral.atas dasar uraian tersebut
dapat dikatan bahwa gangguan penegakan hukum mungkin terjadi apabila ada
ketidakserasian antara tritunggal nilai ,kaidah dan pola perilaku.7 Dalam hal ini perilaku
menyimpang pelaku usaha selaku oknum pembuat plat nomor palsu.Maka dari itu harus
adanya hukum wacana yakni hukum berjalan penegakan hukum harus melibatkan
pejabat berwenang khususnya dalam hukum didalam masyakarat atau social of law

6

Bemmelen,Hukum Pidana 1,Hukum Pidana 2 ,Hukum Pidana 3,(Bandung:Binacipta,1986),hlm.55.
Soerjono Soekanto,Faktor – faktor yang Mempengaruhi Penegakan Hukum,(Jakarta:Raja Grafindo
Persada,2014),hlm.6.

7

harus ada pencegahan sebelum terjadinya pelanggaran hukum dan harus ada tindak lanjut
setelah pelanggaran hukum terjadi.
Untuk mencegah terjadinya kriminalitas dan hal hal lain yang bertentangan
dengan ketentuan yang berlaku maka perlu ditingkatkannya kesadaran hukum bagi setiap
indiividu /masyarakat.Berkaitan dengan hal tersebut asas kesadaran hukum berlaku
didalamnya yang tidak lain adalah untuk menyadarkan negara (termasuk rakyat
didalamnya) untuk selalu taat kepada hukum ,disamping itu mewajibkan pula bagi
negara beserta aparatnya untuk mengakkan dan menjamin jalannya atau berlakunya
kepastian hukum.8
Pada kasus yang penulis tulis yang berwenang menegakkan hukum tidak lain
ialah aparat kepolisian kota salatiga.Tugas polisi pada pokoknya meliputi soal penegakan
hukum dan pemeliharaan ketertiban dan keamanan umum.Dengan demikian dapat
dikatakan bahwa tugas polisi mempunyai ruang gerak yang cukup luas mulai dari tugas
pendidikan ,tugas sosial,tugas yustisial yang rumusan tugas,kewajiban dan kewenangan
dan tanggung jawab secara tegas dan rinci diatur oleh Undang-undang.9
Dalam meneliti kasus yang penulis angkat ini yakni Penegakan Hukum Terhadap
Pembuatan TNKB (Tanda Nomor Kendaraan Bermotor) Ilegal Di Kota Salatiga,penulis
menggunakan teori disfungsi hukum dan teori penegakan hukum untuk meneliti kasus
tersebut.Teori penegakan hukum sendiri berfokus pada kegiatan menyerasikan hubungan
nilai – nilai yang terjabarkan di dalam kaidah – kaidah yang mantap dan mengejawantah
dan sikap tindak sebagai rangkaian penjabaran nilai tahap akhir untuk menciptakan

8

Ilham Gunawan,Penegak Hukum dan Penegakan Hukum,(Bandung:Angkasa Bandung,1992),hlm.2.
Momo Kelana,Hukum Kepolisian,(Jakarta:Diterbitkan atas kerjasama Perguruan Tinggi Ilmu
Kepolisian,Yayasan Brata Bhakti dan Gramedia Widiasarana Indonesia,1994),hlm.34.

9

,memelihara dan mempertahankan kedamaian pergaulan hidup.Didalam penegakan
hukum terdapat faktor – faktor yang mempengaruhi penegakan hukum diantara ialah :
i.

Faktor hukum itu sendiri (undang-undang)

ii.

Penegak Hukum

iii.

Faktor sarana dan fasilitas.

iv.

Faktor masyarakat.

v.

Faktor kebudayaan.

Berikut terdapat 5 kios plat nomor di salatiga yang dijadikan sample penulis untuk bahan
penelitian dan penulisan yang sekaligus menjadi fakta empirik:10
1. Kios plat nomor Pak Jek yang berada di alun-alun Pancasila..
2. Kios plat nomor di Jl.Kridanggo.
3. Kios plat nomor di Jl.Imam Bonjol
4. Kios plat nomor di Jl.Pemotongan.
5. Kios Plat nomor di Jl.Brigjen Sudiarto.
Berikut penulis sertakan hasil wawancara penulis dengan M.Agus Y selaku bintara
unit STNK Samsat Salatiga.Dalam wawancara tersebut narasumber pada intinya
menerangkan bahwa adanya pembuat plat nomor palsu yang tersebar di kota salatiga
tidak lain dikarenakan keinginan masyarakat dan dorongan dari masyarakat itu sendiri
selaku konsumen,masyarakat selaku konsumen mengeluhkan antrian yang lama
pembuatan TNKB sehingga para konsumen berinisiatif untuk mendorong adanya
pembuat TNKB palsu.Mengenai legal atau ilegalnya plat nomor tersebut tergantung dari
pihak yang mengeluarkan,jika plat nomor dikeluarkan oleh kepolisian dalam hal ini
samsat dan sudah tertera cap kepolisian maka dapat dikatakan legal untuk diperbaiki

10

Hasil pengamatan penulis yang dilakukan pada tanggal 22 Mei 2017.

konsumen di pembuat TNKB palsu ,namun jika TNKB tersebut tidak dikeluarkan oleh
kepolisian dan tidak ada cap kepolisian dalam kata lain masyarakat selaku konsumen
berinisiatif sendiri untuk membuat plat nomor baru dan palsu maka dapat dikatakan
ilegal.Pada prinsipnya pembuat TNKB yang tersebar di kota salatiga harus mengacu
pada peraturan yang berlaku artinya keberadaan mereka diijinkan selama hanya sekedar
membenahi plat nomor keluaran polri.
Mengenai legal/ilegalnya bisnis tersebut M.Agus berpendapat bahwa sebenarnya
bisnis tersebut ilegal karena bertentangan dengan peraturan yang mengatur dalam hal ini
Perkapolri No.5 tahun 2012 tentang Regident Ranmor dan UU No.22 tahun 2009 tentang
Lalu Lintas dan Angkutan Jalan ,namun karena untuk mencukupi kebutuhan hidup
masyarakat maka seiring dengan minimnya lowongan pekerjaan yang tersedia dan
terlebih keberadaan pembuat plat palsu merupakan dorongan masyarakat maka bisnis
tersebut dibiarkan begitu saja.Selama ini belum ada operasi /razia penertiban terhadap
pembuat TNKB palsu karena M.Agus beranggapan belum ada detail peraturan yang
mengatur keberadaan pembuat TNKB palsu,yang ada hanyalah peraturan mengenai
standarisasi regident motor.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah, diajukan rumusan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana penegakan hukum bagi pembuat TNKB palsu di kota Salatiga?
2. Apa faktor yang mempengaruhi penegakan hukum terhadap pembuatan plat nomor
palsu di kota Salatiga ?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui dan menganalisis penegakan hukum terhadap pembuat TNKB
palsu di kota Salatiga.
2. Untuk mengetahui dan menganalisis faktor yang menyebabkan masyarakat pemilik
kendaraan lebih memilih jasa pembuatan TNKB palsu dari pada harus menunggu
TNKB yang diterbitkan oleh polri .

D. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah:
1. Manfaat Teoritis
a. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi pemikiran atau
memberikan solusi untuk dapat menangani kasus pembuatan TNKB palsu dikota
Salatiga dan penegakan hukum bagi pelaku pembuat TNKB palsu.Melaksanakan
UU LLAJ No.22 tahun 2009 dan Perkapolri No. 5 tahun 2012 tentang Regident
Ranmor khususnya mengenai pembuatan TNKB oleh polri.
b. Memberikan kontribusi pemikiran atau solusi mengenai masalah hukum yakni
menjamurnya pembuat TNKB palsu di kota Salatiga.
c. Dapat dijadikan pedoman bagi kepolisian kota Salatiga dan/atau peneliti yang lain
yang ingin mengkaji secara mendalam tentang legalitas pembuatan TNKB palsu
di kota Salatiga.

2. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan penelitian
dalam rangka meningkatkan kualitas pelayanan kepolisian terkhusus dikota salatiga
perihal percepatan pelayanan administratif yang erat kaitanya dengan registrasi
kendaraan di kota Salatiga yang nantinya dapat mengurangi pengunaan TNKB palsu
oleh kalangan masyarakat .
E. Metode Penelitian

1.

Jenis Penelitian
Dalam penelitian pengembangan ilmu hukum khususnya hukum pidana ini,
jenis penelitian yang dipilih adalah penelitian eksploratif. Sebab dalam penelitian ini
peneliti meneliti penyebab maraknya pembuat TNKB (Tanda Nomor Kendaraan
Bermotor) palsu di kota Salatiga serta penegakan hukum terkait bisnis pembuatan
TNKB palsu.

2.

Metode Pendekatan
a.

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
yuridis

sosiologis.

Penelitian

ini

bertujuan

untuk

melihat

dan/atau

menggambarkan bagaimana hukum ditegakkan dalam halnya pembuatan TNKB
palsu di kota Salatiga.
b.

Metode penelitian ini juga didukung oleh metode pendekatan yuridis empiris
karena disertai dengan penelitian lapangan berupa wawancara kepada
narasumber terkait.

3.

Jenis dan Teknik Pengumpulan Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data
sekunder.
a. Data primer diperoleh melalui wawancara dengan petugas Samsat (Sistem
Administrasi Satu Atap),Satlantas Salatiga,Satreskrim Salatiga,konsumen selaku
pengguna dengan model aksidental sampling,para pembuat TNKB illegal di kota
Salatiga.
b. Data sekunder dalam penelitian ini mencakup :11
1) Bahan hukum primer ,merupakan bahan hukum yang mempunyai otoritas
(autoritatif).12 Dalam penelitian ini, bahan hukum primer yang digunakan
terdiri dari:
a. Undang-Undang Nomor 22 tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan
Jalan.
b. Peraturan Kapolri No.5 tahun 2011 tentang Registrasi dan Identifikasi
Kendaraan Bermotor.
2) Bahan hukum Sekunder, yaitu bahan yang memberikan penjelasan mengenai
bahan hukum primer. Menurut Marzuki bahan penelitian hukum sekunder
adalah bahan-bahan berupa semua publikasi tentang hukum yang bukan
merupakan dokumen-dokumen resmi, meliputi buku-buku teks, kamus-kamus
hukum, jurnal-jurnal hukum, dan komentar-komentar atas putusan pengadilan.
Bahan penelitian hukum yang digunakan buku-buku yang terkait dengan
materi/bahasan yang penulis gunakan.13

11

Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Suatu Tinjauan Singkat, PT Raja Grafindo Persada,
Jakarta, 2007, hal 36.
12
Zainuddin Ali,Metode Penelitian Hukum,(Jakarta:Sinar Grafika,2015),hlm.47.
13
Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum. Kencana, Jakarta, 2005, hal 66.

3) Bahan hukum tersier, yaitu bahan yang memberikan petunjuk maupun
penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder, seperti:
kamus hukum (law encyclopedia).

4.

Unit Amatan dan Unit Analisis

Unit amatan dalam penelitian ini yaitu :
A. Kepolisian dalam hal ini adalah Samsat Kota Salatiga(sistem administrasi manunggal
satu atap).
B. Pembuat plat nomor palsu.
C. Satlantas Kota Salatiga
D. Satreskrim Kota Salatiga
E. Konsumen pengguna jasa plat nomor palsu.
F. Undang – undang No.22 tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.
G. Peraturan Kapolri No.5 tahun 2011 tentang Registrasi dan Identifikasi Kendaraan
Bermotor.
Sedangkan yang menjadi unit analisisnya yaitu penegakan hukum oleh aparat kepolisian
terhadap pembuat plat nomor palsu.
F. Sistematika Penulisan

Bab I

: Bab ini berisikan uruaian tentang penelitian yang akan dilakukan meliputi :
A.

Latar belakang masalah.

B.

Rumusan masalah

C.

Tujuan penelitian.

D.

Manfaat penelitian.

E.

Metode penelitian.

Bab II

: Bab ini berisikan kerangka teori,uraian hasil penelitian dan analisis terhadap
permasalahan penelitian ,kasus yang dipelajari tentang penegakan hukum
terhadap pembuatan TNKB illegal di kota Salatiga.

Bab III

: Bab ini berisikan kesimpulan dari pembahasan dan saran penulis dan/atau
peneliti.