Desentralisasi dan Otonomi daerah di IND

dadang-solihin.blogspot.com

2

dadang-solihin.blogspot.com

3

Materi

Amanat Konstitusi

Perspektif Kebijakan

Perspektif Teori

Perspektif Praktek

dadang-solihin.blogspot.com

4


Otonomi Daerah di Indonesia
1

2
Teori

Praktek

3
Teori

Kebijakan

Kebijakan

Teori

Praktek


Praktek

Kebijakan

Praktek

4
Teori

dadang-solihin.blogspot.com

5

dadang-solihin.blogspot.com

6

Pasal 18 UUD
1) Negara Kesatuan Republik
Indonesia dibagi atas daerah-daerah

provinsi dan daerah provinsi itu
dibagi atas kabupaten dan kota,
yang tiap-tiap provinsi, kabupaten,
dan kota itu mempunyai
pemerintahan daerah, yang diatur
dengan undang-undang.
2) Pemerintahan daerah provinsi,
daerah kabupaten, dan kota
mengatur dan mengurus sendiri
urusan pemerintahan menurut asas
otonomi dan tugas pembantuan.
3) Pemerintahan daerah provinsi,
daerah kabupaten, dan kota memiliki
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
yang anggota-anggotanya dipilih
melalui pemilihan umum.

4) Gubernur, Bupati dan Walikota
masing-masing sebagai Kepala
Pemerintah Daerah Provinsi,

Kabupaten dan Kota dipilih secara
demokratis.
5) Pemerintah daerah menjalankan
otonomi seluas-luasnya, kecuali
urusan pemerintahan yang oleh
undang-undang ditentukan sebagai
urusan Pemerintah Pusat.
6) Pemerintahan daerah berhak
menetapkan peraturan daerah dan
peraturan-peraturan lain untuk
melaksanakan otonomi dan tugas
pembantuan.
7) Susunan dan tata cara
penyelenggaraan pemerintahan
daerah diatur dalam undang-undang.

dadang-solihin.blogspot.com

7


Hubungan
wewenang

Pasal 18A UUD
1) Hubungan wewenang antara
pemerintah pusat dan pemerintah
daerah provinsi, kabupaten, dan kota
atau antara provinsi dan kabupaten
dan kota, diatur dengan Undangundang dengan memperhatikan
kekhususan dan keragaman daerah.
2) Hubungan keuangan, pelayanan
umum, pemanfaatan sumber daya
alam dan sumber daya lainnya
antara pemerintah pusat dan
pemerintahan daerah diatur dan
dilaksanakan secara adil dan selaras
berdasarkan undang-undang.

dadang-solihin.blogspot.com


Hubungan
keuangan

8

Pasal 18B UUD

Masyarakat
Tradisional

1) Negara mengakui dan menghormati
satuan-satuan pemerintahan daerah
yang bersifat khusus atau bersifat
istimewa yang diatur dengan
Undang-undang.

Daerah
Khusus

2) Negara mengakui dan menghormati

kesatuan-kesatuan masyarakat
hukum adat serta hak-hak
tradisionalnya sepanjang masih
hidup dan sesuai dengan
perkembangan masyarakat dan
prinsip Negara Kesatuan Republik
Indonesia, yang diatur dalam
undang-undang.

dadang-solihin.blogspot.com

9

dadang-solihin.blogspot.com

10

Pemisahan dan Pembagian Kekuasaan



Teori pemisahan kekuasaan (separation of power) oleh
Montesquieu.

 Kekuasaan negara dipisahkan secara horizontal melalui fungsi

legislatif, eksekutif, dan judikatif.


Konsep pembagian kekuasaan (distribution of power atau
division of power).
 Kekuasaan negara dibagikan secara vertikal dalam hubungan
‘atas-bawah’.
 Biasa digunakan dalam mekanisme pembagian kekuasaan

antara pemerintah federal dan negara bagian.

dadang-solihin.blogspot.com

11


Alasan Dianutnya Desentralisasi
(The Liang Gie, 1968)
Dari sudut politik:


Untuk mencegah penumpukan kekuasaan pada satu pihak saja yang
akhirnya dapat menimbulkan tirani;



Untuk menarik rakyat ikut serta dalampemerintahan dan melatih diri dalam
mempergunakan hak-hak demokrasi;

Dari sudut teknis organisatoris pemerintahan: Efisiensi



Apa yang dianggap lebih utama untuk diurus oleh pemerintah setempat,
pengurusannya diserahkan kepada daerah.
Hal-hal yang lebih tepat di tangan pusattetap diurus oleh pemerintah pusat.


Dari sudut kultural:


Supaya perhatian dapat sepenuhnya ditumpahkan kepada kekhususan
suatu daerah, seperti geografi, keadaan penduduk, kegiatan ekonomi,
watak kebudayaan atau latar belakang sejarahnya;

Dari sudut kepentingan pembangunan ekonomi:


Pemerintah daerah dapat lebih banyak dan secara langsung membantu
pembangunan tersebut.
dadang-solihin.blogspot.com

12

14 Manfaat Otonomi Daerah
(Shabbir Cheema dan Rondinelli, 1983)
1. Perencanaan dapat dilakukan sesuai

dengan kepentingan masyarakat di
daerah yang bersifat heterogen.
2. Memotong jalur birokrasi yang rumit serta
prosedur yang sangat terstruktur dari
pemerintah pusat.
3. Perumusan kebijaksanaan dari
pemerintah akan lebih realistik.
4. Desentralisasi akan mengakibatkan
terjadinya "penetrasi" yang lebih baik dari
Pemerintah Pusat bagi Daerah-Daerah
yang terpencil atau sangat jauh dari
pusat, di mana seringkali rencana
pemerintah tidak dipahami oleh
masyarakat setempat atau dihambat oleh
elite lokal, dan di mana dukungan
terhadap program pemerintah sangat
terbatas.

5. Representasi yang lebih luas dari
berbagai kelompok politik, etnis,
keagamaan di dalam perencanaan
pembangunan yang kemudian dapat
memperluas kesamaan dalam
mengalokasikan sumber daya dan
investasi pemerintah.
6. Peluang bagi pemerintahan serta
lembaga privat dan masyarakat di
Daerah untuk meningkatkan kapasitas
teknis dan managerial.
7. Dapat meningkatkan efisiensi
pemerintahan di Pusat dengan tidak lagi
pejabat puncak di Pusat menjalankan
tugas rutin karena hal itu dapat
diserahkan kepada pejabat Daerah.

dadang-solihin.blogspot.com

13

14 Manfaat Otonomi Daerah
(Shabbir Cheema dan Rondinelli, 1983)
8. Dapat menyediakan struktur di mana
berbagai departemen di pusat dapat
dikoordinasi secara efektif bersama
dengan pejabat Daerah dan sejumlah
NGOs di berbagai Daerah. Propinsi,
Kabupaten, dan Kota dapat menyediakan
basis wilayah koordinasi bagi program
pemerintah.
9. Struktur pemerintahan yang
didesentralisasikan diperlukan guna
melembagakan partisipasi masyarakat
dalam perencanaan dan implementasi
program.
10.Dapat meningkatkan pengawasan atas
berbagai aktivitas yang dilakukan oleh
elite lokal, yang seringkali tidak simpatik
dengan program pembangunan nasional
dan tidak sensitif terhadap kebutuhan
kalangan miskin di pedesaan.

11. Administrasi pemerintahan menjadi mudah
disesuaikan, inovatif, dan kreatif. Kalau mereka
berhasil maka dapat dicontoh oleh Daerah yang
lainnya.
12. Memungkinkan pemimpin di Daerah
menetapkan pelayanan dan fasilitas secara
efektif, mengintegrasikan daerah-daerah yang
terisolasi, memonitor dan melakukan evaluasi
implementasi proyek pembangunan dengan
lebih baik dari pada yang dilakukan oleh
pejabat di Pusat.
13. Memantapkan stabilitas politik dan kesatuan
nasional dengan memberikan peluang kepada
berbagai kelompok masyarakat di Daerah untuk
berpartisipasi secara langsung dalam
pembuatan kebijaksanaan, sehingga dengan
demikian akan meningkatkan kepentingan
mereka di dalam memelihara sistem politik.
14. Meningkatkan penyediaan barang dan jasa di
tingkat lokal dengan biaya yang lebih rendah,
karena hal itu tidak lagi menjadi beban
pemerintah Pusat karena sudah diserahkan
kepada Daerah.

dadang-solihin.blogspot.com

14

Mengapa Otonomi Daerah?
1. Indonesia masih belum memungkinkan menganut federasi.
• Harus mempersiapkan UUD baru untuk sebuah Negara Federasi

Indonesia
• Harus menetapkan mekanisme "Checks and Balances" antara
Legislatif, Eksekutif, dan Yudikatif yang mencakup Pemerintah
Nasional serta Propinsi atau Negara Bagian.
• Setiap propinsi atau negara bagian harus memiliki semacam

"Konstitusi Negara Bagian ".
• Dll.

dadang-solihin.blogspot.com

15

2. Pilihan otonomi luas merupakan pilihan yang sangat
strategis dalam rangka memelihara nation state (negara
bangsa).
• Mengembalikan "Hak-Hak Dasar" masyarakat di Daerah

dengan memberikan kewenangan yang utuh dalam rangka
rekrutmen politik lokal.
• Memberikan supervisi agar Daerah tidak melakukan tindakan
yang menyimpang dari kepentingan nasional.
• Daerah yang kuat di dalam membangun masyarakatnya,

mereka dengan sendirinya akan mendukung Negara Kesatuan,
dan tidak ada alasan bagi mereka untuk mendukung gerakan
separatisme.

dadang-solihin.blogspot.com

16

3. Sentralisasi telah terbukti gagal mengatasi krisis nasional.
• Tugas Pemerintah tidak lagi mengurus dan memikirkan masalah-

masalah Daerah, diserahkan saja sepenuhnya kepada Daerah.
• Ketika sumber daya kekuasaan sepenuhnya dikontrol oleh
Presiden, ternyata sama sekali tidak mampu menghadapi krisis
ekonomi yang dimulai pada tahun 1997.
4. Untuk memantapkan kehidupan demokrasi di masa-masa yang
akan datang
• Demokrasi tanpa ada penguatan politik lokal akan menjadi sangat

rapuh.
• Politik tidak seharusnya menjadi dominasi orang-orang di Jakarta
saja.

dadang-solihin.blogspot.com

17

5. Aspek keadilan
• Desentralisasi/otonomi daerah akan mencegah terjadinya

kepincangan di dalam menguasai sumber daya yang dimiliki
dalam sebuah negara.
• Kebijakan desentralisasi/otonomi daerah diberlakukan untuk

menghentikan segala bentuk kebijakan yang mengalienasikan
kepentingan masyarakat setempat yang berkaitan dengan
penguasaan sumber daya alam.

dadang-solihin.blogspot.com

18

dadang-solihin.blogspot.com

19

Tujuan Otonomi Daerah


Mempercepat terwujudnya
kesejahteraan masyarakat melalui




peningkatan pelayanan,
 pemberdayaan dan peran serta
masyarakat.
Meningkatkan daya saing daerah
dengan memperhatikan
 prinsip demokrasi,





pemerataan,
keadilan,
keistimewaan dan kekhususan serta
potensi dan keanekaragaman daerah
dalam sistem NKRI.
Sumber: UU 32/2004 (Penjelasan Umum)
dadang-solihin.blogspot.com

20

Sasaran Otoda
1. Tercapainya sinkronisasi dan harmonisasi peraturan perundangundangan pusat dan daerah.
2. Meningkatnya kerjasama antar pemerintah daerah;
3. Terbentuknya kelembagaan pemerintah daerah yang efektif, efisien,
dan akuntabel;
4. Meningkatnya kapasitas pengelolaan sumberdaya aparatur
pemerintah daerah yang profesional dan kompeten;
5. Terkelolanya sumber dana dan pembiayaan pembangunan secara
transparan, akuntabel, dan profesional; dan
6. Tertatanya daerah otonom baru.
Sumber: RPJM 2004-2009

dadang-solihin.blogspot.com

21

Pembagian Urusan Pemerintahan
Urusan Pemerintah:
1. Politik Luar Negeri.
2. Pertahanan.
3. Keamanan.
4. Yustisi.
5. Moneter dan Fiskal Nasional.
6. Agama.
Urusan Pemerintahan Daerah:

Menjalankan otonomi seluas-luasnya untuk mengatur dan
mengurus sendiri urusan pemerintahan berdasarkan asas otonomi
dan tugas pembantuan.
dadang-solihin.blogspot.com

22

Beberapa Pengertian
Prinsip otonomi seluas-luasnya:


Daerah diberikan kewenangan mengurus dan mengatur semua
urusan pemerintahan di luar yang menjadi urusan Pemerintah.

Asas otonomi:


Pelaksanaan urusan pemerintahan secara langsung oleh
pemerintahan daerah itu sendiri,

Asas tugas pembantuan:



Penugasan oleh pemerintah provinsi ke pemerintah kabupaten/kota
dan desa,
Penugasan dari pemerintah kabupaten/kota ke desa.
dadang-solihin.blogspot.com

23

Kriteria Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan
1. Kriteria Eksternalitas
• Pendekatan dalam pembagian urusan pemerintahan dengan
mempertimbangkan dampak/akibat yang ditimbulkan dalam
penyelenggaraan urusan pemerintahan tersebut.
• Apabila dampak yang ditimbulkan bersifat lokal, maka urusan
pemerintahan tersebut menjadi kewenangan kabupaten/kota, apabila
regional menjadi kewenangan provinsi, dan apabila nasional menjadi
kewenangan Pemerintah.
2. Kriteria Akuntabilitas
• Pertimbangan bahwa yang menangani sesuatu bagian urusan adalah
tingkat pemerintahan yang lebih langsung/dekat dengan dampak/akibat
dari urusan yang ditangani tersebut.
3. Kriteria Efisiensi
• Pertimbangan tersedianya sumber daya (personil, dana, dan peralatan)
untuk mendapatkan ketepatan, kepastian, dan kecepatan hasil yang
harus dicapai dalam penyelenggaraan bagian urusan.
dadang-solihin.blogspot.com

24

Hubungan antar Pemerintahan


Antara Pemerintah dan Pemerintahan Daerah


Hubungan dalam bidang keuangan



Hubungan dalam bidang pelayanan umum





Hubungan dalam bidang pemanfaatan sumber daya alam dan
sumber daya lainnya

Antar Pemerintahan Daerah




Hubungan dalam bidang keuangan
Hubungan dalam bidang pelayanan umum
Hubungan dalam bidang pemanfaatan sumber daya alam dan
sumber daya lainnya

dadang-solihin.blogspot.com

25

Arah Kebijakan Pembentukan DOB
Pembentukan daerah secara umum adalah untuk mempercepat
peningkatan kesejahteraan rakyat melalui:



Peningkatan Pelayanan kepada Masyarakat;
Percepatan Pertumbuhan Kehidupan Demokrasi;



Percepatan Pelaksanaan Pembangunan Perekonomian Daerah;



Percepatan Pengelolaan Potensi Daerah;



Peningkatan Keamanan dan Ketertiban;



Peningkatan Hubungan yang Serasi antara Pusat dan Daerah.

dadang-solihin.blogspot.com

26

dadang-solihin.blogspot.com

27

Kewenangan yang Tumpang Tindih


Pelaksanaan otonomi daerah masih kental
diwarnai oleh kewenangan yang tumpang tindih
antar institusi pemerintahan dan aturan yang
berlaku, baik antara aturan yang lebih tinggi
atau aturan yang lebih rendah.

Anggaran


Dalam otonomi daerah, paradigma anggaran
telah bergeser ke arah apa yang disebut
dengan anggaran partisipatif.



Dalam prakteknya, keinginan masyarakat akan
selalu bertabrakan dengan kepentingan elit,
sehingga dalam penetapan anggaran belanja
daerah, lebih cenderung mencerminkan
kepentingan elit daripada keinginan
masyarakat.
dadang-solihin.blogspot.com

28

Elit Lokal


Otonomi daerah diwarnai oleh kepentingan elit
lokal yang mencoba memanfaatkan otonomi
daerah sebagai momentum untuk mencapai
kepentingan politiknya, dengan cara
memobilisasi massa dan mengembangkan
sentimen kedaerahan, seperti “putra daerah”
dalam pemilihan kepala daerah.

Politik Identitas Diri
• Menguatnya politik identitas diri selama
pelaksanaan otonomi daerah yang mendorong
satu daerah berusaha melepaskan diri dari
induknya yang sebelumnya menyatu.


Otonomi daerah dibayang-bayangi oleh potensi
konflik horisontal yang bernuansa etnis.

dadang-solihin.blogspot.com

29

Orientasi Kekuasaan


Otonomi daerah masih menjadi isu
pergeseran kekuasaan di kalangan elit
daripada isu untuk melayani masyarakat
secara lebih efektif.



Langkah-langkah desentralisasi belumlah
dirasakan langsung manfaatnya oleh
masyarakat.



Pemilihan Kepala Daerah Langsung yang
diharapkan menjadi pintu masuk bagi
demokratisasi politik, sosial dan ekonomi di
tingkat lokal, mengandung banyak peluang
bagi proses peminggiran kepentingan rakyat
dan menguntungkan kepentingan elit lokal.

dadang-solihin.blogspot.com

30

Dimana Posisi Otoda?

Visi Otoda

Strategi Otoda

Kinerja Otoda

dadang-solihin.blogspot.com

31

Dimana Posisi Otoda?
Sasaran Otoda

Strategi Otoda

Kinerja Otoda

dadang-solihin.blogspot.com

32

Permasalahan Otonomi Daerah
1. Penyelenggaraan otonomi daerah oleh Pemerintah Pusat selama
ini cenderung tidak dianggap sebagai amanat konstitusi sehingga
proses desentralisasi menjadi tersumbat.
2. Kuatnya kebijakan sentralisasi membuat semakin tingginya
ketergantungan daerah-daerah kepada pusat yang nyaris
mematikan kreatifitas masyarakat beserta seluruh perangkat
pemerintahan di daerah.
3. Adanya kesenjangan yang lebar antara daerah dan pusat dan
antar-daerah sendiri dalam kepemilikan sumber daya alam, sumber
daya budaya, infrastruktur ekonomi, dan tingkat kualitas sumber
daya manusia.
4. Adanya kepentingan melekat pada berbagai pihak yang
menghambat penyelenggaraan otonomi daerah.
Sumber: Tap MPR No. IV/MPR/2000
dadang-solihin.blogspot.com

33

Permasalahan Otonomi Daerah . . .
1. Belum Jelasnya Pembagian Kewenangan antara Pemerintah Pusat
dan Daerah.
2. Berbedanya Persepsi Para Pelaku Pembangunan terhadap
Kebijakan Desentralisasi dan Otonomi Daerah.
3. Masih Rendahnya Kerjasama antar Pemerintah Daerah.
4. Belum Terbentuknya Kelembagaan Pemerintah Daerah yang
Efektif dan Efisien.
5. Terbatasnya dan Rendahnya Kapasitas Aparatur Pemerintah
Daerah.
6. Masih Terbatasnya Kapasitas Keuangan Daerah.
7. Pembentukan Daerah Otonom Baru (Pemekaran Wilayah) yang
Masih Belum Sesuai dengan Tujuannya.
Sumber: RPJM 2004-2009

dadang-solihin.blogspot.com

34

Urusan Pemerintahan


Terjadi tumpang tindih antar tingkatan pemerintahan dalam
pelaksanaan urusan pemerintahan, karena belum sinkronnya antara
UU Otoda dengan UU Sektor.



Terjadi tarik menarik urusan, khususnya urusan yang mempunyai
potensi pendapatan (revenue).



Adanya gejala keengganan dari K/L untuk mendesentralisasikan
urusan secara penuh karena kekhawatiran daerah belum mampu
melaksanakan urusan tsb secara optimal.

dadang-solihin.blogspot.com

35

Kelembagaan Daerah


Adanya kecenderungan daerah untuk menerapkan struktur gemuk
akibat tekanan birokrasi dan politisi



Adanya nomenklatur struktur yang berbeda-beda sehingga
menyulitkan kordinasi dan pembinaan



Struktur yg gemuk membutuhkan PNS yg banyak sehingga untuk
gaji dan insentif PNS menelan sebagian besar alokasi APBD
dibandingkan untuk pelayanan publik.



Struktur organisasi yang ada belum sepenuhnya
mengakomodasikan fungsi pelayanan publik yaitu penyediaan
pelayanan dasar dan pengembangan potensi unggulan daerah.

dadang-solihin.blogspot.com

36

Kepegawaian


Banyak Pemda mengalami kelebihan PNS dengan kompetensi
rendah dan kekurangan PNS dengan kompetensi yg memadai.



Adanya gejala pengedepanan “Putera Asli Daerah” untuk
menduduki jabatan-jabatan strategis dengan mengabaikan
kompetensi/profesionalisme.



Adanya gejala politisasi PNS (terutama dalam event Pilkada).



Tidak terdapat kejelasan dalam career planning dan career
development akibat tidak adanya manpower planning di daerah.



Penilaian kinerja yang sudah obselete (out of date); tidak ada
reward atau punishment terkait dengan kinerja.



Kesejahteraan yg belum memadai sehingga PNS cenderung
mencari penghasilan tambahan dan tidak fokus pada tugas pokok.
dadang-solihin.blogspot.com

37

Keuangan Daerah
1.

Keuangan daerah yang kurang mencukupi (Financial
Insufficiency).

2.
3.

Overhead cost pemda yang tinggi.
Kurangnya transparansi dan akuntabilitas dalam penyusunan
APBD.

4.
5.

Kurangnya kejelasan sistem pembiayaan melalui dekonsentrasi
dan tugas pembantuan.
Kurangnya manajemen aset Pemda.

6.

Masih lemahnya kebijakan investasi di daerah

dadang-solihin.blogspot.com

38

Perwakilan
1. Ekses dari meningkatnya kewenangan DPRD.
2. Kurang terserapnya aspirasi masyarakat oleh DPRD.
3. Campur tangan DPRD dalam penentuan penunjukan pejabat karir.
4. Masih kurangnya pemahaman DPRD terhadap peraturan
perundangan.
5. Kurangnya kompetensi anggota DPRD dan lemahnya networking.

dadang-solihin.blogspot.com

39

Pelayanan Publik
1. Masih rendahnya kualitas pelayanan
2. Masih besarnya peranan Pemda dalam penyediaan pelayanan.
3. Tidak jelasnya standar pelayanan.
4. Rendahnya akuntabilitas pelayanan.

dadang-solihin.blogspot.com

40

1/3

Daerah Otonom Baru


Pada tahun 2000: 80% daerah otonomi baru telah gagal dalam
upaya mensejahterakan rakyat. Kebijakan pemekaran daerah justru
memunculkan beragam persoalan baru antara lain pecahnya konflik
horizontal, meluasnya praktek korupsi hingga bertambahnya beban
keuangan negara. Kecenderungan semacam ini jika dibiarkan akan
kontraproduktif terhadap ide awal pemekaran.



Hanya 22,80% daerah otonomi baru yang mengalami
perkembangan yang baik. Sisanya, 77,80% daerah pemekaran
belum menunjukkan ketidaksiapannya untuk menjadi daerah
otonom dan mandiri.

dadang-solihin.blogspot.com

41

2/3

Daerah Otonom Baru


Hasil evaluasi terhadap 205 DOB yang meliputi 7 Provinsi, 164
Kabupaten dan 34 Kota dari Faktor Good Governance, Pelayanan
Publik, Daya Saing Daerah dan Kesejahteraan Masyarakat, secara
umum menunjukkan Pemda baru hasil pemekaran belum
sepenuhnya berjalan secara efektif. Bahkan kontribusinya terhadap
peningkatan kesejahteraan rakyat di masing-masing daerah masih
rendah.



Masih banyak kendala bagi DOB untuk meningkatkan Peningkatan
Kesejahteraan Rakyat, Perbaikan Kualitas Pelayanan Publik,
Perbaikan Tata Pemerintahan, dan Peningkatan Daya Saing.

dadang-solihin.blogspot.com

42

3/3

Daerah Otonom Baru
Implikasi penambahan daerah otonom baru, antara lain:





Mengurangi kesempatan daerah lama untuk mendapat kenaikan
dana perimbangan (DAU, DAK, DBH);
Kenaikan jumlah belanja gaji PNSD juga mengalami peningkatan
secara fluktuatif;
Kenaikan anggaran instansi vertikal untuk kantor baru di daerah
otonom baru;
Menambah jumlah daerah tertinggal akibat semakin semakin
terbaginya sumber pendapatan daerah, baik daerah induk maupun
daerah otonom baru;

dadang-solihin.blogspot.com

43

dadang-solihin.blogspot.com

44

dadang-solihin.blogspot.com

45

Materi







Latar Belakang
Maksud dan Tujuan
Metodologi Kajian
Kerangka Kajian
Temuan dan Rekomendasi
Kesimpulan

Wantimpres

47

Latar Belakang

1/2

• Pembentukan Daerah Otonomi Baru (Pemekaran Daerah) bertujuan:
– Membentuk pemerintahan daerah yang mandiri dan otonom (UU
32/2004)
– Untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat (PP 78/2007).
• Secara teoritik:
– Pemekaran daerah merupakan bagian dari proses penataan
daerah dan territorial reform atau administrative reform.
– Penataan daerah merupakan manajemen pemekaran,
penggabungan dan hirarki unit pemerintahah daerah dalam
rangka mencapai tujuan-tujuan politik dan administrasi
pemerintahan (management of the size, shape, and hierarchy of
local government units for the purpose of achieving political and
administrative goals).
Wantimpres

48

Latar Belakang


Dalam kurun waktu 2000-2010 telah
terjadi pemekaran daerah secara
massif, yang tidak pernah terjadi pada
era-era sebelumnya.



Saat ini Indonesia memiliki 530 daerah
otonom, terdiri atas 33 provinsi, 398
kabupaten, 93 kota, 5 kota administratif,
dan 1 kabupaten administratif.



Selama 1999-2009, terbentuk 205
daerah otonom baru dari berbagai
tingkatan, atau bertambah lebih dari 63
% dibandingkan dengan jumlah daerah
otonom di akhir masa orde baru.
Wantimpres

2/2

49

Maksud dan Tujuan
Maksud Kajian:
• Mengkaji dan menganalisis regulasi dan aturan perundanganundangan tentang kebijakan Penataan Daerah
• Mengkaji dan menganalisis implementasi dan penerapan
Penataan Daerah dari aspek Pelayanan Publik, Ekonomi dan
Keuangan, Manajemen Pemerintahan Daerah, Perencanaan
Pembangunan, Politik dan Demokrasi, serta Aspek Strategis
Nasional.
Tujuan Kajian:
• Merumuskan Saran dan Masukan kepada Bapak Presiden RI
melalui Anggota Dewan Pertimbangan Presiden Bidang
Pembangunan dan Otonomi Daerah tentang Kebijakan
Penataan Daerah di Indonesia, terutama pemekaran dan
penggabungan daerah.
Wantimpres

50

Metodologi dan Lokasi Kajian





Tinjauan peraturan perundang-undangan dan literatur terkait
penataan daerah
Analisis terhadap kajian terdahulu
Diskusi dan rapat terbatas dengan tim ahli
Kunjungan ke 6 daerah terpilih:
1. Provinsi Gorontalo
2. Provinsi Kepulauan Riau
3. Kota Cimahi
4. Kota Batu
5. Kabupaten Lombok Utara
6. Kabupaten Kubu Raya

Wantimpres

51

Kerangka Kajian
Kebijakan Penataan
Daerah

Analisis Aspek-Aspek
Pelayanan Publik

Ekonomi dan Keuangan

Manajemen
Pemerintahan Daerah

Perencanaan
Pembangunan

Politik dan Demokrasi

Strategis Nasional

Kesejahteraan Rakyat dan
Keutuhan NKRI
Wantimpres

52

Wantimpres

53

Temuan dan Rekomendasi
1. Permintaan pemekaran daerah akan terus meningkat.
 Masih terdapat kebutuhan/
permintaan untuk pemekaran
daerah otonom baru, baik
pada tingkat daerah provinsi
maupun kabupaten/kota.

 Desain Besar Penataan
Daerah (DESERTADA) perlu
segera ditetapkan dalam
regulasi yang jelas.
 Perlu penegasan
pembentukan daerah otonom
baru yang disesuaikan
dengan kemampuan
keuangan negara.

Wantimpres

54

Temuan dan Rekomendasi
2. Jalur Mekanisme Pengusulan.
 Proses pembentukan daerah
otonom baru selama ini, terdapat 2
jalur mekanisme pengusulan yaitu
melalui pemerintah dan DPR.
 Terdapat kecenderungan yang kuat
bahwa proses pembentukan daerah
otonom baru diproses melalui jalur
politik yakni melalui mekanisme
pengusulan RUU oleh DPR.
 Kondisi ini berimplikasi terhadap
berbagai persyaratan pembentukan
daerah otonom baru sebagaimana
yang diatur dalam peraturan
perundang-undangan terabaikan

 DPR dan Pemerintah harus
mengacu secara konsisten
terhadap DESERTADA yang
sudah ditetapkan.
 Sebelum DESERTADA
ditetapkan, DPR dan
Pemerintah harus
melaksanakan Parameter
tentang pemekaran daerah
sebagaimana diatur dalam
peraturan perundangundangan yang ada (UU dan
PP-nya).

Wantimpres

55

Temuan dan Rekomendasi
3. Parameter dan Pembobotan
 Parameter dan Pembobotan
Pembentukan Daerah
Otonom berdasarkan PP
78/2007 dalam kenyataan
belum mencerminkan
kebutuhan obyektif dari suatu
daerah yang akan
dimekarkan.

 Perlu peninjauan kembali
paramater dan pembobotan
pembentukan daerah otonom
sebagaimana diatur dalam
PP 78/2007
 Parameter dan pembobotan
ini sebaiknya dimasukan di
dalam substansi materi
kebijakan DESERTADA.

Wantimpres

56

Temuan dan Rekomendasi
4. Aspirasi Masyarakat Desa atau Kecamatan.
 Adanya bagian desa atau
kecamatan yang mempunyai
aspirasi untuk bergabung
masuk kewilayah daerah
otonom kab/kota tetangga,
baik dalam satu provinsi
maupun antar provinsi
tetangga (kasus SultengGorontalo dan Bandung
Barat-Cimahi)

 Harus ada kejelasan tentang
batas wilayah daerah
otonomi baru sebelum
ditetapkan sebagai daerah
otonom baru.

Wantimpres

57

Temuan dan Rekomendasi
5. Masalah Batas Wilayah.
 Terdapat permasalahan
penentuan batas wilayah
pasca pemekaran daerah
otonom provinsi dan
kabupaten /kota yang
berimplikasi terhadap
ketidakefektifan
penyelenggaraan
pemerintahan daerah otonom
baru.

 Harus ada kejelasan tentang
batas wilayah daerah
otonomi baru sebelum
ditetapkan UU tentang
pembentukan daerah otonom
baru.

Wantimpres

58

Temuan dan Rekomendasi
6. Pengalihan Aset.
 Terdapat permasalahan
pengalihan aset pasca
pemekaran daerah otonom
provinsi dan kab/kota yang
berimplikasi terhadap
terganggunya sistem
pencatatan aset pada
pemerintah daerah otonom
baru yang masih ditangani
oleh daerah induk atau K/L.

 Harus ada kejelasan tentang
penataan dan pengalihan
aset sebelum dilakukan
pemekaran daerah.
 Harus segera disusun
manajemen aset daerah.

Wantimpres

59

Temuan dan Rekomendasi
7. Pengalihan Aparatur.
 Terdapat permasalahan
pasca pemekaran daerah
otonom baru terkait
pengalihan status SDM
Aparatur (PNS) yang berasal
dari daerah induk yang
dialihkan kepada daerah
otonom baru

 Pembentukan daerah
otonom perlu
mempertimbangkan
ketersediaan SDM Aparatur
 Kebijakan manajemen SDM
Aparatur sebaiknya diatur
secara terpusat satu NIP
oleh pemerintah pusat
sehingga memudahkan
distribusi kepegawaian pada
setiap daerah otonom.

Wantimpres

60

Temuan dan Rekomendasi
8. Ketergantungan Pembiayaan.
 Daerah otonomi baru masih
mengandalkan sumber
pembiayaan
penyelenggaraan
pemerintahan dari alokasi
anggaran yang bersumber
dari pemerintah pusat.
 Rata2 PAD hanya 18,33%
dari APBD.

 Daerah otonom baru perlu
memiliki kemampuan
finansial (PAD) minimal
sebagai dasar pembentukan
daerah otonom.

Wantimpres

61

Temuan dan Rekomendasi
9. Struktur Organisasi yang Besar.
 Sebagian besar daerah
otonom baru dalam
pembentukan organisasi
pemerintah daerah masih
menggambarkan:
- Sosok organisasi yang
cenderung membesar
- Dengan kebutuhan jumlah
aparatur yang banyak
- Dalam keterbatasan
belanja pegawai.

 Perlu kebijakan yang
mengatur parameter minimal:
- besaran organisasi,
- jumlah aparatur, dan
- besaran anggaran untuk
belanja pegawai
daerah otonom baru yang
diprakarsai oleh daerah induk
dengan memberdayakan
secara optimal aparat
pemerintah dari daerah induk

Wantimpres

62

Temuan dan Rekomendasi
10. Rendahnya kemampuan daerah otonom baru.
 Terdapat daerah otonom
baru yang secara nyata tidak
memiliki kemampuan
sebagai daerah otonom
dalam penyelenggaraan
pemerintahan.

 Untuk daerah otonom baru
yang dinilai tidak mampu
mencapai parameter standar,
harus secara konsisten
diterapkan kebijakan
penggabungan kembali
dengan daerah induk.

Wantimpres

63

Temuan dan Rekomendasi
11. Insentif Fiskal.
 Pembentukan daerah
otonom baru yang marak
dewasa ini juga dipicu oleh
adanya insentif fiskal yang
diberikan oleh pemerintah
pusat kepada daerah otonom
baru.

 Kebijakan insentif fiskal
diberikan setelah calon
daerah otonom baru dinilai
telah mencapai kemampuan
standar sebagai daerah
otonom berdasarkan
parameter penilaiain fiskal.
 Sebelum mencapai
kemampuan standar, daerah
tersebut difasilitasi anggaran
dari daerah induknya.

Wantimpres

64

Temuan dan Rekomendasi
12. Pembinaan dan Pengawasan Pemerintah Pusat.
 Daerah otonom baru banyak
yang kurang sesuai dengan
standar penyelenggaraan
pemerintah yang efektif. Hal
ini disebabkan oleh
kurangnya pembinaan,
pengawasan, supervisi,
asistensi, dan evaluasi dari
pemerintah pusat.

 Perlu mengefektifkan
pembinaan, pengawasan
supervisi, asistensi, dan
evaluasi kepada daerah
otonom baru yang dilakukan
oleh pemerintah pusat.
 Perlu tindak lanjut hasil
Monev daerah otonom baru
yang dilakukan pemerintah
pusat.

Wantimpres

65

Kesimpulan
1. Penegasan Kebijakan Moratorium Pemekaran Daerah.
 Belum adanya kebijakan
nasional yang dirumuskan oleh
Pemerintah dan DPR terkait
dengan DESERTADA dalam
bentuk Undang-Undang.
 Pengaturan ini dimaksudkan
untuk menyelesaikan berbagai
persoalan pembentukan daerah
otonom yang secara
komprehensif sebagaimana
yang dihasilkan dalam kajian ini.

Wantimpres

66

Kesimpulan
2. Pemekaran daerah pada dasarnya memadukan dua pendekatan
a. Aspirasi Masyarakat (Bottom-up).
Pembentukan daerah otonom baru
merupakan aspirasi murni masyarakat
sesuai dengan kondisi obyektif daerah
dan menghindari pertimbangan yang
bersifat politis.
b. Kepentingan Strategis Nasional (Top
Down). Pembentukan daerah otonom
baru merupakan kewenangan
pemerintah dengan mempertimbangkan
kepentingan strategis nasional dalam
rangka penguatan NKRI dan percepatan
pemerataan kesejahteraan masyarakat
secara nasional.
Wantimpres

67

Kesimpulan
3. Persiapan Calon Daerah Otonom Baru.
 Sebelum pembentukan daerah
otonom baru perlu melalui
tahapan-tahapan persiapan
suatu daerah yang bakal
menjadi daerah otonom baru.

 Kebijakan persiapan calon
daerah otonom baru
dimaksudkan untuk memberikan
proses pembelajaran
berpemerintahan bagi calon
daerah otonom baru.

Wantimpres

68

Kesimpulan
4. Kebijakan Penggabungan Daerah.
 Perlu komitmen Pemerintah Pusat
(DPR & Pemerintah) untuk
melakukan tindakan kebijakan
penggabungan daerah otonom
baru yang berdasarkan hasil
penilaian tidak memiliki
kemampuan untuk
menyelenggarakan pemerintahan
daerah yang memiliki kemampuan
berotonomi.
 Perlu kebijakan insentif bagi daerah
otonom yang terkena kebijakan
penggabungan daerah otonom.
Wantimpres

69

Wantimpres

70

Dokumen yang terkait

ANALISIS KOMPARATIF PENDAPATAN DAN EFISIENSI ANTARA BERAS POLES MEDIUM DENGAN BERAS POLES SUPER DI UD. PUTRA TEMU REJEKI (Studi Kasus di Desa Belung Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang)

23 307 16

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

DEKONSTRUKSI HOST DALAM TALK SHOW DI TELEVISI (Analisis Semiotik Talk Show Empat Mata di Trans 7)

21 290 1

MANAJEMEN PEMROGRAMAN PADA STASIUN RADIO SWASTA (Studi Deskriptif Program Acara Garus di Radio VIS FM Banyuwangi)

29 282 2

MOTIF MAHASISWA BANYUMASAN MENYAKSIKAN TAYANGAN POJOK KAMPUNG DI JAWA POS TELEVISI (JTV)Studi Pada Anggota Paguyuban Mahasiswa Banyumasan di Malang

20 244 2

PERANAN ELIT INFORMAL DALAM PENGEMBANGAN HOME INDUSTRI TAPE (Studi di Desa Sumber Kalong Kecamatan Wonosari Kabupaten Bondowoso)

38 240 2

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

DOMESTIFIKASI PEREMPUAN DALAM IKLAN Studi Semiotika pada Iklan "Mama Suka", "Mama Lemon", dan "BuKrim"

133 700 21

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24