Pengaruh Politik Domestik terhadap kebij

Ciptahadi Nugraha
10/296341/SP/23828

Pengaruh Politik Domestik Terhadap Kebijakan Politik
Luar Negeri Australia

Seperti yang kita ketahui, dalam politik pemerintahan Australia terdapat dua partai
yang selalu bertentangan baik dalam memperebutkan kursi parlemen maupun kebijakankebijakannya, yaitu Partai Liberal dan Partai Buruh Australia. Kedua partai tersebut memang
dikenal memiliki ideologi yang berbanding terbalik dan mengakibatkan sering terjadinya
perdebatan di dalam parlemen Australia. Namun, sisi positif yang dapat diambil dari kedua
partai tersebut itu ialah kekuatan mereka dalam mempertahankan ideologi partai. Partai
Liberal bersifat konservatif, sementara itu Partai Buruh lebih cenderung demokratis sosialis.
Dalam tugas akhir ini saya akan mencoba melihat bagaimana keadaan politik dalam negeri
Australia dapat mempengaruhi kebijakan-kebijakan luar negeri mereka.
Untuk itu kita dapat melihat kembali bagaimana sikap pemerintah Australia dalam
menyikapi kasus Timor-Timur ini, sebagai gambaran, pada masa pemerintahan Paul Keating
sikap Australia dalam persoalan ini ialah cenderung mendukung Indonesia dengan menjadi
negara pertama yang mengakui bergabungnya Timor-Timur menjadi wilayah Republik
Indonesia. Namun ketika Paul Keating turun, dan digantikan oleh penerusnya John Howard,
kebijakan politik luar negeri Australia memilih untuk mendukung disintegrasi Timor Timur
dari Indonesia.

Masalah Timor-Timur ini sendiri telah sejak lama menjadi obrolan politik dalam
negeri Australia. Suara pro dan kontra tentang kebijakan Australia terhadap
Indonesia datang silih berganti. Puncaknya, p a d a m a s a P e r d a n a M e n t e r i
P a u l K e a t i n g ya n g b e r a s a l d a r i P a r t a i B u r u h , k e b i j a k a n A u s t r a l i a
b e g i t u d e k a t d e n g a n I n d o n e s i a . B a h k a n dapat dikatakan bahwa Keating itu
adalah salah seorang sahabat Indonesia ditengah masyarakat Australia yang kritis
terhadap kekuasaan Presiden Soeharto.
Kepentingan politik Australia yang paling terlihat mengenai kasus Timor-Timur
pertama-tama adalah untuk menghindari tidak melebarnya konflik di Timor-Timur pada masa

tahun 1970-an itu yang berpotensi menjadi ancaman bagi wilayah Australia. Mereka
menghendaki Timor-Timur yang stabil sehingga hubungan politik RI-Australia tidak
terganggu dengan adanya kasus Timor-Timur ini. Oleh karena itu pada kasus
integrasi Timor-timur, Australia memutuskan untuk memihak Indonesia dengan
mengakui batas-batas wilayah di daerah Timor-Timur. Puncak pengakuan itu adalah
disepakatinya pembagian Celah Timor berdasarkan ketentuan yang disepakati kedua pihak
oleh Menlu Ali Alatas dan Menlu Gareth Evans. 1 Secara eksplisit adanya
pengaturan batas laut diwilayah itu menjadikan Australia negara yang pertama
mengakui eksistensi Indonesia atas Timor-Timur.
Namun dengan hadirnya PM John Howard sikap Australia berubah total. Mereka

mulai menyatakan bahwa Timor-Timur harus merdeka. Australia mulai mengubah
kebijakannya

atas Timor-Timur dengan dasar bahwa otonomi luas harus

diberikan kepada Timor-Timur sebelum merdeka penuh. Sikap ini dilandasi oleh
kepentingan jangka panjang Australia terhadap Timor-Timur dan Indonesia. Terhadap TimorTimur, Australia seolah-olah ingin membalas kesalahan masalalu dengan mengakui eksistensi
Indonesia di Timor-Timur yang sampai tahun 1998 tidak diakui PBB.
Pada saat integrasi Timor Timur kebijakan Australia adalah untuk mendukung
Indonesia agar segera menjadikan Timor Timur bagian dari kedaulatan Indonesia. PM
Australia pada saat itu Gough Whitlam2 dari Partai Buruh, mengungkapkan pada Soeharto,
dua hal yang menjadi concern dari Australia akan Timor timur pada saat itu adalah, pertama
menjadikan Timor Timur sebagai bagian dari Indonesia, dan kedua adalah Timor Timur
harus menjadi bagian dari Indonesia dengan cara yang mencerminkan rakyat Timor Timur
benar-benar menginginkannya.3 Sedangkan di saat disintegrasi Timor Timur dari Indonesia,
kebijakan Australia terlihat benar-benar menginginkan Timor Timur untuk lepas dari
Indonesia, PM Howard dan Menlu Alexander Downer dari Partai Liberal, mengajukan draft
surat kebijakan yang isinya mendukung kebijakan Indonesia untuk memberi otonomi pada
Timor Timur, namun dia lebih berharap untuk memberikan kesempatan bagi rakyat Timor


1

Tempo Online, Celah di Celah Timor (online), 1990,
< http://majalah.tempointeraktif.com/id/arsip/1990/12/22/NAS/mbm.19901222.NAS17543.id.html>, diakses
pada 14 Mei 2012, pukul 20.00
2
Edward Gough Whitlam, AC, QC (lahir di Kew, Victoria, Australia, 11 Juli 1916, dikenal sebagai Gough
Whitlam adalah seorang mantan politikus Australia dan Perdana Menteri Australia ke-21.
3
Mike Head, Behind Gough Whitlam’s Outburst, ,
diakses pada 13 Mei 2012, pukul 21.13

Timur untuk melakukan penarikan suara untuk menentukan kemerdekaannya.4

Australia

juga secara langsung memimpin pasukan perdamaian PBB untuk Timor Timur yaitu
INTERFET (The International Force for East Timor)

guna mengamankan jalannya


referendum di Timor Timur.
Dari sini kita dapat melihat bahwa dengan bergantinya pemegang kekuasaan di
pemerintahan Australia, yang awalnya di pimpin oleh Paul Keating yang berasal dari Partai
Buruh, kemudian digantikan oleh John Howard yang berasal dari partai liberal dapat sangat
berpengaruh kepada kebijakan luar negeri yang mereka ambil, karena pertimbangan yang
digunakan oleh kedua partai tersebut juga tentunya berbeda, Partai buruh yang dinilai lebih
dekat ke Asia lebih cenderung menyetujui integrasi karena kedekatannya pada Indonesia
pada saat itu.
Sedangkan Partai Liberal yang pro-barat terlihat lebih berfokus pada sektor
pertahanan dan keamanan dengan mengusulkan pemilihan untuk segera menyelesaikan
konflik Timor-Timur ini dengan waktu yang singkat, sehingga dapat menghindari adanya
kemungkinan konflik ini akan menyebar dan menimbulkan kondisi di sekitar Australia
menjadi tidak stabil. Dalam dua fenomena yang berbeda ini, memperlihatkan faktor institusi
yang berbeda dapat merubah preferensi Australia akan Timor Timur. Yaitu institusi partai
dominan yang menguasai pemerintahan Australia pada masanya. PM Gough Whitlam yang
dinaungi oleh Partai Buruh mempunyai kebijakan yang lebih pro kepada Indonesia,
sedangkan PM Howard dari Partai Liberal menunjukkan kebijakan yang kontra dengan
keinginan Indonesia untuk mempertahankan Timor Timur sebagai wilayah kedaulatannya.
Pemerintah Australia memutuskan untuk memilih kebijakan tersebut agar konflik

yang terjadi tidak melebar dan menggangu kestabilan keamanan regional. Politik domestik
Australia juga memiliki andil besar dalam penentuan kebijakan luar negeri, karena politik
domestik merupakan dasar dari politik luar negeri. Proses pembuatan kebijakan tentunya
merupakan produk dari politik domestik yang pada saat itu sedang dikuasai oleh Partai
Liberal. Ideologi dari partai Liberal adalah liberal konservatif, paham ini fokus terhadap
masalah keamanan dan menggunakan prinsip hard diplomacy. Pemerintah beranggapan
bahwa dengan mendukung disintegrasi, maka keamanan akan tercipta, baik itu untuk
Australia, Indonesia dan juga regional.

4

< http://www.abc.net.au/news/howardyears/content/s2422684.htm>, diakses pada 13 Mei 2012, pukul 21.16

Selain di dalam kasus Timor-Timur ini, kita juga dapat melihat bagaimana politik
domestik Australia dapat mempengaruhi jalannya kebijakan luar negeri negara tersebut. Hal
ini juga dapat kita lihat dari bagaimana sikap pemerintah Australia dalam menyikapi masalah
penyembelihan sapi di Indonesia.
Di Australia, sitem penyembelihan sapi produksi dilakukan dengan standar dan
ketentuan yang dianggap telah modern, dengan menyetrum terlebih dahulu sapi yang akan di
sembelih, sehingga sapi yang dipotong dinilai tidak akan langsung merasakan sakit saat

dipotong.
Negeri Kanguru itu pernah menunda pengiriman sapi ke Indonesia pada 2011 lalu
setelah televisi Australia menayangkan gambar video rekaman penyiksaan sapi-sapi yang
akan disembelih di RPH5. Aksi unjuk rasa yang diprakarsai oleh Komunitas Pecinta Binatang
Australia dan Partai Hijau (Green Party) ini dilakukan di depan Gedung Parlemen Negara
Bagian Victoria di Kota Melbourne, Minggu (14/8/2011) waktu setempat.
Aksi protes ini menyusul pemberitaan di stasiun TV Nasional Australia, ABC dalam
acara Four Corner beberapa bulan lalu, yang menayangkan penyembelihan hewan ternak di
Indonesia yang dilakukan secara keji. Pemberitaan itu mendapatkan reaksi keras dari
masyarakat Australia yang disusul dengan keputusan Pemerintah setempat menghentikan
sementara ekspor ternak hidup ke luar negeri.
Diberitakan di sejumlah media nasional Australia bahwa pemerintah Federal
didukung partai buruh kemungkinan akan mencabut larangan ekspor ternak hidup. Sementara
green party yang merupakan partai minoritas di Australia, menuntut agar keputusan
pelarangan itu diputuskan secara permanen.
Tak pelak siaran tersebut langsung mendapatkan reaksi keras dari sejumlah pecinta
binatang. Mereka meminta pemerintah Australia menghentikan seluruh perdagangan sapi ke
Indonesia. Larangan ini sendiri diberlakukan sejak 8 Juni 2011, dan dicabut kembali sekitar
satu bulan setelahnya.
Disini dapat kita lihat bahwa Australia sebagai negara yang dikenal sangan concern

terhadap isu-isu lingkungan hudup dan juga pelestarian hewan ini bertindak dengan
mengadakan pelarangan ekspor sapi ke Indonesia setelah adanya desakan dari kaum pecinta
hewan, dan juga dari pihak Green Party, yaitu partai minoritas di Australia yang konsisten
dan sangat kritis mengenai masalah lingkungan dan perlindungan hewan.
5

Rumah Potong Hewan.

Dengan adanya desakan berupa demonstrasi yang dilakukan oleh para simpatisan
hewan di Australia, pemerintah Australia langsung bertindak dengan mengadakan pelarangan
pengiriman sapi hidup ke Indonesia ini. Ini menunjukkan bahwa kondisi yang terjadi di
dalam negeri Australia dapat mempengaruhi kebijakan luar negeri pemerintah Australia.
Padahal nilai ekspor sapi Australia ke Indonesia ini bernilai lebih dari US$320 juta pertahun.
Ini membuat Indonesia menjadi tujuan utama ekspor sapi Australia.6
Jadi dapat kita lihat dari dua contoh kasus yang telah saya uraikan diatas, bahwa
kebijakan luar negeri yang diambil oleh pemerintah Australia ini tidak dapat terlepas dari
kondisi dan desakan dalam negerinya sendiri. Iklim politik domestik Australia ini
berimplikasi langsung terhadap formulasi dan tendensi kebijakan politik luar negeri
Australia. Formulasi kebijakan politik luar negeri Australia secara garis besar tidak jauh
berbeda dengan situasi politik domestik Australia. Hal ini dikarenakan, politik domestik

merupakan sebuah instrumen pengambilan keputusan sebagai landasan dari formulasi
pengambilan kebijakan luar negeri.

6

BBC, Australia Cabut Larangan Ekspor Sapi ke RI (online), 2011,
, Diakses pada
tanggal 21 Juni 2012 pukul 20.00 wib.