E-Book Majalah Geografi Warta Geologi Volume 3 Nomor 2
03 Kata Pengantar
[03] Kata Pengantar [04] Editorial
06 Geologi Populer
[06] Memosisikan Kembali Kedudukan Geopolitik Indonesia [16] Jika Aku Mengolah Air Minumku [20] Ratu Perhiasan
24 Lintasan Geologi
[24] Pulau Singkep, kembali Menghasikan Timah [30] Semeru, Gunung Api yang Tak Pernah Tidur [34] Fosil Kayu, Indikasi Kehidupan Pra-sejarah di
Kubah Bayah
40 Geo Fakta
[40] Mengenal Medan Magnet di Alam
52 Profil
[52] Rudy Dalimin: Ahli Pemetaan Gunung Api
58 Seputar Geologi
[58] Penyebarluasan Informasi Geologi [60] Diskusi Meneropong Peran dan Fungsi Geologi
di Masa yang Akan Datang [62] Sosialisasi Peraturan bidang Geologi [64] Jurnal Geologi Indonesia Terakreditasi [67] Temu Editor dan Reviewer JGI [70] Forum Komunikasi Pejabat Fungsional [72] Ulang Tahun ke-79 Museum Geologi
78 Layanan Geologi
[78] Perpustakaan Geologi
83 Geo Foto
[83] Wisata ke Gua Pawon
Penasehat Kepala Badan Geologi Penanggungjawab Sekretaris Badan Geologi Pemimpin Redaksi Eddy Mulyadi, Dewan Reda-
ksi Oman Abdurahman, Priatna, Prima M. Hilman, Joko Parwata, Rudy D. Hadisantono, M. Wafid, Rita S.S., Kusdji D.Kusumah Redak- tur Pelaksana A.Gurning, M. M. Saphick Nurjaman, Eliza P. Winarno, Bunyamin Koresponden Nandang Sumarna, Evina Widyantini, Nenen Adriyani, Yusep Hidayat Sirkulasi Asep Sofyan, Dadang Suhendi Fotografer & Dokumentasi Gatot Sugiharto, Titan Roskusumah Marketing & Humas Lilies M. Maryati Tata Letak & Artistik [V]Artstudio 022-70662366 Alamat Redaksi Gedung D Lantai IV Jl. Dipone- goro No. 57 Bandung 40122 Telp. 022-7217321 Faks.022-7218154 website: http://www.bgl.esdm.go.id e-mail: [email protected]
Pembaca yang budiman, Selamat bertemu kembali dengan Warta Geologi (WG) dalam penerbitan kedua Edisi III Tahun 2008. Dapat diinformasikan bahwa rubrik-rubrik WG Volume III Nomor 2, Tahun 2008 ini pada prinsipnya melanjutkan rubrik-rubrik sebagaimana pada WG Volume III nomor perdana, sebelumnya. Para pembaca akan menjumpai berturut rubrik- rubrik ”Pengantar Redaksi”, ”Editorial”, ”Geologi Populer”, ”Lintasan Geologi”, ”Geo Fakta”, ”Profil”, ”Layanan Geologi”, dan ”Seputar Geologi”.
”Editorial WG kali ini mewacanakan seputar krisis energi dan tantangannya untuk penelitian dan pelayanan bidang geologi dalam sudut pandang geopolitik. Dalam rubrik ”Geologi Populer” para pembaca akan mendapati tiga tulisan, yaitu: “Memposisikan kembali Kedudukan Geopolitik Indonesia”, ”Jika Aku Mengolah Air Minumku”, dan ”Ratu Perhiasan”. Selanjutnya, dalam rubrik ”Lintasan Geologi” para pembaca dapat menelusuri tulisan tentang timah di P. Singkep, Gunung api Semeru, dan fosil kayu dari daerah Bayah, Jawa Barat. ”Geo Fakta” mengulas tentang medan magnet alami. Rubrik ”Layanan Geologi” mengupas tentang perpustakaan
geologi.
Adapun ”Profil” kali ini menampilkan Bapak Rudy Dalimin Hadisantono, salah seorang yang memiliki kepakaran langka, namun diperlukan, yaitu pemetaan gunung api. Seperti biasanya, WG kali ini pun menyampaikan sejumlah berita aktivitas penelitian dan pelayanan bidang geologi yang dikemas dalam rubrik ”Seputar Geologi”.
Para pembaca yang budiman, Artikel “Memposisikan kembali Kedudukan Geopolitik Indonesia” adalah artikel unggulan WG kali ini. Artikel karya Pak Hardoyo Rajiowiryono, salah seorang ahli geologi lingkungan freelance ini membicarakan tentang aspek strategis dari penelitian dan pelayanan bidang geologi, yaitu geopolitik Indonesia. Apa tantangan dan apa saja posisi (baru) kedudukan geopolitik Indonesia ke depan serta bagaimana cara mencapainya dikupas dalam artikel tersebut. Masih dalam rubrik yang sama, terdapat artikel tentang salah satu lingkungan geologi, salah satu sumber daya yang diperlukan oleh manusia, bahkan seluruh makhluk hidup lainnya, yaitu air: “Jika Aku Mengolah Air Minumku” karya Ibu Betty C. Matahelumual (PLG). Adapun artikel ketiga dalam rubrik geologi populer ini adalah “Ratu Perhiasan” oleh Adang Hendarsyah (PSG), sebuah artikel yang mengulas tentang batu mulia yang menjadi ratunya para batu mulia.
Artikel “Pulau Singkep Kembali menghasilkan Timah” karya Sabtanto Joko Suprapto (PMG), berbicara tentang Pulau Singkep yang kembali menggeliat dengan pertambangan timahnya. Artikel lainnya dalam rubrik “Lintasan Geologi” adalah “Semeru, Gunung Api yang Tidak Pernah Tidur” oleh Kristianto dan SR Witiri (PVG). Artikel tentang Gunung Semeru tersebut mempertahankan konsistensi kehadiran tulisan- tulisan tentang gunung api atau mitigasi bencana gunung api yang selalu hadir dalam setiap penerbitan WG. Artikel terkakhir dalam rubrik yang sama adalah artikel berjudul “Fosil Kayu, Indikasi Kehidupan Pra-Sejarah di Kubah Bayah” karya Hamdan Z. Abidin (PSG).
Profil kali ini menampilkan seorang peneliti senior dari PVG, Badan Geologi, yaitu Pak Rudy Dalimin Hadisantono. Beliau adalah salah seorang yang menekuni dan pemilik keahlian langka, yaitu: pemetaan gunung api. Adapun rubrik “Layanan Geologi” kali ini diisi dengan informsi tentang perpustakaan geologi yang sudah sangat dikenal itu. Terakhir, rubrik “Seputar Geologi” menyajikan berita-berita atau event-event berkaitan dengan bidang geologi atau Badan Geologi yang berlangsung diantara bulan April hingga Juni 2008. Dalam rangkaian berita event tersebut para pembaca antara lain dapat menyimak berita tentang diskusi di seputar peran dan fungsi geologi dalam RPJPN 2005-2025, “Jurnal Geologi Indonesia” yang kini sudah Terakreditasi, acara “Temu Editor dan Reviewer Jurnal Geologi Indonesia”, forum komunikasi pejabat fungsional Badan Geologi, dan berita tentang ulang tahun ke-79 Museum Geologi.
Pembaca yang budiman, Kami senantiasa mengundang para pembaca semua, khususnya para peneliti dan pengamat bidang geologi dari dalam maupun luar lingkungan Badan Geologi untuk menulis di WG. Media cetak yang memposisikan diri sebagai majalah populer-ilmiah di bidang geologi ini sangat tepat kiranya sebagai ajang menulis dalam irama tulisan yang mengarah kepada keahlian science communicator di bidang geologi.
Kepada para penulis yang telah menyumbangkan tulisannya di WG kali ini, tak lupa kami dari redaksi mengucapkan terimakasih atas kontribusinya.
Akhir kata, selamat menikmati Warta Geologi Edisi III Nomor 2 Tahun 2008!nRedaksi
Pengantar Redaksi
Pengantar Redaksi
Editorial
Apakah yang tersisa dari geopolitik Indonesia apabila Indonesia kesulitan untuk menjaga keajegan pasokan seluruh kebutuhan energinya seperti akhir-akhir ini? Bagaimana strategi dan upaya bidang geologi agar lebih berkiprah dalam mengantisipasi krisis energi? Bagaimana pula geologi dapat berperan penting dalam memposisikan kembali kedudukan geopolitik Indonesia? Pertanyaan-pertanyaan tersebut dalam situasi Indonesia menghadapi gejolak energi dunia dewasa ini dan tantangan situasi ekonomi, sosial budaya dan politik global kedepan menarik untuk diwacanakan.
Dalam salah satu upaya menghadapi krisis energi, Presiden kita pada bulan Juli 2008 –sebagaimana disiarkan antara lain dalam media televisi– meng- ajak kepada seluruh stakeholder terkait untuk me- ningkatkan pencarian aspek hulu energi bahan bakar minyak (BBM) disamping mengembangkan energi baru dan terbarukan. Ajakan atau imbuan presiden ini jelas merupakan sebuah tantangan bagi bidang geologi yang berkiprah pada aspek hulu sektor energi, khususnya sektor minyak dan gas (migas).
Pada saat ini perencanaan pembangunan nasional kita memang sudah tidak lagi menganut sistem GBHN (garis-garis besar haluan negara). Namun demikian, butir-butir dasar dari GBHN sebelumnya, seperti konsep geopolitik, masih berguna. Dalam GBHN 1993 dinyatakan bahwa geopolitik adalah salah satu modal dasar pembangunan bangsa Indonesia. Maka, wacana kita pada kesempatan ini adalah bagaimana melihat krisis energi dan bidang geologi dari sudut pandang yang lebih luas dan strategis, yaitu geopolitik.
Krisis Energi dan Peran bidang Geologi
Pada saat ini dunia dapat dikatakan sedang meng- hadapi ancaman krisis energi. Dampaknya terasa juga di Indonesia. Beberapa ahli menyatakan bahwa kondisi energi di Indonesia saat ini sudah termasuk kategori ”krisis”. Krisis energi atau kegawatan energi adalah suatu pengurangan atau peningkatan harga yang besar dalam pasokan energi ke ekonomi; suatu krisis energi dapat berupa krisis bahan bakar minyak, pengurangan energi, pengurangan ketersediaan listrik, atau krisis kelistrikan (lihat, misalnya, (http:// en.wikipedia.org/wiki/Energy_crisis).Keadaan pengurangan yang besar atau peningkatan harga yang tinggi di sisi pasokan (supply) energi tersebut pada saatnya dapat menimbulkan kegawatan atau kegentingan sehingga layak disebut sebagai krisis energi.
Fokus pembicaraan kita kali ini bukan tentang penyebab krisis energi, melainkan tentang arah atau tantangan yang relevan dari krisis energi itu terhadap
Krisis Energi, Geopolitik, dan Geoinformasi
penelitian dan pelayanan bidang geologi. Karena, sebagaimana imbauan Bapak Presiden kita yang dikutip di depan, apa pun penyebab krisis energi yang terjadi, salah satu solusi untuk pemulihan kondisi energi tersebut mengandung pengharapan kepada bidang geologi. Dalam sebuah pemaparan tentang bahan penyusunan road map penelitian dan pelayanan bidang geologi, Bapak Awang Harun Satyana, seorang geolog senior dan ahli geologi perminyakan di Indonesia, menyampaikan bahwa data, referensi, dan pengalaman geologi akan menjadi modal utama untuk meneruskan pembangunan dalam bidang sumber daya migas dan mineral pada Pembangunan Jangka Panjang Nasional (PJPN) 2005-2025. Hal tersebut mengingat migas masih merupakan sumber energi utama atau sekitar 80% dari komsumsi di Indonesia. Kita sadar, bahwa tidak akan ada detak kehidupan dan tak akan dijumpai derap pembangunan tanpa tersedianya energi yang cukup.
Selanjutnya disampaikan pula oleh beliau yang berikut ini: ”...dalam sektor migas, dari 60 cekungan migas yang sudah diketahui, dengan 16 diantaranya telah berproduksi, maka kita masih memiliki peluang
44 cekungan yang tidak mustahil akan menjadi cekungan–cekungan produksi di masa depan. Dari 16 cekungan yang berproduksi, kita juga masih memiliki cadangan minyak terbukti dan potensial sebesar sekitar 8,4x109 barel dan gas sebesar 165x1012 kaki kubik yang akan menjadi produksi Indonesia di masa mendatang. Setiap tahun rata-rata sekitar 360x106 barel minyak dan 3x1012 kaki kubik gas produksi Indonesia. Bila kita tak menambah cadangan baru melalui penemuan- penemuan eksplorasi maka cadangan tebukti dan potensial yang telah ada itu akan habis dalam 23 tahun untuk minyak, dan 55 tahun untuk gas. Bila kita hanya memperhitungkan cadangan terbukti, maka pengurasan itu akan lebih cepat, yaitu 11 tahun untuk minyak, dan 35 tahun untuk gas. Hal itu dihitung berdasarkan beberapa parameter yang konstan. Berdasarkan hal diatas, maka peran dan fungsi geologi menjadi sangat penting untuk keberlanjutan pembangunan bidang migas di Indonesia. Geologi akan menjadi ujung tombak dalam mewujudkan 44 cekungan sedimen menjadi cekungan yang memproduksi migas. Geologi pun akan menjadi ujung tombak dalam mewujudkan cadangan potensial di lapangan-lapangan produksi saat ini menjadi cadangan terbukti sehingga akan memeperpanjang umur Indonesia sebagai produsen migas. Maka, tidak berlebihan apabila kita katakan bahwa, disadari atau tanpa disadari, geologi merupakan salah satu mata rantai penggerak pembangunan, begitu juga untuk PJPN 2005- 2025” .
Geoinformasi: Kontribusi Geologi untuk Sektor Energi
Dari apa yang disampaikan oleh pakar geologi perminyakan tersebut diatas selanjutnya diperoleh butir penting hubungan pengetahuan geologi dengan eksplorasi migas saat ini dan ke depan. Yakni, bahwa sekalipun pengetahuan geologi kita telah cukup, masih banyak faktor-faktor geologi yang belum diketahui sehingga kegagalan eksplorasi biasa terjadi; namun, bila kita dapat belajar dari pengalaman kegagalan, maka resiko kegagalan selanjutnya akan semakin kecil. Karena itu, database dan sistem informasi tentang geologi sumber daya energi menjadi sangat penting. Sebab, belajar dari pengalaman kegagalan dalam konteks pengetahuan memerlukan database dan sistem informasi. Artinya, salah satu kontribusi penelitian dan pelayanan bidang geologi untuk sektor energi adalah menyusun dan menyajikan geoinformasi sektor energi dengan baik.
Geoinformasi dalam hal ini dimaksudkan sebagai sub disiplin ilmu yang kajiannya atau ruang lingkupnya meliputi asepk-aspek: remote sensing, sistem distribusi data dalam sains kebumian, data pertambangan, geocomputation dan distributed GIS, simulasi numerik, dan evaluasi model, pemodelan keruangan dan statistik keruangan, standar informasi geografis, interoperabilitas (interoperability) dan infrastruktur data keruangan, dan komputasi grid ruang bumi (geospatial grid computing). Penelitian dan pelayanan bidang geologi aspek geoinformasi sektor energi paling tidak mampu menyajikan data dan informasi yang dimilikinya dalam pengertian geoinformasi sebagaimana tersebut diatas, baik untuk data dan informasi yang telah ada atau pun prediksi-prediksi ke depan.
Geoinformasi dan Geopolitik
Geoinformasi ternyata juga merupakan tulang punggung penting dalam pengukuhan posisi geopolitik Indonesia yang baru. Posisi geopolitik Indonesia, menurut salah seorang geolog senior kita, Bapak Hardoyo, perlu diposisikan kembali mengingat beberapa alasan akibat konstelasi politik dan ekonomi di tingkat regional Asia Tenggara dan sekitarnya. Hal itu mengingat kedudukan geopolitik Indonesia yang –menurut GBHN 1993 - dianggap lebih penting dari modal dasar pembangunan yang keempat (“kekayaan alam yang beraneka ragam”), dalam waktu 30 tahun ke depan tidak akan relevan lagi.
Kedudukan geopolitik kita yang menurut GBHN 1993 merupakan modal dasar pembangunan ketiga itu adalah bahwa Indonesia merupakan negara yang letaknya strategis untuk lalu lintas perdagangan dan angkutan barang melalui laut. Dengan adanya rencana kerjasama beberapa negara-negara di sekitar kawasan Sungai Mekong di Asia daratan dengan apa yang disebut proyek pengembangan GSM (Great Subregion Mekong), maka posisi geopolitik Indonesia tersebut patut dievaluasi dan diposisikan kembali. Proyek GSM antara lain akan
membangun terusan Kra sebagai jalur perdagangan yang lebih efisien. Maka: ”Dalam 30-40 tahun ke depan, atau mungkin lebih cepat lagi, benarkah jalur perdagangan melalui laut Indonesia masih dianggap strategis?”; ”Bukankah ke depan lalulintas perdagangan akan lebih banyak melalui terusan tanah genting Kra tersebut?”, dst.
Dari ulasan dan usulan beliau untuk reposisi kedudukan geopolitik Indonesia sebagaimana dalam makalahnya yang dimuat dalam WG kali ini dapat disimpulkan beberapa hal. Yaitu: 1) bahwa menurut historisnya dan kondisi sumber daya alamnya secara geologi Indonesia masih penting, bahkan geopolitik Indonesia masih dapat dipertahankan dan berperan lebih penting lagi dengan berkiprah dalam isu-isu strategis sebagaimana dalam posisi geopolitiknya yang baru; 2) diantara geopolitik baru untuk Indonesia itu adalah: peluang investasi di sektor mineral dan energi, pertanian unggulan berbasis biogeoregion, pengembangan geowisata, dan pusat pendidikan dan pelatihan geologi . Namun, pengembangan geopolitik baru untuk Indonesia itu menuntut sejumlah syarat yang prinsipnya semua syarat tersebut bertumpu pada sistem geoinformasi.
Revitalisasi Informasi Geologi Indonesia
Demikianlah, paparan diatas menunjukkan bahwa dalam berkontribusi untuk solusi dan masa depan energi serta reposisi geopolitik Indonesia ke depan, informasi geologi kita memerlukan revitalisasi sehingga menjadi sistem geoinformasi Indonesia. Yakni, informsi geologi yang sedikitnya berbasis pada sistem keruangan (GIS atau SIG: sistem informasi geografis); memanfaatkan data dan informasi hasil dari teknologi canggih yang telah tersedia (remote sensing, dan metode survei dan eksplorasi lainnya); selalu dihasilkan, divalidasi, dievaluasi, dan di-update melalui pemodelan, penghitungan, dan statistik-statistik kebumian (geocomputation); memiliki tingkat interoperabilitas yang tinggi, serta merupakan bagian dari sistem informasi sains kebumian secara keseluruhan. Dengan demikian dapat diharapkan sistem informasi geologi sumber daya energi tersebut akurat, up-to-date, dan handal dalam subtansi; cepat dan tepat dalam pelayanan.
sedikitnya memerlukan pemenuhan ketiga aspeknya: pemahaman yang mendalam, kebersamaan antar berbagai stakeholder, dan kreativitas. Maka, agar kita masih dapat berharap untuk tetap menjadi produsen migas terbesar di Autralasia, pengeskpor gas alam nomor satu di dunia, dan posisi terdepan di dunia di bidang geologi-pertambangan lainnya seperti saat ini; serta mampu mengukuhkan posisi baru geopolitik Indonesia, maka kita perlu memahami secara mendalam makna data dan informasi, berkoordinasi dengan berbagai sektor serta berkreativitas dalam membangun geoinformasi Indonesia. Semoga!.n
Bandung, Juni 2008 Oman Abdurahman
Editorial
Geologi Populer
Memposisikan Kembali Kedudukan Geopolitik Indonesia
Oleh: Hardoyo Rajiyowiryono
H mengembangkan kawasan sepanjang aliran Su-
arian Kompas tanggal 31 Maret 2008 memberitakan bahwa Re- publik Rakyat China (RRC) berniat
ngai Mekong - dikenal sebagai Greater Subregion Mekong (GSM) - yang melewati enam negara, yaitu China, Laos, Kamboja, Myanmar, Thailand, dan Vietnam. Kesepakatan untuk membangun kawasan GSM sebelumnya telah dicapai diantara keenam negara tersebut pada tahun 1992. Pertemuan yang dilaksanakan pada tanggal 30 - 31 Maret 2008 di Vientiane, Laos, adalah pertemuan ketiga diantara keenam negara kawasan GSM itu.
Rencana pengembangan kawasan GSM ini
menjadi sangat menarik apabila kita kaji dengan fakta-fakta berikut:
1) Bahwa telah lama ada rencana untuk membuka terusan di Tanah Genting Kra yang akan menghubungkan Samudra India (Laut Andaman) dengan Laut Tiongkok Selatan (Teluk Siam),
2) Bahwa keamanan di kawasan Indochina sudah membaik, dan
3) Bahwa harga minyak dan gas bumi yang cenderung selalu naik. Rencana pengembangan kawasan GSM juga sangat menantang apabila kita kaji secara holistik dengan informasi kondisi geologi Indonesia yang unik.
Kajian yang terakhir ini mungkin akan mem- bantu kita untuk memposisikan kembali kedudukan geopolitik
Indonesia
di Asia
Tenggara dan menentukan arah kebijakan pembangunan Indonesia, sekurang-kurangnya arah pembangunan pada aspek atau bidang kegeologiannya.
Jika makna revitalisasi meliputi 3 (tiga) langkah penting, yaitu: pemahaman yang mendalam, perencanaan bersama, dan pengembangan kreativitas; maka dalam tulisan ini penulis mencoba mengaplikasikan revitalisasi di bidang informasi geologi untuk memposisikan kembali kedudukan geopolitik Indonesia. Hal ini menjadi lebih penting lagi dalam kaitannya dengan antisipasi atas situasi regional dan global yang akan mempengaruhi Indonesia dalam waktu yang tidak terlalu lama, terutama rencana pembangunan GSM dan terusan di Tanah Genting Kra.
POSISI GEOPOLITIK INDONESIA Dalam Garis Besar Haluan Negara Indonesia (GHBN), posisi geopolitik Indonesia ditentukan
oleh kondisi geografinya yang terletak pada persilangan antara dua benua, yaitu benua Asia dan benua Australia; dan antara dua samudera, yaitu samudera Pasifik dan samudera India. GBHN menjadikan kondisi geopolitik ini sebagai modal dasar pembangunan yang ketiga, sesudah “kemerdekaan dan kedaulatan bangsa (modal dasar pertama)” dan “jiwa dan semangat persatuan dan kesatuan (modal dasar kedua)” serta sebelum “kekayaan alam yang beraneka ragam (modal dasar keempat)”. Menurut GBHN, kedudukan geopolitik Indonesia dianggap lebih penting dari sumber daya alam yang ada di Indonesia. Faktor penting tersebut adalah bahwa Indonesia merupakan negara yang letaknya strategis untuk lalu lintas perdagangan dan angkutan barang melalui laut.
Mengingat sejarahnya, penempatan posisi geopolitik Indonesia sebagai modal dasar ke- tiga dalam GBHN 1993 mudah dipahami dan dimengerti. Bukti sejarah menunjukkan bahwa kedudukan geopolitik Indonesia tersebut telah menumbuhkan
Indonesia
sebagai negara maritim yang kaya dan kuat. Mulai dari Sriwijaya pada abad ke-8 M dan 9 M, Majapahit pada abad ke-13 M sampai dengan abad ke-15 M dan kemudian pada abad ke-16 M dan 17 M dilanjutkan oleh negara-negara Islam seperti Aceh (yang menguasai Selat Malaka), Banten dan kemudian Demak (yang menguasai Selat Sunda dan perairan Riau), Makasar (yang menguasai Selat Makasar dan Selat Lombok) serta Ternate dan Tidore (yang menguasai perairan Maluku dan Sulawesi Utara). Kota-kota pelabuhan mereka tumbuh sebagai pelabuhan transito yang besar dan makmur.
Sebagai gambaran betapa makmur dan ramainya perdagangan Indonesia pada masa tersebut diatas dapat dikutip catatan Yunus b. Mihran. Ia adalah seorang pedagang dari Basra yang pernah berlayar hingga ke Sumatera dan China. Dalam buku tulisan kapten kapal Bozorg ibn Shahryar yang berjudul Merveilles de l’Indie, ditulis pada sekitar tahun 956 M, Yunus b. Mihran bercerita:
“Di kota kediaman Maharaja (Palembang) terdapat pasar besar yang sedemikian banyak jumlahnya hingga tak dapat dikatakan berapa jumlahnya dan telah menghitung delapan ratus penukar uang di pasar (khusus penukaran uang) yang disediakan bagi mereka tidak termasuk yang tersebar di pasar- pasar lain, rumah-rumahnya kebanyakan di atas air dibangun di atas bongkah-bongkah kayu yang diikat seperti rakit untuk menghindari kebakaran. Maharaja memerintahkan agar kekayaan emas
Peta Lokasi Indonesia, Kawasan GSM dan Tanah Genting Kra.
Geologi Populer
Geologi Populer
yang didapatnya (dari cukai/pajak perdagangan) tersebut dan pembangunan infrastuktur lainnya dituang/dilebur dalam bentuk emas batangan
di kawasan GSM.
yang jumlahnya adalah 200 mann per hari”. Pembangunan GSM akan ditekankan pada dua Kekayaan dan kejayaan Majapahit dapat dibaca
hal:
pada kitab Pararathon dan Negarakertagama. Sedangkan Banten dan Makasar selain dikenal
Pertama, membangun pertanian dan industri sebagai bandar internasional, juga dikenal sebagai
manufaktur (industri yang bukan industri rumah pusat ilmu pengetahuan. Banten dan Makasar
tangga dan kerajinan tangan) di Propinsi Yunan, mempunyai perpustakaan dengan jumlah buku
untuk mengejar ketinggalan propinsi ini dari yang luar biasa, yang membuat para pengelana
propinsi-propinsi lain di pantai timur China. asing terkagum-kagum. Pada abad ke 18 M dan
19 M peran sebagai bandar internasional seperti Kedua, mengembangkan pertanian di Laos, tersebut di atas digantikan oleh Jakarta atau
Kamboja, Vietnam, Thailand dan Myanmar. Batavia yang diduduki Belanda sejak tahun 1619
Vietnam, Kamboja dan Myanmar adalah negara dan Singapura yang didirikan oleh Inggris pada
penghasil beras yang sejak dahulu dijuluki sebagai tahun 1819.
“periuk nasi Asia Tenggara”. Thailand adalah negara yang cukup terkemuka dibidang agro-
Saat ini Selat Malaka, Selat Sunda, Perairan Riau, industri. Meskipun demikian, ketersediaan jalan Selat Lombok dan Selat Makasar (seluruhnya
raya, jalan keretaapi dan tenaga listrik, pasti tidak termasuk perairan Indonesia kecuali Selat Ma-
hanya akan menumbuhkan sektor pertanian, laka) merupakan alur pelayaran penting bagi
tetapi juga akan menyebabkan suburnya sektor kapal tanker dan kapal kargo yang mengangkut
industri di kelima negara GSM tersebut. minyak, gas alam, batubara, hasil pertanian dan hasil industri dari dan ke Timur Tengah, India,
Fakta bahwa saat ini industri otomotif di Thailand Jepang, Korea, China dan Afrika.
telah mendapat kepercayaan untuk memproduksi Mercedes tipe E-class (yang saat ini merupakan PENGARUH PEMBANGUNAN KAWASAN GSM salah satu puncak pencapaian teknologi Mercedes-
Pengembangan kawasan GSM dirancang untuk Benz), serta dibentuknya Greater Mekong meningkatkan pembangunan ekonomi dan sosial
Subregion Academic dan Research Networks melalui kerjasama pembangunan infrastruktur di
(GMSARN), dapat memberikan gambaran se- antara keenam negara GSM yang dilalui Sungai
berapa besar peluang tumbuhnya industri Mekong yang memiliki panjang 4.350 kilometer.
manufaktur di kawasan GSM serta seberapa sungguh-sungguhnya usaha mereka. Jadi dapat
Prioritas pembangunan infrastuktur diletakkan dipastikan, di masa mendatang sektor pertanian pada pembangunan jalan kereta api, jalan raya,
dan industri di kawasan GSM akan tumbuh pesat, pembangkit listrik tenaga air (PLTA) dan saluran
dan akan ada arus barang yang jumlahnya luar irigasi. China telah menyelesaikan pembangunan
biasa yang harus diangkut ke luar (dijual) melalui PLTA Manwan yang menghasilkan 1.500 MW
pelabuhan-pelabuhan mereka. listrik. Ada 12 bendungan atau PLTA lain yang akan dibangun di bagian hulu Sungai Mekong.
Nah, ini dia –dalam hal arus pengangkutan barang Dengan bantuan Bank Pembangunan Asia (Asian
inilah– masalahnya bagi Indonesia. Dengan harga Development Bank/ ADB) Thailand dan Laos telah
minyak dan gas bumi yang cenderung naik terus melaksanakan penyatuan jaringan kereta api
(dan logikanya memang harus begitu, karena mereka. Perayaan yang menandai peristiwa ini
lama kelamaan cadangan minyak dan gas bumi dilakukan di Vientiane tanggal 20 Pebruari 2008.
dunia pasti akan menurun, disamping lokasi penambangannya pasti akan bergeser ke lokasi
Sebelumnya, pada tahun 1994, China telah yang lebih sulit dengan biaya penambangan yang mendahului membangun Yunan Express Way
lebih mahal), pengangkutan barang dari kawasan yang membentang sampai perbatasan Laos,
GSM ke berbagai negara dan sebaliknya, melalui juga dengan bantuan ADB. Yunan Express Way
perairan Indonesia, suatu waktu menjadi tidak merupakan bagian dari pembangunan jalan raya
kompetitif lagi, karena harus memutari Tanah trans-internasional sepanjang 1.800 kilometer
Genting Kra, (Peta Lokasi Indonesia, Kawasan yang menghubungkan Bangkok (Thailand) dengan
GSM dan Tanah Genting Kra), Semenanjung Kunming (ibu kota Propinsi Yunan, China).
Malaka, dan Pulau Sumatera. Pada pertemuan Vientiane, 30-31 Maret 2008,
Keadaan ini dapat memicu untuk menghidupkan ADB kembali menegaskan dukungannya yang
kembali ide untuk membuat terusan di Tanah telah diberikan olehnya sejak tahun 1992 terhadap
Genting Kra yang menghubungkan Teluk Siam rencana pembangunan jalan trans-internasional
(Laut China Selatan) dengan Laut Andaman
(Samudera India), untuk mempersingkat jarak pelayaran. Rencana membuat terusan di Tanah Genting Kra tidak tercantum secara eksplisit dalam rencana pengembangan kawasan GSM. Rencana ini pernah muncul bersamaan dengan rencana pembangunan Terusan Panama dan Terusan Suez. Terusan di Tanah Genting Kra akan menyebabkan kedudukan geopolotik Indonesia yang strategis dalam lalu lintas barang (dan perdagangan) di perairan Asia Tenggara menjadi hilang.
Pembuatan terusan di Tanah Genting Kra juga akan membuat pengembangan lapangan minyak bumi di Laut Andaman dan Laut China Selatan, di masa mendatang menjadi lebih kompetitip, bukan saja karena harga minyak bumi yang terus naik, tetapi juga karena menjadi lebih pendeknya jarak angkut yang mengurangi beaya transportasi. Di perairan laut Andaman terdapat lapangan minyak bumi laut Andaman dan lapangan minyak bumi palung laut Andaman.
Sedang di Laut China Selatan terdapat lapangan minyak bumi teluk Siam, Saigon – Brunei, Laut China Selatan, Sabah Utara, Palawan dan teluk Tonkin (Peta Sebaran Ladang Minyak di Kawasan Asia
Tenggara). Pengembangan
sejumlah
lapangan minyak bumi di perairan tersebut akan memberikan devisa kepada negara-negara GSM, utamanya kepada Vietnam, Kamboja, Thailand dan Myanmar. Devisa tersebut pada gilirannya akan menjadi pendorong lebih lanjut bagi pertumbuhan dan pengembangan kawasan GSM.
Selain negara-negara GSM (termasuk China), negara yang kemungkinan besar akan mendapat manfaat dari pembuatan terusan di Tanah Genting Kra adalah, Jepang, Korea, India, negara-negara Timur Tengah, Afrika, dan mungkin Filipina dan Malaysia. Jepang dan Korea akan mendapat manfaat dari semakin pendeknya transportasi minyak bumi dari Timur Tengah dan batubara dari India. Negara-negara Afrika akan mendapat manfaat terbesar dari memendeknya jarak angkut barang-barang industri dan pertanian dari China dan kawasan GSM.
Filipina akan mendapat manfaat dari di- kembangkannya ladang minyak bumi Palawan dan kemungkinan perdagangan hasil pertanian yang lebih luas dengan negara-negara Afrika. Malaysia mendapat manfaat dari dikembangkannya ladang minyak bumi Teluk Siam dan kemungkinan tambah berkembangnya kawasan pantai timur Malaysia.
Mengingat begitu banyak negara yang akan mendapat manfaat dari pembuatan terusan di Tanah Genting Kra, maka kemungkinan besar pembuatan terusan ini akan dilaksanakan. Bagi Indonesia, pertanyaan terpentingnya adalah kapan pembangunan terusan Tanah Genting Kra tersebut dilaksanakan, sehingga Indonesia dapat mengantisipasinya lebih dini.
Kapankah terusan di Tanah Genting Kra itu akan dibangun? Jawabannya sangat tergantung dari keberhasilan pengembangan kawasan GSM. Dengan memperhatikan keberhasilan China
Peta Sebaran Ladang Minyak di Kawasan Asia Tenggara.
Geologi Populer Geologi Populer
Deng Xiaoping memerlukan dua dekade dari saat Mao Zedong mengucapkan haluan politiknya yang terkenal ”mundur selangkah untuk meloncat jauh ke depan”, untuk memulai reformasi pasar bebas di tahun 1978. Tiga dekade kemudian, China telah menjadi raksasa ekonomi dengan neraca ekonomi surplus terhadap Amerika Serikat. Rencana pengembangan kawasan GSM dicanangkan pertama kali pada tahun 1992. Satu setengah dekade kemudian (tahun 2008), rencana pengembangan kawasan GSM telah mendapat dukungan internasional, dalam hal ini penegasan komitmen dukungan dari ADB yang diberikan pada pertemuan Vientiane 30-31 Maret 2008.
Dengan mengambil analogi keberhasilan China, pengembangan kawasan GSM akan mencapai puncaknya pada sekitar 30 sampai 40 tahun mendatang, dan pada sekitar saat itulah terusan di Tanah Genting Kra kemungkinan mulai dibangun. Ini berarti pula bahwa pada saat itulah peran penting geopolitik Indonesia yang mengontrol arus barang dan perdagangan antara Samudera
India dan Samudera Pasifik mulai terhapus. Angka
30 sampai dengan 40 tahun di atas tampaknya cukup realistis mengingat Thailand merencanakan sejumlah pelabuhan mereka yang dirancang untuk mendukung kawasan GSM dengan standar sesuai FTA (Federal Transport Authority), harus sudah beroperasi penuh pada tahun 2015 atau selambat-lambatnya pada tahun 2020.
KEKUATAN KEKHASAN GEOLOGI INDONESIA Sekitar tiga puluh tahun ke depan, saat terusan di Tanah Genting Kra dibangun, akan hilanglah peran penting perairan Indonesia sebagai alur lalulintas barang dari dan ke Asia Tenggara, Asia Timur, Asia Selatan, Timur Tengah dan Afrika. Pada saat tersebut hilanglah peran penting modal dasar ketiga pembangunan Indonesia. Tiga puluh tahun ke depan adalah bukan waktu yang lama, Indonesia harus mulai memposisikan kembali kedudukan geopolitiknya, atau paling tidak memperkuatnya. Mari kita lihat peran penting apa yang dapat diambil dari kondisi geologi Indonesia yang khas ini.
Peluang Investasi di Sektor Sumber Daya Mineral dan Energi Kondisi geologi Indonesia, sebetulnya sangat mirip dengan kondisi geografis yang menentukan peran geopolitik perairan Indonesia. Indonesia terbentuk dari tumbukan 3 lempeng tektonik, yaitu Lempeng Eurasia, Lempeng Indo Australia dan Lempeng Pasifik, serta diapit oleh Lempeng
Posisi Geotektonik Indonesia. Indonesia merupakan hasil tabrakan Lempeng Indo Australia, Lempeng Eurasia dan Lempeng Pasifik. Peta
Indo Australia dan Lempeng Pasifik yang menumbuknya (Peta Posisi Geotektonik Indonesia.
Sedangkan rangkaian gunung api yang ada juga Indonesia merupakan hasil tabrakan Lempeng
merupakan lokasi cadangan emas epitermal (Peta Indo Australia, Lempeng Eurasia dan Lempeng
Sebaran Potensi Emas Epithermal di Indonesia) Pasifik.).
dan sumber panas bumi. Dari 150 gunung api fosil yang ada, terdapat 217 daerah prospek
Tumbukan ketiga lempeng tektonik tersebut panas bumi dengan potensi listrik sebesar 19.658 membuat kondisi geologi Indonesia menjadi unik
Mega Watt, dan baru sekitar 2,5 % dimanfaatkan. dan atraktif. Fisiografi Indonesia merupakan
Saat ini Indonesia masih mempunyai beberapa rangkaian kepulauan yang membentang dari barat
cekungan minyak dan gas bumi yang boleh ke timur dengan rangkaian pegunungan batuan
dikatakan belum dijamah eksplorasi, seperti: sedimen dengan berbagai ketinggian, serta sekitar
cekungan Selatan Jawa, Selatan Nusa Tenggara, 150 gunung api fosil dan 129 gunung api aktif
Flores, Aru, Arafuru, Minahasa, Gorontalo, (Peta Sebaran Gunung api Aktif di Indonesia).
Weber, Selabangka, Tanimbar, Barat Sumatera, Kondisi geotektonik ini menyebabkan Indonesia
Pembuang dan Ketungau.
memiliki cadangan sumberdaya mineral dan energi yang sangat menjanjikan sebagai salah satu lumbung mineral dan energi dunia.
Dari keragaman sumber daya mineral dan energi serta pengalaman selama 50 tahun
Dua pertiga dari wilayah Indonesia merupakan mengelolanya, Indonesia masih punya peluang lautan. Dua paparan besar terdapat di Indonesia,
yang cukup atraktif bagi investasi, terutama yaitu Paparan Sunda di bagian barat dan Paparan
jika Indonesia mampu menciptakan insentif Sahul di bagian timur, masing-masing dengan
yang menguntungkan bagi para penanam ciri kedalaman laut yang berbeda. Selain minyak
modal. Salah satu jenis insentif tersebut adalah dan gas bumi, perairan Indonesia diperkirakan
tersedianya informasi sumber daya mineral dan mengandung timah dan mungkin magnetit,
energi dengan data coverage yang memadai zirkon, intan dan emas (di perairan Paparan
untuk mempertimbangkan besarnya risiko Sunda) serta nikel, nodula mangan, nodula
dan keuntungan investasi. Untuk mendukung fosforit dan nodula polimetalik lain (di perairan
hal ini Indonesia perlu secepatnya melakukan Paparan Sahul). Papua merupakan tempat
ekstensifikasi dan intensifikasi inventarisasi dan diketemukannya cadangan tembaga forfiri, emas
eksplorasi.
dan logam dasar lain yang kaya.
Peta Sebaran Gunung api Aktif di Indonesia
Dalam intensifikasi inventarisasi dan eksplorasi selain harus menerapkan metoda yang canggih, juga perlu menerapkan metoda yang tepat guna. Seperti misalnya dalam inventarisasi dan eksplorasi endapan placer di perairan Paparan Sunda, eksplorasi perlu dipusatkan pada wilayah- wilayah posisi muka air laut terendah pada kala Plio-Plistosen atau sekitar 200.000-100.000 tahun yang lalu, yang berarti harus digunakan penelitian lingkungan purba (paleo–environment) dan geografi purba (paleo–geography). Penelitian lingkungan purba dan geografi purba juga dapat diterapkan pada inventarisasi dan eksplorasi endapan placer di darat, seperti misalnya pada endapan placer intan dan emas di dalam endapan fluviatil Formasi Dahor yang tersebar luas di Provinsi Kaliman Tengah dan Provinsi Kalimantan Selatan.
Pertanian Unggulan berbasis Geobioregion Berdasarkan kondisi geologi Indonesia, hal lain yang dapat membantu memperbesar peluang pembangunan Indonesia adalah dengan me- ningkatkan peran atau sumbangan geologi dalam pengembangan pertanian unggulan, pengembangan pariwisata serta menjadikan Indonesia sebagai pusat penelitian dan pem- belajaran internasional.
Indonesia yang terbentuk dari tumbukan tiga lempeng tektonik (Peta Posisi Geotektonik Indonesia. Indonesia merupakan hasil tabrakan Lempeng Indo Australia, Lempeng Eurasia dan Lempeng Pasifik), melahirkan beberapa mandala geologi dengan geodiversity yang beragam. Wallace membagi Indonesia atas dua mandala utama, yang kurang lebih sama dengan Paparan Sunda (sebelah barat) dan Paparan Sahul (sebelah timur). Indonesia sebelah barat didominasi oleh tiga pulau besar, sedangkan Indonesia sebelah
timur didominasi oleh puluhan pulau-pulau kecil. Tanah di Indonesia sebelah barat lebih asam dari tanah di sebelah timur. Iklim mikro di sebelah barat berbeda dengan yang di sebelah timur. Menurut Wallace, fauna dan flora di kedua mandala tersebut
sangat berbeda. Pengelompokan seperti yang dilakukan Wallace, saat ini dikenal sebagai pengelompokan berdasar geobioregion, yaitu pembagian wilayah yang didasarkan pada kekhasan kondisi geologi yang melahirkan kondisi biologi atau flora dan fauna yang spesifik.
Dalam teori geobioregion diyakini bahwa kondisi geologi (dan geomorfologi) tertentu akan menyebabkan iklim mikro dan tumbuhnya vegetasi tertentu yang kemudian akan menjadi habitat fauna tertentu. Secara umum kita telah mengenal beberapa geobioregion, seperti misalnya: Sumatera untuk kayu gaharu; Banten, Lampung dan Bangka–Belitung untuk lada; Ka- limantan untuk kayu besi dan lei (sejenis durian), Nusa Tenggara untuk kayu cendana, serta Maluku untuk pala, fuli dan cengkih. Kita juga mengenal beberapa geobioregion yang lebih kecil, seperti: Sumatera Utara untuk Pisang Berangan, Kalimantan Barat untuk Jeruk Pontianak, Cilembu (Sumedang, Jawa Barat) untuk Ubi Cilembu, dan Sleman (Yogyakarta untuk) Salak Pondoh.
Tanaman-tanaman tersebut hanya tumbuh baik, menghasilkan produktivitas optimal dengan kualitas prima hanya di wilayah-wilayah yang bersangkutan. Pala dan cengkih misalnya, meskipun dapat tumbuh di seluruh Indonesia, tetapi produktivitas dan kualitas buahnya tidak akan sebagus jika ditanam di Maluku. Di seluruh Indonesia hanya terdapat 3% tempat yang cocok untuk tanaman kentang, dan salah satu syaratnya, tanahnya harus berupa tanah vulkanik.
Peta Sebaran Potensi Emas Epithermal di Indonesia
Peta
Sebaran Batugamping Karst di Indonesia. Sebaran batugamping karst ditunjukkan dengan warna biru.
Indonesia terkenal sebagai negara yang paling kaya keragaman hayatinya. Indonesia ditumbuhi oleh 25.000 spesies tanaman berbunga yang merupakan 10% tanaman berbunga di dunia. Lebih dari 400 spesies pohon penghasil kayu komersial paling bernilai di Asia Tenggara ter- dapat di Indonesia. Di Papua terdapat sembilan macam tanaman matoa. Di Maluku diketemukan sembilan pokok tanaman sagu. Di Kalimantan ada 19 jenis durian liar. Keragaman ini belum termasuk pisang, mangga, jeruk, jambu dan buah–buahan tropis lainnya.
Aspek yang menarik lainnya adalah bahwa bumi Indonesia ternyata secara alami mampu memuliakan beberapa jenis tanaman import. Kina yang didomestikkan di Jawa Barat Selatan sekitar 150 tahun yang lalu, kini telah bermetamorfosa menjadi varietas kina yang kualitas dan produktivitasnya jauh lebih unggul dari kina yang tumbuh di tempat asalnya. Sayang hak intelektual pengembangan kina–indonesia untuk keperluan pengobatan, dipegang oleh sebuah perusahaan farmasi Eropa yang sejak tahun 1990–an melakukan riset penggunaan kina-indonesia untuk pengobatan.
Dengan keragaman kondisi geologi (geodiversity) serta keragaman hayati (biodiversity) yang dipunyainya, Indonesia mempunyai peluang da- lam mengembangkan berbagai produk pertanian unggulan (sesuai dengan geobioregion-nya) yang khas Indonesia dengan kualitas prima dan produktivitas tinggi, sehingga dapat me- ningkatkan daya saing produk pertanian Indonesia di pasar internasional. Sayangnya pemetaan dan penelitian Indonesia dibidang geobioregion masih sangat terbatas. Indonesia harus secepatnya mulai meningkatkan pemetaan dan penelitian di bidang geobioregion ini.
Pola hidup masyarakat internasional yang saat ini sedang bergeser ke arah serba herbal, dapat dimanfaatkan sebagai starting point pengembangan pertanian unggulan berbasis geobioregiony. Hal ini bermakna pula strating point dalam peningkatan pemetaan dan penelitian bidang geobioregion di Indonesia. Sedikitnya 80% penduduk Dunia Ketiga, atau hampir 3 milyar jiwa, tergantung pada pengobatan tradisional dengan bahan baku obatnya bersumber dari alam. Salah satu negara produsen dan peng- impor obat tradisional terkemuka, China, meng- gunakan sekitar 5.100 spesies tanaman dan hewan untuk bahan baku obat tradisionalnya. Dua puluh obat terlaris di Amerika Serikat berasal dari ekstrak tumbuhan, mikroba dan hewan, dan menghasilkan laba sebesar US$ 6 milyar di tahun 1988.
Pengembangan Geowisata Indonesia memiliki kawasan karst yang luasnya 19,40 juta ha, terbentang dari Sabang sampai Merauke, pada pulau besar maupun kecil (Peta Sebaran Batugamping Karst di Indonesia. Sebaran batugamping karst ditunjukkan dengan warna biru). Geodiversity kawasan karst Indonesia sangat menonjol. Bentuk bukit karst, lembah, goa dan sungai bawah tanahnya sangat berbeda dari satu tempat ke tempat lainnya, sehingga melahirkan berbagai tipe bentang alam karst. Karena itu, kita mengenal kawasan karst tipe Gombong, tipe Gunung Sewu, tipe Nusa Penida, tipe Sangkulirang, tipe Maros, tipe Wawotobi dan tipe Pegunungan Tengah – Papua. Geodiversity kawasan karst tersebut lebih diperkaya lagi dengan kekhasan keanekaragaman-hayatinya, misalnya, yang paling menonjol, adalah Kawasan Karst Bantimurung – Toraja dengan kupu-kupunya.
Kawasan karst dapat dikembangkan sebagai kawasan wisata minat khusus dan wisata
Geologi Populer Geologi Populer
dan
publikasi
yang intensif akan membantu mendorong tumbuhnya jenis wisata ini. Saat ini Kawasan Karst Mangkalihat dan Hulu Mahakam dikenal di seluruh dunia sebagai tempat wisata petualangan yang paling menantang di Indonesia. Meskipun demikian inventarisasi dan publikasinya belum dikelola secara intensif, apalagi untuk kawasan karst yang lain. Belum banyak diantara kita yang mengetahui bahwa kita dapat menelusuri sebuah sungai bawah tanah yang cukup menantang sepanjang alurnya yang mengalir di bawah Kota Wonosari, Yogyakarta. Bayangkan, menelusuri sebuah sungai bawah tanah di bawah sebuah kota, sebuah pengalaman yang sangat sensasional.
Selain kawasan karst, potensi geowisata yang lain adalah wisata gunung api. Seperti telah disebutkan di muka, Indonesia memiliki 129 gunung api aktif (Gambar 4) dan 150 gunung api fosil. Gunung api menawarkan kegiatan wisata yang beragam, mulai dari keindahan alam, air panas sampai proses letusan gunung api, sehingga kawasan gunung api bisa tumbuh sebagai kawasan wisata minat khusus maupun wisata massal (mass tourism).
Saat ini gunung api yang telah terkenal sebagai tempat wisata minat khusus adalah Krakatau, Merapi, Rinjani dan Tambora. Sedangkan yang telah tumbuh sebagai tempat wisata massal antara lain adalah Tangkubanprahu, Dieng, Bromo, Ijen, Gunung Batur dan Gunung Agung. Kekuatan wisata gunung api Indonesia, adalah bahwa setiap gunung api Indonesia mempunyai perilaku letusan dan bentuk gunung api yang tidak sama, beberapa bahkan sangat khas seperti misalnya Kerinci – Sumatera, Kelut – Jawa, Kelimutu – Nusa Tenggara Timur, Soputan – Sulawesi Utara, Banda Api dan Gamalama – Maluku.
Peluang untuk mengembangkan wisata gunung api Indonesia masih terbuka luas. Inventarisasi dan publikasi yang lebih intensif akan meningkatkan kelebihan komparatif wisata gunung api Indonesia dengan tempat-tempat wisata lain (bukan ha- nya gunung api lain) di seluruh dunia. Kita me- nunggu, beberapa tahun ke depan, publikasi tempat-tempat pariwisata di Indonesia dan juga dokumen rencana pengembangan pertanian unggulan atau bahkan rencana pengembangan wilayah di Indonesia di mulai dengan semacam alinea pembuka yang digunakan oleh National Geographic . Lembaga yang sangat terkenal di bidang geografi itu dalam salah satu reportasenya membuka tulisan tentang pembangunan China sebagai berikut ini:
“Salah satu tubrukan paling dramatis dalam sejarah geologis Bumi telah membentuk dataran yang disebut China. Tektonik India menabrak Eurasia mulai 35 juta tahun lalu hingga menonjolkan Himalaya yang dihiasi puncak tertinggi, Everest, dan menaikkan Dataran Tinggi Tibet, dataran tinggi yang tertinggi di dunia. Elevasi baru menggubah pola iklim, mencipta gurun di utara dan mengguyur China tenggara dengan hujan muson” .
Penelitian dan Pendidikan Geologi Dari aspek penelitian (research) dan pendidikan (study), keragaman bentukan bumi (geodiversity), dan geotektonik Indonesia semestinya merupakan lahan kajian yang tidak habis-habisnya, serta berpotensi melahirkan berbagai teori dan pemikiran baru. Geologi Indonesia memiliki kekhasan berikut: • proses geologi yang masih aktif, seperti pengangkatan, sesar aktif yang panjangnya sampai ribuan kilometer, gunung api aktif sebanyak 129 buah, serta tentu saja proses erosi dan sedimentasi kuarter; • paleo environment yang berkisar dari laut dalam, laut dangkal sampai daratan, dengan berbagai fosil fauna dan flora sampai fosil manusia purba; • cekungan sedimentasi mulai dari palung samudra, busur kepulauan sampai dataran limpah banjir; •jenis batuan yang lengkap yang terdiri dari batuan beku, batuan sedimen, batuan piroklastik dan batuan malihan, dengan sifat kimia mulai dari ultra basa sampai asam, berasal dari lempeng benua maupun lempeng oceania; •bencana geologi yang cukup beragam, seperti gempa bumi, tsunami, letusan gunung api, tanah longsor, banjir dan kekeringan.
Tidak banyak negara-negara di dunia yang memiliki kekhasan geologi dan kekayaan geodiversity seperti Indonesia. Seperti contohnya, fosil manusia purba dan gunung api tidak terdapat di semua negara. Peluang Indonesia untuk menjadikan dirinya sebagai pusat penelitian dan pendidikan geologi internasional terbuka lebar. Minimalnya, Indonesia dapat tumbuh sebagai pusat penelitian dan pendidikan internasional di bidang mitigasi bencana geologi.
Di Indonesia dapat dipelajari mitigasi bencana geologi secara holistik. Hampir semua propinsi di Indonesia (kecuali beberapa propinsi di Kalimantan) potensial terancam semua jenis bencana geologi yang ada, sehingga dapat dikembangkan dan dipelajari metoda mitigasi bencana geologi yang bersifat holistik. Saat ini pelaksanaan pendidikan di berbagai negara sudah bersifat global, melampaui batas-batas negara dan telah menjadi sumber devisa. Pusat penelitian internasional dan pendidikan dengan
Geologi Populer
siswa lintas negara, secara tidak langsung juga akan membantu mengembangkan wisata minat khusus, terutama jika pendidikan dan penelitian itu di bidang geologi yang sering melakukan field trip (kunjungan lapangan).
Dalam kaitan di atas, apa yang diperlukan bagi Indonesia adalah: secepatnya menyiapkan pusat- pusat penelitian dan pendidikan geologi yang handal, menjalin kemitraan yang kuat antara sesama lembaga penelitian dan pendidikan geologi, baik nasional, regional maupun internasional, membuka dan mempromosikan pendidikan geologi
dengan siswa lintas negara. Hal yang tak kalah pentingnya adalah menyelenggarakan berbagai terbitan (majalah, buletin, journal atau situs) yang bertaraf internasional untuk mempublikasikan hasil–hasil penelitian dan keragaman bentukan geologi (geodiversity) Indonesia.