KEWENANGAN KANTOR PERTANAHAN DALAM PENDAFTARAN TANAH DI KABUPATEN PRINGSEWU

  KEWENANGAN KANTOR PERTANAHAN DALAM PENDAFTARAN TANAH DI KABUPATEN PRINGSEWU (Jurnal) Oleh : MUHAMMAD IQBAL 1342011129

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG 2017

  

ABSTRAK

KEWENANGAN KANTOR PERTANAHAN DALAM PENDAFTARAN

TANAH DI KABUPATEN PRINGSEWU

Oleh

MUHAMMAD IQBAL

  Untuk mendapatkan kepastian hukum hak atas tanah dilakukan pendaftaran tanah, pendaftaran tanah dilaksanakan oleh Badan Pertanahan Nasional. Badan Pertanahan Nasional terdiri atas Badan Pertanahan Nasional Pusat, Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional Provinsi, Kantor Pertanahan Kabupaten/Kota. Pendaftaran Tanah diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah jo Peraturan Kepala BPN Nomor 3 Tahun 1997 tentang Peraturan Pelaksana dari Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997. Permasalahan penelitian: Bagaimanakah Kewenangan Kantor Pertanahan Dalam Pendaftaran Tanah di Kabupaten Pringsewu, Apakah Faktor-faktor Penghambat Kewenangan Kantor Pertanahan Dalam Pendaftaran Tanah di Kabupaten Pringsewu. Penelitian secara yuridis normatif dan empiris. Sumber data: studi kepustakaan, studi lapangan. Pengumpulan data: studi pustaka, studi dokumen, wawancara. Pengolahan Data: Pemeriksaan data, rekonstruksi data, sistematika data. Analisis data: Deskriktif kualitatif. Hasil penelitian dan pembahasan: Kewenangan Kantor Pertanahan dalam pendaftaran tanah di Kabupaten Pringsewu, sebagai pelaksana pendaftaran tanah secara sistemik maupun sporadik, pelaksana pemeliharaan data pendaftaran tanah, sebagai pembina terhadap pembantu pelaksana pendaftaran tanah (PPAT, Panitia Ajudikasi, Pejabat Pembuat Akta Ikrar Wakaf, Pejabat Kantor Lelang). Faktor penghambat pelaksanaan kewenangan Kantor Pertanahan dalam pendaftaran tanah di Kabupaten Pringsewu, kesalahan informasi dari pihak pemohon, sanggahan pihak lain saat proses pendaftaran tanah (ajudikasi) berlangsung, pemohon menggunakan jasa calo. Saran penelitian adalah Kantor Pertanahan Kabupaten Pringsewu harus memaksimalkan sosialisasi dan mempermudah akses pendaftaran tanah kepada para pemohon pendaftar tanah baik secara sistemik dan sporadik.

  Kata Kunci: Kewenangan, Pendaftaran, Tanah

  

ABSTRACT

AUTHORITY OF LOCAL OFFICES IN LAND REGISTRATION IN

PRINGSEWU REGENCY

By

MUHAMMAD IQBAL

  

To obtain legal certainty of land rights is done land registration, land registration

implemented by the National Land Agency. The National Land Agency shall

consist of the National Land Agency, the Regional Office of the Provincial

National Land Agency, the Regency / Municipal Land Office (Kantor Pertanahan

Nasional). Land Registration is regulated in Government Regulation No. 24/1997

on Land Registration jo Head of BPN Regulation No. 3/1997 on the

Implementing Regulation from Government Regulation No. 24/1997. Research

Issues: How is the Land Office Authority in Land Registry in Pringsewu Regency,

What Are Factors Inhibition of Land Office Authority in Land Registry in

Pringsewu District. Research is juridical normative and empirical. Source of data:

literature study, field study. Data collection: literature study, document study,

interview. Data Processing: Data checking, data reconstruction, systematic data.

Data analysis: Qualitative deskric. The results of the study and discussion: The

authority of the Land Affairs Office in the registration of land in Pringsewu

Regency, as the systematic and sporadic land registration implementer, the

maintenance of the registration data of the land, as a guide to the land registration

implementer (PPAT, Adjudication Committee, Acting Deed Officer, Auction

Office). Factor inhibiting the implementation of Land Office authority in land

registration in Pringsewu Regency, mistake of information from applicant side,

other side rebutted during registration process of land (adjudication) take place,

applicant use broker service. The research suggestion is that the Land Office of

Pringsewu Regency should maximize the socialization and facilitate access of

land registration to the applicants of the land both systemically and sporadically.

  Keywords: Authority, Registration, Land

I. PENDAHULUAN

  Penerbitan UUPA ini dengan dasar pertimbangan bahwa (1) di dalam negara Republik Indonesia yang susunan kehidupan rakyatnya, termasuk perekonomiannya, terutama masih bercorak agraris, bumi, air dan ruang angkasa, sebagai karunia Tuhan Yang Maha Esa mempunyai fungsi yang amat penting untuk membangun masyarakat yang adil dan makmur; (2) bahwa hukum agraria yang masih berlaku sekarang ini sebagian tersusun berdasarkan tujuan dari pemerintahan, hingga bertentangan dengan kepentingan rakyat dan negara didalam menyelesaikan revolusi nasional sekarang ini serta pembangunan semesta; (3) bahwa hukum agraria tersebut mempunyai sifat dualisme, dengan berlakunya hukum adat disamping hukum agrarian yang didasarkan atas hukum barat; (4) bahwa bagi rakyat asli hukum agrarian penjajahan itu tidak menjamin kepastian hukum. Sesuai dengan Undang-Undang Nomor

  5 Tahun 1960 Tentang Undang-Undang Pokok Agraria, dan Peraturan Pemerintah Nomor

  24 Tahun 1997 Tentang Pendaftaran Tanah, dijelaskan bahwa Pendaftaran Tanah dilakukan oleh Badan Pertanahan Nasional (BPN) yang dapat dibantu oleh Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) dan pejabat lain yang ditugaskan untuk melakukan kegiatan-kegiatan tertentu di bidang pertanahan.

  Peraturan yang dibuat dan diberlakukan oleh pemerintah dalam realisasinya adalah bertujuan untuk menciptakan perlindungan dan kepastian hukum yang menghasilkan keamanan dan ketertiban dalam masyarakat di seluruh aspek kehidupannya, tidak terkecuali juga dalam rangka pemenuhan hak masyarakat dibidang pertanahan dan tata ruang. Tanah dalam kehidupan manusia memegang peran sangat sentral, hal ini seperti diungkapkan oleh Wayan Suandra, bahwa tanah merupakan bagian dari kehidupan masyarakat bahkan dari kehormatan, karena itulah tanah bukan saja dilihat dalam hubungan ekonomis sebagai salah satu faktor produksi, tetapi lebih dari itu tanah mempunyai hubungan emosional dengan masyarakat, lebih- lebih masyarakat Indonesia yang agraris, dimana dari 60% penduduk hidup dari sektor pertanian dan umumnya tinggal di pedesaan sebagai petani kecil dengan luas tanah yang sempit dengan kesuburan tanah yang semakin turun.

  1 Pertanahan (tanah) adalah sesuatu

  yang menjadi suatu kebutuhan yang pokok dalam kehidupan manusia. Dalam menjalani kehidupannya, manusia selalu berkaitan dengan tanah, mulai dari tanah untuk tempat tinggalnya, tempat usahanya, hingga sampai ujung kehidupannya di dunia (kubur/pemakaman) selalu berkaitan dengan pertanahan. Disebabkan oleh alasan tersebut, tanah menjadi suatu hal yang sangat berharga dan penting bagi manusia, sehingga sering menyebabkan perselisihan dan pertikaian antar sesama manusia, bahkan antara keluarga sering

  1 Wayan Suandra, Hukum Pertanahan Indonesia , Jakarta, Bumi Aksara, 1994, hlm. menyebabkan perpecahan karena masalah pertanahan ini.

2 Pendaftaran tanah maupun

  pendaftaran hak atas tanah merupakan perbuatan hukum karena menyangkut hak privat atau hak perdata seseorang sehingga bukan hanya menyangkut mengenai kewenangan administrasi saja.

  a. Orang-orang dan badan hukum yang mempunyai tanah dengan mudah dapat membuktikan, bahwa merekalah yang berhak atas tanah itu, hak apa yang dipunyai dan tanah yang manakah yang dihaki. Tujuan ini dicapai dengan memberikan surat tanda bukti kepada pemegang hak yang bersangkutan (alas hak).

  4 Ibid , hlm. 83.

  c. Kepastian obyek haknya; d. Kepastian hukumnya.

  b. Kepastian subyek haknya;

  Pendaftaran hak atas tanah akan menghasilkan, yaitu: a. Kepastian hak atas tanah;

  b. Siapapun yang memerlukan dapat dengan mudah memperoleh keterangan yang bersangkutan mengenai tanah yang terletak diwilayah pendaftaran yang bersangkutan yang ingin memperoleh kepastian apakah keterangan yang diberikan kepadanya itu benar. Tujuan ini dicapai dengan memberikan sifat terbuka bagi umum pada data yang disimpan.

  maka pihak-pihak yang bersangkutan dengan mudah dapat mengetahui kedudukan hukum atau status tanah- tanah tertentu yang dihadapinya, letak, luas, batas-batasnya, siapa yang punya dan beban apa yang ada diatasnya. Dengan adanya kegiatan pendaftaran tanah diharapkan dapat tercipta suatu keadaan dimana:

  Pemberian jaminan kepastian hukum di bidang pertanahan memerlukan 2 (dua) hal, yakni:

  4 Dengan adanya pendaftaran tanah,

  dilaksanakan secara konsisten dan konsekuen oleh sumber daya manusia pendukungnya.

  Pertanahan , Yogyakarta, Graha Ilmu, 2013,

  peraturan pendaftaran tanah ialah bahwa peranan tanah bagi pemenuhan berbagai keperluan akan meningkat, sehubungan dengan itu akan meningkat pula kebutuhan akan dukungan berupa jaminan kepastian hukum di bidang pertanahan. Pemenuhan jaminan kepastian hukum di bidang pertanahan memerlukan tersedianya perangkat hukum yang tertulis, lengkap dan jelas, yang dilaksanakan secara konsisten. Jaminan kepastian hukum disini yaitu kepastian hukum hak atas tanah yang meliputi: kepastian hak, subyek, dan obyeknya. Secara normatif, kepastian hukum memerlukan tersedianya perangkat peraturan perundang-undangan yang secara operasional mampu mendukung pelaksanaannya. Secara empiris, keberadaan peraturan perundang-undangan itu perlu 2 Boedi Harsono, Hukum Agraria Indonesia, Jakarta, Penerbit Djambatan, 2009, hlm. 29. 3 Samun Ismaya, Hukum Administrasi

  2. Penyelenggaraan pendaftaran tanah yang efektif.

  1. Perangkat hukum tertulis yang lengkap dan jelas serta dilaksanakan secara konsisten;

3 Pertimbangan perlunya diadakan

  Bagi pemerintah pendaftaran tanah bermanfaat untuk: a. Kegiatan pemerintah semakin lancar dengan adanya tertib administrasi pertanahan;

  b. Dapat mengurangi keresahan yang berhubungan dengan tanah sebagai sumbernya.

  Kabupaten Pringsewu, memiliki kewenangan yang sama sesuai dengan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 Tentang Undang Undang Pokok Agraria dan Peraturan Pemerintah Nomor 24 tahun 1997 Tentang Pendaftaran Tanah. Secara umum kewenangan Kantor Pertanahan terhadap pendaftaran tanah terdiri atas 2 (dua) hal yakni: Pendaftaran atas tanah baru yang akan didaftarkan untuk pertama kali dan tanah yang sudah terdaftar yang akan dilakukan pemutakhiran kepemilikan atau peralihan hak milik dari satu individu ke individu baru.

  Dari hal tersebut maka Kantor Pertanahan Pringsewu akan melaksanakan kewenangannya yang terdiri atas 2 (dua) hal tersebut, selanjutnya fakta-fakta lapangan yang ada di kabupaten Pringsewu adalah masih banyaknya masyarakat yang belum melakukan kegiatan pendaftaran tanah atau melakukan sertifikasi bidang tanah dibanding dengan yang sudah melakukan sertifikasi bidang tanah.

  Berdasarkan latar belakang yang telah penulis uraikan diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan penulisan skripsi dengan judul “Kewenangan Kantor Pertanahan 5 Ibid , hlm. 99.

  Dalam Pendaftaran Tanah Di Kabupaten Pringsewu”. Permasalahan dalam skripsi ini adalah:

  1. Bagaimanakah Kewenangan Kantor Pertanahan Dalam Pendaftaran Tanah di Kabupaten Pringsewu?

5 Kewenangan pendaftaran tanah di

  2. Apakah Faktor-faktor Penghambat Kewenangan Kantor Pertanahan Dalam Pendaftaran Tanah di Kabupaten Pringsewu?

  Penelitian ini menggunakan pendekatan yuridis normatif dan pendekatan yuridis empiris. Sumber data dilakukan dengan prosedur studi kepustakaan, studi lapangan. Pengumpulan data dilakukan dengan studi pustaka, studi dokumen, dan wawancara. Pengolahan data dilakukan dengan pemeriksaan data, rekonstruksi data, dan sistematika data Analisis data dilakukan secara deskriktif kualitatif.

  II. PEMBAHASAN

  A. Gambaran Umum Kantor Pertanahan Kabupaten Pringsewu

  Kantor Pertanahan Kabupaten Pringsewu dibentuk berdasarkan Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 9 Tahun 2014 Tentang Pembentukan Perwakilan Kantor Pertanahan Kabupaten Pringsewu Provinsi Lampung, yang ditetapkan di Jakarta pada tanggal 28 Mei 2014 oleh Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia yakni Bapak Hendarman Supandji, dan diundangkan ke dalam Tambahan Berita Negara Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 782 pada tanggal 12 Juni 2014 oleh Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia yakni Bapak Amir Syamsudin.

B. Kewenangan Kantor Pertanahan Dalam Pendaftaran Tanah di Kabupaten Pringsewu 1) Sebagai Pelaksana Pendaftaran Tanah

  Menurut Noegroho Wasono Adji,

a. Sebagai Pelaksana di Pendaftaran Untuk Pertama Kali

  2. Berada dilokasi pada saat panitia adjukasi melakukan pengumpulan data fisik dan data yuridis;

  5. Memenuhi persyaratan yang ditentukan bagi pemegang hak atau kuasanya atau selaku pihak lain yang berkepentingan.

  4. Menunjukkan bukti pemilikan atau penguasaan tanahnya kepada panitia adjukasi;

  3. Menunjukkan batas-batas tanahnya kepada panitia adjukasi;

  1. Memasang tanda-tanda batas pada bidang tanahnya sesuai ketentuan yang berlaku;

  6

  Pendaftaran tanah secara sistematik didasarkan pada suatu rencana kerja dan dilaksanakan di wilayah-wilayah yang ditetapkan oleh menteri. Karena pendaftaran tanah secara sistematik didasarkan oleh prakarsa pemerintah, maka kegiatan tersebut didasarkan pada suatu rencana kerja yang ditetapkan oleh menteri. Pada pendaftaran tanah secara sistematik, pemegang hak atas tanah, kuasanya atau pihak lain yang berkepentingan memiliki kewajiban dan tanggung jawab untuk:

  didaftar dalam wilayah atau bagian wilayah suatu desa/kelurahan. Ajudikasi (Pasal 1 Angka 8 PP 24/1997) Kegiatan yang dilaksanakan dalam rangka proses pendaftaran tanah untuk pertama kali, meliputi pengumpulan dan penetapan kebenaran data fisik dan data yuridis mengenai satu atau beberapa objek pendaftaran tanah untuk keperluan pendaftaran.

  Wasono Adjie, selaku Kepala Sub Bagian Tata Usaha Kantor Pertanahan Kabupaten Pringsewu, dilaksanakan pada hari Rabu, tanggal 7 Oktober 2017, jam 09.00 wib. 7 Hasil wawancara dengan Noegroho Wasono Adjie, selaku Kepala Sub Bagian Tata Usaha Kantor Pertanahan Kabupaten Pringsewu, dilaksanakan pada hari Rabu,

  adalah kegiatan pendaftaran tanah untuk pertama kali yang dilakukan secara serentak yang meliputi semua objek pendaftaran tanah yang belum 6 Hasil wawancara dengan Noegroho

  Menurut Noegroho Wasono Adji,

  selaku Kepala Sub Bagian Tata Usaha Kantor Pertanahan Kabupaten Pringsewu menjelaskan bahwa kewenangan pendaftaran tanah mengacu kepada Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah jo Peraturan Kepala BPN (Perka) Nomor 3 Tahun 1997 tentang Peraturan Pelaksana dari Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah.

1. Sistematik

7 Pendaftaran tanah secara sistematik

2. Sporadik

  8. Pengumuman data fisik dan data yuridis dan pengesahannya.

  Pasal 6 ayat (2) Peraturan Pemerintah Nomor 24

  Pasal 1 angka 24 Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997, menyebutkan bahwa PPAT adalah pejabat umum yang diberikan kewenangan untuk membuat akta-akta tanah tertentu.

  1. PPAT (sebagai pembantu dalam pemindahan hak);

  Kepala Kantor Pertanahan sebagai pembina terhadap pembantu pelaksanaan pendaftaran tanah, yakni :

  2) Sebagai Pembina Terhadap Pembantu Pelaksanaan Pendaftaran Tanah

  Pemeliharaan data pendaftaran tanah dilakukan apabila terjadi perubahan pada data fisik atau data yuridis objek pendaftaran tanah yang telah terdaftar. Pemegang hak yang bersangkutan wajib mendaftarkan perubahan data fisik atau data yuridis tersebut kepada Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten/Kota setempat untuk dicatat dalam buku tanah.

  b. Sebagai Pelaksana Dalam Pemeliharaan Data Pendaftaran Tanah

  11. Penerbitan sertifikat; 12. Penyerahan hasil kegiatan.

  10. Pembukuan hak;

  9. Penegasan konversi, pengakuan hak, dan pemberian hak;

  Menurut Noegroho Wasono Adji,

  8

  6. Pengumpulan data fisik;

  5. Penyuluhan wilayah;

  pendaftaran tanah secara sistematik;

  Wasono Adjie, selaku Kepala Sub Bagian Tata Usaha Kantor Pertanahan Kabupaten Pringsewu, dilaksanakan pada hari Rabu, tanggal 7 Oktober 2017, jam 09.00 wib.

  4. Penyelesaian permohonan yang ada pada saat mulainya 8 Hasil wawancara dengan Noegroho

  3. Pembentukan panitia adjukasi dan satuan tugas, panitia adjukasi adalah kegiatan yang dilaksanakan dalam rangka proses pendaftaran tanah untuk pertama kali, meliputi pengumpulan dan penetapan kebenaran data fisik dan data yuridis mengenai satu atau beberapa obyek pendaftaran tanah untuk keperluan pendaftarannya;

  2. Persiapan kepala kantor pertanahan menyiapkan peta dasar pendaftaran berupa peta dasar yang berbentuk peta garis atau peta foto;

  1. Penetapan lokasi oleh menteri atas usul kepala kantor wilayah;

  Adapun tahapan-tahapan pendaftaran tanah secara sporadik sebagaimana tercantum dalam Permen- Agra/Ka.BPN No. 3/1997 adalah sebagai berikut :

  pendaftaran tanah secara sporadik adalah kegiatan pendaftaran tanah untuk pertama kali mengenai satu atau beberapa obyek pendaftaran tanah dalam wilayah atau bagian wilayah suatu desa/kelurahan secara individual atau massal. Pendaftaran tanah secara sporadik dilaksanakan atas permintaan pihak yang berkepentingan.

  7. Pengumpulan dan penelitian data yuridis; Tahun 1997, menyatakan tugas pokok PPAT adalah membantu Kepala Kantor Pertanahan dalam melaksanakan sebagian tugas di bidang pendaftaran tanah, yaitu kegiatan pemeliharaan data pendaftaran tanah dengan membuat akta pemindahan hak, akta pembagian hak bersama dan akta pembebanan hak tanggungan. Pasal 37 ayat (2) Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997, menyatakan bahwa Kepala Kantor Pertanahan mutlak memerlukan data yang harus disajikan dalam bentuk akta yang hanya boleh dibuat oleh seorang PPAT. Pasal 5 Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 1998 menetapkan, PPAT diangkat dan diberhentikan oleh Menteri. Daerah kerja PPAT adalah satu wilayah kerja Kantor Pertanahan Kabupaten/Kota.

  sesuai Pasal

  5 Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 1998, menetapkan bahwa PPAT Sementara dapat ditunjuk untuk melayani daerah-daerah terpencil yang belum memiliki PPAT, PPAT Sementara atau PPAT Khusus adalah pejabat pemerintah yang menguasai keadaan daerah yang bersangkutan yaitu Camat. Masa jabatan PPAT Sementara atau PPAT Khusus menyesuaikan masa jabatan pemerintahan (masa jabatan camat). Daerah kerja PPAT Sementara atau PPAT Khusus mengikuti wilayah kerjanya sebagai pejabat pemerintahan yang menjadi 9 FX. Sumarja, Hukum Pendaftaran Tanah,

  Bandar Lampung, Penerbit Universitas

  dasar penunjukannya sebagai PPATS.

  10 Menurut FX. Suhartono,

  11

  selaku Notaris dan Pejabat Pembuat Akta Tanah dengan wilayah kerja Kabupaten Pringsewu, menjelaskan bahwa pejabat pembuat akta tanah adalah pejabat umum yang diberi kewenangan untuk membuat akta-akta otentik mengenai perbuatan hukum tertentu mengenai hak atas tanah atau tanah hak milik atas satuan rumah susun adapun yang dimaksud dengan akta Pejabat Pembuat Akta Tanah adalah akta yang dibuat oleh Pejabat Pembuat Akta Tanah sebagai bukti telah dilaksanakannya perbuatan hukum tertentu mengenai hak atas tanah atau atas hak milik atas satuan rumah susun sesuai dengan ketentuan Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 1998 Tentang Pejabat Pembuat Akta Tanah.

9 Camat sebagai PPAT Sementara,

  2. Panitia Ajudikasi (sebagai pembantu dalam pendaftaran tanah sistematik);

  Pasal 8 Peraturan Pemerintah Nomor

  24 Tahun 1997, menetapkan bahwa dalam melaksanakan pendaftaran tanah secara sistemik Kepala Kantor Pertanahan dibantu oleh Panitia Ajudikasi yang dibentuk oleh Menteri Agraria/Kepala BPN. Ajudikasi adalah kegiatan yang 10 FX. Sumarja, Loccit, hlm. 35. 11 Hasil wawancara dengan FX. Suhartono, selaku PPAT Kabupaten Pringsewu,

  dilaksanakan pada hari Kamis, tanggal 8 Oktober 2017, jam 09.00 wib. dilaksanakan dalam rangka proses pendaftaran tanah untuk pertama kali, meliputi pengumpulan dan penetapan data fisik dan data yuridis mengenai satu atau beberapa obyek pendaftaran tanah untuk keperluan pendaftarannya. Susunan panitia ajudikasi terdiri dari Ketua yang merangkap anggota yang dijabat pegawai BPN, anggota yang terdiri dari pegawai BPN, Kepala Desa dan/atau Pamong Desa, selain itu juga dapat ditambah dengan tetua adat yang mengerti sejarah tanah didesa yang masih memiliki sistem hukum keadatan yang masih kuat. Pelaksanaan tugas panitia ajudikasi dibantu oleh 3 (tiga) satuan tugas yaitu satuan tugas pengukuran dan pemetaan, satuan tugas pengumpul data yuridis, satuan tugas administrasi.

  12

  3. Pejabat Pembuat Akta Ikrar Wakaf (sebagai pembantu dalam pendaftaran tanah wakaf); Pejabat Pembuat Akta Ikrar Wakaf (PPAIW) adalah pejabat berwenang yang diangkat dan diberhentikan oleh Menteri Agama Republik Indonesia untuk membuat akta ikrar wakaf, guna mencegah permasalahan tentang pencatatan harta wakaf.

  Undang-Undang Nomor

  41 tahun 2004 tentang Wakaf khususnya Bab III, Pasal 37 ayat (1) menjelaskan bahwa, PPAIW harta benda wakaf tidak bergerak berupa tanah adalah Kepala Kantor Urusan Agama (KUA) dan/atau pejabat yang 12 Ibid menyelenggarakan urusan di bidang wakaf.

  4. Pejabat Kantor Lelang (pembantu dalam pendaftaran tanah karena lelang); Peraturan Menteri Keuangan Nomor 93/PMK.06/2010 tentang Petunjuk Pelaksanaan Lelang,

  Pasal 8 menjelaskan bahwa Pejabat Lelang terdiri atas pejabat lelang kelas 1 dan pejabat lelang kelas II, adapun pejabat lelang kelas

  I melaksanakan lelang untuk semua jenis lelang atas permohonan penjual/pemilik barang, sedangkan pejabat lelang kelas II melaksanakan lelang non eksekusi sukarela atas permohonan balai lelang atau penjual/peilik barang, pejabat lelang berwenang menerbitkan risalah atau akta lelang terhadap barang hasil lelang.

  Pasal 41 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang pendaftaran tanah menyatakan peralihan hak melalui pemindahan hak dengan lelang hanya dapat didaftarkan jika dibuktikan dengan kutipan risalah lelang yang dibuat oleh Pejabat Lelang. Pasal

  5 menyatakan bahwa pendaftaran peralihan hak yang diperoleh melalui lelang disampaikan kepada Kepala Kantor Pertanahan dengan menyertakan risalah lelang dan dokumen lain yang berhubungan dengan tanah tersebut.

  13

  13

C. Faktor-Faktor Penghambat Pelaksanaan Kewenangan Kantor Pertanahan Dalam Pendaftaran Tanah Di Kabupaten Pringsewu

  Menurut Noegroho Wasono Adji,

  14

  bahwa faktor–faktor yang mengakibatkan terhambatnya pelaksanaan pendaftaran tanah (ajudikasi) disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu :

  1. Adanya kesalahan informasi yang diberikan oleh pihak pemohon. Kesalahan informasi yang diberikan oleh pemohon disebabkan kurang proaktifnya masyarakat sebagai pemohon untuk datang langsung ke kantor pertanahan menanyakan hal-hal apa saja yang menjadi persyaratan administrasi yang harus disiapkan dalam proses awal pendaftaran tanah, sehingga kebanyakan dari masyarakat yang datang untuk melakukan pendaftaran tanahnya syarat-syarat administrasinya yang harus dipenuhi tidak lengkap sehingga dikembalikan berkasnya dan tidak diproses lebih lanjut oleh panitia bagian pemeriksaan berkas. Kesalahan informasi awal yang diberikan juga kadangkala terjadi dari pihak kantor pertanahan, hal ini terjadi akibat kurangnya sosialisasi kemasyarakat dengan 14 Hasil wawancara dengan Noegroho

  Wasono Adjie, selaku Kepala Sub Bagian Tata Usaha Kantor Pertanahan Kabupaten Pringsewu, dilaksanakan pada hari Rabu, tanggal 7 Oktober 2017, jam 09.00 wib.

  penyuluhan-penyuluhan yang dilakukan di masyarakat sehingga informasi yang didapat oleh pemohon kurang yang berakibat pada saat pemohon mendaftarkan tanahnya, berkas administrasi yang diserahkan oleh pemohon tidak lengkap. Hal ini menjadi dasar dari informasi yang kurang lengkap diberikan oleh pihak kantor pertanahan.

  2. Adanya sanggahan/keberatan dari pihak lain pada saat proses pendaftaran tanah (ajudikasi) berlangsung, sanggahan / keberatan dari pihak lain disebabkan karena tanah yang didaftarkan pemohon adalah tanah sengketa sehingga pada saat prosesnya tanah tersebut tidak dilanjutkan oleh panitia yang melakukan pengukuran dan pemetaannya dikembalikan terlebih dahulu kepada pemohon untuk menyelesaikan sengketa tanah tersebut dan apabila sengketa permasalahan tanah tersebut telah selesai maka panitia akan melanjutkan kembali pengukuran dan pemetaan yang pernah dilakukannya.

  3. Pemohon menggunakan jasa orang lain.

  Pemohon menggunakan jasa orang lain (calo) disebabkan karena pemohon tidak mau susah dalam hal pengurusan administrasinya sehingga mereka menggunakan jasa orang lain, ini dikarenakan pemohon hanya menginkan kemudahannya saja tanpa harus bolak balik ke kantor pertanahan untuk mendaftarkan tanahnya. Penggunaan jasa orang lain diakibatkan oleh berbelit- belinya prosedur administrasi pada pandaftaran yang menyebabkan pemohon ingin segera menyelesaiakan proses dengan menggunakan jasa calo. Penggunaan jasa calo juga menimbulkan konsekuensi seperti adanya biaya di luar biaya pendaftaran.

  Walaupun ditemukan beberapa hal yang menjadi permasalahan dalam pelaksanaannya, ajudikasi membawa pengaruh yang cukup besar dalam peningkatan jumlah bidang tanah yang telah didaftarkan haknya., yang dibuktikan dari tingkat produktivitas pelaksanaan ajudikasi pertahun.

  Menurut FX. Suhartono,

  15

  faktor penghambat yang paling dominan adalah Kantor Pertanahan Kabupaten Pringsewu merupakan Kantor yang baru dibentuk setelah Kabupaten Pringsewu resmi menjadi Kabupaten definitif, sehingga berkas-berkas pertanahan yang sebelumnya terdaftar di Kantor Pertanahan Kabupaten Tanggamus mesti dilakukan mutasi berkas terlebih dahulu dan dilakukan pencarian berkas sehingga berkas-berkas pertanahan kembali tersusun dengan baik.

  Menurut Ellya Sakti,

  16

  faktor penghambat yakni wilayah Kabupaten Pringsewu merupakan 15 Hasil wawancara dengan FX. Suhartono,

  selaku PPAT Kabupaten Pringsewu, dilaksanakan pada hari Kamis, tanggal 8 Oktober 2017, jam 09.00 wib. 16 Hasil wawancara dengan Ellya Sakti, selaku Kepala Seksi Pemerintahan Kecamatan Pringsewu, dilaksanakan pada hari Kamis, tanggal 8 Oktober 2017, jam 13.30 wib.

  awalnya pendiriannya terdiri dari 7 (Tujuh) Kecamatan, yang saat ini dimekarkan menjadi 9 (Sembilan) Kecamatan, termasuk juga wilayah Kecamatan Pringsewu, dampak dari Pemekaran wilayah adalah perubahan batas-batas wilayah kecamatan, perubahan wilayah kerja kecamatan yang terkait dengan kewenangan camat selaku Pejabat Pembuat Akta Tanah Sementara, dan penghambat yang dominan adalah pemisahan berkas-berkas pertanahan yang membutuhkan waktu agar dapat tersusun secara sistematis lagi sesuai dengan data terbaru.

  III. PENUTUP

  A. Kesimpulan

  Kesimpulan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

  1. Kewenangan Kantor Pertanahan Dalam Pendaftaran Tanah di Kabupaten Pringsewu sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah jo Peraturan Kepala BPN Nomor 3 Tahun 1997 tentang Peraturan Pelaksana dari Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997, bahwa termuat pendaftaran tanah dapat dilaksanakan secara sistemik dan sporadik (perorangan) dengan membawa persyaratan yang telah ditentukan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997.

  Kantor Pertanahan memiliki kewenangan pemeliharaan data pendaftaran tanah, serta Kepala Kantor Pertanahan membina pembantu pelaksana pendaftaran tanah yaitu Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT dan PPAT Sementara), Panitia Ajudikasi, Pejabat Pembuat Akta Ikrar Wakaf, Pejabat Kantor Lelang.

  2. Faktor-faktor Penghambat Pelaksanaan Kewenangan Kantor Pertanahan Dalam Pendaftaran Tanah di Kabupaten Pringsewu adalah adanya kesalahan informasi yang diberikan oleh pihak pemohon, adanya sanggahan/keberatan dari pihak lain pada saat proses pendaftaran tanah (ajudikasi) berlangsung, pemohon menggunakan jasa orang lain.

B. Saran

  Saran dalam penelitian ini adalah Kementerian ATR/BPN khususnya Kantor Pertanahan Kabupaten Pringsewu harus memaksimalkan sosialisasi dan mempermudah akses pendaftaran tanah kepada para pemohon pendaftar tanah baik secara sistemik dan sporadik.

DAFTAR PUSTAKA

  Boedi Harsono, Hukum Agraria

  Indonesia , Jakarta, Penerbit Djambatan, 2009.

  FX. Sumarja, Hukum Pendaftaran

  

Tanah , Bandar Lampung, Penerbit

Universitas Lampung, 2009.

  Samun Ismaya, Hukum Administrasi

  

Pertanahan , Yogyakarta, Graha

Ilmu, 2013.

  Wayan Suandra, Hukum Pertanahan

  Indonesia , Jakarta, Bumi Aksara, 1994.