27 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Objek Penelitian 4.1.1 Sejarah RRI Kupang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi Objek Penelitian

4.1.1 Sejarah RRI Kupang

  Sejarah kehadiran RRI Kupang tidak dapat dilepaskan dari berdirinya Propinsi Nusa Tenggara Timur. Nusa Tenggara Timur sebelumnya tergabung dalam propinsi Sunda Kecil bersama dengan gugusan pulau-pulau di Nusa Tenggara Barat dan Bali. Pada tahun 1958, Propinsi Sunda Kecil secara resmi dikembangkan menjadi Propinsi Bali, Nusa Tenggara Barat dan Propinsi Nusa Tenggara Timur.

  Kehadiran RRI Kupang agak unik karena penggasnya adalah masyarakat sendiri. Menjelang berdirinya Propinsi NTT, ada sejumlah tokoh yang memandang sebagai suatu propinsi (yang akan segera berdiri) dengan wilayah yang berbatasan dengan negara lain, yaitu Timor Portugis (kemudian menjadi propinsi Timor Timur, dan sekarang menjadi negara merdeka Republik Demokratik Timor Leste-RDTL) dan Australia di Selatan, perlu memiliki suatu media yang menyuarakan kepentingan negara RI serta menyajikan siaran yang sesuai dengan budaya Indonesia. Pertimbangan lain ialah, NTT yang terdiri atas 556 pulau besar dan kecil (saat ini ternyata jumlah pulau di NTT adalah 1156 buah) dengan sekitar 43 pulau yang berpenghuni membutuhkan media informasi dan hiburan yang murah dan dapat menjangkau semuanya.

  Tokoh yang patut dikenang sebagai perintis itu ialah, Ny. Jeanette Batseba Gah ( Istri dari Wakil Gubernur pertama NTT El Tari), Ny. Bartje Adelaide Nisnoni Amalo-Djawa (Anggota Dewan Pertimbangan Siaran RRI Tahun 1954-1956), dan Elisa Rame Herewila, Menteri Penerangan Wilayah Indonesia Timur (pernah menjadi anggota MPRS tahun 1959).

  Usulan untuk mendirikan Stasiun RRI di Kupang kemudian diajukan ke pemerintah pusat dan mendapat persetujuan.

  Perjuangan 3 serangkai yang paham benar pentingnya keberadaan media massa (yang relatif murah) untuk menyuarakan pesan kemerdekaan dan spirit membangun mendapat respon cepat dari pemimpin RRI di Jakarta dan pemerintah pusat waktu itu. Gedung Studio mulai dibangun pada tahun 1955, sedangkan instalasi peralatan siaran dimulai tahun 1957. Lamanya proses persiapan ini diduga tidak terlepas dari kondisi transportasi masa itu yang belum lancar seperti saat ini, sementara bahan dan peralatan harus didatangkan dari pulau Jawa.

  Agar tidak terhapus dari catatan penerusnya, perlu disebut juga para perintis masa itu yakni, Amir Tjiptaprawira dari Jakarta, sedangkan putra daerah antara lain Piet Soplanit, Petrus Lino dan Petrus Ratuhere sebagai tenaga teknik.

  Setelah melalui persiapan yang cukup panjang, pada tanggal, 5 Pebruari 1958 mengudaralah siaran perdana RRI di bumi Flobamora (uji coba) dengan St ation call “Inilah Radio Republik Indonesia Studio Kupang”,. Penyiar pertama ialah Amir Tjiptaprawira, yang kemudian menjadi Kepala Stasiun pertama di RRI Kupang.

  Siaran perdana RRI Kupang menggunakan pemancar SW Gates buatan Amerika Serikat dengan kekuatan 300 watt pada gelombang 62,43 meter. Penyiar awal RRI Kupang ialah, Rika Lino, Netha Markus, Tince Lopulalang, Mien Medoh-Lani, Bertha Djaja, Mien Sereh dan Yance Francis. Seorang mantan penyiar RRI Yogjakarta Wibowo kemudian diperbantukan di Kupang. Teknisi perintis RRI Kupang antara lain Petrus Lino, Ahmad Adjam, Bernabas Malelak, dan Petrus Ratu Here. Siaran secara resmi dimulai tanggal 20 Nopember 1958.

  Peresmian operasional Studio sekaligus Siaran RRI Kupang pada tahun 1959 dilakukan oleh Menteri Penerangan Sudibjo. Dari unsur pimpinan RRI hadir Direktur Radio Maladi. Siaran awal itu berlangsung pukul 17.00-21.00 WITA.

  Heroisme pendiri RRI sebagai radio yang lahir dari perjuangan dan revolusi juga tergambar dalam penomoran identitas lembaga yang baru didirikan itu. Nomor telepon RRI Kupang yang pertama adalah 17, dan 45, Alamat di Jl. Tom Pello 8. Simbol ini seakan mau mengingatkan kita sebagai Angkasawan akan “angka keramat” bangsa Indonesia, 17-8-1945.

  Sejak saat itulah RRI Kupang hadir di bumi Flobamora, menyajikan siaran hiburan, pendidikan, informasi dan layanan masyarakat. Dari waktu ke waktu, upaya meningkatkan kualitas dan jangkauan siaran terus dilakukan. Selain itu untuk menjawab kebutuhan siaran di wilayah yang relatif luas dan berpulau-pulau ini telah didirikan pula RRI Ende di Flores dan RRI Atambua di perbatasan Republik Indonesia dan Republik Demokratik Timor Leste. Capaian ini merupakan komitmen RRI untuk menjadi sabuk pengaman informasi (Safety belt information), disamping sebagai media hiburan dan pendidikan.

  Kehadiran peralatan pemancar dan perangkat studio yang modern di akhir tahun 1990-an menjadi daya dorong bagi angkasawan RRI Kupang untuk membenahi acara siaran. Selain itu acara-acara yang melibatkan masyarakat seperti pagelaran budaya, siaran Universitaria dan kegiatan off air lainnya secara teratur digelar.

  Untuk meningkatkan kualitas SDM, RRI Kupang mengirimkan sejumlah karyawan mengikuti Diklat baik yang diselenggarakan oleh Pusdiklat RRI di Jakarta, maupun oleh Multi Media Training Centre di Jogyakarta. Apresiasi patut diberikan kepada Kepala RRI Kupang periode itu yang mendorong sebanyak-banyaknya karyawan RRI Kupang untuk mengikuti pendidikan baik formal, misalnya melanjutkan ke jenjang Strata 1, maupun pendidikan keahlian.

  Ketika resesi ekonomi melanda Indonesia di tahun 1997 yang berujung pada pergantian rezim pemerintahan dari pemerintahan Orde Baru kepada era Reformasi, RRI Kupang juga menjadi sasaran demonstrasi. Jika di Jakarta, mahasiswa menduduki gedung DPR RI, maka di Kupang RRI menjadi salah satu target unjuk rasa. Menyadari peran RRI untuk mempengaruhi massa, demonstran dari kalangan mahasiswabeberapa kali datang menyerukan aspirasinya. Dalam situasi itu, pimpinan RRI Kupang bersikap netral dengan melakukan edit ketat terhadap aspirasi mahasiswa yang kritis. Untuk mengantisipasi terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan, RRI Kupang mendapat bantuan pengamanan 1 regu polisi dari Polda NTT.

  Jika sebelumnya RRI Kupang menyelenggarakan siaran 24 jam sehari (siaran non stop setiap hari) maka seiring bergulirnya era reformasi Programa 1 dan Programa 2 membatasi siaran selama 19 (sembilan belas) jam setiap hari. Programa 3 yang merupakan Jaringan Berita Nasional oleh Pusat Pemberitaan Jakarta tetap mengudara 24 jam. Programa 4 atau Programa Budaya yang mulai mengudara pada akhir 2014 mengudara 19 (sembilan belas) jam setiap hari. Dengan demikian, sampai saat ini RRI Kupang dapat dipantau pada 4 (empat) programa yakni, Programa 1 atau Programa Daerah; Programa 2 atau Programa Kota; Programa 3 Jaringan Berita Nasional dan Programa 4 atau Programa Budaya.

  Pada periode ini pula RRI Kupang melakukan sejumlah lompatan besar, antara lain dialog Perbatasan, Siaran Bersama dengan Radio Televisi Timor Leste, Siaran berjaringan Miangas_Pulau Rote, dan sejumlah event di perbatasan RI

  • –RDTL. RRI Kupang juga menyelenggarakan Dialog Pro 3 dari pulau Rote, Dialog Pariwisata dari Lembata, dan Labuan Bajo.

  Pada tahun 2015, RRI Kupang resmi ditingkatkan statusnya dari type C ke stasiun RRI Type B. Peningkatan status ini merupakan “pengakuan” Direksi dan pemerintah akan kinerja LPP RRI Kupang.

  Pemerintah provinsi NTT juga bekerjasama dengan RRI Kupang dalam berbagai bentuk. Demikian pula dengan DPRD NTT kemitraan dilakukan dalam bentuk pembuatan Studio Suara Rakyat, yakni studio siaran RRI di gedung DPRD NTT. Melalui studio ini aktivitas para wakil rakyat disiarkan langsung. Kemitraan dengan Pemerintah Daerah NTT dan Pemerintah Kabupaten Kota se-NTT dimaksimalkan pada periode 2013- 2016. Dengan pemerintah Rote Ndao, pernah diselenggarakan dialog Pro 3 langsung dari pulau terselatan Indonesia itu. Dialog juga pernah dilaksanakan dari kabupaten Lembata tepatnya dari Lamabaleda mengenai atrakasi pariwisata khas perburuan Paus. Dengan pemerintah kabupaten Kupang dilakukan banyak kerjasama dalam bentuk dialog, dan terakhir adalah acara Forum Desa.

4.2 Programa 4 RRI Kupang

  Media massa memiliki empat fungsi utama, yaitu melakukan pengawasan lingkungan atau control sosial (social survellance), memediasi antara pihak satu dengan lainnya yang saling membutuhkan (social correlation), melakukan transformasi pengetahuan, nilai-nilai, dan norma sosial dari generasi ke generasi (social education), dan memberikan hiburan (entertainment). RRI Sebagai media massa tidak luput dari empat fungsi tersebut, akan tetapi, mengingt kedudukannya sebagai radio public, penerapan masing-masing fungsi tersebut diimplementasikan ke dalam beragam programa seperti Programa 1 untuk pemberdayaan masyarakat, Pro 2 untuk saluran kreativitas anak muda, dan Pro 3 sebagai saluran berita dan informasi dengan tekanan pada fungsi pengawasan sosial.

  Adapun kehadiran Pro 4 lebih merupakan wujud komitmen RRI untuk menjalankan fungsi pendidikan sosial dari generasi satu ke generasi berikutnya. Substansi siaran yang mengandung muatan nilai-nilai demikian itu secara keseluruhan disebut dengan program kebudayaan. (Direktorat program dan produksi LPP RRI, 2013 : 5). Pro 4 dalam penyelenggaraannya mengambil tema budaya karena budaya memiliki tingkat urgensi yang tinggi dalam pembentukan karakter manusia, sebab kebudayaan merupakan akar peradaban suatu bangsa.

4.2.1 Latar belakang pembentukan

  Dalam mengatur hubungan antarmanusia, kebudayaan dinamakan pula struktur normatif atau menurut istilah Ralph Linton designs for living (garis-garis atau petujuk dalam hidup). Artinya kebudayaan adalah suatu garis-garis pokok tentang perilaku atau blueprint for behavior yang mentetapkan peraturan-peraturan mengenai apa yang seharusnya dilakukan, apa yang dilarang, dan lain sebagainya. Apabila manusia sudah dapat mempertahankan diri dan menyesuaikan dalam keadaan damai, timbullah keinginan manusia untuk menciptakan sesuatu untuk menyatakan perasaan dan keinginannya pada orang lain, yang juga merupakan fungsi kebudayaan. Misalnya kesenian yang dapat berwujud seni suara, seni musik, seni tari, seni lukis, dan lain sebagainya. Hal inibertujuan tidak hanya untuk mengatur hubungan antar manusia, tetapi juga untuk mewujudkan perasaan-perasaan seseorang. Dengan demikian , fungsi kebudayaan sangat besar bagi manusia, yaitu untuk melindungi diri terhadap alam, mengatur hubungan antar manusia dan sebagai wadah segenap perasaan manusia (Prof. Dr. Soerjono Soekanto, 1982 : 157)

  Sebagai radio publik, perhatian terhadap aspek budaya bangsa dapat diwujudkan dalam dua ketegori. Pertama, menempatkan budaya sebagai suatu pendekatan dalam penyelenggaraan siaran. Artinya, budaya ditempatkan sebagai sudut pandang (perspektif) dalam membuat program- program acara yang disiarkan. Kedua, budaya sebagai format siaran (format station) yang berarti menunjuk pada makna bahwa budaya merupakan substansi utama dari siaran. Dalam konteks ini budaya lebih dari sekedar pendekatan, bahkan merupakan merupakan yang utama dan pertama dalam penyelenggaraan siaran. Perwujudan dari konsep ini adalah lahirnya programa khusus budaya di RRI yang kemudian dinamai Programa Empat (Pro 4). Kehadiran Pro 4 merupakan bentuk komitmen RRI terhadap kebudayaan Bangsa Indonesia yang kini eksistensinya mulai memudar terdesak oleh kebudayaan popular yang mengglobal. (Direktorat program dan produksi LPP RRI, 2013 : 4).

4.3 Analisis Hasil Penelitian

4.3.1 Sumber Materi Siaran

  Sumber materi dalam menyelenggarakan siaran budaya Programa Budaya RRI Kupang dapat digambarkan sebagai berikut:

  a. Literatur Literatur berupa buku-buku budaya baik yang mengulas suatu bentuk kebudayaan scara mendalam, maupun buku berisi “bunga rampai” budaya. Termasuk dalam sumber budaya ini ialah artikel dan berita tentang kebudayaan di Koran dan majalah. Buku-buku tentang ceritera rakyat juga merupakan referensi yang sangat membantu produksi acara siaran budaya. Pada prinsipnya semua tulisan tentang budaya dapat dijadikan rujukan untuk menghasilkan siaran budaya.

  b. Budayawan dan seniman Budayawan merupakan sumber informasi kebudayaan yang sangat diandalkan. Dalam penyelenggaraan siaran budaya Programa 4 RRI

  Kupang, terdapat cukup banyak budayawan dan seniman yang telah dijadikan narasumber. Walaupun harus diakui juga penyelenggara siaran mengalami kesulitan untuk menemukan budayawan dan seniman dari kelompok etnis tertentu. Nama budayawan dan penguasaan budayanya yang menjadi narasumber Pro 4 dalam setahun terakhir dapat dilihat dalam tabel berikut ini:

  Tabel 1. Daftar budayawan sebagai narasumber Pro 4

  No. Segmen Acara Hari/ Nama Lengkap Tanggal

  1 Dialog Oko 02/12/2016 Helmi Melkianus Mama

  2 Dialog 04/05/2016 Petrus Lau, S.Fil Pendidikan

  3 Dialog Oko 19/08/2016 Maria Kause Kase Mama

  Gusty Rika Ino, S.Fil Philipus Nahak Klau

  4 Dialog Oko 02/10/2016 Drs. Djoni Theedens Mama

  5 Dialog Oko 22/04/2016 Zakarias Angkasa Mama

  6 Dialog 04/05/2016 Dra. Y. Fransina Nitti Pendidikan

  7 Dialog 18/05/2016 Juniati Tenis Pendidikan

  8 Dialog Oko 17/06/2016 Bpk. Helmi Yohanes Mama

  9 Dialog Citra 14/10/2016 Zakarias Angkasa Budaya NTT

  10 Dialog Budaya 21/10/2016 Jonatan Nubatonis

  11 Dialog Citra 28/10/2016 Padina Ngefak

  • – Bara Pa Budaya NTT

  12 Dialog Oko 11/11/2016 Yusak Hamaratu Mama

  13 Dialog 15/03/2017 Joice Elroby Pendidikan

  Riwani Bistolen

  14 Dialog 19/04/2017 Yoseph Orem Pendidikan Blikololong

  15 Dialog 14/06/2017 Fadjrin Burhan Pendidikan

  Ama Hamanay Muhamad Dasy

  16 Dialog Oko 29/05/2017 Pdt. Ina Ngefak

  • – Bara Mama Pa

  17 Dialog Oko 19/06/2017 Jonatan Nubatonis Mama

  18 Dialog 19/07/2017 Tata Pendidikan

  Irfan

  19 Dialog 16/08/2017 Jeksi Siokain Pendidikan

  Putra Nasrany Anakay

  20 Gelar Budaya 27/10/2017 Rastra Ay Flobamora

  Zahya Francis Hengky Djami

  Bernad Pelle Elisabeth Kase

  Sumber : Laporan Bulanan Bidang Siaran RRI Kupang

  c. Kegiatan Seni Kegiatan seni budaya seperti pagelaran budaya, pentas seni, festival budaya, pameran budaya dan sejenisnya merupakan sumber materi siaran budaya. Dalam praktek di Programa 4 RRI Kupang, kegiatan seperti ini selain disiarkan secara langsung, bisa juga disajikan dalam bentuk siaran tunda, dan siaran ulangan. Materi kegiatan seni juga seringkali digunakan untuk acara siaran tertentu setelah melalui proses editing.

  Daftar kegiatan seni yang menjadi sumber materi siaran budaya Pro 4 dalam setahun terakhir dapat dilihat dalam table berikut ini:

  Tabel 2. Kegiatan seni sebagai sumber materi Pro 4

  3 Gelar Budaya Flobamora

  Jehadu Epi Bantaika

  10/11/2017 Frans Umbu Sida Nus Maho Klory

  4 Gelar Budaya Flobamora

  Bernad Pelle Elisabeth Kase

  Hengky Djami Amos Mabilehi

  27/10/2017 Rastra Ay Zahya Francis

  Vania Roland Ndolu

  No. Nama Kegiatan Tanggal pelaksanaan Nama Budayawan

  Yustus Mataratu Yohanis Ndun

  20/05/2017 Filmon Amin Laode

  2 Gelar Budaya Flobamora

  John Blegur

  23/10/2016 Hilarius Maria Kause Petrus Pandi

  1 Gelar Budaya Flobamora

  Sumber : Laporan Bulanan Bidang Siaran RRI Kupang d. Siaran Budaya berjaringan Programa budaya RRI Kupang, secara teratur menyelenggarakan siaran berjaringan dengan RRI Ende dan RRI Atambua yang dalam pembagian wilayah siaran RRI seluruh Indonesia termasuk dalam Koordinator Wilayah Nusantara 6. Selain itu juga ada siaran berjaringan Pro 4 secara nasional. Materi siaran tersebut setelah disiarkan langsung pada jadwal siaran berjaringan, kemudian didokumentasikan untuk disiarkan ulang pada kesempatan lain.

  Daftar acara siaran budaya berjaringan yang berlangsung dalam setahun terakhir dapat dilihat dalam table berikut ini: Tabel 3. Acara Siaran Berjaringan Pro 4

  No. Nama Siaran Berjaringn Tanggal Keterangan pelaksanaan

  1. Mutiara Budaya NTT 28/03/2017

  2 Album Legenda (Bentuk 04/04/2017 Mini Drama)

  3 Pelangi Ramadhan Pro 4 27/05/2017

  4 Sarasehan Budaya 26/10/2017

  5 Bhineka Budaya 16/11/2017 Sumber : Laporan Bulanan Bidang Siaran RRI Kupang

  e. Internet Media internet adalah media yang paling diandalkan dalam mengumpulkan informasi seputar budaya. Media internet digunakan agar dapat menghemat waktu karena penyiar dapat langsung membacakan sumber yang didapat dari internet. sumber dari internet merupakan alternatif jika refrensi dari buku atau narasumber terbatas.

4.3.2 Bentuk dan Deskripsi Acara Siaran

  Gambaran mengenai materi siaran menurut keragaman etnik yang disajikan dalam berbagai bentuk acara siaran dapat dilihat dalam table berikut ini:

  3

  1

  3

  2

  1

  8

  7. Sabu -

  1

  5

  1

  1

  2

  10

  8. Sumba

  1

  9

  1 3 -

  2

  10

  9. Timor 1 -

  1

  1

  1

  1

  5

  10. Lain-lain

  Sumber: laporan Pro 4 RRI Kupang yang diolah penulis

  Dalam penyelenggaraan radio, khalayak mempunyai posisi yang sangat penting sebab mereka adalah subjek yang menjadi tujuan utama untuk dilayani. Tanpa adanya khalayak, sesungguhnya aktifitas siaran tidak memiliki makna apapun kecuali hanya untuk pemuasan diri

  broadcaster. oleh karena itu tingkat efektifitas penyiaran radio dapat

  dilihat dari banyak sedikitnya jumlah pendengar yan bisa diraup. Semakin banyak jumlah khalayak yang tertarik dan mendengarkan siaran radio, semakin tinggi aktifitasnya. Tidak ada stasiun penyiaran yang mampu bertahan hidup tanpa adanya pendengar (Prayudha, 2005: 119)

  6. Rote 1 -

  1

  Tabel 4 Materi siaran pro 4 menurut kelompok etnis dan bentuk acara

  3. Flores -

  No . Etnis Bentuk Acara Frekuen Filler Feat ure Majalah Udara Info/ Berita Obrolan/ Wawancara Pagelaran Budaya

  1. Alor 2 -

  1

  3

  2

  2

  10

  2. Belu

  1 3 -

  1

  1

  1

  7

  1

  4 1 -

  4

  2

  1

  1

  9

  4. Lembata

  4

  1

  1

  3 1 -

  10

  5. Kupang

  1

  2

4.3.3 Keterlibatan Masyarakat

  Khlayak penyiaran radio sebagaimana dikatakan oleh McQuail (2005) dapat dibagi menjadi dua kategori, yaitu khalayak aktif (active

  ) dan khalayak pasif (passive audiences). Khalayak aktif

  audience

  mempunyai ciri, pada waktumendengarkan radio selalu disertai sikap kritis dan responsive. Mereka tidak hanya menikmati acara untuk kepentingan pemuasan diri, tetapi juga melakukan penilaian sehingga ketika penyiar salah ucap, menyimak pesan ynagtidak benar, merasakan gangguan teknis yang meenyebabkan kualitas modulasi suara terganggu, mereka tidak tinggal diam. Biasanya menyampaikan reaksi dalam berbagai bentukseperti menelepon ke studio, mengirim SMS, datang ke studio, atau menulis surat. Adapun pendengar pasif mempunyai ciri kalo megikuti siaran radio semata-mata untuk pemuasan diri dan tidak mau peduli dengan performa siarannya. Walaupun mereka tahu bahwa penyiar salah ucap, pesan yang disampaikan tidak benar, dan ada gangguan teknis yang menyebabkan modulasi suara tidak nyaman, mereka tetap diam dan tidak menunjukkan reaksinya. Pada kenyataannya jumlah pendengar yang tergolong pasif jauh lebih banyak daripada yang aktif, maka kelompok ini sering disebut sebagai mayoritas diam (silent majority). (Pedoman Penyelenggaraan Siaran Programa 4 Lembaga Penyiaran Publik, 2013: 45)

  Menurut wawancara dengan Kepala Seksi Programa 4, Martha Nahak, S.IP Keterlibatan pendengar dapat dilihat dari kontak pendengar, dimana pendengar menyampaikan informasi seputar keadaan sekitar daerah pendengar (penelepon), dan diharapkan juga informasi terkait budaya. Ketika diadakan gelaran-gelaran budaya, Programa 4 akan mengadakan wawancara atau dialog dengan pengisi acara yang berasal dari sanggar-sanggar dan diutamakan kelompok mayoritas yang menjaga aspek-aspek budaya. Disini diharapkan pendengar dapat memberikan pendapat & dukungan kepada siaran Pro 4 yang berbasis budaya.

  Keterlibatan pendengar Pro 4 dalam acara siaran dapat diukur dari jumlah penelpon, jumlah SMS yang masuk dan pengunjung Facebook Pro

  4 dalam 6 bulan terakhir di tahun 2017 dapat dilihat dalam table berikut ini: Tabel 5. Jumlah respon pendengar Pro 4

  No. Bulan Telepon SMS Facebook Jumlah

  1. Juli 86 340 37 463

  2. Agustus 67 311 40 418

  3. September 72 400 35 507

  4. Oktober 60 375 51 486

  5. Nopember 57 329 46 432

  6. Desember 93 446 64 603

  Sumber : Laporan Bulanan Bidang Siaran RRI Kupang

4.4. Tantangan dan Peluang Siaran Budaya

  Dalam penyelenggaraan siaran Programa 4 di RRI Kupang, tantangan yang dihadapi sekaligus merupakan peluang untuk lebih mengembangkan siaran budaya. Di balik tantangan yang dihadapi, terdapat potensi

4.4.1 Tantangan

4.4.1.1 Tantangan Geografis

  Propinsi Nusa Tenggara Timur terdiri atas 1.192 pulau besar dan kecil. Dari jumlah itu hanya 40 (empat puluh) pulau yang berpenghuni. Pulau-pulau besar adalah Timor (bagian barat), Sumba, Flores, Lembata dan Alor. Saat ini Nusa Tenggara Timur juga terdiri atas 21 kabupaten dan 1 kota. Di wilayah yang terbentang dari Manggarai Barat sampai Timor barat inilah bermukim 16 etnis dengan 49 rumpun bahasa. Jika mengacu pada konsep Koentjaraningrat sebagaimana digambarkan didepan bahwa kebudayaan dalam arti luas dapat dikelompokkan menjadi 7 unsur, yaitu; bahasa, sistem pengetahuan, organisasi sosial, sistem peralatan hidup dan teknologi, sistem mata pencaharian hidup, sistem religi dan kesenian, maka dapat dibayangkan betapa kayanya daerah ini akan bentuk-bentuk kebudayaan.

  Persebaran etnis dengan kekayaan budayanya inilah yang justru menjadi tantangan dalam menghasilkan materi siaran budaya untuk Pro 4. Untuk menghasilkan suatu paket siaran budaya, khususnya yang berada di luar pulau Timor, tim produksi membutuhkan waktu dan biaya. Apalagi tardisi budaya yang menjadi objek siaran Pro 4 biasanya hidup dan berkembang di daerah pinggiran atau pedesaan. Butuh waktu beberapa hari untuk menghasilkan bahan mentah siaran, sebelumnya diproduksi sebagai materi siaran.

  Terhadap tantangan ini biasanya materi siaran diperoleh dengan mengandalkan kemitraan misalnya dengan Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Privinsi Nusa tenggara Timur. Jika ada event budaya di luar pulau Timor, tim produksi dari RRI Kupang dilibatkan. Walaupun demikian, luasnya wilayah dan keterbatasan kemampuan meliput semua even budaya di luar daerah tetap dirasakan sebagai tantangan saat ini.

4.4.1.2 Tantangan Sumber Daya Manusia

  Keterbatasan sumber daya manusia merupakan salah satu tantangan penyelenggaraan Pro 4, khususnya dalam kaitan dengan kegiatan produksi siaran. Dalam praktek selama ini, produksi materi siaran budaya dilakukan oleh tenaga penyiar saat tidak bertugas menyiar. Tantangan ini sangat mempengaruhi ketersediaan materi siaran budaya. Terhadap kondisi ini, biasanya produser menyiarkan ulang materi siaran tertentu dengan jeda/selang waktu yang sudah ditentukan sebelumnya.

  Sebagai gambaran, saat ini Programa Budaya RRI Kupang, terdiri atas 1 (satu) orang Kepala seksi dibantu oleh 5 (lima) orang tenaga penyiar yang juga merupakan kerabat kerja produksi. Dalam kondisi tertentu, Tim produksi Pro 4 bisa dibantu oleh tenaga dari bidang lain, misalnya dalam hal berita atau informasi budaya bisa diambil dari hasil liputan tenaga reporter pada Bidang Pemberitaan.

  Termasuk dalam tantangan sumber daya manusia ialah, kemampuan penyiar untuk mengkomunikasikan informasi budaya sebagaimana mestinya. Sebagai contoh, bagaimana mengucapkan dengan tepat bahasa daerah tertentu. Kondisi ini tidak terlepas dari keterbatasan referensi pembantu penyiar misalnya kamus bahasa daerah disertai cara pengucapannya. Dalam mengucapkan istilah dalam bahasa daerah tertentu atau menyebutkan judul lagu daerah tertentu, masih ada penyiar yang “gagap”, tidak lancar karena terdengar asing.

  Ada yang perlu diperhatikan dalam masalah ini, pengucapan yang salah bisa bermakna lain dari yang seharusnya. Theo Stokkink dalam bukunya The Profesional Radio Presenter tentang penyiar (1997: 134) mengatakan, penyiar: menggunakan gaya bicara langsung; jelas dan singkat; segera; tidak rumit;sederhana, mudah dengan menggunakan analogi-analogi yang diperlukan; sesingkat mungkin; lancar konsisten; Mampu mengendalikan aksen dalam membaca, menemukan titik-titik informasi utama dan tambahan. Lebih baik mengecek pengucapaannya sebelum disiarkan.

4.4.1.3 Tantangan Pembiayaan

  Dalam menyelenggarakan siaran budaya pada Programa 4, keterbatasan dana merupakan tantangan utama. Selain Pagelaran Budaya, dalam DIPA RRI Kupang (yang bersumber dari APBN), tidak satupun petunjuk operasional kegiatan (POK) yang secara tegas menunjukkan bahwa anggaran itu diperuntukkan bagi produksi materi siaran budaya. Padahal, selain pagelaran budaya ada sejumlah mata acara siaran budaya lain sebagaimana digambarkan diatas. Penyelenggara siaran harus “pandai-pandai” mensiasati pos anggaran lain (biaya mata acara lain) untuk digunakan menghasilkan materi siaran budaya. Kebijakan ini telah berlangsung sejak adanya programa 4 RRI Kupang. Idealisme penyelenggara siaran menjadi alasan sehingga produksi acara siaran budaya dapat berlangsung hingga saat ini. Kondisi ini juga disiasati dengan memanfaatkan kemitraan dengan Instansi/Organisasi/LSM yang menangani masalah-masalah kebudayaan.

Dokumen yang terkait

BAB IV GAMBARAN UMUM 4.1. Gambaran Umum Hasil Observasi 4.1.1. Instagram live - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Instagram Live sebagai Media Eksistensi Diri

0 0 9

BAB V PEMBAHASAN - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Instagram Live sebagai Media Eksistensi Diri

0 3 19

BAB I PENDAHULUAN - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Persepsi Pengguna Instagram tentang Informasi Karakter Wanita Padaimage Captionakun Instagram Infia_Fact dalam Membentuk Citra Diri

0 1 7

BAB II LANDASAN TEORI - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Persepsi Pengguna Instagram tentang Informasi Karakter Wanita Padaimage Captionakun Instagram Infia_Fact dalam Membentuk Citra Diri

0 0 19

BAB I PENDAHULUAN - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Virtual Movement Seruan Perdamaian di Kota Yogyakarta Forum Jogja Damai (FJD)

0 0 7

BAB II LANDASAN TEORI 2.1 New Media - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Virtual Movement Seruan Perdamaian di Kota Yogyakarta Forum Jogja Damai (FJD)

0 0 15

BAB IV GAMBARAN FORUM JOGJA DAMAI - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Virtual Movement Seruan Perdamaian di Kota Yogyakarta Forum Jogja Damai (FJD)

0 0 17

BAB V VIRTUAL MOVEMENT SERUAN PERDAMAIAN DI KOTA YOGYAKARTA FORUM JOGJA DAMAI (FJD) - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Virtual Movement Seruan Perdamaian di Kota Yogyakarta Forum Jogja Damai (FJD)

0 0 17

3.1.2. Jenis Penelitian - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Studi Efek Tontonan Sinetron Anak Langit terhadap Gaya Hidup Imitasi Siswa SMA N 3 Temanggung

0 0 41

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Pengertian Peran - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peran Media Radio dalam Pelestarian dan Pengembangan Budaya Daerah: Studi terhadap Programa 4/Programa Budaya Lembaga Penyiar

0 3 18