Manajemen Modal Bank Syariah. docx

I.

Pendahuluan

a. Arti Penting Modal
Dalam perbankan terutama perbankan syariah, modal punya peran vital.
Setidaknya menurut hemat penulis ada dua arti penting modal, yaitu sebagai
indikator kepercayaan masyarakat terhadap bank dan sebagai alat perlindungan
nasabah. Berawal dari pertanyaan, apa yang sebenarnya yang dijual bank. Bisnis
bank sebenarnya adalah bisnis kepercayaan (trust). Konsep pengamanatan dana
menjadi konsep sentral dari skema perbankan, maka dari itu aspek kepercayaan
menjadi aspek utama. Orang hanya akan memasrahkan uangnya pada sebuah
individu maupun institusi yang mereka percayai. Percaya baik dalam hal
mengelola dananya dan dalam hal menjaga dananya. Dalam hal mengelola maka
pihak penitip dana akan percaya bahwa jika dana dititipkan kepada pengelola dana
akan mampu menghasilkan laba. Sedangakan dalam hal menjaga dana, maka
pihak penitip dana percaya bahwa dana yang dititipkan kepada pihak penerima
titipan, dananya akan aman sampai penitip mengambil dananya kembali. Penitip
dana harus percaya bahwa dana yang dititipkan harus kembali 100%. Jika bank
tidak mampu menjaga kepercayaan masyarakat maka bisa dikatakan sudah
hancurlah bank tersebut, atau setidaknya bank tidak akan efektif dan efisien lagi

dalam menjalankan fungsinya sebagai lembaga penyalur dana (intermediary
institution).
Arti penting kedua adalah melindungi nasabah. Perlindungan nasabah
sebenarnya erat kaitannya dengan arti penting pertama yaitu kepercayaan.
Misalnya dalam sebuah skenario buruk bahwa bank sedang mengalami kegagalan
dalam menjalankan aktivitas bisnisnya, maka nasabah harus dipastikan tidak
terkena dampaknya, atau setidaknya bisa ditekan sekecil mungkin. Alat untuk
melindungi nasabah ini maka tidak lain dan tidak bukan adalah modal bank itu
sendiri. Modal harus mampu menjadi buffer nasabah yaitu semacam alat untuk
menyekat antara nasabah dan resiko sehingga nasabah tidak terkena dampak dari
resiko aktivitas bank.

1

II.

Pembahasan

a. Pengertian Modal
1. Modal dalam arti luas

Modal menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah uang yang
dipakai sebagai pokok induk untuk berdagang, melepas uang, dan sebagainya
yang dapat dipergunakan untuk menghasilkan sesuatu yang menambah kekayaan.
Masih menurut KBBI modal juga diartikan sebagai dasar atau bekal untuk
bekerja.
Menurut Chaudhry (1999) modal adalah kekayaan yang digunakan untuk
menghasilkan kekayaan lainnya. Modal termasuk semua barang yang diproduksi
akan tetapi tidak dikonsumsi atau digunakan untuk memproduksi barang di masa
yang akan datang. Lebih lanjut Chaudhry menambahkan bahwa yang dimaksud
modal adalah barang yang diproduksi manusia. Jadi tanah, dan tenaga kerja
(manusia) tidak termasuk modal, akan tetapi merupakan faktor produksi lainnya
(selain modal). Chaudhry membedakan modal dengan faktor produksi lainnya
karena tanah dan tenaga kerja adalah faktor yang given, artinya pemberian dari
Tuhan. Sementara faktor produksi yang dibuat oleh manusia maka itulah yang
disebut modal.

2. Modal dalam arti sempit (perbankan)
Modal dalam arti perbankan adalah kekayaan bersih (net worth) yang
diperoleh dari selisih antara nilai aset bank dengan kewajibannya (liabilities).
Besarnya nilai modal yang tertera dalam neraca mencerminkan besarnya tingkat

kepemilikan investor (pemegang saham) terhadap bank.
Secara lebih rinci modal bank adalah dana yang diserahkan pemilik (owner).
Pada periode tahun akhir buku, setelah dihitung keuntungan yang diperoleh pada
tahun tersebut, pemilik modal akan memperoleh bagian usaha, yang biasa disebut
dividend. Modal itu kemudian bisa digunakan untuk membeli gedung, tanah,
perlengkapan dan sebagainya yang secara langsung tidak menghasilkan
pendapatan. Selain itu modal juga bisa digunakan untuk disalurkan ke hal-hal
yang produktif menjadi pembiayaan.
2

b. Sumber Modal
Pada dasarnya sumber modal bank syariah dan bank konvensional tidak banyak
berbeda. Hanya saja jika kita mau langsung menelaah dari segi aspek fiqih Islam
maka sumber modal bank syariah harus jelas dari sumber yang halal. Aspek
kehalalan itulah yang menjadi pembeda antara antara modal bank syariah dengan
bank konvensinal.
Sumber utama bank syariah adalah modal inti. Modal inti adalah modal yang
berasal dari pemilik bank yang terdiri dari modal yang diinvestasikan para
pemegang saham cadangan dan laba ditahan. Modal inti juga termasuk dana-dana
yang tercatat dalam rekening bagi hasil mudharabah. Modal inti inilah yang

berfungsi sebagai penyokong dan mengembalikan kerugian bank dan melindungi
dana-dana dari para pemegang rekening penitipan wadiah atau pinjaman qard.
Modal inti melindungi aktivitas yang dibiayai oleh dana sendiri, wadiah dan qard.
Dana-dana

rekening

bagi hasil

(mudharabah) sebenarnya

juga bisa

dikategorikan sebagai modal, yang biasanya disebut kuasi ekuitas. Namun,
rekening ini hanya bisa menanggung resiko atas aktivitas yang dibiayai oleh dana
dari rekening bagi hasil itu sendiri. Selain itu ada kesepakatan bahwa pemilik dana
bisa mengajukan keberatan atau menolak untuk menanggung resiko atas aktiva
yang dibiayainya. Hal yang mendasari penolakan ini adalah karena ada
kemungkinan salah urus (mis-management) dari pihak bank, kelalalian atau
penipuan dari pihak bank selaku mudharib. Disamping itu, untuk modal dari

pinjaman (subordinated loan), menurut Antonio, dalam pandangan syariah, modal
seperti itu masuk kategori qardh. Qardh adalah pinjaman harta yang bisa diminta
kembali. Dalam literatur fiqh Salaf al-salih, qardh dikategorikan ke dalam akad
saling membantu dan bukan transaksi komersial.
Dalam kaedah Islam, jika kita memberikan pinjaman maka kita dilarang untuk
meminta imbalan karena itu termasuk riba. Akan tetapi setiap penerima pinjaman
wajib menjamin pinjaman tersebut ketika jatuh tempo. Maka dari itu posisi qardh
setara dengan kewajiban utang lainnya. Atas dasar itulah maka qardh tidak bisa
dimasukkan kedalam modal yang bisa digunakan untuk ikut menanggung resiko

3

atas aktivitas perbankan atau memberikan perlindungan kepada para deposan.
Dengan uraian ini maka dana qardh tidak termasuk ke dalam modal bank.

c. Fungsi Modal Bank
Menurut Svitek, secara umum fungsi bank dapat dikategorikan menjadi tiga
fungsi, yaitu fungsi kepercayaan, fungsi pembiayaan, dan fungsi pembatasan.
1. Fungsi kepercayaan.
Setiap nasabah yang ingin menabungkan uangnya di bank harus merasa yakin

bahwa dana yang mereka “pasrahkan” kepada bank harus aman. Apabila terjadi
kegagalan bank dalam menjalankan aktivitas bisnisnya maka bank mampu
menutup kegagalan tersebut dengan modal yang dipunyainya. Modal bank mampu
mengindikasikan kemampuannya dalam menanggung semua kewajiban dengan
aset yang dimilikinya. Jika dilihat dari sisi uang kas, maka semakin besar modal
bank (kas) maka bank akan semakin mudah untuk menyelesaikan masalah
likuiditasnya. Masalah likuiditas selalu melekat tiga hal yaitu jumlah dana, biaya
dana, dan jangka waktu dana. Dengan memikirkan ketiga hal tersebut maka akan
lebih efektif dan efisien jika penyelesaian masalah likuiditas diambil dari modal
sendiri bukan dari rekening nasabah. Meskipun bank bisa menyelesaikannya
dengan menggunakan dana nasabah akan tetapi prioritas utama tetap dari modal
sendiri. Kecilnya modal maka akan memaksa bank untuk meminjam dana dari
masyarakat. Padahal jika bank harus meminjam dana dari masyarakat atau pihak
lain, pasti selalu ada biaya meminjam dari dana tersebut. Maka akibatnya adalah
akan mengurangi keuntungan bank.
2. Fungsi pembiayaan
Aset-aset tetap seperti tanah, gedung dan perlengkapan dibiayai langsung dari
modal, apalagi jika bank itu baru berdiri. Salah satu komponen modal adalah laba
yang tidak dibagikan. Laba yang tidak dibagikan ke pemegang saham ini maka
akan dialokasikan untuk membeli aset-aset baru. Aset-aset baru itu bisa dalam

bentuk aset tetap atau aset-aset produktif. Jika laba itu dialokasikan dalam bentuk
aset produktif maka itu akan sangat bagus karena keuntungan yang didapat akan
4

maksimal yang dihasilkan dari modal yang bebas biaya. Sebaliknya jika bank
tidak punya cukup modal untuk melakukan pembelian aset-aset produktif, maka
bank akan terpaksa harus meminjam dana dari pihak di luar bank yang mana
modal tersebut tidak bebas biaya.
3. Fungsi pembatasan
Modal adalah referensi yang banyak digunakan untuk membatasi berbagai
jenis aset dan transaksi perbankan. Tujuannya adalah untuk mencegah bank dari
mengambil terlalu banyak peluang. Rasio kecukupan modal (Capital Adequacy
Ratio / CAR), sebagai batas utama, mengukur modal terhadap aset tertimbang
menurut resiko. Setiap aset beresiko-tertimbang memiliki bobot nilai tersendiri.
Nilai resiko dihasilkan dengan mengalikan nilai aset dengan bobot yang berkisar
antara 0 sampai 100%. Persyaratan minimum rasio modal terhadap aset berisikotertimbang (CAR) adalah 8 persen.
Pembahasan mengenai CAR akan disajikan dalam bab selanjutnya.

d. Kecukupan Modal Bank
Seperti telah disebutkan sebelumnya bahwa untuk mengukur tingkat

kecukupan modal digunakan indikator CAR. Tingkat kecukupan modal ini dapat
diukur dengan cara (1) membandingkan modal dengan dana-dana pihak ketiga
dan (2) membandingkan modal dengan aktiva beresiko.
(1) Membandingkan modal dengan dana-dana pihak ketiga
Dilihat dari sudut perlindungan kepentingan para deposan, perbandingan
antara modal dengan pos-pos pasiva merupakan petunjuk tentang tingkat
keamanan simpanan masyarakat pada bank. Perhitungannya merupakan ratio
modal dikaitkan dengan simpanan pihak ketiga (giro, deposito dan tabungan)
sebagai berikut :
Modal dan cadangan
= 10%
Giro + Deposito + tabungan
5

Dari perhitungan tersebut diketahui bahwa ratio modal atas simpanan cukup
dengan 10% dan dengan ratio itu permodalan bank dianggap sehat.
Ratio antara modal dan simpanan masyarakat harus dipadukan dengan
memperhitungkan aktiva yang mengandung resiko. Oleh karena itu modal harus
dilengkapi oleh berbagai cadangan sebagai penyangga modal, sehingga secara
umum modal bank terdiri dari modal inti dan modal pelengkap.

(2) Membandingkan modal dengan aktiva beresiko.
Ukuran kedua inilah yang dewasa ini menjadi kesepakatan BIS (bank for
International Settlements) yaitu organisasi bank sentral dari negara-megara maju
yang disponsori oleh Amerika Serikat, Kanada, negara-negara Eropah Barat dan
Jepang. Kesepakatan tentang ketentuan permodalan itu dicapai pada tahun 1988,
dengan menetapkan CAR, yaitu ratio minimum yang mendasarkan kepada
perbandingan

antara

modal

dengan

aktiva

beresiko.

Kesepakatan ini dilatar-belakangi oleh hasil pengamatan para ahli perbankan
negara-negara maju, termasuk para pakar IMF dan World Bank, tentang adanya

ketimpangan struktur dan sistem perbankan internasional.
Hal ini didukung oleh beberapa indikasi sebagai berikut :


Krisis pinjaman negara-negara Amerika Latin telah mengganggu



kelancaran arus peredaran uang internasional.
Persaingan yang dianggap unfair antara bank-bank Jepang dengan bankbank Amerika dan Eropah di Pasar Uang Internasional. Bank-bank Jepang
memberikan pinjaman amat lunak (bunga rendah) karena ketentuan CAR



di negara itu amat lunak, yaitu antara 2 sampai 3 persen saja.
Terganggunya situasi pinjaman internasional yang berakibat terganggunya
perdagangan internasional.

Berdasarkan indikasi-indikasi itu lalu BIS menetapkan ketentuan perhitungan
Capital Edequacy Ratio (CAR) yang harus diikuti oleh bank-bank di seluruh

dunia sebagai aturan main dalam kompetisi yang fair di pasar keuangan global,
yaitu ratio minimum 8% permodalan terhadap aktiva berisiko .

6

e. Penerapan CAR untuk Perbankan Indonesia
1. Jenis modal
Modal dibagi ke dalam modal inti dan modal pelengkap
Modal inti (tier 1) terdiri dari :
1. Modal Setor, yaitu modal yang disetor secara efektif oleh pemilik. Bagi
Bank milik koperasi modal setor terdiri dari simpanan pokok dan simpana
wajib para anggotanya.
2. Agio saham, yaitu selisih lebih dari harga saham dengan nilai nominal
saham.
3. Modal sumbangan, yaitu modal yang diperoleh kembali dari sumbangan
saham, termasuk selisih nilai yang tercatat dengan harga (apabila saham
tersebut dijual).
4. Cadangan Umum, yaitu cadangan yang dibentuk dari penyisihan laba yang
ditahan dengan persetujuan RUPS.
5. Cadangan tujuan, yaitu bagian laba setelah pajak yang disisihkan untuk
tujuan tertentu atas persetujuan RUPS.
6. ) Laba ditahan, yaitu saldo laba bersih setelah pajak yang oleh RUPS
diputuskan untuk tidak dibagikan.
7. Laba tahun lalu, yaitu laba bersih tahun lalu setelah pajak, yang belum
ditetapkan

penggunaannya

oleh

RUPS.

Jumlah laba tahun lalu hanya diperhitungkan sebesar 50 % sebagai modal
inti. Bila tahun lalu rugi harus dikurangkan terhadap modal inti.
8. Laba tahun berjalan, yaitu laba sebelum pajak yang diperoleh dalam tahun
berjalan.


Laba

ini

diperhitungkan

hanya

50%

sebagai

modal

inti.

– Bila tahun berjalan rugi, harus dikurangkan terhadap modal inti.
9. Bagian kekayaan bersih anak perusahaan yang laporan keuangannya
dikonsolidasikan,

yaitu

modal

inti

anak

perusahaan

setelah

dikompensasikan dengan penyertaan bank pada anak perusahaan tersebut.
Bila dalam pembukuan bank terdapat goodwill, maka jumlah modal inti harus
dikurangkan

dengan

nilai

goodwill

tersebut.

Bank syariah dapat mengikuti sepenuhnya pengkategorian unsur-unsur tersebut di
atas sebagai modal inti, karena tidak ada hal-hal yang bertentangan dengan prinspprinsp syariah.
7

Modal pelengkap (tier 2)
Modal pelengkap terdiri atas cadangan-cadangan yang dibentuk bukan dari laba
setelah pajak serta pinjaman yang sifatnya dipersamakan dengan modal. Secara
terinci modal pelengkap dapat berupa :
– Cadangan revaluasi aktiva tetap
– Cadangan penghapusan aktiva yang diklasifkaskan
– Modal pinjaman yang mempunyai ciri-ciri :
a. Tidak dijamin oleh bank yang bersangkutan dan dipersamakan dengan
modal dan telah dibayar penuh.
b. Tidak dapat dilunasi atas inisiatif pemilik, tanpa persetujuan BI.
c. Mempunyai kedudukan yang sama dengan modal dalam hal memikul
kerugian bank.
d. Pembayaran bunga dapat ditangguhkan bila bank dalam keadaan rugi.
– Pinjaman subordinasi yang memenuhi syarat-syarat sbb:
a.
b.
c.
d.
e.

Ada perjanjian tertulis antara pemberi pinjaman dengan bank.
Mendapat persetujuan dari BI.
Tidak dijamin oleh bank yang bersangkutan.
Minimal berjangka waktu 5 tahun.
Pelunasan
pinjaman
harus
dengan
persetujuan

BI

f. Hak tagih dalam hal terjadi terjadi likuidasi berlaku paling akhir
(kedudukannya sama dengan modal)
Modal pelengkap ini hanya dapat diperhitungkan sebagai modal setinggitingginya 100 % dari jumlah modal inti.
Khusus menyangkut modal pinjaman dan pinjaman subordinasi, bank
syariah tidak dapat mengkategorikannya sebagai modal, karena sebagaimana
diuraikan di atas, pinjaman harus tunduk pada prinsip qard dan qard tidak boleh
diberikan syarat-syarat seperti ciri-ciri atau syarat-syarat yang diharuskan dalam
ketentuan tersebut.
2. Tata-cara Perhitungan Kebutuhan modal minimum

8

Perhitungan kebutuhan modal didasarkan pada aktiva tertimbang menurut
risiko (ATMR). Yang dimaksud dengan aktiva dalam perhitungan ini mencakup
baik aktiva yang tercantum dalam neraca maupun aktiva yang bersifat
administratif sebagaimana tercermin dalam kewajiban yang masih bersifat
kontingen dan atau komitmen yang disediakan bagi pihak ketiga. Terhadap
masing-masing jenis aktiva tersebut ditetapkan bobot risiko yang besarnya
didasarkan pada kadar risiko yang terkandung dalam aktiva itu sendiri atau yang
didasarkan atas penggolongan nasabah, penjamin atau sifat barang jaminan.
Berdasarkan prinsip tersebut di atas, maka rincian bobot risiko dan ATMR
untuk semua aktiva adalah seperti contoh formulir perhitungan penyediaan modal
minimum sebagai berikut:
Tabel 1
Daftar Bobot Aktiva Tertimbang Menurut Resiko
Keterangan
bobot
I. AKTIVA TERTIMBANG MENURUT RISIKO
(ATMR)
1.

AKTIVA

NERACA

(rupiah

dan

1.1.

valas)
Kas

1.2.

Emas

1.3.

Giro

dan

mata

pada

uang

Bank

emas
Indonesia

1.4. Tagihan pada bank lain
a. pada bank sentral negara lain.
b. pada bank lain
20 %
c. pada bank lain yang dijamin oleh pemerintah
pusat
1.5.

Surat
a.
b.
c.
d.

atau bank sentral
berharga

yang

dimiliki

SBI
Treasury bill negara lain
Sertifikat bank sentral negara lain
SBPU
– Yang diterbitkan atau dijamin oleh Bank
sentral

dan

Pemerintah

Pusat
9

– yang diterbitkan dan dijamin dengan uang
kas, uang kertas asing, emas, serta giro,
deposito dan tab. Pada bank ybs. Sebesar nilai
jaminan

tersebut.

– yang diterbitkan atau dijamin oleh bank
lain,

pemerintah

departemen

di

daerah,
Indonesia,

pembangunan

lembaga

non

dan

bank

multilateral. 20%

– yang diterbitkan atau dijamin oleh BUMN
dan perusahaan milik pemerintah pusat
negara

lain

– yang diterbitkan atau dijamin oleh pihak 50%
swasta lainnya
e. Saham


yang



yang

dan

Obligasi

diterbitkan
diterbitkan

oleh
oleh

bank

lain

BUMN

dan

100%

pemerintah milik pemerintah ousat negara
lain

20%

– yang diterbitkan oleh pihak swasta lainnya

50%

1.6. Kredit yang diberikan kepada atau dijamin oleh
a. bank


sentral
pemerintah

pusat

100%

– uang kas, uang kertas asing, emas, mata
uang emas, serta giro, deposito dan tabungan
pada bank ybs. sebesar nilai dari jaminan
tersebut
– bank lain, pemda, lembaga non departemen
di Indonesia, bank pembangunan multilateral
– BUMN dan perusahaan milik pemerintah
pusat

Negara

lain

20%

– Pihak-pihak lainnya
b. KPR yang dijamin oleh hipotek pertama
dengan tujuan untuk dihuni

50%

10

1.7.

Penyertaan

1.8. Aktiva tetap dan inventaris (nilai buku) 100%
1.9.

Antar

1.10.

kantor

aktiva

(netto)

Rupa-rupa

aktiva

1.11. Jumlah ATMR aktiva neraca

50%
100%

2. REKENING ADMINISTRATIF (rupiah dan valas) 100%
a. Fasilitas kredit yang belum dipergunakan 100%
yang disediakan sampai dengan akhir tahun 100%
takwim berjalan yang disediakan bagi atau
dijamin oleh/dengan, atau dijamin suratberharga

yang



diterbitkan

oleh

Bank



:

Sentral

Pemerintah

Pusat

– Uang kas, uang kertas asing, emas, mata
uang emas, serta giro, deposito dan tabungan
pada bank yang bersangkutan sebesar nilai
dari

jaminan

tersebut.

– bank lain, pemda, lembaga non departemen
di Indonesia, bank pembangunan multilateral
– BUMN dan perusahaan milik pemerintah
pusat

negara

lain.

– Pihak-pihak lainnya.
b. Yang disediakan dalam rangka KPR yang

10%

dijamin hipotik pertama dengan tujuan untuk
dihuni.
c. Jaminan bank
1. Dalam
termasuk

25%
rangka

pemberian

Standby L/C

dan

kredit
risk 50%

sharing serta endosemen atau aval atas 25%
surat-surat berharga yang diberikan
atas permintaan

:

– Bank sentral dan pemerintah pusat

11

– Bank lain, pemda, lembaga non
departemen

di

Indonesia,

pembangunan

bank

multilateral.

– BUMN dan perusahaan milik
pemerintah

pusat

negara

– Pihak-pihak lainnya
2. Bukan dalam rangka

lain

pemberian

20%

kredit, seperti bid bonds, performance
bonds, dan advance payment bonds,
yang diberikan atas pertintaan :

50%

– bank sentral dan pemerintah pusat
– bank lain, pemda, lembaga non
departemen

di

Indonesia,

pembangunan

100%

bank

multilateral.

– BUMN dan perusahaan milik
pemerintah

pusat

– Pihak-pihak lain.
3. L/C yang masih

negara
berlaku

lain
(tidak

termasuk standby L/C) yang diberikan
atas

permintaan

10%

:

– bank sentral dan pemerinta pusat
– bank lain, pemda, lembaga non
departemen

di

Indonesia,

pembangunan


25%

bank

multilateral

50%

BUMN dan perusahaan milik

pemerintah

pusat

negara

lain

– pihak-pihak lain
d.

Kewajiban membeli kembali aktiva bank dengan

syarat
e.

repurchase

sgreement

Posisi netto kontrak berjangka valuta asing dan

swap bunga (forward exchange contract and interest
rate
f.

swap
Jumlah ATMR rekening administratif

contract)
10%

12

3. JUMLAH ATMR (1.1.11 + 2.2.5.)
20%
100%
4%

ATMR aktiva neraca diperoleh dengan cara mengalikan nilai nominal
items neraca tersebut dengan bobot risiko. Misalnya kredit pemilikan rumah
(KPR) sebesar Rp.1 milyar dengan bobot risiko 50 % maka ATMR adalah Rp. 500
juta.
ATMR aktiva administratif diperoleh dengan cara mengalikan nilai
nominal dengan bobot risiko aktiva administratif tersebut. Midalnya Jaminan bank
yang diberikan atas permintaan Pemda sebesar Rp.1 milyar dengan bobot risiko
20 % maka ATMR adalah Rp.200 juta.
Setelah angka ATMR diperoleh maka kebutuhan modal minimum atau
CAR bank sedikit-dikitnya adalah 8 % dari ATMR. Dengan membandingkan ratio
modal dengan kewajiban penyediaaan modal minimum, maka akan diketahui
apakah bank telah memenuhi ketentuan CAR atau tidak.
3. Aktiva Tertimbang Menurut Resiko (ATMR) bank syariah
Resiko atas modal berkaitan dengan dana yang diinvestasikan pada aktiva
beresiko, baik yang beresiko rendah ataupun yang resikonya lebih tinggi dari yang
lain. ATMR adalah faktor pembagi (denominator) dari CAR sedangkan modal
adalah faktor yang dibagi (numerator) untuk mengukur kemampuan modal
menanggung resiko atas aktiva tersebut.
Dalam

menelaah

ATMR

pada

bank

syariah,

terlebih

dahulu

harus

dipertimbangkan , bahwa aktiva bank syari’ah dapat dibagi atas:


Aktiva yang didanai oleh modal sendiri dan/atau kewajiban atau hutang
(wadi’ah atau qard dan sejenisnya) dan

13



Aktiva yang didanai oleh rekening bagi hasil (Profit and loss Sharing
Investment Account) yaitu mudharabah (baik General Investment
Account/mudharabah mutlaqah yang tercatat pada neraca/on balance sheet
maupun Restricted Investment Account/mudharabah muqayyadah yang
dicatat pada rekening administratif/off balance sheet).

Aktiva yang didanai oleh modal sendiri dan kewajiban atau hutang, resikonya
ditanggung oleh modal sendiri, sedangkan aktiva yang didanai oleh rekening bagi
hasil, resikonya ditanggung oleh dana rekening bagi hasil itu sendiri. Namun
demikian, sebagaimana telah diuraikan di atas, pemilik rekening bagi hasil dapat
menolak untuk menanggung resiko atas aktiva yang dibiayainya, apabila terbukti
bahwa resiko tersebut timbul akibat salah urus (mis management), kalalaian atau
kecurangan yang dilakukan oleh manajemen bank selaku mudharib. Oleh
karenanya tetap ada potensi resiko, (katakanlah dengan probability 50 %), yang
harus ditanggung oleh modal bank sendiri. Hal ini mengandung konsekuensi
bahwa atas aktiva ini harus pula dibentuk PPAP.
Berdasarkan pembagian jenis aktiva tersebut di atas, maka pada prinsipnya bobot
resiko bank syari’ah atas :


Aktiva yang dibiaya oleh modal bank sendiri dan / atau dana pinjaman



(wadi’ah, card dan sejenisnya) adalah 100 %, sedangkan
Aktiva yang dibiaya oleh pemegang rekening bagi hasil (baik general
ataupun restricted investment account) adalah 50 %

Penggolongan lebih lanjut (berdasarkan rating pihak-pihak yang dibiayai /
pengelola dana investasi atau penjaminnya) dapat mengkuti ketentuan Bank
Indonesia ataupun Busle commitee yang ada.
Bobot risiko Bobot

Konversi

modal atas risiko

bobot

aktiva (%)

aktiva(%)

risiko(%

*

)

 Surat berharga yang
dijamin oleh bank-bank
Nasional atau bank-bank
utama (prime bank)
14

Asing
a. Didanai oleh modal
100
20
20
sendiri
b. Didanai
oleh 50
20
10
rekening bagi hasil
 Pembiayaan
kepada
100
100
100
pihak lain
a. Didanai oleh modal
sendiri
100
50
b. Didanani
oleh 50
rekening bagi hasil
*) Berdasarkan ketentuan Bank Indonesia ataupun Busle commitee yang ada

4. Kualitas Aktiva Produktif (KAP)
Menurut Muhammad (2011) aktiva produktif bank syari’ah dapat dibedakan atas :
a. Piutang penjualan (murabahah) dan sewa (ijarah)
b. Investasi pada:
· Musyarakah
· Mudharabah
· Salam
· Istishna’
· Persediaan
· Aktiva yang disewakan
Kualitas piutang penjualan (murabahah) dan sewa (ijarah) didasarkan pada
kemampuan membayar, kondisi keuangan dan prospek usaha. Demikian juga
kualitas investasi pada musyarakah dan mudharabah dapat di dasarkan atas tingkat
kesesuaian antara realisasi bagi hasil dengan proyeksinya, kondisi keuangan dan
prospek usaha.
Dalam pembiayaan mudharabah, bank dapat menolak untuk menanggung
resiko, bila ternyata diakibatkan oleh kesengajaan, kelalian atau pelanggaran oleh
nasabah sebagai mudharib. Berdasarkan hal itu maka faktor jaminan dalam
pembiayaan mudharabah dapat diperhitungkan untuk menutup resiko tersebut.
Salam dan istishna’ adalah cara memperoleh barang dengan membayar di
muka sedang barangnya akan diterima kemudian, dan bukan aktiva produktif.
15

Oleh karena itu tidak diperlukan perhitungan KAPnya. Sedangkan untuk masalah
pencadangannya diatur dalam standar akuntansi sebagaimana unsur aktiva lain
(seperti aktiva dalam proses). Demikian pula halnya dengan persediaan dan aktiva
yang disewakan.

III.
Penutup
Modal memiliki peran penting dalam perbankan, yaitu untuk membagun
kepercayaan (trust) nasabah dan sebagai aspek perlindungan dana nasabah. Modal
menjadi indikator yang penting karena modal dijadikan acuan untuk mengukur
besaran-besaran risiko dalam aktivitas perbankan. Dalam perbankan syariah
modal yang didapat dari pihak luar (qardh) tidak bisa dikategorikan sebagai

16

modal, sehingga tidak bisa digunakan untuk ikut menanggung resiko dari
kegagalan aktivitas perbankan.

Daftar Pustaka
Antonio, Muhammad Syafi’i, Bank Syariah,Dari Teori ke Praktik,
Jakarta; Gema Insani Press, 2001.
Chaudry, Muhammad Sharif, Fundamental of Islamic Economyc
System, Lahore: Burhan Education, 1999.

Martin Svitek, Functions of Bank Capital, Slovenia; Narodna Banka Slovenska,
2001.
Muhammad, Manajemen Bank Syariah, Yogyakarta; UPP AMP YKPN,
2011.

17